T GEO 1303351 Chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivisnya dibangun atas situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu dan relevan dengan tujuan dari penelitian itu. Secara spesifik penelitian kualitatif didefinisikan oleh Creswell (2002, hlm. 5) sebagai berikut :

Qulaitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradistions of inquiry that explore a social or human problem, the researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, report detailed views of informants, and conducts, the study in a natural setting.

Penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan berdasarkan tradisi tertentu yang secara fundamental berbeda dari penyelidikan yang mengeksplorasi masalah sosial atau manusia, peneliti membangun sebuah kompleks, gambaran holistik, analisis kata-kata, melaporkan pandangan rinci informan, dan perilaku, penelitian di alam.

Peneliti menguraikan langkah-langkah penelitian kualitatif yang digunakan untuk memperoleh temuan penelitian yang dianalisis dan kemudian disusun dalam tesis sebagai sebuah laporan penelitian. Lincoln, dkk (1985, hlm. 70-91) menjelaskan lebih mendetail tentang pendekatan penelitian kualitatif.

Pertama, secara ontologis penelitian kualitatif ditandai oleh fakta bahwa peneliti mengkonstruk/membangun realitas yang dia lihat. Dalam gagasan penelitian kualitatif masing-masing orang dilibatkan dalam penelitian, sebagai partisipan atau subyek bersama-sama mengkonstruk realitas. Kedua, secara epitemologis, penelitian kualitatif didasarkan pada nilai dan judgment nilai, bukan fakta. Dalam pandangan umum di lapangan mereka mengklaim bahwa nilai peneliti memandu


(2)

dan membentuk simpulan penelitian sebab peneliti membangun realitas dari penelitian. Dalam waktu yang sama peneliti memiliki sensitifitas pada realitas yang diciptakan oleh orang lain yang terlibat, dan konsekuensi perubahannya dan perbedaan-perbedaan nilai. Semua temuan dalam penelitian kualitatif yang dinegosiasikan secara sosial diakui benar. Ketiga, penelitian kualitatif bersifat empiris dan ilmiah sebagaimana penelitian kuantitatif, meskipun dasar-dasar filosofis penelitian kualitatif baik secara ontologis maupun epistemologis dipandu oleh judgment nilai yang subyektif.

Bresler (1995, hlm. 11) mengemukakan “...The beginning and end point of phenomenological research is lived experience. Lived experience has a temporal structure: it can never be grasped in its immediate manifestation but only reflectively as past presence...”. Inti dari penelitian fenomenologis adalah pengalaman hidup. Pengalaman hidup tidak pernah dapat ditangkap dalam manifestasi langsung, tetapi hanya merenung sebagai kehadiran masa lalu. Pengalaman ini dipahami dari sudut pandang informan. Jelaslah dalam operasional pelaksanaan metode ini, peneliti harus menganggap pengalaman informan sebagai sesuatu yang sangat berharga, sehingga proses penempatan pikiran dan persepsi terhadap objek harus disisihkan terlebih dahulu sampai informan selesai mengungkapkan pengalamannya. Langkah kajian tersebut diharapkan akan memperoleh gambaran utuh berupa kearifan lokal yag masih dilaksanakan oleh masyarakat, usaha inovasi yang dilakukan agent of change

(agen pembaru) dengan mengajak masyarakat dalam pelestarian kawasan lindung dengan memanfaatkan zonasi penggunaan lahan yang akan menjaga fungsi hutan sebagai daerah resapan air, sebagai hutan wisata, dan sebagai agroforestri.

B. Lokasi Objek, Waktu Penelitian dan Informan

Melalui penelitian kualitatif, peneliti berupaya untuk melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang utuh dinamis dan penuh makna. Penelitian ini dilakukan pada setting yang alamiah (natural setting). Oleh karena itu, penelitian kualitatif sering juga disebut sebagai penelitian naturalistik. Objek alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan


(3)

kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Pada prakteknya, peneliti berbaur dengan masyarakat (subjek penelitian) untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

Lokasi dalam penelitian fenomenologi ini dilaksanakan di Kawasan Sekitar Situ Cisanti yang melindungi Situ Cisanti termasuk kawasan lindung Gunung Wayang. Kawasan Sekitar Situ Cisanti berada di Petak/Arboretum 73 wilayah Perum Perhutani. Wilayah ini secara administratif berada di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Fenomena di lapangan berupa kearifan lokal yang masih dipertahankan, zonasi kawasan, usaha agen pembaru untuk melestarikan kawasan lindung Gunung wayang yang di dalamnya terdapat Situ Cisanti dengan berusaha menata kawasan sekitar situ agar selalu terjaga dari tekanan penduduk yang bertujuan untuk menggunakan lahan hutan sekitar Situ.

Subjek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di sekitar Situ Cisanti yaitu masyarakat Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Subjek penelitian atau sumber data penelitian dipilih secara purposive (teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu).

Salah satu strategi yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Informan yang terpilih untuk mencari sumber data tersebut refresentatif mewakili masyarakat yang bersifat homogen. Jadi, kriteria yang menjadi pedoman dalam pemilihan informan adalah bahwa yang akan dipilih benar-benar orang-orang yang terlibat langsung dengan persoalan yang diteliti. Atau setidaknya mengetahui betul mengenai persoalan tersebut. Konsekuensinya jumlah informan relatif terbatas dan berapa besarnya tidak dapat ditentukan secara baku. Adapun pemilihan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive dan prosesnya secara snowball sampling.

Persyaratan dalam penentuan informan tersebut didasarkan atas keluasan informasi yang dimiliki oleh informan tersebut dan memiliki aktivitas yang berhubungan dengan situasi sosial yang dijadikan sebagai fokus penelitian.


(4)

Sebagaimana menurut Raco (2010, hlm. 109) bahwa ada kriteria dalam pemilihan informan atau partisipan yaitu :

Pertama, partisipan adalah mereka yang tentunya memiliki informasi yang dibutuhkan. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan untuk menceritakan pengalamannya atau memberikan informasi yang dibutuhkan. Ketiga, yang benar-benar terlibat dengan gejala, peristiwa, masalah itu, dalam arti mereka mengalaminya secara langsung. Keempat, bersedia untuk ikut serta diwawancarai. Kelima, mereka harus berada tidak dibawah tekanan, tetapi penuh kerelaan dan kesadaran akan keterlibatannya.

Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu informan pokok dan informan pangkal. Informan pokok dalam penelitian ini adalah informan yang memahami betul keberadaan Situ Cisanti, sementara informan pangkal adalah informan yang memberikan perluasan dan pelengkap sehingga informasi diperoleh lebih komprehensif. Penentuan informan secara purposif dianggap bahwa informan yang dipilih dapat mewakili masyarakat yang bersifat homogen. Berikut gambaran informan pangkal dan informan pokok yang akan di jadikan sumber data dalam penelitian ini :

Tabel 3.1

Informan Pokok dan Informan Pangkal

Informan Pokok Informan Pangkal

Ketua LMDH (Lembaga Masyarakat Desa dan Hutan)

 Kepala TPKSDA WS Citarum  Penjaga harian Situ Cisanti PJT  Petani petak 73

 Tokoh Masyarakat

Ketua KRPH Arboretum 73  Pegawai Perhutani

 Ketua Petak 73C  Kuncen Situ Cisanti  Budayawan

Sumber : Rancangan penulis 2014

Berdasarkan tabel di atas, informan pokok adalah orang dianggap mempunyai pengetahuan lebih (Information Rich) atau orang yang memiliki pengaruh dan otoritas pada situasi sosial subjek penelitian, sehingga menjadi sumber informan utama yang dapat memberikan data atau keterangan tentang penelitian ini, kemudian informan pangkal adalah terdiri dari orang yang sering berinteraksi


(5)

dengan informan pokok sehingga dipercaya menerima pengetahuan dari informan pokok dan diharapkan mampu memberikan keterangan utuh dalam penelitian ini. Subjek dipilih berdasarkan pertimbangan pengetahuannya terhadap masalah yang akan diteliti sehingga mampu memberikan informasi yang diharapkan dalam pengumpulan data sampai mencapai data jenuh. Kedua katagori baik informan pokok ataupun informan pangkal diharapkan dapat memberikan sumber data yang valid tentang peran masyarakat dan pelestarian fungsi hutan sebagai daerah resapan air Situ Cisanti sebagai upaya dalam menambah khasanah pengetahuan bagi sumber belajar geografi.

Keterangan :

Penelitian ini menggabungkan teknik observasi partisipan dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini. Penjelasan bagan di atas bahwa peneliti memulai pencarian data dengan langsung menuju informan/partisipan pangkal, dari kedua informan pangkal ini selanjutnya menunjuk orang yang dianggap kaya akan informasi

Gambar 3.1

Diagram Alur Penggalian Data dari Informan Pokok dan Informan Pangkal

Sumber : Rancangan survey penulis (2014) : Kegiatan Pengumpulan data dari Informan Pokok

: Hasil data yang diperoleh dari informan pokok dan pangkal

: Kegiatan Pengumpulan data dari Informan Pangkal Peneliti

Informan Pokok B Informan Pokok A

Informan pangkal 6 Informan pangkal 5

Informan pangkal 2 Informan pangkal 1

Informan pangkal 8 Informan pangkal 7

Informan pangkal 4 Informan pangkal 3


(6)

disebut informan pokok adalah seseorang yang dianggap mempunyai kekayaan informasi yang perlu digali. Selanjutnya proses penggalian data berakhir jika

data/informasi telah “jenuh” artinya setiap pertanyaan yang diajukan dari hasil

berbagai teknik penggalian data/informasi diantaranya dengan triangulasi (wawancara, dokumentasi, observasi) dari informan atau partisipan menunjukan makna yang sama dan tidak ada data negatif, semuannya relatif sama. Hasil kedua informasi baik dari informan pangkal maupun pokok selanjutnya disandingkan, hal ini bertujuan mempermudah pemahaman terhadap data untuk dianalisis dan melakukan diskusikan kelompok dengan setiap informan secara langsung saat

member check, pada tahapan setelah analisis telah selesai untuk meyakinkan bahwa data tersebut valid. Member Check bagian dari uji kridibilitas bagi keabsahan data.

C. Sumber Data

Sumber data yang dipilih dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sampling non probabilita, yaitu dengan purposive sampling dan snowball sampling. Melalui purposive sampling peneliti melakukan pertimbangan terhadap unit analisis yang akan dijadikan sebagai informan. Penetapan sampel haruslah sesuai tujuan sebagaimana menurut Raco (2010, hlm. 115) bahwa “... sampel bagi metode kualitatif sifatnya purposive artinya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian...”. Sugiyono (2005, hlm. 54) mengemukakan bahwa :

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek / situasi yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama – lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama – lama menjadi besar. Sumber data dalam penelitian kualitatif dicari oleh peneliti dalam menentukan ukuran sampel tidak mendasarkan kepada kuantitas individu atau organisasi yang


(7)

dijadikan sumber data, akan tetapi ukuran sampel lebih menekankan kepada tingkat kejenuhan data yang diperoleh. Maka dari itu, setelah peneliti mendapatkan satu informan yang mampu menjelaskan kebutuhan data dari peneliti, maka peneliti akan terus mencari informan baru sampai data yang diperoleh mencapai tingkat

“redudancy” (datanya telah jenuh, jika ditambah sampel lagi tidak memberikan

informasi baru).

Seperti telah dijelaskan pada penentuan informan/partisipan, penentuan sampel dalam tradisi kualitatif didasarkan atas kredibilitas informan yang menguasai seluk beluk dari permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Sehubungan dengan jumlah sampel yang kecil, hal ini tidak mengurangi kredible tidaknya informasi yang diperoleh karena dengan jumlah kecil akan mampu mengumpulkan data yang mendalam.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu observasi ( pengamatan, in-dept interview (wawancara mendalam) , analisis dokumen, dan triangulasi / gabungan ketiganya. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut :

Gambar 3.2 Bagan Teknik pengumpulan data

Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 63)

Teknik

Pengumpulan Data

Observasi

Wawancara Dokumentasi

Triangulasi/ gabungan


(8)

Kemudian operasional dalam penentuan teknik pengumpulan data setelah melihat situasi dan kondisi saat dilapangan menyangkut efektivitas dalam pengumpulan data sebagai berikut :

1) Peneliti melakukan observasi terus terang atau tersamar; langsung melihat situasi sosial yang sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Informan yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tapi kadang–kadang peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini dilakukan untuk menghindari kalau data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Selajutnya kelebihan observasi menurut Satori (2013, hlm. 125) menggunakan metode observasi banyak kelebihannya, diantaranya adalah:

a) Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya diperoleh langsung dan hasilnya akurat.

b) Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.

c) Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari pengalamanyang sulit dilupakan.

d) Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks.

e) Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi.

f) Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan teknik lain.

Nilai lebih yang dimiliki dengan teknik observasi akan menghasilkan data yang sulit untuk diungkapkan dengan teknik lain.

2) Wawancara (interview), untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh dari observasi, dilakukan dalam bentuk percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara (interviewee). Wawancara mendalam bersifat terbuka, pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali melainkan

berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi. Peneliti tidak hanya “percaya begitu saja” pada apa yang diungkapkan informan, melainkan mengecek dalam

kenyataan melalui pengamatan. Itulah sebabnya cek dan ricek dilakukan secara silih berganti dari hasil wawancara ke pengamatan di lapangan atau


(9)

dari informan yang satu ke informan yang lain. Dalam hal ini peneliti dapat menentukan informan kunci. Penentuan informan kunci yang dipilih oleh peneliti melalui beberapa pertimbangan diantaranya : (1) orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti; (2) usia urang yang bersangkutan telah dewasa; (3) orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani; (4) orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani; (5) orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012, hlm. 72) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga bisa direkonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dari hasil wawancara yang mendalam (indepth interview) akan tergali pengalaman hidup informan sampai menhasilkan kesan yang sama sehingga tercapai ukuran kejenuhan. 3) Melakukan pengumpulan data berupa dokumen-dokumen kualitatif.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya–karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbetuk tulisan misalnya catatan harian sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain–lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya kartya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain–lain. Teknik dokumentasi ini bagi peneliti akan mendapatkan manfaat yaitu memperoleh data/informasi dari berbagai macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk catatan-catatan perihal pelestarian dan peran masyarakat di kawasan penyangga Situ Cisanti.

4) Teknik triangulasi merupakan teknik validasi data yang penulis gunakan untuk menguji kredibilitas data. Menurut Mathinson dalam Sugiyono (2007, hlm. 332), dikemukakan bahwa "the value of triangulation lies in providing evidence-wether convergent, inconsistent of contracdictory”. Nilai dan

teknik analisis data dengan tiangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi, oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam analisis data, maka data


(10)

yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan melakukan triangulasi diharapkan dapat memberikan makna yang sesuai dengan kajian yang dirancang peneliti, yang bersumber pada instrumen yang berkembang di lapangan. Sugiyono (2007, hlm. 241) menyatakan bila peneliti melakukan analisis data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data dengan teknik pengumpulan data sebagai sumber data. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data. Penggunaan panduan wawancara, panduan observasi dan penggunaan dokumentasi berfungsi sebagai triangulasi alat pengumpul data agar data yang diperoleh dari sumber informasi dapat dipertanggungiawabkan. Dalam pelaksanaannya peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam dan pencatatan dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. Selama melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara kepada para narasumber dan sekaligus pencatatan dokumen-dokumen yang terkait. Dengan demikian dapat diketahui tentang credibility dan

confirmability antara data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan demikian, teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah pengecekan data yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data. Data dari observasi dikonfirmasi melalui wawancara dan dokumentasi, data dari dokumentasi juga dikonfirmasi dari wawancara dan observasi.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ini, karena tujuan utama melakukan penelitian adalah mendapatkan data yang akurat. Jika teknik pengumpulannya sesuai dengan proseur, maka data yang didapatkan akan memenuhi ketetapan standar data.

E. Prosedur Analisis Data

Tahapan analisis data dalam Metode kualitatif-verifikatif merubah data menjadi temuan dari hal berupa fakta, gejala, masalah yang diperoleh melalui suatu observasi khusus. Dalam metode kualitatif verifikatif, mengenyampingkan teori, semata-mata hanya untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang


(11)

sesuai dengan tujuan dari fokus penelitian, sebagaimana menurut Bungin (2007, hlm. 147) mengkonstruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal memperoleh data sebayak-banyaknya di lapangan, dengan mengenyampingkan peran teori (sebagaimana desain deskriptif-kualitatif). Berikut format strategi Analisis data kualitatif-verifikatif sebagai berikut :

Bagan modetersebut mendesain analisis data menurut metode kualitatif-verifikatif berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sehingga terkumpul informasi yang dan akurat untuk dianalisis dan diklasifikasikan sehingga dapat mencari temuan dari objek yang diteliti.

Selajutnya Cresswel (2012, hlm. 276) mengungkapkan cara ideal dalam proses analisis data dari metode kualitatif dengan mencampurkan prosedur umum dengan langkah-langkah khusus, ungkapan tadi dapat diuraikan secara detail dalam langkah-langkah analisis sebagai berikut:

1) Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.

Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, menscaning, materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung dari sumber informasi.

2) Membaca keseluruhan data

Langkah pertama adalah membangun general sense atau informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan ? bagaimana nada gagasan tersebut ? bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas dan penuturan informasi itu ?

DATA

Klasifikasi Data DATA

DATA DATA

Kesimpulan Katagorisasi Kesimpulan

Ciri-Ciri Umum Dalil Hukum

Teori

Gambar 3.3 Bagan Model Strategi Analisis data Kualitatif Verifikatif


(12)

3) Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding

merupakan proses mengolah materi /informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya. Langkah ini melibatkan beberapa tahap :

 Mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan.

 Mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraph-paragraf) atau gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus, yang sering kali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar berasal dari partisipan (disebut istilah In-vivo).

Penelitian kualitatif secara umum menggunakan prosedur umum dan langkah– langkah khusus dalam analisis data yang dimulai dengan pengolahan, yang meliputi transkripsi hasil dari wawancara mendalam, menscaning, materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung dari sumber informasi penyiapan dan membaca data untuk dianalisis, serta mengkoding data. Ketika menganalisis transkripsi interviu atau catatan lapangan, kita perlu memberi kode secara konsisten untuk fenomena yang sama. Alwasilah (2008, hlm. 159) mengemukakan bahwa :

pengkodingan akan membantu kita dalam beberapa hal, yaitu (1) memudahkan perhitungan frekuensi kemunculan fenomena, (2) memudahkan perhitungan frekuensi kemunculan, (3) frekuensi kemunculan kode menunjukkan kecenderungan temuan, dan (4) membantu kita menyusun kategori (Kategorisasi) dan subkategorisasi. Selanjutnya arah kecenderungan ini berguna bagi penajaman fokus penelitian.

Hasil proses mengkoding akan membantu kita memilah tulisan atau gambar dan kategori–kategori lain sehingga data yang didapat dengan mudah dicari dan disusun dengan detail, serta memudahkan kita untuk menguraikan informasi lebih luas dan mendalam.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif sangat penting, karena untuk mengghidari keragu-raguan hasil penelitian. Maka langkah untuk menghilangkan stigma tersebut adalah melakukan uji keabsahan sebagaimana


(13)

menurut Sugiyono (2005, hlm. 121) meliputi uji, credibility (validitas inverbal), transferability (validitas Eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability(obyektivitas). Rangkaian uji keabsahan data dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :

Gambar 3.4 Bagan Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif

Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 63)

Berdasarkan gambar tersebut uji credibility data untuk menunjukan tingkat kepercayaan terhadap data hasil penelitian hal ini bisa dilakukan dengan teknik-teknik seperti perpanjangan pengamatan si peneliti dilapangan, peningkatan ketekunan peneliti dilapangan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member chek. Uji transferability, merupakan validitas eksternal yang menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian pada situasi yang lain. Supaya hasil penelitian dapat diterima dan diterapkan pada situasi lain maka dalam penyususnan laporan peneliti harus secara sistematis dan terperinci supaya mudah dipahami. Uji dependability uji berkaitan dengan seluruh proses yang dilakukan oleh peneliti, jadi rekam jejak aktivitas peneliti harus mampu ditunjukan kepada tim auditor. Uji Konfirmability dalam penelitian kualitatif tahapan uji keabsahan ini disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Uji ini untuk mengetahui proses yang sudah dilakukan. Bila proses terbukti maka hasil penelitian dikatakan memenuhi konfirmabilitas.

Uji Keabsahan data

Uji Kredibilitas

Uji Transferabilitas Uji Defenabilitas

Uji


(14)

G. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut ini :

Gambar 3.5 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Sumber : Desain Penulis (2014)

Latar Belakang Masalah (Keunikan Fenomena Geosfer berupa pelestarian

Situ Cisanti)

Rumusan Masalah

Tujuan Dan manfaat

Pelestarian dan peran masyarakat di kawasan sekitar Situ Cisanti untuk

memperkaya khasanah keilmuan bagi sumber belajar

dalam pembelajaran geografi di SMA/Sederajat

Kajian Pustaka

Penggalian data :

Observasi Wawancara (Triangulasi)

Studi Dokumentasi Analisis data Uji Keabsahan

Penyusunan laporan Teori, Konsep,

dalil


(15)

H. Rancangan Jadwal Penelitian

Jadwal rencana penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat sebagai berikut :

No Tahapan Kegiatan

Rencana Pelaksanaan Keterangan Juni - Juli 2014 Agust 2014 Sept 2014 Okto 2014 Nov 2014 Des 2014 1 Persiapan

 Kajian Mandiri  Survey Awal  Orientasi lokasi  Proposal

 Seminar Proposal 2 Pelaksanaan

 Wawancara  Observasi

 Studi Dokumentasi 3 Uji Keabsahan data 4 Implikasi Bagi

pembelajaran geogafi 5 Penyusunan Laporan 6 Sidang

I. Laporan Hasil Penelitian

Penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan tulisan yang utuh, selanjutnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian disusun dengan sistematika dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Laporan hasil penelitian ini disusun dalam bentuk penulisan yang jelas, gaya bahasa yang sederhana, ilmiah, dan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Laporan hasil penelitian ini disusun untuk kebutuhan studi akademis pada Prodi Pendidikan Geografi Pascasarjana UPI, sehingga sistematika yang digunakan sesuai dengan buku penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI. Agar terlaksana tujuan dari penelitian ini mohon untuk dikoreksi serta diharapkan mendapatkan masukan atau saran agar penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Penulis sadar akan kekurangan dan kekeliruan yang ada dalam proposal ini, tetapi dengan bimbingan dari Dosen pembimbing Akademik dan Ketua Program Pendidikan Geografi SPs UPI Bandung diharapakan proposal ini menjadi tema utama dalam penyusunan tesis.


(1)

yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan melakukan triangulasi diharapkan dapat memberikan makna yang sesuai dengan kajian yang dirancang peneliti, yang bersumber pada instrumen yang berkembang di lapangan. Sugiyono (2007, hlm. 241) menyatakan bila peneliti melakukan analisis data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data dengan teknik pengumpulan data sebagai sumber data. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data. Penggunaan panduan wawancara, panduan observasi dan penggunaan dokumentasi berfungsi sebagai triangulasi alat pengumpul data agar data yang diperoleh dari sumber informasi dapat dipertanggungiawabkan. Dalam pelaksanaannya peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam dan pencatatan dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. Selama melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara kepada para narasumber dan sekaligus pencatatan dokumen-dokumen yang terkait. Dengan demikian dapat diketahui tentang credibility dan

confirmability antara data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan demikian, teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah pengecekan data yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data. Data dari observasi dikonfirmasi melalui wawancara dan dokumentasi, data dari dokumentasi juga dikonfirmasi dari wawancara dan observasi.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ini, karena tujuan utama melakukan penelitian adalah mendapatkan data yang akurat. Jika teknik pengumpulannya sesuai dengan proseur, maka data yang didapatkan akan memenuhi ketetapan standar data.

E. Prosedur Analisis Data

Tahapan analisis data dalam Metode kualitatif-verifikatif merubah data menjadi temuan dari hal berupa fakta, gejala, masalah yang diperoleh melalui suatu observasi khusus. Dalam metode kualitatif verifikatif, mengenyampingkan teori, semata-mata hanya untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang


(2)

sesuai dengan tujuan dari fokus penelitian, sebagaimana menurut Bungin (2007, hlm. 147) mengkonstruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal memperoleh data sebayak-banyaknya di lapangan, dengan mengenyampingkan peran teori (sebagaimana desain deskriptif-kualitatif). Berikut format strategi Analisis data kualitatif-verifikatif sebagai berikut :

Bagan modetersebut mendesain analisis data menurut metode kualitatif-verifikatif berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sehingga terkumpul informasi yang dan akurat untuk dianalisis dan diklasifikasikan sehingga dapat mencari temuan dari objek yang diteliti.

Selajutnya Cresswel (2012, hlm. 276) mengungkapkan cara ideal dalam proses analisis data dari metode kualitatif dengan mencampurkan prosedur umum dengan langkah-langkah khusus, ungkapan tadi dapat diuraikan secara detail dalam langkah-langkah analisis sebagai berikut:

1) Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.

Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, menscaning, materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung dari sumber informasi.

2) Membaca keseluruhan data

Langkah pertama adalah membangun general sense atau informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan ? bagaimana nada gagasan tersebut ? bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas dan penuturan informasi itu ?

DATA

Klasifikasi Data DATA

DATA DATA

Kesimpulan Katagorisasi Kesimpulan

Ciri-Ciri Umum Dalil Hukum

Teori

Gambar 3.3 Bagan Model Strategi Analisis data Kualitatif Verifikatif Sumber : Bungin (2007, hlm. 148)


(3)

3) Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding

merupakan proses mengolah materi /informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya. Langkah ini melibatkan beberapa tahap :

 Mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan.

 Mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraph-paragraf) atau gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus, yang sering kali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar berasal dari partisipan (disebut istilah In-vivo).

Penelitian kualitatif secara umum menggunakan prosedur umum dan langkah– langkah khusus dalam analisis data yang dimulai dengan pengolahan, yang meliputi transkripsi hasil dari wawancara mendalam, menscaning, materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung dari sumber informasi penyiapan dan membaca data untuk dianalisis, serta mengkoding data. Ketika menganalisis transkripsi interviu atau catatan lapangan, kita perlu memberi kode secara konsisten untuk fenomena yang sama. Alwasilah (2008, hlm. 159) mengemukakan bahwa :

pengkodingan akan membantu kita dalam beberapa hal, yaitu (1) memudahkan perhitungan frekuensi kemunculan fenomena, (2) memudahkan perhitungan frekuensi kemunculan, (3) frekuensi kemunculan kode menunjukkan kecenderungan temuan, dan (4) membantu kita menyusun kategori (Kategorisasi) dan subkategorisasi. Selanjutnya arah kecenderungan ini berguna bagi penajaman fokus penelitian.

Hasil proses mengkoding akan membantu kita memilah tulisan atau gambar dan kategori–kategori lain sehingga data yang didapat dengan mudah dicari dan disusun dengan detail, serta memudahkan kita untuk menguraikan informasi lebih luas dan mendalam.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif sangat penting, karena untuk mengghidari keragu-raguan hasil penelitian. Maka langkah untuk menghilangkan stigma tersebut adalah melakukan uji keabsahan sebagaimana


(4)

menurut Sugiyono (2005, hlm. 121) meliputi uji, credibility (validitas inverbal), transferability (validitas Eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability(obyektivitas). Rangkaian uji keabsahan data dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :

Gambar 3.4 Bagan Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 63)

Berdasarkan gambar tersebut uji credibility data untuk menunjukan tingkat kepercayaan terhadap data hasil penelitian hal ini bisa dilakukan dengan teknik-teknik seperti perpanjangan pengamatan si peneliti dilapangan, peningkatan ketekunan peneliti dilapangan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member chek. Uji transferability, merupakan validitas eksternal yang menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian pada situasi yang lain. Supaya hasil penelitian dapat diterima dan diterapkan pada situasi lain maka dalam penyususnan laporan peneliti harus secara sistematis dan terperinci supaya mudah dipahami. Uji dependability uji berkaitan dengan seluruh proses yang dilakukan oleh peneliti, jadi rekam jejak aktivitas peneliti harus mampu ditunjukan kepada tim auditor. Uji Konfirmability dalam penelitian kualitatif tahapan uji keabsahan ini disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Uji ini untuk mengetahui proses yang sudah dilakukan. Bila proses terbukti maka hasil penelitian dikatakan memenuhi konfirmabilitas.

Uji Keabsahan data

Uji Kredibilitas

Uji Transferabilitas Uji Defenabilitas

Uji


(5)

G. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut ini :

Gambar 3.5 Bagan Kerangka Pikir Penelitian Sumber : Desain Penulis (2014)

Latar Belakang Masalah (Keunikan Fenomena Geosfer berupa pelestarian

Situ Cisanti)

Rumusan Masalah

Tujuan Dan manfaat

Pelestarian dan peran masyarakat di kawasan sekitar Situ Cisanti untuk

memperkaya khasanah keilmuan bagi sumber belajar

dalam pembelajaran geografi di SMA/Sederajat

Kajian Pustaka

Penggalian data : Observasi Wawancara (Triangulasi)

Studi Dokumentasi Analisis data Uji Keabsahan Penyusunan

laporan Teori, Konsep,

dalil


(6)

H. Rancangan Jadwal Penelitian

Jadwal rencana penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat sebagai berikut :

No Tahapan Kegiatan

Rencana Pelaksanaan

Keterangan

Juni - Juli 2014

Agust 2014

Sept 2014

Okto 2014

Nov 2014

Des 2014

1

Persiapan

 Kajian Mandiri

 Survey Awal

 Orientasi lokasi

 Proposal

 Seminar Proposal

2 Pelaksanaan

 Wawancara

 Observasi

 Studi Dokumentasi

3 Uji Keabsahan data

4 Implikasi Bagi

pembelajaran geogafi

5 Penyusunan Laporan

6 Sidang

I. Laporan Hasil Penelitian

Penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan tulisan yang utuh, selanjutnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian disusun dengan sistematika dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Laporan hasil penelitian ini disusun dalam bentuk penulisan yang jelas, gaya bahasa yang sederhana, ilmiah, dan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Laporan hasil penelitian ini disusun untuk kebutuhan studi akademis pada Prodi Pendidikan Geografi Pascasarjana UPI, sehingga sistematika yang digunakan sesuai dengan buku penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI. Agar terlaksana tujuan dari penelitian ini mohon untuk dikoreksi serta diharapkan mendapatkan masukan atau saran agar penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Penulis sadar akan kekurangan dan kekeliruan yang ada dalam proposal ini, tetapi dengan bimbingan dari Dosen pembimbing Akademik dan Ketua Program Pendidikan Geografi SPs UPI Bandung diharapakan proposal ini menjadi tema utama dalam penyusunan tesis.