Susukan Tahun 2010 ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

LEGALISASI PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH

  

( Studi Kasus Di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan

Susukan Tahun 2010 )

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Ahmad Miftakhuzzahid

21113005

  

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

LEGALISASI PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH

  

( Studi Kasus Di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan

Susukan Tahun 2010 )

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Ahmad Miftakhuzzahid

21113005

  

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018 Heni Satar N, S. H., M. Si. NIP. 19701127199903

  PENGESAHAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi KepadaYth.

  Dekan Fakultas Syari‘ah IAIN Salatiga

  Di Salatiga

  Assalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh

  Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Ahmad Miftakhuzzahid NIM : 211-13-005 Judul :

LEGALISASI PERNIKAHAN DALAM MASA

  IDDAH ( Studi Kasus Di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan Susukan Tahun 2010 )

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam siding munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 05 September 2018 Pembimbing, Heni Satar N, S. H., M. Si.

  NIP. 19701127199903

KEMENTERIAN AGAMA RI

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYRI’AH Jl. NakulaSadewa V No. 9Telp (0298) 3419400 Fax. 323423Salatiga5022

  Website PENGESAHAN

  Skripsi Berjudul: LEGALISASI PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH (

  

Studi Kasus Di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan

Susukan Tahun 2010 )

  Oleh:

  Ahmad Miftakhuzzahid NIM 211-13-005

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).

  Dewan Sidang Munaqosyah: Ketua Penguji : Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.

  Sekretaris Penguji : Heni Satar N, S. H., M. Si. Penguji I : Muh. Hafidz, M. Ag. Penguji II : Farkhani, S. H., S. Hi., M. H.

  Salatiga,21 September 2018 Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga,

  Dr. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ahmad Miftakhuzzahid NIM : 211-13-005 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syariah Judul : LEGALISASI PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga,05 Juni 2018 Yang menyatakan,

  Ahmad Miftakhuzzahid NIM 21113005

  

Motto

“setiap kesuksesan berawal dari suatu perjuangan

bukan dengan cara instan

  ”

Persembahan

  

“”Untuk Kedua Orang Tua & Keluargaku

Tercinta””

  Alhamdulillahirobbil‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam yang berkuasa atas segala sesuatu. Berkat tuntutan, hidayah serta karunia- Nyalah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

  Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda nabi Muhamad SAW. Nabi akhirzaman yang akan selalu menjadi suri tauladan bagi umat islam sampai yaumulqiyamah.Amin.

  Manusia tidakada yang sempurna.Begitupun dengan penulis, penulis hanyalah makhluk yang tiada mungkin tidak ada kekurangan. Penulis hanyalah manusia biasa yang semangatnya terkadang hidup dan padam , sehingga merupakan anugerah yang luar biasa dengan bekal niat dan dukungan dari banyak pihak yang pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul:‖legalisasi pernikahan dalam masa iddah”

  Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menghaturkan terimakaasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Ahmad Hariyadi,M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. SitiZumrotunM.Ag, Selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

  3. Bapak Sukron Ma‘mun, M.Si,selaku Kepala Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  4. Ibu Heni Satar N. S. H., M. Si.,selaku Pembimbing Skripsi 5.

  Bapak Drs. Badwan, M. Ag.selaku dosen Pembimbing Akademik.

  6. Segenap Bapak Ibu petugas Perspustakaan IAIN Salatiga yang selalu setulus hati memberikan pelayanan terbaiknya.

  Orang tua tercinta Bapak Muh Bahrudin Dan Ibu Islamiyah, bimbingan, arahan dan juga kesabarannya.

  8. Bapak Yusuf Humaini yang member motifasi semangat untuk segera menyelesaikan jenjang pendidikan.

  9. Kaka saya mas Anas yang selalu ngancani dari awal kuliah sampai sekarang.

  10. Teman teman saya nidya Nur Aufa, Muntaha, dan teman-teman seperjuanganku

  11. Kepada teman motivasi saya Anggraini Sulistyowati yang selalu menjadi penyemmangat .

  Penulis tidak mampu membalas dukungan, bimbingan serta motivasi yang telah diberikan selama ini, semoga semua itu menjadi amal shalih dan semoga Allah membalas amal shalih tersebut dengan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelalaian, oleh karenanya penulis berlapang dada untuk menerima kritikdan saran yang membangun demi perbaikan.

  Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi salah satu sumber ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat. Trimakasih.

  Salatiga, 5 September 2018 Penulis Ahmad Miftakhuzzahid. 2018.

  “Legalisai Pernikahan Dalam Masa Iddah”(Studi kasus Di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan Susukan Tahun 2010 ).

  Skripsi.Fakultas Syari‘ah. Jurusan hukum Keluarga Islam.Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.Pembimbing Heni Satar N. S. H., M. Si.

  Kata kunci: Masalah, Metodologi, Hasil

  Terjadinya praktek pernikahan dalam masa iddah yang terjadi di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan Susukan yang dilakukan oleh empat pasangan yang didasari faktor kebutuhan ekonomi dan sosial. Dikalangan masyarakat setempat faktor tersebut sangat lah terasa di era yang serba canggih ini. Serta peran dari KUA setempat yang belum melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam melayani pernikahan.

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi sosiologis yuridis yaitu penulis secara intensif mempelajari tentang latar belakang keadaan sekarang, interaksi sosial, individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.

  Hasil dari peniltian yang ada pada skripsi ini adalah penulis mengetahui apakah yang mendasari terjadinya pernikahan dalam masa iddah dikalangan masyarakat di Dusun Ngebuk Desa Tawang. Dari hasil penelitian penulis praktek pernikahan pada masa iddah ini terjadi akibat faktor ekonomi dan sosial dan peran dari pihak KUA setempat terhadap pernikahan pada masa iddah di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Dari hasil keterangan KUA meraka mengatakan kurang telitinya mereka dalam menyeleksi berkas yang sudah diajukan oleh pihak yang akan melaksanakan pernikahan kedua.

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO .................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv

PENGESAHAN ............................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

ABSTRAK ....................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian........................................................................... 5 E. Penegasan Istilah ................................................................................ 6 F. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7 G. Metode Penelitian............................................................................... 9 H. Sistematika Penulisan....................................................................... 11

  A. MASA IDDAH ................................................................................ 13 1.

  Pengertian Masa Iddah ............................................................... 13 2. Landasan Hukum Masa Iddah .................................................... 14 B. MASA IDDAH MENURUT UU NO.1 Tahun 1974 dan KHI ........ 15 C. PERHITUNGAN MASA IDDAH ................................................... 17 D. HIKMAH IDDAH ........................................................................... 22 E.

  HAK DAN KEWAJIBAN WANITA BER-IDDAH ....................... 23 F. LARANGAN DALAM MASA IDDAH ......................................... 26 G. TUGAS DAN KEWENANGAN KUA ........................................... 27

  BAB III LAPORAN PENELITIAN ............................................................ 37 A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN .......................................... 37 1. Kondisi Geografis KUA Kecamatan Susukan ........................... 37 2. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Susukan ......................... 38 3. Kondisi Sosial-Ekonomi dan Budaya ........................................ 41 4. Luas dan Batas Desa Tawang .................................................... 42 5. Jumlah Penduduk Desa Tawang Berdasarkan Usia ................... 43 6. Jumlah Pendudduk Berdasarkan Pendiddikan .......................... 43 7. Struktur Mata Pencaharian Desa Tawang .................................. 44 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ...................................... 44 9. Sarana Peribadahan Desa Tawang ............................................. 45

  PROFIL PASANGAN ..................................................................... 45 C. HASIL WAWANCARA ................................................................. 49

  BAB IV PEMBAHASAN MASALAH ....................................................... 54 A. PRAKTEK PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH DI DUSUN NGEBUK DESA TAWANG KECAMATAN SUSUKAN ............ 54 B. FAKTOR YANG MENDORONG ADANYA PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH DI DUSUN NGEBUK DESA TAWANG KECAMATAN SUSUKAN ............................................................ 60 C. PERAN PEGAWAI KANTOR PENCATATAN PERNIKAHAN DALAM PERNIKAHAN PADA MASA IDDAH DI KUA KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG ............ 62 BAB V KESIMPULAN PENUTUP ............................................................ 64 A. KESIMPULAN ................................................................................ 64 B. SARAN ............................................................................................ 64 C. PENUTUP ........................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

  Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, Karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi Juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pada umumnya perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang suci dan karenanya setiap agama selalu menghubungkan kaidah-kaidah perkawinan dengan kaidah-kaidah agama. Semua agama umumnya mempunyai hukum perkawinan yang berbeda- beda.

  Manusia dalam menempuh pergaulan hidup dalam masyarakat ternyata tidak dapat terlepas dari adanya saling ketergantungan antara manusia dengan yang lainnya. Hal itu dikarenakan sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahluk sosial yang suka berkelompok atau berteman dengan manusia lainnya.

  Hidup bersama merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik kebutuhan yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani.

  Demikian pula bagi seorang laki-laki ataupun seorang perempuan yang telah mencapai usia tertentu maka ia tidak akan lepas dari permasalahan tersebut. Ia Ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melaluinya bersama dengan orang lain yang bisa dijadikan curahan hati, penyejuk jiwa, tempat berbagi suka dan duka. Hidup bersama antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami istri dan telah memenuhi ketentuan hukumnya, hakekatnya adalah merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang kekal dan bahagia.

  Dalam suatu pernikahan ada juga yang berakhir dalam sebuah perceraian karena tidak semua pernikahan itu bisa selalu bahagia. Banyak hal yang menjadikan alasan pasangan suami istri bisa memutuskan untuk bercerai dari pada melanjutkan hubungan pernikahan mereka.

  Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami isteri dengan keputusan pengadilan dan ada cukup alasan bahwa diantara suami isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri. Putusnya perkawinan oleh suami atau istri atau atas kesepakatan kedua-duanya apabila hubungan mereka tidak lagi memungkin-kan tercapainya tujuan perkawinan. Pada umumnya perceraian dianggap tidak terpuji akan tetapi bila keadaan mereka menemui jalan buntu untuk dapat memperbaiki hubungan yang retak antara suami dan istri, maka pemutusan perkawinan atau perceraian menjadi hal yang wajib. Timbulnya perselisihan tidak hanya dikarenakan oleh pihak wanita atau hanya pihak laki-laki saja, akan tetapi dikarenakan oleh sikap egoisme masing masing individu. Oleh karena itu, perceraian dapat dilakukan apabila dengan alasan yang kuat dengan hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia dituangkan di dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. ini sesuai ketentuan Pasal 113 KHI, yang mengatur bahwa putusnya perkawinan dapat dikarenakan 3 (tiga) alasan sebagai berikut:

1. Kematian; 2.

  Perceraian; 3. Putusan Pengadilan.

  Menurut Pasal 114 KHI menyatakan bahwa putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak oleh suami atau gugatan perceraian oleh isteri. Selanjutnya menurut Pasal 115 KHI menyatakan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah pengadilan tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

  Dalam terjadinya perceraian itu sendiri mengakibatkan adanya iddah atau masa tunggu bagi seorang istri yang diceraikan oleh suaminya.

  Iddah

  menurut bahasa berasal dari kata ― al-„udd ‖ dan ― al-Ihsha‟ ‖ yang berarti bilangan atau hitungan, misalnya bilangan harta atau hari jika dihitung satu per satu dan jumlah keseluruhanya. Firman Allah dalam Al- qur‘an :

  َدْنِع ِروُهُّشلا َةَّدِع َّنإ اًرْهَش َرَشَع اَنْ ثا ِوَّللا

  ―Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas

  bulan”. (QS. At-Taubah (9): 36)

  Menurut istilah

  Fuqaha‟ Iddah berarti masa menunggu wanita

  sehingga halal bagi suami lain. (Amzah, 2009:318 ) masa menanti atau menunggu yang diwajibkan atas seorang perempuan yang diceraikan oleh suaminya (cerai hidup atau cerai mati), tujuannya, guna atau untuk mengetahui kandungan perempuan itu berisi (hamil) atau tidak (Rasjid, 2011:414), serta untuk menunaikan satu perintah dari Allah SWT.

  Ada yang berbeda dengan apa yang sudah dijelaskan pada uraian diatas di dusun ngebuk ,desa tawang masih terjadi pernikahan yang sah secara hukum dan negara pada waktu masa iddah.sebagian masyarakatnya tidak mengindahkan yang namanya masa iddah yang sudah dijelaskan dalam alqur‘an dan undang-undang negara.

  Dan dalam peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 masalah ini telah dijelaskan dalam BAB VII Pasal 39 sementara dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan Pasal 153, 154, 155. Pasal 153 ayat (1) kompilasi menyatakan : bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah kecuali belum digauli dan perkawinannya putus bukan karena kematian suami. (lihat pasal 39 PP Nomor 9 Tahun 1975).

  Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan diatas bahwa iddah itu adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Dengan sedemikian rupa karena itu adalah suatu hal yang wajib dalam syariat Islam. Atas dasar inilah penulis menjadikan hal ini sebagai masalah yang akan dikaji dan diteliti dengan judul

  “LEGALISASI PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH

STUDI KASUS DI DUSUN NGEBUK DESA TAWANG KECAMATAN

SUSUKAN TAHUN 2010”

RUMUSAN MASALAH 1.

  Bagaimana praktek pernikahan dalam masa iddah di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

  2. Apakah faktor yang mendorong adanya pernikahan dalam masa iddah di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

  3. Bagaimana peran pegawai kantor pencatatan pernikahan dalam pernikahan pada masa iddah di KUA Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

C. TUJUAN PENELITIAN

  Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui praktek pernikahan dalam masa iddah yang terjadi di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

  2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendorong akan adanya pernikahan dalam masa iddah di Dusun Ngebuk Desa Tawang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

  3. Untuk mengetahui peran pegawai kantor pencatatan pernikahan dalam pernikahan pada masa iddah yang terjadi di KUA Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

  Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Manfaat Teoritis Diharapkan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang legalitas pernikahan dalam masa iddah di masyarakat. Selain itu penelitian

  Negeri Salatiga Fakultas Syariah Jurusan Hukum Keluarga Islam (IAIN Salatiga).

2. Manfaat Praktis

  Selain memberikan manfaat teoritis penelitian ini juga mempunyai manfaat praktis dan akademis.Sebagai sumbangan referensi kepada para pihak yang terkait yaitu tokoh masyarakat setempat, tokoh agama dalam menanggapi pernikahan dalam masa iddah.

E. PENEGASAN ISTILAH

  Adapun penegasan istilah dalam penulisan ini yaitu: 1.

  Legalisasi Legalisasi/ pengesahan ( menurut undang-undang atau hukum ): tidak menolong usaha pelembagaan perkawinan di masyarakat.Melegalisasi membuat menjadi legal; mengesahkan surat dan sebagainya. (KBBI) 2. Iddah

  Iddah (Arab: ةدع; "waktu menunggu") di dalam agama Islam adalah sebuah masa di mana seorang perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya, baik diceraikan karena suaminya mati atau karena dicerai ketika suaminya hidup, untuk menunggu dan menahan diri dari menikahi laki-laki lain. ( Ibnu Mas'ud dan Zainal Abiding 2007: 375 ) 3.

  Kasus Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara; keadaan atau perkara;.

F. TINJAUAN PUSTAKA

  Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, tentang masa

  • – iddah sudah dituangkan dalam beberapa penelitian, diantara penelitian penelitian tersebut yang mirip dengan penelitian yang penyusun tulis antara lain :

  Pada tahun 2012, dalam skripsi yan g berjudul ―Pelaksanaan Pernikahan Dalam Masa Iddah Ditinjau Menurut Hukum Islam (Studi kasus di Tnajung Samak Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Maranti). Karya Siti Anisah memfokuskan pemahasannya pada faktor yang menjadi pendorong masyarakat melakukan pernikahan dalam masa iddah. Dari hasil penelitian diatas adalah kebanyakan masyarakat di desa tersebut kurang memahami tentang batasan dan larangan dalam masa iddah sehingga tidak ada yang menghiraukan tentang masa iddah. Bedanya dari penulisan skripsi yang akan dibuat adalah peran pegawai pencatat perninakan dan faktor yang utama mendasari terlaksananya pernikahan dalam masa iddah.

  Pada tahun 2015, karya Ita Nurul Asna dalam skripi yang berjudul ―Pelanggaran Masa Iddah di Masyarakat ( Studi Kasus di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru

  )‖. Skripsi ini memfokuskan pada bentuk pelanggaran dalam masa iddah yang dilakukan wanita. Hasil dari penelitian ini adalah bagaimana dan apa saja pelanggaran yang dilakukan wanita dalam masa iddah. Bedanya dari penulisan skripsi yang akan dibuat adalah peran pegawai pernikahan dalam masa iddah.

  Pada tahun 2017, karya Tendy Utama Halim dalam skripsi yang berjudul ―Akibat Hukum Dilanggarnya Masa Iddah Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan Dan Kompilasi Hukum Islam ( Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Tasikmalaya Nomor:2085/Pdt.G/2004/Pa.Ts).

  Skripsi ini memfokuskan pada akibat hukum dari dilanggarnya masa iddah dalam undang-undang pernikahan. Hasil dari penelitian ini adalah para wanita yang melanggar masa iddah menerima hukuman menurut undang-undang pernikahan. Bedanya dari penulisan skripsi yang akan dibuat adalah peran pegawai pencatat perninakan dan faktor yang utama mendasari terlaksananya pernikahan dalam masa iddah.

  Pada tahun 2015, karya Annaningtias Emmi dalam skripsi yang berjudul ―Pelaksanaan Masa Iddah ( Waktu Tunggu ) Bagi Seorang Wanita Ditinjau Dari Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam / INPRES No 1 Tahun 1991 ( Studi Kasus di Pengadilan Agama Demak ). Fokus dari skripsi ini adalah pelaksanaan masa iddah wanita menurut undang-undang pernikahan, kompilasi hukum islam dan inpres no.1 tahun 1991. Hasilnya adalah mengetahui seberapa lama masa tunggu atau masa iddah wanita sebelum menikah kembali. Bedanya dari penulisan skripsi yang akan dibuat adalah peran pegawai pencatat perninakan dan faktor yang utama mendasari terlaksananya pernikahan dalam masa iddah. dalam skripsi yang berjudul ― Tinjauan hukum islam terhadap pernikahan dalam masa iddah pada masyarakat Dayak Bakumpai Desa Muara Bumban Kecamatan Murung kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah. Skripsi ini memfokuskan pada tinjauan dan solusi hukum pada masyarakat setempat. Hasilnya adalah masyarakat menjadi tau tentang hukum pernikahan dalam masa iddah. Bedanya dari penulisan skripsi yang akan dibuat adalah peran pegawai pencatat perninakan dan faktor yang utama mendasari terlaksananya pernikahan dalam masa iddah.

G. METODOLOGI PENELITIAN

  Metodologi penelitian merupakan tindakan yang dapat membantu terlaksananya penelitian dengan hasil yang sangat baik.

  1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan ini adalah penelitian lapangan ( Field Researd ) yang secara umum bersifat sosiologis-yuridis. Penelitian lapangan yaitu mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat.

  ( Husaini Usman 2005: 5 ) Jadi, penelitian dengan hukum empiris harus dilakukan dilapangan dengan menggunakan metode dan teknik penelitian lapangan.

  2. Sumber Data a.

  Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang memuat informasi atau data dari responden ( Amirin,1990:132 ). Dalam hal ini terdiri dari pasangan suami istri yang melakukan pernikahan dalam masa iddah, tokoh masyarakat, Ulama‘, dan orangorang yang mengetahui masalah tersebut.

  b.

  Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain,tidak secara langsung diterima oleh penulis dari subyek penelitiannya dalam format dokumentasi (Azwar,2007:91).Metode dokumentasi dilakukan dengan cara menelusuri pelaku nikah dalam masa iddah in yang menjadi obyek utama.

3. Metode Pengumpulan Data

  Adapun cara penulis dalam melakukan pengumpulan data adalah sebagai berikut: a.

  Wawancara Metode wawancara yaitu metode yang dipergunakan dalam penelitian dengan cara dialog yang dilakukan pleh pelaku sebagai pewawancara untuk memperoleh infomasi dari terwawancara ( Arikunto, 1998:145 ). Adapun metode wawancara yang dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan mengenai masalah yang ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam metode ini penulis melakukan wawan cara kepada pelaku pernikahan dalam masa iddah, kepada pejabat kua setempat dan tokoh masyarakat di desa setempat sebagai informan guna mendapatkan informasi.

  b.

  Dokumentasi Menurut sugiono (2013:240) dokumen merupakan catatan karya-karya monumental dari seorang. Sedangkan menurut Arikunto (1998:236) dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen-notulen, lengger, agenda, dan sebagainya.

4. Metode Analisis Data

  Sesudah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa agar memperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisaan data tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu, analisa untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian.

  ( Moeloeng 2011:288 ) Pada metode ini penulis akan mengolah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan mengamati dari sumber-sumber lain agar lebih mengetahui lebih dalam tentang terjadinya pernikahan dalam masa iddah.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

  Untuk memudahkan dalam penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut : Bab Pertama, Berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab Kedua, Berisi tentang Landasan teori masa iddah yang berisi tentang

  Pegertian iddah, macam-macam iddah, landasan Hukum, Pendapat ulama, dan hikmah iddah dan Tugas serta kewenangan KUA. penelitian. Bab keempat, Berisi tentang Pembahasan yang berisikan pemaparan tentang skripsi yang dibuat.

  Bab kelima, Berisi tentang Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

LANDASAN TEORI A.

  Masa Iddah 1.

  Pengertian Masa Iddah Menurut bahasa iddah berasal dari kata al-

  ‗adad yang berarti menghitung. Kata al- ‗adad memiliki arti ukuran dari sesuatu yang dihitung dan jumlahnya. Secara etimologi iddah berarti:menghitung atau hitungan.Kata ini digunakan untuk maksud Iddah karena wanita yang beriddah menunggu waktu berlakunya.( Syarifuddin, 2006, h.303)

  Pengertian iddah secara istilah ,para ulama banyak memberikan pengertian yang beragam, seperti Muhammmad al-Jaziri memberikan pengertian bahwa iddah merupakan masa tunggu seorang perempuan yang tidak hanya didasarkan pada masa haid atau sucinya tetapi kadang-kadang juga didasarkan pada bilangan bulan atau dengan melahirkan dan selama masa tersebut seorang perempuan dilarang untuk menikah dengan laki- laki.( Al-Jaziri,1969,jilid 4: 513 )

  Pengertian yang tidak terlalu beda, juga diungkapkan oleh Sayyid Sibiq bahwa ‗iddah merupakan sebuah nama bagi masa lamanya perempuan (istri) menunggu dan tidak boleh kawin setelah kematian suaminya atau setelah pisah dari suaminya.kedua pengertian ulama ini sedikit beriringan yang menekankan pada masa menunngu dan ketentuan untuk menikah dalam masa tunggu tersebut. ( Sabiq,2009: 196 ) Iddah dari Abu Yahya Zakariya al- Ansari yaitu ‗iddah sebagai masa tunggu seorang perempuan untuk mengetahui kesucian rahim untuk ta‘abbud (beribadah) atau untuk tafajju‘ (bela sungkawa) terhadap suaminya.(Al-Ansari,1998:103)

  Dari definifi diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa pada masa tunggu yang ditetapkan bagi perempuan setelah kematian suami atau putusnya perkawinan baik berdasarkan masa haid atau suci, bilangan bulan atau dengan melahirkan untuk mengetahui kesucian rahim, beribadah atau ta‘abbud maupun bela sungkawa atau tafajju‘ atas suaminya.selama masa tersebut seorang perempuan (istri) dilarang untuk menikah dengan laki-laki lain.

2. Landasan Hukum Masa Iddah

  Hukum iddah wajib,dasarnya: a.

  Al Quran firman allah.

  ۚ ٍءوُرُ ق َةَث َلََث َّنِهِسُفْ نَأِب َنْصَّبَرَ تَ ي ُتاَقَّلَطُمْلاَو “ Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diti (menuggu) tiga kali quru”.(QS. Al-Baqarah (2): 228).

  Az —Zamakhsyari berkata: ayat ini berbentuk berita dalam makna perintah Asal perkataan: Hendaklah wanita-wanita itu menunggu , mengeluarkan perintah dalam bentuk kalimat berita bermakna penguat perintah dan memberi isyaarat termasuk sesuatu yang wajib diterima dengan segera agar dipatuhi. Mereka seakan telah adanya. Perumpamaan perkataan mereka:‖semoga Allah merahmatimu‖kalimat ini dikeluarkan dalam bentuk berita karena percaya terkabulnya,seolah telah ad rahmat kemudian diberitakan. Dalam alquran allah telah memberitakan tentang masa iddah.

  b.

  Sunnah sebagaimana dijelaskan dalam shahih muslim dari fathimah binti qais bahwa Rasulullah bersabda kepadanya:

  موتكم ما نب ا كمع نبا تيب ئف يدتعا “hendaklah enkau di rumah pamanmu ibnu umi maktum”.(muslim : 1\94)

  Dan sabda nabi kepada wanita yang khulu‘: dan hendaklah engkau ber- iddah sekali haid.sebagai mana dalam bab khulu‘ dan hadis lain.

  c.

  Ijma‘ umat islam sepakat wajibnya iddah sejak masa Rasulullah sampai sekarang.

  B.

  Masa Iddah MenurutUndang-Undang No.1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam

  1) Menurut UU No.1 Tahun 1974 Pasal 11 a.

  Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu.

  b.

  Tenggang waktu jangka waktu tersebut dalam ayat (1) akan di atur dalam pengaturan pemerintah lebih lanjut.

  2) Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 153-154

  Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah, kecuali qobla al dukhul dan perkawinannya putus bukan karena kematian suami.

  b.

  Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut: 1)

  Apabila putus karena kematian, walaupun qobla al dukhul, waktu tunggu ditetapkan 130 hari; 2)

  Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masih haid 3(tiga) kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 hari, dan bagi yang tidak haid ditetapkannya 90 hari;

  3) Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu sampai melahirkan;

  4) Apabila perkawinan putus karena kematian, janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu sampai melahirkan.

  c.

  Tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karena perceraian sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya qobla al dukhul.

  d.

  Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan pengadilan agama yang mempunyai kekuatan hukum tetap,sedangkan perkawinan yang putus karena kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak kematian suami.

  e.

  Waktu tunggu bagi isteri yang pernah haid sedang waktu menjalani iddah tidak haid karena menyusui, maka iddahnya 3 kali waktu haid. Dalam hal keadaan pada ayat (5) bukan karena menyusui, maka iddahnya selama 1 tahun, akan tetapi bila dalam waktu setahun tersebut ia haid kembali, maka iddah nya menjadi 3 kali suci.

  Pasal 154 apabila isteri bertalak raj‘i kemudian dalam waktu iddah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) huruf b, ayat (5) dan ayat (6) pasal 153, ditinggal mati oleh suaminya, maka iddahnya berubah menjadi 4 bulan 10 hari terhitung saat matinya bekas suaminya.

  C.

  Perhitungan Masa Iddah Secara umum pembagian iddah sebagai berikut: 1.

  Iddah seorang isteri yang sudah tidak haid ( menopause ) yaitu tiga bulan: 2. Iddah seorang isteri yang ditinggal mati oleh suaminya adalah empat bulan sepuluh hari jika ia tidak dalam keadaan hamil.

3. Iddah seorang isteri yang hamil yaitu sampai melahirkan, Dari keempat

  bagian itu jika diperincikan terbagi menjadi: a. Iddah berdasarkan haid Apabila terjadi putus perkawinan disebabkan karena talaq, baik raj‘i maupun ba‘in, baik ba‘in sughra maupun kubra atau karena fasakh seperti murtadnya suami atau khiyar bulug dari perempuan sedangkan isteri masih mengalami haid maka ‗Iddahnya dengan tiga kali haid.

  Sekalipun ketentuan ini harus memenuhi syarat.( Sabiq,2007: 278. ) Selain itu ada pula ketentuan bahwa iddah berdasarkan haid juga berkaitan dengan isteri yang ditinggal mati oleh suaminya dan ia tidak dicampuri secara syubhat dan sebelum putus perkawinannya suaminya meninggal maka ia wajib beriddah berdasarkan haid. Kedua, apabila akadnya fasid dan suaminya meninggal maka ia ber‘iddah dengan berdasarkan haid tidak dengan empat bulan sepuluh hari yang merupakan ‗Iddah atas kematian suami karena hikmah ‗Iddah di sini adalah untuk mengetahui kebersihan rahim dan tidak untuk berduka terhadap suami karena dalam hal mencampuri secara syubhat tidak ada suami dan dalam akad yang fasid tidak ada suami secara syar‘i maka tidak wajib berduka atas suami.

  b.

  Iddah berdasarkan bilangan bulan Apabila perempuan (istri) merdeka dalam keadaan tidak hamil dan telah dicampuri baik secara hakiki atau hukmi dalam bentuk perkawinan sahih dan dia tidak mengalami haid karena sebab apapun baik karena dia masih belum dewasa atau sudah dewasa tetapi telah menopause yaitu sekitar umur 55 tahun atau telah mencapai umur 15 tahun dan belum haid kemudian putus perkawinan antara dia dengan suaminya karena talak, atau fasakh atau berdasarkan sebab-sebab yang lain maka ‗Iddahnya adalah tiga bulan penuh berdasarkan firman Allah dalam Surat at-Talaq (65): 4.

  َْلَ ىِ ََّّٰلٱَو ٍرُهْشَأ ُةَثََّٰلَ ث َّنُهُ تَّدِعَف ْمُتْبَ تْرٱ ِنِإ ْمُكِئاَسِّن نِم ِضيِحَمْلٱ َنِم َنْسِئَي ى ََّّٰلٱَو ۚ ۚ ۥ ُوَّل لَعَْيَ َوَّللٱ ِقَّتَ ي نَم َو َّنُهَلَْحْ َنْعَضَي نَأ َّنُهُلَجَأ ِلاَْحَْْلْٱ ُتََّٰلوُأَو َنْضَِيَ

  ۦ ِهِرْمَأ ْنِم اًرْسُي

  “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan- perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (Q.S. At-thalak: 4).

  Dalam hal ini bagi perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya dan ia tidak dalam keadaan hamil dan masih mengalami haid iddahnya empat bulan sepuluh hari berdasarkan firman allah Surat al- Baqarah (2) : 234.

  ۚ اَذِإَف اًرْشَعَو ٍرُهْشَأ َةَعَ بْرَأ َّنِهِسُفْ نَأِب َنْصَّبَرَ تَ ي اًجاَوْزَأ َنوُرَذَيَو ْمُكْنِم َنْوَّ فَوَ تُ ي َنيِذَّلاَو ۚ

  اَِبِ ُوَّللاَو ِفوُرْعَمْلاِب َّنِهِسُفْ نَأ ِفِ َنْلَعَ ف اَميِف ْمُكْيَلَع َحاَنُج َلََف َّنُهَلَجَأ َنْغَلَ ب ٌيِب َخ َنوُلَمْعَ ت

  “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (Q.S.Al-Baqarah: 234)

  c.

  Iddah berdasarkan meninggalnya suami Dalam poin ini, terbagi menjadi dua bagian , diantaranya:

  Pertama, istri yang tidak dalam keadaan hamil ‗Iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari berdasarkan surat al-Baqarah (2) :234.

  ۚ اَذِإَف اًرْشَعَو ٍرُهْشَأ َةَعَ بْرَأ َّنِهِسُفْ نَأِب َنْصَّبَرَ تَ ي اًجاَوْزَأ َنوُرَذَيَو ْمُكْنِم َنْوَّ فَوَ تُ ي َنيِذَّلاَو ۚ

  اَِبِ ُوَّللاَو اَنُج َلََف َّنُهَلَجَأ َنْغَلَ ب ِفوُرْعَمْلاِب َّنِهِسُفْ نَأ ِفِ َنْلَعَ ف اَميِف ْمُكْيَلَع َح ٌيِبَخ َنوُلَمْعَ ت

  “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah

  mengetahui apa yang kamu perbuat‖. (Q.S.Al-Baqarah: 234) Dalam hal ini tidak aada perbedaan baik istri masih kecil atau sudah dewasa , muslim atau kitabiyah begitu pula apakah sudah melakukan hubungan atau belum karena ‗iddahnya dalam kondisi seperti ini adalah untuk menunjukkan kesedihan dan rasa belas kasih atas kematian suami sehingga diisyaratkan bahwa akadnya sahih , jika akadnya fasid maka ‗iddahnya dengan haid karena untuk mengetahui kebersihan rahim.Semua ketentuan ini adalah bagi istri yang merdeka sementara jika istri aadalah hamba sahaya dan hamil maka ‗iddahnya sama dengan istri yang merdeka yaitu sampai melahirkan dan jika tidak hamil dan masih mengalami haid ‗iddahnya adalah dua kali suci.

  Kedua , apabila istri dalam keadaan hamil ‗iddahnya sampai melahirkan.

  d.

  Iddah bagi perempuan yang belum di dukhul Adapun jika putusnya perkawinan terjadi sebelum di dukhul

  (hubungan suami istri) apabila disebabkan oleh kematian suami maka wajib bagi istri untuk beriddah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Dan jika putusnya perkawinan disebabkan karena talaq atau fasakh maka tidak ada kewajiban ‗iddah bagi istri. Jika nikahnya berdasarkan akad sahih tidak disyaratkan adanya dukhul ( hubungan suami istri ) hakiki akan tetapi adanya khalwat shahih sudah mewajibkan untuk ber‘iddah sebaliknya jika berdasarkan akad fasid maka tidak wajib ber‘iddah kecuali telah terjadi dukhul hakiki ( hubungan suami istri ).Dan tidak ada kewajiban ‗iddah bagi istri yang dicerai sebelum dicampuri ( qabla ad-dukhul ) berdasrkan firman allah dalam surat al-Ahzab (33):49.

  َكَن اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي اَمَف َّنُىوُّسََتَ ْنَأ ِلْبَ ق ْنِم َّنُىوُمُتْقَّلَط َُّثُ ِتاَنِمْؤُمْلا ُمُتْح ۚ اَهَ نوُّدَتْعَ ت ٍةَّدِع ْنِم َّنِهْيَلَع ْمُكَل

  ًلَيَِجَ اًحاَرَس َّنُىوُحِّرَسَو َّنُىوُعِّ تَمَف “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yangkamu minta menyempurnakannya.

  Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaikbaiknya ”.(Q.S al-Ahzab (33) : 49) e.

  Iddah wanita istihadah adalah sama dengan kebiasaan haidnya.

  Namun apabila tergolong wanita yang menopause maka iddah- nya akan berakhir setelah melewati masa tiga bulan.

  Adapun perhitungan masa iddah yang diatur dalam Pasal 153 Ayat 2 Kompilasi Hukum Islam bahwa masa iddah bagi wanita yang ditinggal mati adalah 130 hari. Masa iddah perceraian bagi wanita yang masih haid adalah tiga kali suci atau sekurang-kurangnya 90 hari, dan masa iddah bagi wanita menopause adalah 3 bulan atau 90 hari.

  Masa iddah bagi janda yang berada dalam keadaan hamil adalahsampai ia melahirkan. Serta masa iddah bagi wanita yang ditinggal mati sedang ia dalam kondisi hamil, maka iddahnya hanya sampai ia melahirkan.( Zainuddin Ali,2000: 88.)

  Indonesia, memiliki ikhtiyati yang tinggi terhadap iddah Diketahui bahwa masa „iddah bagi wanita ba‟da dukhul adalah tiga kali quru‟.

  Sedangkan siklus haid dan kesucian wanita itu bersifat subjektif, sehingga tercapainya kesempurnaan iddah juga berbeda, ada yang kurang dari tiga bulan dan ada yang lebih. Maka Hukum Perkawinan di Indonesia yang tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mencoba untuk berhati-hati dalam memberikan ketentuan masa iddah. Dan sejalan dengan hukum administratif di Indonesia tentang pernikahan dan talak,bahwa wanita janda (talak raj‟i) boleh menikah kembali saat mencukupi masa „iddah tiga kali quru‟ yaitu 90 hari.

  D.

  Hikmah Iddah Mayoritas fuqoha‘berpendapat bahwa semua iddah tidak lepas dari maslahat yang dicapai,yaitu sebagai berikut:

  1. Mengetahui tentang kebebasan rahim dari percampuran nasab.

  (Ash-Shabuni,2008:261) 2. Memberikan kesempatan bagi suami agar dapat intropeksi diri dan kembali kepada istri yang dicerai.

  3. Berkabungnya wanita yang ditinggal mati suami untuk memenuhi dan menghormati perasaan keluarganya.

  Mengagungkan urusan nikah,karena ia tidak sempurna kecuali dengan terkumpulnya kaum laki-laki dan tidak melepas kecuali dengan penantian yang lama.