PENENTUAN AWAL MASA ‘IDDAH DALAM AKTA CERAI (Studi Komparatif KUA Sumowono dan KUA Tuntang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum ( S.H. )

PENENTUAN AWAL MASA

  ‘IDDAH DALAM AKTA

CERAI

(Studi Komparatif KUA Sumowono dan KUA Tuntang)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum ( S.H. )

  

Oleh:

MUHAMMAD ZUHAD AL AMIN

NIM 21109002

JURUSAN AKHWAL AL - SYAKHSIYAH

  FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

KEMENTERIAN AGAMA

  

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website

  PENGESAHAN Skripsi Berjudul: PENETAPAN AWAL MASA ’IDDAH DALAM AKTA CERAI

  (Studi Komparatif KUA Sumowono dan KUA Tuntang) Oleh: MUHAMMAD ZUHAD AL AMIN NIM. 21109002

  Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari

  Jum‟at, tanggal

  30 September 2016, dan telah dinyatakan telah memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Hukum Islam.

  Dewan Sidang Munaqasyah : Ketua Sidang : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag ...................................

  Sekretaris Sidang : Farkhani, S.H., S.HI., M.H.. ................................... Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, M.Si ................................... Penguji II : ...................................

  Sukron Ma‟mun, M.Si Salatiga, 4 Oktober 2016

  Dekan Fakultas Syariah Dra. Siti Zumrotun , M.Ag.

  NIP.19670115 199803 2 002

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Muhammad Zuhad Al Amin NIM : 21109002 Judul : PENENTUAN AWAL MASA

  ’IDDAH DALAM AKT CERAI (Studi Komparatif KUA Sumowono dan KUA Tuntang)

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 27 September 2016 Pembimbing Farkhani, SH., S.HI., MH.

  NIP. 19760524 200604 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Muhammad

  Zuhad Al „Amin NIM : 21109002 Fakultas

  : Syari‟ah Jurusan : Akhwal Al-Syakhsiyah Judul : PENETAPAN AWAL MASA

  ’IDDAH DALAM AKTA CERAI (Studi Komparatif KUA Sumowono dan KUA Tuntang)

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 27 September 2016 Yang menyatakan

  Muhammad Zuhad Al Amin

PERNYATAAN KESEDIAAN PUBLIKASI

  Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Muhammad

  Zuhad Al „Amin NIM : 21109002 Fakultas

  : Syari‟ah Jurusan : Akhwal Al-Syakhsiyah Judul : PENETAPAN AWAL MASA

  ’IDDAH DALAM AKTA CERAI (Studi Komparatif KUA Sumowono dan KUA Tuntang)

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan di e-repostory

  IAIN Salatiga Salatiga, 27 September 2016

  Yang menyatakan

  Muhammad Zuhad Al Amin

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

  Sungguh Allah yang mengatur rizki kita, namun yang mengatur berkah tidaknya adalah kita sendiri.

  PERSEMBAHAN

  Untuk Ibuku tercinta

  

ABSTRAK

  Al „Amin, Muhammad Zuhad. 2016. PENENTUAN AWAL MASA „IDDAH PADA AKTA CERAI (Studi Komparatif KUA Sumowono dan KUA

  Tuntang

  ) Skripsi Fakultas Syari‟ah Jurusan Akhwal Al-Syakhsiyah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Farkhani, SH., S.HI., MH.

  Kata kunci : penentuan, awal, „iddah

  Penelitian ini berusaha meneliti mengenai perbedaan konsep dalam menentukan awal masa „iddah antara KUA Sumowono dengan KUA Tuntang. Penelitian ini mengkhususkan pada penetapan awal masa

  ‟iddah. Permasalahan

  utama yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu : (1). Bagaimana penentuan awal masa

  „iddah menurut Kompilasi Hukum Islam

  (KHI) ? (2). Bagaimana kesuaian penentuan awal masa

  ‟iddah di KUA Sumowono

  dan KUA Tuntang menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) ? Dalam pembahasan permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan landasan berfikir yuridis empiris.

  Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mencari literatur yang membahas mengenai masalah

  „iddah dan wawancara kepada kepala-kepala KUA beserta karyawan-karyawan di KUA tersebut.

  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa awal masa

  ‟iddah menurut

  KUA Sumowono dihitung sejak tanggal jatuhnya putusan. Sedangkan menurut KUA Tuntang dihitung sejak tanggal putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

  KUA Tuntang dalam menentukan awal masa

  „iddah berdasar pada tanggal atas

  dalam akta cerai atau tanggal dimana jatuhnya putusan yang berkekuatan hukum tetap. Pedomanya adalah kaidah kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Indonesia yang ada pada akta cerai. Dan penggunaan tanggal atas dalam penentuan awal masa

  „iddah lebih aman karena sudah tidak akan ada banding.

  Sedangkan di KUA Sumowono menggunakan Pedoman Fiqh, karena dalam fiqh awal

  „iddah dimulai saat suami mengeluarkan kata-kata talak. Di dalam KHI

  sendiri masa awal

  ‟iddah dimulai setelah penetapan perceraian yang mempunyai

  kekuatan hukum tetap. Putusan pengadilan dikatakan mempunyai kekuatan hukum tetap setelah 14 hari dari pembacaan putusan dan tidak ada banding. pasal tersebut dikuatkan juga oleh pasal 115 dan 123 Kompilasi Hukim Islam (KHI). Maka penggunaan tanggal bawah dalam menentukan

  „iddah di KUA Kecamatan Sumowono tidak sesuai dengan peraturan di Kompilasi Hukum Islam (KHI).

  Sedangkan penggunaan tanggal atas dalam menentukan awal masa

  „iddah di KUA

  Kecamatan Tuntang sudah sesuai dengan peraturan di Kompilasi Hukum Islam (KHI).

  KATA PENGANTAR Assalaamualaikum warokhmatullaahi wabarokaatuh.

  Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada hamba hambanya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia menuju jalan kebenaran dan keilmuan.

  Alkhamdulillaahirobbil”aalamiin, dengan rasa syukur penulis skripsi

  dengan judul

  ”Penetapan Awal Masa ‟Iddah (Studi Komparatif KUA

Sumowono dan KUA Tuntang) ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah

  satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Dalam Hukum pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tanpa ada bantuan dari berbagai pihak baik spiritual maupun material, laporan ini tidak akan mungkin akan selesai sesuai yang ditargetkan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga terwujudnya skripsi ini.

  Adapun pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini adalah:

  1. Kedua orang tuaku tercinta yang memberikanku bimbingan, do‟a dan banyak hal lainya yang tiada henti-hentinya sehingga saya dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi hinga selesai;

  2. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga;

  3. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga;

  4. Bapak Farkhani SH., SH.I., M.H. selaku pembimbing dalam penyusunan sekripsi ini hingga selesai;

  5. Bapak Huda Muttaqin, S.Ag, M.H. selaku kepala KUA Kecamatan Sumowono yang telah membantu penelitian saya di Kantor KUA Kecamatan Sumowono;

  6. Drs. H. IHDAM SUPAMA, M.H. selaku kepala KUA kecamatan Tuntang; yang telah membantu penelitian saya di Kantor KUA Kecamatan Tuntang;

  7. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang dengan tulus dan sabar mendidik dan memberikan ilmunya;

  8. Saudara-saudaraku dan teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan sekripsi ini hingga selesai; Teriring do‟a dan harapan semoga jasa dan amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT, aamiin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca. wassalaamu‟alaikum warakhmatullahi wabarokaatuh.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iv HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................ v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi ABSTRAK …………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................

  1 B. Fokus Penelitian ...........................................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian .........................................................................................

  6 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................................

  7 E. Telaah Pustaka ............................................................................................

  8 F. Penegasan Istilah ..........................................................................................

  9 G. Metode Penelitian ........................................................................................ 11

  H. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 16

  BAB II LANDASAN TEORI A.

  

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN DI KUA KECAMATAN

SUMOWONO DAN KUA KECAMATAN TUNTANG A. Pendapat KUA Kecamatan Sumowono .................................................

  56 c. Penentuan Awal Masa „Iddah di KUA Kecamatan Tuntang … .....

  52 b. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi KUA Kecamatan Tuntang ............

  52 a. Gambaran Umum KUA Kecamatan Tuntang ................................

  50 B. Pendapat Kepala KUA Kecamatan Tuntang .........................................

  „Iddah di KUA Kecamatan Sumowono…

  c. Penentuan Awal Masa

  47

  44 b. Kedudukan, Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan Sumowono .......

  44 a. Gambaran Umum KUA Kecamatan Sumowono ...........................

  b. Macam-macam dan Perhitungan waktu tunggu ...................................... 38

  „Iddah Menurut Fiqh .................................................................................... 17

  „Iddah ............................................................................... 37

  a. Dasar Hukum

  „Iddah .................................................................................... ... 35 B. „Iddah menurut Kompilasi Hukum Islam ................................................... 37

  e. Hikmah

  „Iddah ............................................................. 28

  d. Macam dan Perhitungan

  „Iddah ......................................................................................... 27

  c. Tujuan

  b. Dasar Hukum ........................................................................................... 22

  a. Pengertian ............................................................................................... 17

  60

BAB IV ANALISIS PENENTUAN AWAL MASA

  ‘IDDAH MENURUT

KOMPILASI HUKUM ISLAM

  A. Analisis Penentuan Awal Masa

  „Iddah di KUA Sumowono dan KUA Kecamatan Tuntang Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) ..............

  62 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................

  71 B. Saran .......................................................................................................

  73 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

  75 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Lembar Konsultasi Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Lampiran 3 Daftar Nilai SKK Lampiran 4 Akta cerai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan ikatan yang paling suci dan kokoh antara suami

  dan isteri. Kedudukan perkawinan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan jalan perkawinan yang sah pergaulan antara laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat. Islam sangat mengatur masalah perkawinan dengan amat teliti dan terperinci, untuk membawa umat manusia hidup berkehormatan, sesuai dengan kedudukannya yang amat mulia ditengah-tengah makhluk Allah SWT yang lainya.

  Telah berlaku anggapan kebanyakan pemuda-pemuda, dari dahulu hingga sekarang, mereka ingin kawin lantaran beberapa sebab, diantaaranya:

  1. Karena mengharapkan harta benda

  2. Karena mengaharapkan kebangsawanan

  3. Karena ingin melihat kecantikanya

  4. Karena agama dan budi pekertinya yang baik Maka dari keterangan diatas dapat disimpulkan menikah karena agama itulah yang paling benar. Sehingga akan tercipta satu tali yang amat teguh guna memperkukuh tali persaudaraan antara kaum keraabat laki-laki (suami) dan kaum kerabat perempuan (istri); pertalian itu akan menjadi satu jalan yang membawa kepada pertolong-tolongan, antara kaum (golongan) dan yang lain (Rasjid,1984: 416).

  Rasulullah SAW barsabda :

  

َهبَق ٌََّيَسَٗ ٍَِْٔيَع ُ ّ َاَلَ ىَّيَص ِّىِبَّْىا َِِع َُْْٔع ُ ّ َ َاَلَ ىِضَس َةَشٌْ َشُٕ ىـِبَا َِْع

ِّذىا ِثاَزِب ْشَفْظبَف بٌَِِْْٖذِىَٗ بَِٖىبَََجِىَٗ بَِٖبَسَذِىَٗ بَِٖىبََِى ٍعَبْسَ ِلِ ُةَأْشََْىا ُخـَنُْْح

  ) ٍٔيع قفخٍ (

  َكاَذٌَ ْجَبِشَح ٌِِْ

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda “wanita dikawinkan

karena empat hal, karena hartanya, keturunanya, kecantikanya, dan karena

agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, maka akan memelihara

tanganmu”. (Mutafaq Alaih)

  Islam tidak menutup mata bahwa tidak ada jaminan bahwa sebuah perkawinan dapat berlangsung secara harmonis terus menerus karena yang dipertemukan dalam sebuah rumah tangga adalah dua orang manusia, yang tentu saja memiliki perbedaan-perbedaan, baik latar belakang keluarga, pendidikan maupun kepribadian masing-masing. Terkadang perselisihan antara suami-istri menimbulkan permusuhan, menanam bibit kebencian antara keduanya atau terhadap kerabat mereka, sehingga tidak ada jalan lain, sedang ikhtiar untuk perdamaian tidak dapat disambung lagi maka talaq (perceraian) itulah jalan satu-satunya yang jadi pemisah antara mereka. Apabila konflik tidak dapat diselesaikan dan keutuhan rumah tangga tidak dapat dipertahankan, maka islam memberikan jalan keluar terakhir yaitu perceraian.

  Di dalam Pasal 38 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah disebutkan hal-hal yang dapat memutuskan ikatan perkawinan antara seorang suami dan isteri ada tiga sebab, yaitu kematian, perceraian, dan atas keputusan pengadilan.

  Didalam Hukum Perkawinan Islam apabila terjadi perceraian maka timbullah

  „iddah. „Iddah bermakna perhitungan atau sesuatu yang dihitung.

  Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari haidh atau hari-hari suci pada wanita. Sedangkan secara istilah,

  „iddah mengandung arti masa menunggu

  bagi wanita untuk melakukan perkawinan setelah terjadinya perceraian dengan suaminya, baik cerai hidup atau cerai mati, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan rahimnya atau berpikir bagi suami. Para ulama mendefinisikan

  „iddah

  sebagai masa waktu untuk menanti kesucian seorang istri yang ditinggal mati atau diceraikan oleh suami, yang sebelum habis masa itu dilarang untuk dinikahkan (Nuruddin, 2004: 240), sebagaimana disebutkan dalam Al-

  Qur‟an Surat Al Baqarah ayat 228:

  بٍَ َِ َُۡخ ۡنٌَ َُأ ََُِّٖى ُّوِذٌَ َلََٗ ٖۚ ءُٓٗشُق َتَثََٰيَث َِِِّٖسُفَّأِب َِ ۡصَّبَشَخٌَ ُجََٰقَّيَطَُۡىٱَٗ

ُّقَدَأ َُُِّٖخَىُ٘عُبَٗ ِٖۚشِخٓ ۡلِٱ ًِ ٍَۡ٘ۡىٱَٗ ِ َّللَّٱِب ٍَِِّ ۡؤٌُ َُِّم ُِإ ٍَِِِّٖبَد ۡسَأ ًِٓف ُ َّللَّٱ َقَيَخ

ِٖۚفُٗش ۡعََۡىٱِب ٍََِِّٖۡيَع يِزَّىٱ ُوۡثٍِ ََُِّٖىَٗ ٖۚب ٗذََٰي ۡصِإ ْآُٗداَسَأ ُِۡإ َلِى ََٰر ًِف َِِِّّٕدَشِب

ٌٌٍِنَد ٌضٌِضَع ُ َّللَّٱَٗ ٞۗ تَجَسَد ٍََِِّٖۡيَع ِهبَجِّشيِىَٗ

  

Artinya: "Wanita-wanita yang di talaq hendaklah menahan diri (menunggu)

tiga kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan

Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat.

Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika

mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak

yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi

  

para suami, mempunyai satu tingkatan lebih daripada istrinya. Dan Allah

Maha perkasa lagi Maha bijaksana." (Kementerian Agama, 2007: 36).

  „Iddah disyariatkan bagi perempuan tersebut karena dalam hukum „Iddah

  mengandung banyak kemaslahatan yang kembali kepada suami isteri, keluarga, dan masyarakat. Kemaslahatan

  „iddah adalah untuk melindungi dan

  memelihara keturunan dari ketercampuran dari laki-laki lain yang akan dinikahi.

  „Iddah adalah hal yang sangat penting karena menyangkut sah dan

  tidaknya suatu pernikahan, hingga dalam dalam suatu masalah juga menyangkut sah dan tidaknya anak.

  „Iddah menyangkut jangkauan masa.

  Maka diperlukan perhitungan dalam menentukanya. Yang dimaksud jangkauan masa adalah awal sampai akhir. Kapan awal dimulai awal

  „iddah

  dan kapan

  „iddah itu selesai. Dalam Al Qur‟an banyak dijelaskan mengenai

  jangkauan masa

  „iddah. Sedangkan dalam KHI Pasal 153 ayat 4 berbunyi:

  Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang mempunyai kekuatan hukum tetap, sedangkan bagi perkawinan yang putus karena kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak kematian suami. Jadi dalam penentuanyapun tinggal mencari awal jatuhnya masa „iddah.

  Redaksi kalimat dalam Model A.III.3 (akta cerai) adalah sebagai berikut : “Panitera Pengadilan Agama/ Mahkamah Syari‟ah*) . Ambarawa . . . . . . . . . menerangkan, bahwa pada hari ini . . Jumat . . . , tanggal 04 Oktober 2013 M, bertepatan dengan tanggal . . 29 Dzulqa‟dah 1434 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .H, berdasarkan . . Putusan Pengadilan Agama Ambarawa. . . . . . . . . . . . . . Nomor. . 0592/Pdt.G/2013/PA.Amb. tanggal . . 2 September 2013. . . . M, yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, telah terjadi perceraian antara: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  Kalimat diatas terdapat dua tanggal, yaitu tanggal atas 04 Oktober 2013 dan tanggal bawah 2 September 2013. Dalam pelaksanaanya di KUA Kecamatan Sumowono dan KUA Kecamatan Tuntang terdapat perbedaan dalam menentukan awal masa

  „iddah. Di KUA Sumowono awal masa „iddah

  dihitung berdasar tanggal bawah sedangkan di KUA Tuntang awal masa

  

„iddah dihitung berdasar tanggal atas dalam akta cerai. Selisih antara tanggal

  atas dan bawah dalam akta cerai tidak pasti, paling cepat dua minggu dan bisa sampai berbulan-bulan.

  Selisih inilah yang menjadi pertanyaan, karena jika penentuan awal masa

  

„iddah-nya berbeda maka akhir „iddah-nyapun akan berbeda. Apabila di

  KUA Sumowono yang menggunakan tanggal bawah, maka akhir masa

  „iddah

  jatuh lebih cepat dibandingkan KUA Tuntang. Permasalahannya timbul ketika janda akan menikah lagi. KUA Sumowono awal masa

  „iddah jatuh di

  tanggal 2 September 2013 sedangkan di KUA Tuntang yang lebih lama jatuh pada tanggal 04 Oktober 2013.

  Untuk mengetahui perbedaan dalam menetapkan perhitungan awal masa

  

„iddah di KUA Sumowono dan KUA Tuntang maka penulis merasa tertarik

  untuk melakukan penelitian dengan judul “PENENTUAN AWAL MASA

  „IDDAH DALAM AKTA CERAI (Studi komparatif KUA Sumowono dan KUA Tuntang)” B.

   Fokus Penelitian

  Dalam proses penelitian ini penulis akan berusaha untuk mencari, meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai penetapan awal masa

  „iddah

  dari segi materi maupun dalam tataran praktis di lingkungan KUA ataupun di lingkungan masyarakat.

  Pada dasarnya kurangnya pengetahuan mengenai aturan mengenai pernikahan terutama dalam masalah

  „iddah dapat mempengaruhi sah dan

  tidaknya pernikahan seseorang. Untuk itu membutuhkan peran serta para ulama dan pemerintah khususnya dalam menyalurkan ilmunya dan menerapkan suatu aturan yang sudah ada agar mereka yang kurang memahami terhindar dari suatu perzinahan.

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana penentuan awal masa

  „iddah menurut Kompilasi Hukum

  Islam (KHI)?

  2. Bagaimana kesesuaian penentuan awal masa

  „iddah di KUA Sumowono

  dan KUA Tuntang dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI)? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan Penyusunan skripsi ini adalah:

  1. Untuk mengetahui kesesuaian penentuan awal masa

  „Iddah menurut

  Kompilasi Hukum Islam (KHI)

  2. Untuk mengetahui kesesuaian penentuan awal masa

  „Iddah di KUA

  Sumowono dan KUA dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI) D.

   Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan yang penulis harapkan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Secara teoritis

  Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk memperkaya wacana keilmuan dalam bidang Hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, khususnya dalam masalah penetapan awal masa

  „iddah dan diharapkan memberi

  pemahaman baru yang lebih komprehensif mengenai penetapan awal masa

  „iddah.

  b. Secara Praktis

  1. Secara praktis diharapkan dari kajian ini dapat dijadikan pola pengembangan wacana baru mengenai penentuan awal masa

  „iddah.

  2. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan sebagai sumbangan ilmu hukum pada khususnya, terutama terhadap masalah yang berkaitan dengan penetapan awal masa „iddah.

  3. Sebagai bahan dan penelitian awal untuk dilakukan penelitian- penelitian selanjutnya mengenai Penentuan awal masa

  „iddah.

E. Telaah Pustaka

  Masalah kontemporer merupakan permasalahan menarik untuk diperbincangkan, selain aktual juga merupakan realita yang harus dihadapi dan menjadi tantangan tersendiri bagi bagi para ilmuwan dan ulama. Permasalahan-permasalahn itu selalu muncul seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman.

  Berdasarkan beberapa literatur yang penyusun telusuri, ada beberapa skripsi dan buku yang relevan dengan judul yang dibahas. Skripsi dan buku- buku yang dimaksud diantaranya: skripsi yang dengan judul Analisis Komparatif Tentang Metode Penetapan Masa Iddah dalam KHI dan UU Nomor 1 Tahun 1974 karya Romadhonul Akhir pada tahun 2013. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa sebaiknya masa

  „Iddah dimulai setelah adanya

  keputusan pengadilan tentang terjadinya perceraian dinyatakan di depan sidang pengadilan. Kedua, skripsi yang disusun oleh Muhammad Fahmi Rois pada tahun 2013 dengan judul Penentuan Awal Masa

  „Iddah menurut

  Kompilasi Hukum Islam (KHI). Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa awal masa

  „iddah menurut fiqh dimulai setelah kata-

  kata talaq diucapkan tanpa perlu adanya persidangan sedangkan menurut KHI awal masa

  „iddah dimulai sejak ada keputusan yang tetap dari Pengadilan Agama. Dari beberapa karya ilmiah yang telah penyusun telusuri belum ada yang secara jelas mengemukakan masalah

  „iddah di dua KUA, dengan

  pembahasan yang lebih mendalam terhadap penentuan awal

  „iddah. Oleh

  karena itu penyusun tertarik mencoba membahas masalah tersebut dengan beberapa literatur yang dapat mendukung terselesaikannya penyusunan penelitian. Besar harapan dapat menghasilkan karya ilmiah yang baik.

F. Penegasan Istilah

  Agar di dalam penulisan ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah di yang dugunakan dalam penulisan skipsi ini. Istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut diantaranya:

  1. Pengertian

  „Iddah

  Kata „Iddah berasal dari bahasa arab ةذع; "waktu menunggu". Secara terminologi

  „iddah adalah masa tunggu bagi wanita yang

  ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk memungkinkan melakukan perkawinan lagi dengan laki-laki lain (Basyir, 1996: 86).

  Seluruh kaum muslimin sepakat atas wajibnya

  „iddah. Pada sebagian landasan pokoknya diambil dari Kitabullah dan Sunnah Rasul.

  Yang diambil dari kitabullah adalah ayat berikut ini:

  ٍءُْٗشُق َتَثَ َث َِِِّٖسُفَّْبِب َِْصَّبَشَخٌَ ُثبَقِّيَطَُْىاَٗ

  Artinya: Wanita-wanita yang ditalaq hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali kuru‟ (QS. 2: 228).

  Sedangkan yang berasal dari Sunnah Rasul adalah sabda Nabi kepada Fatimah binti Qays, “Ber-‟iddah-lah engkau di rumah Ibn Ummi

  Maktum.” Pembahasan ini mencakup persoalan „iddah seorang wanita yang ditalaq atau di-fasakh nikahnya oleh suaminya,

  „iddah wanita yang

  ditinggal mati suaminya,

  „iddah wanita yang dicampuri karena syubhat,

  penyucian diri wanita zina, dan

  „iddah wanita yang suaminya menghilang (Mughniyah, 1994: 190).

  Lamanya masa tunggu sangatlah beerfariasi, tergantung pada kondisi seseorang wanita itu ketika bercerai dengan suaminya. Seorang wanita yang ditinggal mati suaminya

  „iddah-nya berbeda dengan wanita

  yang dicerai suaminya. Begitu pula seorang wanita yang dicerai suaminya dalam keadaan hamil berbeda dengan wanita ayang dicerai dalam keadaan hamil dan wanita belum digauli berbeda

  „iddah-nya dengan wanita yang sudah digauli.

  2. Pengertian penentuan awal masa

  „Iddah

  Penulis membedakan antara penentuan dan penetapan, karena menurut penulis KUA hanya sebagai instansi yang menentukan tanggal dimulainya awal masa

  „iddah sedangkan yang menetapkan tanggalnya yang berkekuatan hukum tetap adalah Pengadilan Agama.

  Pengertian awal masa

  „iddah adalah penentuan kapan hari pertama

  seseorang menyandang masa

  „iddah. „Iddah yang ingin dibahas pada penelitian ini adalah

  „iddah bagi seoarang wanita yang putus

  perkawinanya karena cerai gugat (

  khulu‟). Dalam akta cerai gugat

  terdapat dua tanggal yaitu tanggal atas dan tanggal bawah. Tanggal atas adalah tanggal pembacaan ikrar talaq atau tanggal putusan yang berkekuatan hukum tetap, sedangkan tanggal bawah adalah tanggal jatuhnya putusan.

G. Metode Penelitian

  Metode penelitian yang akan penyusun gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

  1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field

  research ) dalam pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan

  kualitatif deskriptif, yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu, wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen/ study documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat, dan saling menyempurnakan (Sukmadinata, 2005: 108).

  2. Kehadiran Peneliti Penelitian dan pengumpulan data-data di KUA Sumowono di dan

  KUA Tuntang dimulai tanggal 14 Juni 2015 sampai selesainya penyusunan laporan hasil penelitian.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di KUA Sumowono dan KUA

  Tuntang. Adapun alasan pemilihan tempat adalah karena keduanya terkait dengan masalah penentuan awal masa

  „iddah. Upaya peningkatan

  dan pemahaman mengenai Hukum Islam dan khususnya mengenai penetapan awal masa

  „iddah harus secara berlanjut dikembangkan. Agar

  tidak terjadi kesenjangan antara norma hukum positif dan norma yang berkembang di masyarakat.

  4. Sumber Data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari objek yang diteliti.

  Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata, tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis, foto, dll) (Moleong, 2007: 157). Sumber data tersebut adalah Akta cerai gugat yang ada di KUA Sumowono.

  Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:

  a. Data Primer Data atau informasi yang diperoleh langsung dari orang-orang yang terlibat atau mengetahui seluk beluk persoalan. Masukan data ini diperoleh data melalui wawancara kepada Kepala KUA Sumowono dan Kepala KUA Tuntang dan para pihak yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan di KUA Sumowono dan KUA Tuntang.

  b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya Al-

  Qur‟an, Hadits, kitab kitab ringkasan, buku-buku literatur, internet, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Buku-buku referensi ialah koleksi buku yang memuat informasi yang spesifik, paling umum, serta paling banyak dirujuk untuk keperluan cepat. Yang termasuk buku-buku referensi diantaranya kamus, baik umum ataupun biografi, buku indeks, buku biografi yang berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu, dan sebagainya (Mestika, 2004: 10).

  5. Prosedur Pengumpulan Data Metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan, yaitu: a. Metode wawancara mendalam (depth interview)

  Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview guide, yaitu cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara lengsung daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang langsung pula dari para responden (Koentjaraningrat, 1986: 138).

  Adapun wawancara yang dilakukan ditujukan kepada Kepala KUA Sumowono dan Kepala KUA Tuntang.

  b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada, berkaitan dan relevan. Dalam melaksanakan metode ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, peraturan rapat, catatan harian, agenda kegiatan, dan sebagainya (Arikunto, 1995: 236). Metode ini digunakan untuk memperoleh data, sejarah, dan seluk beluk yang terkait dengan KUA Sumowono dan KUA Tuntang.

  c. Metode Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Sedangkan teknik observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah terjun langsung ke lapangan yang akan diteliti.

  6. Analisis Data Setelah data terkumpul, penyusun berusaha mengklarifikasikan untuk menganalisis, sehingga diperoleh kesimpulan akhir. Adapun metode analisis data yang akan dipakai untuk menganalisis dalam pembahasan ini adalah, data kualitatif dengan menggunakan metode berfikir deduksi yaitu: analisa dari data-data yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap beberapa kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat.

  Teknik pemeriksaan, yaitu dalam penelitian ini harus terdapat kredibilitas yang dibuktikan dengan ketekunan pengamat, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit kepastian.

  Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validasi data. Untuk menjamin validitas data akan dilakuakn triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 330).

  Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan atau tidak. Dengan demikian data yang diperoleh dari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda.

  8. Tahap-tahap Penelitian

  Tahap-tahap yang dilakukan dalam Penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan Penelitian seperti pembuatan proposal Penelitian, mengajukan surat ijin Penelitian, menetapkan fokus Penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan Penelitian.

  b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan secara teoritis mengenai penentuan awal masa

  „iddah di KUA Sumowono dan KUA Tuntang.

  c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dan mengambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti.

  d. Tahap penulisan laporan, yaitu jika semua data telah terkumpul dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan Peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan (Moloeng, 2008: 127-148).

H. Sistematika Pembahasan

  Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan terpadu dalam pembahasan penelitian ini, penyusun membagi kedalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai:

  1. BAB I berisi pendahuluan untuk mengantarkan pembahasan skripsi secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari delapan sub bab: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

  2. Bab II akan dideskripsikan tinjauan umum tentang

  „iddah. Bab ini

  terdiri dari beberapa sub bab, antara lain: pengertian dan dasar hukum

  „iddah, tujuan dan hikmah disyariatkannya „iddah, macam-macam „iddah, hak dan kewajiban perempuan dalam masa „iddah, pendapat

  ulama tentang „ iddah.

  3. BAB III memuat uraian tentang data dan temuan yang dapat diperoleh di KUA Sumowono dan KUA Tuntang, hasil wawancara dengan kepala KUA berupa pemahaman mendalam mengenai penentuan awal masa „iddah.

  4. BAB IV akan diberikan analisis terhadap Penentuan Awal Masa

  „iddah

  di Indonesia menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) (Studi Komparatif KUA Sumowono dan KUA Tuntang), yang berisi hasil wawancara dengan kepala KUA Sumowono dan Kepala KUA Tuntang, pemahaman tentang penetapan awal masa

  „iddah, analisis terhadap

  kesesuaian konsep penentuan awal masa

  „iddah menurut Fiqh dan Kompilasi Hukum Islam.

  5. BAB V sebagai penutup akan diberikan kesimpulan akhir disertai dengan saran-saran.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ‘IDDAH A.

   ‘Iddah Menurut Fiqh

  Bagi istri yang putus hubungan perkawinan dengan suaminya baik karena di talak atau karena ditinggal mati suaminya, mempunyai akibat hukum yaitu

  „iddah. Keharusan ber-„iddah merupakan perintah Allah yang

  dibebankan kepada bekas istri yang telah dicerai. Untuk memudahkan pembahasan kita mengenai „iddah, maka akan diterangkan pengertian, dasar hukum, macam- macam dan perhitungan „iddah, sebagai berikut:

1. Pengertian ‘Iddah

  „Iddah merupakan kewajiban yang harus dijalani oleh perempuan

  yang putus perkawinannya. Pengertian

  „iddah dikelompokkan menjadi

  dua yaitu:

  a. Secara Etimologi

  „Iddah adalah bahasa arab yang yang berasal dari akar kata „adda- ya‟uddu- „iddatan dan jamaknya adalah „idad, secara arti kata

  (etimologi) berarti menghitung atau hitungan. Kata ini digunakan untuk maksud

  „iddah karena dalam masa itu si perempuan yang ber- „iddah menunggu berlalunya waktu (Syarifudin, 2006: 303).

  Wahbah Zuhaili mengemukakan:

  تغى ًٕٗ : ُءبَصْد ْ َا , ىَيَعبَِٖىبََِخْشِ ِلَ ِدَذَعْىا ٍَِِ ٌةَرُ٘خْأٍَ

  ِشُْٖشَ ْلَاَِٗا ِءاَشْقَلِا ِدَذَع Artinya: “„Iddah secara bahasa adalah menehan, terambil dari kata Adad (bilangan) karena mencakup atas bilangan dari

beberapa quru‟ dan beberapa bulan menurut kebiasaan.”

  Sayyid Sabiq (1987: 150) memaparkan:

  ةّذعىا : ُءبَصْد ْ ا ِدَذَعْىا ٍَِِ ٌةَرُ٘خْأٍَ : ْةأْشََىا ٍِِٔصْذُح بٍ يَأ

  ِءاَشْق ْلِاَٗ ًِبٌَّلِا ٍِِْ ُُّٓذُعَحَٗ Artinya: “„Iddah terambilkan dari kata „Adad, artinya menghitung, maksudnya perempuan yang menghitung hari- harinya dan masa bersihnya.”

  Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli fiqh tersebut dapat dipahami bahwa pengertian

  „iddah dari segi bahasa berasal dari kata „adda yang berarti bilangan, menghitung, dan menahan.

  Maksudnya perempuan menghitung hari- harinya dan masa bersihnya setelah diceraikan suaminya.

  b. Secara Terminologi Kata „iddah dalam bahasa Arab berasal dari kata al-„add yang berarti “perhitungan”. Dalam Terminologi syari‟ah, „Iddah berarti jangka waktu tertentu yang ditentukan Allah setelah perceraian ketika seorang wanita tidak boleh menikah hingga ia melewati masa tersebut (Kamal, 2007: 257). Menurut Sayuti Thalib, pengertian kata „iddah dapat dilihat dari dua sudut pandang: 1) Dilihat dari segi kemungkinan keutuhan perkawinan yang telah ada, suami dapat rujuk kepada istrinya. Dengan demikian, kata

  „iddah dimaksudkan sebagai suatu istilah hukum yang

  mempunyai arti tenggang waktu sesudah jatuh talak, dalam waktu mana pihak suami dapat rujuk kepada istrinya.

  2) Dengan demikian dilihat dari segi istri, masa „iddah itu akan berarti sebagai suatu tenggang waktu dalam waktu mana istri belum dapat melangsungkan perkawinan dengan pihak laki-laki lain. (Nurrudin, 2004: 241).

  „Iddah adalah masa tunggu wanita yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk memungkinkan melakukan perkawinan lagi dengan laki-laki lain (Basyir, 1996: 86).