PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA

TAJUK DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Annisa Sabilla

21114024

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

  

PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA

TAJUK DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Annisa Sabilla

21114024

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

KEMENTERIAN AGAMA RI

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYRI’AH Jl. Nakula Sadewa V No. 9Telp (0298) 3419400 Fax. 323423Salatiga5022

  Website

  H. M. Yusuf Khummaini, M.H Dosen IAIN Salatiga

  PENGESAHAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi KepadaYth.

  Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Annisa Sabilla NIM : 21114024 Judul : PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK

DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, September 2018 Pembimbing,

  M. Yusuf Khummaini, M.H NIP. 19810508 200312 1003

  

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

  

PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK

DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

  Oleh:

  

Annisa Sabilla

NIM 21114024

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 19 September 2018

  6 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).

  Dewan Sidang Munaqosyah: Ketua Penguji : Muh. Hafidz, M.Ag.

  Sekretaris Penguji : H. M. Yusuf Khummaini, M.H. Penguji I : Drs. Machfudz, M.Ag. Penguji II : Yahya S.Ag., M.H.I.

  Salatiga, 19 September 2018 Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga,

  Dr. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Annisa Sabilla NIM : 21114024 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syariah Judul : PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK

  DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, September 2018

  Yang menyatakan, Annisa Sabilla

  NIM: 21114024

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

  Rahasia keberhasilan adalah kerja keras dan belajar dari pengalaman

  

PERSEMBAHAN

Untuk Kedua Orang Tua Tercintaku

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

  Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat- sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

  Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syariah, Jurusan Hukum Keluarga Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang berjudul:

  Penentuan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk Dalam Bingkai Hukum Perkawinan”.

  Pada penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I. M.Si., selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.

  4. Bapak M. Yusuf Khummaini, M.H selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

  5. Bapak Ibu Dosen Syariah IAIN Salatiga.

  6. Orang tua tercinta dan semua saudara-saudaraku.

  7. Teman-teman Hukum Keluarga Islam angkatan tahun 2014.

  8. Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain hanya memanjatkan doa, semoga Allah SWT mencatat sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin yaa robbal „aalamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.

  Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat, khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

  Salatiga, September 2018 Penulis

  

ABSTRAK

  Sabilla, Annisa. 2018. Penentuan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk Dalam Bingkai Hukum Perkawinan . Skripsi. Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  Fakultas Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: H. M. Yusuf Khummaini, M.H Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan.

  Pernikahan merupakan seruan agama yang harus dijalankan oleh manusia bagi yang mampu untuk berkeluarga. Setiap orang yang ingin melangsungkan pernikahan sudah pasti menginginkan kelancaran dalam prosesi akad nikah serta kelancaran dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Dalam hal ini penulis mengambil sampel di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Bagi sebagian masyarakat Desa Tajuk penggunaan perhitungan weton dalam pernikahan menjadi salah satu hal yang wajib. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Bagaimana praktik penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?; Apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan dan perhitungan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang? Bagaimana praktik perhitungan waktu pernikahan dalam perspektif hukum perkawinan?

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, dimana penelitian ini sering disebut dengan penelitian doktriner, dimana data yang digunakan adalah sumber data sekunder. Prosesnya bertolak dari premis-premis yang berupa norma-norma hukum positif yang diketahui dan berakhir pada penemuan asas-asas hukum yang menjadi pangkal tolak pencarian asas adalah norma-norma hukum positif. Atau singkatnya, metode pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang meneliti data sekunder di bidang hukum yang ada sebagai data kepustakaan.

  Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, praktik pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah dengan menggunakan perhitungan weton dalam menentukan apakah kedua calon mempelai pengantin berjodoh atau tidak. Jika berdasarkan hasil perhitungan weton ternyata berjodoh, maka langkah selanjutnya adalah menentukan hari, tanggal, bulan dan jam dilaksanakannya akad juga dengan menggunakan perhitungan weton. Faktor- faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan dan perhitungan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah alasan tidak melangggar ajaran agama, alasan panggilan adat, alasan kewajiban dan pertimbangan neptu, alasan keselamatan, alasan peristiwa yang pernah terjadi dan alasan pelestarian ke generasi. Adat yang selama ini terbentuk ternyata dapat sesuai dan terserap dalam hukum perkawinan di Indonesia, seperti dalam Undang- Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa adat istiadat yang ada di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sudah selaras dengan apa yang menjadi hukum perkawinan di Indonesia.

  

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii

JUDUL ............................................................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iv

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 4 E. Penegasan Istilah ................................................................... 5 F. Telaah Pustaka ...................................................................... 6 G. Metode Penelitian.................................................................. 10 H. Sistematika Penulisan............................................................ 14 BAB II TRADISI DALAM PERKAWINAN A. Perkawinan ........................................................................... 16 a. Pengertian Perkawinan .................................................... 16 b. Dasar Hukum Perkawinan............................................... 17 c. Hukum Perkawinan ......................................................... 17 d. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan ................................. 18 e. Tujun Perkawinan ........................................................... 22 f. Tata Cara Pelaksanaan Perkawinan di Indonesia ............ 24

  B.

  „Urf ........................................................................................ 34

  a. Pengertian

  „Urf .................................................................. 34

  b. Landasan Hukum „Urf....................................................... 36

  c. Kaidah-Kaidah „Urf ........................................................... 39

  d. Macam-Macam „Urf.......................................................... 39

  e. Syarat-Syarat „Urf ............................................................. 41 C.

  Tathayyur Dalam Islam......................................................... 42

  BAB III TRADISI PERNIKAHAN DI DESA TAJUK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 49 a. Letak Geografis ............................................................... 49 b. Demografi ....................................................................... 51 B. Praktik Penentuan dan Perhitungan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang .................

  54 C. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Praktik Penentuan dan

  Perhitungan Waktu Dalam Pernikahan yang Dilakukan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang .................

  65 BAB IV TRADISI PERNIKAHAN DALAM HUKUM PERKAWINAN A.

  Analisis Pandangan Hukum Perkawinan Terhadap Praktik Pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ...............................................................................

  68 B. Analisis Landasan Hukum Islam Terhadap Praktik Pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ........

  75 C. Analisis Motif Yang Mendasari Masyarakat Desa Tajuk

  Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Dalam Menjalankan Praktik Perhitungan Weton Untuk Menentukan Waktu Pernikahan .............................................................................

  79

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 83 B. Saran ...................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau dan tersebar di seluruh nusantara dengan berbagai suku. Keanekaragaman kebudayaan serta suku bangsa menjadi ciri khas yang

  menonjol bagi Indonesia sendiri. Masing-masing suku bangsa itu mempunyai cara hidup yang berbeda-beda, sehingga tiap-tiap suku bangsa mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda.

  Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002:180). Menurut Sir Edward Burnett Tylor, kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral adat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Pujileksono, 2015:24).

  Dalam kebudayaan masyarakat Jawa, perkawinan merupakan hal yang dianggap sakral, karena perkawinan bukan hanya kepentingan dua orang anggota pasangan saja tetapi melibatkan dua keluarga asal dan masyarakat. Perkawinan mempunyai tujuan seperti dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pada pasal 1 yang disebutkan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Ya ng Maha Esa”. Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan naluri hidup manusia, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya (Basyir, 2007:13).

  Pernikahan merupakan seruan agama yang harus dijalankan oleh manusia bagi yang mampu untuk berkeluarga. Banyak sekali hikmah yang dapat diambil dari sebuah pernikahan. Selain sunnatullah yang telah digariskan ketentuannya, pernikahan juga dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih terang, tenang, tenteram, dan bahagia. Perkawinan adalah sebagai perantara untuk menyatukan dua hati yang berbeda, memberikan kasih sayang, perhatian dan kepedulian antara lelaki dan perempuan (BP4, 2009: 1).

  Orientasi yang dibangun Islam melalui pernikahan adalah lebih mulia dari sekedar membangun kesuksesan rumah tangga, dalam arti lancarnya urusan-urusan rumah tangga. Islam memandang perkawinan sebagai kehormatan guna menjaga keutuhan nilai-nilai beragama dalam tatanan rumah tangga sehingga tercapai keberkahan di dunia dan akhirat (Ulfatmi, 2011: 197).

  Setiap orang yang ingin melangsungkan perkawinan sudah pasti menginginkan kelancaran dalam prosesi akad nikah serta kelancaran dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Untuk itu, tak heran banyak orang yang memikirkan masak-masak mengenai tanggal baik saat di berlangsungkannya akad nikah.

  Bagi seorang muslim, ada baiknya juga untuk mengetahui hari baik melangsungkan pernikahan sesuai dengan pandangan Islam. Meskipun tidak dipungkiri banyak di kalangan masyarakat yang menggunakan perhitungan hari baik menurut adat istiadatnya masing-masing. Hal tersebut sah-sah saja mengingat pandangan Islam mengenai hari baik di dalam melaksanakan prosesi akad nikah, seringkali memiliki keselarasan dengan pandangan hari baik yang di tentukan adat.

  Dalam hal ini penulis mengambil sampel di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Praktik perhitungan weton dalam penentuan waktu pernikahan masih dilakukan oleh sebagian masyarakat. Dengan mengotak-atik hitungan pada tanggal lahir seseorang yang hendak melangsungkan pernikahan maka akan ditemukan hasilnya. Apakah anaknya apabila menikah pada hari, tanggal, bulan, dan jam tertentu akan bernasib beruntung atau bernasib kurang baik.

  Bagi sebagian masyarakat Desa Tajuk penggunaan perhitungan weton dalam pernikahan menjadi salah satu hal yang wajib. Oleh karena itu mengetahui neptu weton kedua calon mempelai pengantin sangatlah penting. Kekentalan tradisi masyarakat Desa Tajuk tersebut begitu kuat, menjadikan proses Islamisasi tersebut menampilkan corak dan ragam dari sistem keyakinan dan berbagai ekspresi keagamaan yang unik.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha menengahkan permasalahan dengan mengkaji lebih lanjut, yang penulis tuangkan ke dalam penelitian dengan judul

  “Penentuan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk Dalam Bingkai Hukum Perkawinan” B.

   Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana praktik penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang? 2. Apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?

  3. Bagaimana praktik perhitungan waktu pernikahan dalam perspektif hukum perkawinan?

C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui bagaimana praktik penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

  2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

3. Untuk mengetahui bagaimana praktik perhitungan waktu pernikahan dalam perspektif hukum perkawinan.

D. Manfaat penelitian 1.

  Secara Teoritis a.

  Dapat menambah pengetahuan tentang keunikan tradisi penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

  b.

  Untuk pengembangan ilmu hukum dan penelitian hukum, serta berguna sebagai masukan bagi praktik penyelenggara di bidang hukum pernikahan, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang.

2. Secara Praktis Penelitian ini bermafaat untuk mendapatkan gelar sarjana bagi penulis.

E. Penegasan Istilah

  Untuk mendapatkan kejelasan di atas, perlu disajikan penegasan untuk memberi pemahaman dan batasan istilah yang ada supaya tidak ada kesalahan pemaknaan terhadap konsep kunci dalam penelitian ini.

  1. Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan).

2. Bingkai. Yang dimaksud bingkai dalam penelitian ini adalah kaca mata sudut pandang.

  3. Hukum Perkawinan adalah sebuah peraturan hukum yang mengatur tentang pelaksanaan pernikahan yang berlaku di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Hukum perkawinan ini berupa ikatan hidup antara perempuan dan laki-laki demi mewujudkan sebuah keluarga yang teratur yang telah dikukuhkan pada hukum formal.

F. Tinjauan Pustaka

  Mengenai tema pembahasan dalam penelitian in terdapat beberapa penelitian terdahulu yang sama. Adapun tujuan penelusuran terhadap penelitian terdahulu ialah untuk melihat persamaan dan perbedaan sebagai bahan perbandingan dan landasan dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu ialah: 1.

  Skripsi dengan judul “Tradisi Perhitungan Weton Sebagai Syarat Perkawinan Ditinjau dari Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Pesahangan Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap)” karya Kukuh Imam Santosa Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Purwokerto Tahun 2016. Pada skripsi ini terdapat dua rumusan masalah sebagai berikut:

  1) Bagaimana tradisi masyarakat Desa Pesahangan dalam menentukan calon pasangan perkawinan dengan menggunakan hitungan weton?

  2) Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap tradisi masayrakat

  Desa Pesahangan dalam menentukan calon pasangan dengan menggunakan hitungan weton? Adapun hasil penelitian dalam rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1)

  Salah satu cara yang digunakan masyarkat desa pesahangan dalam memmilih pasangan dengan menggabungkan kedua jumlah neptu antara calon pengantin laki

  • – laki dan wanita lalu di hitung jika sudah sampai lima maka kembali lagi dari satu, demikan seterusnya hingga habis samapai jumlah penggabungan bilangan neptu kedua calon pengantin. Dengan patokan: a.

  Sri berarti menunjukan baik yaitu dalam perjodohan selalu mendapatkan rezki banyak dan selamat rumah tangganya.

  b.

  Lungguh berarti salah satu dari suami atau istri akan mendapatkan jabatan yang terhormat dan mulia.

  c.

  Dunia berati rumah tangganya bahagia, kekayaan (rizki) yang melimpah ruah.

  d.

  Lara berarti gangguan sangat berat yang berakibat menderita suami istri.

  e.

  Pati berarti sangat menderita dalam rumah tangga dan sering terdapat kematian dalam angota keluarganya.

  Jika perhitungan habis di antara lara dan pati maka perjodohan atau pernikahan kedua calon pengantin tersebut harus dibatalkan.

  Namun hal itu hanya dilakukan dari pihak laki

  • – laki saja dan dari pihak wanita mengikuti.
Bagi sebagian masyarakat desa Pesahangan penggunaan perhitungan weton dalam pernikahan menjadi salah satu hal yang wajib. Oleh karena itu mengetahui neptu weton kedua calon pengantin sangatlah penting. Kekentalan tradisi masyarakat Pesahangan tersebut begitu kuat, menjadikan proses Islamisasi tersebut menampilkan corak dan ragam dari sistem keyakinan dan berbagai ekspresi keagamaan yang unik. 2)

  Penetapan hukum weton dengan menggunakan „urf sebenarnya mengembalikan hukum sesuatu pada hukum asalnya. Hal ini sesuai dengan sebuah kaidah yang berbunyi:

  “Pada dasarnya hukum segala sesuatu adalah boleh, hingga ada dalil yang mengharamkannya . Namun karena penggunaan weton pada

  kasus perkawinan tidak murni urusan mu‟amalah, melainkan terselip urusan keyakinan, maka tidak tepat jika menggunakan kaidah di atas. Alternatif lain adalah kaidah yang dirumuskan oleh kalangan hanafiyyah:

  “Pada dasarnya hukum segala sesuatu

adalah haram, hingga ada dalil yang membolehkannya

”.

2. Skripsi dengan judul “Persepsi Masyarakat Jawa Mengenai Penentuan

  Hari Perkawinan di Desa Margosari Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu” karya Yuliana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Lampung 2017. Pada skripsi ini terdapat satu rumusan masalah, yaitu bagaimanakah persepsi masyarakat Jawa mengenai penentuan hari perkawinan di Desa Margosari Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu? Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah tersebut adalah Penentuan Hari Perkawinan adalah tata cara yang digunakan masyarakat Jawa untuk menentukan hari perkawinan, bagi masyarakat yang percaya perhitungan ini sangat penting untuk dilakukan apabila seseorang akan melangsungkan perkawinan. Dalam penentuan hari perkawinan ini dilakukan dengan menghitung hari kelahiran kedua calon mempelai untuk mengetahui kecocokan dari kedua calon mempelai sebelum hari perkawinan ditetapkan. Perhitungan ini dilakukan oleh keluarga mempelai perempuan bersama dengan tokoh adat atau seseorang yang dianggap paham dengan penentuan hari perkawinan tersebut. Perhitungan ini sangat penting untuk dilakukan karena dimaksudkan sebagai usaha yang dilakukan oleh manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa agar rumah tangganya dapat berjalan dengan baik. Hal ini karena dalam perhitungan tersebut memiliki tujuan yang menjadi sebuah doa dan harapan dengan mencari hari yang baik untuk melangsungkan perkawinan dengan memilih hari yang tepat sehingga perkawinan tersebut awet, bahagia, tentram, damai, selamat, mudah rezekinya dan selalu diberikan kesehatan untuk seluruh keluarganya. Tidak ada syarat khusus untuk melakukan perhitungan tersebut yang jelas keluarga melibatkan keluarga besar dan dilakukan oleh orang yang paham mengenai perhitungan tersebut.

  Dari beberapa skripsi yang telah penulis paparkan di atas, terdapat perbedaan dengan skripsi yang akan penulis kerjakan. Adapun perbedaan tersebut terletak pada rumusan masalah, yaitu: 1.

  Bagaimanakah praktik pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang? 2. Bagaimanakah landasan pernikahan yang dilakukan di Desa Tajuk

  Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang? 3. Bagaimanakah pandangan hukum perkawinan terhadap praktik pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung dari responden dan mengamati secara langsung tugas-tugas responden (Kriyantono, 2008:106).

  Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan yuridis normatif, dimana penelitian ini sering disebut dengan penelitian doktriner, dimana data yang digunakan adalah sumber data sekunder. Prosesnya bertolak dari premis-premis yang berupa norma-norma hukum positif yang diketahui dan berakhir pada penemuan asas-asas hukum yang menjadi pangkal tolak pencarian asas adalah norma-norma hukum positif (Ali, 2010:25). Atau singkatnya, metode pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang meneliti data sekunder di bidang hukum yang ada sebagai data kepustakaan.

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus menjadi pengumpul data. Instrumen lain yang penulis gunakan adalah alat perekam, alat tulis, serta alat dokumentasi. Akan tetapi instrumen ini hanya sebagai pendukung. Oleh karena itu, kehadiran penulis di lapangan mutlak diperlukan. Kehadiran penulis di lokasi adalah untuk mencari informasi tentang penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang akan dijadikan bahan analisis serta untuk melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat dan sesepuh desa guna menggali keterangan yang diperlukan. Kehadiran penulis diketahui statusnya sebagai peneliti.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini terfokus di Desa Tajuk Kecamatan Getasan

  Kabupaten Semarang. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena di Desa Tajuk masih menjalankan tradisi penentuan waktu pernikahan.

  4. Sumber Data a.

  Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek peneliti dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subyek sebagai sumber informasi yang dicari. (Azwar, 2007 : 91). Dalam hal ini keterangan diperoleh dari tokoh adat yaitu Mbah Wage. b.

  Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian. (Azwar, 2007: 91). Dalam memperoleh data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau laporan yang tersedia. Peneliti menggunakan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagai sumber resmi serta buku- buku yang membahas mengenai pernikahan.

5. Metode Pengumpulan Data a.

  Observasi Observasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta melakukan pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks penelitian (Hikmat, 2011: 73).

  b.

  Wawancara Adalah Teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai (Fathoni, 2011:105). Dalam metode ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka, artinya pertanyaan-pertanyaan yang peneliti kemukakan dapat di tambah atau dikurangi menyesuaikan situasi dan kondisi saat pelaksanaan tanpa mengganggu kelancaran jalannya wawancara dan akan membawa hasil yang akurat. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang praktik pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

  6. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan mengggunakan pola pikir deduktif. Artinya, menggambarkan hasil penelitian dengan diawali teori atau dalil yang bersifat umum tentang pernikahan, kemudian mengemukakan kenyataan yang bersifat khusus dari hasil penelitian terhadap tradisi penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Hasil penelitian kemudian dianalisa dengan menggunakan metode tersebut.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Maka fakta-fakta ini nanti digunakan penulis sebagai bahan pembahasan. Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik triangulasi.

  Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan tujuan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2009:330).

  Teknik triangulasi yang digunakan penulis yaitu pemeriksaan melalui sumber. Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2009:330).

  Untuk mendapatkan data yang akurat serta seperti yang diinginkan penulis maka penulis akan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan keadaan dan persepektif masyarakat sekitar, tokoh masyarakat dan sesepuh desa.

8. Tahap-Tahap Penelitian

  Adapun tahap-tahap yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang tradisi penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan dan melakukan observasi.

  c.

  Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang akan diteliti. d.

  Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

  Agar dalam proposal ini mendapat gambaran yang jelas, maka sistematika penulisan ini akan dipaparkan dalam 5 bab.

  Bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Adapun bab dua berupa landasan teori yang membahas mengenai perkawinan yang meliputi pengertian perkawinan, dasar hukum perkawinan, hukum perkawinan, tujuan perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, tata cara perkawinan di Indonesia. Selain itu, pada bab ini juga membahas urf dan dalam Islam.

  Tathayyur

  Bab tiga berisi uraian data dan temuan yang diperoleh dari penelitian yang disajikan dalam tiga sub bab, yaitu: gambaran umum Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, praktik penentuan dan perhitungan waktu pernikahan serta faktor-faktor yang mendorong masyarakat Desa Tajuk dalam melestarikan tradisi tersebut.

  Pada bab keempat memuat mengenai analisis terhadap hasil penelitian pada bab 3.

  Dan yang terakhir ialah bab lima yang memuat kesimpulan serta saran-saran yang diajukan.

  

BAB II

TRADISI DALAM PERKAWINAN A. Gambaran Umum Perkawinan 1. Definisi Perkawinan Istilah nikah berasal dari bahasa Arab, yaitu ( ), ada pula حاكنلا

  yang mengatakan perkawinan menurut istilah fiqh dipakai perkataan nikah dan perkataan zawaj. Sedangkan menurut istilah Indonesia adalah perkawinan. Dewasa ini kerap kali dibedakan antara pernikahan dan perkawinan, akan tetapi pada prinsipnya perkawinan dan pernikahan hanya berbeda dalam menarik akar katanya saja (Sudarsono, 1997: 62).

  Perkawinan adalah:

  ِ ط ِ نا ِ ل ِ م ِ ر ِ ن ِ شلا ِ لاِ ِ لا ِ شِ ت ِ ش ِ قِ د ِ ع ِ ع

  ِ و رِ ك ِ لاِ م ِ هِ و ِ م ِ لاِ ع ِ راِ ة ِ عِ ب ِ رِ و ِ ىل

  Sebuah ungkapan tentang akad yang sangat jelas dan terangkum atas rukun-rukun dan syarat-syarat (al- Syafi‟i, tt: 36).

  Para ulama fiqh pengikut mazhab yang empat (Syafi‟i, Hanafi,

  Maliki, dan Hanbali) pada umumnya mereka mendefinisikan perkawinan pada:

  ق ذ ا ِ أ ِ ظ ع ِ ك ِ ط ِ اِ ن ِ بِ لِ ف

  ِ ك ِ ض ِ ها ِ زِ وِ ي ِ مِ عِ ن ِ أِ و ِ ج ِ و ِ ت ِ حا ِ و ِ مِ ل ِ مِ ن ِ يِ ت ِ ء

  Akad yang membawa kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk berhubungan badan dengan seorang perempuan) dengan (diawali dalam akad) lafazh nikah atau kawin, atau makna yang serupa dengan kedua kata tersebut (al-Jaziri, 1986)

  2. Dasar Hukum Perkawinan a.

  QS Ar-Ruum ayat 21:

  ِ جِ وِا ه ي ل اِا و ن ك س تّلِاًجا و ز اِ م ك س ف ن اِ نّمِ م ك لِ ق ل خِ ن اِ و تياِ ن مِ و ًِةَّد وَّمِ م ك ن ي بِ ل ع َِّو ِ ن و رَّك ف تَّ يٍِم و قّلِ ٍتيلاِ ك لذِ فَِِّن اِ،ًة حْ ر

  Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ruum : 21) b.

  Hadits Nabi Muhammad SAW:

  ِ د ق فِ د ب عل اِ جَّو ز تِا ذ اِ: ِ صِ للهاِ ل و س رِ لا قِ،ىقهيبلاِةياورِفىِو ِ مَّل سِ وِ و ي ل عِ للهاِىَّل ى قا بل اِ ف صِّنلاِ فىِ للهاِ قَّت ي ل فِ، ن يِّدلاِ ف ص نِ ل م ك ت سا

  Dan dalam riwayat Baihaqi disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba telah menikah, berarti dia telah menyempurnakan separo agamanya, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah pada separo sisanya.

  3. Hukum Perkawinan Hukum perkawinan menurut pandangan Islam yaitu sebagai berikut: a.

  Wajib kepada orang yang mempunyai nafsu yang kuat sehingga bisa menjerumuskannya ke lembah maksiat (zina dan sebagainya) sedangkan ia seorang yang mampu.disini mampu bermaksud ia mampu membayar mahar dan mampu nafkah kepada calon isterinya. b.

  Sunat kepada orang yang mampu tetapi dapat mengawal nafsunya.

  c.

  Harus kepada orang yang tidak ada padanya larangan untuk berkawin dan ini merupakan hukum asal perkawinan.

  d.

  Makruh kepada orang yang tidak berkemampuan dari segi nafkah batin dan lahir tetapi sekadar tidak memberi kemudaratan kepada isteri.

  e.

  Haram kepada orang yang tidak berkempuan untuk memberi nafkah batin dan lahir dan ia sendiri tidak berkuasa (lemah), tidak punya keinginan menikah serta akan menganiaya isteri jika dia menikah (Aminnudin, 2008).

4. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan

  Dalam melaksanakan suatu perikatan terdapat rukun dan syarat yang harus di penuhi. Menurut bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan, sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan (Ghozali, 2010: 45-46).

  Secara istilah rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan tersebut dan ada atau tidaknya sesuatu itu. Sedangkan syarat adalah sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar‟i dan ia berada diluar hukum itu sendiri yang ketiadaanya menyebabkan hukum itupun tidak ada. Dalam syari‟ah rukun dan syarat sama-sama menentukan sah atau tidaknya suatu transaksi. Perbedaan rukun dan syarat menurut ulama ushul fiqih, bahwa rukun merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum, tetapi ia berada di dalam hukum itu sendiri, sedangkan syarat merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum tetapi ia berada diluar hukum itu sendiri. Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat (Dewi, 2005:49-50).

  a.

  Rukun Nikah Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas:

  1) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan;

  2) Adanya wali dari pihak wanita;

  3) Adanya dua orang saksi;

4) Sighat akad nikah (Ghozali, 2010: 46).

  Tentang jumlah rukun para ulama berbeda pendapat:

  a) Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam:

  (1) Wali dari pihak perempuan;

  (2) Mahar (mas kawin);

  (3) Calon pengantin laki-laki;

  (4) Calon pengantin perempuan;

  (5) Sighat aqad nikah (Ghozali, 2010: 48).

  b) Imam Syafi‟i mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam:

  (1) Calon pengantin laki-laki;

  (2) Calon pengantin perempuan;

  (3) Wali;

  (4) Dua orang saksi;

  (5) Sighat akad nikah (Ghozali, 2010: 48).

c) Menurut ulama Hanafiyah rukun nikah itu hanya ijab dan qabul.

  d) Menurut segolongan yang lain rukun nikah itu ada empat:

  Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada empat karena calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan di gabung satu rukun:

  (1) Dua orang yang saling melakukan akad perkawinan;

  (2) Adanya wali;

  (3) Adanya dua orang saksi;

  (4) Dilakukan dengan sighat tertentu (Ghozali, 2010:48).

  b.

  Syarat Sahnya Perkawinan Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan, apabila syarat-syarat terpenuhi maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya hak dan kewajiban sebagai suami istri. Pada garis besarnya syarat sah perkawinan itu ada dua:

  1) Calon mempelai perempuan halal dikawin oleh laki-laki yang ingin menjadiknnya istri (UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal 8);

2) Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi (Ghozali, 2010:49).

  c.

  Syarat-Syarat Rukun Nikah 1)

  Syarat-syarat kedua mempelai

  a)

  Calon mempelai laki-laki Syari‟at Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang suami berdasarkan ijtihad para ulama yaitu: (1)

  Calon suami beragama Islam; (2)

  Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki; (3)

  Orangnya diketahui dan tertentu; (4)

  Calon laki-laki itu jelas halal dikawin dengan calon istri; (5)

  Calon laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon istri halal baginya; (6)

  Calon suami rela untuk melakukan perkawinan itu (UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal 6 Ayat 1);

  (7) Tidak sedang melakukan ihram;

  (8) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri;

  (9) Tidak sedang mempunyai istri empat. (UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal 3 Ayat 1) (Ghozali, 2010: 50).

  b)

  Syarat bagi mempelai perempuan yaitu: (1) Beragama Islam.

  (2) Terang bahwa ia wanita

  (3) Wanita itu tentu orangnya

  (4) Halal bagi calon suami (UU RI No. 1 Tahun 1994 Pasal

  8) (5)

  Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam iddah (6)

  Tidak dipaksa/ikhtiyar (UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal 6 Ayat 1)

  (7) Tidak dalam ihram haji atau umrah (Ghozali, 2010: 55). 2)

  Syarat-syarat ijab kabul Ijab adalah pernyataan dari calon pengantin perempuan yang diawali oleh wali. Hakikat dari ijab adalah sebagai pernyataan perempuan sebagai kehendak unutk mengikatkan diri dengan seorang laki-laki sebagai suami sah. Kabul adalah pernyataan penerimaan dari calon penganitn laki-laki atas ijab calon pengantin perempuan. Bentuk pernyataan penerimaan berupa sighat atau susunan kata-kata yang jelas yang memberikan pengertian bahwa laki-laki tersebut menerima atas ijab perempuan (Dewi, 2005:63).

  Perkawinan wajib ijab dan kabul dilakukan dengan lisan, inilah yang dinamakan akad nikah. Bagi orang bisu sah perkawinannya dengan isyarat tangan atau kepala yang bisa difahami. Ijab dilakukan oleh pihak wali mempelai perempuan atau walinya sedangkan Kabul dilakukan oleh mempelai laki-laki atau wakilnya. Menurut pendapat Hanafi boleh juga dilakukan oleh pihak mempelai laki-laki atau wakilnya dan Kabul oleh pihak perempuan (wali atau wakilnya) apabila perempuan itu telah baligh dan berakal dan boleh sebaliknya.

  Lafadz yang digunakan akad nikah adalah lafadz nikah atau tazwij, yang terjemahannya adalah kawin dan nikah. Sebab kalimat-kalimat itu terdapat didalam kitabullah dan sunnah. Demikian menurut Asy-

  Syafi‟i dan Hambali. Sedangkan Hanafi membolehkan kalimat yang lain yang tidak dengan Al- Qur‟an misalnya dengan kalimat hibah, sedekah, pemilikan, dan sebagainya, bahasa sastra atau biasa yang artinya perkawinan (Ghozali, 2010:56).

  3) Syarat-syarat wali

  Wali hendaklah seorang laki-laki, muslim, baligh, berakal, dan adil. Perkawinan tanpa wali tidaklah sah (Sudarsiono, 1992: 602). 4)

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL SAWAH TAHUNAN (STUDI KASUS DI DESA PURWOREJO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 90

FENOMENA MITOS LARANGAN PERNIKAHAN DI DESA JETIS DAN DESA ROGOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 2 100

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 81

PERJANJIAN PRA NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Tingkir Kotamadya Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

1 1 125

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR( Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 88

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 121