T POR 1303130 Chapter3
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45 BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-eksperiment dengan desain nonequivalent pretest and posttest control group (Creswell, 2010, hlm. 242). Lebih lanjut Creswell (2010, hlm. 238) menjelaskan bahwa dalam quasi-eksperiment, penulis menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun tidak secara acak memasukkan (nonrandom assignment) para partisipan ke dalam dua kelompok tersebut (misalnya, mereka bisa saja berada dalam satu kelompok utuh yang tidak dapat dibagi-bagi lagi). Fraenkel, dkk. (2012, hlm. 267) mengemukakan bahwa random assignment berarti bahwa setiap individu yang berpartisipasi dalam sebuah eksperimen memiliki kesempatan yang sama untuk ditempatkan ke dalam kelompok eksperimen ataupun kelompok kontrol. Alasan memilih metode dan desain penelitian ini adalah karena tidak memungkinkan untuk membentuk kelas baru (memecah kelas yang sudah ada) di sekolah yang dijadikan tempat penelitian karena terbentur dengan sistem sekolah dan keberlangsungan mata pelajaran lain. Kondisi siswa juga tidak memungkinkan menciptakan kelas baru di luar jam pelajaran sekolah karena terbentur izin orang tua siswa sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan random assignment dan memilih metode true-eksperiment.
Dalam penelitian ini, variabel bebas (independent variable) atau variabel yang menjadi penyebab atau mempengaruhi adalah model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery, model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping, dan model pembelajaran direct. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang dipengaruhi atau yang mendapat akibat dari perlakuan variabel penyebab yaitu self-efficacy siswa. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery dan model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping. Sedangkan kelompok kontrol adalah model pembelajaran direct. Sebagai
(2)
46
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gambaran, penulis sajikan gambaran desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Treatment group O1 X1 O2
Treatment group O1 X2 O2
Control group O1 C O2
Gambar 3.1.
Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design
Keterangan:
O1: Pre-test self-efficacy sebelum perlakuan
O2: Post-test self-efficacy setelah perlakuan
X1 : Eksperimen (model pembelajaran inquiry pemodelan single-mastery)
X2 : Eksperimen (model pembelajaran inquiry pemodelan multiple-coping)
C : Kontrol (model pembelajaran direct)
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, yang berjumlah 537 siswa yang terbagi dalam 18 kelas. Alasan memilih VIII MTsN Watampone sebagai lokasi penelitian adalah karena belum pernah ada penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran inquiry dalam pendidikan jasmani yang dilakukan di sekolah ini. Sekolah ini juga merupakan salah satu sekolah percontohan di Kabupaten Bone. Sekolah ini juga menerapkan kurikulum 2013 yang sesuai dengan model pembelajaran inquiry. Selain itu dari pengamatan penulis, guru pendidikan jasmani masih menggunakan model pembelajaran tradisional dalam pembelajaran. Oleh karena itu diharapkan penelitian yang dilakukan ini memberikan pemahaman sekaligus terobosan model pembelajaran dalam pendidikan jasmani terhadap guru di sekolah ini khususnya dan guru-guru di sekolah lain pada umumnya di daerah tersebut.
(3)
47
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Sampel
Penentuan jumlah sampel sesuai dengan usulan Fraenkel (2012, hlm. 103)
bahwa “For experimental and causal comparative studies, we recommend a
minimum of 30 individuals per group, although sometimes experimental studies with only 15 individuals in each group can be defended if they are very tightly controlled.” Rata-rata jumlah siswa per kelas adalah 30 orang, oleh karena itu jumlah siswa tersebut sudah memenuhi ukuran jumlah sampel yang disarankan dalam penelitian eksperimen.
Untuk teknik pengambilan sampelnya, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling (sampel daerah).
“Dalam cluster sampling, yang dipilih bukan individu melainkan kelompok atau
area yang kemudian disebut cluster” (Maksum, 2012, hlm.57). Alasan memilih teknik sampling ini adalah karena tidak memungkinkan untuk membentuk kelas baru dalam sekolah yang dijadikan tempat penelitian (memecah kelas yang sudah ada) seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Oleh karena itu tidak memungkinkan juga melakukan teknik simple random sampling.
Sampel diambil dengan mengacak populasi yakni kelas VIII yang berjumlah 18 kelas. Kemudian diambil tiga kelas yang akan diberikan perlakuan sesuai dengan desain penelitian yang digunakan. Ketiga kelas yang terpilih yaitu kelas VIII B, kelas VIII E, dan kelas VIII A1. Selanjutnya ketiga kelas yang terpilih diacak lagi untuk ditempatkan sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Kelas VIII B dan kelas VIII A1 terpilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII E terpilih sebagai kelompok kontrol. Kelas VIII B akan menerima perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan single-mastery sedangkan kelas VIII A1 akan menerima perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan multiple-coping.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy. Instrumen ini dibuat sendiri oleh penulis yang dikembangkan dari toeri self-efficacy dari Bandura (1997, hlm. 42-43). Skala ini mengukur keyakinan siswa
(4)
48
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadap kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Skala penilaian pada skala ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan respon yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu-ragu (R), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Item-item dalam skala dikembangkan dalam dua tipe yaitu item favorable dan item yang tidak favorable. Penskoran item yang favorable dimulai dari skor 1 pada respon STS sampai pada skor 5 pada respon SS. Sebaliknya untuk penskoran item yang favorable dimulai dari skor 5 pada respon STS sampai pada skor 1 pada respon STS.
1. Definisi Konseptual
Berikut definisi konseptual self-efficacy yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Ormrod (2008, hlm. 20) secara umum, self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Bandura (1997, hlm. 3) self-efficacy mengacu pada keyakinan (beliefs) tentang kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil. Berdasarkan teori-teori self-efficacy yang dikemukakan oleh para ahli, maka self-efficacy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang atas kesuksesannya dalam melaksanakan suatu tugas.
2. Definisi Operasional
Berdasarkan definisi konseptual yang telah dikemukakan oleh para ahli maka self-efficacy dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan baik dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
3. Kisi-kisi Instrumen Self-efficacy
Berikut penjabaran kisi-kisi skala self-efficacy dari variabel self-efficacy pada (Bandura, 1997, hlm. 42-43):
Tabel 3.1.
(5)
49
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel Sub Variabel Indikator Item
+ - Self-efficacy Definisi Operasional: Keyakinan siswa terhadap 1.Level Keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang sulit
19, 35, 1, 29, 44, 11 10, 18, 30, 20, 38
Variabel Sub Variabel Indikator Item
+ - kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan baik dalam pembelajaran pendidikan jasmani. mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan tugas Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang sedang 13, 3, 31, 21, 39 2, 12, 34, 16, 22 Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang mudah 17, 33, 5, 43 28, 4, 14 2.Generality Keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam perluasan bidang Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam permainan yang sebenarnya 45, 15, 23, 41, 7 46, 6, 32, 24, 36
(6)
50
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
aktivitas.
3.Strength Keyakinan yang kuat siswa terhadap
kemampuannya untuk
mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar
Yakin
mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar lebih baik dibandingkan orang lain
27, 37, 9, 25
8, 40, 26, 42
4. Uji Validitas Skala
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, skala ini terlebih dahulu diuji oleh pakar psikologi. Setelah uji pakar, skala kemudian diujicobakan ke siswa SMP lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yaitu SMP Labschool UPI. Setelah itu uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan perangkat lunak SPSS 18 di komputer agar bisa digunakan sebagai alat pengumpul data yang akurat. Untuk menentukan kriteria item dianggap valid maka digunakan batasan koefisien korelasi item-total (riX) ≥ 0,30 (Azwar, 2014, hlm. 86). Item yang tidak
valid akan dibuang dan hanya item yang valid yang akan digunakan sebagai skala self-efficacy dalam penelitian ini. Berikut tabel hasil uji validitas instrumen skala self-efficacy siswa.
Tabel 3.2.
Data Hasil Ujicoba Instrumen Skala Self-Efficacy
Item Skala riX Kesimpulan
Item 1 0.446 valid
Item 2 0.738 valid
Item 3 0.241 tidak valid
Item 4 0.183 tidak valid
Item 5 0.614 valid
(7)
51
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Item Skala riX Kesimpulan
Item 7 0.433 valid
Item 8 0.724 valid
Item 9 -0.159 tidak valid
Item 10 0.389 valid
Item 11 0.503 valid
Item 12 0.344 valid
Item 13 0.329 valid
Item 14 0.461 valid
Item 15 0.577 valid
Item 16 0.215 tidak valid
Item 17 0.171 tidak valid
Item 18 0.095 tidak valid
Item 19 0.363 valid
Item 20 0.298 tidak valid
Item 21 0.306 valid
Item 22 0.000 tidak valid
Item 23 0.503 valid
Item 24 0.505 valid
Item 25 0.520 valid
Item 26 0.345 valid
Item 27 0.593 valid
Item 28 0.190 tidak valid
Item 29 0.355 valid
Item 30 0.302 valid
Item 31 0.562 valid
Item 32 0.393 valid
Item 33 -0.105 tidak valid
Item 34 0.677 valid
(8)
52
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Item Skala riX Kesimpulan
Item 36 0.509 valid
Item 37 0.371 valid
Item 38 0.384 valid
Item 39 0.282 tidak valid
Item 40 0.181 tidak valid
Item 41 0.618 valid
Item 42 0.640 valid
Item 43 0.632 valid
Item 44 0.575 valid
Item 45 0.491 valid
Item 46 0.144 tidak valid
Setelah pengujian validitas dilakukan, diperolehlah beberapa item pernyataan yang valid dan tidak valid dari skala self-efficacy yang diujicobakan. Item yang tidak valid dibuang sehingga hanya item yang valid saja yang digunakan sebagai instrumen skala self-eficacy. Selanjutnya item-item yang valid tersebut diberi penomoran kembali dan diacak untuk disusun sebagai instrument yang akan digunakan. Berikut kisi-kisi dan item-item self-efficacy yang valid dan yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3.
Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas
Variabel Sub Variabel Indikator Item
+ -
Self-efficacy Definisi Operasional:
Keyakinan siswa terhadap
1. Level
Keyakinan siswa terhadap
kemampuannya untuk
Yakin
mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam
tingkatan tantangan
13, 1, 20, 31, 8
7, 21, 27
(9)
53
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan baik dalam pembelajaran pendidikan jasmani. mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan tugas
gerakan yang sulit
Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang sedang 10, 22, 14
2, 9, 24
Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam tingkatan tantangan gerakan yang mudah
3, 30 11
Variabel Sub Variabel Indikator Item
+ - 2.Generality Keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam perluasan bidang aktivitas. Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dalam permainan yang sebenarnya 32, 12, 15, 28, 5 4, 23, 16, 25 3.Strength Keyakinan yang kuat siswa terhadap kemampuannya untuk Yakin mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar lebih baik dibandingkan
19, 26, 17
6, 18, 29
(10)
54
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar
orang lain
5. Uji Reliabilitas Skala
Setelah uji validitas instrumen, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji kecermatan instrumen yang berimplikasi pada konsistensi instrumen (Azwar, 2014, hlm. 112). Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 18 pada komputer. Berikut tabel hasil uji reliabilitas instrument.
Tabel 3.4.
Data Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha N of Items
.910 32
Kriteria reliabilitas instrumen menggunakan batasan koefisien reliabilitas
(rxx’) ≥ 0,90. Dari hasil uji reliabilitas, diperoleh skor koefisien reliabilitas sebesar
0,910. Karena skor yang diperoleh melebihi batasan yang telah ditetapkan, maka instrumen dianggap reliabel dan siap untuk digunakan dalam penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Perlakuan berlangsung selama lima pertemuan. Dalam satu minggu hanya ada satu kali pertemuan. Namun sebelum perlakuan, terlebih dahulu diadakan satu pertemuan untuk pre-test (sebelum perlakuan) dan juga satu pertemuan untuk post-test (setelah perlakuan).
1. Pre-test
Pre-test dilaksanakan sebelum pemberian perlakuan. Pre-test bertujuan mengetahui sejauh mana self-efficacy yang dimiliki siswa. Untuk mengetahui skor pre-test tersebut, skala self-efficacy diberikan pada kelompok eksperimen dan
(11)
55
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok kontrol. Pre-test ini berlangsung satu pertemuan yaitu pada pertemuan pertama.
2. Perlakuan
Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen ada dua kelompok. Kelompok pertama diberikan perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan single-mastery. Kelompok kedua diberikan perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan multiple-coping. Sedangkan untuk kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Kelompok kontrol hanya menerima model pembelajaran direct yang telah diterapkan oleh guru penjas di sekolah tersebut secara rutin.
Sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu ditetapkan siswa yang akan menjadi model dalam pemberian perlakuan di kelompok eksperimen sehingga data self-efficacy siswa yang akan diambil berasal dari siswa yang murni sebagai observer selama penelitian berlangsung. Sehingga siswa yang menjadi model, tidak termasuk ke dalam sampel penelitian. Model diambil dengan cara melakukan seleksi pada saat hari pertama penelitian setelah pemberian pre-test. Seleksi dilakukan dengan cara menginstruksikan kepada seluruh siswa dalam satu kelas untuk mempraktekkan teknik-teknik dasar permainan bola besar. Kemudian dari hasil pengamatan, diambillah siswa yang akan menjadi model yang sesuai dengan desain penelitian. Kelas VIII B merupakan kelompok eksperimen dengan perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan single-mastery. Oleh karena itu pada kelas VIII B diambil satu orang siswa yang memiliki keterampilan tinggi dan dianggap mampu (mastery) mempraktekkan teknik-teknik dasar permainan bola besar di depan kelas selama perlakuan diberikan. Sedangkan Kelas VIII A1 merupakan kelompok eksperimen dengan perlakuan model pembelajaran inquiry dengan pemodelan multiple-coping. Oleh karena itu pada kelas VIII A1 diambil tiga orang siswa yang memiliki keterampilan sedang dan dianggap mampu mempraktekkan teknik-teknik dasar permainan bola besar secara gradual dari ragu-ragu hingga mampu (coping) di depan kelas selama perlakuan diberikan. Kegiatan dan hasil seleksi ini tidak diumumkan kepada seluruh kelas dengan asumsi agar tidak mempengaruhi proses dan hasil penelitian.
(12)
56
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seleksi juga dilakukan semirip mungkin dengan proses pembelajaran penjas sehari-hari sehingga kegiatan ini tidak disadari oleh siswa sebagai proses seleksi.
Perlakuan diberikan kepada sampel penelitian selama lima pertemuan. Alasan memberikan perlakuan lima pertemuan merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Chung dan Ro (2004) yang menemukan peningkatan self-efficacy siswa setelah perlakuan pembelajaran problem solving selama lima pertemuan. Tema atau materi pembelajaran yang diajarkan pada kedua kelompok sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Berikut rangkaian pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Rangkaian Pelaksanaan Penelitian
Perte-muan Kegiatan Konten Jadwal
1
Pre-test Pemberian skala self-efficacy kepada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
17 & 18 April 2015 Pemilihan
model
Seleksi siswa terhadap kemampuannya mempraktekkan teknik dasar permainan bola besar
2
Penerapan Model Pembelajaran
Bola Basket (dribbling) 24 & 25
April 2015
3 Bola Basket (chest pass) 1 & 2 Mei
2015
4 Sepakbola (dribbling) 8 & 9
Mei 2015
5 Sepakbola (passing kaki dalam) 15 & 16
Mei 2015
6 Bola Voli (passing bawah) 22 & 23
(13)
57
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perte-muan Kegiatan Konten Jadwal
7 Post-test Pemberian skala self-efficacy kepada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
27 & 28 Mei 2015
3. Post-test
Post-test dilaksanakan setelah pemberian perlakuan. Post-test bertujuan mengetahui sejauh mana perubahan self-efficacy yang dimiliki siswa setelah perlakuan. Untuk mengetahui skor post-test tersebut, skala self-efficacy diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sama dengan pre-test, post-test ini berlangsung satu pertemuan namun berlangsung pada pertemuan terakhir pada penelitian ini setelah pemberian perlakuan model pembelajaran.
E. Analisis Data
Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan data dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan homogenous regression slopes. sebagai uji persyaratan sebelum melakukan uji ANCOVA dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 18. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 18. Uji homogenitas data dilakukan setelah uji normalitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levene pada SPSS 18. Setelah itu uji homogenous regression slopes dilakukan sebagai uji persyaratan sebelum melakukan uji ANCOVA.
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas, dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk memperoleh kesimpulan dari data yang diperoleh. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran inquiry terhadap self-efficacy siswa. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t paired sample dan
(14)
58
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
uji Analysis of Covariance (ANCOVA) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 18 pada komputer.
Uji-t paired sample digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan skor self-efficacy siswa pada kelompok eksperimen. Sedangkan uji Analysis of Covariance (ANCOVA) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran terhadap self-efficacy siswa. ANCOVA digunakan dalam desain penelitian ini karena ANCOVA dianggap lebih baik dalam menganalisis hasil penelitian yang menggunakan pre-test dan post-test dibandingkan dengan menggunakan skor gain (Gall, Gall, & Borg, 2010, hlm. 202). Selanjutnya Gall dkk. (2010, hlm 202-203) mengatakan bahwa “ANCOVA adjusts each research
participant’s posttest score, either up or down, to take into account his pretest
score”
F. Limitasi Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan terhadap berbagai faktor yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Berikut ini adalah upaya yang dilakukan guna meminimalisir ancaman tersebut:
1. Metode Penelitian
Menurut McMillan dan Schumacher (2001, hlm. 347), ada beberapa ancaman terhadap nonequivalent pretest and posttest control group design.
Tabel 3.6.
Ancaman Terhadap Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design
No. Threat Keefektifan
1 History ?
2 Selection -
3 Statisical Regression ?
4 Pretesting +
5 Instrumentation ?
6 Subject Attrition ?
7 Maturation -
8 Diffusion of Treatment ?
(15)
59
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Threat Keefektifan
10 Treatment Replication ?
11 Subject Effects ?
12 Statistical Conclusion ?
Keterangan: (+) = dapat dikontrol; (?) = berpeluang memberikan ancaman
Pada Tabel 3.6. terlihat bahwa ancaman pada validitas internal pada desain ini yang dapat dikontrol yaitu pretesting. Validitas internal yang berpeluang memberikan ancaman adalah history, statistical regression, instrumentation, subject attrition, diffusion of treatment, experimenter effects, treatment replication, subject effects, dan statistical conclusion. Sedangkan ancaman yang dikontrol lemah dalam penelitian ini adalah selection dan maturation. Oleh karena itu ada beberapa langkah-langkah yang diambil untuk meminimalisir ancaman-ancaman tersebut yaitu:
a. History
Penelitian ini melibatkan tiga kelompok sampel. Namun sampel dalam penelitian ini berasal di satu sekolah yakni MTsN Watampone. Oleh karena itu, ancaman pengaruh history pada sampel penelitian bisa diminimalisir.
b. Statistical Regression
Pemilihan sampel pada sekolah yang dijadikan tempat penelitian juga didasarkan pada observasi awal yang mengasumsikan bahwa secara umum skor self-efficacy siswa di sekolah tersebut rendah. Sehingga kecendrungan siswa untuk memiliki skor self-efficacy yang tinggi tidak terjadi.
c. Instrumentation
Sebelum pengisian skala, siswa terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai tata cara pengisian skala yang jelas serta penjelasan tentang dampak pengisian skala yang tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran pendidikan jasmani sehingga siswa akan mengisi skala sesuai dengan apa yang dirasakannya secara jujur. Skala yang digunakan pada saat pretest juga sama dengan yang digunakan pada saat posttest.
(16)
60
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sampel dalam penelitian ini berjumlah yang sama dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Tidak ada siswa yang mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung.
e. Diffusion of Treatment
Perlakuan kepada ketiga kelompok penelitian diberikan pada waktu yang berbeda-beda sesuai dengan jadwal jam pelajaran pada sekolah tempat penelitian berlangsung sehingga kemungkinan biasnya hasil penelitian yang disebabkan oleh pengamatan siswa pada satu kelompok pada kelompok yang lain bisa diminimalisir.
f. Experimenter Effects
Perlakuan model pembelajaran pada ketiga kelompok penelitian dilakukan oleh penulis yang bertindak sebagai guru sehingga perbedaan respon ketiga kelompok penelitian bisa diminimalisir.
g. Treatment Replication
Pemberian perlakuan dilakukan dalam satu kelas dan satu waktu dengan kata lain kelas tidak dipecah ke dalam beberapa kelompok sehingga penulis tidak memberikan treatment model pembelajaran dalam beberapa sesi. Hal ini untuk menghindari ancaman treatment replication yang bisa berdampak pada hasil penelitian.
h. Subject Effect
Untuk mengurangi dampak subjektifitas subjek penelitian pada proses dan hasil penelitian, penulis tidak menyampaikan informasi tentang penelitian kepada siswa sehingga hal ini bisa menghindari biasnya hasil penelitian yang disebabkan oleh perbedaan perilaku siswa pada ketiga kelompok penelitian.
i. Statistical Conclusion
Teknik analisis data yang digunakan dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini sesuai prosedur statistik yang dilandasi beberapa literatur. Selain itu masukan-masukan tentang analisis data juga diperolah dari konsultasi dosen pembimbing.
(17)
61
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemilihan sampel penelitian yang merupakan kelas utuh dan tidak memecah kelas atau membagi ke dalam kelompok kecil memungkinkan penelitian berjalan secara natural sesuai dengan kondisi siswa pada saat sebelum adanya penelitian sehingga siswa tidak perlu lagi melakukan adaptasi dengan kelas atau kelompok penelitian.
k. Maturation
Sampel yang dipilih memiliki umur yang relatif sama dan pelaksanaan penelitian tidak memakan waktu yang lama sehingga perubahan kedewasaan sampel diasumsikan tidak akan mempengaruhi hasil penelitian.
2. Faktor-faktor lainnnya
Banyak faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi efficacy karena self-efficacy meruapakan aspek psikologi. Oleh karena itu peneliti akan mengontrol faktor yang memungkinkan dalam penelitian ini. Tujuannya adalah agar perubahan self-efficacy siswa dalam peneltian ini sebisa mungkin hanya berasal dari perlakuan yang diberikan yakni model pembelajaran dan pemodelan. Faktor yang bisa dikontrol dalam penelitian ini adalah pemberian feedback. Setiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan feedback yang sama yaitu feedback positif pada setiap pembelajarannya sehingga perbedaan pengaruh feedback terhadap self-efficacy siswa pada ketiga kelompok bisa diminimalisir. Namun karena keterbatasan penulis, maka ada beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol pada penelitian ini yaitu: kondisi fisiologis dan emosiona siswa. Kondisi fisiologis dan emosional dapat juga mempengaruhi self-efficacy. Penulis menyadari bahwa banyak faktor yang tidak dapat dikontrol dalam penelitian ini, sehingga memberikan ancaman terhadap hasil penelitian ini. Sehingga untuk menghindari biasnya hasil penelitian, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengontrol faktor-faktor tersebut.
(1)
56
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seleksi juga dilakukan semirip mungkin dengan proses pembelajaran penjas sehari-hari sehingga kegiatan ini tidak disadari oleh siswa sebagai proses seleksi.
Perlakuan diberikan kepada sampel penelitian selama lima pertemuan. Alasan memberikan perlakuan lima pertemuan merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Chung dan Ro (2004) yang menemukan peningkatan self-efficacy siswa setelah perlakuan pembelajaran problem solving selama lima pertemuan. Tema atau materi pembelajaran yang diajarkan pada kedua kelompok sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Berikut rangkaian pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Rangkaian Pelaksanaan Penelitian
Perte-muan Kegiatan Konten Jadwal
1
Pre-test Pemberian skala self-efficacy kepada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
17 & 18 April 2015 Pemilihan
model
Seleksi siswa terhadap kemampuannya mempraktekkan teknik dasar permainan bola besar
2
Penerapan Model Pembelajaran
Bola Basket (dribbling) 24 & 25 April 2015
3 Bola Basket (chest pass) 1 & 2 Mei
2015
4 Sepakbola (dribbling) 8 & 9
Mei 2015
5 Sepakbola (passing kaki dalam) 15 & 16
Mei 2015
6 Bola Voli (passing bawah) 22 & 23
(2)
57
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perte-muan Kegiatan Konten Jadwal
7 Post-test Pemberian skala self-efficacy kepada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
27 & 28 Mei 2015
3. Post-test
Post-test dilaksanakan setelah pemberian perlakuan. Post-test bertujuan mengetahui sejauh mana perubahan self-efficacy yang dimiliki siswa setelah perlakuan. Untuk mengetahui skor post-test tersebut, skala self-efficacy diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sama dengan pre-test, post-test ini berlangsung satu pertemuan namun berlangsung pada pertemuan terakhir pada penelitian ini setelah pemberian perlakuan model pembelajaran.
E. Analisis Data
Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan data dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan homogenous regression slopes. sebagai uji persyaratan sebelum melakukan uji ANCOVA dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 18. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 18. Uji homogenitas data dilakukan setelah uji normalitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levene pada SPSS 18. Setelah itu uji homogenous regression slopes dilakukan sebagai uji persyaratan sebelum melakukan uji ANCOVA.
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas, dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk memperoleh kesimpulan dari data yang diperoleh. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran inquiry terhadap self-efficacy siswa. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t paired sample dan
(3)
58
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
uji Analysis of Covariance (ANCOVA) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 18 pada komputer.
Uji-t paired sample digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan skor self-efficacy siswa pada kelompok eksperimen. Sedangkan uji Analysis of Covariance (ANCOVA) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran terhadap self-efficacy siswa. ANCOVA digunakan dalam desain penelitian ini karena ANCOVA dianggap lebih baik dalam menganalisis hasil penelitian yang menggunakan pre-test dan post-test dibandingkan dengan menggunakan skor gain (Gall, Gall, & Borg, 2010, hlm. 202). Selanjutnya Gall dkk. (2010, hlm 202-203) mengatakan bahwa “ANCOVA adjusts each research
participant’s posttest score, either up or down, to take into account his pretest
score”
F. Limitasi Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan terhadap berbagai faktor yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Berikut ini adalah upaya yang dilakukan guna meminimalisir ancaman tersebut:
1. Metode Penelitian
Menurut McMillan dan Schumacher (2001, hlm. 347), ada beberapa ancaman terhadap nonequivalent pretest and posttest control group design.
Tabel 3.6.
Ancaman Terhadap Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design
No. Threat Keefektifan
1 History ?
2 Selection -
3 Statisical Regression ?
4 Pretesting +
5 Instrumentation ?
6 Subject Attrition ?
7 Maturation -
8 Diffusion of Treatment ?
(4)
59
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Threat Keefektifan
10 Treatment Replication ?
11 Subject Effects ?
12 Statistical Conclusion ?
Keterangan: (+) = dapat dikontrol; (?) = berpeluang memberikan ancaman
Pada Tabel 3.6. terlihat bahwa ancaman pada validitas internal pada desain ini yang dapat dikontrol yaitu pretesting. Validitas internal yang berpeluang memberikan ancaman adalah history, statistical regression, instrumentation, subject attrition, diffusion of treatment, experimenter effects, treatment replication, subject effects, dan statistical conclusion. Sedangkan ancaman yang dikontrol lemah dalam penelitian ini adalah selection dan maturation. Oleh karena itu ada beberapa langkah-langkah yang diambil untuk meminimalisir ancaman-ancaman tersebut yaitu:
a. History
Penelitian ini melibatkan tiga kelompok sampel. Namun sampel dalam penelitian ini berasal di satu sekolah yakni MTsN Watampone. Oleh karena itu, ancaman pengaruh history pada sampel penelitian bisa diminimalisir.
b. Statistical Regression
Pemilihan sampel pada sekolah yang dijadikan tempat penelitian juga didasarkan pada observasi awal yang mengasumsikan bahwa secara umum skor self-efficacy siswa di sekolah tersebut rendah. Sehingga kecendrungan siswa untuk memiliki skor self-efficacy yang tinggi tidak terjadi.
c. Instrumentation
Sebelum pengisian skala, siswa terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai tata cara pengisian skala yang jelas serta penjelasan tentang dampak pengisian skala yang tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran pendidikan jasmani sehingga siswa akan mengisi skala sesuai dengan apa yang dirasakannya secara jujur. Skala yang digunakan pada saat pretest juga sama dengan yang digunakan pada saat posttest.
(5)
60
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sampel dalam penelitian ini berjumlah yang sama dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Tidak ada siswa yang mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung.
e. Diffusion of Treatment
Perlakuan kepada ketiga kelompok penelitian diberikan pada waktu yang berbeda-beda sesuai dengan jadwal jam pelajaran pada sekolah tempat penelitian berlangsung sehingga kemungkinan biasnya hasil penelitian yang disebabkan oleh pengamatan siswa pada satu kelompok pada kelompok yang lain bisa diminimalisir.
f. Experimenter Effects
Perlakuan model pembelajaran pada ketiga kelompok penelitian dilakukan oleh penulis yang bertindak sebagai guru sehingga perbedaan respon ketiga kelompok penelitian bisa diminimalisir.
g. Treatment Replication
Pemberian perlakuan dilakukan dalam satu kelas dan satu waktu dengan kata lain kelas tidak dipecah ke dalam beberapa kelompok sehingga penulis tidak memberikan treatment model pembelajaran dalam beberapa sesi. Hal ini untuk menghindari ancaman treatment replication yang bisa berdampak pada hasil penelitian.
h. Subject Effect
Untuk mengurangi dampak subjektifitas subjek penelitian pada proses dan hasil penelitian, penulis tidak menyampaikan informasi tentang penelitian kepada siswa sehingga hal ini bisa menghindari biasnya hasil penelitian yang disebabkan oleh perbedaan perilaku siswa pada ketiga kelompok penelitian.
i. Statistical Conclusion
Teknik analisis data yang digunakan dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini sesuai prosedur statistik yang dilandasi beberapa literatur. Selain itu masukan-masukan tentang analisis data juga diperolah dari konsultasi dosen pembimbing.
(6)
61
Muhammad Zulfikar 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN
TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemilihan sampel penelitian yang merupakan kelas utuh dan tidak memecah kelas atau membagi ke dalam kelompok kecil memungkinkan penelitian berjalan secara natural sesuai dengan kondisi siswa pada saat sebelum adanya penelitian sehingga siswa tidak perlu lagi melakukan adaptasi dengan kelas atau kelompok penelitian.
k. Maturation
Sampel yang dipilih memiliki umur yang relatif sama dan pelaksanaan penelitian tidak memakan waktu yang lama sehingga perubahan kedewasaan sampel diasumsikan tidak akan mempengaruhi hasil penelitian.
2. Faktor-faktor lainnnya
Banyak faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi efficacy karena self-efficacy meruapakan aspek psikologi. Oleh karena itu peneliti akan mengontrol faktor yang memungkinkan dalam penelitian ini. Tujuannya adalah agar perubahan self-efficacy siswa dalam peneltian ini sebisa mungkin hanya berasal dari perlakuan yang diberikan yakni model pembelajaran dan pemodelan. Faktor yang bisa dikontrol dalam penelitian ini adalah pemberian feedback. Setiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan feedback yang sama yaitu feedback positif pada setiap pembelajarannya sehingga perbedaan pengaruh feedback terhadap self-efficacy siswa pada ketiga kelompok bisa diminimalisir. Namun karena keterbatasan penulis, maka ada beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol pada penelitian ini yaitu: kondisi fisiologis dan emosiona siswa. Kondisi fisiologis dan emosional dapat juga mempengaruhi self-efficacy. Penulis menyadari bahwa banyak faktor yang tidak dapat dikontrol dalam penelitian ini, sehingga memberikan ancaman terhadap hasil penelitian ini. Sehingga untuk menghindari biasnya hasil penelitian, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengontrol faktor-faktor tersebut.