03. PPT.SMP.B.Indonesia Profesional
D
PEDAGOGI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA PROFESIONAL KETERAMPILANBERBAHASA DAN KAIDAH BAHASA INDONESIA
(2)
PROFESIONAL:
(3)
(4)
(5)
(6)
Brainstorming
Curah pendapat
1. Pernahkan Saudara malakukan kegiatan yang berkaitan keterampilan berbahasa dan kaidah bahasa?
2. Apakah Saudara mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut? Coba jelaskan kendala yang Saudara hadapi dalam kegiatan tersebut?
(7)
PEMBELAJARAN 1.
(8)
Tujuan
Setelah melaksanakan pembelajaran, peserta diklat
diharapkan memiliki pemahaman tentang keterampilan
berbicara dan mampu mengaplikasikan dalam proses
pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan
pendidikan karakter dalam pembelajaran
(9)
Indikator Pencapaian kompetensi
1. Mengaplikasi prinsip dan prosedur berbahasa secara lisan: berbicara
2. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara deskrit:
berbicara
3. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara integratif:
berbicara
4. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa; berbicara,
berdasarkan konteks (akademis, formal, vokasional)
5. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara lisan
produktif. Berbicara (monolog: bercerita, pidato, ceramah, khotbah
dan dialog: wawancara, diskusi, debat, percakapan, dan drama).
(10)
Materi Pokok
Berbicara Berbicara
• Keterampilan Berbicara • Prinsip-prinsip Berbicara • Tujuan Berbicara
• Prosedur Berbicara
(11)
(12)
Pengertian Keterampilan Berbicara
Menurut Tarigan (2008) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
(13)
Prosedur Berbicara
1. Memilih pokok pembicaraan 2. Membatasi pokok pembicaraan 3. Mengumpulkan bahan-bahan 4. Menyusun kerangka
(14)
(15)
Materi
1. Berbicara sebagai Keterampilan Deskrit
Kata ‘deskrit’ (discrete) yang artinya terpisah atau tersendiri. Dalam hal ini berbicara diartikan sebagai keterampilan tersendiri yang tidak terintegrasi dengan keterampilan berbahasa yang lain (menyimak, membaca, dan menulis).
2. Berbicara Sebagai Keterampilan Terintegrasi
Berbicara memiliki kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu dengan menyimak, membaca, dan menulis.
(16)
(17)
Materi
1. Berbicara untuk tujuan transaksional 2. Berbicara untuk tujuan interaksional 3. Tujuan Berbicara Secara Umum
a. Menghibur
b. Menginformasikan c. Menstimulasi
(18)
(19)
Materi
1. Berbicara pada diri sendiri (monolog) 2. Berbicara empat mata (dialog)
3. Berbicara dalam kelompok
(20)
Pembelajaran 2
(21)
Tujuan
Peserta diklat diharapkan mampu memahami konsep-konsep keterampilan membaca dan dapat menerapkan dalam proses pembelajaran dengan
(22)
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mengaplikasi prinsip dan prosedur keterampilan membaca 2. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa: membaca 3. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa: membaca.
4. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa (membaca) dalam beragam konteks/kepentingan.
5. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara tertulis reseptif. Membaca (teknik: membaca cepat, membaca memindai, membaca sekilas, membaca nyaring. Jenis: membaca intensif, ekstensif, kritis, bahasa(mencari kosa kata, dan kalimat sumbang). Membaca verbal, nonverbal (grafik, denah, tabel), dan verbal-nonverbal.
(23)
Materi Pokok
1. Hakikat membaca 2. Tujuan membaca
3. Faktor-faktor yang memengaruhi membaca 4. Jenis-jenis membaca
(24)
Pengertian Membaca
Membaca merupakan proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (auditoris), suatu proses decoding, yaitu mengubah kode-kode atau lambang-lambang verbal yang berupa rangkaian huruf-huruf menjadi bunyi-bunyi bahasa yang dapat dipahami. Lambang-lambang verbal itu mengusung sejumlah informasi. Proses pengubahan lambang menjadi bunyi berarti itu disebut proses decoding (proses pembacaan sandi).
Membaca merupakan proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak. Definisi ini menyiratkan makna bahwa membaca bukan hanya sekedar mengubah lambang menjadi bunyi dan mengubah bunyi menjadi makna, melainkan lebih ke proses pemetikan informasi atau makna sesuai dengan informasi atau makna yang diusung si penulisnya. Dalam hal ini, pembaca berusaha membongkar dan merekam ulang apa yang yang tersaji dalam teks sesuai dengan sumber penyampainya (penulis).
Membaca merupakan suatu proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan.
(25)
(26)
Terdapat Enam Tujuan Utama Membaca
1. Memperoleh informasi tentang suatu topik. (membaca berita, surat, dan sumber-sumber bacaan sejenis lainnya.)
2. Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu kegiatan ataupun tugas bagi pekerjaan/kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alat-alat rumah tangga).
3. Menguasai akting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki.
4. Berhubungan dengan orang lain, misalnya melalui baca-membaca pesan (SMS), surat/e-mail, dan sarana jejaring sosial lainnya.
5. Memperkirakan suatu peristiwa atau kejadian. (membaca berbagai data) 6. Memperoleh kesenangan atau hiburan. (membaca karya-karya sastra)
(27)
(28)
Materi
1. Faktor Intelegensia
Intelegensia atau kecerdasan merupakan kemampuan mental atau potensi belajar yang berpengaruh terhadap proses pemahaman seseorang
2. Faktor Sikap
Faktor sikap terkait dengan antusiasme, sudut pandang, pola pikir, dan minat seseorang terhadap suatu bacaan.
3. Faktor Penguasaan Bahasa
Tinggi rendahnya penguasaan bahasa seseorang berpengaruh besar terhadap tingkat pemahaman orang itu terhadap suatu bacaan.
4. Faktor Bahan Bacaan
Bahan bacaan sangat beragam, baik itu dalam hal genre, tema, ataupun dalam bentuk penyajiannya. Bahan bacaan yang disajikan dengan aneka gambar yang menarik serta jenis huruf yang variatif dapat meningkatkan daya baca seorang siswa.
(29)
(30)
Materi
1. Membaca Literal
Membaca untuk pemahaman literal, yang melibatkan pemerolehan informasi yang langsung dinyatakan dalam wacana adalah penting dan juga merupakan prasyarat untuk pemahaman tingkat lanjut
2. Membaca Interpretif
Dalam kegiatan membaca interpretif pembaca memahami ide-ide implisit dalam sebuah wacana.
3. Membaca Kritis
Membaca kritis merupakan suatu kegiatan membaca yang disengaja dengan membutuhkan pengujian konsep dan ide-ide untuk penilaian.
(31)
4. Membaca Kreatif
Dalam hal ini seseorang memahami bacaan melalui pengajuan alternatif gagasan baru tanpa dipengaruhi oleh gagasan bacaan yang telah dibacanya
(32)
(33)
1. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
2. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.
3. Guru membaca yang profesional (unggul) 4. Pembaca yang baik
5. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna 6. Siswa menemukan manfaat membaca
7. Perkembangan kosa kata dan pembelajaran 8. Pengikutsertaan
(34)
Aktivitas Pembelajaran
Keterampilan Membaca1. Peserta diklat dibagi menjadi 4-5 kelompok; disesuaian dengan sub-sub materi yang terdapat di dalam pembelaran ini.
2. Setiap kelompok mencatat bagian-bagian penting dari sub-sub bahasan yang menjadi tugasnya.
3. Secara bergiliran, perwakilan kelompok (1 – 2 orang, anggota ahli) tampil di depan kelas untuk menjelaskan pemahamannya terhadap sub-sub bahasan yang dipelajari berkaitan dengan keterampilan membaca.
4. Selain mengkaji materi tentang keterampilan membaca sebagai kegiatan tambahan/pengayaan, setiap peserta secara individu dan kelompok mengerjakan sejumlah latihan yaitu Lk 2.7, Lk 2.8, Lk 2.9, Lk 2.10 dan Lk 2.11 yang tersedia pada pembelajaran ini. 5. Mengembangkan soal keterampilan membaca.
(35)
(36)
PEMBELAJARAN 3
(37)
Tujuan
Setelah mempelajari materi keterampilan menulis, Bapak/Ibu diharapkan mampu memahami hakikat keterampilan menulis dan aplikasinya dalam pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter.
(38)
Indikator Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan prinsip dan prosedur berbahasa secara tertulis (menulis) 2. Menjelaskan prinsip dan prosedur berbahasa: menulis
3. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa: menulis
4. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa; menulis, berdasarkan konteks (akademis, formal, vokasional).
5. Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara tertulis produktif. Menulis; fiksi (pantun, puisi, cerpen, dongeng, novel, drama) dan non-fiksi (catatan harian, iklan, surat, memo, pengumuman, laporan, esai, artikel, karya ilmiah).
(39)
Materi Pokok
1. Hakikat menulis
2. Ciri-ciri tulisan yang baik 3. Tujuan menulis
4. Ragam tulisan
(40)
(41)
Menulis rosidi (2009: 2) mengemukakan bahwa menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis merupakan proses perubahan bentuk tulisan me njadi wujud makna (suhendar, 1997:2).
(42)
(43)
Materi
1. Akumulasi dari berbagai bahan atau pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. 2. Menuangkan gagasan-gagasannya dengan jelas, memanfaatkan struktur
kalimat dengan tepat, dan memberi contoh-contoh yang diperlukan.
3. Mengungkapkan pemikiran penulis secara meyakinkan, menarik minat pembaca terhadap pokok pembicaraan, serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal.
4. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menelaah suatu persoalan secara jelas dan kritis; tidak sekadar berupa pendapat-pendapat umum.
(44)
Tujuan Menulis
1. Memberitahukan atau menjelaskan 2. Meyakinkan
3. Menceritakan sesuatu 4. Mempengaruhi pembaca 5. Menggambarkan sesuatu
(45)
Ragam Tulisan
1. Menulis Informatif
Menulis informasi bertujuan untuk menyampaikan informasi (writing to inform) tentang topik atau menjelaskan bagaimana melakukan sesuatu. Produknya dapat berbentuk berita, surat, ataupun laporan.
2. Menulis Persuasif
Menulis persuasif bertujuan menyatakan pendapat penulis untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca. Bentuk tulisan tersebut dapat berupa editorial, resensi, pidato, iklan.
(46)
2. Menulis Kreatif
Menulis kreatif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan dan mencapai nilai-nilai artistik.
3. Menulis Rekreatif
Teks ini tidak mesti teks yang berisi peristiwa menyenangkan tapi bisa juga tentang peristiwa yang menyedihkan atau tragedi yang pada akhirnya membuat pembaca terhibur.
4. Menulis Kritis
Menulis kritis bertujuan memberi penilaian terhadap suatu karya atau objek baik penilaian positif, negatif, atau keduanya.
(47)
Tulisan Berdasarkan Isi Ataupun Sifatnya
Teks non-Sastra
Teks non-sastra adalah teks yang dikembangkan menurut fakta yang benar dan argumentasi-argumentasi yang jelas.
1. Teks Eksposisi 2. Teks Ulasan 3. Teks Prosedur 4. Teks Biografi
(48)
Teks Sastra
Teks sastra adalah teks baik lisan atau pun tertulis, yang dikembangkan berdasarkan hasil imajinasi atau khayalan (fiksi).
1. Cerita Pendek 2. Fabel
(49)
Prosedur / Langkah-langkah Kegiatan Menulis
Langkah Persiapan
Langkah awal menulis di antaranya adalah menamukan ide, menentukan sikap terhadap ide tersebut, mencari angle atau sudut pandang yang berbeda dari pembahasan
sebelumnya, mencari argument untuk mendukung dan menguapkan sikap. Proses Penulisan
1) Memilih topik dan menemukan tema 2) Membuat peta pikiran
3) Menyusun paragraf 4) Memanfaatkan bahasa
5) Merefleksikan pengalaman dan perhatikan konteks 6) Membangun bentuk tulisan
(50)
Aktivitas Pembelajaran
Keterampilan Menulis
1. Peserta diklat dibagai menjadi 4-5 kelompok; disesuaikan dengan sub-sub materi yang terdapat di dalam pembelajaran ini.
2. Setiap kelompok mencatat bagian-bagian penting dari sub-sub bahasan yang menjadi tugasnya. Secara bergiliran, anggota ahli sebagai perwakilan kelompoknya tampil di depan kelas untuk menjelaskan pemahamannya terhadap sub-sub bahasan yang dipelajarinya. 3. Peserta dari kelompok lain menyampaikan pertanyaan/tanggapan dan langsung dijawab
oleh penyaji; dapat pula dilengkapi dan diperkuat oleh peserta lain yang sekelompok.
4. Sebagai kegiatan tambahan/pengayaan, setiap peserta secara individu dan kelompok mengerjakan sejumlah latihan Lk 3.13, Lk 3.14, Lk 3.15, Lk 3.16, dan Lk 3.17 yang tersedia pada pembelajaran ini dan diakhiri dengan penyimpulan-penyimpulan yang dipandu oleh fasilitator.
(51)
(52)
Pembelajaran 4
(53)
Tujuan
Setelah melaksanakan pembelajaran, peserta diklat diharapkan memiliki pemahaman/penguasaan dan mampu menerapkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu peserta diklat juga diharapkan mampu mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter.
(54)
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mengidentifikasi kaidah bahasa Indonesia (morfologi= tata bentukan, istilah, akronim, singkatan, makna kata, hubungan makna = polisemi, sinonim, antonim, hiponim, homograf, homofon, denotasi, konotasi) sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Menerapkan kaidah bahasa Indonesia (kaidah ejaan dalam menulis; kaidah kalimat = kalimat majemuk, paragraf; kaidah bentukan: morfologi = tata bentukan, istilah, akronim, singkatan, makna kata, hubungan makna = polisemi, sinonim, antonim, hiponim, homograf, homofon, denotasi, konotasi.) sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(55)
Materi Pokok
1. Kelas kata dalam bahasa Indonesia 2. Jenis-jenis makna
(56)
(57)
Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
1. Kata Kerja 2. Kata Benda 3. Kata Ganti 4. Kata Sifat
5. Kata Keterangan 6. Kata Depan
7. Kata Penggabung 8. Kata Seru
9. Kata Sandang 10. Kata Bilangan
(58)
(59)
Makna Denotatif dan Makna Konotatif
1. Makna denotasi
Makna denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.
2. Makna konotasi
Makna konotasi adalah makna yang telah mengalami penambahan-penambahan dari makna asalnya.
(60)
Kata Umum-Kata Khusus
Kata Umum Kata Khusus
Tumbuhan a. rumput
b. mahoni c. kelapa d. padi e. jamur
Bunga a. dahlia
b. melati c. tulip d. matahari e. seroja
(61)
Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya, tetapi bentuk katanya berbeda.
Contoh:
(62)
Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berbeda atau berlawanan maknanya. Contoh:
(63)
Homonim
Homonim adalah kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contoh:
(64)
Homograf
Homograf adalah kata yang tulisannya sama tetapi pelafalan dan maknanya berbeda.
Contoh:
seri I = berseri-seri, gembira seri II = bermain seri, seimbang
(65)
Homonim
Homofon adalah kata yang cara pelafalannya sama, tetapi penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh:
kol I = sayur kol, tanaman kol II = naik colt, kendaraan
(66)
Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna. Contoh: jatuh, sakit.
Ari jatuh dari bangku.
(67)
Perluasan Makna
Perluasan makna (generalisasi), terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas dari makna asalnya.
(68)
Penyempitan Makna
Penyempitan Makna
Penyempitan makna (spesialisasi), terjadi apabila makna suatu kata lebih sempit cakupannya daripada makna asalnya.
(69)
Ameliorasi
Ameliorasi
Ameliorasi adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi daripada kata lain yang sudah ada sebelumnya.
Kata Baru Kata Lama
Istri Bini
(70)
Peyorasi
Peyorasi adalah perubahan makna kata yang nilainya menjadi lebih rendah daripada sebelumnya.
Kata Makna asal Makna baru
fundamentalis
gerombolan
Orang yang berpegang teguh pada prinsip
orang-orang yang berjalan secara bergerombol
orang yang hidup ekslusif, mengutamakan kekerasan
(71)
Sinestesia
Sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan.
(72)
Asosiasi
(73)
(74)
Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan atau afiks adalah satuan bahasa yang digunakan dalam bentuk dasar untuk menghasilkan suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan itulah yang kemudian membentuk kata baru yang disebut kata berimbuhan.
(75)
Kata Ulang
Kata ulang (reduplikasi) adalah kata yang mengalami proses perulangan, baik sebagian atau pun seluruhnya dengan disertai perubahan bunyi atau pun tidak. Kata ulang memiliki beberapa makna, di antaanya, adalah sebagai berikut.
1) Banyak tak tertentu
2) Banyak dan bercam-macam
3) Menyerupai dan bermacam-macam
4) Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar 5) Intensitas kualitatif
6) Intensitas kuantitatif 7) Makna kolektif
(76)
Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru.
Contoh:
abu gosok gatal tangan kantung kempis
Kata majemuk terbagi ke dalam beberapa jenis. Jenis sebuah kata majemuk ditentukan oleh makna yang dikandungnya.
1) Kata kerja 2) Kata benda 3) Kata sifat
(77)
Aktivitas Pembelajaran
1. Peserta diklat ibagi ke dalam 4-5 kelompok untuk mencatat hal-hal penting yang terdapat di dalam modul terkait dengan masalah-masalah kebahasaan (kelas kata) termasuk pembelajarannya di kelas.
2. Setiap kelompok mendapatkan satu pokok pembahasan sebagaimana yang tersedia di dalam modul. 3. Setiap kelompok menunjuk seorang panelis untuk menjadi narasumber di dalam diskusi panel (di depan
kelas).
4. Dengan dipandu oleh seorang moderator, setiap panelis dari perwakilan kelompok, secara bergiliran mempresentasi hasil diskusi kelompoknya. Peserta lain memberikan tanggapan-tanggapan.
5. Moderator membacakan kesimpulan hasil diskusi dengan pengarangan dari instruktur, selain itu peserta juga mengerjakan Lk 4.19 (Penilaian presentasi).
6. Setelah itu, fasilitator memberikan penguatan. Sebagai kegiatan tambahan/pengayaan, setiap peserta secara individu dan kelompok mengerjakan sejumlah latihan Lk 4.20, Lk 4.21, dan Lk 4.22 yang tersedia pada pembelajaran ini.
(78)
(79)
Soal
(80)
Fasilitator memberikan penguatan terhadap berbagai
permasalahan yang terdapat dalam aktivitas pembelajaran
(81)
(1)
Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna
baru.
Contoh:
abu gosok
gatal tangan
kantung kempis
Kata majemuk terbagi ke dalam beberapa jenis. Jenis sebuah kata majemuk
ditentukan oleh makna yang dikandungnya.
1) Kata kerja
2) Kata benda
3) Kata sifat
(2)
Aktivitas Pembelajaran
1. Peserta diklat ibagi ke dalam 4-5 kelompok untuk mencatat hal-hal penting yang terdapat di dalam modul terkait dengan masalah-masalah kebahasaan (kelas kata) termasuk pembelajarannya di kelas.
2. Setiap kelompok mendapatkan satu pokok pembahasan sebagaimana yang tersedia di dalam modul. 3. Setiap kelompok menunjuk seorang panelis untuk menjadi narasumber di dalam diskusi panel (di depan
kelas).
4. Dengan dipandu oleh seorang moderator, setiap panelis dari perwakilan kelompok, secara bergiliran mempresentasi hasil diskusi kelompoknya. Peserta lain memberikan tanggapan-tanggapan.
5. Moderator membacakan kesimpulan hasil diskusi dengan pengarangan dari instruktur, selain itu peserta juga mengerjakan Lk 4.19 (Penilaian presentasi).
6. Setelah itu, fasilitator memberikan penguatan. Sebagai kegiatan tambahan/pengayaan, setiap peserta secara individu dan kelompok mengerjakan sejumlah latihan Lk 4.20, Lk 4.21, dan Lk 4.22 yang tersedia pada pembelajaran ini.
(3)
(4)
Soal
(5)
Fasilitator memberikan penguatan terhadap berbagai
permasalahan yang terdapat dalam aktivitas pembelajaran
(6)