Faktor – Faktor yang Memengaruhi Perilaku dalam Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi pada Siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU DALAM MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN REPRODUKSI SAAT

MENSTRUASI PADA SISWI SMP PGRI 58 TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2013

TESIS Oleh

MEY ELISA SAFITRI 117032012/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Judul Tesis : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU DALAM MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN REPRODUKSI SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP PGRI 58 TANJUNG

MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Mey Elisa Safitri Nomor Induk Mahasiswa : 117032012

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (Asfriyati, S.K.M, M.Kes Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(3)

Telah Diuji

pada Tanggal : 01 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

2. dr.Yusniwarti Yusad, M.Si 3. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes


(4)

PERNYATAAN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU DALAM MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN REPRODUKSI SAAT MENSTRUASI

PADA SISWI SMP PGRI 58 TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2013

Mey Elisa Safitri 117032012/IKM


(5)

ABSTRAK

Kebiasaan menjaga kebersihan saat menstruasi, termasuk kebersihan organ reproduksi, memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan dalam menghindari gangguan pada fungsi alat reproduksi pada wanita agar terhindar dari infeksi organ reproduksi yang dapat menurunkan kualitas hidup individu yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, peran ibu, peran guru, peran teman sebaya terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa yang berjumlah 391 orang dan dijadikan sampel penelitian sebanyak 194 orang. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan siswi yang menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi sebesar 49,5%. Terdapat pengaruh pada variabel pengetahuan tentang kebersihan organ reproduksi saat menstruasi (p= 0,005), peran ibu yang berhubungan dengan menstruasi (p= 0,010 ) dan peran teman sebaya dalam berbagi pengalaman tentang menstruasi (p= 0,007) terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. Sedangkan sikap, ketersedian fasilitas, dan peran guru tidak berhubungan dan tidak berpengaruh terhadap perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi.

Diharapkan orang tua dan pihak sekolah meningkatkan perilaku siswi tentang kebersihan organ reproduksi saat menstruasi dengan cara peningkatan sosialisasi kesehatan reprodukasi remaja mengenai kebersihan saat menstruasi. Sosialisasai tersebut dapat dilakukan dengan cara pendidikan kesehatan melalui pendekatan program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) dan kegiatan ekstrakurikuler.

Kata Kunci : Pengetahuan, Peran Ibu , Peran Teman Sebaya, Kebersihan saat Menstruasi


(6)

ABSTRACT

The habit of keeping cleanliness during menstruation, including the cleanliness of reproduction organ, plays an important role in the status of health behavior in order to avoid the problem of the function of the reproduction organ in a woman. The purpose is to avoid infection in the reproduction organ which eventually will lower the quality of her life. The objective of the research was to analyze the influence of knowledge, attitude, availability of facilities, mother’s role, teacher’s role, and peer’s role on behavior of keeping the cleanliness of reproduction organ during menstruation in the female students of SMP PGRI 58 Tanjung Morawa, Deli Serdang District, in 2013.

The type of the research was descriptive analytic with cross sectional approach. The population was all 391 female students of SMP PGRI 58 Tanjung Morawa, and 194 werevused as the samples. The data were analyzed by using Chi Square test and multiple logistic regression tests.

The result of the research showed that female students who kept their cleanliness of their reproduction organs during menstruation were 49%. There was the influence of the variable of knowledge in cleanliness of reproduction organ during menstruation (p=0.005), the correlation of mother’s role with menstruation (p=0.010), and peer’s role in sharing experiences about menstruation (p=0.007) on behavior of keeping cleanliness of reproduction organ during menstruation. On the other hand, attitude, availability of facilities, and teacher’s role did not have any correlation and influence on behavior of keeping cleanliness of reproduction organ during menstruation.

It is recommended that parents and the management of the school increase the behavior of their female students about cleanliness of reproduction organs by improving health socialization of teenager reproduction about cleanliness during menstruation. The socialization is conducted through health education, peer education program, and extracurricular activities.

Keywords: Knowledge, Mother’s Role, Peer’s Role, Cleanliness during Menstruation


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Faktor – Faktor yang Memengaruhi Perilaku dalam Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi pada Siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.”

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyrakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini, ppenulis menyadari bahwa proses penulisan tesis ini dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan baik moril maupun material dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

4. Dr. Ir. Zuhaidah Lubis, M.Kes, selakku ketua komisi pembimbing dan Asfriyati, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Tum Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

6. Kepala Sekolah SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang beserta staf pengajar yang telah berkenan memberikan izin sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik hingga tesis ini selesai.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada orang tua Ayahanda Alm. H. Anwar Effendi, SH dan Ibunda Hj. Rubinah serta semua keluarga besar yang telah memberikan dorongan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan ini.

9. Teristimewa buat suamiku H. Rudi Siregar, S.IP, MBA beserta anak-anakku Nur Asyifa Salsabillah Siregar, Muhammad Daffa Siregar dan Qadisah Amira Syauqina Siregar yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.


(9)

10.Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat Studi Kesehatan Reproduksi.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan kiranya Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Meha Penyayang memberikan Taufik dan HidayahNya bagi kita semua. Amin.

Medan, September 2013 Penulis

Mey Elisa Safitri 117032012/IKM


(10)

RIWAYAT HIDUP

Mey Elisa Safitri, lahir pada tanggal 13 Mei 1975 di Bangun Sari, anak ke 7 dari 7 bersaudara dari pasangan Ayahanda Almarhum H. Anwar Effendi, SH dan Ibu Hj. Rubinah.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Taman Siswa tamat Tahun 1987, Sekolah Menengah Pertama SMP Kesatria Medan tamat Tahun 1990, Sekolah Pendidikan kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Medan tamat Tahun 1993, Program Pendidikan Bidan (PPB) Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Medan tamat Tahun 1994, D-III Kebidanan Politeknik Tenaga Kesehatan di Medan tamat Tahun 2002, S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia Medan tamat Tahun 2005. Program Akta 4 MIPA Darma Agung tamat Tahun 2006.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2013.

Pada tahun 1994-2000 penulis bekerja sebagai Bidan PTT di Desa Parantonga Tapanuli Selatan. Tahun 2002-2003 bekerja sebagai Dosen di Akademi Kebidanan Takasima Kabanjahe. Tahun 2003 himgga sekarang bekerja sebagai Dosen di Akademi Kebidanan helvetia Medan.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pengetahuan ... 10

2.2 Sikap ... 12

2.3 Ketersediaan Fasilitas ... 13

2.3.1 Pembalut ... 13

2.3.2 Toilet ... 13

2.3.3 Sarana Kebersihan ... 14

2.4 Peran Orang Tua/Ibu ... 15

2.5 Peran Guru ... 16

2.6 Peran Teman Sebaya ... 17

2.7 Perilaku ... 18

2.8 Remaja ... 20

2.9 Anatomi Organ Reproduksi Wanita ... 22

2.9.1 Menstruasi ... 23

2.9.2 Fisiologi Menstruasi ... 23

2.9.3 Siklus Menstruasi ... 24

2.9.4 Kebersihan Saat Menstruasi ... 27

2.9.5 Menstruasi Pertama sebagai Pengalaman Psikis ... 28

2.10 Kerangka Teori ... 29

2.11 Kerangka Konsep ... 32

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34


(12)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.3.1 Populasi ... 35

3.3.2 Sampel ... 35

3.3.3 Kriteria Inklusi ... 36

3.3.4 Teknik Sampling ... 37

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.4.1 Jenis Data ... 37

3.4.2 Pengumpulan Data ... 38

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 43

3.5.1 Variabel Bebas ... 43

3.5.2 Variabel Terikat... 44

3.6 Metode Pengukuran ... 45

3.7 Metode Analisis Data ... 46

3.7.1 Analisis Univariat ... 46

3.7.2 Analisis Bivariat ... 47

3.7.3 Analisis Multivariat ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

4.2 Karakteristik Responden ... 49

4.3 Pengetahuan ... 50

4.4 Sikap ... 51

4.5 Ketersediaan Fasilitas ... 53

4.6 Peran Ibu ... 54

4.7 Peran Guru ... 55

4.8 Peran Teman Sebaya ... 56

4.9 Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Mens – truasi ... 58

4.10 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Menjaga Kebersih – an Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 59

4.11 Hubungan Sikap dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 60

4.12 Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 61

4.13 Hubungan Peran Ibu dengan Perilaku Menjaga Kebersihan – Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 61

4.14 Hubungan Peran Guru dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 62

4.15 Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku Menjaga – Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 63 4.16 Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Ketersediaan Fasilitas, Peran -


(13)

Ibu, Peran Guru, dan Peran Teman Sebaya terhadap Perilaku-

Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 64

BAB 5. PEMBAHASAN ... 67

5.1 Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Mens – truasi ... 67

5.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku dalam Menjaga Ke- bersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 69

5.3 Pengaruh Peran Ibu terhadap Perilaku dalam Menjaga Keber- sihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 72

5.4 Pengaruh Peran Teman Sebaya terhadap Perilaku dalam Men- jaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 75

5.5 Pengaruh Peran Guru terhadap Perilaku dalam Menjaga Ke – bersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi ... 77

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

6.1 Kesimpulan ... 79

6.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Distribusi Siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa .. ... 35

3.2 Jumlah Sampel pada Tiap-tiap Kelas Berdasarkan Proporsi ... 37

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan ... 39

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap ... 40

3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Ketersediaan Fasilitas ... 40

3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Peran Ibu ... 41

3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Peran Guru ... 41

3.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Teman Sebaya ... 42

3.9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku ... 42

3.10 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian .... ... 45

4.1 Distribusi Karakteristik Siswa SMP PGRI 58 Tanjung Morawa ... 49

4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa SMP PGRI 58 Tanjung – Morawa………... 50

4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kategori Siswa SMP 58 PGRI Tanjung Morawa ... ... 51

4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Siswa SMP PGRI 58 Tanjung Morawa ... 51

4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Kategori Siswa SMP PGRI58 Tanjung Morawa ... 53

4.6 Distribusi Frekuensi Ketersedian Fasilitas Siswa SMP PGRI 58 Tanjung Morawa ... 53


(15)

4.7 Distribusi Frekuensi Ketersedian Fasilitas Kategori Siswa SMP

PGRI 58 Tanjung Morawa ... 54 4.8 Distribusi Frekuensi Peran Ibu Siswa SMP PGRI 58 Tanjung Mora-

wa ... ... 54 4.9 Distribusi Frekuensi Peran Ibu Kategori Siswa SMP PGRI 58

Tanjung Morawa ... 55 4.10 Distribusi Frekuensi Peran Guru Siswa SMP PGRI 58 Tanjung Mora-

wa ... ... 56 4.11 Distribusi Frekuensi Peran Guru Kategori Siswa SMP PGRI 58

Tanjung Morawa ... 56 4.12 Distribusi Frekuensi Peran Teman Sebaya Siswa SMP PGRI 58

Tanjung Morawa ... 57 4.13 Distribusi Frekuensi Peran Teman Sebaya Kategori Siswa SMP

PGRI 58 Tanjung Morawa ... 57 4.14 Distribusi Frekuensi Prilaku Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi

Saat Menstruasi Siswa SMP PGRI 58 Tanjung Morawa ... 58 4.15 Distribusi Frekuensi Prilaku Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi

Saat Menstruasi Kategori Siswa SMP PGRI 58 Tanjung Morawa ... 59 4.16 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ

Reproduksi Saat Menstruasi ... 60 4.17 Hubungan Sikap dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Repro-

duksi Saat Menstruasi ... 60 4.18 Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Perilaku Menjaga Kebersi -

han Organ Reproduksi Saat Menstruasi . ... 61 4.19 Hubungan Peran Ibu dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ

Reproduksi Saat Menstruasi ... 62 4.20 Hubungan Peran Guru dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ


(16)

4.21 Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Menjaga Kebersihan

Organ Reproduksi Saat Menstruasi ... 63 4.22 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku dalam Menjaga


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Pembentukan Perilaku Modifikasi Green, 2005 ... 30 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 32


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 84

2. Kunci Jawaban Kuesioner ... 92

3. Hasil Uji SPSS ... 93

4. Surat Izin Penelitian ... 96


(19)

ABSTRAK

Kebiasaan menjaga kebersihan saat menstruasi, termasuk kebersihan organ reproduksi, memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan dalam menghindari gangguan pada fungsi alat reproduksi pada wanita agar terhindar dari infeksi organ reproduksi yang dapat menurunkan kualitas hidup individu yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, peran ibu, peran guru, peran teman sebaya terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa yang berjumlah 391 orang dan dijadikan sampel penelitian sebanyak 194 orang. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan siswi yang menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi sebesar 49,5%. Terdapat pengaruh pada variabel pengetahuan tentang kebersihan organ reproduksi saat menstruasi (p= 0,005), peran ibu yang berhubungan dengan menstruasi (p= 0,010 ) dan peran teman sebaya dalam berbagi pengalaman tentang menstruasi (p= 0,007) terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. Sedangkan sikap, ketersedian fasilitas, dan peran guru tidak berhubungan dan tidak berpengaruh terhadap perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi.

Diharapkan orang tua dan pihak sekolah meningkatkan perilaku siswi tentang kebersihan organ reproduksi saat menstruasi dengan cara peningkatan sosialisasi kesehatan reprodukasi remaja mengenai kebersihan saat menstruasi. Sosialisasai tersebut dapat dilakukan dengan cara pendidikan kesehatan melalui pendekatan program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) dan kegiatan ekstrakurikuler.

Kata Kunci : Pengetahuan, Peran Ibu , Peran Teman Sebaya, Kebersihan saat Menstruasi


(20)

ABSTRACT

The habit of keeping cleanliness during menstruation, including the cleanliness of reproduction organ, plays an important role in the status of health behavior in order to avoid the problem of the function of the reproduction organ in a woman. The purpose is to avoid infection in the reproduction organ which eventually will lower the quality of her life. The objective of the research was to analyze the influence of knowledge, attitude, availability of facilities, mother’s role, teacher’s role, and peer’s role on behavior of keeping the cleanliness of reproduction organ during menstruation in the female students of SMP PGRI 58 Tanjung Morawa, Deli Serdang District, in 2013.

The type of the research was descriptive analytic with cross sectional approach. The population was all 391 female students of SMP PGRI 58 Tanjung Morawa, and 194 werevused as the samples. The data were analyzed by using Chi Square test and multiple logistic regression tests.

The result of the research showed that female students who kept their cleanliness of their reproduction organs during menstruation were 49%. There was the influence of the variable of knowledge in cleanliness of reproduction organ during menstruation (p=0.005), the correlation of mother’s role with menstruation (p=0.010), and peer’s role in sharing experiences about menstruation (p=0.007) on behavior of keeping cleanliness of reproduction organ during menstruation. On the other hand, attitude, availability of facilities, and teacher’s role did not have any correlation and influence on behavior of keeping cleanliness of reproduction organ during menstruation.

It is recommended that parents and the management of the school increase the behavior of their female students about cleanliness of reproduction organs by improving health socialization of teenager reproduction about cleanliness during menstruation. The socialization is conducted through health education, peer education program, and extracurricular activities.

Keywords: Knowledge, Mother’s Role, Peer’s Role, Cleanliness during Menstruation


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan bathin yang lebih selaras, adil dan merata. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan berbagai upaya dalam pembangunan kesehatan yang bertujuan agar tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dan terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Remaja berasal dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau menjadi dewasa. Masa peralihan dari masa anak – anak dengan masa dewasa disebut masa remaja. Menurut World Health Organization (WHO) masa remaja dimulai pada usia antara 12 sampai 24 tahun. Di Indonesia yang disebut remaja menurut Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan pada masa tersebut

terjadi proses pematangan fisik maupun psikologis (Novita, dan Franciska, 2011). Data demografi menunjukkan bahwa remaja (umur 10 sampai 19 tahun) merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia yaitu mencapai 1 milyar dan di Indonesia mencapai 42 juta jiwa atau lebih dari 20% dari total jumlah penduduk (Mulyati, 2001). Sedangkan pada provinsi Sumatera Utara berkisar 2.831.426 jiwa.


(22)

Kabupaten Deli Serdang merupakan kabupaten terbesar dengan jumlah 1.790.431 jiwa (BPS, 2011).

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan melalui tiga tahapan yaitu masa remaja awal/dini (early adolescence usia 10 sampai 12 tahun), remaja pertengahan (mid adolescence usia 13 sampai 15 tahun) dan masa remaja lanjut (late adolescence usia 16 sampai 19 tahun) (Pinem, 2009).

Salah satu bentuk perkembangan yang menonjol pada masa remaja adalah pubertas, yang biasanya terjadi antara usia 13 hingga 16 tahun, dimana terjadi perubahan fisik dan system reproduksi wanita. Organ reproduksi menunjukkan perubahan yang dramatis pada saat pubertas, dimulai dengan pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Pengeluaran hormon ini menumbuhkan tanda seks skunder yang salah satunya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut dengan menarche.

Menstruasi atau disebut juga haid merupakan perdarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima pelekatan embrio atau mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, lapisan ini akan luruh kemudian darah akan keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009).

Menurut Soeroso (1993) dalam Sianturi (2001) tentang "survey on Adolescent Reproductive Health Services Provision Indonesia" yang meneliti 750 responden


(23)

berusia 18-19 tahun. Diketahui bahwa 87,9% remaja puteri pernah mendengar istilah menstruasi tetapi hanya 53,7% yang tahu arti dari kata menstruasi karena mereka tidak disiapkan dengan informasi yang penting tentang menstruasi dan 42,7% remaja puteri mengalami kecemasan dan ketakutan pada saat mengalami menstruasi pertama.

Persiapan dini terhadap proses reproduksi termasuk didalamnya informasi tentang infeksi alat reproduksi sebagai salah satu akibat dari tidak menjaga kebersihan pada saat menstruasi. Informasi tentang infeksi alat reproduksi ini sangat penting untuk diketahui karena mempunyai dampak buruk kemasa depan seperti kemandulan yang konsekuensinya dapat menurunkan kualitas hidup individu yang bersangkutan. Infeksi pada alat reproduksi ini dapat masuk melalui tiga cara, yaitu : (1) infeksi yang disebabkan oleh penyakit menular seksual, seperti sifilis, gonoroe; (2) infeksi dari dalam (endogen) karena bakteri yang tumbuh abnormal di dalam alat reproduksi, misalnya vaginosis bacterial; (3) infeksi introgenik atau infeksi yang terjadi karena kesalahan penanganan yang dilakukan terhadap alat reproduksi, contohnya perilaku yang tidak hygienis terhadap genital terutama pada wanita yang secara anatomis memiliki saluran vagina yang pendek (Sibagariang, 2010).

Organ reproduksi merupakan alat dalam tubuh yang berfungsi untuk suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya atau reproduksi. Kebiasaan menjaga kebersihan saat menstruasi, termasuk kebersihan organ reproduksi, memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Untuk menjaga kebersihan vagina, yang perlu dilakukan diantaranya adalah


(24)

membasuh secara teratur bagian vulva (bibir vagina) dengan hati – hati menggunakan air bersih. Dan untuk menampung darah menstruasi, pembalut sebaiknya diganti sekitar 4 – 5 kali dalam sehari untuk menghindari masuknya bakteri ke dalam vagina. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi (Nilna (2009) dalam Tri Rahmawati, 2011). Oleh karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi seperti pruritus vulva , iritasi, inflamasi, sekresi vaginal dan leukorea (keputihan).

Keputihan yang abnormal disebabkan adanya infeksi jamur seperti candida

dan infeksi parasit seperti Trichomonas vaginalis. Jika keputihan tidak segera diatasi maka banyak akibat yang terjadi meliputi kurang percaya diri, gatal-gatal di daerah kemaluan, radang pada panggul yang jika tidak diatasi dapat menyebabkan kemandulan dalam jangka panjang. Data wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekali dalam hidupnya sekitar 75% dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka keputihan sebesar 25%. Dari data yang di dapat BKKBN 2009, di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 70% disebabkan trichomonas vaginalis (Zubier, (2002) dalam Mariyatul, 2010).

Berdasarkan penelitian Mariyatul tahun 2010 di SMP Negeri I Tambakboyo Tuban dengan mengambil 20 responden didapatkan 100% siswi mengalami keputihan, 13 (65%) siswi mengalami keputihan sebelum dan sesudah menstruasi, 7 (35%) siswi mengalami keputihan yang berbau dan gatal. Penyebab keputihan


(25)

berlebihan terkait cara siswi merawat organ reproduksi, misalnya kebersihan yang kurang tepat, menggunakan celana dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat dan sering tidak mengganti pembalut saat menstruasi.

Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2002 hingga 2003 menunjukkan bahwa 21% perempuan dan 28% laki-laki tidak mengetahui tanda perubahan fisik pada saat pubertas. Kurangnya pengetahuan tentang biologi dasar pada remaja mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan tubuh mereka dan cara menghindarinnya. Wisnuwardhani (1997) melaporkan hasil penelitian yang dilakukannya tentang study hygienis menstruasi di Tangerang dan Subang terhadap 305 responden berusia 16-19 tahun, didapati 8,8% responden dari Tangerang dan 14,5% dari Subang yang memiliki pengetahuan baik tentang organ reproduksi. Hanya 52,25% responden dari Tangerang dan 61,4% dari Subang yang mempunyai pengetahuan baik tentang menstruasi. Dalam penelitiannya di kota Depok, juga melaporkan bahwa 45,5% responden membersihkan genitalia secara benar dan 82,6% mempunyai perilaku menstruasi hygiene yang kurang baik, karena kurangnya informasi yang benar tentang menstruasi hygiene yang diperoleh responden.

Kesehatan reproduksi ini sangat penting untuk diketahui sejak dini agar pada saat anak menginjak remaja dan menghadapin permasalahan sekitar kesehatan reproduksi remaja telah mengerti dan mendapat informasi yang cukup sehingga dapat mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan dihindarin. Masyarakat pada umumnya masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah-masalah yang


(26)

berhubungan dengan alat reproduksi, berbagai faktor menjadi penyebab hal ini terjadi, diantaranya budaya yang melarang pembicaraan yang menyangkut seksualitas, karena dianggap sesuatu yang porno dan bersifat pribadi (Rejaningsih, 2004).

Menurut Survei Indikator Program KB Nasional/SIPI (2003) remaja putri yang pernah membicarakan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dengan ibunya 46% sedangkan dengan teman sebaya mencapai 83%. Remaja merasa bahwa membahas soal seks, kesehatan reproduksi dan perilaku seksual lebih terbuka diantara teman sebaya dari pada dengan orang tua. Selain itu masih banyak orang tua yang tidak tahu dan tidak paham mengenai kesehatan reproduksi remaja. Menurut SKRRI 2002 – 2003, 51% remaja putri dan 47% remaja pria mengaku mendapat pelajaran kesehatan reproduksi pada saat sekolah di SLTP. Ini berarti peran sekolah dalam menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi belum optimal (Pinem, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2011) di SLTP Jakarta Timur menyatakan sebagian besar siswi memiliki pengetahuan kurang terhadap kebersihan organ genitalia sebanyak 93,4%. Penelitian Dailyah di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 2 Medan tahun 2004 tentang perawatan organ reproduksi bagian luar, dari 58 responden, yang memiliki katagori baik 15 orang (25,86%), cukup 39 orang (67,24%) dan kategori kurang 4 orang (6,8%). Hasil penelitian di SMU Negeri 2 Semarang pada tahun 2008 didapatkan 48 orang (96%) siswi mengalami keputihan yang diakibatkan kurang pengetahuan tentang merawat


(27)

organ genitalia eksterna. Ketiga penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan yang rendah berhubungan dengan perilaku menjaga kebersihan yang kurang baik.

Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti di SMP PGRI 58 di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 09 Februari 2013 terhadap 53 orang siswi yang dijumpai 36 siswi mengatakan belum mengerti dan tidak mengetahui cara melakukan kebersihan serta menjaga kebersihan organ seksual atau reproduksi. Saat menstruasi 25 remaja putri hanya mengganti pembalut sebanyak 2 kali saja dalam sehari, 11 orang menggunakan pembalut kain dan menggantinya 2 kali sehari dan 5 siswi menyatakan pernah mengalami keputihan yang disertai rasa gatal. Berdasarkan latar belakang tersebut dan belum dilakukannya penelitian tentang perilaku menjaga kebersihan saat menstruasi sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi faktor – faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat mentruasi pada siswi SMP PGRI 58 di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

1.2 Permasalahan

Dengan melihat latar belakang yang ada, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku menjaga kebersihan pada siswi SMP, karena untuk wilayah Kecamatan Tanjung Morawa belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. Selain itu dari 53 siswi yang dijumpai terdapat 36 siswi yang belum mengerti dan tidak mengetahui cara melakukan kebersihan serta menjaga kebersihan organ seksual atau


(28)

reproduksi. Sehingga peneliti ingin mengetahui faktor – faktor apa saja yang memengaruhi perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan fasilitas terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

4. Untuk mengetahui pengaruh peran ibu terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

5. Untuk mengetahui pengaruh peran guru terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.


(29)

6. Untuk mengetahui pengaruh peran teman sebaya terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

7. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi saat mentruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh pengetahuan, sikap, kesediaan fasilitas, peran ibu, peran guru, peran teman sebaya terhadap kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran mengenai kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi yang diperlukan sebagai dasar pengembangan kebijakan kesehatan reproduksi remaja bagi stakeholder yaitu kepala sekolah dan kepala dinas kesehatan.

2. Sebagai bahan masukan bagi Sekolah untuk mengembangkan dan meningkatkan program kesehatan remaja seperti program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Keseharan Reproduksi Remaja) dan Remaja Ceria. 3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan

pengembangan sikap, kesediaan fasilitas, peran ibu, peran guru, peran teman sebaya terhadap kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala upaya yang diketahui manusia tentang objek tertentu. Pengetahuan merupakan hasil belajar dan mengetahui sesuatu. Hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera pendengaran, penglihatan dan tindakan manusia yang didasari oleh pengetahuan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng diterima daripada tanpa ilmu pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman orang lain atau melihat langsung melalui sarana komunikasi lain seperti televise, radio, majalah dan surat kabar (Notoatmodjo, 2005).

1)

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo, 2005 mempunyai 6 tingkatan yaitu :

Tahu (know)

2)

diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Memahami (comprehension) merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar seperti dapat menyimpulkan terhadap objek yang telah dipelajari.


(31)

3) Aplikasi (aplication)

4)

merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Analisis (analysis)

5)

suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contohnya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Sintesis (syntesis)

6)

suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Contohnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas dan menyesuaikan rumusan yang ada. Evaluasi (evaluation) kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Contohnya dapat menafsirkan sebab terjadinya menstruasi pada remaja.

Pengetahuan tentang mesntruasi sangat penting karena anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali sebagai proses yang normal, perasaan kotor dapat tinggal sampai masa dewasa. Namun, dalam tahun-tahun belakangan ini pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih baik telah menjadikan penerimaan akan menstruasi.


(32)

2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata, hal ini disebabkan sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang dan sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman seseorang (Notoatmodjo, 2007). Sikap siswi dalam menjaga kebersihan saat menstruasi adalah penilaian atau pendapat siswi dalam menyikapi menstruasi. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan "predisposis" tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka.

Sikap terhadap menstruasi dapat berbeda pada setiap masyarakat. Banyak masyarakat yang memandang wanita sebagai terkontaminasi atau tercemar saat menstruasi dan tidak mengikutsertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat karena takut akan ikut tercemar. Menstruasi adalah satu dari banyak pembenaran yang telah diberikan untuk menghalangi wanita memasuki peran-peran keagamaan pada beberapa agama. Ritual pembersihan di akhir menstruasi dianjurkan pada beberapa masyarakat. Namun, masyarakat lain menganggap menstruasi sebagai


(33)

fungsi tubuh normal dan tidak menghukum atau menghalangi wanita saat mereka mengalaminya.

2.3 Ketersediaan Fasilitas 2.3.1 Pembalut

Pembalut wanita adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh wanita di saat menstruasi, ini berfungsi untuk menyerap darah dari vagina supaya tidak meleleh kemana-mana. Selain saat menstruasi, pembalut digunakan pada saat setelah pembedahan vagina, setelah melahirkan, sesudah aborsi, maupun situasi lainnya yang membutuhkan pembalut untuk menyerap cairan yang keluar dari vagina.

2.3.2 Toilet

Mengganti pembalut 4-5 kali sehari disaat menstruasi dapat mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh kuman yang menempel dipembalut yang otomatis menempel pada kulit kemaluan. Seperti hanya menggunakan dan mengganti pembalut 1 kali sehari sehingga darah menstruasi dalam waktu lama menempel pada kulit kemaluan dan dapat menimbulkan kuman berkembang biak, dengan begitu menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi juga merupakan komponen yang penting dalam status perilaku kesehatan seseorang.

Adalah ruangan yang dirancang khusus lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain yang bersih.

Kegunaan toilet ini diperuntukan untuk: 1) Mandi atau membersihkan diri


(34)

2) Buang air kecil dan besar 3) Tempat cuci tangan dan muka 4) Mengganti pembalut wanita 2.3.3 Sarana Kebersihan

Sarana kebersihan diperuntukan untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan individu. Sarana kebersihan yang buruk memberikan dampak yang tidak baik terhadap individu disekitarnya. Oleh karena itu, pemeliharaan sarana kebersihan serta perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat anak-anak perlu menjadi prioritas. Salah satu cara menangani permasalahan tersebut adalah dengan pelaksanaan program persediaan air bersih, penyediaan sarana kebersihan (jamban keluarga dan tempat pembuangan sampah), serta perilaku hidup bersih dan sehat bagi individu misalnya tidak membuang sampah sembarangan karena hal itu menyebabkan pencemaran lingkungan.

Adapun pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah kebiasaan/perilaku positif yang dilakukan oleh siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin, orang tua siswa dan lain-lain yang dengan kesadarannya untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta aktif dalam menjaga lingkungan sehat sekolah.

Ada 6 indikator PHBS di sekolah antara lain adalah:

1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun 2. Membuang sampah pada tempatnya


(35)

3. Mengikuti kegiatan olahraga dengan terukur dan teratur 4. Bebaskan diri dari asap rokok

5. Memberantas jentik nyamuk

6. Buang air kecil dan buang air besar di jamban sekolah

2.4 Peran Orang Tua/Ibu

Fungsi keluarga meliputi : fungsi keagamaan, sosial budaya dan cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi, pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan. Dalam pelaksanaan fungsi keluarga sehari-hari adalah terjalinnya komunikasi antara orang tua dan anak dalam menjalankan norma-norma kehidupan. Bila ini terpenuhi anak akan tumbuh sehat jasmani dan rohaninya. Orang tua memegang peranan penting dalam memberikan bimbingan dan pendidikan diluar sekolah terutama jika terjadi sesuatu peristiwa pada anaknya. Orang tua dianggap anaknya sebagai orang yang paling dipercaya dalam memberi informasi. Orang tua dapat memberikan rasa nyaman, menyembuhkan ketika sakit dan menenangkan ketika marah. Sejak bayi dirasakan orang tua (terutama ibu) dapat diandalkan, setiap anak membutuhkan sesuatu dan ini membentuk Basic trust yaitu awal dari kapasitas anak untuk mempercayai sesuatu kepada orang lain untuk kepentingan dirinya.

Bagi anak usia sekolah peran orang tua dan guru sangat penting. Peran orang tua dalam pendidikan kesehatan dapat disesuaikan dengan program kesehatan disekolah dan berusaha untuk mengetahui dan mempelajari apa yang didapat anaknya


(36)

dari sekolah dan mendorong anaknya untuk mempraktekkan kebiasaan hidup sehat di rumah (Notoatmodjo, 2005).

2.5 Peran Guru

Guru adalah orang yang memiliki kredibilitas tertentu (telah menempuh kompetensi pendidikan untuk mengajar) untuk memberikan pendidikan, bimbingan dan pengembangan kreatifitas bagi anak yang sedang belajar di sekoiah. Guru merupakan orang yang sangat berarti karena mempunyai nilai-nilai yang ideal bagi anak remaja dan mempunyai pengaruh cukup besar bagi perkembangan identitas diri karena dalam usia sekolah anak sedang mencari model. Guru yang menjadi model bagi anak sekolah akan dijadikan contoh dalam proses identifikasinya. Remaja cenderung akan menganut dan menginternalisasikan nilai-nilai yang diajarkan gurunya ke dalam dirinya (Soetjiningsih, 2004).

Guru juga merupakan wadah yang tepat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan melalui mata ajaran yang terstruktur dalam kurikulum, memonitor pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya. mengawasi dan melindungi anak didiknya (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan kesehatan terutama pendidikan reproduksi dalam hal ini materi tentang menstruasi hendaknya tidak dipisahkan dari pendidikan umum lainnya. Pendidikan reproduksi dimasukan dalam pelajaran ilmu biologi, kesehatan, moral dan etika secara bertahap dan terus menerus. Guru yang berkompeten dalam memberikan materi kesehatan reproduksi adalah guru bidang studi sains, dimana selain dibekali kompetensi pengetahuan, murid juga dibimbing


(37)

pada pendekatan masalah {problem solving approach) dan diskusi kelompok. Diharapkan dengan adanya metode ini murid dapat diberi kesempatan berkonsultasi dengan guru dan berdiskusi dengan sesama temannya (Santrock, 2007).

2.6 Peran Teman Sebaya

Sebagian besar orang tua di Indonesia sependapat bahwa pendidikan anak harus dimulai dari rumah, tetapi tidak demikian untuk pendidikan seksual dan reproduksi. Oleh karena itu sering kali anak remaja merasa orang tuanya menutup kesempatan berbicara mengenai seksual, sehingga mereka terpaksa mcncarinya dari sumber lain yang lebih dipercaya. Remaja memiliki kecenderungan yang kuat untuk berada diantara teman sebayanya di luar rumah, mereka akan berkelompok dan akan merasa aman dalam kelompok tersebut. Dalam berbicara atau berkata-kata, minat, keterampilan, bersikap dan berperilaku lebih besar dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. Mereka akan merasa diterima oleh kelompok apabila memiliki kesamaan sikap dan perilaku, baik yang mengikut norma maupun yang menyimpang tanpa berfikir akibat yang akan terjadi pada dirinya maupun dampak terhadap keluarganya (Hurlock,1995).

Dalam keadaan normal, keluarga merupakan satu-satunya tempat berlindung yang nyaman bagi anak mereka mulai menengok dunia di luar keluarga, yakni teman sebaya. Begitu pentingnya teman sebaya bagi remaja, bahkan ada kalanya sangat penting melebihi keluarga. Hal ini disebabkan di sana mereka lebih bebas berekspresi, dapat bersama-sama mendapatkan pengalaman tentang dunia, dan dapat


(38)

memperkuat identitas dirinya melalui aktivitas bersama termasuk saling berdiskusi tentang kesehatan reproduksi yang dialaminya.

2.7 Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama

(resultante) antara berbagai faktor, baik faktor internal seperti tingkat kecerdasan. tingkat emosional, jenis kelamin ataupun faktor eksternal seperti lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik.

Perilaku terdiri dari lima kategori atau tahapan yaitu:

1) Peniruan : dimana tindakan yang diamati akan mulai ditiru.

2) Penggunaan : tindakan dilakukan sesuai instruksi dan sudah mulai memiliki keterampilan.

3) Ketelitian : mampu melakukan perbaikan.

4) Penyambungan : adanya kesesuaian perilaku dengan situasi yang ada. 5) Naturalisasi: perilaku diterapkan secara langgeng.

Perilaku adalah aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku harus terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi-reaksi yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan suatu reaksi atau perilaku tertentu pula (Notoatmodjo, 2007).


(39)

Adapun konsep perilaku yang berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut:

2.7.1 Perilaku kesehatan (health behavior)

2.7.2

adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya termasuk tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, menjaga kcsehatan diri, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya.

Perilaku sakit (illness behavior)

2.7.3

adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit termasuk juga kemampuan atau pengetahuannya untuk mengidentifikasi penyakit. penyebab penyakit serta usaha pencegahan terhadap penyakit tersebut.

Perilaku peran sakit (sick role behavior) adalah segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memeperoleh kesembuhannya. Hal ini disamping berperan terhadap kesehatannya atau kesakitannya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab kesehatannya.

Sesuai dengan dengan teori Green (2005) bahwa perilaku kesehatan termasuk didalam menjaga kebersihan menstruasi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposing (pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, sikap, keyakinan, kapasitas atau ekonomi keluarga, faktor pendukung (ketersediaan sumber daya kesehatan, aksesibilitas sumber daya kesehatan) serta faktor pendorong (dukungan keluarga, teman, guru, penyedia layanan kesehatan,


(40)

pengambil keputusan dan tokoh masyarakat). Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksi dan pada akhirnya ia akan memiliki tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain karena tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan reproduksi maka seseorang akan mudah berperilaku yang membahayakan kesehatan alat-alat reproduksinya. Maka seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan memilih perilaku yang tepat, artinya perilaku tersebut akan mampu mempertahankan kualitas atau kondisi kesehatan reproduksinya. Jika terkait dengan menstruasi maka yang akan dipilih adalah berperilaku higienis pada saat menstruasi.

2.8 Remaja

Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang mengalami beberapa perubahan dimana terjadi pertumbuhan (growth spurt) timbul ciri-ciri seks skunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004). Pada remaja perempuan masa pubertas ditetapkan mulai saat ia mendapat menstruasi yang pertama

(menarche) yaitu pada usia sekitar 11-13 tahun. Setelah menarche terjadi pematangan (maturasi) biologis pada fungsi organ seksualnya sehingga rata-rata pada usia 13 tahun seorang anak perempuan organ seksualnya sudah matang (Widyastuti, dkk, 2009).


(41)

Proses pematangan (maturasi) biologis ini dapat disertai dengan maturasi psikologis tetapi umumnya maturasi biologis terjadi lebih cepat dari psikologis sehingga potensi untuk terjadinya konflik dalam diri anak remaja cukup besar. Secara biologis remaja tersebut dapat digolongkan dewasa tetapi secara mental sebenarnya dia dalam tahap pencarian identitas diri .

Depkes RI (1995) dalam Widyastuti, dkk (2009) membagi remaja menjadi tiga kelompok berdasarkan sifat dan perkembangan psikologisnya yaitu :

1. Remaja awal/Early adolescence (11-13 tahun)

Periode ini ditandai oleh percepatan pertumbuhan dan perubahan biologis. Remaja menghadapi tiga faktor lingkungan yaitu keluarga, kelompok sebaya dan lingkungan sekolah. Kondisi utama dalam proses perkembangan adalah dorongan ingin bebas dan mandiri.

2. Remaja pertengahan /Mid adolescence (14-16 tahun)

Pada periode ini mulai terjadi perkembangan imajinasi yang menyebabkan keinginan untuk mencoba-coba. Mulai senang berkelompok dengan jenis kelamin berbeda dan remaja berusaha menentukan jati dirinya.

3. Remaja akhir/Late adolescence (17-20 tahun ).

Kematangan fisik sudah tercapai sepenuhnya pada periode ini, perilaku seksual sudah mengarah keperilaku seksual dewasa.

Pada remaja awal /praremaja pertumbuhan lebih cepat dari pada masa prasekolah, ketrampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain


(42)

berkelompok. Anak perempuan dua tahun lebih cepat memasuki remaja dibandingkan dengan anak laki-laki. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi pertambahan berat badan dan tinggi badan yang disebut pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan yang pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks skunder (Soetjiningsih, 2004).

2.9 Anatomi Organ Reproduksi Wanita

Anatomi organ reproduksi wanita terbagi dua yaitu organ reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar terdiri dari : (1) Mons veneris, yaitu bagian yang menonjol diatas sympisis dan ditutupin oleh rambut kemaluan pada wanita dewasa. (2) Labia mayora yaitu bibir – bibir besar terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah. (3) Labia minora yaitu bibir – bibir kecil berupa lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora. (4)

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil terletak tepat di bawah arkus pubis. (5) Vulva yaitu berbentuk lonjong memanjang dari muka dibatasi oleh klitoris, kanan dan kiri dibatasi oleh labia minora dan belakang oleh perineum. (6)

Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda pada setiap individu, dilindungi oleh labia minora dan ditutupi oleh hymen atau selaput darah. (7)

Perineum terletak antara vulva dan anus.

Organ reproduksi bagian dalam terdiri dari : (1) Vagina atau liang kemaluan. (2)

Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular berbentuk seperti buah pir terbalik. (3) Tuba falopii merupakan organ saluran sel telur atau ovum. (4) Ovarium atau


(43)

indung telur yang berfungsi dalam pembentukkan dan pematangan folikel primodial menjadi folikel degraf atau yang disebut dengan ovulasi (Prawiharjo, 2008).

2.9.1 Menstruasi

Kata menstruasi berasal dari bahasa latin yang berarti bulan, dan sering disebut dengan istilah mens atau haid. Menstruasi adalah terjadinya perdarahan melalui vagina yang bersifat fisiologis karena luruhnya lapisan endometrium dari dinding rahim. Pada siklus menstruasi endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang telah dibuahi setelah terjadi ovulasi dibawah pengaruh hormon ovarium yaitu estrogen dan progesteron. Selama menstruasi ovarium memulai kembali proses pematangan sel telur baru dan seluruh siklus akan dimulai kembali dengan tujuan mempersiapkan dinding rahim untuk menerima sel telur yang telah dibuahi, bila kehamilan tidak terjadi maka dinding rahim akan mengeluarkan darah menstruasi.

2.9.2 Fisiologi Menstruasi

Pada siklus menstruasi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dikeluarkan oleh

lobus anterior hypophysis yang menimbulkan beberapa follikel yang akan berkembang menjadi folikel de graaf yang menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen ini menekan produksi FSH sehingga lobus anterior hypophysis dapat mengeluarkan hormone gonadotropin dan LH (Luteinizing Hormone). Produksi hormon FSH dan LH dipengaruhi oleh Releasing Hormone (RH) yang disalurkan dari

hypothalamus ke hypophisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hypothalamus dan faktor dari luar seperti cahaya, bau-


(44)

bauan melalui bulbus olfactorius dan hal –hal psikologik. Contohnya di Negara bermusim dingin dan panas, kehamilan lebih banyak terjadi pada musim semi (mulai ada cahaya) dan musim panas (banyak cahaya). Sedangkan pengaruh bau – bauan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Bila penyaluran RH berjalan baik maka produksi hormone gonadotropin akan lebih baik pula sehingga folikel de graaf akan menjadi matang dan semakin banyak berisi liquour folliculi yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium sehingga menyebabkan endomertium tumbuh dan berproliferasi yang disebut sebagai masa proliferasi (Prawirohardjo, 1999).

Dibawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi lebih matang dan mendekati permukaan ovarium maka terjadilah ovulasi (ovum dilepas dari ovarium). Pada ovulasi kadang – kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum di pelvis sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain.

Setelah ovulasi terjadi dibentuklah corpus rubrum yang akan menjadi corpus luteum

di bawah pengaruh LH dan LTH {lutetropic Hormone). Corpus luteum menghasilkan progesteron. Progesteron mempengaruhi endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkelok-kelok di endometrium. Tampak dilatasi dan stasis dengan hyperamia yang diikuti oleh spasme dan ischamia. Setelah terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yong nekrotik. Proses inilah yang disebut dengan menstruasi (Prawiroharjo, 1999).


(45)

2.9.3 Siklus Menstruasi

Pada jarak waktu tertentu sejak mengalami menarche pada mulanya menstruasi tidak teratur tetapi semakin lama semakin teratur. Dalam waktu empat sampai enam tahun sejak menarche (kira-kira usia 11-12 tahun) pola menstruasi sudah terbentuk. Pada umumnya pola menstruasi datang sebulan sekali kecuali bila terputus ketika sedang mengandung dan berlangsung terus sehingga kira-kira usia 45 tahun. Pada saat itu menstruasi kembali tidak teratur. Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi sekarang dengan mulainya menstruasi pada bulan berikutnya. Hari mulai terjadinya perdarahan menstruasi dinamakan hari pertama siklus (Prawirohardjo, 1999).

Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik adalah 28 hari tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa perempuan tetapi juga pada perempuan yang sama. Panjang siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus pada gadis usia 12 tahun adalah 35 hari. pada perempuan usia 43 tahun adalah 27 hari dan pada usia 45 tahun mulai tidak teratur dan kemudian akan berhenti sama sekali yang disebut dengan klimakterium. Lamanya menstruasi biasanya antara tiga sampai lima hari, ada yang satu sampai dua hari dan kemudian diikuti keluarnya darah sedikit-sedikit, biasanya tujuh sampai delapan hari. Biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar selama menstruasi kurang lebih 50 cc. Pada perempuan dengan defisiensi zat besi jumlah darah menstruasi juga lebih banyak (Prawiroharjo, 1999).


(46)

1.

Setiap siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase – fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fase – fase tersebut adalah :

Fase menstruasi atau deskuamasi

2.

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemilisis atau aglutinasi. Pada fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus disertai perdarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari. Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi

3.

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lender baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium.Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm.Fase ini telah mulai sejak fase mensruasi dan berlangsung 4 hari.

Fase intermenstum atau fase proliferasi

Berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus menstruasi dan terdiri dari 3 tahap, yaitu : (1) Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke 4 sampai hari ke 7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel. (2) Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke 8 sampai hari ke 10. Fase ini merupakan bentuk transisi yang dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi. (3) Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke


(47)

11 sampai hari ke 14. Fase ini dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal kurang lebih 3,5 .

4. Fase pramenstruasi atau fase sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi berlangsung dari hari ke 14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjer berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang perubahan tujuan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi . Fase sekresi dibagi atas 1). Fase sekresi dini ; 2). Fase sekresi lanjut. 2.9.4 Kebersihan saat Menstruasi

Menurut Sugono (2008) Menjaga kebersihan adalah usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan, jadi perilaku menjaga kebersihan saat menstruasi adalah usaha untuk mempertahankan atau memeperbaiki kesehatan dengan memelihara kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. Tujuan dari menjaga kebersihan saat menstruasi adalah untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang. Blum (1981) mengatakan beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang adalah lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (genetik).


(48)

Perilaku yang dimaksud adalah perilaku sehat dan perilaku tidak sehat yang dimulai oleh diri sendiri seperti contoh perilaku sehat yaitu mengganti pembalut 4-5 kali sehari disaat menstruasi dapat mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh kuman yang menempel dipembalut yang otomatis menempel pada kulit dari pada perilaku yang tidak sehat seperti hanya menggunakan dan mengganti pembalut 1 kali sehari sehingga darah menstruasi dalam waktu lama menempel pada kulit dan dapat menimbulkan kuman berkembang biak, dengan begitu menjaga kebersihan diri saat menstruasi juga merupakan komponen yang penting dalam status perilaku kesehatan seseorang.

Pada saat menstruasi diperlukan alat untuk menampung cairan darah menstruasi yang saat ini banyak digunakan adalah pembalut wanita yang relatif mudah dan nyaman (Llewellyn, 1997). Mengganti pembalut dengan teratur akan mencegah timbulnya bakteri yang menyebabkan gangguan pada vagina seperti bau, keputihan yang dapat menyebabkan infeksi.

Untuk mencegah infeksi pada alat reproduksi seharusnya mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut dan cara membersihkan vagina yang efektif adalah menyemprotkan air langsung ke vagina. Cara membersihkan vagina harus dengan air bersih dari arah depan ke belakang, jangan menyiram dari belakang atau membersihkan dengan tangan yang telah menyentuh lubang dubur (anus) yang banyak mengandung kuman (Wisnuwhardani, 1997).


(49)

2.9.5 Menstruasi Pertama sebagai Pengalaman Psikis

Pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dari ibunya (Lwellyn, 1997). Namun tidak semua ibu memberi informasi yang memadai kepada putrinya dan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai anak gadisnya mengalami menstruasi pertama. Hal ini menimbulkan kekecewaan pada anak, bahkan sering menimbulkan sikap yang negatif. yang menyebabkan timbulnya perasaan malu dan melihatnya sebagai penyakit. Biasanya juga dibarengi oleh perasaan bersalah. berdosa yang ditimbulkan oleh peristiwa berdarah pada organ kelaminnya. Dimana darah menstruasi diidentifikasikan sebagai sesuatu yang sangat najis dan haram serta hal-hal yang sangat menjijikan. Menstruasi pertama ini dihayati oleh anak sebagai suatu pengalaman psikis yang traumatis (Santrock.2007).

Llewellyn (1997) mengatakan bahwa hingga saat ini masih ada kepercayaan yang menganggap perempuan yang mengalami menstruasi berbahaya atau kurang bersih karena itu harus disingkirkan atau dihindari dari kegiatan sosial. Santrock (2007) melaporkan hasil penelitian menghadapi menstruasi ternyata sebagian responden berespon positif dengan menyatakan bahwa menstruasi menunjukan dirinya sudah dewasa sudah matang secara biologis. Namun sebagian besar dari mereka menunjukan respon negatif dengan menyatakan mereka merasa sedih, takut, malu dan bingung. Ternyata mereka tidak disiapkan dengan informasi penting tentang menstruasi oleh keluarga dan lingkungan pendidikannya dan bagi mereka yang mengalami perkembangan seksual lebih dini akan merespon negatif.


(50)

2.10 Kerangka Teori

Faktor penentu perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak. minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo. 2007).

Green (2005) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes), Dalam perencanaan perilaku kesehatan, Green mengembangkan suatu kerangka kerja yang disebut dengan PRECEDE (Predisposisi, Reinforcing dan Enabling Causes in Education an Evaluation). Kerangka PRECEDE tersebut digambarkan secara sederhana sebagai berikut:


(51)

Gambar 2.1 Pembentukan Perilaku Modifikasi Green, 2005

Sumber : Green, Lawrence, W. Health Program Planning, An Educational and Ecological Approach. 2005, Page 149.

Di dalam kegiatan kerja PRECEDE ini. Green menempatkan akar perilaku dalam tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Dari ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor predisposisi

Termasuk dalam faktor ini yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan pendidikan. Faktor ini merupakan anteseden terhadap dasar perilaku atau motivasi. Secara umum kita dapat mengatakan bahwa faktor

(predisposing factors)

Faktor Pemungkin :

• Ketersediaan Fasilitas

• Ketercapaian sarana kesehatan

Perilaku individu Faktor Penguat :

• Keluarga

• Teman sejawat

• Guru

• Petugas kesehatan

• Tokoh masyarakat

• Pimpinan

• Pengambil keputusan Faktor Pendukung :

• Pengetahuan

• Kepercayaan

• Nilai/Value

• Sikap

• Keyakinan


(52)

predisposisi sebagai referensi bagi seseorang atau kelompok dalam suatu pengalaman belajar. Faktor predisposisi lain yang perlu dipertimbangkan dan mendapat perhatian adalah faktor sosio-demografi seperti umur, jenis kelamin serta jumlah anggota keluarga yang juga dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan.

b. Faktor pemungkin

Faktor pemungkin merupakan anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu inspirasi atau motivasi terlaksana. Faktor ini mencakup potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat dalam wujud lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan. Hal lain yang juga merupakan faktor pemungkin yaitu keterjangkauan terhadap berbagai sumber daya seperti biaya, jarak dari rumah ke tempat pelayanan kesehatan, keterampilan petugas dan sebagainya.

(enabling factors)

c. Faktor penguat

Faktor penguat merupakan faktor penyerta. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas, keluarga. teman atau sahabat, pejabat atau kelompok referensi yang dikenal dengan sebutan panutan. Faktor-faktor ini lebih ditekankan pada siapa-siapa yang mempengaruhi individu untuk melakukan suatu tindakan atau praktek hidup sehat. Dalam prakteknya dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi. Disamping itu adanya fasilitas


(53)

kesehatan serta sikap dan perilaku petugas kesehatan atau para panutan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku tersebut.

2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan modifikasi dari teori Green, 2005, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan gambar 2.2, diketahui variabel indenpenden dalam penelitian ini adalah (1) faktor pendukung yang diteliti pengetahuan dan sikap, (2) faktor pemungkin yang diteliti ketersediaan fasilitas, (3) faktor penguat yang diteliti peran ibu, guru, dan teman sebaya. Sedangkan variabel dependen adalah perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi.

Faktor Pendukung : 1. Pengetahuan 2. Sikap Faktor Pemungkin :

1. Ketersediaan Fasilitas Faktor Penguat :

1. Peran Ibu 2. Peran Guru

3. Peran Teman Sebaya

Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat


(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Penelitian Cross Sectional merupakan penelitian dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat dan subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat pemeriksaan (Machfoedz, 2011). Rancangan penelitian Cross Sectional dipilih dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, peran ibu, peran guru, peran teman sebaya terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMP PGRI 58 di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. Alasan pemilihan lokasi adalah karena sewaktu wawancara awal di SMP PGRI 58, pengetahuan dan perilaku remaja putri masih ada yang kurang mengerti tentang menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi.

Penelitian ini dimulai dengan penelusuran kepustakaan, melakukan survei awal, konsultasi judul dengan pembimbing, penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data penelitian, pengolahan data, penyusunan hasil penelitian, serta


(55)

seminar hasil penelitian. Keseluruhan proses penelitian tersebut direncanakan akan dilakukan pada bulan November 2012–Juni 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMP PGRI 58 kelas VII, VIII dan IX yang berjumlah 391 siswi. Jumlah siswi setiap kelasnya seperti terlihat pada tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1 Distribusi siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa

No Kelas Jumlah Populasi

1. Tujuh (VII) 139

2. Delapan (VIII) 150

3. Sembilan (IX) 102

Total Populasi 391

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan rumus Lemeshow (1997) yang dikutip dalam Hidayat, (2011) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

N = Jumlah populasi n = Besarnya sampel d = Galat pendugaan (0,05)


(56)

Z (1-α/2) = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan α (untuk α = 0,05 adalah 1,96)

P = Proporsi siswi yang tidak menjaga kebersihan saat menstruasi (0,5) Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

n = 194

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus Lemeshow, maka sampel yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah 194 siswi yang diambil dari proposi setiap kelas.

3.3.3 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Nursalam 2003, dalam Hidayat 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Remaja yang sudah pernah mendapatkan menstruasi 2. Tinggal dengan orang tua (ibu)


(57)

3.3.4 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara probability sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan peluang yang sama dalam pengambilan sampel, yang bertujuan untuk generalisasi (Hidayat, 2011). Agar memperoleh sampel yang representatif, langkah – langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menjumlahkan proporsi sampel dengan jumlah populasi yang ada pada tiap- tiap kelas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Pada Tiap-tiap Kelas Berdasarkan Proporsi No Kelas Jumlah Populasi Perhitungan Jumlah Sampel

1. VII 139 139/391 x 194 69

2. VIII 150 150/391 x 194 74

3. IX 102 102/391 x 194 51

Total 391 194

2. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel menggunakan rancangan systematic random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak sistematis.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari responden secara langsung melalui penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data mengenai pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, peran ibu, peran guru, peran teman sebaya


(58)

dan perilaku siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa dalam menjaga kebersihan organ reproduksi pada saat menstruasi.

3.4.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada responden. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan di bantu oleh guru yang ditunjuk Kepala Sekolah. Setelah mendapatkan sampel yang sesuai kriteria dari 3 kelas ini dikumpulkan dalam satu aula. Pada saat pengisian kuesioner ini peneliti dibantu oleh 2 orang guru untuk ikut mengawasi pelaksanaan penelitian ini. Sebelum kuesioner diisi terlebih dahulu dijelaskan cara - cara mengisinya serta maksud dari tujuan pengisian kuesioner, waktu pelaksanaan pengumpulan data dilakukan serentak pada hari yang sama, dan tahap yang terakhir mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden.

3.4.3

Menurut Hidayat (2011), uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antar variabel dengan melihat nilai correlation item dan membandingkan dengan nilai tabel r

product moment, dengan ketentuan bila r hitung > r tabel pada df = 28 dan α = 5%, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketetapan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali


(59)

pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r Tabel, maka dinyatakan reliabel. Nilai r reliabel dalam penelitian ini menggunakan critical value of the product moment pada taraf signifikan 95% ( Riduwan, 2009).

Pengukuran yang reliabel tentu akan konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas alat ukur dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah koefisien reliabilitas mendekati angka 0 berarti semakin tidak reliabel alat ukur tersebut (Azwar, 2004). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SMP Amanah Medan sebanyak 30 orang dengan kriteria yang sama dengan responden. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Pengetahuan)

Pengetahuan Nilai Corrected Item-Total

Status

Pertanyaan 1 0,505 Valid

Pertanyaan 2 0,557 Valid

Pertanyaan 3 0,655 Valid

Pertanyaan 4 0,671 Valid

Pertanyaan 5 0,390 Valid

Pertanyaan 6 0,444 Valid

Pertanyaan 7 0,600 Valid

Pertanyaan 8 0,427

Reliabilitas Cronbach’s Alpha = 0,811

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan pengetahuan sebanyak 8 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-Tabel)


(60)

dengan nilai cronbach alpha 0,811, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel pengetahuan valid dan reliabel.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Sikap)

Sikap Nilai Corrected

Item-Total

Keterangan

Pertanyaan 1 0,787 Valid

Pertanyaan 2 0,806 Valid

Pertanyaan 3 0,782 Valid

Pertanyaan 4 0,746 Valid

Pertanyaan 5 0,661 Valid

Pertanyaan 6 0,821 Valid

Pertanyaan 7 0,599 Valid

Pertanyaan 8 0,730 Valid

Pertanyaan 9 0,618 Valid

Pertanyaan 10 0,545 Valid

Reliabilitas Cronbach’s Alpha = 0,923

Berdasarkan Tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan sikap sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai

cronbach alpha 0,923 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel sikap valid dan reliabel.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (ketersediaan)

Ketersediaan Fasilitas Nilai Corrected Item-Total

Keterangan

Pertanyaan 1 0,550 Valid

Pertanyaan 2 0,476 Valid

Pertanyaan 3 0,468 Valid

Pertanyaan 4 0,713 Valid

Pertanyaan 5 0,685 Valid


(61)

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan ketersediaan fasilitas sebanyak 5 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach alpha 0,792 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel ketersediaan valid dan reliabel.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Peran Ibu)

Peran Ibu Nilai Corrected Item-Total

Keterangan

Pertanyaan 1 0,604 Valid

Pertanyaan 2 0,424 Valid

Pertanyaan 3 0,594 Valid

Pertanyaan 4 0,778 Valid

Pertanyaan 5 0,712 Valid

Reliabilitas Cronbach’s Alpha = 0,824

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan peran ibu sebanyak 5 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai

cronbach alpha 0,824 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel peran ibu valid dan reliabel.

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Peran Guru)

Peran Guru Nilai Corrected Item-Total

Keterangan

Pertanyaan 1 0,704 Valid

Pertanyaan 2 0,751 Valid

Pertanyaan 3 0,554 Valid

Pertanyaan 4 0,476 Valid

Pertanyaan 5 0,598 Valid


(1)

agama juga memberikan peranan yaitu sebesar 58,8% guru agama menjelaskan tentang kaidah menjaga kebersihan saat menstruasi dan sebesar 45,4% siswi menyatakan guru agama pernah mengajarkan cara membuang pembalut yang telah selesai di gunakan.

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p= 0,078 > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran guru dengan perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada penelitian ini. Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan tidak ada pengaruh peran guru dengan perilaku menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. Walaupun hasil analisis bivariat dan analisis multivariat tidak menunjukkan tidak ada hubungan dan pengaruh antara peran guru terhadap perilaku kebersihan saat menstruasi, akan tetapi pendidikan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi perlu disebarluaskan dan ditingkatkan agar ada hubungan komunikasi antara siswi dengan guru disekolah dan siswa tetap menjaga kebersihannya.


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:

1. Siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 mayoritas berperilaku kurang dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. Perilaku siswi yang kurang terlihat dominan pada pengantian pembalut dan masih banyak siswi yang masih mengganti pembalut dua kali dalam sehari.

2. Mayoritas pengetahuan siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa masih kurang mengenai kebersihan organ reproduksi, orang tua dan teman sebaya kurang berperan dalam dalam mendukung kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. 3. Terdapat pengaruh pengetahuan tentang kebersihan organ reproduksi saat

menstruasi, peran ibu sebagai pemberi informasi dalam mendukung menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada anak gadisnya dan peran teman sebaya dalam berbagi pengalaman tentang menstruasi terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi.

4. Pengetahuan adalah faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi. Umumnya siswi belum memahami cara membersihkan dan apa yang dilakukan sebelum membersihkan alat kelamin pada saat menstruasi.


(3)

6. 2 Saran

1. Bagi orang tua siswi diharapakan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan membina hubungan komunikasi sejak dini dengan anak (siswi) dalam membicarakan kesehatan reproduksi remaja sehingga anak memperoleh informasi yang benar dan tepat.

2. Diharapkan pihak sekolah meningkatkan perilaku siswi tentang kebersihan khususnya kebersihan organ reproduksi saat menstruasi dengan cara peningkatan sosialisasi kesehatan reprodukasi remaja mengenai kebersihan saat menstruasi. Sosialisasai tersebut dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) dan pendidik sebaya yang bekerjasama dengan BKKBN dan Puskesmas setempat sehingga dapat meningkatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dikalangan remaja.

3. Siswi diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang cara menjaga kebersihan organ reproduksi selama menstruasi melalui berbagai media maupun kegiatan-kegiatan di luar sekolah seperti mengikuti program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) dan Remaja Ceria.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S, 2004, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Arikunto, S, 2003, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta

Bloom, B, 1981, Psikologi Pendidikan, Jakarta

Darmawati, Ira, 2002, Pengetahuan dan Persepsi Mengenai Hygiene Menstruasi pada Siswi SDN Jaka Setia III, Bekasi, Tesis, FKM UI, Depok.

Green, Lawrence. W, 2005, Health Program Planning, An Educational and Ecological Approach, by The McGraw-Hill Companies, Inc, America, New York

Handayani, Hani, 2011, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan, Skripsi FK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Hidayat, A, 2011, Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.

Hurlock, Elizabeth. B, 1995, Psikologi Perkembangan, Edisi ke-5, Jakarta, Erlangga. Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Llewellyn, Derek-Jones, 1989, Ginekologi dan Kesehatan Wanita, diterjemahkan oleh Mohammad, Kartono, dr, Jakarta, Gaya Favorit Press

Machfoedz, Ircham, 2010, Metodologi Penelitian, Penerbit Fitramaya, Yogyakarta Mariyatul, 2010, Gambaran Faktor – Faktor yang Melatarbelakangi Kejadian

Keputihan di SMP Negeri I Tambakboyo Tuban, Jurnal STIKes NU, Tuban Mulyanti, Yuli, 2001, Faktor – faktor yang berhubungan dengan Praktek

Pemeliharaan Kebersihan Menstruasi pada Remaja Putri (Suatu Studi Kasus pada Siswi Kelas I SLTP Negeri I Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat Tahun 2001), Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia


(5)

Novita, N., Franciska, Y., 2011, Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta

Notoatmodjo, S, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT, Rineka Cipta, Jakarta __________________, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT, Rineka,

Cipta, Jakarta

__________________, 2005, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta

Omidvar S, Begum K, 2010, Factors Influencing Hygienic Practices During Menses Among Girls from South India- A Cross Sectional Study, International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, Vol. 2 no 12 (December 2010)

Paat, G. 1997. Pendidikan Seks, Suatu Pendekatan Praktis.Dalam Seminar Sehari Kapan Pendidikan Seks Bagi Anak di mulai, Jakarta 15 November 1997. Pinem, Saroha, 2002, Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Trans Info Media,

Jakarta

Prawirohardjo, S, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta ______________,1999, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Rahmawati, T. C., Hubungan antara Sumber Informasi dan Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Perilaku Personal hygiene selama Menstruasi, jurnal FKM Universitas Muhammadyah Surakarta, 2010

Riduwan, 2009, Variabel – variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung

Rejaningsih, Wanti, 2004, Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Kelas II Terhadap Praktek Pemeliharaan Kebersihan Menstruasi di Madrasah Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, Skripsi, FKM UI, Depok

Saadah.1999. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan tentang Menstruasi pada sisiwi SMP 4 Bekasi Jakarta

Santrock. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga

Sari (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene saat Menstruasi Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan remaja Putri Dalam merawat


(6)

Perineum Saat Menstruasi. Semarang: Skiripsi Ilmu Keperawatan Stikes Telogorejo

Septantia. 2006. Pengaruh Pola Hidup Keluarga dengan Personal Hygiene pada sisiwi SMA 3 Kudus . Tesis, Ilmu Kesehatan

Sibagariang, Ellya, E., Pusmaika, R., Rismalinda, 2010, Kesehatan Reproduksi Wanita, Trans Info Media, Jakarta

Sianturi, Yenni, 2001, Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan tentang Menstruasi pada Siswi Kelas IV, V, dan VI SDN di Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Tahun Pembelajaran 2000-2001, Tesis, FKM UI, Depok

Soetjiningsih, 2004, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Cetakan I, Jakarta, Sagung Seto

Widyastuti, Y., Rahmawati, A., Purnamaningrum, E.Y, 2009, Kesehatan Reproduksi, Fitramaya, Yogyakarta

Wisnuwardhani, S, D, Agustina, F.M.T, 1997, Studi Hygienis Menstruasi dan Infeksi Alat Reproduksi, Bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran dan Kelompok Studi Kesehatan Reproduksi, FKM UI, Jakarta


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Asertifitas Remaja dalam Perilaku Seksual di SMP Negeri 1 Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2013

2 99 145

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Analisis Faktor Yang Memengaruhi Akseptor Kb Dalam Memilih Alat Kontrasepsi IUD Di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

4 58 90

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perkonomian Wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB

4 70 129

Hubungan Indeks Massa Tubuh Terhadap Usia Menarhe Pada Siswi SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Kec.Tanjung Morawa Kab.Deli Serdang Tahun 2008

1 33 41

HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU KEBERSIHAN ORGAN REPRODUKSI SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU, MALANG

2 17 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tindakan Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Luar - Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Remaja Putri Dalam Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Luar Dilingkungan MTS An-Nuur Sengon Sari Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten

0 1 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Faktor – Faktor yang Memengaruhi Perilaku dalam Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi pada Siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor – Faktor yang Memengaruhi Perilaku dalam Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi pada Siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 9

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene saat Menstruasi di SMP 5 Muhammadiyah Yog

1 1 17