BAB V - DOCRPIJM 1506496703Bab 5 Konsep
BAB V
SAFEGUARD LINGKUNGAN
DAN SOSIAL
80
5.1.
Kerangka Safeguard
Pelaksanaan program pada Kegiatan RPIJM ini sangat bermanfaat bagi
masyarakat Kabupaten Nias Barat secara khusus di kawasan yang memiliki potensi
yang didorong pertumbuhannya. Pembangunan tetap di galankkan sesuai dengan
yang direncanakan, untuk menigkatkan pertumbuhan di berbagai sektor.
Kawasan atau lokasi pelaksanaan Kegiatan ini memiliki berbagai potensi yang
berbeda, budaya, aspek sosial, pola kehidupan yang berbeda. Seiring dengan semakin
tingginya tingkat peradaban masyarakat dan pola pikir, serta terarahnya kehidupan
masyarakat di pedesaan, semakin pula mereka merasakan manfaat dari pembangunan
Kabupaten Nias Barat. Semakin Banyaknya program pembangunan semakin banyak
juga dampak negatif bagi masyarakat di area lokasi Kegiatan. Oleh sebab itu pada
pelaksanaan kegiatan ini harus memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dalam
pelaksanaannya.
Perlindungan Lingkungan adalah sebuah upaya ataupun tindakan untuk
melindungi lingkungan dan masyarakat penerima program dari dampak negatif yang
muncul akibat pembangunan prasarana atau fisik.
Perlindungan Sosial adalah sebuah upaya ataupun tindakan untuk melindungi
lingkungan dan masyarakat penerima program dari kerugian sosial dan dampak negatif
yang mungkin muncul yang disebabkan oleh pelaksanaan program. Tujuan
perlindungan Sosial dan Lingkungan adalah :
1. Menjamin tidak adanya dampak negatif dari hasil pelaksanaan program kepada
sosial dan lingkungan.
2. Optimalisasi dampak Positif Pelaksanaan program terhadap sosial dan lingkungan
3. Memastikan kelompok rentan dan masyrakat asli tidak dirugikan dan mendapat
manfaat.
Fokus Kebijakan Perlindungan :
RISIKO
DAMPAK
KONSULTASI
AKUNTABILITAS
KETERBUKAAN
81
5.2.
Landasan Hukum
Pelasanaan Safeguard RPIJM kabupaten Nias Barat memiliki landasan Hukum :
1. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
2. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005
3. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 Tentang Prngadaan Tanajh Untuk
Kepentingan Umum
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang ANDAL
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang UKL-UPL
6.
Tahap selanjutnya penyusunan Dokumen ini yaitu Safeguard Sosial dan
Lingkungan. Berpedoman pada Bab sebelumnya terdapat beberapa Lokasi Studi dan
areal program yang diusulkan pada masing-masing sektor. Prediksi kenyamanan dan
lingkungan dalam pelaksanaan pekerjaan dan studi di lapangan sangat menunjang
kelancaran Program di masing-masing sub sektor. Hal ini dapat dilihat dari geofisikkimia, kualitas Udara, fisiografi, tataguna lahan, dan lain-lain yang dianggap perlu.
5.1.0
Geofisik-Kimia
Iklim
Rencana Investasi bidang PU/Cipta Kabupaten Nias Barat berada di daerah yang
beriklim tropis, temperatur udara rata-rata 26,2. Rata-rata curah hujan perbulan 221,9
mm, musim hujan terbesar terjadi Pada Balan September.
Curah Hujan
Curah hujan bulanan Kabupaten Nias Barat dapt dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Kondisi Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari
di Kabupaten Nias Barat Barat Tahun 2009
Bulan
Januari
Pebruari
Maret
April
M e i
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
Rata-rata
Curah Hujan, Banyaknya Hari Hujan
dan Penyinaran Matahari
Curah Hujan
Hari Hujan
Penyinaran
(mm)
(day)
Matahari (%)
255,5
15
61
96,5
11
56
326,8
17
41
285,6
22
55
176,4
15
70
123,4
10
63
126,3
19
59
260,7
28
51
334,2
27
40
211,1
26
45
231,6
24
43
234,4
26
47
2.662,5
240
631
221,9
20
53
Perbandingan
Rata-Rata
Kelembaban
Udara
90
90
92
91
90
89
90
91
92
92
91
92
1.09
91
82
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias 2011
Suhu Udara
Suhu udara rata-rata maksimum berkisar antara 31.3 0C, sedangkan suhu udara
rata-rata minimum berkisar antara 18.1 0C. Intensitas penyinaran matahari rata-rata
adalah 53 % dimana intensitas penyinaran maksimum sebesar 70 %, yang umumnya
terjadi pada bulan Mei, sedangkan intensitas penyinaran minimum sebesar 40 % yang
umumnya terjadi pada bulan Desember.
Arah dan Kecepatan Angin
Arah angin terbanyak pada umumnya bertiup kearah Utara dengan kecepatan
angin rata-rata 6 knot.
5.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
Pengamatan kualitas udara dan kebisingan pada lokasi Proyek ini dilakukan
pada 3 (tiga) lokasi yang dianggap dapat mewakili dengan mempertimbangkan kondisi
yang ada, seperti jalan dengan lalu lintas padat, jalan dengan lalu lintas tidak padat,
daerah permukiman padat dan ramai serta daerah permukiman yang sepi dan tenang.
Kadar Debu
Secara umum dapat dikemukakan bahwa kandungan partikel debu di wilayah
studi nilainya sangat rendah, dan dari hasil pengamatan langsung di lapangan masih
jauh di bawah ambang batas.
Gas-Gas Buangan Berbahaya
Berdasarkan pengamatan udara di lapangan maka kadar gas-gas buangan
berbahaya dari kendaraan bermotor di wilayah studi umumnya masih rendah dan
masih jauh dibawah nilai ambang batas baku mutu lingkungan yang diijinkan.
Kebisingan
Kebisingan yang diakibatkan oleh suara kendaraan bermotor di wilayah studi
pada umumnya masih sangat rendah dan masih dibawah nilai ambang batas baku
mutu lingkungan.
5.1.3. Fisiografi
Kondisi fisiografi pada lokasi proyek berada pada daerah yang cenderung tinggi
dan sebagian rendah di Kabupaten Nias Barat yang menyebar di semua Kecamatan
yang ada di kawasan tersebut yang umumnya terletak pada elevasi 10,0 - 200,0 m di
atas permukaan laut, kemiringan lahan berkisar antara 0- >40%. Bahkan Kawasan di
hampir lokasi berapada di sekitar pantai.
Rata-rata Lapisan permukaan tanah di Kabupaten Nias Barat adalah tanah lunak
(soft soil). Jenis tanah lebih didominasi oleh jenis tanah alluvial, Podsolik Merah Kuning
dan sebagian kecil Hidromorforik kelabu, regosol, mediteranian merah kuning dan
litosol yang menyebar secara acak. Apabila terjadi peningkatan kadar air tanah ini akan
mengembang disertai dengan peningkatan tekanan air pori dan timbulnya tekanan
pengembang (swelling presure) sedangkan apabila kadar air berkurang akan terjadi
pengerutan. Suatu konstruksi yang dibangun di atas jenis tanah lunak ini, jika tanah
dasarnya terkena air maka tanah tersebut daya dukungnya akan berkurang, tanah
83
menjadi lembek, tidak stabil dan tidak mampu lagi memikul konstruksi di atasnya.
Kondisi ini mengakibatkan kerusakan pada lapisan permukaan jalan dan apabila tidak
diatasi dapat berakibat kegagalan.
Pembentukan tanah alami umumnya masih terlihat di areal permukiman.
Tingkat kemantapan struktur tanah di wilayah studi terutama daerah permukiman
umumnya mempunyai tingkat kemantapan struktur tanah yang relatif rendah.
Perencanaan Teknis di lokasi studi memerlukan pemantapan perencanaan yang
kompatibel dengan kondisi geografis, serta kekokohan design konstruksinya.
5.1.4. Tata Guna Lahan
Secara umum lahan di lokasi studi dan sekitarnya telah banyak dihuni oleh
masyarakat juga merupakan hutan lindung, kawasan tepi Pantai dan kepulauan dan
Lahan Pertanian masyarakat. Kondisi yang ada saat ini Kabupaten Nias Barat, penataan
bangunan dan lingkungannya masih belum tertata dengan baik serta berada pada
geografis yang sangat kritis. Penggunaan lahan Kabupaten Nais Barat pada umumnya
terdiri dari Hutan Sekunder dengan Luas 90.32 Km2 ; Sawah dengan luas 18.82 Km2;
Kebun Campuran dengan luas 115.85 Km2; Perkebunan dengan luas 145.59 Km2;
Perladangan dengan luas 131.81 Km2; Pertanian Lahan Kering dengan luas 23.41 Km2;
Rawa/Gambut dengan luas 1.25 Km2; Semak Belukar dengan luas 6.39 Km2;
Permukiman dengan luas 1.89 Km2 Areal Penggunaan Lainnya dengan luas 8.77 Km2.
5.1.5. Hidrologi
Kualitas air permukaan di Kabupaten Nias Barat umumnya dapat dikatakan
kurang stabil dikarenakan keadaan topografi dimana berbongkah-bongkah dan
membentuk banyak sungai.
Sumber daya air untuk kebutuhan rumah tangga, pada umumnya diperoleh dari
air permukaan/sungai dan sumber air baku serta sebagian kecil masih menggunakan
sumur gali, sehingga fungsi air tanah ini menjadi penting karena fasilitas air bersih
PDAM belum ada di daerah Studi. Sebagai akibatnya kebutuhan air tanah dan air baku
semakin hari semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah pendudukdan
daya konsumsi masyarakat yang relitif tinggi. Akan tetapi ketergantungan masyarakat
pada sungai sebagai sumber air semakin berkurang. Yang terjadi saat ini, masyarakat
lebih dominan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah.
Kondisi exiting drainase yang ada di Kabupaten Nias Barat umumnya masih
berupa drainase alam dan belum mempunyai sistem drainase yang memadai. Hal ini
perencanaan sebelumnya terfokus pada sistem perencanaan yang mitigasi bencana.
Kondisi jaringan drainase tersebut masih kurang terjaga, ada beberapa tempat yang
telah terjadi pendangkalan. Hal ini dapat menyebabkan sering terjadi genangan saat
musim hujan.
5.1.6
Biologi
Kondisi biologi di sekitar Kabupaten Nias Barat terdiri atas flora dan fauna pada
umumnya dan dijumpai adanya satwa maupun vegetasi tertentu yang dilindungi
seperti buaya.
Jenis flora yang dominan di sekitar lokasi studi umumnya berupa jenis tanaman
seperti kelapa, Havea, cocoa, padi dan sebagian tanaman palawija yang merupakan
84
tanaman yang telah diupayakan oleh penduduk. Jenis vegetasi liar yang tumbuh antara
lain berupa semak-semak dan sebagian merupakan tanaman hutan lindung.
Jenis fauna yang dijumpai di sekitar wilayah studi pada umumnya merupakan
satwa binaan manusia, seperti kambing, kerbau, sapi, ayam, itik, babi dan lain-lain.
Satwa liar yang ada antara lain adalah ular, katak dan tikus, Harimau, dan yang paling
banyak adalah Buaya Darat.
5.1.7
Sosial-Ekonomi-Budaya
Pengalaman selama ini dan erdasarkan data sekunder yang telah dikumpulkan
diperoleh gambaran kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat Kabupaten
NiasBarat, sebagai berikut ini:
Sosial-Budaya
Populasi penduduk di lokasi Studi mengalami peningkatan yang signifikan.
Misalnya di sekitar Kawasan Ibu Kota Kabupaten Menurut Sumber BPS tahun 2011 lihat
Tabel......(Bab 2).
Penduduk dikepulauan semakin padat disekitar pantai dengan kegiatan melaut demi
peningkatan penghasilan.
Disamping itu Adat istiadat masih dipegang teguh oleh penduduk kawasan
lokasi studi. Beragam Budaya dan tradisi masih mendarah daging turun temurun.
Kegiatan keagamaan dan pewarisan budaya leluhur tetap diwariskan dengan latihan
yang kontinyu dan meningkatnya jumlah grup dan klup budaya. Penyesuaian diri
terhadap Lingkungan merupakan suatu hal yang mutlak di miliki oleh setiap
pendatang.
Sosial-Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita merupakan gambaran ratarata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses
produksi nilai barang dan jasa. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi
jumlah nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Nias Barat
tahun 2006-2009 cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 4.541.592,43,- per
kapita per tahun pada tahun 2006 menjadi Rp. 6.689.288,57,- per kapita per tahun
pada tahun 2009. Namun bila dilihat PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000,
angka PDRB per kapita Kabupaten Nias Barat tahun 2009 hanya naik sebesar 18,25
persen bila dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu dari Rp.2.672.870,74,- menjadi Rp
3.160.870,41,. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
5.2
PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN DARI SUB PROYEK
Prakiraan dampak dilakukan untuk mendapatkan gambaran besarnya
perubahan kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek baik secara kuantitatif maupun
kualitatif tentang intensitas atau besarnya dampak yang terjadi, yaitu dengan
membandingkan kondisi parameter sebelum dan sesudah proyek dilaksanakan sesuai
dengan pentahapannya. Metode yang dipakai dalam penelaahan besarnya dampak
meliputi :
Metode formal, berdasarkan perhitungan matematik dan statistik dengan
menggunakan rumus-rumus empiris.
85
Metode informal, berdasarkan atas pendekatan analogi, baku mutu lingkungan
atau penilaian para ahli (professional judgement).
Selanjutnya untuk evaluasi dampak, pendekatan yang digunakan adalah dengan
menentukan derajat dampak penting, dengan mengacu kepada Keputusan Kepala
Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
Penilaian tersebut disimpulkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu dampak penting dan
dampak tidak penting.
Penentuan arti dampak pentingnya dampak mengacu pada Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting yang ditetapkan oleh Kepala BAPEDAL No. 056 Tahun 1994
yang mempertimbangkan 7 (tujuh) kriteria sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah manusia yang terkena dampak.
Luas wilayah persebaran dampak.
Lamanya dampak berlangsung.
Intensitas dampak.
Banyaknya komponen lain yang terkena dampak.
Sifat kumulatif dampak.
Berbalik dan tidak berbaliknya dampak.
Dampak potensial yang akan timbul sebagai akibat kegiatan pembangunan dan
pengoperasian program bidang Cipta Karya, diharapkan dampak positif yang
mengguntungkan akan lebih besar dibandingkan dengan dampak negatif yang
merugikan.
Dari tabel 5.3 dibawah ini dapat dilihat indikator yang menunjukkan ada
tidaknya pengaruh antara kegiatan-kegiatan proyek selama tahap pra-konstruksi,
konstruksi dan pasca konstruksi dari program bidang Cipta Karya dengan dampak
potensial yang akan timbul. Tabel ini juga mengevaluasi ciri-ciri serta derajat
pentingnya dampak potensial yang akan timbul, namun belum mengevaluasi tindakantindakan atau cara penangganan dampak untuk meminimalkan dampak yang
merugikan serta meningkatkan manfaat dampak positif.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penilaian dampak lingkungan pada
masing- masing pentahapan mempunyai beberapa karakteristik dampak yang terdiri
dari lama dampak, sifat dampak, luas persebaran dampak, besaran dampak, evaluasi
derajat dampak. Karakteristik yang ada pada masing-masing bagian mempunyai sifat
dan kriteria-kriteria tertentu. Karakteristiksifat dan kriteria pada masing-masing
pentahapan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
5.3
RENCANA MITIGASI DARI DAMPAK LINGKUNGAN
Kriteria evaluasi dampak terdiri atas kriteria penilaian terhadap derajat besaran
dampak dan kriteria penilaian derajat kepentingan dampak terhadap lingkungan.
Kriteria penilaian derajat besaran dampak yang terjadi pada masing-masing komponen
lingkungan ditetapkan dengan besaran dampak besar, sedang dan kecil.
Penentuan derajat besaran didasarkan atas "Profesional Judgement" dengan
mengacu pada besarnya perbedaan atau perubahan kualitas komponen lingkungan
yang terkena dampak, atau membandingkan dengan baku mutu lingkungan yang
ditetapkan, sebelum dan sesudah ada kegiatan. Hal ini dipakai sebagai upaya untuk
pengelolaan lingkungan.
86
Penilaian derajat dampak penting mengacu pada 7 kriteria sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.Kep.056 Tahun 1994
tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting., yaitu :
a. Jumlah manusia yang terkena dampak, yang dibandingkan dengan jumlah manusia
yang menerima manfaat.
b. Luas sebaran dampak, yang dibandingkan dengan luas tapak kegiatan.
c. Lamanya dampak berlangsung, yang dibandingkan dengan lamanya kegiatan
berlangsung.
d. Intensitas dampak,yang diukur terhadap daya toleransi lingkungan yang terkena
dampak, persyaratan baku mutu lingkungan, atau pengaruhnya terhadap polusi.
e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, selain komponen
lingkungan yang terkena dampak langsung.
f. Sifat komulatif dampak, yang menunjukan sifat komulatif dampak yang timbul,
apakah konstan, naik secara konstan atau naik secara eksponensial terhadap
waktu pengaruh dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, yang diukur dengan tingkat kemudahan
pengendalian/pemulihan terhadap dampak yang timbul, atau cepat/lambatnya
pengaruh dampak yang timbul terhadap lingkungan.
87
Tabel 5.2. Kriteria yang Digunakan dalam Penilaian Dampak
Karakteristik Dampak
Lama Dampak
Sifat Dampak
Sebentar
Menegah/sedang
Lama
Sifat Dampak
Luas Persebaran
Dampak
Terbalikan
Tidak terbalikan (permanen)
Sempit
Melebar/menyebar
Besaran Dampak
Luas
Kecil/rendah
Sedang
Evaluasi Derajat Dampak
Besar/tinggi
Tidak Penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Kriteria
Dampak yang mungkin timbul
berlangsung selama kurang dari 2
tahun
Dampak yang mungkin timbul
berlangsung selama 2-5 tahun
Dampak yang mungkin timbul
berlangsung selama lebih dari 5
tahun
Kondisi lingkungan akan segera
kembali ke keadaan semula setelah
sumber dampak berhenti
Dampak bersifat permanen dan tidak
akan kembali kekeadaan semula
Persebaran dampak relatif sempit,
hanya disepanjang alinyemen jalan
dan sekitarnya
Persebaran dampak agak luas
(menyebar kebeberapa lokasi
disepanjang alinyemen jalan)
Persebaran dampak luas (semua
likasi di sepanjang atau dekat
alinyemen jalan)
Besaran dampak/perubahan
lingkungan berskala relatif kecil
Besaran dampak/perubahan
lingkungan berskala sedang
Besaran dampak/perubahan
lingkungan berskala tinggi
Jumlah orang/ lokasi yang terkena
dampak sangat kecil dan nyaris tidak
ada pengaruh pada sumber daya
penting dalam jangka lama
Dampak bersifat terbalikan dan
penduduk yang terkena relatif sedikit
Jumlah orang yang terkena dampak
cukup banyak, pada areal cukup luas
dan dalam jangka waktu agak lama
serta berpengaruh pada sumber
daya yang potensial
Jumlah orang yang terkena dampak
dalam jumlah besar, pada lokasi yang
luas dan berlangsung lama,
berpengaruh pada sumber daya yang
potensial serta perubahan kondisi
lingkungan bersifat mendasar/besar.
88
Tabel 5.3. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Bidang Ke-Cipta Karya-an
I
1
Tahap Pra Konstruksi
Survei Lapangan
Keresahan Masyarakat
(keraguan/ketidakpuasan masa
depan
Munculnya Spekulasi Tanah
Gangguan terhadap kemungkinan
masuknya penghuni liar
x
X
x
x
x
X
x
x
x
X
Pengadaan Lahan untuk Proyek
Pemindahan penduduk
Tekanan sumber penghasilan di
lokasi pemukiman baru
x
x
x
x
x
x
x
x
Penting
Komentar
Mayoritas masyarakat
sudah menyadari akan
manfaat proyek dan
menyetujuinya
Mungkin saat ini terjadi
Kebanyakkan tidak
mungkin terjadi
gangguan didaerah
pedesaan/kebijakkan
ganti rugi tidak
mengakibatkan
masuknya penghuni liar
Tidak ada sumber daya
alam penting di sekitar
lokasi
Kerusakan vegetasi/warisan budaya
2
Cukup Penting
Kurang Penting
Tidak Penting
Evaluasi
Derajat
Pentingnya Dampak
Besar
Sedang
Kecil
Luas
Menyebar
Sempit/Lokal
Tidak Terbalikkan
(permanen)
Lama
Sedang
Sebentar
Kegiatan/Dampak Potensial
Terbalikkan
Karakteristik Dampak Potensial
Sifat
Luas Sebaran
Besarnya
Dampak
Dampak
Dampak
Jangka
Waktu
x
X
Keluarga yang terkena
proyek relatif banyak
Pemungkiman tidak
mungkin terkonsentrasi
89
Hilangnya tanah pertanian terutama
pada pemilikkan lahan kecil
Hilangnya/berkurangnya sumber
daya hutan
Hilangnya/berkurangnya tanah
perkebunan
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
Perkembangan wilayah secara tidak
terencana pada lokasi yang
diperuntukkan
II
1
2
Pemindahan bangunan/fasilitas
umum seperti sekolahan, tempat
pemakaman, tempat ibadah, dll
Tahap Konstruksi
Pembersihan Lahan rencana
program
Hilangnya habitat langka/sensitif
Hilangnya peninggalan/warisan
budaya
Peningkatan kebisingan, getaran
dan debu dari pembongkaran
banggunan
Gangguan terhadap pelayanan
umum
Meningkatkan erosi dan sedimentasi
Pembuatan dan Pengoperasian Base
Camp
Kesenjangan sosial antara pekerja
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
di daerah yang sempit
Mungkin banyak orang
terkena dampak proyek,
kehilangan sawah irigasi
adalah kehilangan
sumber penghasilan
Areal hutan disekitar
lokasi proyek relatif kecil
Areal perkebunan
disekitar proyek relatif
kecil
Pemindahan penduduk
tidak akan
mengakibatkan
pemukiman gelap
didaerah DAS
Bangunan/fasilitas yang
terkena dampak relatif
sedikit
Tidak dijumpai habitat
sensitif
Tidak terdapat warisan
budaya penting
Bangunan yang terkena
dampak relatif sedikit
x
X
Kebanyakan pekerja
90
dan penduduk lokal
Meningkatnya tekanan dalam
layanan lokal
Kemungkinan pencemaran udara
dan air dari bahan bangunan dan
limbah
x
x
x
x
x
x
x
direkrut secara lokal
Mungkin hanya disekitar
barak utama/pusat
Kemungkinan
pencemaran relatip kecil
dan jumlah pekerja yang
tinggal dibarak pusat
relatif sedikit
Areal yang terkena
dampak relatif
sedikit/sempit
x
x
x
Penurunan kualitas udara
x
3
x
x
x
X
Penyediaan dan Pengoperasian
Quarry
Hilanynya tanah produktif
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
Gangguan kehidupan hewan dan
hilangnya habitat
Meningkatnya kebisingan dan
gangguan debu
Kemungkinan kerusakan banggunan
akibat getaran/peledakkan
Perubahan/penurunan bentang alam
x
x
x
Peningkatan erosi/sedimentasi
Menurunnya kestabilan lereng
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
Tidak mungkin terletak
ditanah
produktif/diusahakan
pada lahan tidak
produktif
Kemungkinan gangguan
yang timbul kecil karena
keberadaan hewan liar
juga kecil, habitat yang
mengalami gangguan
juga kecil
Lokasi proyek mungkin
jauh dari pemukiman
Lokasi proyek mungkin
jauh dari pemukiman
Pengoperasian quarry
akan berdampak
merugikan bagi kualitas
bentang alam
Erosi akan terjadi hanya
di sekitar lokasi quarry
Tidak mungkin terjadi di
91
Hilangnya tanah produktif
x
x
x
x
x
x
Hilangnya tumbuhan penutup dan
habitat sensitif
Perubahan/penurunan kualitas
bentang alam
4
Menurunnya kestrabilan
lereng/erosi
Pengoperasian Tempat
Pembuangan Sampah
Hilangnya tanah produksi
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Lokasi mungkin terletak
di lakasi yang
produktivitasnya rendah,
sedangkan jumlah
buangan relatif kecil
Tidak terdapat
habitat/vegetasi yang
sensitif
Areal yang diperlukan
relatif sedikit/sempit
Bertambahnya
gangguan debu
Tidak mungkin terletak
di areal dengan kualiats
bentang alam tinggi
x
Hilangnya tumbuhan penutup dan
habitat sensitif
Peningkatan erosi/sedimentasi
Peningkatan partikel debu di udara
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Perubahan/penurunan bentang alam
x
5
Pengangkutan Material
Rusaknya prasarana jalan (baik yang
beraspal maupun tidak) dan
bangunan-bangunan
x
x
x
x
areal batuan keras
Mungkin terletak diareal
pertanian tanah
kering/tidak produktif
Mungkin tidak ada
habitat sensitif sedang
vegetasi jarang
Kemungkinan tidak
terletak di areal yang
bentang alamnya
berkualitas tinggi
Lokasi mungkin terletak
di tanah tinggi
x
Sebagian besar rute
kendaraan mungkin
diutamakan melalui
ROW
92
Peningkatan kemacetan lalu lintas
dan bahaya keselamatan lalu lintas
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Meningkatnya gangguan debu
Meningkatnya polusi
suara/menurunnya kualitas udara
Meningkatnya pengotoran jalan dan
bahaya keamanan jalan
6
x
x
X
Pekerjaan Tanah
Menurunnya kestabilan tanah/lahan
x
Meningkatnya erosi dan sedimentasi
Gangguan terhadap aquifer air
tanah
Gangguan jaringan drainase
alam/buatan
7
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Gangguan terhadap
pelayanan/prasarana umum
x
X
x
x
X
Perubahan/penurunan kualitas
bentang alam
x
x
x
x
X
Pekerjaan Bangunan Fisik
Peningkatan kemacetan lalu lintas
dan bahaya keamanan lalu lintas
x
x
x
X
x
x
x
x
x
Diperkirakan banyak
jalan umum yang
terkena dampak
Terlokalisir, tapi dampak
utama mungkin akan
terjadi pemukiman di
jalan-jalan kecil
Terlokalisir, dampak
akan terjadi pada lokasi
yang berdekatan dengan
jalan yang tidak diaspal
Dampak akan terjadi
dekat lokasi jalan masuk
ke proyek
Pembangguanan
tanggul relatif sedikit,
penggalian yang ada
relatif pendek
Tanah relatif dapat
terkikis
Penggalian pada areal
aquifer tidak penting
Masalah utama pada
semua areal dataran
banjir
Dampak potensial/utama
pada saluran penyediaan
air
Kualitas bentang alam
disepanjang alinyemen
jalan rendah
Mungkin hanya akan
terjadi pada jembatan
93
Menurunnya kualiatas air
permukaan kerena masuknya bahan
pencemar
Gangguan kebisingan dan getaran
dari pekerjaan pemancangan
pondasi
9
III
Pelapisan/Pengaspalan
Polusi udara/penurunan kualitas
udara
Tahap Pasca Konstruksi
Perubahan Pola Hidup
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
layang di atas jalan
umum yang ada
Mungkin hanya akan
terjadi di beberapa
persilangan dengan
sungai apabila terletak di
atas aliran air
Gangguan akan terjadi
pemukiman yang
berdekatan dengan
lokasi pemasangan
pondasi
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
Perubahan tata guna lahan
Kemungkinan hilangnya kegiatan
usaha karena pengalihan lokasi
Tekanan sumber daya alam karena
perkembangan wilayah yang tidak
terencana
x
x
x
x
x
Dampak terlokalisir pada
lokasi pengolahan aspal
Penyediaan sarana
prasarana bidang keCipta Karya-an akan
meningkatkan
kesejahteraan dan
kesehatan masyarakay
Sebagian besar kawasankawasan yang belum
tertata menjadi lebih
tertata
Mungkin mempengaruhi
aktivitas bisnis
Mungkin hanya di jalan
keluar masuk tol
(interchange)
94
95
SAFEGUARD LINGKUNGAN
DAN SOSIAL
80
5.1.
Kerangka Safeguard
Pelaksanaan program pada Kegiatan RPIJM ini sangat bermanfaat bagi
masyarakat Kabupaten Nias Barat secara khusus di kawasan yang memiliki potensi
yang didorong pertumbuhannya. Pembangunan tetap di galankkan sesuai dengan
yang direncanakan, untuk menigkatkan pertumbuhan di berbagai sektor.
Kawasan atau lokasi pelaksanaan Kegiatan ini memiliki berbagai potensi yang
berbeda, budaya, aspek sosial, pola kehidupan yang berbeda. Seiring dengan semakin
tingginya tingkat peradaban masyarakat dan pola pikir, serta terarahnya kehidupan
masyarakat di pedesaan, semakin pula mereka merasakan manfaat dari pembangunan
Kabupaten Nias Barat. Semakin Banyaknya program pembangunan semakin banyak
juga dampak negatif bagi masyarakat di area lokasi Kegiatan. Oleh sebab itu pada
pelaksanaan kegiatan ini harus memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dalam
pelaksanaannya.
Perlindungan Lingkungan adalah sebuah upaya ataupun tindakan untuk
melindungi lingkungan dan masyarakat penerima program dari dampak negatif yang
muncul akibat pembangunan prasarana atau fisik.
Perlindungan Sosial adalah sebuah upaya ataupun tindakan untuk melindungi
lingkungan dan masyarakat penerima program dari kerugian sosial dan dampak negatif
yang mungkin muncul yang disebabkan oleh pelaksanaan program. Tujuan
perlindungan Sosial dan Lingkungan adalah :
1. Menjamin tidak adanya dampak negatif dari hasil pelaksanaan program kepada
sosial dan lingkungan.
2. Optimalisasi dampak Positif Pelaksanaan program terhadap sosial dan lingkungan
3. Memastikan kelompok rentan dan masyrakat asli tidak dirugikan dan mendapat
manfaat.
Fokus Kebijakan Perlindungan :
RISIKO
DAMPAK
KONSULTASI
AKUNTABILITAS
KETERBUKAAN
81
5.2.
Landasan Hukum
Pelasanaan Safeguard RPIJM kabupaten Nias Barat memiliki landasan Hukum :
1. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
2. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005
3. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 Tentang Prngadaan Tanajh Untuk
Kepentingan Umum
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang ANDAL
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang UKL-UPL
6.
Tahap selanjutnya penyusunan Dokumen ini yaitu Safeguard Sosial dan
Lingkungan. Berpedoman pada Bab sebelumnya terdapat beberapa Lokasi Studi dan
areal program yang diusulkan pada masing-masing sektor. Prediksi kenyamanan dan
lingkungan dalam pelaksanaan pekerjaan dan studi di lapangan sangat menunjang
kelancaran Program di masing-masing sub sektor. Hal ini dapat dilihat dari geofisikkimia, kualitas Udara, fisiografi, tataguna lahan, dan lain-lain yang dianggap perlu.
5.1.0
Geofisik-Kimia
Iklim
Rencana Investasi bidang PU/Cipta Kabupaten Nias Barat berada di daerah yang
beriklim tropis, temperatur udara rata-rata 26,2. Rata-rata curah hujan perbulan 221,9
mm, musim hujan terbesar terjadi Pada Balan September.
Curah Hujan
Curah hujan bulanan Kabupaten Nias Barat dapt dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Kondisi Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari
di Kabupaten Nias Barat Barat Tahun 2009
Bulan
Januari
Pebruari
Maret
April
M e i
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
Rata-rata
Curah Hujan, Banyaknya Hari Hujan
dan Penyinaran Matahari
Curah Hujan
Hari Hujan
Penyinaran
(mm)
(day)
Matahari (%)
255,5
15
61
96,5
11
56
326,8
17
41
285,6
22
55
176,4
15
70
123,4
10
63
126,3
19
59
260,7
28
51
334,2
27
40
211,1
26
45
231,6
24
43
234,4
26
47
2.662,5
240
631
221,9
20
53
Perbandingan
Rata-Rata
Kelembaban
Udara
90
90
92
91
90
89
90
91
92
92
91
92
1.09
91
82
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias 2011
Suhu Udara
Suhu udara rata-rata maksimum berkisar antara 31.3 0C, sedangkan suhu udara
rata-rata minimum berkisar antara 18.1 0C. Intensitas penyinaran matahari rata-rata
adalah 53 % dimana intensitas penyinaran maksimum sebesar 70 %, yang umumnya
terjadi pada bulan Mei, sedangkan intensitas penyinaran minimum sebesar 40 % yang
umumnya terjadi pada bulan Desember.
Arah dan Kecepatan Angin
Arah angin terbanyak pada umumnya bertiup kearah Utara dengan kecepatan
angin rata-rata 6 knot.
5.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
Pengamatan kualitas udara dan kebisingan pada lokasi Proyek ini dilakukan
pada 3 (tiga) lokasi yang dianggap dapat mewakili dengan mempertimbangkan kondisi
yang ada, seperti jalan dengan lalu lintas padat, jalan dengan lalu lintas tidak padat,
daerah permukiman padat dan ramai serta daerah permukiman yang sepi dan tenang.
Kadar Debu
Secara umum dapat dikemukakan bahwa kandungan partikel debu di wilayah
studi nilainya sangat rendah, dan dari hasil pengamatan langsung di lapangan masih
jauh di bawah ambang batas.
Gas-Gas Buangan Berbahaya
Berdasarkan pengamatan udara di lapangan maka kadar gas-gas buangan
berbahaya dari kendaraan bermotor di wilayah studi umumnya masih rendah dan
masih jauh dibawah nilai ambang batas baku mutu lingkungan yang diijinkan.
Kebisingan
Kebisingan yang diakibatkan oleh suara kendaraan bermotor di wilayah studi
pada umumnya masih sangat rendah dan masih dibawah nilai ambang batas baku
mutu lingkungan.
5.1.3. Fisiografi
Kondisi fisiografi pada lokasi proyek berada pada daerah yang cenderung tinggi
dan sebagian rendah di Kabupaten Nias Barat yang menyebar di semua Kecamatan
yang ada di kawasan tersebut yang umumnya terletak pada elevasi 10,0 - 200,0 m di
atas permukaan laut, kemiringan lahan berkisar antara 0- >40%. Bahkan Kawasan di
hampir lokasi berapada di sekitar pantai.
Rata-rata Lapisan permukaan tanah di Kabupaten Nias Barat adalah tanah lunak
(soft soil). Jenis tanah lebih didominasi oleh jenis tanah alluvial, Podsolik Merah Kuning
dan sebagian kecil Hidromorforik kelabu, regosol, mediteranian merah kuning dan
litosol yang menyebar secara acak. Apabila terjadi peningkatan kadar air tanah ini akan
mengembang disertai dengan peningkatan tekanan air pori dan timbulnya tekanan
pengembang (swelling presure) sedangkan apabila kadar air berkurang akan terjadi
pengerutan. Suatu konstruksi yang dibangun di atas jenis tanah lunak ini, jika tanah
dasarnya terkena air maka tanah tersebut daya dukungnya akan berkurang, tanah
83
menjadi lembek, tidak stabil dan tidak mampu lagi memikul konstruksi di atasnya.
Kondisi ini mengakibatkan kerusakan pada lapisan permukaan jalan dan apabila tidak
diatasi dapat berakibat kegagalan.
Pembentukan tanah alami umumnya masih terlihat di areal permukiman.
Tingkat kemantapan struktur tanah di wilayah studi terutama daerah permukiman
umumnya mempunyai tingkat kemantapan struktur tanah yang relatif rendah.
Perencanaan Teknis di lokasi studi memerlukan pemantapan perencanaan yang
kompatibel dengan kondisi geografis, serta kekokohan design konstruksinya.
5.1.4. Tata Guna Lahan
Secara umum lahan di lokasi studi dan sekitarnya telah banyak dihuni oleh
masyarakat juga merupakan hutan lindung, kawasan tepi Pantai dan kepulauan dan
Lahan Pertanian masyarakat. Kondisi yang ada saat ini Kabupaten Nias Barat, penataan
bangunan dan lingkungannya masih belum tertata dengan baik serta berada pada
geografis yang sangat kritis. Penggunaan lahan Kabupaten Nais Barat pada umumnya
terdiri dari Hutan Sekunder dengan Luas 90.32 Km2 ; Sawah dengan luas 18.82 Km2;
Kebun Campuran dengan luas 115.85 Km2; Perkebunan dengan luas 145.59 Km2;
Perladangan dengan luas 131.81 Km2; Pertanian Lahan Kering dengan luas 23.41 Km2;
Rawa/Gambut dengan luas 1.25 Km2; Semak Belukar dengan luas 6.39 Km2;
Permukiman dengan luas 1.89 Km2 Areal Penggunaan Lainnya dengan luas 8.77 Km2.
5.1.5. Hidrologi
Kualitas air permukaan di Kabupaten Nias Barat umumnya dapat dikatakan
kurang stabil dikarenakan keadaan topografi dimana berbongkah-bongkah dan
membentuk banyak sungai.
Sumber daya air untuk kebutuhan rumah tangga, pada umumnya diperoleh dari
air permukaan/sungai dan sumber air baku serta sebagian kecil masih menggunakan
sumur gali, sehingga fungsi air tanah ini menjadi penting karena fasilitas air bersih
PDAM belum ada di daerah Studi. Sebagai akibatnya kebutuhan air tanah dan air baku
semakin hari semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah pendudukdan
daya konsumsi masyarakat yang relitif tinggi. Akan tetapi ketergantungan masyarakat
pada sungai sebagai sumber air semakin berkurang. Yang terjadi saat ini, masyarakat
lebih dominan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah.
Kondisi exiting drainase yang ada di Kabupaten Nias Barat umumnya masih
berupa drainase alam dan belum mempunyai sistem drainase yang memadai. Hal ini
perencanaan sebelumnya terfokus pada sistem perencanaan yang mitigasi bencana.
Kondisi jaringan drainase tersebut masih kurang terjaga, ada beberapa tempat yang
telah terjadi pendangkalan. Hal ini dapat menyebabkan sering terjadi genangan saat
musim hujan.
5.1.6
Biologi
Kondisi biologi di sekitar Kabupaten Nias Barat terdiri atas flora dan fauna pada
umumnya dan dijumpai adanya satwa maupun vegetasi tertentu yang dilindungi
seperti buaya.
Jenis flora yang dominan di sekitar lokasi studi umumnya berupa jenis tanaman
seperti kelapa, Havea, cocoa, padi dan sebagian tanaman palawija yang merupakan
84
tanaman yang telah diupayakan oleh penduduk. Jenis vegetasi liar yang tumbuh antara
lain berupa semak-semak dan sebagian merupakan tanaman hutan lindung.
Jenis fauna yang dijumpai di sekitar wilayah studi pada umumnya merupakan
satwa binaan manusia, seperti kambing, kerbau, sapi, ayam, itik, babi dan lain-lain.
Satwa liar yang ada antara lain adalah ular, katak dan tikus, Harimau, dan yang paling
banyak adalah Buaya Darat.
5.1.7
Sosial-Ekonomi-Budaya
Pengalaman selama ini dan erdasarkan data sekunder yang telah dikumpulkan
diperoleh gambaran kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat Kabupaten
NiasBarat, sebagai berikut ini:
Sosial-Budaya
Populasi penduduk di lokasi Studi mengalami peningkatan yang signifikan.
Misalnya di sekitar Kawasan Ibu Kota Kabupaten Menurut Sumber BPS tahun 2011 lihat
Tabel......(Bab 2).
Penduduk dikepulauan semakin padat disekitar pantai dengan kegiatan melaut demi
peningkatan penghasilan.
Disamping itu Adat istiadat masih dipegang teguh oleh penduduk kawasan
lokasi studi. Beragam Budaya dan tradisi masih mendarah daging turun temurun.
Kegiatan keagamaan dan pewarisan budaya leluhur tetap diwariskan dengan latihan
yang kontinyu dan meningkatnya jumlah grup dan klup budaya. Penyesuaian diri
terhadap Lingkungan merupakan suatu hal yang mutlak di miliki oleh setiap
pendatang.
Sosial-Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita merupakan gambaran ratarata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses
produksi nilai barang dan jasa. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi
jumlah nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Nias Barat
tahun 2006-2009 cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 4.541.592,43,- per
kapita per tahun pada tahun 2006 menjadi Rp. 6.689.288,57,- per kapita per tahun
pada tahun 2009. Namun bila dilihat PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000,
angka PDRB per kapita Kabupaten Nias Barat tahun 2009 hanya naik sebesar 18,25
persen bila dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu dari Rp.2.672.870,74,- menjadi Rp
3.160.870,41,. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
5.2
PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN DARI SUB PROYEK
Prakiraan dampak dilakukan untuk mendapatkan gambaran besarnya
perubahan kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek baik secara kuantitatif maupun
kualitatif tentang intensitas atau besarnya dampak yang terjadi, yaitu dengan
membandingkan kondisi parameter sebelum dan sesudah proyek dilaksanakan sesuai
dengan pentahapannya. Metode yang dipakai dalam penelaahan besarnya dampak
meliputi :
Metode formal, berdasarkan perhitungan matematik dan statistik dengan
menggunakan rumus-rumus empiris.
85
Metode informal, berdasarkan atas pendekatan analogi, baku mutu lingkungan
atau penilaian para ahli (professional judgement).
Selanjutnya untuk evaluasi dampak, pendekatan yang digunakan adalah dengan
menentukan derajat dampak penting, dengan mengacu kepada Keputusan Kepala
Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
Penilaian tersebut disimpulkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu dampak penting dan
dampak tidak penting.
Penentuan arti dampak pentingnya dampak mengacu pada Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting yang ditetapkan oleh Kepala BAPEDAL No. 056 Tahun 1994
yang mempertimbangkan 7 (tujuh) kriteria sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah manusia yang terkena dampak.
Luas wilayah persebaran dampak.
Lamanya dampak berlangsung.
Intensitas dampak.
Banyaknya komponen lain yang terkena dampak.
Sifat kumulatif dampak.
Berbalik dan tidak berbaliknya dampak.
Dampak potensial yang akan timbul sebagai akibat kegiatan pembangunan dan
pengoperasian program bidang Cipta Karya, diharapkan dampak positif yang
mengguntungkan akan lebih besar dibandingkan dengan dampak negatif yang
merugikan.
Dari tabel 5.3 dibawah ini dapat dilihat indikator yang menunjukkan ada
tidaknya pengaruh antara kegiatan-kegiatan proyek selama tahap pra-konstruksi,
konstruksi dan pasca konstruksi dari program bidang Cipta Karya dengan dampak
potensial yang akan timbul. Tabel ini juga mengevaluasi ciri-ciri serta derajat
pentingnya dampak potensial yang akan timbul, namun belum mengevaluasi tindakantindakan atau cara penangganan dampak untuk meminimalkan dampak yang
merugikan serta meningkatkan manfaat dampak positif.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penilaian dampak lingkungan pada
masing- masing pentahapan mempunyai beberapa karakteristik dampak yang terdiri
dari lama dampak, sifat dampak, luas persebaran dampak, besaran dampak, evaluasi
derajat dampak. Karakteristik yang ada pada masing-masing bagian mempunyai sifat
dan kriteria-kriteria tertentu. Karakteristiksifat dan kriteria pada masing-masing
pentahapan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
5.3
RENCANA MITIGASI DARI DAMPAK LINGKUNGAN
Kriteria evaluasi dampak terdiri atas kriteria penilaian terhadap derajat besaran
dampak dan kriteria penilaian derajat kepentingan dampak terhadap lingkungan.
Kriteria penilaian derajat besaran dampak yang terjadi pada masing-masing komponen
lingkungan ditetapkan dengan besaran dampak besar, sedang dan kecil.
Penentuan derajat besaran didasarkan atas "Profesional Judgement" dengan
mengacu pada besarnya perbedaan atau perubahan kualitas komponen lingkungan
yang terkena dampak, atau membandingkan dengan baku mutu lingkungan yang
ditetapkan, sebelum dan sesudah ada kegiatan. Hal ini dipakai sebagai upaya untuk
pengelolaan lingkungan.
86
Penilaian derajat dampak penting mengacu pada 7 kriteria sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.Kep.056 Tahun 1994
tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting., yaitu :
a. Jumlah manusia yang terkena dampak, yang dibandingkan dengan jumlah manusia
yang menerima manfaat.
b. Luas sebaran dampak, yang dibandingkan dengan luas tapak kegiatan.
c. Lamanya dampak berlangsung, yang dibandingkan dengan lamanya kegiatan
berlangsung.
d. Intensitas dampak,yang diukur terhadap daya toleransi lingkungan yang terkena
dampak, persyaratan baku mutu lingkungan, atau pengaruhnya terhadap polusi.
e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, selain komponen
lingkungan yang terkena dampak langsung.
f. Sifat komulatif dampak, yang menunjukan sifat komulatif dampak yang timbul,
apakah konstan, naik secara konstan atau naik secara eksponensial terhadap
waktu pengaruh dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, yang diukur dengan tingkat kemudahan
pengendalian/pemulihan terhadap dampak yang timbul, atau cepat/lambatnya
pengaruh dampak yang timbul terhadap lingkungan.
87
Tabel 5.2. Kriteria yang Digunakan dalam Penilaian Dampak
Karakteristik Dampak
Lama Dampak
Sifat Dampak
Sebentar
Menegah/sedang
Lama
Sifat Dampak
Luas Persebaran
Dampak
Terbalikan
Tidak terbalikan (permanen)
Sempit
Melebar/menyebar
Besaran Dampak
Luas
Kecil/rendah
Sedang
Evaluasi Derajat Dampak
Besar/tinggi
Tidak Penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Kriteria
Dampak yang mungkin timbul
berlangsung selama kurang dari 2
tahun
Dampak yang mungkin timbul
berlangsung selama 2-5 tahun
Dampak yang mungkin timbul
berlangsung selama lebih dari 5
tahun
Kondisi lingkungan akan segera
kembali ke keadaan semula setelah
sumber dampak berhenti
Dampak bersifat permanen dan tidak
akan kembali kekeadaan semula
Persebaran dampak relatif sempit,
hanya disepanjang alinyemen jalan
dan sekitarnya
Persebaran dampak agak luas
(menyebar kebeberapa lokasi
disepanjang alinyemen jalan)
Persebaran dampak luas (semua
likasi di sepanjang atau dekat
alinyemen jalan)
Besaran dampak/perubahan
lingkungan berskala relatif kecil
Besaran dampak/perubahan
lingkungan berskala sedang
Besaran dampak/perubahan
lingkungan berskala tinggi
Jumlah orang/ lokasi yang terkena
dampak sangat kecil dan nyaris tidak
ada pengaruh pada sumber daya
penting dalam jangka lama
Dampak bersifat terbalikan dan
penduduk yang terkena relatif sedikit
Jumlah orang yang terkena dampak
cukup banyak, pada areal cukup luas
dan dalam jangka waktu agak lama
serta berpengaruh pada sumber
daya yang potensial
Jumlah orang yang terkena dampak
dalam jumlah besar, pada lokasi yang
luas dan berlangsung lama,
berpengaruh pada sumber daya yang
potensial serta perubahan kondisi
lingkungan bersifat mendasar/besar.
88
Tabel 5.3. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Bidang Ke-Cipta Karya-an
I
1
Tahap Pra Konstruksi
Survei Lapangan
Keresahan Masyarakat
(keraguan/ketidakpuasan masa
depan
Munculnya Spekulasi Tanah
Gangguan terhadap kemungkinan
masuknya penghuni liar
x
X
x
x
x
X
x
x
x
X
Pengadaan Lahan untuk Proyek
Pemindahan penduduk
Tekanan sumber penghasilan di
lokasi pemukiman baru
x
x
x
x
x
x
x
x
Penting
Komentar
Mayoritas masyarakat
sudah menyadari akan
manfaat proyek dan
menyetujuinya
Mungkin saat ini terjadi
Kebanyakkan tidak
mungkin terjadi
gangguan didaerah
pedesaan/kebijakkan
ganti rugi tidak
mengakibatkan
masuknya penghuni liar
Tidak ada sumber daya
alam penting di sekitar
lokasi
Kerusakan vegetasi/warisan budaya
2
Cukup Penting
Kurang Penting
Tidak Penting
Evaluasi
Derajat
Pentingnya Dampak
Besar
Sedang
Kecil
Luas
Menyebar
Sempit/Lokal
Tidak Terbalikkan
(permanen)
Lama
Sedang
Sebentar
Kegiatan/Dampak Potensial
Terbalikkan
Karakteristik Dampak Potensial
Sifat
Luas Sebaran
Besarnya
Dampak
Dampak
Dampak
Jangka
Waktu
x
X
Keluarga yang terkena
proyek relatif banyak
Pemungkiman tidak
mungkin terkonsentrasi
89
Hilangnya tanah pertanian terutama
pada pemilikkan lahan kecil
Hilangnya/berkurangnya sumber
daya hutan
Hilangnya/berkurangnya tanah
perkebunan
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
Perkembangan wilayah secara tidak
terencana pada lokasi yang
diperuntukkan
II
1
2
Pemindahan bangunan/fasilitas
umum seperti sekolahan, tempat
pemakaman, tempat ibadah, dll
Tahap Konstruksi
Pembersihan Lahan rencana
program
Hilangnya habitat langka/sensitif
Hilangnya peninggalan/warisan
budaya
Peningkatan kebisingan, getaran
dan debu dari pembongkaran
banggunan
Gangguan terhadap pelayanan
umum
Meningkatkan erosi dan sedimentasi
Pembuatan dan Pengoperasian Base
Camp
Kesenjangan sosial antara pekerja
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
di daerah yang sempit
Mungkin banyak orang
terkena dampak proyek,
kehilangan sawah irigasi
adalah kehilangan
sumber penghasilan
Areal hutan disekitar
lokasi proyek relatif kecil
Areal perkebunan
disekitar proyek relatif
kecil
Pemindahan penduduk
tidak akan
mengakibatkan
pemukiman gelap
didaerah DAS
Bangunan/fasilitas yang
terkena dampak relatif
sedikit
Tidak dijumpai habitat
sensitif
Tidak terdapat warisan
budaya penting
Bangunan yang terkena
dampak relatif sedikit
x
X
Kebanyakan pekerja
90
dan penduduk lokal
Meningkatnya tekanan dalam
layanan lokal
Kemungkinan pencemaran udara
dan air dari bahan bangunan dan
limbah
x
x
x
x
x
x
x
direkrut secara lokal
Mungkin hanya disekitar
barak utama/pusat
Kemungkinan
pencemaran relatip kecil
dan jumlah pekerja yang
tinggal dibarak pusat
relatif sedikit
Areal yang terkena
dampak relatif
sedikit/sempit
x
x
x
Penurunan kualitas udara
x
3
x
x
x
X
Penyediaan dan Pengoperasian
Quarry
Hilanynya tanah produktif
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
Gangguan kehidupan hewan dan
hilangnya habitat
Meningkatnya kebisingan dan
gangguan debu
Kemungkinan kerusakan banggunan
akibat getaran/peledakkan
Perubahan/penurunan bentang alam
x
x
x
Peningkatan erosi/sedimentasi
Menurunnya kestabilan lereng
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
Tidak mungkin terletak
ditanah
produktif/diusahakan
pada lahan tidak
produktif
Kemungkinan gangguan
yang timbul kecil karena
keberadaan hewan liar
juga kecil, habitat yang
mengalami gangguan
juga kecil
Lokasi proyek mungkin
jauh dari pemukiman
Lokasi proyek mungkin
jauh dari pemukiman
Pengoperasian quarry
akan berdampak
merugikan bagi kualitas
bentang alam
Erosi akan terjadi hanya
di sekitar lokasi quarry
Tidak mungkin terjadi di
91
Hilangnya tanah produktif
x
x
x
x
x
x
Hilangnya tumbuhan penutup dan
habitat sensitif
Perubahan/penurunan kualitas
bentang alam
4
Menurunnya kestrabilan
lereng/erosi
Pengoperasian Tempat
Pembuangan Sampah
Hilangnya tanah produksi
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Lokasi mungkin terletak
di lakasi yang
produktivitasnya rendah,
sedangkan jumlah
buangan relatif kecil
Tidak terdapat
habitat/vegetasi yang
sensitif
Areal yang diperlukan
relatif sedikit/sempit
Bertambahnya
gangguan debu
Tidak mungkin terletak
di areal dengan kualiats
bentang alam tinggi
x
Hilangnya tumbuhan penutup dan
habitat sensitif
Peningkatan erosi/sedimentasi
Peningkatan partikel debu di udara
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Perubahan/penurunan bentang alam
x
5
Pengangkutan Material
Rusaknya prasarana jalan (baik yang
beraspal maupun tidak) dan
bangunan-bangunan
x
x
x
x
areal batuan keras
Mungkin terletak diareal
pertanian tanah
kering/tidak produktif
Mungkin tidak ada
habitat sensitif sedang
vegetasi jarang
Kemungkinan tidak
terletak di areal yang
bentang alamnya
berkualitas tinggi
Lokasi mungkin terletak
di tanah tinggi
x
Sebagian besar rute
kendaraan mungkin
diutamakan melalui
ROW
92
Peningkatan kemacetan lalu lintas
dan bahaya keselamatan lalu lintas
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Meningkatnya gangguan debu
Meningkatnya polusi
suara/menurunnya kualitas udara
Meningkatnya pengotoran jalan dan
bahaya keamanan jalan
6
x
x
X
Pekerjaan Tanah
Menurunnya kestabilan tanah/lahan
x
Meningkatnya erosi dan sedimentasi
Gangguan terhadap aquifer air
tanah
Gangguan jaringan drainase
alam/buatan
7
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Gangguan terhadap
pelayanan/prasarana umum
x
X
x
x
X
Perubahan/penurunan kualitas
bentang alam
x
x
x
x
X
Pekerjaan Bangunan Fisik
Peningkatan kemacetan lalu lintas
dan bahaya keamanan lalu lintas
x
x
x
X
x
x
x
x
x
Diperkirakan banyak
jalan umum yang
terkena dampak
Terlokalisir, tapi dampak
utama mungkin akan
terjadi pemukiman di
jalan-jalan kecil
Terlokalisir, dampak
akan terjadi pada lokasi
yang berdekatan dengan
jalan yang tidak diaspal
Dampak akan terjadi
dekat lokasi jalan masuk
ke proyek
Pembangguanan
tanggul relatif sedikit,
penggalian yang ada
relatif pendek
Tanah relatif dapat
terkikis
Penggalian pada areal
aquifer tidak penting
Masalah utama pada
semua areal dataran
banjir
Dampak potensial/utama
pada saluran penyediaan
air
Kualitas bentang alam
disepanjang alinyemen
jalan rendah
Mungkin hanya akan
terjadi pada jembatan
93
Menurunnya kualiatas air
permukaan kerena masuknya bahan
pencemar
Gangguan kebisingan dan getaran
dari pekerjaan pemancangan
pondasi
9
III
Pelapisan/Pengaspalan
Polusi udara/penurunan kualitas
udara
Tahap Pasca Konstruksi
Perubahan Pola Hidup
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
layang di atas jalan
umum yang ada
Mungkin hanya akan
terjadi di beberapa
persilangan dengan
sungai apabila terletak di
atas aliran air
Gangguan akan terjadi
pemukiman yang
berdekatan dengan
lokasi pemasangan
pondasi
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
Perubahan tata guna lahan
Kemungkinan hilangnya kegiatan
usaha karena pengalihan lokasi
Tekanan sumber daya alam karena
perkembangan wilayah yang tidak
terencana
x
x
x
x
x
Dampak terlokalisir pada
lokasi pengolahan aspal
Penyediaan sarana
prasarana bidang keCipta Karya-an akan
meningkatkan
kesejahteraan dan
kesehatan masyarakay
Sebagian besar kawasankawasan yang belum
tertata menjadi lebih
tertata
Mungkin mempengaruhi
aktivitas bisnis
Mungkin hanya di jalan
keluar masuk tol
(interchange)
94
95