PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINARMULYA KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINARMULYA KABUPATEN

PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh SRIYANI

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya terlihat bahwa persentase kemampuan membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih di bawah KKM, ini disebabkan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan kurang inovatif. Kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia hanya berisi kegiatan rutin berdasarkan instruksi guru dan sudah menjadi kebiasaan yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, karena guru tidak menggunakan media pembelajaran, guru banyak menggunakan metode ceramah.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Model penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas yang terdiri atas 3 siklus, setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian siswa kelas IV dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan 21 perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan melalui pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya, hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan membaca pemahaman di setiap siklusnya. Kemampuan membaca pemahaman baik dilihat dari kelancaran membaca, ketepatan menggunakan tanda baca, ketepatan dalam melafalkan, ketepatan dalam intonasi membaca, dan menjelaskan kembali isi bacaan yang semula pada siklus I hanya 62,7% meningkat menjadi 68,27% pada siklus II dan 96,55% pada siklus ke III. Kata kunci : Metode pendekatan kontekstual membaca pemahaman.


(2)

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemampuan membaca menjadi skala prioritas yang harus dikuasai siswa. Dengan membaca siswa akan diperoleh berbagai informasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Oleh karena itu, membaca merupakan jendela dunia. Siapapun yang membuka jendela tersebut dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi, baik peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya siswa harus membaca atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan mendapatkan segala informasi yang diinginkan. Sebaliknya, jika siswa membaca atas dasar paksaan, maka informasi yang ia peroleh tidak akan maksimal. Mambaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata.

Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang


(4)

bermakna baginya. Kegiatan membaca juga merupakan Aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Diaktakan aktif karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya dan dikatakan reseptif karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu koreksi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung.

Konsep yang lain beranggapan bahwa keberhasilan pembelajaran ditunjukkan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran efektif tidak akan muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Hasil observasi awal berdasarkan tes kemampuan hasil belajar yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Sinarmulya diketahui bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia ternyata masih rendah atau belum optimal.

Rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa Nampak dari 29 siswa yang ada hanya 41,37% siswa yang mencapai KKM sebagaimana yang telah ditetapkan sekolah yakni >6,4 selebihnya, yang 58,62% masih di bawah KKM. Kondisi tersebut disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini masih menggunakan model konvensional dan kurang inovatif. Dalam hal membaca pemahaman, guru hanya menyuruh siswa membuka buku khususnya yang ada untuk dibaca,


(5)

sehingga apa yang dibaca tidak sesuai dengan kondisi lingkungan siswa, akibatnya siswa kurang memahami isi bacaan yang dibaca. Hal tersebut menjadikan kegiatan membaca sebagai sesuatu yang membosankan, karena siswa hanya melakukan membaca sebatas pada tugas yang dibebankan. Selain itu, membaca pemahaman hanya berisi kegiatan rutin berdasarkan instruksi guru dan sudah menjadi kebiasaan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun.

Kondisi tersebut berdampak pada kurangnya kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan, akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan menjadi rendah. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan nampak dari kurangnya kemampuan mengungkapkan kembali bacaan yang telah dibaca, karena mereka kurang bisa memahami isi bacaan. Jika hal tersebut terus dilakukan akan berdampak terhadap hasil belajar siswa khususnya dalam hal membaca pemahaman. Atas dasar hal tersebut, maka perlu adanya suatu kegiatan yang memungkinkan untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Adapun salah satunya yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

3


(6)

1. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan kurang inovatif.

2. Kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia hanya berisi kegiatan rutin berdasarkan instruksi guru dan sudah menjadi kebiasaan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun.

3. Karena guru tidak menggunakan media pembelajaran. 4. Karena guru banyak menggunakan metode ceramah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan :

Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas di kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya tahun pelajaran 2011/2012.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya Semester II tahun pelajaran 2011/2012.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Adapun hasil dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu memiliki manfaat sebagai berikut :

5


(7)

1. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru untuk melakukan peningkatan kemampuan dengan beberapa model pembelajaran, menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

2. Bagi Siswa

Sebagai masukan bagi siswa untuk lebih berminat dalam belajar membaca pemahaman dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan agar prestasi belajar meningkat.


(8)

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang untuk memperoleh suatu pengetahuan baru. Pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungannya dan lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelek semakin berkembang. adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik kemampuan, keterampilan maupun sikap yang dilakukan oleh individu secara aktif dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Oemar Hamalik (1995: 57) bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi


(10)

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Untuk itu jika dilihat dari kondisi pembelajaran maka pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi murid, untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki, bukan sekedar menyampaikan pengetahuan dan membentuk ketrampilan saja. Bila proses menyampaikan pengetahuan dan membentuk ketrampilan saja yang dipergunakan maka akan menurunkan kualitas pembelajaran.

Suprapto (2003: 9) berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses pembelajaran subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Suyitno (2004: 1) pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa. Senada dengan hal tersebut, Gino, Suwarni, Suripto H.S, Maryanto, dan Sutijan (1998: 30) mengungkapkan bahwa istilah pembelajaran sama dengan an, yang berarti: cara, perbuatan atau mengajarkan . pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru).


(11)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran diartikan sebagai usaha untuk memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang digunakan, atau biasa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengangtifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar.

2.1.2 Teori Belajar dan pembelajaran

Praktek mempunyai fungsi utama dalam proses belajar mengajar, tetapi perlu diketahui pula kondisi yang dapat mempengaruhi hasil belajar dengan memberikan praktek pembelajaran. Oleh sebab itu, maka seorang guru/pendidik harus memahami dan menguasai teori-teori belajar dan pembelajaran. Berdasarkan perbedaan sudut pandang tentang proses belajar, maka teori belajar dapat dibagi menajdi beberapa kelompok. Teori belajar yang sering diterapkan dalam menerangkan proses belajar ialah (a) Behaviorisme, (b) Kognitifisme, (c) Teori belajar berdasarkan psikologi sosial, dan (d) teori belajar Gagne.

Teori Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah laku, serta tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat, oleh karena itu tidak dianggap 8

9 8


(12)

ilmiah. Belajar dalam teori ini merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma stimulus dan respon. Dengan demikian proses belajar menurut behaviorisme lebih dianggap sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang terjadi selama itu di dalam diri peserta didik yang belajar.

Teori kognitivisme merupakan suatu bentuk teori yang sering disebut dengan model kognitif atau perceptual. Belajar dalam teori ini merupakan perubahan apersepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Belajar merupakan suatu proses internel yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain.

Pendekatan kontruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran kontruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Peserta didik akan mengaitkan materi pembelajaran baru dengan materi pembelajaran lama yang telah ada.


(13)

Prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar kontruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990:4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari oleh apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi Bahasa Indonesia yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.

Peranan guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi dan mengkontruksinya menjadi pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain, dalam pembelajaran kontruktivisme peserta 10 10

11 10


(14)

didik memegang peran kunci dalam mencapai kesuksesan belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang sangat penting di Sekolah Dasar, pembelajaran ini nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka pembelajaran di sekolah tingkat bahwa dibutuhkan suatu kejelian dan kesungguhan menguasai pembelajaran Bahasa Indonesia.

Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Bahasa merupakan seperangkat ajaran yang bermakna, bahasa alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang bermakna yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Sebelum anak-anak mulai bersekolah, mereka belajar bahasa dengan mengamati orang-orang di sekitarnya. Mereka menggunakan bahasa dalam situasi yang alami. Ketika anak memasuki sekolah, guru-guru mengembangkan pembelajaran bahasa dengan menciptakan suasana yang membuat anak-anak melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa tertulis.


(15)

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dengan Bahasa Indonesia guru harus bisa dan mampu menanamkan rasa senang agar anak didik terangsang dan terdorong untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Anak didik berantusias aktif dan kreatif penuh gagasan maju untuk belajar Bahasa Indonesia. Seorang guru hendaknya pandai-pandai menyampaikan atau mentransfer bahan ajar.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek berbicara tidak lepas dari suatu metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi ajar kepada para peserta didik, metode pembelajaran berbicara berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran berbicara. Metode pembelajaran berbicara yang baik harus memenuhi berbagai kriteria. Kriteria tersebut menyangkut tujuan, bahan, keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Metode tersebut antara lain : ulang-ucap, lihat-ucap, tanya jawab dan berbagai metode yang lain. Metode ulang ucap yaitu mengulangi suara yang diucapkan oleh guru atau rekaman suara guru. Suara guru yg direkam/yang akan ditirukan oleh peserta didik sebaiknya dipersiapkan dengan matang agar tidak terjadi suatu kesalahan. Metode lihat ucap, guru mempersiapkan dan memilih sesuatu atau benda-benda yang ingin diperlihatkan kepada peserta didik. Setelah para peserta didik melihat


(16)

benda-benda tersebut, mereka menyebut nama atau menjelaskan dengan beberapa kalimat. Benda-benda tersebut hendaknya disesuaikan dengan materi ajar yang dibahas. Metode tanya jawab yaitu suatu metode pembelajaran berbicara dimana guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh peserta didik, begitu pula siswa dipancing untuk berani dan dapat menyampaikan beberapa pertanyaan kepada guru.

2.2.2 Tujuan

Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia menurut kurikulum tahun 2004 adalah sebagai berikut :

1. Siswa menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara.

2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk makna, fungsi, serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan.

3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.

4. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).

13

14 13


(17)

5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

2.2.3 Aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia

Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia SD dan MI menurut kurikulum tahun 2004 terdiri dari aspek :

1. Mendengarkan; seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicara narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak.

2. Berbicara; seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan; menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi serta melalui kegiatan melisankan 15


(18)

hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.

3. Membaca: seperti membaca huruf, suku kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak-anak, syair lagu, pantun dan drama anak kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca.

4. Menulis: seperti menulis karangan naratif dan non naratif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperlihatkan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis.

2.2.4 Membaca Pemahaman

Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata 16


(19)

secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Henry Guntur Tarigan 1994:10).

Pengertian membaca tersebut di atas dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya. Dengan demikian, kegiatan membaca bukanlah suatu kegiatan yang sederhana seperti apa yang diperkirakan banyak pihak sekarang ini. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan yang terlihat secara kasat mata; dalam hal ini siswa atau mahasiswa melihat sebuah teks, membacanya dan setelah itu diukur dengan kemampuan menjawab sederet pertanyaan yang disusun mengikuti teks tersebut sebagai alat evaluasi, melainkan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar pembaca.

Menurut Farida Rahim (2008:352) membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-17

17


(20)

kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata dapat berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.

Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas (I, II dan III) yang dikenal dalam istilah membaca permulaan.

Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses perceptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu, proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. Di samping keterampilan decoding, pembaca juga harus memiliki keterampilan memahami makna, (meaning). Pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal sampai kepada pemahaman interpretative, kreatif, dan evaluative. Dengan demikian, membaca merupakan gabungan proses perceptual dan kognitif, seperti 18


(21)

dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (dalam Farida Rahim, 2008:3).

Ritawati dkk (dalam Peningkatan Keterampilan Membaca dan Menulis di Kelas Tinggi 2005:10) mengungkapkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan dalam usaha memperoleh keterampilan memahami dan memanfaatkan seefisien mungkin informasi visual yang ada dalam bacaan. Ada tiga elemen penting dalam membaca pemahaman yakni : (1) pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki tentang topik, (2) menghubungkan pengetahuan dan pengalamannya dengan teks yang dibaca, (3) proses perolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimilikinya.

Pengertian-pengertian di atas dapat memberikan kesimpulan bahwa membaca pemahaman adalah sebuah upaya yang dilakukan siswa untuk mengetahui isi dari bacaan yang tersirat didalamnya sehingga dapat mengetahui makna dari bacaan dengan tepat.

2.3 Pendekatan Konstektual

Pembelajaran kontekstual adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk 19


(22)

dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2007:253). Oleh sebab itu, belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar sebagai proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses pengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotorik.

Nurhadi (2003:13) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Johnson (Nurhadi. 2003:12) merumuskan pengertian pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan 20


(23)

pribadinya, sosialnya, budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem pembelajaran kontekstual menuntun siswa melalui delapan komponen utama pembelajaran kontekstual yaitu : melakukan hubungan yang bemakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara/merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan asesmen autentik.

Selanjutnya Johnson (Rusman, 2011:189) berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Pembelajaran kontekstual memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan untuk menemukan makna baru.

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi atau pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman yang dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran kontekstual juga dapat merangsang otak untuk menemukan makna yang baru.

21

21

21


(24)

Adapun komponen pembelajaran kontekstual menurut Johnson B. Elaine 2002 (Rusman, 2011:192) meliputi : (1) menjalin hubungan-hubungan yang bermakna, (2) mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti, (3) melakukan proses belajar yang diatur sendiri, (4) mengadakan kolaborasi, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) memberikan layanan secara individual, (7) mengupayakan pencapaian standar yang tinggi, (8) menggunakan asesmen yang autentik.

Agar belajar lebih hidup, maka pembelajaran kontekstual memiliki tujuh prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru (Rusman 2011:193) antara lain : Pertama, kontruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikontruksi oleh dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterprestasi objek tersebut. Pembelajaran melalui kontekstual pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkontruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman nyata yang dibangun oleh individu si pembelajar.


(25)

Kedua, menemukan (Inquiri) artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu : (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesa, (3) mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis, (5) membuat kesimpulan penerapan asas inkuiri pada pembelajaran kontekstual dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai merumuskan kesimpulan. Asas menemukan dan berfikir sistematis akan dapat menumbuhkan sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar pembentukan kreatifitas.

Ketiga, bertanya (Questioning) adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran model pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian perkembagan ketrampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif yaitu berguna untuk : (a) menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pembelajaran, (b) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, (c) merangsang 23


(26)

keingintahuan siswa terhadap sesuatu, (d) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, (e) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Keempat, Masyarakat Belajar (learning Community). Konsep Learning Community ialah hasil pembelajaran yang diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Misalnya seorang siswa yang belum bisa memperkecil atau memperbesar peta dibantu oleh teman yang sudah bisa dengan cara menunjukkan cara membuatnya. Kedua siswa tersebut sudah membentuk masyarakat belajar. Dalam kelas pembelajaran kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dibagi kedalam kelompok-kelompok yang anggotanya dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam : (a) pembentukan kelompok kecil, (b) pembentukan kelompok besar, (c)

(e) bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan (f) bekerja sama dengan masyarakat.

Kelima pemodelan (Modeling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Dengan demikian modeling merupakan asas penting dalam pembelajaran 24


(27)

kontekstual karena melalui pembelajaran kontekstual siswa dapat terhindar dari verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoritis abstrak.

Keenam, Refleksi (Reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bernilai positif atau negatif. Melalui refleksi siswa akan dapat memperbaharui yang telah dibentuknya serta menambah khasanah pengetahuannya.

Ketujuh, penilaian nyata (Authentic Assesment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kontekstual.

Kelebihan pembelajaran kontekstual dapat membawa dunia peserta didik sebagai media pembelajaran di kelas, dengan membawa mereka ke dunia pengajaran, peserta didik tanpa merasa terpaksa dalam belajar. Penerapan pembelajaran kontekstual seperti layaknya Quantum Learning.


(28)

Meskipun pembelajaran kontekstual banyak sekali kelebihannya namun pembelajaran ini juga memiliki kelemahan antara lain : 1. Ketidaksiapan peserta didik berbaur.

2. Kondisi kelas atau sekolah yang tidak menunjang pembelajaran.

2.4 Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian di atas, secara teoritis pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpotensi meningkatkan kemampuan siswa, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1: Alur Kerangka Berfikir

pemahaman rendah

an


(29)

2.5 Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan melalui pendekatan kontekstual, maka dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu.


(30)

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini rencananya akan dilaksanakan di SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu. Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan dengan menggunakan siklus penelitian, Siklus I dengan waktu 4x35 menit (2x pertemuan). Selama

pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses pembelajaran, dan membantu pengumpulan data peneliti akan dibantu oleh observer teman sejawat dari SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu.

3.2 Subyek Penelitian

Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu yang berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan, dan guru kelas IV sekaligus sebagai peneliti, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3.3 Sumber Data


(32)

Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah guru yang sekaligus peneliti dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu.

3.4 Teknis dan Alat Pengumpul Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan siklus penelitian untuk mengatasi kesulitan siswa.untuk dapat melihat kesulitan siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca, maka dilakukan tes yang berfungsi sebagai evaluasi awal. Sedangkan observasi awal dilakukan untuk mengetahui tindakan yang tepat dalam rangka meminimalkan kesulitan siswa tersebut. Setelah evaluasi dan observasi awal, dilakukan refleksi yang hasilnya menetapkan bahwa tindakan yang tepat untuk mengatasi kesulitan siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman adalah dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dokumentasi dan tes kemampuan.

Setiap siklus prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri dari empat komponen kegiatan pokok, yaitu: (a) perencanaan (planning), (b) tindakan (acting), (c) pengamatan (observing), (d) refleksi(reflecting), yang pada pelaksanaannya keempat komponen kegiatan pokok itu


(33)

berlangsung secara terus-menerus dengan diselipkan modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan perencanaan.

Keempat komponen kegiatan pokok ini dari sebuah siklus dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai sebuah spiral penelitian seperti ditunjukkan pada gambar berikut ;

Gambar : Spiral Penelitian Tindakan Kelas yang dikemukakan oleh Hopkins 1993 (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2011:105)

?


(34)

Bagan di atas menunjukkan bahwa langkah yang pertama adalah planning/persiapan, yang kedua adalah perlakuan dan pengamatan. Hasilnya dijadikan dasar untuk menetukan refleksi (mencermati apa yang sudah terjadi). Dari terselesaikannya satu siklus lalu disusun sebuah rencana yang akan digunakan untuk siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil refleksi siklus sebelumnya sampai tercapainya target yang diinginkan. Jangka waktu setiap siklus sangat tergantung pada keadaan yang terjadi di lapangan. Sebelum melakukan tindak penelitian melakukan penjajakan sebagai dasar untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu sesuai dengan KD. Selanjutnya melaksanakan tindakan yang direncanakan dalam beberapa siklus, yang antara lain sebagai berikut :

3.4.1 Siklus I a. Perencanaan

Guru kelas IV (peneliti) SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu dan pengamat (teman sejawat) menyusun RPP, menentukan pokok bahasan, membuat skenario kegiatan pembelajaran kontekstual, menyusun LKS, menyiapkan sumber belajar dan alat peraga, membuat format evaluasi dan pedoman pengamatan.


(35)

b. Pelaksanaan Tindakan

Peneliti (guru) melaksanakan sesuai rencana yang ada dalam rencana pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual seperti berikut :

1) Kegiatan awal : apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran dan pemberian materi.

2) Kegiatan inti : pembagian teks bacaan, pelaksanaan pembelajaran kontekstual, pengerjaan LKS dan pelaksanaan penilaian pengamatan, presentasi kelas hasil pengerjaan LKS dan penyimpulan maupun penyamaan persepsi dilanjutkan evaluasi.

3) Kegiatan akhir : pemberian reward, penegasan kembali hal-hal pokok/penting, perbaikan/pengayaan dan penutup.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan mencakup Aktivitas siswa dan guru dengan lembar penggamatan. Guru dan pengamat mengamati dampak pelaksanaan. Apakah telah sesuai dengan rencana dan hambatan atau kendala apa yang dihadapi siswa maupun guru.

d. Refleksi

Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya pembelajaran, peningkatan motivasi belajar dan ☎☎


(36)

mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari kekurangan siklus ini dilaksanakan pada siklus berikutnya.

3.4.2 Siklus II dan Siklus III

Pada siklus II dan III, sama halnya dengan siklus I terdapat perancanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hanya materinya saja yang berbeda. Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Adapun perolehan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan diambil selama kegiatan pembelajaran diperoleh dengan cara melakukan observasi, dokumentasi, dan tes.

a) Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indikator keberhasilan pembelajaran kognitif, untuk mengukur indikator-indikator pembelajaran.

b) Tes dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk essay dan tes unjuk kerja tentang sebuah topik bacaan ✆ ✝


(37)

untuk mengukur kemampuan dan ketrampilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran Bahasa Indonesia.

2) Alat Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan melakukan observasi terhadap subyek penelitian. Instrumen observasi, yaitu berupa skala penilaian yang akan diisi oleh pengamat pada saat proses pembelajaran yang berhubungan prilaku pengajar dan Aktivitas belajar siswa.

Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.

3.6 Analisis Data

Langkah-langkah selanjutnya yang ditempuh setelah pengumpulan data, yaitu analisis data. Analisis data dilakukan sejak awal pada setiap aspek penelitian. Begitu juga pada pencatatan lapangan dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas, peneliti langsung menganalisis segala yang dilihat dan teramati, baik mengenai situasi kelas serta hubungan antar siswa. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.

Analisis ini digunakan untuk menganalisis data untuk mengetahui Aktivitas belajar siswa, kinerja guru, serta kemampuan siswa melalui ✞✟


(38)

hasil tes tertulis setelah penerapan pembelajaran kontekstual dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Rumusan analisis Aktivitas siswa dalam pembelajaran kontekstual

jumlah jawabannya

x 100

Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran

Skor akhir x 100

a. Rumus Nilai Akhir tes kemampuan siswa

Skor akhir= x 100

Selanjutnya nilai-nilai rata-rata kemampuan siswa dihitung dengan menggunakan rumus rata-rata hitung sebagai berikut :

=

= nilai rata rata yang dicari

x = jumlah nilai

n = jumlah aspek yang dinilai

3.7 Indikator Keberhasilan


(39)

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dikatakan berhasil apabila masing-masing indikator dalam membaca pemahaman telah mencapai 75 %.

Indikator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kelancaran membaca

2. Ketepatan menggunakan tanda baca 3. Ketepatan dalam melafalkan

4. Ketepatan dalam intonasi membaca 5. Menjelaskan kembali isi bacaan.


(40)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bab IV peneliti mengambil beberapa kesimpulan :

a) Penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Peningkatan tersebut dapat diperoleh pada pembelajaran siklus I, siklus II, dan siklus III, yaitu pada siklus I aktivitas siswa mencapai rata-rata 62,06 persen. Sedang siklus II mencapai rata-rata 67,23 persen dan siklus III mencapai rata-rata 96,55 persen. Dari siklus I ke siklus II mencapai 5,17 persen dan dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar 29,32 persen.

b) Penggunaan media dalam pembelajaran dengan pendektan kontekstual kemampuan membaca pemahaman siswa akan meningkat. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh pada pembelajaran setiap siklusnya. Siklus I kemampuan membaca pemahaman yang mencapai lima indikator sebanyak 17 siswa 58,62 persen.


(41)

Siklus II yang mencapai lima indikator sebanyak 18 siswa 62,06 persen dan pada siklus ke III yang mencapai lima indikator adalah 27 siswa 93,10 persen.

c) Jika kemampuan membaca pemahaman pada siklus I yang

mencapai lima indikator adalah 17 siswa 58,62 persen pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa 62,06 persen dan siklus III menjadi 27 siswa 93,10 persen. Tampak terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat menjadi 3,44 persen, dan dari siklus II ke siklus III meningkat menjadi 31,04 persen.

5.2 Saran

a) Siswa hendaknya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia agar kemampuan membaca pemahaman meningkat.

b) Para guru hendaknya dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

c) Kepala Sekolah seyogyanya melengkapi media dan alat peraga sebagai sarana untuk peningkatan kemampuan membaca pemahaman.


(42)

(43)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINARMULYA

KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN

2011/2012

(Skripsi)

Oleh SRIYANI NPM 1013119072

PROGRAM PENDIDIKAN S1 DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(44)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINARMULYA

KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh SRIYANI

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Pada

Program Studi S-1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(45)

DAFTAR BAGAN

26 30


(46)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAK ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

SURAT PERNYATAAN v

RIWAYAT HIDUP vi

PERSEMBAHAN vii

MOTTO viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR BAGAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 1

1.2 4

1.3 Rumusan Masalah 4

1.4 4

1.5 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 6

2.1.1 Pengertian belajar dan 6 8

2.2 11

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 11 13 2.2.3 Aspek Pembelajaran Bahasa Indondesia ... 14 16 19 26

2.5 Hipote 27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 28

3.2 28

3.3 29

3.4 Teknis dan Alat Pengumpul 29


(47)

31 33

3.5 33

3.6 34

3.7 Indikator keb 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 37

4.2 40

BAB V PENUTUP

5.1 66

5.2 67

DAFTAR PUSTAKA 68

LAMPIRAN 69


(48)

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan menengah.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud.

Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan. 1998.Belajar dan Pembelajaran.Surakarta: UNS Pres.

Nurhadi; Senduk, A.G. 2003.Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learninng / CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS).

Hamalik Oemar. 1995.Proses Belajar Mengajar.Semarang: IKIP semarang Press.

Rahim, Farida. 2008.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.Jakarta: Bumi Aksara.

Ritawati. 2005.Peningkatan Keterampilan membaca dan Menulis di Kelas Tinggi.Jakarta: Dekdiknas.

Rusman. 2011.Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2007.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: kencana.

Arikunto Suharsini, Suahrjono, Supardi. 2011.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suprapto. 2003.Pengembangan Pembelajaran SD.Bandung: Angkasa. Suyitno. 2004.Pembelajaran di SD.Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Tarigan, H.G. 1994.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.


(50)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus 38 44 45 Tabel 4.4 Aktivitas Belajar Siklus 50 51 Tabel 4.6 Rekapitulasi Kemampuan Membaca Pemahaman Pra

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Siklus III 58

Tabel 4.8 Distribusi Kemampuan Membaca Pemahaman

59 Tabel 4.9 Rekapitulasi Kemampuan Membaca Pemahaman

63


(51)

(52)

JUDUL TA : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINARMULYA

KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NAMA : SRIYANI

NPM : 1013119072

PRODI : S1 DALAM JABATAN

MENYETUJUI

Pembahas Pembimbing

Dr. RISWANTI RINI, M.Si Dra. SASMIATI, M.Hum

NIP. 196003281986032002 NIP. 195604241981032003

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(53)

(54)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan anugrah-Nya, Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Penelitian Tindakan Kelas ini adalah syarat melakukan penelitian tingkat akhir yaitu skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak diantaranya: 1. Dr. H. Bujang Rahman. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Selaku ketua jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Dra. Sasmiati, M.Hum. selaku dosen pembimbing. 4. Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku dosen pembahas

5. Sholehuddien.AM, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Sinarmulya

6. Abu Hadi, S.Pd. selaku teman sejawat. 7. Rekan-rekan di SD Negeri 1 Sinarmulya.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program S1 dalam jabatan

9. Keluarga besar yang telah memberi dukungan, doa dan semangat. Penulis menyadari Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perkembangan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis,

SRIYANI

NPM : 1013119072


(55)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Penguji : Dra. Sasmiati, M.Hum

Penguji : Dr. Riswanti Rini, M.Si

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr.H.Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian TA


(56)

MOTTO

 

 

 



 



-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat


(57)

(58)

PERSEMBAHAN

Karya tulis berbentuk Penelitian Tindakan Kelas ini penulis persembahkan kepada orang-orang tercinta berikut :

1. Orang tua dan mertua, dengan limpahan kasih sayang dan doa untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin terbalaskan; 2. Suami tercinta Abuseri, S.Ag yang memberikan motivasi dan

semangat serta kedamaian;

3. Kedua buah hatiku, Riza Arif MZ dan Ulfa Maskanah yang memberikan inspirasi dan motivasi serta membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas;

4. Para Dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membantu kuliahku;

5. Kepala Sekolah, Guru dan Pegawai Sekolah SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu; 6. Almamater tercinta Universitas Lampung.


(59)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Sukoharjo pada 6 Maret 1969. Peneliti merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara dari pasangan Suhardiono dan Ponirah.

Pendidikan yang telah ditempuh peneliti, Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo selesai tahun 1981, Sekolah Menengah Pertama Sukoharjo tahun 1984, Sekolah Pendidikan Guru PGRI tahun 1987, Diploma II Universitas Terbuka selesai tahun 2003.

Tercatat sebagai mahasiswa S1 kependidikan bagi guru dalam jabatan, program studi PGSD, jurusan ilmu pendidikan, pada bulan Juli 2010.


(60)

(61)

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : SRIYANI

NPM : 1013119072

Program Studi : S-1 PGSD Dalam Jabatan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Perguruan Tinggi : Universitas Lampung

Judul TA : Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012 Menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah

dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang membuat pernyataan

SRIYANI

NPM : 1013119072 ☞


(62)

(1)

(2)

PERSEMBAHAN

Karya tulis berbentuk Penelitian Tindakan Kelas ini penulis persembahkan kepada orang-orang tercinta berikut :

1. Orang tua dan mertua, dengan limpahan kasih sayang dan doa untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin terbalaskan; 2. Suami tercinta Abuseri, S.Ag yang memberikan motivasi dan

semangat serta kedamaian;

3. Kedua buah hatiku, Riza Arif MZ dan Ulfa Maskanah yang memberikan inspirasi dan motivasi serta membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas;

4. Para Dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membantu kuliahku;

5. Kepala Sekolah, Guru dan Pegawai Sekolah SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu; 6. Almamater tercinta Universitas Lampung.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Sukoharjo pada 6 Maret 1969. Peneliti merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara dari pasangan Suhardiono dan Ponirah.

Pendidikan yang telah ditempuh peneliti, Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo selesai tahun 1981, Sekolah Menengah Pertama Sukoharjo tahun 1984, Sekolah Pendidikan Guru PGRI tahun 1987, Diploma II Universitas Terbuka selesai tahun 2003.

Tercatat sebagai mahasiswa S1 kependidikan bagi guru dalam jabatan, program studi PGSD, jurusan ilmu pendidikan, pada bulan Juli 2010.


(4)

(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : SRIYANI

NPM : 1013119072

Program Studi : S-1 PGSD Dalam Jabatan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Perguruan Tinggi : Universitas Lampung

Judul TA : Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sinarmulya Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012 Menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah

dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang membuat pernyataan

SRIYANI

NPM : 1013119072


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III SD NEGERI 1 MATARAM GADINGREJO PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 25

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS I SDN 1 BULUREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 60

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS I SDN 1 BULUREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 14 123

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINARMULYA KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 62

PENINGKATAN KEMAMPUAN PARAFRASA MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI-A SD NEGERI 4 TALANGPADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 69

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWODADI GISTING TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 2 63

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA POKOK BAHASAN PERUBAHAN WUJUD ZAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA DI KELAS IV SD NEGERI 2 MARGODADI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 11 55

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V-B SDN 1 SINAR SEMENDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 26 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KAMPUNG KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 34