Jenis Penjualan Usahatani Kopi Ateng Biaya Produksi Usahatani Kopi Ateng

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Jenis Penjualan Usahatani Kopi Ateng

Dalam menjual hasil produksi usahatani kopi Ateng di daerah penelitian, terdapat dua macam cara yang dilakukan petani yaitu menjual kopi Ateng dalam bentuk gelondong merah cherry red dan menjual kopi Ateng dalam bentuk kopi biji. Kopi Ateng yang dijual dalam bentuk gelondong merah cherry red adalah biji kopi yang langsung dijual oleh petani setelah biji dipanen dari pohonnya tanpa dikupas. Sedangkan kopi Ateng yang dijual dalam bentuk kopi biji adalah biji kopi yang dijual dengan melalui tahapan melepas biji kopi dari daging buah atau kulit buah dengan menggunakan alat penggiling, kemudian biji kopi direndam dan dijemur dibawah sinar matahari dan selanjutnya dikemas dan dipasarkan. Penjualan hasil produksi usahatani kopi Ateng dalam bentuk yang berbeda, berdampak pada perbedaan besarnya pendapatan petani yang diperoleh.

5.2 Biaya Produksi Usahatani Kopi Ateng

Biaya produksi usahatani dalam hal ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani Kopi Ateng selama 1 tahun. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap berupa biaya penyusutan peralatan dan biaya PBB, serta biaya variabel berupa biaya sarana produksi saprodi yang terdiri dari biaya pupuk dan pestisida. Biaya variabel lainnya adalah biaya tenaga kerja serta biaya pasca panen. Universitas Sumatera Utara Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani kopi Ateng per petani dan per hektar dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut. Tabel 8. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kopi Ateng No Jenis Biaya Per Petani Per Hektar 1 Biaya Penyusutan 428.830,56 929.321,65 2 Biaya Saprodi 1.468.950,00 2.934.111,06 3 Biaya Tenaga Kerja 489.166,67 992.591,63 4 Biaya PBB 6.289,58 12.500,00 Total 2.393.236,81 4.868.524,34 Sumber: Data Primer Lampiran 13 diolah Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya produksi usahatani kopi Ateng per petani adalah sebesar Rp. 2.393.236,81 dan rata-rata biaya produksi usahatani kopi Ateng per hektar adalah sebesar Rp. 4.868.524,34. 1. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat adanya penurunan nilai dari alat yang mengalami penyusutan. Ada beberapa alat yang mengalami penyusutan yaitu alat-alat pertanian dan perlengkapan milik petani. Alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garu, angkong, parang, mesin giling dan pompa. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa biaya rata-rata penyusutan alat pertanian yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani kopi ateng adalah sebesar Rp. 428.830,56 per petani dan Rp. 929.321,65 per hektar. Universitas Sumatera Utara 2. Biaya Saprodi Sarana Produksi Yang termasuk dalam biaya saprodi adalah semua biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk dan obat-obatan. a. Pupuk Pupuk yang digunakan oleh petani kopi Ateng didaerah penelitian adalah pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik merupakan pupuk kandang yang dibeli dan pupuk kompos yang biasanya dari sampah kulit kopi serta daun-daun dan tanaman pelindung setelah dipangkas. Selain pupuk organik petani kopi Ateng didaerah penelitian juga menggunakan pupuk kimia dalam usahataninya. Pupuk kimia yang digunakan adalah Urea, Ponska, dan SP-36. b. Obat-obatan Obat-obatan yang digunakan oleh petani kopi Ateng didaerah penelitian adalah herbisida Gramoxone dan pelita yang bertujuan untuk membasmi gulma yang ada di kebun kopi petani. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa biaya rata-rata saprodi sarana produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani kopi ateng adalah sebesar Rp. 1.468.950,00 per petani dan Rp. 2.934.111,06 per hektar. c. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar upah baik tenaga kerja dalam keluarga TKDK maupun tenaga kerja luar keluarga TKLK. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa tenaga kerja yang Universitas Sumatera Utara digunakan adalah tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK. Sistem pengupahan didaerah penelitian adalah sistem harian dengan upah pria sebesar Rp. 50.000hari dan upah wanita sebesar Rp. 40.000hari. Tenaga kerja dalam keluarga TKDK digunakan pada tahap pemupukan, penyemprotan, pemangkasan, pemanenan, penggilingan dan pengeringan. Tenaga kerja luar keluarga TKLK digunakan pada tahap pemupukan, penyemprotan, pemangkasan, pemanenan, dan penggilingan. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani kopi ateng adalah sebesar Rp. 489.166,67 per petani dan Rp. 992.591,63 per hektar. d. Biaya PBB Pajak Bumi dan Bangunan Besarnya biaya PBB tergantung pada lokasi lahan. Semakin jauh lahan dari wilayah kota maka akan semakin murah biaya PBB-nya. Untuk Desa Bangun Das Mariah biaya PBB sama rata semuanya dengan biaya sebesar Rp. 12.500 setiap tahun per hektar. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani kopi ateng adalah sebesar Rp. 6.289,58 per petani dan Rp. 12.500,00 per hektar. Universitas Sumatera Utara Hasil produksi usahatani kopi Ateng tersebut dijual dalam 2 bentuk yakni kopi dijual dalam bentuk gelondong merah cherry red dan dalam bentuk kopi biji. Perlakuan pasca panen atas kedua bentuk cara memberikan konsekuensi biaya pasca panen yang berbeda. Rata-rata biaya pasca panen yang dikeluarkan oleh petani kopi Ateng per petani dan per hektar dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut. Tabel 9. Rata-Rata Biaya Pasca Panen Usahatani Kopi Ateng No Keterangan Per Petani Per Hektar 1 Gelondong Merah Cherry red 2 Kopi Biji 124.000,00 221.560,32 Total 124.000,00 221.560,32 Sumber: Data Primer Lampiran 13 diolah Biaya pasca panen dalam hal ini adalah biaya tenaga kerja untuk menggilingmengupas dan menjemur kopi Ateng. Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya pasca panen usahatani kopi Ateng per petani dan per hektar yang menjual dalam bentuk gelondong merah cherry red adalah sebesar Rp.0 karena kopi yang dijual dalam bentuk gelondong merah cherry red tidak melakukan pengolahan pasca panen dan rata-rata biaya pasca panen usahatani kopi Ateng yang menjual dalam bentuk kopi biji adalah sebesar Rp. 124.000,00 untuk setiap petaninya dan per hektarnya adalah sebesar Rp. 221.560,32. Sebagai akibat perlakuan pasca panen maka harga jual juga berbeda. Harga kopi gelondong merah cherry red rata-rata Rp.7.000Kg sedangkan harga kopi biji rata-rata Rp.24.000Kg. Universitas Sumatera Utara

5.3 Perbandingan Penerimaan Usahatani Kopi Ateng yang Dijual dalam Bentuk Gelondong Merah