T GEO 1303351 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan esensial bagi makhluk hidup di bumi baik manusia, hewan, maupun tumbuhan untuk bertahan hidup. Tidak ada makhluk hidup yang dapat bertahan tanpa air. Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari tanpa makan, akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama beberapa hari jika tidak minum. Kehidupan yang ada di bumi ini dapat terus berlangsung karena tersedianya air yang cukup. Susana (2003, hlm. 17) mengemukakan “... tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air, karena air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan...”. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi ini.

Ketersediaan air diperlukan tidak hanya dari segi kuantitas saja namun juga dari segi kualitas yang harus tetap memenuhi standar sesuai dengan peruntukannya. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, maka kebutuhan air pun meningkat, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang mahal dan pada musim tertentu menjadi barang langka. Di kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak digunakan oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang produksinya. Di sisi lain, tanah yang merupakan cadangan air sudah banyak ditutup untuk berbagai keperluan seperti perumahan, dan industri tanpa mempedulikan fungsi dari tanah tersebut sebagai wahana simpanan air untuk masa datang.

Jika keseimbangan ketersediaan air terganggu maka air dapat menjadi suatu bencana manakala jumlahnya terlalu besar atau terlalu kecil. Di beberapa tempat ketika musim hujan tiba jumlah air yang terlalu besar mempunyai kekuatan destruktif yang merusak dan mengakibatkan terjadinya bencana banjir, setelah musim berganti kemarau maka bencana kekeringan (drought) melanda. Peristiwa yang ironis ini menjadi penanda adanya ketidakseimbangan antara air


(2)

yang masuk ke dalam tanah dan air yang dikeluarkan dari dalam tanah. Kodoatie dan Sjarief (2008, hlm. 3) mengemukakan :

Yang memprihatinkan adalah kedua bencana tersebut akhir-akhir ini cenderung meningkat. Daerah langganan banjir menjadi lebih luas, ada daerah yang tadinya tidak banjir sekarang mulai merasakan banjir. Di bagian atas, banjir yang besar dengan kekuatan tinggi menjadikan aliran air berubah menjadi banjir bandang yang membawa lumpur, batu-batuan besar dan juga menimbulkan longsor. Dengan bukti nyata peningkatan bencana sangat dikhawatirkan dampak yang terjadi akibat pembangunan yang cenderung mengeksploitasi sumber-sumber daya alam secara membabi buta. Salah satu dampaknya adalah krisis air (baik banjir, longsor, maupun kekeringan) yang telah menjadi persoalan hidup yang kompleks yang harus segera dipecahkan.

Terjadinya krisis air akan merugikan manusia sendiri. Masalah kualitas air, banjir, dan kekeringan pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas manusia yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri, sementara alam yang memberikan air tersebut tidak dipedulikan kelestariannya. Penanganan terpadu dari berbagai unsur masyarakat dan pemerintah untuk pelestarian air perlu dilakukan dari mulai sumber mata air di hulu sampai bagian hilirnya.

Salah satu sumber mata air yang merupakan hulu Sungai Citarum adalah Situ Cisanti. Secara administratif kawasan ini terletak di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Situ Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang yang merupakan Gunungapi aktif di kawasan Bandung pada titik arboretum 73. Gunung Wayang (2181 mdpl) merupakan Gunung api kembar dengan Gunung Windu termasuk pada kategori gunung api tipe B atau gunung api yang berada dalam tingkat kegiatan fumarola/solfatara yang sejak tahun 1600 tidak pernah lagi mengadakan letusan magma. Hendrayana (2010) berpendapat bahwa :

Sumber mata air yang paling layak dan paling baik dikonsumsi adalah sumber air yang berasal dari mata air pegunungan vulkanik. Mata air pegunungan vulkanik memenuhi tiga syarat karakteristik sumber air tanah, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kuantitas dipengaruhi oleh curah hujan, siklus air dan kondisi hidrogeologis di sekitar sumber daya air tersebut. Kualitas dipengaruhi faktor alami (kondisi serta komposisi tanah dan batuan) maupun aktivitas manusia (pertanian, pencemaran rumah tangga, industri, dan lain sebagainya). Sedangkan kontinuitas memberi keseimbangan antara pemakaian dan pengisian ulang.


(3)

Kondisi air yang memenuhi syarat baku mutu merupakan kebutuhan yang utama pada saat ini, sebagai penampung mata air Situ Cisanti penting sekali untuk dijaga kualitas dan kuantitasnya.Berikut adalah gambar 1.1 Kawasan Situ Cisanti :

Gambar 1. 1 Kawasan Situ Cisanti

Sumber : Dokumen penulis (2014)

Dari gambar tersebut terlihat Situ Cisanti yang dikelilingi oleh hutan dengan latar Gunung Wayang. Vegetasi yang rimbun di hutan ini menyebabkan wilayah situ menjadi sejuk dan nyaman. Situ Cisanti yang berada di hutan lindung Gunung Wayang merupakan daerah resapan air bagi keberlangsungan pengaliran tujuh mata air yang dibendung masuk ke dalam situ. Mata air yang mengaliri situ antara lain berasal dari mata air Pangsiraman, Cikahuripan, Cikawedukan, Koleberes, Cihaniwung, Cisadane, dan Cisanti. Mata air yang keluar dari tanah ini terlihat bening dan terasa menyejukkan. Mata air inilah yang akan menentukan keberlangsungan Situ Cisanti. Pelestarian di sekitar Situ Cisanti mempunyai hubungan timbal balik yang sinergi dan menguntungkan bagi lingkungan setempat. Sejalan dengan itu maka rencana pembangunan wilayah ini diharapkan dapat lebih diarahkan dan difokuskan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian fungsi hutan sebagai hutan lindung, hutan wisata dan daerah resapan air.


(4)

Kesejukan udara dan pemandangan yang indah menjadikan Situ Cisanti dijadikan salah satu objek wisata yang memiliki daya tarik yang khas terutama keberadaan mata air dan kearifan lokal masyarakat sekitar situ. Wisatawan yang datang ke Situ Cisanti terdiri dari berbagai segmen usia. Selain itu, karena Situ Cisanti merupakan wilayah hulu Sungai Citarum banyak para pelajar, mahasiswa, atau ilmuwan datang untuk suatu penelitian atau menjadikan situ sebagai sumber belajar. Para wisatawan harus memahami bahwa objek wisata Situ Cisanti berbeda dengan objek wisata yang lain. Wisatawan harus arif dengan tidak merusak lingkungan sekitar Situ. Senada dengan hal ini Dasmann,et al (1979, hlm. 114) mengemukakan bahwa :

Tourism development poses special ecological problems not encountered in other types of economic activity. The environmental resources exploited for tourism attract visitors because of their outstanding beauty, recreational possibilities or educational interest. Often, as in high mountains and islands, the resources of interest for tourism are readily damaged by disturbances.

Dari keterangan tersebut dijelaskan bahwa pembangunan pariwisata berbeda dengan tipe aktivitas ekonomi yang lain. Dimana yang dijual dan dieksploitasi adalah sumberdaya lingkungan yang akan menarik para wisatawan karena keindahan alamnya, atau hanya untuk berekreasi atau objek wisata tersebut penting untuk pendidikan. Sumberdaya yang menarik pariwisata sangat rentan dengan kerusakan karena gangguan dari wisatawan. Dengan demikian wisatawan diharapkan ikut andil untuk melestarikan lingkungan situ minimal ketika mengunjungi dan menikmati alamnya tanpa merusak segala sumberdaya yang ada di dalamnya. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Kawasan Sekitar Situ Cisanti diantaranya menggunakan perahu untuk mengitari Situ Cisanti, memancing ikan, berkemah (camping), atau wisata belajar untuk para pelajar dan mahasiswa.

Hutan Gunung Wayang yang di dalamnya terdapat Situ Cisanti berstatus hutan lindung, hutan produksi, dan hutan produksi terbatas yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Hutan Nomor 195 tahun 2003. Wilayah yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung menghadapi ancaman dan gangguan terhadap lahan hutan berupa perambahan, penebangan liar, dan alih fungsi lahan


(5)

terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari sisi pengelola kawasan hutan yang masih belum optimal dalam melaksanakan peran masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, maupun dari sisi masyarakat sendiri yang tingkat kesadaran akan nilai-nilai pelestarian masih sangat minim. Sehingga ketergantungan masyarakat di sekitar kawasan sekitar sangat tinggi. Gambar 1.2 berikut ini merupakan contoh Kerusakan lahan hutan karena perambahan oleh petani di sekitar Situ Cisanti:

Gambar 1. 2 Kerusakan lahan hutan karena perambahan oleh petani

Sumber : survey penulis (2014)

Kondisi lahan yang memprihatinkan di beberapa titik lokasi yang seharusnya hijau, menunjukkan bahwa etika lingkungan belum disadari secara menyeluruh oleh warga petani sekitar hutan. Disinilah pentingnya penerapan etika lingkungan yang harus dipahami oleh masyarakat. Keraf (2010, hlm. 15) mengemukakan bahwa :

Etika merupakan kaidah, norma atau aturan yang ingin mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting oleh masyarakat untuk dikejar dalam hidup ini. Dengan demikian


(6)

etika juga berisikan nilai–nilai dan prinsip–prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku. Secara lebih luas etika dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk orientasi, arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia.

Perlakuan baik pada lingkungan dengan menerapkan nilai dan prinsip moral yang akan terwujud dalam prilaku akan menguntungkan bagi pelaku bahkan orang disekitarnya. Aturan-aturan pelestarian alam yang ada di lingkungan sekitar seharusnya diterapkan dengan penuh kesadaran untuk kepentingan hidup bersama. Senada dengan pendapat tersebut, Pasya (2007, hlm. 3) mengemukakan bahwa :

Manusia akan mengembangkan sistem nilai budaya yang berhubungan dengan lingkungan, apabila dirasakan daya dukung sudah semakin menurun dan berada pada batas yang dianggap dapat menggoyahkan kehidupan mereka, maka diperlukan usaha untuk menjaga prilaku masyarakat adat yang dapat merugikan lingkungan dan manusia lainnya. Dengan demikian kearifan lokal sebagai usaha untuk menjaga dan melindungi alam sebagai bentuk dari etika lingkungan.

Etika lingkungan yang kita pegang untuk melestarikan Situ Cisanti berupa nilai– nilai dan prinsip moral yang terwujud dalam pemahaman, kesadaran, dan kepedulian yang diterapkan secara langsung. Perlu adanya trik jitu agar nilai–nilai pelestarian menjadi acuan hidup dalam menggunakan lingkungan situ sehingga menjadi kesadaran dan kepedulian yang utuh untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari–hari.

Dari sekian banyak warga perambah hutan Gunung Wayang, ternyata ada seorang warga yang berjuang untuk melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti dengan mengajak petani perambah turun dari gunung dan tetap mempertahankan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat. Orang yang mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan dalam difusi inovasi merupakan agen pembaru (agent of Change). Agen pembaru mempengaruhi masyarakat agar mau menghentikan kegiatan alih fungsi lahan, merambah hutan, dan menebang pohon secara liar dengan tujuan agar pelestarian kawasan sekitar Situ Cisanti khususnya dan lingkungan yang berada di bagian tengah dan hilir Sungai Citarum secara umum dapat terwujud.


(7)

Inovasi yang dilakukan oleh agen pembaru merupakan tauladan nyata yang dapat dilihat, didengar, dirasa, dan terbukti manfaatnya langsung oleh masyarakat. Hal ini dapat menjadi contoh positif bagi masyarakat untuk berjuang menjaga kerimbunan kawasan sekitar Situ Cisanti. Menurut Rohmat (2010) bahwa :

Selain faktor tingkat pendidikan formal masyarakat sasaran yang rendah, dan himpitan kebutuhan ekonomi; keterbatasan capaian keberhasilan upaya ini lebih disebabkan oleh budaya masyarakat atau lebih tepat “kearifan” masyarakat untuk menerima atau tidak menerima introduksi inovasi dalam pola pengelolaan lahannya. Masyarakat sasaran yang umumnya tinggal di pedesaan cenderung bersifat hati-hati dan memerlukan bukti nyata. Sesuatu yang baru akan mereka implementasikan jika sudah “kadeuleu” (kelihatan), “kareungeu” (kedengar), “karasa” (terasa), “karampa” (terbukti) manfaatnya. Di sinilah letak masalahnya,

upaya konservasi SDA, untuk dapat dilihat, didengar, dirasa, dan dibuktikan hasilnya secara nyata memerlukan waktu yang lama, mungkin tidak akan dialami oleh generasi mereka saat ini.

Suatu inovasi lebih mudah mendapatkan penerimaan jika difokuskan pada pendidikan usia sekolah melalui pendidikan, khususnya Mata Pelajaran Geografi. Maka proses kegiatan pembelajaran mengenai pelestarian suatu kawasan diimplementasikan ke dalam pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik dengan cara mengamati dan menafsirkan gejala alam dan gejala sosial yang terjadi dari bahan ajar yang telah disiapkan oleh guru. Bahan ajar yang digunakan oleh peserta didik dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelestarian lingkungan, selanjutnya diharapkan dapat menginspirasi peserta didik agar selalu menggunakan prinsip-prinsip lingkungan dalam pemanfaatan alam, sehingga peserta didik akan tahu, sadar, dan peduli serta melakukan aksi untuk menyelamatkan kerusakan–kerusakan alam yang terjadi. Pembelajaran geografi pada akhirnya mengembangkan intelektual, serta mempersiapkan peserta didik menjadi warga masyarakat yang memiliki persepsi dan prilaku untuk selalu sadar dan peduli serta mampu berpartisipasi aktif dan positif pada pelestarian lingkungan sekitarnya. Bahkan harapan yang lebih jauh lagi yaitu dapat menjadi agen-agen pembaru pelestari lingkungan hidup.


(8)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena ruang yang terjadi di kawasan sekitar Situ Cisanti maka fokus permasalahan yang akan disajikan berkaitan dengan penelusuran dan penggalian kerusakan lingkungan dan pelestarian kawasan sekitar situ yang dilakukan terutama oleh masyarakat termasuk kearifan lokal daerah tersebut karena biasanya lingkungan masyarakat yang berdekatan dengan gunung, situ atau danau dan mata air akan memiliki kearifan lokal untuk menjaga kelestariannya. Kearifan lokal tersebut dapat berupa: pengetahuan, nilai-nilai, etika dan moral, dan norma-norma yang berupa anjuran, larangan, dan sanksi, serta ungkapan-ungkapan yang dipakai sebagai pedoman sikap dan perilaku masyarakat dalam memelihara, menjaga dan melestarikan mata air Situ Cisanti yang akan mengupayakan pelestarian alam.

Bertambahnya jumlah penduduk menambah permasalahan yang berkaitan dengan pelestarian sekitar Situ Cisanti ini. Untuk mengurangi tekanan penduduk kawasan lindung Situ Cisanti oleh masyarakat dalam tataran implementasi dibuat zonasi–zonasi kawasan sekitar Situ Cisanti. Dari hal ini perlu ditelusuri bagaimanakah pembagian zonasi di kawasan sekitar Situ Cisanti? Agen pembaru memiliki andil besar yang merintis cara untuk melakukan upaya–upaya pelestarian kawasan sekitar situ, dengan berbagai rintangan yang dihadapi. Hasil penelusuran dilapangan yang menjadi perhatian peneliti berupa tindakan-tindakan atau prilaku untuk melindungi beberapa mata air dilakukan agen pembaru dan masyarakat kawasan sekitar situ dalam melakukan pemeliharaan sumber air Situ Cisanti. Bagaimana usaha agen pembaru untuk memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam pelestarian sekitar Situ Cisanti. Dari berbagai upaya yang dilakukan agen pembaru tentunya akan membuahkan hasil yang dicapai. Bagaimanakah hasil usaha yang dilakukan agen pembaru dan masyarakat untuk menjaga kelestarian Situ Cisanti? Perlu ada penelusuran lebih mendalam untuk mengkaji permasalahan ini dalam sebuah penelitian yang akan dikaitkan dengan bahan ajar untuk pembelajaran geografi yang diharapkan akan lebih memberikan pemahaman akan pentingnya pelestarian lingkungan bagi keberlangsungan kehidupan.


(9)

Pendidikan yang komprehensif dan terencana akan menghasilkan pendidikan tepat guna dan efektif, serta mampu menjawab tantangan zaman yang akan mengembangkan sistem nilai budaya yang berhubungan dengan lingkungan. Inspirasi dan tauladan dalam aplikasi nilai kearifan lokal sangat tepat untuk peserta didik di sekolah. Mereka akan mengadopsi langsung ilmu dan learning to do/belajar melakukan yang dalam pemeliharaan lingkungan yang akan berdampak positif pada pelestarian alam. Agen pembaru yang telah melakukan berbagai upaya pelestarian di kawasan sekitar Situ Cisanti akan menginspirasi peserta didik untuk gigih mempertahankan pelestarian lingkungan alam. Kompetensi pembelajaran geografi didalamnya mencakup nilai-nilai untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sehingga pemahaman pelestarian lingkungan dapat diintegrasikan melalui pembelajaran ini. Pembelajaran dengan muatan nilai tersebut menambah bahan ajar yang lebih aktual dan nyata dari kehidupan yang dihadapi. Bahan ajar pada materi pelestarian lingkungan meliputi sekumpulan kompetensi dasar tentang pelestarian lingkungan yang harus diketahui, dipelajari, dilatih, dan menjadi milik peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. Yani (2009, hlm. 3) mengemukakan bahwa “...Karena terkait dengan upaya pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar maka guru harus mengembangkan bahan ajar secara terencana, oleh karena itu perlu juga mempertimbangkan komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar...”.

Bahan ajar yang dipersiapkan dapat membuat peserta didik melihat, merasa, dan mengalami, membuktikan bahwa kerusakan alam akan merugikan manusia sendiri dan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan merupakan “harga mati” yang harus dilakukan untuk melestarikan lingkungan kawasan sekitar Situ Cisanti. Dari hasil penelitian yang akan dilakukan akan menghasilkan bahan ajar yang sesuai dengan tema materi mengenai pelestarian lingkungan hidup. Berikut ini adalah gambar 1.3 mengenai gambaran dari latar belakang permasalahan dalam penelitian ini :


(10)

Gambar 1.3 Bagan Latar Belakang Masalah

Sumber : Dokumen penulis (2014)

Bagan tersebut menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang dengan alur penelitian yang mengangkat tentang tema pelestarian dan peran masyarakat di kawasan sekitar Situ Cisanti. Dimulai dari keberadaan Situ Cisanti yang

Upaya pelestarian daerah sekitar situ melalui :

 Pemerintah

 Peran masyarakat (agen pembaru dan masyarakat)

 kearifan lokal Implementasi hasil

penelitian pelestarian Situ Cisanti dalam

Pembelajaran Geografi Kerusakan-kerusakan

Kawasan sekitar Situ Cisanti

Kawasan Sekitar Situ Cisanti Pelestarian Situ Cisanti Zonasi Kawasan Sekitar Hasil usaha pelestarian kawasan sekitar situ Bahan ajar bagi pembelajaran Geografi Kawasan lindung Situ Cisanti Tujuan Pendidikan Nasional Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Melindungi kawasan lindung Tujuan Kurikuler Tujuan Institusional


(11)

mengalami kerusakan lingkungan diantaranya alih fungsi lahan, perambahan hutan, dan penebangan liar yang mengakibatkan mengeringnya mata air yang mengairi Situ Cisanti.

Dari fenomena kerusakan lahan tersebut muncul berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui kearifan lokalnya dan pemerintah pengelola Situ Cisanti. Kemunculan Agen pembaru yang berinovasi mengajak masyarakat untuk kembali menjaga dan memelihara kawasan sekitar situ sehingga menjadi kawasan yang lestari. Teridentifikasinya hasil usaha yang optimal dari penerapan zona–zona sebagai kawasan sekitar bagi Situ Cisanti akan tergali dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Dan dapat diimplikasikan untuk menjadi bahan ajar bagi Mata Pelajaran Geografi yang disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai. Diharapkan dengan pembelajaran ini peserta didik dapat menjadi agen–agen pembaru yang akan melakukan inovasi–inovasi untuk melestarikan kawasan sekitar situ Cisanti. Peserta didik diharapkan mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan. Kesadaran untuk berperilaku bersih, menjaga kelestarian lingkungan yang hijau seharusnya dilakukan melalui menyayangi tanaman dan pepohonan agar tetap rindang, serta peduli terhadap kerusakan alam sekitar, sehingga tercapai kompetensi yang diinginkan, tujuan kurikuler, tujuan institusional, dan bermuara pada tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Dari uraian pada latar belakang, maka penulis tertarik untuk menggali dan mengangkat judul penelitian “Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti”. Agar fokus penelitian ini lebih cermat, maka untuk menjabarkan permasalahan tersebut, penulis merumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah masih ada kearifan lokal yang dilaksanakan oleh masyarakat di kawasan sekitar Situ Cisanti ?

2. Bagaimana pembagian zonasi di kawasan sekitar Situ Cisanti untuk mengurangi tekanan penduduk dalam penggunaan lahan kawasan lindung? 3. Bagaimana peran agen pembaru dan masyarakat untuk melestarikan kawasan


(12)

4. Bagaimanakah hasil usaha agen pembaru dan masyarakat dalam melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti?

5. Bagaimana implikasi hasil penelitian tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti untuk bahan ajar pada pembelajaran geografi di SMA/MA/Sederajat?

C. Fokus Penelitian

Ketika mengkaji pelestarian lingkungan dalam kesatuan ruang sebagai bagian dari fenomena geosfer tentu erat kaitannya antara keberadaan manusia (antroposfer) yang saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Situ Cisanti yang merupakan wilayah lindung Gunung Wayang keberadaannya harus tetap terjaga dengan baik. Daerah hulu Sungai Citarum dengan tipe perairan tergenang ini harus dilestarikan melalui pengelolaan yang prima karena akan menentukan keberlangsungan perjalanan air sungai pada daerah hilirnya. Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa kawasan sekitar situ telah mengalami kerusakan sejak diperbolehkannya masyarakat membuka hutan untuk kegiatan. Padahal biasanya masyarakat yang lingkungan tempat tinggalnya didekat, gunung, hutan, danau, atau mata air selalu menjaga lingkungan tersebut dengan kearifan lokalnya. Pengembangan dan pengelolaan kawasan sekitar Situ Cisanti didasarkan pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar dalam bentuk pembagian wilayah ke dalam zonasi.

Perjuangan agen pembaru untuk mengurangi kerusakan lingkungan memerlukan kerjasama intensif dengan masyarakat dan pemerintah sehingga menghasilkan usaha pelestarian yang maksimal. Sejauhmana peran agen pembaru mengajak masyarakat turut andil dalam mengelola kawasan sekitar Situ Cisanti perlu kajian yang lebih mendalam pada penelitian ini.

Implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan perlu ditelaah sebagai suatu kajian untuk bahan ajar dalam pembelajaran geografi, yang menyangkut keterkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013. Pengintegrasian nilai–nilai Pelestarian Kawasan Sekitar Situ Cisanti dan upaya agen pembaru untuk


(13)

menyelamatkan lingkungan memberikan makna dan inspirasi bagi peserta didik, sehingga diharapkan adanya pembangunan karakter yang kuat untuk menjadi agen–agen pelestari lingkungan berikutnya. Bahan pembelajaran yang aktual mengenai suatu lingkungan tertentu, yang disampaikan secara efisien dan efektif, bermakna, dan mendatangkan wujud nyata lingkungan sebenarnya disertai pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) akan membuat pembelajaran dapat dipahami, menginspirasi dan membuat semangat peserta didik untuk selalu mempertimbangkan aspek pelestarian lingkungan ketika melakukan suatu kegiatan dalam kehidupan sehar–hari.

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam mengkaji dan partisipasi masyarakat di sekitar Situ Cisanti adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jenis kearifan lokal yang masih dilakukan masyarakat sekitar untuk melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti

2. Mengetahui pembagian zonasi kawasan sekitar Situ Cisanti untuk mengurangi tekanan penduduk dalam penggunaan lahan kawasan lindung 3. Mengetahui peran agen pembaru dan masyarakat untuk melestarikan

Kawasan sekitar Situ Cisanti

4. Mengetahui hasil usaha agen pembaru dan masyarakat dalam melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti

5. Mengkaji bahan ajar pelestarian dan peran masyarakat di kawasan sekitar Situ Cisanti dalam pembelajaran geografi di SMA/MA/Sederajat

E. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian selalu memiliki kegunaan dan manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara secara praktis. Adapun manfaat penelitian tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti ini sebagai berikut :


(14)

1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan materi tentang pelestarian alam yang dapat dimasukkan ke dalam bahan ajar Mata Pelajaran Geografi pada pokok bahasan tentang pelestarian lingkungan dan kearifan lokal yang terdapat pada kelas X dan kelas XI kurikulum 2013

b. Masukan data untuk penelitian selanjutnya mengenai pelestarian lingkungan dan kearifan lokal dalam pengembangan bahan ajar Mata Pelajaran Geografi.

2. Manfaat praktis

Penelitian tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti ini secara praktis diharapkan :

a. Bermanfaat bagi pendidik untuk meningkatkan pembelajaran Geografi dengan cara menggunakan bahan ajar yang dibuat sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar atau kontekstual sehingga penggunaan bahan ajar tidak terpaku pada bahan ajar yang sudah ada dari buku penerbit.

b. Bermanfaat bagi peserta didik sehingga mereka memahami tentang pemanfaatan lingkungan yang sekaligus melestarikan alam.

c. Bahan masukan bagi lembaga/instansi terkait dalam hal pelestarian sekitar kawasan Situ Cisanti, sehingga dalam pertimbangannya dapat diambil keputusan yang sesuai terutam bagi para pembuat kebijakan yang hendak membangun wilayah tersebut.


(1)

pendidikan tepat guna dan efektif, serta mampu menjawab tantangan zaman yang akan mengembangkan sistem nilai budaya yang berhubungan dengan lingkungan. Inspirasi dan tauladan dalam aplikasi nilai kearifan lokal sangat tepat untuk peserta didik di sekolah. Mereka akan mengadopsi langsung ilmu dan learning to do/belajar melakukan yang dalam pemeliharaan lingkungan yang akan berdampak positif pada pelestarian alam. Agen pembaru yang telah melakukan berbagai upaya pelestarian di kawasan sekitar Situ Cisanti akan menginspirasi peserta didik untuk gigih mempertahankan pelestarian lingkungan alam. Kompetensi pembelajaran geografi didalamnya mencakup nilai-nilai untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sehingga pemahaman pelestarian lingkungan dapat diintegrasikan melalui pembelajaran ini. Pembelajaran dengan muatan nilai tersebut menambah bahan ajar yang lebih aktual dan nyata dari kehidupan yang dihadapi. Bahan ajar pada materi pelestarian lingkungan meliputi sekumpulan kompetensi dasar tentang pelestarian lingkungan yang harus diketahui, dipelajari, dilatih, dan menjadi milik peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. Yani

(2009, hlm. 3) mengemukakan bahwa “...Karena terkait dengan upaya pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar maka guru harus mengembangkan bahan ajar secara terencana, oleh karena itu perlu juga mempertimbangkan komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar...”.

Bahan ajar yang dipersiapkan dapat membuat peserta didik melihat, merasa, dan mengalami, membuktikan bahwa kerusakan alam akan merugikan manusia sendiri dan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan merupakan

“harga mati” yang harus dilakukan untuk melestarikan lingkungan kawasan

sekitar Situ Cisanti. Dari hasil penelitian yang akan dilakukan akan menghasilkan bahan ajar yang sesuai dengan tema materi mengenai pelestarian lingkungan hidup. Berikut ini adalah gambar 1.3 mengenai gambaran dari latar belakang permasalahan dalam penelitian ini :


(2)

Gambar 1.3 Bagan Latar Belakang Masalah

Sumber : Dokumen penulis (2014)

Bagan tersebut menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang dengan alur penelitian yang mengangkat tentang tema pelestarian dan peran masyarakat di kawasan sekitar Situ Cisanti. Dimulai dari keberadaan Situ Cisanti yang

Upaya pelestarian daerah sekitar situ melalui :  Pemerintah  Peran masyarakat

(agen pembaru dan masyarakat)

 kearifan lokal Implementasi hasil

penelitian pelestarian Situ Cisanti dalam

Pembelajaran Geografi Kerusakan-kerusakan

Kawasan sekitar Situ Cisanti

Kawasan Sekitar Situ Cisanti Pelestarian Situ Cisanti Zonasi Kawasan Sekitar Hasil usaha pelestarian kawasan sekitar situ Bahan ajar bagi pembelajaran Geografi Kawasan lindung Situ Cisanti Tujuan Pendidikan Nasional Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Melindungi kawasan lindung Tujuan Kurikuler Tujuan Institusional


(3)

hutan, dan penebangan liar yang mengakibatkan mengeringnya mata air yang mengairi Situ Cisanti.

Dari fenomena kerusakan lahan tersebut muncul berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui kearifan lokalnya dan pemerintah pengelola Situ Cisanti. Kemunculan Agen pembaru yang berinovasi mengajak masyarakat untuk kembali menjaga dan memelihara kawasan sekitar situ sehingga menjadi kawasan yang lestari. Teridentifikasinya hasil usaha yang optimal dari penerapan zona–zona sebagai kawasan sekitar bagi Situ Cisanti akan tergali dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Dan dapat diimplikasikan untuk menjadi bahan ajar bagi Mata Pelajaran Geografi yang disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai. Diharapkan dengan pembelajaran ini peserta didik dapat menjadi agen–agen pembaru yang akan melakukan inovasi–inovasi untuk melestarikan kawasan sekitar situ Cisanti. Peserta didik diharapkan mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan. Kesadaran untuk berperilaku bersih, menjaga kelestarian lingkungan yang hijau seharusnya dilakukan melalui menyayangi tanaman dan pepohonan agar tetap rindang, serta peduli terhadap kerusakan alam sekitar, sehingga tercapai kompetensi yang diinginkan, tujuan kurikuler, tujuan institusional, dan bermuara pada tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Dari uraian pada latar belakang, maka penulis tertarik untuk menggali dan mengangkat judul penelitian “Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti”. Agar fokus penelitian ini lebih cermat, maka untuk menjabarkan permasalahan tersebut, penulis merumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah masih ada kearifan lokal yang dilaksanakan oleh masyarakat di kawasan sekitar Situ Cisanti ?

2. Bagaimana pembagian zonasi di kawasan sekitar Situ Cisanti untuk mengurangi tekanan penduduk dalam penggunaan lahan kawasan lindung? 3. Bagaimana peran agen pembaru dan masyarakat untuk melestarikan kawasan


(4)

4. Bagaimanakah hasil usaha agen pembaru dan masyarakat dalam melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti?

5. Bagaimana implikasi hasil penelitian tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti untuk bahan ajar pada pembelajaran geografi di SMA/MA/Sederajat?

C. Fokus Penelitian

Ketika mengkaji pelestarian lingkungan dalam kesatuan ruang sebagai bagian dari fenomena geosfer tentu erat kaitannya antara keberadaan manusia (antroposfer) yang saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Situ Cisanti yang merupakan wilayah lindung Gunung Wayang keberadaannya harus tetap terjaga dengan baik. Daerah hulu Sungai Citarum dengan tipe perairan tergenang ini harus dilestarikan melalui pengelolaan yang prima karena akan menentukan keberlangsungan perjalanan air sungai pada daerah hilirnya. Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa kawasan sekitar situ telah mengalami kerusakan sejak diperbolehkannya masyarakat membuka hutan untuk kegiatan. Padahal biasanya masyarakat yang lingkungan tempat tinggalnya didekat, gunung, hutan, danau, atau mata air selalu menjaga lingkungan tersebut dengan kearifan lokalnya. Pengembangan dan pengelolaan kawasan sekitar Situ Cisanti didasarkan pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar dalam bentuk pembagian wilayah ke dalam zonasi.

Perjuangan agen pembaru untuk mengurangi kerusakan lingkungan memerlukan kerjasama intensif dengan masyarakat dan pemerintah sehingga menghasilkan usaha pelestarian yang maksimal. Sejauhmana peran agen pembaru mengajak masyarakat turut andil dalam mengelola kawasan sekitar Situ Cisanti perlu kajian yang lebih mendalam pada penelitian ini.

Implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan perlu ditelaah sebagai suatu kajian untuk bahan ajar dalam pembelajaran geografi, yang menyangkut keterkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013. Pengintegrasian nilai–nilai Pelestarian Kawasan Sekitar Situ Cisanti dan upaya agen pembaru untuk


(5)

sehingga diharapkan adanya pembangunan karakter yang kuat untuk menjadi agen–agen pelestari lingkungan berikutnya. Bahan pembelajaran yang aktual mengenai suatu lingkungan tertentu, yang disampaikan secara efisien dan efektif, bermakna, dan mendatangkan wujud nyata lingkungan sebenarnya disertai pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) akan membuat pembelajaran dapat dipahami, menginspirasi dan membuat semangat peserta didik untuk selalu mempertimbangkan aspek pelestarian lingkungan ketika melakukan suatu kegiatan dalam kehidupan sehar–hari.

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam mengkaji dan partisipasi masyarakat di sekitar Situ Cisanti adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jenis kearifan lokal yang masih dilakukan masyarakat sekitar untuk melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti

2. Mengetahui pembagian zonasi kawasan sekitar Situ Cisanti untuk mengurangi tekanan penduduk dalam penggunaan lahan kawasan lindung 3. Mengetahui peran agen pembaru dan masyarakat untuk melestarikan

Kawasan sekitar Situ Cisanti

4. Mengetahui hasil usaha agen pembaru dan masyarakat dalam melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti

5. Mengkaji bahan ajar pelestarian dan peran masyarakat di kawasan sekitar Situ Cisanti dalam pembelajaran geografi di SMA/MA/Sederajat

E. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian selalu memiliki kegunaan dan manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara secara praktis. Adapun manfaat penelitian tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti ini sebagai berikut :


(6)

1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan materi tentang pelestarian alam yang dapat dimasukkan ke dalam bahan ajar Mata Pelajaran Geografi pada pokok bahasan tentang pelestarian lingkungan dan kearifan lokal yang terdapat pada kelas X dan kelas XI kurikulum 2013

b. Masukan data untuk penelitian selanjutnya mengenai pelestarian lingkungan dan kearifan lokal dalam pengembangan bahan ajar Mata Pelajaran Geografi.

2. Manfaat praktis

Penelitian tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti ini secara praktis diharapkan :

a. Bermanfaat bagi pendidik untuk meningkatkan pembelajaran Geografi dengan cara menggunakan bahan ajar yang dibuat sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar atau kontekstual sehingga penggunaan bahan ajar tidak terpaku pada bahan ajar yang sudah ada dari buku penerbit.

b. Bermanfaat bagi peserta didik sehingga mereka memahami tentang pemanfaatan lingkungan yang sekaligus melestarikan alam.

c. Bahan masukan bagi lembaga/instansi terkait dalam hal pelestarian sekitar kawasan Situ Cisanti, sehingga dalam pertimbangannya dapat diambil keputusan yang sesuai terutam bagi para pembuat kebijakan yang hendak membangun wilayah tersebut.