Persepsi siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2010/2011 tentang kemampuan guru dalam membina hubungan antar pribadi dengan siswa - USD Repository

  

BRPERSEPSI SISWA KELAS XI SMA PADMAWIJAYA KLATEN

TAHUN AJARAN 2010/2011TENTANG KEMAMPUAN GURU DALAM

MEMBINA HUBUNGAN ANTAR PRIBADI DENGAN SISWA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Disusun oleh:

ANDREAS SANTOSO

NIM : 021114026

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  MOTTO dan PERSEMBAHAN (taken from : text message by Wahyu Evi Lestari, 27 Januari 2011) Kupersembahkan Skripsi ini Untuk :

  Papa dan Mama, yang selalu mendukungku jadi Sarjana

KATA PENGANTAR

  Penulisan skripsi ini terselesaikan karena ada berbagai pihak yang berkenan membantu, membimbing dan memotivasi penulis. Pantaslah penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

  1. Ibu Dr. Maria Margaretha Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berguna bagi penulis serta memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Jurusan yang telah memberikan ijin perpanjangan studi untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Drs. R.H. Dj. Sinurat, MA., yang telah banyak membantu memberikan sumbangan ide dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini.

  4. Br. Triyono, S.J; MA, sebagai dosen pembimbing yang penuh kesabaran, pengertian, ketelatenan, membimbing dann membantu penulis.

  5. Ibu Dra. M.J. Retno Priyani M.Si., yang selalu memberikan semangat lewat facebook.

  6. Pak Moko dan segenap Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu urusan segala keperluan administrasi penulis.

  7. Bapak Drs. H. Sriyanto, selaku Kepala Sekolah SMA Padmawijaya Klaten yang telah bersedia memberi ijin penelitian kepada penulis.

  8. Ibu Maria Margaretha Wirena Ar. S.Pd., selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA Padmawijaya Klaten yang telah membantu penulis dalam mengkoodinir penyebaran kuesioner penelitian.

  9. Orangtuaku terkasih yang senantiasa membantu, memberikan dukungan, dana dan doa untuk penulis dalam menyelesaikan studi.

  10. Jenius Santoso, S.Kom., yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

  11. Ria Endriana Utami, S.Si., sepupuku yang selalu mendorong dan memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

  12. Kenny Susanto, yang telah memberikan pinjaman buku tentang Reliabilitas dan Validitas.

  13. Winggiana Surya Menanda, yang telah meluangkan waktu untuk membantu memberi ide dan saran dalam pembuatan item kuesioner.

  14. Wahyu Evi Lestari, S.Pd., yang selalu mau membantu mencari buku, mengetik dan memberikan semangat lewat SMS.

  15. Mbak Anita Lowi – Mas Nanang Raharjo Rental Kaboel yang senantiasa sabar dan setia dalam membantu pengeditan revisi.

  16. Averous Meidyza S. Ikom., yang telah berkenan memberikan bantuan dalam pengetikan.

  17. I Ketut Purba Widnyana, yang banyak membantu dalam masalah teknis.

  18. Madam Anita, Bu Ellyawati, Mbak Icha, Hasibuan Santoso, Koh Dante, Tante Ve, Ci’ Dewi, Mas Heri Bayu Saputro, Popo Liongchi, Tante Lin Shiang, Pak Wiyono, Pak Gembong, yang selalu memberikan semangat.

  19. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2002-2003 : Devi, Nadya, Sherly, Peppy, Nena, Ina, Sari, Tuti, Pipit, Bismo, Tutus, Iin, Wicha,Wulan, Sonia, Lita, Bertha. Terima kasih banyak atas saran-sarannya.

  20. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2004-2006 : Novi, Anisa, Estu, Agam, Br. Edi. Sr. Miryam, Sr. Emil, Lopez, Lina, Desi “klopo mas”, Helnike, Mbak Endang, Hendra, Uday, Sabrina, Tina Ande Raya, Tina Sitanggang, Ayu Grace, Yayuk, Yasintha “miss perfect”, dan teman-teman yang lain yang sudah selalu menghibur dan menemani penulis.

  21. Mbak Iske, Wak Ik, dan para pengasuh di Panti Asuhan Diakonia Harapan Bawen yang selalu mendoakan penulis.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

  Yogyakarta, 11 Februari 2011 Andreas Santso

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv KATA PENGANTAR........................................................................................... v DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................ ix ABSTRACT .......................................................................................................... xii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... xiii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah.....................................................................

  1 B. Perumusan Masalah............................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian................................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian..............................................................................

  5 E. Definisi Operasional ...........................................................................

  6 BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................

  8 A. Persepsi ..............................................................................................

  8

  Halaman 2. Proses Persepsi ...............................................................................

  9 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ..................................

  11 B. Kemampuan Guru dalam Membina Hubungan Pribadi .....................

  12 1. Pengertian Relasi Guru-Siswa yang Baik.......................................

  12 2. Pemenuhan Kebutuhan Bersama ....................................................

  22

  3. Aspek-aspek Penghalang Terjadinya Hubungan Antar Pribadi Guru dan Siswa yang Baik ............................................................

  27 C. Guru ....................................................................................................

  29 D. Siswa SMA Sebagai Remaja..............................................................

  31 1. Pengertian Siswa SMA Sebagai Remaja ........................................

  31 2. Karakteristik Remaja SMA............................................................

  33 3. Tahap-tahap Perkembangan Sosialisasi..........................................

  34 E. Persepsi Siswa tentang Kemampuan Guru dalam Membina Hubungan Antar Pribadi dengan Siswa..............................................

  37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................

  39 A. Jenis Penelitian ...................................................................................

  39 B. Populasi Penelitian .............................................................................

  39 C. Prosedur Pengumpulan Data ..............................................................

  41 1. Uji Coba Kuesioner Modifikasi Skala APKG III...........................

  41

  Halaman 2. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................

  44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................

  47 A. Hasil Penelitian...................................................................................

  47 B. Pembahasan ........................................................................................

  50 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................

  54 A. Ringkasan ...........................................................................................

  54 B. Kesimpulan.........................................................................................

  57 C. Saran ...................................................................................................

  57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA KELAS XI SMA PADMAWIJAYA KLATEN

TAHUN AJARAN 2010/2011TENTANG KEMAMPUAN GURU DALAM

MEMBINA HUBUNGAN ANTAR PRIBADI DENGAN SISWA

  Andreas Santoso Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta, 2011 Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

  Komunikasi antara guru dan siswa merupakan masalah penting yang sering terjadi. Komunikasi lebih dari sekedar “guru bicara-siswa mendengar”. Ketika siswa menyadari bahwa mereka telah didengarkan dan apa yang mereka atau katakan tidak dinilai secara negatif, siswa merasa lebih bebas untuk mempercayai gurunya dan berbicara lebih terbuka. Siswa yang memiliki konflik terhadap gurunya cenderung menjadi enggan untuk berpartisipasi aktif dan tidak percaya akan apa yang disampaikan gurunya sehingga besar kemungkinan tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak tercapai.

  Penelitian ini berguna untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten tentang kemampuan guru dalam membina hubungan antarpribadi dengan siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei lewat pembagian kuesioner kepada 110 orang siswa dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 40 buah, disusun oleh peneliti dari modifikasi gabungan indikator sarana pelancar komunikasi dan APKG (Alat Penilaian Kemampuan Guru)

  III mengenai hubungan antarpribadi, yang berisi 8 indikator, yakni: mendengarkan aktif, membantu mengembangkan sikap positif siswa, menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam kegiatan belajar mengajar, bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa. Mengelola interaksi perilaku kelas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penilaian Acuan Patokan tipe 1 atau biasa disebut dengan PAP 1 dengan

  5 kualifikasi: “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang”, “rendah”, “sangat rendah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2010/2011 memiliki persepsi yang “sedang” (33,6%), “tinggi” (27,3%), dan sebagian kecil “sangat tinggi” (9,1%) akan kemampuan gurunya dalam membina hubungan antarpribadi dengan siswa dan harus ditingkatkan.

  

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF XI GRADE STUDENTS IN PADMAWIJAYA

SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN IN ACADEMIC PERIOD OF 2010/2011

ON TEACHERS’ COMPETENCE IN CONSTRUCTING INTERPERSONAL

RELATIONSHIP WITH THE STUDENTS

  Andreas Santoso Sanata Dharma University

  Yogyakarta, 2011 Process of teaching-learning is a process contains a set of activities of teachers and students based on reversive relationship of which runs in educative situation to achieve certain purpose.

  Communication among teachers and students is an important problem of which often happens. Communication is more than “teacher talks-student hears”. While the students consider that they has been heard and what they felt or said is not evaluated neatively, the students feel more free to believe their teacher and talk more openly. Students who have conflict with their teacher tend to be resist to actively participate and do not believe on wat will be conveyed by their teacher, thus it is most possibly the purpose of teaching-learning activitiy will not be achieved.

  This research has advantage to find out how is the perception of XI grade students in Padmawijaya Senior High School Klaten on the teachers’ competence in construct interpersonal relationship with the students. The type of this research was descriptive research by survey method through the distribution of questionnaire to 110 students by total of question item of 40 items, compiled by the author from the modification of indicator mix of communication mediating tools and Teachers’ Competence Evaluating Tool III concerning on interpersonal relationship, comprises of 8 indicators, i.e.: passive-active hearing, response of acceptance confession, invitation to continues, active hearing, help to develop positive attitude of students, present the enthusiasm and seriousness in teaching-learning activity, open minded and flexible to the student, and manage in-class behavior interaction. The technique of data analysis used in this research was type 1 Reference Standard Evaluation or usually mentioned as PAP 1 by 5 qualifications: “very high”, “high”, “moderate”, “low”, “ver low”. The result of this research showed XI grave students of Padmawijaya Klaten Senior High School in academic period of 2010/2011 have “moderate” (33,6%), “high” (27,3%), and small portion “very high” (9,1%) perception on teachers’s competence in construct interpersonal relationship with students and should be increased.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi antar pribadi, atau secara ringkas berkomunikasi,

  merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya.

  Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu penting bagi kita menjadi terampil berkomunikasi. Komunikasi antar pribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita karena menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia (Johnson dalam Supratiknya, 1995)

  Setiap hari di dalam kelas guru harus berhadapan dengan bermacam karakter murid. Bermacam pula latar belakang lingkungannya. Tugas utama mengajar bukan selalu melakukan sesuatu bagi siswa, tetapi lebih berupa menggerakkan siswa melakukan hal-hal sesuai yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Bukan pula menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku, tetapi mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motivasi-motivasi, dan

  Yang mutlak diperlukan di sini adalah tersambungnya komunikasi. Tentunya, komunikasi dua arah. Dari guru ke murid dan sebaliknya. Ada dua macam komunikasi yang kita kedepankan di sini yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Penggunaan komunikasi verbal di dalam kelas hendaknya didesain seefisien mungkin, sehingga pembelajaran tidak menggusur format siswa sebagai subyek dan sentra aktivitas belajar. Banyak pula siswa yang lebih membutuhkan model komunikasi non verbal. Misalnya dengan body language, curahan perhatian, tulisan-tulisan suportif di buku tulisnya, misal: hebat, pintar, dan sebagainya. Semua bergantung pada karakter dan lingkungan sosial yang menyertai murid. Rangkaian pembelajaran seharusnya mengarahkan siswa kepada tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri.

  Komunikasi antara guru dan siswa merupakan masalah penting yang sering terjadi. Komunikasi lebih dari sekedar “guru bicara-siswa mendengar.” Juga lebih dari pertukaran kata-kata antara dua orang atau lebih. Guru berkomunikasi dengan berbagai cara. Apa yang guru lakukan, gerakan guru, nada bicara, ekspresi wajah, dan banyak sikap nonverbal lainnya yang mejadi pesan bagi siswa. Berkali-kali, pesan yang guru kirimkan bukanlah apa yang siswa terima. Dengan mencoba mendengarkan siswa dan menghindari kecenderungan untuk terlalu cepat memberi saran, solusi, kritik, penolakan, atau interogasi, guru membuka jalur komunikasi selebar mungkin. Ketika siswa menyadari bahwa mereka telah didengarkan dan apa yang mereka rasakan atau katakan tidak dinilai secara negatif, siswa merasa lebih bebas untuk mempercayai gurunya dan berbicara lebih terbuka.

  Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan keseluruhan dengan seorang guru sebagai peranan utama. Perwujudan proses belajar mengajar yang dikelompokkan kedalam 4 hal, yaitu: (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, (4) modifikasi tingkah laku.

  Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya bagaimana komunikasi dalam penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar karena sebagian besar siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten menginjak masa remaja, anak mengalami masa peralihan dimana hal tersebut merupakan masa ketegangan emosi tinggi sebagai akibat dari perubahan fisik termasuk kelenjarnya. Ekspresi emosinya terungkap dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau mengkritik dengan suara keras. Hal ini menjadi salah satu penyebab siswa mengalami masalah pribadi dan konflik terhadap gurunya. Siswa yang memiliki konflik terhadap gurunya cenderung menjadi enggan untuk berpartisipasi aktif dan tidak percaya akan apa yang disampaikan gurunya sehingga besar kemungkinan tujuan dari kegiatan belajar mengajar menjadi tidak tercapai.

  Pada masa remaja ini siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten pun sedang dalam mencari identitas diri, mengalami melalui proses belajar sosial, dan perkembangan kepribadian. Dalam pembentukan kepribadian sangat berperanlah pentingnya kemampuan guru dalam membina hubungan antarpribadi dengan siswanya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

  Mengingat pentingnya kemampuan guru dalam membina hubungan antar pribadi dengan siswanya, maka peneliti ingin meneliti sejauh mana kemampuan guru kelas XI SMA Padmawijaya Klaten dalam membina hubungan antar pribadi dengan siswanya melalui pendapat, keyakinan atau persepsi siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten. Dengan mengetahui persepsi siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten mengenai kemampuan gurunya dalam membina hubungan antar pribadi dengan siswanya, dapat dirumuskan berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membina hubungan antar pribadi dengan siswanya demi tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal.

B. Perumusan Masalah

  Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2010/2011 tentang kemampuan guru dalam membiasakan hubungan antarpribadi dengan siswanya. Pertanyaan yang Bagaimanakah persepsi siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2010/2011 tentang kemampuan guru dalam membina hubungan antar pribadi dengan siswanya?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2010/2011 tentang kemampuan guru dalam membina hubungan antarpribadi dengan siswanya

  D. Manfaat Penelitian

  1. Untuk pihak sekolah Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru-guru di SMA Padmawijaya Klaten mengenai persepsi siswanya tentang kemampuan para guru dalam membiasakan hubungan antarpribadi dengan siswanya sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi guru dalam meningkatkan hubungan antar pribadi yang lebih baik dengan siswanya.

  2. Untuk prodi Bimbingan dan Konseling Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling tentang persepsi siswa kelas mengenai kemampuan guru dalam membina hubungan antar pribadi dengan siswanya.

  3. Untuk peneliti lain Informasi ini berguna untuk bidang sosial dalam pelayanan bimbingan konseling dan memperluas wawasan kepada peneliti lain yang memiliki minat yang sama untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama.

  4. Untuk peneliti sendiri Penelitian ini bermanfaat untuk mengasah dan memperdalam bagaimana seharusnya sebagai calon pembimbing harus memiliki ketrampilan dalam menggunakan komunikasi antar pribadi yang baik dan benar demi efektivitas tercapainya suatu tujuan.

E. Batasan Istilah

  Berikut ini diberikan penjelasan beberapa istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

  1. Persepsi Siswa Persepsi siswa adalah pandangan atau keyakinan siswa mengenai kemampuan guru untuk membina hubungan antar pribadi dengan siswa seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.

  2. Kemampuan guru dalam membina hubungan antarpribadi Hubungan yang timbal balik, saling menghargai antara guru dan siswa terutama dalam lingkungan sekolah sehingga hubungan yang terjadi bukan lagi hubungan yang kaku hubungan komunikasi antar pribadi yang akrab dan hangat.

  3. Siswa Yang dimaksudkan dengan siswa dalam skripsi ini adalah siswa yang terdaftar dan aktif sebagai siswa kelas XI SMA Padmawijaya Klaten Tahun

  Ajaran 2010/2011.

  4. Guru Yang dimaksudkan dengan guru dalam penelitian ini adalagh guru yang pernah membimbing dan memberikan pelajaran bagi siswa kelas XI

  SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2010/2011.

  5. SMA Padmawijaya Klaten SMA Padmawijaya KLaten adalah lembaga pendidikan menengah yang bersifat nasionalis, dikelola oleh alumni SMA ABC (SMA 1 Klaten) yang tergabung pada Yayasan Padmawijaya Klaten. Berdiri sejak 29 April 1981. Terletak di Jl. Tentara Pelajar 01 Klaten.

BAB II KAJIAN TEORI Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian persepsi, kemampuan guru dalam

  membina hubungan antarpribadi, pengertian guru, pengertian siswa SMA dan pengertian persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam membina hubungan antar pribadi dengan siswanya.

A. Persepsi

  1. Pengertian Persepsi Sebagian besar tingkah laku manusia ditentukan oleh persepsi terhadap obyek yang diamati. “Persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil” (Sobur, 2009 dalam http://www.scribd.com/doc/48376586/ Skripsi). Chaplin dalam kamus lengkap psikologi mengartikan “persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian objektif dengan bantuan indera” (Kartini Kartono, 1985).

  Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah “penglihatan, bagaimana cara seorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu” (Leavitt,1978 dalam Irwanto 1988). Mulyana “menambahkan bahwa persepsi disebut sebagai inti komunikasi, dimana jika persepsi kita tidak akurat maka Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

  Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan (menyimpulkan informasi) sesuatu dengan mengikuti tahapan yang ada (proses menerima, menyeleksi, mengorganisasi- kan, mengartikan, menguji), dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera.

  2. Proses Persepsi Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia.

  Beberapa proses persepsi yang dikemukakan oleh Pareek (Sobur, 2003) adalah sebagai berikut: a. Proses menerima rangsangan.

  Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra.

  Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuh- nya sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu. b. Proses menyeleksi rangsangan.

  Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima.

  Demi menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Dua kumpulan faktor menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor–faktor intern berkaitan dengan diri sendiri; meliputi: kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan umum, penerimaan diri. Faktor ekstern meliputi: intensitas, ukuran, dan sesuatu yang baru.

  c. Proses Pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni pengelompokan, bentuk timbul dan latar, serta kemantapan persepsi.

  d. Proses Penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. e. Proses Pengecekan Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Terkadang pengecekan yang terjadi terlalu cepat dan mungkin orang tidakb menyadarinya.Pengecekan ini juga dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru.

  f. Proses Reaksi Tahap terakhir dari proses persepsi adalah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat sehubungan dengan persepsinya.

  3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persepsi : Menurut Stephen P.Robbins (1999, diunduh dari http://aditya- romantika. blogspot. com/2010/12/persepsi.html), faktor yang mempengaruhi persepsi individu adalah sebagai berikut:

  a. Faktor Pelaku Persepsi Bila seseorang memandang suatu obyek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi pelaku persepsi.

  b. Faktor Obyek Karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat c. Faktor Situasi Faktor ini dapat mempengaruhi persepsi yang meliputi sikap orang lain.

B. Kemampuan Guru dalam Membina Hubungan Antarpribadi

1. Pengertian Relasi Guru – Siswa yang baik

  Menurut Thomas Gordon (1997: 24), hubungan guru dan siswa dapat dikatakan baik bila mempunyai: a. Keterbukaan dan Transparansi

  1) Keterbukaan : Keterbukaan psikologis guru ditandai dengan adanya :

  a) Kesediaan yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempat guru bekerja.

  b) Mau menerima kritik dengan ikhlas.

  c) Memiliki empati, yakni respon afeksi terhadap pengalaman dan perasaan tertentu orang lain.

  Ada 5 tingkatan dalam afeksi, yaitu :

  a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu),

  b) Merespon (aktif berpartisipasi),

  c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu),

  d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang e) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

  Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai anutan siswa. Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Keterbukaan psikologis juga diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan. 2) Transparan :

  Transparan yang dimaksud adalah guru harus memiliki sifat positif terhadap bentuk-bentuk perilaku siswanya. Guru yang baik tidak akan sinis terhadap siswa yang terlambat menyerap pelajaran dan sebuah kenakalan. Transparansi guru dalam menyikapi hal-hal tersebut terwujud dalam tindakan wajar, humanis, rasional dan proposional, yaitu :

  a) Wajar berarti biasa sebagaimana adanya tanpa tambahan apapun dan menurut keadaan yang ada, dengan kata lain guru harus mengambil sikap yang tepat sesuai dengan keterbatasan siswa atau penyebab siswa mengalami kesulitan itu.

  b) Humanis berarti bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Sikap humanis seorang guru dapat membantu siswa untuk :

  a) Mempunyai cara belajar alami

  b) Belajar signifikan atas materi pelajaran yang relevan dengan maksud tertentu c) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya d) Mendapatkan hasil belajar yang maksimal

  e) Siswa menjadi lebih percaya diri dan mawas diri

  f) Belajar sosial (conditioning dan imitation) dalam proses belajarnya

  g) Rasional adalah berani bertindak dan berpikir kritis serta bertanggung-jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional

  h) Proporsional adalah sebanding, seimbang, membuat susunan program secara rapi sehingga mencapai tujuan yang diinginkan Guru yang proporsional adalah guru yang dapat menghadirkan dunia nyata dalam kelas, sehingga akan mendorong siswa untuk bisa menghubungkan pengetahuan yang diterimanya dengan dunia nyata. Misalnya saja, guru menyadari bahwa di usia remaja awal para siswa menyukai hal-hal yang menantang dan ada unsur permainan maka guru perlu merancang konsep pembelajaran dalam bentuk permainan. Metode pengajaran tersebut termasuk proporsional karena menggunakan pendekatan mereka sukai. Maka dari itu dengan adanya keterbukaan dan transparansi memungkinkan terjalinnya keterusterangan dan kejujuran satu dengan lainnya.

  b. Penuh perhatian Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka, dengan memberi perhatian maka guru sudah bisa disebut menghargai keberadaan, kemampuan maupun kesulitan siswanya.

  Menurut Stephen Covey (1990, Membangun Komunikasi Efektif - http://www.gudangmateri.com/2010/09/komunikasi-efektif-stephen- covey.html) sikap menghargai dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja guru dan siswa baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai tim.

  Sikap menghargai itu bisa diwujudkan melalui perbuatan seperti berikut: 1) Mengenali pribadi setiap siswa dengan mencari tahu apa yang mereka sukai/tidak sukai, gagasan dan apa yang mereka butuhkan 2) Jujur pada siswa, khususnya jika siswa menanyakan hal-hal seperti apa gunanya memahami pelajaran yang diberikan oleh guru 3) Memeriksa pekerjaan siswa dengan tepat waktu. Jika guru ingin siswa mengumpulkan tugas tepat waktu, maka guru harus memberikan contoh

  4) Guru jangan terlalu membatasi dirinya. Kebanyakan siswa akan menyukai guru yang paham dan menggunakan bahasa seperti yang digunakan siswa 5) Guru juga harus mengembangkan kesadaran untuk mentolerir kebutuhan siswa yang mendesak misalnya ijin buang air kecil atau member waktu bagi siswi yang sedang datang bulan

  6) Membuat suasana kelas yang nyaman, dengan cara :

  a) Kadang-kadang perlu selingan humor

  b) Memberikan pilihan pada siswa tentang apa yang ingin siswa lakukan dan bagaimana mereka melakukannya sebagai contoh: setelah menjelaskan materi, siswa diberi kesempatan untuk memilih test tertulis, diskusi atau membuat makalah c) Menggunakan cara-cara baru untuk menyajikan pelajaran dan tidak hanya mengacu pada buku teks saja d) Tidak mendominasi pembicaraan melainkan member kesempatan pada siswa untuk berdiskusi, memberikan komentar, bahkan menyela dan menyanggah

  e) Bersikap lunak dengan tidak memberi tugas apabila guru mata pelajaran lain sudah banyak member tugas rumah c. Saling ketergantungan

  Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan inilah adalah

  Keberhasilan suatu proses pembelajaran bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan hasil yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat menyelesaikan tugasnya sendiri agar dapat mencapai tujuan mereka.

  Contoh beberapa keterampilan dalam pembelajaran kooperatif : 1) Berbagi tugas 2) Mengambil bagian 3) Tetap berada dalam tugas 4) Mengajukan pertanyaan 5) Mendengar yang aktif 6) Bekerja sama 7) Membantu teman

  d. Keterpisahan Memungkinkan guru dan siswa saling menumbuhkan dan mengembangkan keunikan, kreativitas, dan individualitas masing-masing e. Keunikan

  Pada prinsipnya, tidak ada dua siswa yang memiliki kecerdasan yang sama. Seorang siswa mengaku belajar lebih baik dengan satu cara tertentu, sebagian yang lain mengaku biasa belajar dengan cara yang lain pula. Perbedaan-perbedaan gaya belajar itulah yang disebut dengan keunikan siswa.

  Ada 9 kecerdasan anak yang mempengaruhi gaya belajarnya : 1) Visual/Spatial : memahami sesuatu dengan melihat dan berkreasi dengan gambar 2) Verbal/Linguistik : belajar lewat kata-kata yang terucap atau tertulis 3) Mathematical/Logical : belajar lewat argumentasi dan penyelesaian masalah 4) Bodily/Kinesthetics : belajar melalui interaksi dengan lingkungan tertentu 5) Musical/Rhytmic : belajar lewat identifikasi panca indera 6) Intrapersonal : belajar melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap 7) Interpersonal : belajar lewat interaksi, diskusi atau kerjasama 8) Naturalist : belajar dengan cara klasifikasi, kategori dan urutan 9) Eksistensial : belajar dengan mencari koneksi-koneksi

  f. Kreativitas Guru Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena mereka mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang terus berubah. Individu dan organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.

  Menurut Sudarno (2010) (Kreatif yuk: www.aksiguru.org/ 2009/12/22

  /kreatif-yuk

  ) ada 5 cara menjadi guru yang kreatif dalam proses pengelolaan kelas: 1) Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Guru menurut strategi ini berperan sebagai fasilitator yang menolong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru juga berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang berbagi pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan mereka gunakan untuk mempelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat para siswa berubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu menunjukkan kemampuannya. 2) Penggunaan alat bantu dalam pengajaran (multi-teaching aids assisstance). Guru-guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah tulisan para siswa, power-point, komputer, dan peralatan multimedia serta menggunakan barang bekas untuk menggairahkan para siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih mendalam.

  3) Strategi manajemen kelas (class management strategies). Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individualitasnya. Berbicara dengan nada dan bahasa tubuh yang lembut (gentle), tidak menginterupsi atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ide-idenya kepada para guru. Humor yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar yang santai. 4) Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata.

  Esquivel (dalam Horng dkk., 2005 diunduh dari website : http://aksiguru.org/2009/12/22/kreatif-yuk) mengemukakan bahwa para siswa menyukai pelajaran yang berhubungan dengan berbagai peristiwa kehidupan nyata. Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon, berdiskusi, dan berfikir dalam tingkat tinggi. 5) Menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif (open questions and encouragement of creative thinking).

  Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para siswa untuk berfikir kreatif. Esquivel (dalam Horng dkk., 2005, diunduh dari website ; pertanyaan terbuka merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga selalu mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi kelompok.

  g. Individualitas secara pribadi Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo

  (kecepatan)-nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32, di unduh dari website : http://ceriwisfina.blogspot.com/2009/05/prinsip-prinsip-belajar-dan-asas- asas.html). Implikasi prinsip ini adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, dan sebagainya. Selain itu guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa, antara lain : 1) Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya 2) Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran 3) Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan 4) Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan

2. Pemenuhan kebutuhan bersama, sehingga tidak ada satu pihak yang dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain.

  Pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu sudah dikenal luas, namun aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.

  Berikut ini ringkasan tentang beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow (http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/24/aplikasi-teori-kebutuh-an-maslow- di-sekolah/):

  a. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis:

  1) Program makan siang yang murah atau bahkan gratis 2) Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat 3) Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang 4) Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif

  b. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:

  1) Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi

  3) Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa secara adil 4) Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa

c. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:

  1) Hubungan Guru dengan Siswa:

  a) Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan intereres terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.

  b) Guru dapat menerapkan pembelajaran individua dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya).

  c) Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif.

  d) Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya.

  e) Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.

  2) Hubungan Siswa dengan Siswa:

  a) Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya b) Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olah raga atau kesenian.

  c) Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran.

  d) Sekolah mengembangkan tutor sebaya.

  e) Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam.

d. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:

  1) Mengembangkan Harga Diri Siswa

  a) Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya (scaffolding) b) Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa c) Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa

  d) Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi

  e) Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan f) Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan bertanggung jawab g) Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum

  2) Penghargaan dari pihak lain

  a) Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan

  b) Mengembangkan program “star of the week

  c) Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh siswa d) Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik e) Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri

  3) Pengetahuan dan Pemahaman

  a) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya b) Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry c) Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam d) Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir filosofis dan berdiskusi

  4) Estetik b) Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik

  c) Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan

  d) Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di sekeliling sekolah

  e) Ruangan yang bersih dan nyaman

  f) Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah

e. Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri

  1) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaiknya 2) Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajahi kemampuan dan potensi yang dimilikinya 3) Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata 4) Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif siswa 5) Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif

Dokumen yang terkait

Persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam mengelola kelas dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa kelas I MTsN 3 Pondok Pinang

0 4 97

Persepsi siswa tentang peran guru bimbingan konseling dalam pencapaian tujuan bimbingan karier siswa kelas XII SMA Budya Wacana tahun 2014/2015.

0 0 104

Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru akuntansi dan kepuasan belajar siswa : survey pada siswa kelas XI tahun ajaran 2012/2013 SMA se-Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta.

0 0 219

Teknik pembelajaran kemampuan bersastra siswa kelas X semester I tahun ajaran 2006/2007 SMA Batik I Surakarta - USD Repository

0 0 102

Tingkat komunikasi siswa dalam kegiatan-kegiatan kelompok para siswa kelas X SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 74

Perbedaan kemampuan menyimak rekaman cerpen ``satu kecupan`` pada siswa kelas XI multimedia dan siswa kelas XI tekstil SMKN II Sewon Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 148

Ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang dianggap perlu oleh siswa kelas XI SMA Kristen I Surakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 109

Pengaruh Persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru fisika terhadap prestasi belajar siswa - USD Repository

0 0 97

Kesalahan berbahasa dalam karangan yang ditulis oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

0 1 283

Survei masalah siswa kelas XI SMA BOPKRI I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 sebagai dasar penyusunan materi program bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 118