KONSEP HATI PERSPEKTIF AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

KONSEP HATI PERSPEKTIF AL-GHAZALI

DALA M KITAB IHYA’ ULUMUDDIN

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

NURNGALIYAH NOVIYANTI

111-12-228

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

َذَسَف ْدَذَسَف اَرِإَٗ ُُّٔيُم ُذَسَجْىا َخَيَص ْذَذَيَص اَرِإ ًخَغْعٍُ ِذَسَجْىا ِٜف َُِّإَٗ َلََأ ُتْيَقْىا ََِٜٕٗ َلََأ ُُّٔيُم ُذَسَجْىا

  

Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah

tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal

darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah

segumpal darah tersebut adalah hati.”

  

PERSEMBAHAN

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang

maha mulia, Yang mengajar manusia dengan pena,

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-

  ‟Alaq 1-5)

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13)

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

  

(QS : Al-Mujadilah 11)

Alhamdulillah...Alhamdulillah...Alhamdulillahirobbil‟alamin...

  

Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan

Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirMu telah Kau jadikan aku manusia yang

senantiasa berfikir, berilmu, beriman, dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini.

Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita

besarku.

  Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk: 1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Nurcholis) dan ibu (Ngatini) yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.

  2. Suamiku (Robith Muhmmad) yang memberiku semangat dan membimbingku dalam setiap hal dan untuk putri kecilku yang memberiku motivasi 3. Keluarga besarku yang selalu mendoakan keberhasilanku.

4. Teman sejawat saudara seperjuangan PAI angkatan 2012. "Tak ada tempat

  

terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbai

k”.

KATA PENGANTAR

  Assala mu‟alaikum Wr.Wb.

  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Sholawat serta salam semoha tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di institut Agama islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  

ABSTRAK

  Noviyanti, Nurngaliyah. 2017. Konsep Pendidikan Hati Perspektif Sufisme (Al Imam Al Ghazali) Dalam Kitab Ihya‟ Ulumuddin . Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Pembimbing: M. Farid Abdullah, S.Pd.I. M.Hum.

  Kata Kunci: Konsep Pendidikan Hati, Sufisme (Al Imam Al Ghazali),

  Ihya‟ Ulumuddin

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui konsep pendidikan hati perspektif sufisme (Al Imam Al Ghazali) dalam kitab Ihya‟ Ulumuddin . Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana konsep pendidikan hati perspektif Al Ghazali? (2) Bagaimana relevansi konsep pendidikan hati perspektif Al Ghazali dalam konteks pendidikan kekinian?

  Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun referensi yang menjadi sumber data primer yaitu dari kitab Ihya‟ Ulumuddin karya Imam Al Ghazali.

  Setelah penelitian ini dilakukan, penulis memperoleh hasil bahwa Konsep pendidikan hati menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya

  Ihya‟ Ulumuddin: (1)

  Menyembuhkan hati yang sakit dan meghidupkan hati yang mati: Senantiasa berdzikir, membaca Al- Qur‟an, mendirikan shalat malam, membangun hidup zuhud, memperbanyak ingat mati. (2) Memelihara Hati yang sehat: Pemeliharaan dapat dilakukan melalui proses penyadaran hati melalui dzikir, proses dzikir yang rutin diharapkan akan semakin menguatkan kecerdasan dan kelembutan hati.

  Proses yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga agar terhindar dari penyakit hati Sementara itu, pemikiran Al Ghazali tentang konsep pendidikan hati sampai saat ini tetep relevan terbukti dengan adanya Undang-Undang dan

  Peraturan Pemerintah yang masih mencantumkan upaya-upaya mendidik hati bangsa Indonesia pada masa modern ini. Seperti halnya Imam Al Ghazali dalam mendidik hati sesuai dengan zaman anak tersebut dan tidak bersifat yang mutlak. Dari ini pendidikan hati bersifat dinamis dan dapat diimplikasikan nilai-nilai dari konsep pendidikan hati tersebut pada zaman kekinian dan masih relevan.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ........................................................................................ ii NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. v MOTTO ................................................................................................................. vi PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................... x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 E. Metode Penelitian............................................................................. 5 F. Penegasan Istilah .............................................................................. 7

  G.

  Sistematika Penelitian ...................................................................... 9

  BAB II : BIOGRAFI AL GHAZALI A. Nama Lengkap Al Ghazali ............................................................. 11 B. Pendidikan Al Ghazali ................................................................... 11 C. Guru-guru Al Ghazali .................................................................... 14 D. Murid-murid Al Ghazali ................................................................ 15 E. Karya-karya Al Ghazali ................................................................. 16 F. Wafat Al Ghazali............................................................................ 20 G. Kitab Ihya‟ Ulumuddin .................................................................. 20 BAB III :DESKRIPSI PEMIKIRAN AL GHAZALI TENTANG PENDIDIKAN HATI DALAM KITAB IHYA‟ ULUMUDDIN A. Pendidikan Hati Perspektif Al-Qur‟an ........................................... 24 1. Pengertian Pendidikan .............................................................. 24 2. Pengertian Hati ......................................................................... 25 B. Pendidikan Hati Perspektif Al Ghazali ........................................ 27 1. Definisi Hati, Ruh, Nafsu, dan Akal ........................................ 27 2. Kekhususan Hati Manusia........................................................ 31 3. Sifat-sifat Hati Manusia ........................................................... 35 4. Sebab-sebab Hati itu Sunyi dari Ilmu ...................................... 42 5. Keadaan Hati Dikaitkan dengan Ilmu Akal, Agama, Dunia dan Akhirat...................................................................................... 47 6. Perbedaan antara Ilham dan Belajar, dan Perbedaan antara Jalan Orang Shufi dan Orang Ahli Teori ................................. 54

  7. Yang Dapat Merusak Hati ........................................................ 55 a.

  Was-was (godaan syetan) ................................................... 55 b. Penyebab Masuknya Syaitan Kedalam Hati ...................... 56 c. Mencegah Masuknya Syetan Kedalam Hati ...................... 61

  BAB IV :ANALISIS PENDIDIKAN HATI PERSPEKTIF AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA‟ „ULUMIDDIN A. Analisa Pendidikan Hati Perspektif Al Ghazali ............................. 64 1. Pembagian Hati Menurut Al Ghazali ....................................... 65 2. Menyembuhkan, Menghidupkan dan Memelihara Hati........... 75 3. Prinsip Pendidikan Hati ........................................................... 78 B. Relevansi Pendidikan Hati Perspektif Al-Ghazali Dikaitkan dengan Konteks Kekinian ........................................................................... 81 BAB V :PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 84 B. Saran ............................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia beragama dituntut teguh hidup di tengah modernitas. Karena

  agama dan modernitas melahirkan dua kecenderungan yang bertolak- belakang. Sebagian kalangan menganggap kebebasan di era modern sebagai sesuatu yang harus dihargai, sementara nilai-nilai agama menghendaki kontrol maksimal dalam setiap perilaku umat(RADEN, 2011).Penulis berpendapat, di jaman modern yang telah tercampur dengan masuknya arus globalisasi, sebuah pendidikan yang ada dalam suatu negara seperti negara Indonesia ini hati merupakan salah satu tameng kita untuk mampu bertahan dalam ketatnya persaingan dunia pendidikan.

  Dalam kehidupan dunia, setiap manusia mau tidak mau, harus mengalami suatu proses untuk kembali atau menyambut akhir hidupnya dengan membawa keyakinan yang bulat dan mantap tentang Tuhan. Keyakinan itu sangat penting bagi manusia, karena kepada-Nya manusia itu kembali. Untuk kembali dengan keyakinan yang benar dan selamat inilah, setiap manusia dituntut untuk memanfaatkan akal pikirannya berdasarkan arahan dan petunjuk qalbu (hati). Di dalam qalbu itu Allah SWT bersemayam.

  Rasulullah SAW bersabda bahwa “hati orang mukmin adalah bayt (Rumah) Allah‟.(Derajat, 2013: 1).Dari penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa hati jauh lebih penting daripada otak.Otak seringkali dikehendalikan oleh hawa nafsu, sehingga menjadi liar.Sementara hati, memiliki suara halus, jujur, dan selalu condong pada kebenaran.

  Allah berfirman dalam Al- Qur‟an:

  ا ب اًسُ٘فَغ َِِٞث ََّٗ ْلِْى َُبَم َِّّٔئَف َِِٞذِى َصْاُُّ٘٘نَر ُِئَُْنِسُ٘فُّ ِٚف ب ََِث ٌَُيْػَأ ٌُْنُّثَس ) ٕ٘ أشسلإا(

  Artinya:

  “Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang- orang yang bertaubat”(QS Al-Israa‟: 25)

  Agar terhindar dari kesesatan menuju kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

  َذ َسَف ْدَذَسَف اَرِإَٗ ُُّٔيُم ُذَسَجْىا َخَيَص ْذَذَيَص اَرِإ ًخَغْعٍُ ِذَسَجْىا ِٜف َُِّإَٗ َلََأ ُتْيَقْىا ََِٜٕٗ َلََأ ُُّٔيُم ُذَسَجْىا

  Artinya: Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah

seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah

  (HR. Bukhari dan Muslim) (Bukhari, t.t.:21) hati.” Hati yang dalam bahasa Arabnya disebut Qalbun dan dalam bahasa

  kita disebut kalbu, mengandung makna berbolak-balik atau berubah-ubah. Hal ini memang merupakan hal yang sangat nyata sekali, sebab ada kemungkinan pada pagi hari , hati kita bermaksud begini, tiba-tiba pada sore harinya berubah. Kadang-kadang perubahan itu sedemikian cepatnya secepat kilat menyambar.

  Seorang wali sufi, Syekh Abdul Qadir al-Jailani , menulis, “Hati kita adalah cermin yang sudah dipoles. Kita harus membersihkan lapisan debu yang sudah menempel di atasnya hingga bening karena hati kita ditakdirkan untuk merefleksikan cahaya rahasia- rahasia ilahi.”

  Karena itulah, hati yang telah dibersihkan oleh Allah SWT akan menumbuhkan ketenangan dalam hidup dan meraih kesuksesan dunia akhirat.

  Khudori Sholeh menyatakan bahwa manusia adalah miniature semesta.Semua wujud tergambar dalam dirinya. Tulang ibarat gunung,daging ibarat tanah, rambut ibarat tumbuhan, kepala ibarat langit dan indera adalah bintang-bintang. Aku katakana bahwa dalam dirimu banyak alat yang sibuk melayanimu tanpa henti tetapi engkau sendiri melupakannya, tidak memperhatikan dan tidak berterimakasih atas jerih payahnya. (Soleh, 2009: 5)

  Pengetahuan tentang anatomi tubuh serta tata kerja masing-masing bagian adalah ilmu yang mulia. Lebih dari itu, pengetahuan tentang hati akan menggiring kepada pengetahuan tentang keagungan dan sifat-sifat Tuhan. Siapa yang tidak mengetahui dirinya sendiri tap mengklaim orang lain, ia seperti orang miskin yang kekurangan makan tapi mengaku mampu member makan seluruh penduduk kota.

  Setelah mengetahui bahwa hati adalah essensi diri dan dengan itu kamu mampu naik untuk berkawan dengan malaikat, tetapi kamu tetap menurutkan nafsu-nafsu rendah duniawi, kehancuranlah yang akan kamu terima (2009: 138-140).

  Beranjak dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, maka penulis mencoba menyusun sebuah skripsi dengan mengangkat judul tentang KONSEP HATI PERSPEKTIF SUFISME AL GHAZALI DALAM

  KITAB IHYA’ ULUMUDDIN B.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan penulis ungkap guna untuk mempermudah dalam proses penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana Konsep Pendidikan Hati Perspektif Al Ghazali? 2.

  Bagaimana Relevansi Konsep Pendidikan Hati Perspektif Al Ghazali Dalam Konteks Pendidikan Kekinian? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  MengetahuiKonsep Pendidikan Hati Perspektif Al Ghazali.

  2. Mengetahui Relevansi Konsep Pendidikan Hati Perspektif Al Ghazali Dalam Konteks Pendidikan Kekinian.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1.

  Memberikan kontribusi pemikiran tentang konsep pendidikan hati yang implementatif

2. Manusia mampu menempatkan dirinya dimanapun dia berada 3.

  Apabila manusia mengetahui hatinya, maka ia akan mengetahui dirinya; apabila ia mengetahui dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Library Research.Riset kepustakaan

  (Library Research) atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Mestika Zed, 2004:3).

2. Sumber Penelitian

  Sumberdata dalam penelitian ini ada dua macam: a Sumber data primer

  Sumber data primer dalam penelitian pustaka ini adalah salah satu karya Al Ghazali, yaitu kitab

  Ihya‟ Ulumuddin

  b Sumber data sekunder

  Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini, Merupakan data-data yang digunakan sebagai pendukung dari data primer, diantaranya: 1)

  Syeikh Al Iman Abdullah Ba Alawi Al Hadad. Penyejuk Hati Penawar Jiwa .

  2) Al Imam Al Ghazali. Bidayatu al-Hidayah. 3) Safrudin Aziz. Pemikiran Pendidikan Islam. 4) Suparlan.Mendidik Hati Membentuk Karakter. 5) Robert Frager. Obrolan Sufi. 6) RedjaMudyaharto. Filsafat Ilmu Pendidikan.

  7) AbuddinNata. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. 8) KhudoriSoleh. Skeptisme Al-Ghazali. 9) MestikaZed. Metode Penelitian Kepustakaan. 10) Buku-buku pendukung lainnya.

  3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode Dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto

  (2010:274) Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.

  4. Metode Analisis Data Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi atau content analysis. Analisis isi adalah metode yang digunakan untuk menganalisis teks, sifatnya terus terang dan mengandung makna yang tersurat (Sarosa, 2012:71).

  Krippendroff mendefinisikan Content Analysis sebagai metode yang replikabel dan valid untuk membuat inferensi-inferensi khusus dari sebuah teks pada pernyataan-pernyataan lain dari sumbernya (Emzir, 2011:285).

F. Penegasan Istilah 1.

  Konsep Pendidikan Hati a Konsep

  Ide atau kesimpulan yang didasarkan atas generalisasi (Dali, 1982: 38). Selain itu ada juga yang mengartikan bahwa konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 1989: 45). b

  Pendidikan M. Sobry Sutikno (2014: 185) berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secra aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. c

  Hati Hati yang dalam bahasa Arabnya disebut Qalbun dan dalam bahasa kita disebut kalbu, mengandung makna berbolak-balik atau berubah-ubah

  (Syeikh Al Iman Abdullah, 1999: 124). Menurut Muhammad Zaen, Qalb (hati) ibarat pagar antara halal dan haram, antara pengaruh setan dan pengaruh malaikat, dan pagar antara dunia dan akhirat. Al Ghazali menegaskan, hati adalah raja yang mengatur dan mengarahkan semua anggota badan, baik akal, nafs, mata, telinga dan tubuh manusia.Pernyataan ini menggambarkan bahwa hati adalah substansi yang menjadi kendali perilaku, baik atau buruknya dengan demikian sangat tergantung pada kualitas hati (Suparlan, 2015:19).

  2. Perspektif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(2007:864) Perspektif didefinisikan sebagai cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya). Bisa diartikan pula sebagai sudut pandang atau pandangan.

  3. Sufisme Gagasan dan konsep yang berhubungan dengan upaya mencapai derajat kesempurnaan manusia dengan mengikuti teladan Nabi

  Muhammad Saw (Chittick, 2000: 19) 4. Al Ghazali

  Beliau memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Ta‟us Ahmad al-Tusi al-Shafi, lahir pada tahun 450H atau 1058M, disebuah desa kecil bernama Ghazalah Thabaran, bagian kota Tus, wilayah Khurasan. Wafat tahun 1111 M di Tus, Persia.

5. Ihya‟ Ulumuddin

  Sebuah kitab monumental karya Imam Al Ghazali yang sangat terkenal dan telah dibaca oleh berbagai kalangan.Oleh ulama-ulama Fuqaha, kitab ini dijadikan rujukan standar dalam bidang fiqh. Sedangkan oleh para sufi, kitab ini memuat materi-materi pokok yang tidak boleh ditinggalkan. Ilmu fiqh dan tasawuf terdapat dalam kitab ini, sehingga menjadikan

  Ihya‟ sebagai kitab yang sangat hebat, karena di dalamnya terangkum berbagai jenis ilmu.

  G.

  Sistematika Penulisan Penelitian Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.Hal ini bertujaun agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Bab terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan skripsi. BAB II: BIOGRAFI AL GHAZALI Bab ini menjelaskan tentang riwayat hidup Al Ghazali, pendidikannya, guru-gurunya, murid-muridnya, karya-karyanya, dan deskripsi singkat tentang kitab Ihya‟ Ulumuddin.

  BAB III: DESKRIPSI PEMIKIRAN AL-GHAZALI Bab ini menjelaskan tentang pendidikan hati Perspektif Al Ghazali.

  BAB IV: ANALISIS PENDIDIKAN HATI PERSPEKTIF AL GHAZALI Bab ini menjelaskan tentang Analisis Pendidikan Hati Perspektif Al Ghazali serta relevansi Pendidikan Hati Perspektif Al Ghazali dikaitkan dengan konteks kekinian. BAB V: PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran,daftarpustaka, danlampiran- lampiran

BAB II BIOGRAFI AL GHAZALI A. Nama lengkap, kelahiran, dan karakteristik (watak) Beliau memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Ta‟us Ahmad al-Tusi al-Shafi, lahir pada tahun 450H atau

  1058M, disebuah desa kecil bernama Ghazalah Thabaran, bagian kota Tus, wilayah Khurasan (Safrudin, 2015: 97).Al-Ghazali adalah ulama besar dalam bidang agama(Husayn, 1999:177).Orang tua al-Ghazali bukan berasal dari orang berharta tetapi hanya sebagai pemintal wol (ghazzal). Sehingga penisbahan nama al-Ghazali karena pekerjaan orang tuanya sebagai pemintal wol (ghazal) (Safrudin, 2015: 97).

  Dia sangat berakhlak, zuhud, sederhana, toleran, dan pemaaf. Itulah hal-hal yang membuatnya begitu terhormat dalam sejarah manusia (Husayn, 1999: 177-179).

B. Pendidikan Al Ghazali

  Latar belakangpendidikannya dimulai dengan belajar Al- Qur‟an pada ayahnya sendiri. Sejak kecil al-Ghazali memang orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, orang yang suka mencari kebenaran yang sebenarnya sekalipun kondisi beliau yang tidak menguntungkan dan selalu diterpa duka namun hal tersebut tidak menggoyahkan semangat beliau untuk mencari ilmu pengetahuan (Safrudin, 2015: 97-98).

  Dimasa kecil al-Ghazali mengaji sebagian kecil dari ilmu fiqih kepada Ahmad Muhammad ar Radzikaniy kemudian setelah itu dia menuju Naisabur dan menetap di kediaman Imam Al-

  Haramain Abu al Ma‟aliy al Juwainiy (Al- Ghozali, 2013: 403). Terdapat dalam buku lain yang mengatakan pendidikan awal al-Ghazali di tempuh di Tus, meliputi pelajaran al-Quran, Hadis, mendengarkan kisah tentang para ahli hikmah, dan menghafal puisi cinta mistis. Pada usia 15 tahun pergi ke Mazzardaran, Jurjan, untuk melanjutkan studinya dalam bidng fiqh dibawah bimbingan Abu Nashr al-

  Isma‟ili. Disini tinggal selama 2 tahun (Khudori, 2009: 19). Selepas dari Jurjan, ia melanjutkan pendidikannya ke kota Nishabur dan belajar kepada Imam Haramain Diya‟uddin al-Juwaini. Disinilah dia belajar beraneka ragam cabang ilmu seperti ilmu ushul, mantiq, retorika, logika dan ilmu kalam. Bahkan beliau juga sudah mulai belajar filsafat (Safrudin, 2015:98). Kemudian diangkat menjadi asisten gurunya dan mengajar pada madrasah Nizhamiyah di Nasabur (Khudori, 2009: 19). Namun setelah guruny al-Juwaini meninggal, al-

  Ghazali melanjutkan pendidikannya ke daerah Mu‟askar dan menetap selama lima tahun. Berkat kelebuhan intelektual yang dimilikinya, al-Ghazali kemudian diangkat menjadi guru besar di perguruan tinggi Nizhamiyah, tepatnya pada usia 43 tahun. Pada posisi ini ia menjadi orang besar dan pejabat serta terkenal diseluruh negeri.

  Meskipun kelebihan kedudukan dan harta sudah digenggamnya, ia tetap tidak merasa puas. AlGhazali kemudian meninggalkan kemewahan yang telah diperolehnya dan melanjutkan pengembaraannya menuju dunia sufi dan mengasingkan diri ke Damaskus (Safrudin, 2015: 98-99).

  Setelah sekian lama dalam pengasingan spiritual, setelah meyakinkan dirinya bahwa “kaum sufilah orang yang menempuh jalan kepada Tuhan secara benar da n langsung”, dan setelah merasa mencapai tingkat tertingi dalam realitas spiritual, al-Ghazali merenungkan dekadensi moral dan relijius pada komunitas kaum muslimin saat itu (Khudori, 2009: 21). Ia kemudian kembali mengajar di Madrasah Nizhamiyah di Nasabur sebagai penerimaan tawaran Fakhrul Mulk (Putra dari Nizhamul Muluk) (Safrudin, 2015: 99).

  Nizham al Mulk benar-benar kagum melihat kehebatan beliau ini dan berjanji akan mengangkatnya sebagai guru besar di Universitas yang didirikannya di Baghdad. Peristiwa ini terjadi pada tahun 484 atau 1091M (Abuddin, 2001:83).

  Hadirlah ia dengan membawa perbaikan yang sangat besar. Orang- orang pun mencoba mengujinya dan keluarlah ucapan-ucapannya dengan sangat lancar sehingga kharismanya menjadi besar bahkan mengalahkan charisma para pejabat dan menteriDan dia pun meninggalkan semua itu di belakang punggungnya, berangkatlah dia ke Bait Allah al Haram di Makkah al Mukarramah. Berangkatlah ia menunaikan ibadah haji pada bulan Dzul Hijjah tahun 488 H dan dia mengangkat saudaranya sebagai penggantinya untuk mengajar di Baghdad.

  Dia memasuki kota Damaskus- sekembalinya menunaikan ibadah haji pada tahun 489 H. menetap disana sebentar kemudian menuju Bait al Maqdis. Dia pun mengunjunginya beberapa waktu lalu kembali lagi ke Damaskus dan beri‟tikaf di menara sebelah barat masjid Jami‟ dan disanalah dia bermukim.

  Secara kebetulan suatu hari dia memasuki madrasah al Aminah dan menemukan sang kepala berkata:”Al-Ghozali berkata …”dimana sang kepala sedang mengupas perkataan al-Ghazali. Maka al-Ghazali khawatir akan timblnya kebanggan dalam dirinya dan dia pun kemudian meninggalkan kota Damaskus. Lalu berkelana ke berbagai negeri sehingga dia memasuki negeri Mesir dan menuju ke Iskandariyah, bermukim disana beberapa waktu.

  Dikatakan, bahwa dia berkeinginan untuk melanjutkan perjalanan menghadap Sultan Yusuf bin Tasyifin, raja Maroco, ketika dia mendengar berita tentang keadilanyya, namun sampai pula berita tentang kematiannya. Lalu kemudian dia melanjutkan pengembaraannya ke berbagai negeri sampai dia kembali ke Khurasan, mengajar di Madrasah Nizhamiyah di Nisabur sebentar lalu kembali ke Thus. Dia menjadikan rumahnya sebagai madrsah bagi para ahli fiqh, mengkaji tentang kesufian dan membagi waktunya untuk berbagai tugas seperti mengkhatamkan Al-Quran, berdiskusi dengan para ulama, mengkaji untuk para penuntut ilmu, melanggengkan shalat, puasa dan ibadah-ibadah yang lain sampai dia beralih kepada rahmat dan keridlaan Allah swt.

C. Guru-guru Al Ghazali

  Imam al Ghazali dalam perjalanan menuntut ilmunya mempunyai banyak guru, diantaranya guru-guru imam Al Ghazali sebagai berikut :

1. Abu Sahl Muhammad Ibn Abdullah Al Hafsi, beliau mengajar imam Al Ghazali dengan kitab shohih bukhori.

  2. Abul Fath Al Hakimi At Thusi, beliau mengajar imam Al Ghazali dengan kitab sunan abi daud.

  3. Abdullah Muhammad Bin Ahmad Al Khawari, beliau mengajar imam Ghazali dengan kitab maulid an nabi.

  4. Abu Al Fatyan „Umar Al Ru‟asi, beliau mengajar imam Al Ghazali dengankitab shohih Bukhori dan shohih Muslim (M. Hasan, 2006:267).

D. Murid-murid Al Ghazali

  Imam Al Ghazali mempunyai banyak murid, karena beliau mengajar di madrasah nidzhamiyah di Naisabur, diantara murid-murid beliau adalah :

  1. Abu Thahir Ibrahim Ibn Muthahir Al- Syebbak Al Jurjani (w.513 H).

  2. Abu Fath Ahmad Bin Ali Bin Muhammad Bin Burhan (474-518 H), semula beliau bermadzhab Hambali, kemudian setelah beliau belajar kepada imam Ghazali, beliau bermadzhab Syafi‟i. Diantara karya- karya beliau al ausath, al wajiz, dan al wushul.

  3. Abu Thalib, Abdul Karim Bin Ali Bin Abi Tholib Al Razi (w.522 H), beliau mampu menghafal kitab ihya‟ „ulumuddin karya imam Ghazali.

  Disamping itu beliau juga mempelajari fiqh kepada imam Al Ghazali.

  4. Abu Hasan Al Jamal Al Islam, Ali Bin Musalem Bin Muhammad Assalami (w.541 H). Karyanya ahkam al khanatsi.

  5. Abu Mansur Said Bin Muhammad Umar (462-539 H), beliau belajar fiqh pada imam Al Ghazali sehingga menjadi „ulama besar di Baghdad.

6. Abu Al Hasan Sa‟ad Al Khaer Bin Muhammad Bin Sahl Al Anshari Al

  Maghribi Al Andalusi (w.541 H). beliau belajar fiqh pada imam Ghozali di Baghdad.

  7. Abu Said Muhammad Bin Yahya Bin Mansur Al Naisabur (476-584 H), beliau belajar fiqh pada imam Al Ghazali, diantara karya-karya beliau adalah al mukhit fi sarh al wasith fi masail, al khilaf.

  8. Abu Abdullah Al Husain Bin Hasr Bin Muhammad (466-552 H), beliau belajar fiqh pada imam Al Ghazali. Diantar karya-karya beliau adalah minhaj al tauhid dan tahrim al ghibah (M. Hasan, 2006: 268).

E. Karya- karya Al Ghazali

  Al-Ghazali adalah ulama yang produktif dalam menulis, tidak diragukan lagi. Seperti pendapat yang dikemukakan Dr.Sulaiman Dunya, menyebutkan bahwa karya tulis Imam al-Ghazali mencapai 300 buah karangan. betapa rajinnya al-Ghazali menulis (selama 30 tahun, diselingi 10 tahun pengembaraan) sejak umur 25 tahun sampai 55 tahun ia telah menulis sebanyak 300 buah karya, dapat dibayangkan betapa kesanggupan dan kesungguhan hatinya, kekerasan dan kemampuan dalam berkarya, (rata-rata setiap bulan satu karya terilis).

  Prof.Djamilur Rahman dan Prof. F.s. ginali membagi tulisan al- Ghazali menjadi enam kelompok: 1.

  Hukum Fiqh 2. Ilmu Hukum dan Pengalaman Hukum 3. Logika

4. Filsafat 5.

  Ethika/Akhlak 6. Tasawuf

  Secara garis besar al-Ghazali terbagi dalam empat bidang: Ilmu Kalam, Falsafah, Batiniyah, Tasawuf (Ahmad, 2011:24-25).

  Dalam buku lain mengatakan bahwa al-Ghazali meninggalkan pusaka yang tak dapat dilupakan oleh umat muslin khususnya dan dunia umumnyadengan karangan-karangan yang berjumlah hamper 100 buah banyaknya. Diantaranya kitab “ihya” yang kami alih- bahasakan ini, terdiri dari empat jilid besar, yang kiranya disampaikan Allah SWT. Akan kami jadikan dari tiap jilid asalnya menjadi dua jilid dalam bahasa Indonesia.

  Dalam kalangan agama di negeri kita ini tak ada yang tak mengenal kitab Ihya‟ Ulumuddin, suatu buku standard, terutama tentang akhlaq.

  Sementara itu Dr.Amir Abd Al-Amir Syamsudin mengatakan terdapat perbedaan pendapat disekitar jumlah buku karangan al-Ghazali, hitungan jumlah buku al-Ghazali mendekati kebenaran antara lain diberikan oleh Abs Rohman al-Badawi, buku yang benar-benar dapat disebut sebagai karangan al- Ghazali 69 buah yaiu: 1.

  Kitab al-ta‟liqat fi furu alz fi madzhabab 2. Al-Mausbul fi al-Ushul 3. Al-Basith fi al-Ushul 4. Al-Basith 5. Al-Wajiz

6. Khulashah al-mukhatashar wa Nuqawh al-Mukhtasbar 7.

  Al-Muntabul fi ilm al-Jadal 8. Ma‟akhidz al-khilaf 9. Lubab al-Nadzar 10.

  Tahsin al-ma‟akhidz fi ilm khilaf 11. Kitab al-mabadi wa al-ghayah 12. Syifa al-ghalil fi al-qiyas w al-ta‟lil 13. Fatwa al-Ghazali 14. Fatwa 15. Ghayah al-Ghaur fi dirayah al-Dur 16. Muqhasid al-filsafah 17. Talsafut al-falasifah 18. Miyar al-ma‟qul 19. Miyar al-imfi fann al-mantiq 20. Mibak al-nazrfi al-mantiq 21. Mizan al-amal 22. Al-mustadzhiri fi al radd ala al-batiniyah 23. Hujat al-haq 24. Qawashim al-batiniyah 25. Al-Iqtisbad fi al-ittiqad 26. Al-risalah al-qudsiyah fi qawaid al-aqaid 27. Al-mu‟arif al-aqliyah 28. Ikhya‟ ulum al-din

  29. Fi mas‟akulli mujtahid masib 30.

  Jawab li al-Ghazali „an da‟wah al-ma‟ayyad al-mulklabu li muawwidah al tadris bi al-nidzamiyah

  31. Jawab mufasal al-khilaf 32.

  Jawab al-masail 33. Jawab al-masail al-arba‟a al-atisa alhu al-batiniyah bil hamdan min al- ayaikh li ajl Abi Hamid Muhammad bi Muhammad al-Ghazali

  34. Al-Maqsud al-asnasyarh asma Allah swt. Al-Husna 35.

  Risalah fi raju asma Allah swt. Il zat wahidah ala ra‟yi al-mu‟tazilah wa al-falsafah

  36. Bidayatu al-hidayah 37.

  Al-Wajiz fi al-Fiqh 38. Jawabil al-Qur‟an 39. Al-arbain fi usul ad-din 40. Al-madlnun bihi ala ghair ahlihi 41. Al-madlnun bihi al-jawadil 42. Al-Darj al-marqum bin al-jawadil 43. Al-Qithas al-mustaqim 44. Faisal al-taeriqiyah bain al-Islam wa al-zindiQiyah 45. Al-qannu al-qulli fa al-ta‟wil 46. Kimiy sa‟adah 47. Ayyuha al-walad 48. Nasihat al-Mulk

49. Zad akhirat 50.

  Al-Risalah 51. Risalah ila ba‟di ahl al-dzikr 52. Misykatul anwar 53. Tafsir yaqut al-ta‟wil 54. Al-kasyf wa al-tabyin fi gharur al-khalq ajmain 55. Tablis iblis 56. Al-munqidz min al-Dlalal wa al-mufhasa (Ahmad, 2011:26-28) F.

   Wafatnya Al Ghazali

  Ibn „Asakir mengatakan bahwa Al Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali berpulang ke Rahmatullah pada hari Senin tanggal 14 Jumadil Akhirah tahun 505 H, dan dikebumikan di Zhahir yaitu salah satu kawasan dari Thabran. Semoga Allah mengkhususkan baginya ilmu yang diterima di dunianya berkat karunia-Nya.

  Ibn Juzi di dalam kitab Al-Muntazihim mengatakan bahwa salah seorang murid Al Ghazali pernah bertanya kepadanya sebelum ia wafat, “Berwasiatlah kepadaku!” Maka Al Ghazali menjawab, “Kamu harus berpegang teguh pada keihkhlasan!”.Dan Al Ghazali mengulang-ngulang kata-katanya itu sampai dia meninggal dunia (Al Ghazali, 2007: 13).

G. Kitab Ihya’ Ulumuddin

  Ihya ‟ Ulumuddinialah karya terpenting Al Ghazali. Para fuqoha

  menilai buku ini hampir mendekati Al Qur ‟an. Jika, semua kitab yang dikarang tentang Islam dimusnahkan sehingga yang tertinggal hanya kitab

  ihya ‟, maka manusia telah mendapat ganti dari semua kitab yang

  hilang(Husayn, 1999: 177).

  Kitab ini terdiri atas 40 bab dan bab demi bab tersebut membahas permasalahan yang berbeda terkait dengan amalan ibadah seperti ilmu dan belajar, akidah, rahasia bersuci, salat, dzikir, doa, hingga bahasan lain seprti hiburan telinga dan hati, celaan terhadap dunia dan mengingat mati yang dilengkapi dengan ayat- ayat Al Qur‟an dan Hadis.

  Kitab

  Ihya‟ Ulumuddin terdiri dari 40 bab, diantaranya sebagai berikut: 1.

Bab I Ilmu dan Belajar 2. Bab II I‟tikad (Akidah) 3. Bab III Rahasia Thaharah (Bersuci) 4. Bab IV Rahasia Shalat dan Tugas-tugasnya 5. Bab V Rahasia-Rahasia Zakat 6. Bab VI Rahasia-Rahasia Puasa 7. Bab VII Rahasia Haji dan Pengamalannya 8. Bab VIII Membaca Al- Qur‟an 9. Bab IX Zikir dan Doa 10. Bab X Wirid-Wirid 11. Bab XI Adab Makan dan Minum 12. Bab XII Adab Nikah 13. Bab XIII Adab Pencaharian dan Penghidupan 14. Bab XIV Halal dan Haram 15. Bab XV Etika Persahabatan

  Mengasingkan Diri (Uzlah) 17.

16. Bab XVI

  Bab XVII Bepergian 18. Bab XVIII As-Sama ‟ dan Al-Wajdu 19.

  Bab XIX Amal Ma‟ruf & Nahi Munkar 20. Bab XX Adab Mencari Nafkah dan Akhlak Kenabian 21. Bab XXI Keajaiban Hati 22. Bab XXII Melatih Nafsu 23. Bab XXIII Mematahkan Syahwat Perut dan Kemaluan 24. Bab XXIV Kejelekan-kejelekan Lisan 25. Bab XXV Kejelekan Marah, Dengki dan Dendam 26. Bab XXVI Kejelekan Dunia 27. Bab XXVII Kejelekan Cinta Harta dan Sifat Kikir 28. Bab XXVIII Jeleknya Kedudukan dan Riya‟ 29. Bab XXIX Kejelekan Sifat Sombong dan Membanggakan Diri 30. Bab XXX Kejelekan Tipu Daya Setan 31. Bab XXXI Tobat 32. Bab XXXII Sabar dan Syukur 33. Bab XXXIII Harapan dan Rasa Takut 34. Bab XXXIV Kemiskinan dan Zuhud 35. Bab XXXV Tauhid dan Tawakal 36. Bab XXXVI Cinta, Rindu dan Ridla 37. Bab XXXVII Niat, Ikhlas dan Berkata Benar

  Pengawasan Diri dan Pemeriksaannya 39.

38. Bab XXXVIII

  Bab XXXIX Tafakur (Berpikir) 40. Bab XXXX Mengingat Mati dan Sesudahnya Dari 40 bab tersebut, penulis terfokus untuk meneliti tentang Pendidikan hati yang diambil dari bab 21 tentang Keajaiban Hati.

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN AL GHAZALI TENTANG PENDIDIKAN HATI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN A. Pendidikan Hati Perspektif Al-Qur’an Pendidikan hati pembahasannya masih terimplisit dalam pendidikan

  iman, pendidikan jiwa, dan wujdaniyah. Terimplisitnya pendidikan hati dalam aspek pendidikan lain dapat dipahami sebab banyak ulama yan menyamakan hati dengan akal atau jiwa.

  Dalam upaya mengonsepkan pendidikan hati, secara spesifik akan dimulai dengan merumuskan makna pendidikan hati.

1. Pengertian Pendidikan

  Pendidikan padanan makna tarbiyah secara bahasa mempunyai asal makna tumbuh (nama), berkembang (nasyaa), dan memperbaiki (ashlaha). Secara bahasa pendidikan dapat diartikan cara atau perbuatan yang diarahkan untuk menumbuhkembangkan dan memperbaiki potensi manusia.

  Pendidikan secara istilah sering didefinisikan berbeda, sesuai dengan falsafah, tujuan, dan sosiokultural dimana pendidikan mau digunakan.

  a.

  Rahib al-Isfahani Pendidikan/ tarbiyah adalah mengembangkan sesuatu setahap demi setahap sampai tercapai kesempurnaan. b.

  Najar Tarbiyah berarti menumbuhkembangkan potensi individu sedikit demi sedikit dengn latihan-latihan sampai potensi individu tersebut dapat mencapai kesempurnaan.

  c.

  John Dewey “Education is all one growing, it has no end beyond it self”.

  Pendidikan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penumbuhan, dan pendidikan tidak punya tujuan akhir dibalik dirinya.

  Pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya mengoptimalkan perkembangan potensi manusiawi, kecakapan hidup, dan sikap kepribadian individu menuju tercapainya kesempurnaan dan kedewasaan. Pendidikan yang orientasinya adalah sebagai proses penumbuhan, perbaikan dan penyempurnaan untuk tercapainya kebaikan mustamiroh, baik dalam situasi pergaulan, pengajaran, latihan-latihan, dan bimbingan.

2. Pengertian Hati

  Hati menjadi wadah pengetahuan yang haqqul yakin yang telah teruji kebenarannya oleh akal (Suparlan, 2015: 89-91).

  a.

  Ibnu Katsir Hati adalah tempat bergantungnya kemunafikan sebagaimana bergantungnya keimanan. Hati adalah rahasia dari rahasia-rahasia yang tidak diketahui hakikatnya yang tersembunyi didalamnya, kecuali oleh Allah SWT. Karenanya, aqidah manusia dan segala yang dikerjakannya, yang baik ataupun yang buruk, semuanya merujuk pada segumpal daging (mudghat) yang ada di dalam tubuh (Azmi, 2006: 4).

  b.

  Asy-Syahudi Hati merupakan tuan dan kepala dari seluruh anggota badan manusia, pikiran bagi hati adalah bagaikan daun telinga bagi pendengaran.

  c.

  Wiyono Hati adalah ibarat cermin, hati tempat berkaca tentang baik atau buruk, dan hati tidak dapat dibohongi betapapun kita mencoba merasionalkan perbuatan buruk seperti baik, maka hati tetap akan mengatakan itu adalah buruk (Suparlan,2015: 8).

  Berdasarkan pengertian pendidikan dan pengertian hati di atas, dapat diartikan pendidikan hati adalah upaya sadar dan sistematis untuk menumbuh kembangkan, memelihara, dan memperbaiki potensi hati agar hati mencapai kesempurnaan, terjaga serta menjadi hati yang sehat (qolbun salim).

  Proses mendidik hati meliputi usaha menumbuhkembangkan, memperbaiki, dan menjaga. Menumbuhkembangkan yang dimaksut adalah melatih dan membiasakan hati secara terus menerus untuk membiasakan melihat dengan hati, memikirkan dengan hati, memahami dengan hati, meyakini dengan hati dan memilih dengan hati.

  Proses menjaga dan merawat hati agar tetap baik, digambarkan pada beberapa ayat al- Qur‟an: 1.

  Hati yang sudah baik jangan dibiarkan mengikuti orang yang lalai.

  2. Diupayakan untuk membatasi penglihatan mata pada lawan jenis agar hati terjaga kebersihannya.

  3. Meningkatkan kualitas dzikir agar hati semakin tuma‟ninah pada kebenaran.

  4. Merenungkan kekuatan Allah pada takdir kehidupan dan kematian untuk menjaga kebersihan hati.

B. Pendidikan Hati Perspektif Al-Ghazali 1.

  Definisi Hati, Ruh, Nafsu dan Akal a.

  Definisi Hati Perkataan yang pertama, hati itu dikatakan secara umum dengan dua arti, yaitu: 1)

  Hati dengan arti daging yang berbentuk buah shanubar yang diletakkan pada sebelah kiri dari dada.

  Yaitu: daging yang khusus, dan di dalamnya ada lobang, dan di dalam lobang itu ada darah yang hitam yang menjadi sumber ruh dan tambangnya. 2)

  Hati dengan arti sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniyah (kerohanian). Dia mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani (yang bertubuh) ini. Hati yang halus itulah hakikat manusia. Dialah yang mengetahui yang mengerti yang mengenal dari manusia. Dialah yang diajak bicara, yang disiksa, yang dicela dan dituntut. b.

  Definisi Ruh Ruh (nyawa) dan ruh itu juga dikatakan secara umum dengan dua arti, yaitu: 1)

  Tubuh yang halus sumbernya adalah lobang hati yang jasmani, lalu tersebar dengan perantara urat-urat yang merusak kebagian-bagian badan lainnya. Dan perjalanan ruh pada badan, banjir-banjirnya cahaya-cahaya kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran, dan penciuman dari padanya atas semua anggotanya itu menyerupai banjirnya cahaya dari lampu yang diputar di sudut-sudut rumah.

  Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai ke suatu bagian rumah melainkan ia bersinar dengan cahaya itu.

  2) Yang halus dari manusia yang mengerti lagi mengetahui dari manusia, dan itulah yang kami jelaskan mengenai salah satu arti hati dan itulah yang dikehendaki oleh Allah

  Ta‟ala dengan firman- Nya:

  ْا َِ ْٞ ُز ُأ ب ِّث َأ ِْ ُحٗ ُّشىا ُق ُّشىا َػ َل َّ٘ َؤ ُى ْس ِؼى ِرٗ َس ٍْ ٍِ ْي ٌِ ٍِّ ٌ َٗ ٜ ِو َٗ َٝ ٍَ ِِ

  ِش ِحٗ ) ٥٘ :ءاشسلَا(

  ًل َق َّلَ ِي ْٞ ِإ

  Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.

  Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit ".

  (QS.Al-Isra: 85). Ruh adalah urusan yang mengherankan, rabbani (ketuhanan) yang melemahkan kebanyakan akal-akal dan kefahaman-kefahaman dari mengetahui hakekatnya. c.

  Definisi Nafsu 1)