Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan esensial bagi makhluk hidup di bumi baik manusia, hewan, maupun tumbuhan untuk bertahan hidup. Tidak ada
makhluk hidup yang dapat bertahan tanpa air. Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari tanpa makan, akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama
beberapa hari jika tidak minum. Kehidupan yang ada di bumi ini dapat terus berlangsung karena tersedianya air yang cukup. Susana 2003, hlm. 17
mengemukakan “... tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air, karena air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan.
..”. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi ini.
Ketersediaan air diperlukan tidak hanya dari segi kuantitas saja namun juga dari segi kualitas yang harus tetap memenuhi standar sesuai dengan
peruntukannya. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, maka kebutuhan air pun meningkat, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang
mahal dan pada musim tertentu menjadi barang langka. Di kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai bahan baku air bersih
yang bebas dari pencemaran, karena air banyak digunakan oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang produksinya. Di sisi lain, tanah
yang merupakan cadangan air sudah banyak ditutup untuk berbagai keperluan seperti perumahan, dan industri tanpa mempedulikan fungsi dari tanah tersebut
sebagai wahana simpanan air untuk masa datang. Jika keseimbangan ketersediaan air terganggu maka air dapat menjadi
suatu bencana manakala jumlahnya terlalu besar atau terlalu kecil. Di beberapa tempat ketika musim hujan tiba jumlah air yang terlalu besar mempunyai
kekuatan destruktif yang merusak dan mengakibatkan terjadinya bencana banjir, setelah musim berganti kemarau maka bencana kekeringan
drought
melanda. Peristiwa yang ironis ini menjadi penanda adanya ketidakseimbangan antara air
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
yang masuk ke dalam tanah dan air yang dikeluarkan dari dalam tanah. Kodoatie dan Sjarief 2008, hlm. 3 mengemukakan :
Yang memprihatinkan adalah kedua bencana tersebut akhir-akhir ini cenderung meningkat. Daerah langganan banjir menjadi lebih luas, ada
daerah yang tadinya tidak banjir sekarang mulai merasakan banjir. Di bagian atas, banjir yang besar dengan kekuatan tinggi menjadikan aliran
air berubah menjadi banjir bandang yang membawa lumpur, batu-batuan besar dan juga menimbulkan longsor. Dengan bukti nyata peningkatan
bencana sangat dikhawatirkan dampak yang terjadi akibat pembangunan yang cenderung mengeksploitasi sumber-sumber daya alam secara
membabi buta. Salah satu dampaknya adalah krisis air baik banjir, longsor, maupun kekeringan yang telah menjadi persoalan hidup yang
kompleks yang harus segera dipecahkan.
Terjadinya krisis air akan merugikan manusia sendiri. Masalah kualitas air, banjir, dan kekeringan pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas manusia yang hanya
mementingkan kepentingannya sendiri, sementara alam yang memberikan air tersebut tidak dipedulikan kelestariannya. Penanganan terpadu dari berbagai unsur
masyarakat dan pemerintah untuk pelestarian air perlu dilakukan dari mulai sumber mata air di hulu sampai bagian hilirnya.
Salah satu sumber mata air yang merupakan hulu Sungai Citarum adalah Situ Cisanti. Secara administratif kawasan ini terletak di Desa Tarumajaya
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Situ Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang yang merupakan Gunungapi aktif di kawasan Bandung pada titik
arboretum 73. Gunung Wayang 2181 mdpl merupakan Gunung api kembar dengan Gunung Windu termasuk pada kategori gunung api tipe B atau gunung api
yang berada dalam tingkat kegiatan fumarolasolfatara yang sejak tahun 1600 tidak pernah lagi mengadakan letusan magma. Hendrayana 2010 berpendapat
bahwa : Sumber mata air yang paling layak dan paling baik dikonsumsi adalah
sumber air yang berasal dari mata air pegunungan vulkanik. Mata air pegunungan vulkanik memenuhi tiga syarat karakteristik sumber air tanah,
yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kuantitas dipengaruhi oleh curah hujan, siklus air dan kondisi hidrogeologis di sekitar sumber daya air
tersebut. Kualitas dipengaruhi faktor alami kondisi serta komposisi tanah dan batuan maupun aktivitas manusia pertanian, pencemaran rumah
tangga, industri, dan lain sebagainya. Sedangkan kontinuitas memberi keseimbangan antara pemakaian dan pengisian ulang.
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
Kondisi air yang memenuhi syarat baku mutu merupakan kebutuhan yang utama pada saat ini, sebagai penampung mata air Situ Cisanti penting sekali untuk dijaga
kualitas dan kuantitasnya. Berikut adalah gambar 1.1 Kawasan Situ Cisanti :
Gambar 1. 1 Kawasan Situ Cisanti
Sumber :
Dokumen penulis 2014
Dari gambar tersebut terlihat Situ Cisanti yang dikelilingi oleh hutan dengan latar Gunung Wayang. Vegetasi yang rimbun di hutan ini menyebabkan wilayah situ
menjadi sejuk dan nyaman. Situ Cisanti yang berada di hutan lindung Gunung Wayang merupakan daerah resapan air bagi keberlangsungan pengaliran tujuh
mata air yang dibendung masuk ke dalam situ. Mata air yang mengaliri situ antara lain berasal dari mata air Pangsiraman, Cikahuripan, Cikawedukan,
Koleberes, Cihaniwung, Cisadane, dan Cisanti. Mata air yang keluar dari tanah ini terlihat bening dan terasa menyejukkan. Mata air inilah yang akan menentukan
keberlangsungan Situ Cisanti. Pelestarian di sekitar Situ Cisanti mempunyai hubungan timbal balik yang sinergi dan menguntungkan bagi lingkungan
setempat. Sejalan dengan itu maka rencana pembangunan wilayah ini diharapkan dapat lebih diarahkan dan difokuskan untuk kepentingan kesejahteraan
masyarakat dan pelestarian fungsi hutan sebagai hutan lindung, hutan wisata dan daerah resapan air.
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
Kesejukan udara dan pemandangan yang indah menjadikan Situ Cisanti dijadikan salah satu objek wisata yang memiliki daya tarik yang khas terutama
keberadaan mata air dan kearifan lokal masyarakat sekitar situ. Wisatawan yang datang ke Situ Cisanti terdiri dari berbagai segmen usia. Selain itu, karena Situ
Cisanti merupakan wilayah hulu Sungai Citarum banyak para pelajar, mahasiswa, atau ilmuwan datang untuk suatu penelitian atau menjadikan situ sebagai sumber
belajar. Para wisatawan harus memahami bahwa objek wisata Situ Cisanti berbeda dengan objek wisata yang lain. Wisatawan harus arif dengan tidak
merusak lingkungan sekitar Situ. Senada dengan hal ini Dasmann,et al 1979, hlm. 114 mengemukakan bahwa :
Tourism development poses special ecological problems not encountered in other types of economic activity. The environmental resources exploited
for tourism attract visitors because of their outstanding beauty, recreational possibilities or educational interest. Often, as in high
mountains and islands, the resources of interest for tourism are readily damaged by disturbances.
Dari keterangan tersebut dijelaskan bahwa pembangunan pariwisata berbeda dengan tipe aktivitas ekonomi yang lain. Dimana yang dijual dan dieksploitasi
adalah sumberdaya lingkungan yang akan menarik para wisatawan karena keindahan alamnya, atau hanya untuk berekreasi atau objek wisata tersebut
penting untuk pendidikan. Sumberdaya yang menarik pariwisata sangat rentan dengan kerusakan karena gangguan dari wisatawan. Dengan demikian wisatawan
diharapkan ikut andil untuk melestarikan lingkungan situ minimal ketika mengunjungi dan menikmati alamnya tanpa merusak segala sumberdaya yang ada
di dalamnya. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Kawasan Sekitar Situ Cisanti diantaranya menggunakan perahu untuk mengitari Situ Cisanti,
memancing ikan, berkemah
camping
, atau wisata belajar untuk para pelajar dan mahasiswa.
Hutan Gunung Wayang yang di dalamnya terdapat Situ Cisanti berstatus hutan lindung, hutan produksi, dan hutan produksi terbatas yang ditetapkan
melalui Surat Keputusan Menteri Hutan Nomor 195 tahun 2003. Wilayah yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung menghadapi ancaman dan gangguan
terhadap lahan hutan berupa perambahan, penebangan liar, dan alih fungsi lahan
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari sisi pengelola kawasan hutan yang masih belum optimal dalam
melaksanakan peran masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, maupun dari sisi masyarakat sendiri yang tingkat kesadaran akan nilai-nilai pelestarian masih
sangat minim. Sehingga ketergantungan masyarakat di sekitar kawasan sekitar sangat tinggi. Gambar 1.2 berikut ini merupakan contoh Kerusakan lahan hutan
karena perambahan oleh petani di sekitar Situ Cisanti:
Gambar 1. 2 Kerusakan lahan hutan karena perambahan oleh petani
Sumber :
survey penulis 2014
Kondisi lahan yang memprihatinkan di beberapa titik lokasi yang seharusnya hijau, menunjukkan bahwa etika lingkungan belum disadari secara menyeluruh
oleh warga petani sekitar hutan. Disinilah pentingnya penerapan etika lingkungan yang harus dipahami oleh masyarakat. Keraf
2010, hlm. 15 mengemukakan bahwa :
Etika merupakan kaidah, norma atau aturan yang ingin mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan
penting oleh masyarakat untuk dikejar dalam hidup ini. Dengan demikian
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
etika juga berisikan nilai –nilai dan prinsip–prinsip moral yang harus
dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku. Secara lebih luas etika dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak
sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk orientasi, arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia.
Perlakuan baik pada lingkungan dengan menerapkan nilai dan prinsip moral yang akan terwujud dalam prilaku akan menguntungkan bagi pelaku bahkan orang
disekitarnya. Aturan-aturan pelestarian alam yang ada di lingkungan sekitar seharusnya diterapkan dengan penuh kesadaran untuk kepentingan hidup bersama.
Senada dengan pendapat tersebut, Pasya 2007, hlm. 3 mengemukakan bahwa : Manusia akan mengembangkan sistem nilai budaya yang berhubungan
dengan lingkungan, apabila dirasakan daya dukung sudah semakin menurun dan berada pada batas yang dianggap dapat menggoyahkan
kehidupan mereka, maka diperlukan usaha untuk menjaga prilaku masyarakat adat yang dapat merugikan lingkungan dan manusia lainnya.
Dengan demikian kearifan lokal sebagai usaha untuk menjaga dan melindungi alam sebagai bentuk dari etika lingkungan.
Etika lingkungan yang kita pegang untuk melestarikan Situ Cisanti berupa nilai –
nilai dan prinsip moral yang terwujud dalam pemahaman, kesadaran, dan kepedulian yang diterapkan secara langsung. Perlu adanya trik jitu agar nilai
–nilai pelestarian menjadi acuan hidup dalam menggunakan lingkungan situ sehingga
menjadi kesadaran dan kepedulian yang utuh untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari
–hari. Dari sekian banyak warga perambah hutan Gunung Wayang, ternyata ada
seorang warga yang berjuang untuk melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti dengan mengajak petani perambah turun dari gunung dan tetap mempertahankan
kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat. Orang yang mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan dalam difusi inovasi merupakan agen pembaru
agent of Change
.
Agen pembaru mempengaruhi masyarakat agar mau menghentikan kegiatan alih fungsi lahan, merambah hutan, dan menebang pohon secara liar
dengan tujuan agar pelestarian kawasan sekitar Situ Cisanti khususnya dan lingkungan yang berada di bagian tengah dan hilir Sungai Citarum secara umum
dapat terwujud.
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
Inovasi yang dilakukan oleh agen pembaru merupakan tauladan nyata yang dapat dilihat, didengar, dirasa, dan terbukti manfaatnya langsung oleh
masyarakat. Hal ini dapat menjadi contoh positif bagi masyarakat untuk berjuang menjaga kerimbunan kawasan sekitar Situ Cisanti. Menurut Rohmat 2010
bahwa : Selain faktor tingkat pendidikan formal masyarakat sasaran yang rendah,
dan himpitan kebutuhan ekonomi; keterbatasan capaian keberhasilan upaya ini lebih disebabkan oleh budaya masyarakat atau lebih tepat
“kearifan” masyarakat untuk menerima atau tidak menerima
introduksi inovasi
dalam pola pengelolaan lahannya. Masyarakat sasaran yang umumnya tinggal di pedesaan cenderung bersifat hati-hati dan
memerlukan bukti nyata. Sesuatu yang baru akan mereka implementasikan jika sudah “
kadeuleu
” kelihatan, “
kareungeu
” kedengar, “
karasa
” terasa, “
karampa
” terbukti manfaatnya. Di sinilah letak masalahnya, upaya konservasi SDA, untuk dapat dilihat, didengar, dirasa, dan
dibuktikan hasilnya secara nyata memerlukan waktu yang lama, mungkin tidak akan dialami oleh generasi mereka saat ini.
Suatu inovasi lebih mudah mendapatkan penerimaan jika difokuskan pada pendidikan usia sekolah melalui pendidikan, khususnya Mata Pelajaran Geografi.
Maka proses kegiatan pembelajaran mengenai pelestarian suatu kawasan diimplementasikan ke dalam pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi
peserta didik dengan cara mengamati dan menafsirkan gejala alam dan gejala sosial yang terjadi dari bahan ajar yang telah disiapkan oleh guru. Bahan ajar yang
digunakan oleh peserta didik dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelestarian lingkungan, selanjutnya diharapkan dapat menginspirasi peserta
didik agar selalu menggunakan prinsip-prinsip lingkungan dalam pemanfaatan alam, sehingga peserta didik akan tahu, sadar, dan peduli serta melakukan aksi
untuk menyelamatkan kerusakan –kerusakan alam yang terjadi. Pembelajaran
geografi pada akhirnya mengembangkan intelektual, serta mempersiapkan peserta didik menjadi warga masyarakat yang memiliki persepsi dan prilaku untuk selalu
sadar dan peduli serta mampu berpartisipasi aktif dan positif pada pelestarian lingkungan sekitarnya. Bahkan harapan yang lebih jauh lagi yaitu dapat menjadi
agen-agen pembaru pelestari lingkungan hidup.
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
B. Identifikasi Masalah