PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR'AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR'AN
MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK
(SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN
KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2009
SKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS M U N A W A T I N IM : 11407185
JU R U SA N TARBIYAH
PRO G RAM ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM
SEKOLAH T IN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIG A
2 0 0 9 DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Telp 323706, Fax. 323433
W e b site n ^ v w ^ t a i n s a k n i i a ^ ^ u ^ - m
Yahya, S.Ag DOSEN STAIN SALATIGA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 3 Eks Hal : Naskah Skripsi
Saudara Munawati Kepada Yth: Ketua STAIN Salatiga Di - Salatiga
ASSALAMUALAIKUM, WR WB
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Munawati NIM : 11 4 0 7 1 8 5 Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009 Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
W ASSALAMUALAIKUM, WR. WB
Salatiga, 13 Agustus 2009
Pembimbing
NIP. 19700915 200112 1 001 DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Telp 323706, Fax. 323433
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI
2 PANIMBO KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 29 Agustus 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Salatiga, 8 Ramadhan 1430 H
29 Agustus 2009 Panitia Ujian M O T TO
✓ /
?? . i ,» j X j »
j I ^ i I ^5\J jJ-J lil I I * t^lLj L> j
i ^j iiii3 ^ i^o i; ^if at ^>; v^r J 1313 ^ ai
H ai orang-orang berim an apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", M aka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", M aka
berdirilah, niscaya Allah akan m eninggikan orang-orang yang berim an di
antaram u dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan
Allah M aha m engetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q. S. Al-Mujaadilah: 11)
“Sapa tekun akekanthen teken bakal tekan ”(Ki Narto Sabdo) Terjemahannya:
Barang siapa tekun disertai dengan petunjuk pasti akan tercapai yang diinginkannya. PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Suami dan anak tercinta, yang selalu membimbing, mendo'akan dan
memberikan segalanya baik moral m aupun spritual bagi kelancaran studyku, semoga Allah mengabulkan harapannya.
2. Rekan-rekan mahasiswa Tarbiyah STAIN Salatiga, terima kasih atas
kekompakannya
3. Rekan-rekan guru di SD N 2 Panimbo Kec. Kedungjati, yang
senantiasa memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan studiKATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-l) dalam Program Ilmu Tarbiyah.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Bapak Kepala SD N 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan yang telah memberi kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi
4. Rekan-rekan mahasiswa STAIN Salatiga, yang telah memberikan dorongan kepada penulis.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin. Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya.
- -
Amin aminyarobbal ‘alamin
Salatiga, Agustus 2009 Penulis
Munawati
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR T ABEL TABEL TABEL TABEL TABEL TABEL TABEL
I NILAI SETELAH SIKLUS I
II HASIL EVALUASI SIKLUS I
III NILAI SETELAH SIKLUS II
IV HASIL EVALUASI SETELAH SIKLUS II
V NILAI SETELAH SIKLUS III
VI HASIL EVALUASI SIKLUS III
DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1 GRAFIK NILAI SIKLUS I GAMBAR 2 GRAFIK NILAI SIKLUS II GAMBAR 3 GRAFIK NILAI SIKLUS III
B A B I PENDAHULUAN
A. L atar Belakang Masalah al Qur'an sebagai kalam Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia itu memiliki keistimewaan terutama pada susunan bahasanya yang unik dan kandungan maknanya yang mendalam. al Qur'an merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW membacanya adalah ibadah1. Keutamaan mukjizat al Qur'an bukan hanya ditujukan kepada bangsa arab, namun al Qur’an dengan keutamaan mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam2.
Maka dari itu mempelajari al Qur'an merupakan kewajiban mutlak bagi setiap yang beragama Islam, sebab sebagian besar ajaran Islam bersumber dari al Qur’an, bahkan al Qur'an itu sendiri merupakan induk atau pusatnya segala ilmu pengetahuan yang berisi tentang hukum-hukum dan aqidah. al Qur'an sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk, Ia merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW, disamping itu merupakan bukti yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Selain itu ia juga sebagai hujjah yang akan tetap tegak sampai pada hari kiamat3.
Berkaitan dengan masalah tersebut, pendidikan agama Islam dan membaca al Qur'an di sekolah dasar tidak kalah pentingnya, disamping siswa
1 Al Qur’an dan Terjemahnya, Sejarah A l Qur'an, Departemen Agama, Jakarta, 1991, him. 23
2 Akhmad Syadali, Ulumul Q ur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2000, him. 10
3 Syeh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur'an, Pustaka Amani, Jakarta, 1981, him.
3-42 diharapkan menjadi anak yang berbudi pekerti yang baik, rajin beribadah dan kuat imannya. Apalagi menghadapi keluhan dari pihak orang tua atau wali murid yang mengatakan bahwa murid-murid tamatan sekolah dasar banyak yang belum dapat membaca dan menulis huruf al Qur’an. Sehingga dengan memberikan perhatian pada pembelajaran membaca al Qur'an diharapkan murid-murid sekolah dasar dapat membaca dan menulis huruf al Qur'an sebagai penghayatan terhadap sumber agama Islam yaitu al Qur'an.
Bagi murid-murid tamatan sekolah dasar yang akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) diharapkan sudah mampu membaca dan menulis huruf al Qur'an sehingga tidak menyulitkan bagi guru agama yang mengajar pada tingkat tersebut. Demikian pula pada tingkat selanjutnya4.
Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar (SD) tahun 1975 yang telah dibakukan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
17 Januari 1975 No. 008C/U/1975 dan Keputusan Menteri Agama tanggal 31 Oktober 1974 pada bidang studi pendidikan agama Islam terdapat tujuan instruktional umum antara lain ditetapkan bahwa murid lulusan Sekolah Dasar harus mampu membaca al Qur'an dengan baik5.
Namun kenyataannya tidak seperti yang kita harapkan ternyata pembelajaran membaca dan menulis huruf al Qur'an tingkat Sekolah Dasar ini kurang menarik dan para siswa mengalami kesulitan, maka dengan demikian pembelajaran ini kurang efektif.
4 H.MT. Fatahudin, Pedoman Membaca dan Menulis H uruf A l Qur'an, CV. Serajaya, Jakarta, 1981, him. 1
5 Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam, Kurikulum 1975, Departemen Agama RI, Jakarta, 1981, him. 4
3 Berdasarkan pengamatan, kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran membaca dan menulis huruf al Qur’an tersebut lebih disebabkan oleh faktor guru dalam menggunakan metode yang kurang tepat, dalam hal ini guru masih menggunakan metode tradisional. Penggunaan metode ceramah selama ini lebih dominant dalam pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi yang disampaikan.
Penggunaan metode Struktutal Analitik Sintetik (SAS) merupakan upaya guru dalam memudahkan siswa memahami cara membaca al Qur’an dengan memahami struktur yang utuh, diuraikan per huruf dan harakatnya serta bagaimana huruf hijaiyah tersebut menjadi kesatuan ayat. Metode ini merupakan upaya agar siswa memahami cara membaca dengan benar setelah diuraikan sekaligus mampu menuliskannya dengan benar. Kebanyakan guru belum menerapkan metode ini, padahal seiring dengan perkembangan zaman jumlah siswa yang mampu membaca al Qur'an semakin menurun, karena banyaknya pengaruh media yang menyebabkan mereka tidak ikut dalam kegiatan di TPA/ TPQ.
Hal diatas menjadi dorongan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini merupakan upaya untuk mengatasi kesulitan dan ketidakberhasilan dalam pembelajaran membaca dan menulis huruf al Qur'an yaitu dengan cara melalui metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), dengan cara pengenalan dan pengamatan keseluruan (struktural) secara sepintas. Kemudian
4 pengenalan dan pengamatan lebih jauh (analitik) sampai bagian-bagian kemudian pengenalan dan pengamatan mendalam (sintetik) sehingga dapat memahami.6
B. Rumusan M asalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana guru dapat mengoptimalkan penggunaan metode S AS untuk mempermudah siswa untuk membaca al Qur’an?
2. Apakah dengan melalui metode SAS mampu meningkatkan kemampuan membaca al Qur'an siswa SD Negeri 2 Panimbo?
3. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan melalui metode SAS? C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan metode SAS dalam pembelajaran membaca al Qur'an siswa SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengatahui dampak penerapan metode SAS terhadap peningkatan kemampuan siswa membaca al Qur’an siswa SD Negeri 2 Panimbo Kecamata Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009-2010.
6 H.MT Fatahudin, opcit, him. 9
5
3. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan melalui metode S AS.
D. Definisi Istilah
1. Peningkatan Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya lapis dari sesuatu yang bersusun atau berlenggek-lenggek seperti lantai yang berketinggian, lenggak rumah, tutupan pada tangga, jenjang, tingkatan: tinggi rendah martabat, kadudukan, jabatan, kemajuan, peradaban dan sebagainya7.
2. Kemampuan Mampu adalah kuasa atau sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya8.
3. Membaca Membaca yaitu memperhatikan, melihat, mendengarkan dan mengucapkan secara terus menerus untuk memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan9. 4. al Qur’an
Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Menurut istilah: al Qur'an adalah Kalam Allah yang bernilai mu’jizat yang diturunkan kepada pungkasan (penutup) para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita dengan
7 Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surakarta, 1999, him 538
8 Ibid, him. 344 9 Lukman Ali, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Bina Pustaka, 1998, him. 47?.
6 mutawatir, membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat al fatikah dan ditutup dengan surat An Nas10.
5. Metode Metode berasal dari kata metodos yang artinya jalan atau cara.
Metode berarti cara keija yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan11.
6. Pengertian SAS (Struktural Analitik Sintetik) Metode SAS adalah cara mengajarkan membaca al Qur’an, mula-mula dari susunan yang lengkap atau global, kemudian dipisah kata demi kata, huruf demi huruf kemudian dipadukan kembali12.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
b. Untuk menambah wawasan, terutama dalam penerapan ilmu yang diperoleh secara teoritis di bangku kuliah ke dalam praktek nyata di lapangan.
c. Dapat memperoleh pengalaman secara langsung dan menggali pengetahuan yang berkaitan dengan belajar membaca al Qur'an
2. Bagi Guru Agama Islam
a. Menambah pengetahuan yang berkaitan dengan teknik-teknik belajar membaca al Qur'an.
10 Syekh Muhammad Ali Ash Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur 'an, Jakarta, Pustaka Amani, him. 3
11 Depag RI, opcit, him. 19
12 Ibid, him. 26
7
b. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam mengembangkan kajian tindakan kelas.
3. Bagi masyarakat umum
b. Memberikan informasi yang benar tentang hambatan teknik dan metode yang tepat untuk membaca al Qur'an.
c. Mengetahui pentingnya pelajaran membaca al Qur'an pada anak-anak SD.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam tindakan penelitian ini dapat dirumuskan ’’bahwa dengan menerapkan metode SAS dalam pembelajaran membaca al Qur’an maka akan meningkatan kemampuan siswa dalam membaca al Qur'an pada siswa SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati”
BAB n
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar, Proses Belajar Mengajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar1. Belajar Pada hakekatnya belajar adalah hasil dari proses interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar. Belajar dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami, mengeijakan, memahami, dan sebagainya. Sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Maka pemahaman yang benar mengenai belajar mutlak diperlukan oleh pendidik.
Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan dan nilai sikap. Perubahan bersifat relatif konstan dan berbekas1.
Menurut Oemar Hamalik, ’’Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”2.
Menurut Slameto, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”3.
1 Budiningsih, Belajar dan Mengajar, Jakarta, Graha Ilmu, 2002, him. 7
2 Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Bina Cipta, 2003, him. 14
3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 1998, hlm.18
8
9 Sedangkan menurut A. Suhaenah Supamo, ’’Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya”4.
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan. Menurut Rogers dalam Dalyono belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar tersebut5. Suradi dalam Sardinian juga menyatakan bahwa salah satu ciri terjadinya proses belajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas siswa6. Jadi suatu siswa dikatakan telah mengalami belajar jika siswa tersebut ikut terlibat secara langsung atau mengalami sendiri proses pembelajaran sehingga dalam diri siswa tersebut terjadi perubahan baik dalam hal penambahan pengetahuan, keterampilan maupun terjadi perubahan tingkah laku ataupun sikap.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang relatif menetap.
Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terjadi dalam pembelajaran pada umumnya. Aktivitas tersebut hendaknya mencakup aktivitas yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani. Diedrich dalam
4 Ibid, him. 2
5 Dalyono, Pendekatan dalam Pembelajaran, Bandung, Bina Insani, 1997, him. 54
6 Sardinian, Konsep Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito, 2001, him. 62
10 menyatakan ada 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut7: a Vism l activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekeijaan orang lain. b Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. c Listening activities, sebagai contoh adalah mendengarkan uraian, percakapan, diskusi dan interupsi. d Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin. e Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan diagram. f Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun dan beternak. g Mental activities, sebagai contoh misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan. h Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat, berani, tenang dan gugup.
7 Ibid, him. 68
11 Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dengan berbagai aktivitas seperti diuraikan di atas, akan menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan dan kegiatan belajar mengajar akan beijalan maksimal.
2. Tujuan Belajar Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa8. Tujuan belajar sangat penting dalam sistem pembelajaran, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Jadi tujuan belajar adalah suatu komponen sistem pembelajaran yang menunjukkan hasil belajar siswa tercipta setelah melakukan kegiatan belajar.
Tujuan belajar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Tujuan instruksional (instructional effects), biasanya berbentuk ketrampiian dan pengetahuan; 2) Tujuan pengiring
(nurturant effects), merupakan hasil sampingan belajar, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka.
3. Proses belajar mengajar Belajar merupakan suatu proses dimana siswa dengan kemampuan awal yang dimilikinya, akan mengikuti kegiatan belajar
8 Oemar Hamalik, opcit, him. 73
12 mengajar sehingga didapatkan kemampuan akhir yang lebih baik atau tercapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal diperlukan komponen-komponen PBM yang berupa sarana dan prasarana, guru, kurikulum dan lingkungan yang memadai dan mendukung. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan sebuah proses belajar mengajar diperlukan program evaluasi yang terstruktur dan terencana.
Rianto (2004) menggambarkan bagan sistem pengajaran sebagai berikut:9 Gambar 1. Bagan Sistem Pengajaran
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran dalam
9 B ambang Rianto, Psikologi Pengajaran, Bandung, Alfabeta, 2004, him. 16
13 waktu tertentu10. Keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Slameto faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu11,
a. Faktor intern 1) Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.
2) Intelegensi dan bakat Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat
10 Suharsimi Arikunto, D isiplin dalam Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, him. 37
11 Slameto, opeit, him. 84
14 intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Seperti juga intelegensi, bakat juga mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan lebih baik. 3) Minat dan motivasi
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Nasution motivasi dapat berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik) . Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Oleh karena itu guru diharapkan mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk motivasi yang harus
12 S. Nasution, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius, 1996, him. 14
15 diberikan agar proses pembelajaran beijalan lancar dan berhasil optimal.
Sardinian menyebutkan ada sebelas bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi,
ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui13.
4) Kematangan dan kesiapan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kematangan dan kesiapan siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru akan mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut, b. Faktor ekstern
1). Keluarga Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan orang tua, suasana rumah dan latar belakang budaya (pendidikan orang tua) akan ikut menentukan keberhasilan belajar siswa.
13 Sardinian, opcit, him. 48
16 2) . Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada tingkat keberhasilan belajar. Kondisi sekolah, metode mengajar guru, kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan guru dengan siswa dan siswa dengan siswa akan mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar pun terpengaruh.
3) . Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu teijadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
5. Belajar Tuntas Salah satu orientasi penilaian tindakan kelas adalah ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut14 Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh
14 Depdiknas, Belajar Tuntas, Jakarta, Depdiknas, 2003, him. 2
17 murid, yang biasa disebut “mastery learning’’ atau belajar tuntas yang berarti penguasaan penuh.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana berpendapat bahwa ’’Belajar tuntas merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa”. Belajar tuntas merupakan pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan strategi kelompok (group based approach) 15.
Ciri-ciri belajar tuntas adalah a) Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu; b) Memperhatikan perbedaan individu, terutama dalam hal kemampuan dan kecepatan belajarnya; c) Evaluasi dilakukan secara kontinu agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan.16
Norman E. Gronlund dalam Sardinian mengemukakan bahwa “Batas ketuntasan hasil belajar sebaiknya menggambarkan tingkat pembelajaran yang obyektif dari hasil penilaian dan disesuaikan dengan batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah”. Berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan sistem poin 100 yaitu:17
15 Nasution, opcit, him. 86
16 Ibid, him. 87
17 Sardinian, opcit, him. 86
18 Tabel 2.1 Kriteria Nilai Ketuntasan Belajar
K riteria P oin Poin Poin
A 90-100
95-100 91-100
B 80-89 85-94
86-90
C
70-79 75-84 81-85
D 60-69 65-74 75-80
E < 60
< 6 5 < 7 5
Sesuai dengan ketentuan dalam KBK, siswa tuntas belajar, bila telah 75% menguasai kompetensi atau sekurang-kurangnya harus mencapai skor minimal 75. Namun demikian, batas ketuntasan yang ditetapkan di sekolah-sekolah belum sesuai dengan harapan yang ditetapkan pemerintah karena masih banyak masalah-masalah yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan batas ketuntasan 75%, masalah-masalah tersebut seperti masalah belajar siswa di kelas, strategi pembelajaran dikelas, alat bantu, media, sumber belajar, sistem
asessment dan evaluasi proses. Sehingga setiap sekolah menetapkan
batas ketuntasan belajar yang berbeda-beda, kurang dari 75% dari Standar Ketuntasan Batas Minimum (SKBM) yang ditetapkan oleh pemerintah.
19
6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ketuntasan Belajar Dalam belajar tuntas terdiri dari beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar antara lain: a) Bakat siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar; b) mutu pengajaran, pengajaran yang bermutu dilaksanakan dengan menerapkan metode mengajar yang disesuaikan dengan perbedaan individual; c) kesanggupan untuk menguasai pengajaran; kemampuan ini berkaitan erat dengan kemampuan menanggapi rangsang yang timbul dari lingkungan dan dengan sistem keija fungsi kognitif yang mencakup taraf intelegensi, daya kreativitas, bakat khusus, gaya belajar, dan daya fantasi d) ketekunan, ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan sikap dan minat yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional e) waktu yang tersedia untuk belajar, faktor waktu sangat esensial untuk menguasai bahan pelajaran tertentu sepenuhnya.18
B. Prestasi Belajar
Semua bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, pada akhirnya selalu ingin diketahui hasilnya. Hasil dari kegiatan belajar dimaksud sebagai prestasi belajar.
18 Nasution, opcit, him. 83
20 Dalam lcamus bahasa Indonesia disebutkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi. Prestasi dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di kelas serta merupakan perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah menerima pelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana19
Prestasi belajar juga dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hasil belajar memuat kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Pengalaman belajar adalah semua kegiatan fisik dan mental yang dialami siswa selama proses belajar mengajar.
Prestasi belajar merupakan tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Prestasi belajar mempunyai berbagai fungsi, diantaranya sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai atau diserap oleh anak didik dan sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan atau sebagai timbal balik bagi kemajuan mutu pendidikan.
19 Nana Sudjana, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, him. 27
21 Arifin mengemukakan fungsi utama prestasi belajar adalah: 1) prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh peserta didik; 2) sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu; 3) sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; 4) sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan dan 5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik20.
C. Metode M engajar Kegiatan belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain siswa, guru, metode mengajar, sarana dan prasarana. Guru sebagai salah satu faktor tersebut merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran di kelas. Guru harus mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses belajar, sehingga tujuan belajar dapat dicapai.
Setiap proses belajar mengajar menuntut suatu strategi tertentu dimana di dalamnya terdapat perencanaan prosedur dan langkah-langkah yang harus ditempuh guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Langkah-langkah yang harus ditempuh tersebut disebut sebagai metode. Metode secara umum dapat diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekeijaan dengan menggunakan fakta dan konsep-
20 Arifin, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, him. 72
22
konsep secara sistematis. Metode berlaku baik bagi guru sebagai metode mengajar maupun bagi siswa sebagai metode belajar.
Metode mengajar terdiri dari dua kata, yaitu metode dan mengajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, sedangkan mengajar adalah memberi pelajaran. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk memberikan pelajaran21.
Menurut Slameto dalam Hamalik strategi adalah suatu rencana tentang cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi (pengajaran). Pengertian strategi terkandung metode belajar mengajar, yaitu cara atau jalan untuk mencapai tujuan pengajaran, dan juga teknik mengajar yaitu pemakaian alat- alat bantu mengajar dan cara menggunakan metode mengajar yang relevan atau sesuai dengan tujuan agar dapat mendorong siswa belajar optimal22.
Hamalik menyatakan bahwa secara teoritis metode pengajaran dibagi menjadi dua yaitu metode dalam kelas dan metode luar kelas.
Metode dalam kelas terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, resitasi, demonstrasi, eksperimen, sosiodrama dan bermain peran, bekeija dalam kelompok, proyek, problem solving dan psikodrama. Metode luar kelas terdiri dari metode karya wisata, survey, pengabdian masyarakat, berkemah, keija pengalaman dan proyek23.
Pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi cocok atau tidaknya suatu metode digunakan dalam belajar mengajar. Slameto, menyatakan bahwa pemilihan metode mengajar
21 Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, him. 652
22 Oemar Hamalik, opcit, him. 89
23 Ibid, him. 100
23 perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) tujuan pengajaran, yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat ditampakkan siswa setelah proses belajar mengajar; 2) materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran; 3) besar kelas (jumlah siswa), yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan; 4) kemampuan siswa untuk menangkap dan mengembangkan bahan pelajaran yang yang diajarkan; 5) kemampuan guru dalam menggunakan berbagai jenis metode pengajaran; 6) fasilitas yang tersedia dan 7) waktu yang tersedia24.
Keberhasilan seorang guru menggunakan metode mengajar ditentukan oleh beberapa hal diantaranya yaitu pokok bahasan yang akan disampaikan, keadaan siswa, fasilitas sekolah dan kesiapan guru itu sendiri, sehingga seorang guru harus berusaha keras untuk memilih dan mengkombinasikan metode-metode mengajar tersebut agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Seperti diungkapkan oleh Surakhmad yang dikutip dari Djamarah dan Zain pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, dan guru25.
D. Membaca Al Q u r’an
Secara etimologi merupakan mashdar (kata benda) dari kata keija
Qara - ’a ('j*) yang bermakna Talaa (^ j ) [keduanya berarti: membaca atau
bermakna Jam a’a (mengumpulkan, mengoleksi)26. Atau dapat dikatakan
24 Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, him. 64
25 Syaiful Bahri Djamarah dkk, Metode Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta, 2001, him. 16
26 Depag RI, Bimbingan Membaca A l Q ur’an, Depag RI, Jakarta, 1996, him. 12
Q ara-'a Q a r‘an Wa Qur ‘aanan ( ) sama seperti mengucapkan,
Ghafaro Ghafran Wa Qhufroonan ( \ > \ j 1 j& ) . Berdasarkan makna pertama
(Yakni: Talaa) maka ia adalah kata benda yang semakna dengan Ism M afuul,, artinya M atluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni:
Jam a'a) maka ia adalah kata benda dan Ism F aa'il, artinya Ja a m i’ (Pengumpul,
Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum- hukum27.
Secara terminologi (syari’at) Al Qur’an adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas28. Allah ta’ala berfirman dalam QS Al Isra’ ayat 106 Artinya:
"Dan A l Quran itu Telah kam i turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada m anusia dan kam i menurunkannya
bagian dem i bagian. "29Dan firman-Nya dalam Surat Y usuf ayat 2 Artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Q ur ‘an dengan berbahasa Arab,
agar kamu memahaminya. “3027 Ibid, him. 12
28 Ibid, him. 14
29 Depag RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1976
25 Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dan upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Allah telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesungguhya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”31
# s y v * \ j j j
Artinya:
Berkatalah orang-orang yang kafir: “M engapa A l Q u r’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?" ; dem ikianlah supaya Kami 32 perkuat hatim u dengannya dan Kami membacanya secara tartil.
Setelah mampu membaca Al Qur’an hendaknya dibarengi dengan kemampuan memahami ayat-ayat yang terkandung didalamnya. Upaya yang dapat dilakukan dalam memahami ayat adalah sebagai berikut: (Q.S Al Furqaan:32)
1. M em aham i ay at dengan ay at Menafsirkan satu ayat Qur’an dengan ayat Qur’an yang lain, adalah jenis penafsiran yang paling tinggi. Karena ada sebagian ayat
Qur’an itu yang menafsirkan (baca, menerangkan) makna ayat-ayat yang lain.
2. M em aham i syat A l-Q u r’an dengan H ad its Shahlh Menafsirkan ayat A l-Q ur’an dengan hadits shahih sangatlah urgen, bahkan harus. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasalam. Tidak lain supaya diterangkan maksudnya kepada semua manusia. Firman-Nya : “............. Dan Kami
turunkan Qur an kepadamu (M uhammad) supaya kamu terangkan 31
2 6 kepada umat m anusia apa yang telah diturunkan kepada m ereka agar m ereka pikirkan. ”34
3. M em aham i ay at dengan pem ah am an sah a b a t Merujuk kepada penafsiran para sahabat terhadap ayat-ayat
Qur’an seperti Ibnu Abbas dan Ibnu M as’ud sangatlah penting sekali untuk mengetahui maksud suatu ayat. Karena, di samping senantiasa menyertai Rasulullah, mereka juga belajar langsung dari beliau.
4. H a ru s m engetahui g ra m a tik a B ahasa A rab Tidak diragukan lagi, untuk bisa memahami dan menafsiri ayat- ayat Q ur’an, mengetahui gramatika bahasa Arab sangatlah urgen.
Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.
Tanpa mengetahui bahasa Arab, tak mungkin bisa memahami makna ayat-ayat Qur’an. Sebagai contoh ayat: Makna istawaa ini banyak diperselisihkan. Kaum M u’tazilah mengartikannya menguasai dengan paksa. Ini jelas penafsiran yang salah. Tidak sesuai dengan bahasa Arab. Yang benar, menurut pendapat ahli sunnah wal jam aah, istawaa artinya 'ala w a irtafa ’a (meninggi dan naik). Karena Allah mensifati dirinya dengan A l- 'Ali (Maha Tinggi).
Anehnya, banyak orang penganut faham M u’tazilah yang menafsiri lafadz istawa dengan istaula. Pemaknaan seperti ini banyak tersebar di dalam kitab-kitab tafsir, tauhid, dan ucapan-ucapan orang. M ereka jelas mengingkari ke-Maha Tinggian Allah yang jelas-jelas tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits shahih, perkataan para sahabat dan para tabi’in, M ereka mengingkari bahasa Arab di mana Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa itu. Ibnu Qayyim berkata, Allah memerintahkan orang-orang Yahudi supaya mengucapkan “hitthotun” (bebaskan kami dari dosa), tapi mereka pelesetkan atau rubah menjadi
“hinthotun” (biji gandum). Ini sama dengan kaum M u’tazilah yang
mengartikan istawa dengan arti istaula
27
5. Memahami Nash Al-Qur’an dengan Asbabun Nuzul
Mengetahui sababun nuzul (peristiwa yang melatari tumnnya ayat) sangat membantu sekali dalam memahami Al-Qur’an dengan benar.
E. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah- langkah berlandaskan operasional dengan urutan: Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri.
Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah. Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu)35.
Prosedur penggunaan Metode SAS36:
1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian Bagian pertama membaca permulaan tanpa buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
35 Oemar Hamalik, Pendekatan Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, him. 74
36 Ibid, him. 76
28
4. Membaca kalimat secara struktural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati Segi baiknya adalah: a. Metode ini dapat menjadi landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak, menguasai bacaan dengan lancar.
Segi lemahnya adalah:37