PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS IPA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TPS PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 2 KEDONDONG KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Guru melaksanakan pembelajaran supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Materi pelajaran yang merangsang dan menantang seperti IPA, kadang membuat siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikian rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.


(2)

Berdasarkan hasil survey pra penelitian yang dilakukan, hasil belajar siswa SD N 2 Kedondong yang memperoleh nilai sebesar 65 pada mata pelajaran IPA masih sangat sulit di capai.

No Nilai Keterangan Jumlah Siswa Presentasi

1 < 65 Belum tuntas 16 69,57%

2 ≥ 65 Tuntas 7 30,43%

Jumlah 23 siswa

Tabel 1. Daftar KKM siswa kelas V SD N 2 Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012 Berdasarkan tabel 1 siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran siswa kelas V (Lima) semester genap di SD Negeri 2 Kedondong masih menggunakan model pembelajaran yang menerangkan materi di depan kelas kemudian siswa mengerjakan latihan. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik.

Indikasi aktivitas belajar IPA di SD Negeri 2 Kedondong dari hasil wawancara dan data yang diperoleh ternyata sebagian siswa memiliki persepsi bahwa pelajaran IPA sebagai mata pelajaran sulit, tidak memperhatikan saat guru menerangkan, bermalas-malasan mengerjakan tugas, kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, kurang semangat mengerjakan soal dan siswa merasa bosan.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, diantaranya model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat pembelajaran. Di SD Negeri 2 Kedondong, guru masih menerapkan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dari empat sampai lima orang.


(3)

Adapun kegiatan pembelajaran tersebut tidak berjalan dengan aktif karena tidak semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang berkemampuan rendah hanya mengandalkan siswa lain untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi di kelas adalah rendahnya kemampuan IPA siswa, kemungkinan ini disebabkan oleh ketidaktepatan dalam pengelolaan pembelajaran. Sehingga perlu diteliti apakah terjadi peningkatan kemampuan IPA siswa bila model pembelajaran di ubah. Oleh karena itu diperlukan adanya terobosan baru dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Kedondong.

Agar pembelajaran ini dapat optimal diperlukan partisipasi siswa dan memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004:57). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan.

Dalam pembelajaran kooperatif para siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) adalah sebuah alur diskusi dimana siswa selalu memiliki waktu lebih banyak untuk berpikir dalam merespon suatu pertanyaan. Melalui kegiatan diskusi ini, siswa diharapkan mampu saling membantu satu sama lainnya, sehingga menghasilkan efek positif terhadap peningkatan respon siswa. Guru hanya melengkapi penyajian singkat atau membaca tugas. Guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan tanya jawab kelompok secara keseluruhan.


(4)

Dalam pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), siswa secara tidak langsung dididik untuk berlatih berbicara di depan umum yaitu dengan jalan siswa mengutarakan ide atau pendapat dengan pasangannya. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain. Selain itu, Think-Pair-Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah kemampuan Analisis IPA tentang daur air siswa SD Negeri 2 Kedondong meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan Analisis IPA siswa pada materi daur air kelas V (lima) SD Negeri 2 Kedondong melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

1.4 Manfaat PTK

Kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa

Memberikan pengalaman tentang salah satu cara belajar IPA pada materi daur air dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)


(5)

2. Bagi guru

Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru yaitu alternatif model pembelajaran TPS yang dapat digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas

3. Manfaat bagi sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah meningkatkan kepercayaan masyarakat karena meningkatnya hasil belajar siswa dan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan yang mengarah pada peningkatan aktivitas belajar siswa

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini memerlukan kejelasan sehingga diberikan beberapa batasan antara lain:

1. Materi yang diajarkan kepada siswa selama penelitian ini adalah materi pelajaran IPA mengenai daur air pada Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

2. Kemampuan IPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan analisis siswa yang dilihat dari hasil tes setiap akhir siklus

3. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) adalah model pembelajaran kelompok yang terdiri dari dua orang, pasangan siswa tersebut dipilih berdasarkan nilai. Siswa yang berkemampuan tinggi dipasangkan dengan siswa yang berkemampuan rendah. Setiap siswa harus memecahkan masalah secara mandiri lalu mendiskusikan dengan pasangannya mengenali hasil pemecahan masalah secara mandiri, setelah itu setiap pasangan mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas.


(6)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli

Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar.

Menurut Hamalik (2005 : 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Sedangkan, Sardiman (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori dan ditambah dengan aktivitas siswa baik secara fisik maupun secara mental aktif.”

2.1.2 Pengertian Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan


(7)

memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

2.1.3 Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari tipe pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. Untuk membuat item tes kecakapan analisis memerlukan pengenalan berbagai kecakapan yang termasuk klsifikasi analisis yaitu:

1. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas 2. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu

ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya

3. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan peruntutan

4. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapinya, Sudjana (2002:27).

Analisis juga dapat diartikan usaha memilah suatau integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Dengan analisis diharapkan seeorang mempuyai pemahaman yang komprehensif, dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, memahami prosesnya, memahami cara bekerjanya, dan memahami sistematikanya.


(8)

Beberapa indikator yang termasuk klasifikasi analisis, yaitu:

a. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu,

b. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas,

c. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya

d. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan mengunakan kriteria seperti relevansi, sebab akibat, atau peruntutan,

e. Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapinya, dan

f. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan dan tujuan materi yang dihadapi. Menurut Anonymous (2009) tingkat analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.

Contoh kegiatan belajar:

 Mengidentifikasi faktor penyebab  Merumuskan masalah

 Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi  Membuat grafik


(9)

2.1.4 Pengertian Hasil Belajar Siswa

Setelah siswa menyelesaikan proses pembelajaran maka siswa akan mengalami peningkatan kemampuan baik kemampuan penguasaan pengetahuan maupun keterampilan. Hasil belajar merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2002 : 39) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu agar siswa dapat memahami konsep-konsep materi pelajaran dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan dalam bekerja sama.

Pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, prilaku kooperatif dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya (Ibrahim, 2002:63).


(10)

Ciri-ciri model pembelajaran koopertif antara lain:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. (Ibrahim, dkk., 2002:6-7).

2.1.6 Model Pembelajaran TPS

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota). diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran


(11)

kooperatif. Namun, tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.

Menurut Lie (2004), keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) adalah:

1. Meningkatkan kemandirian siswa

2. Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.

3. Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat

4. Melatih kecepatan berpikir siswa dan keuntungan lain dari teknik ini adalah dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik

Kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk., (2002:6) diantaranya:

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan 3. melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode

pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.


(12)

4. Penerimaan terhadap individu lebih besar.

5. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal

6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Menurut pendapat Lie (2004:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.”

Tahapan-tahapan model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) diantaranya: a. Tahap 1. Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban secara mandiri untuk beberapa saat.

b. Tahap 2. Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang dipikirkan pada tahap 1. Pada tahap ini diharapkan digunakan oleh siswa untuk berdiskusi dan berbagi ide. Guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.


(13)

c. Tahap 3. Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Secara bergiliran pasangan demi pasangan. (Ibrahim.2002:26-27). Tabel 3. Aktivitas dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think- pair-share (TPS) dapat dilihat pada tabel 2.

Langkah-langkah Aktivitas guru Aktivitas siswa

Langkah 1 Think (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atas masalah.

Membaca dan merenungkan hasil kajian literaturnya untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan yang diajukan guru.

Langkah 2 Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan Apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasikan. Secara formal guru member waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Melakukan diskusi dengan pasangannya yang telah ditentukan sebelumnya.

Langkah 3 Sharing (berbagi)

Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Pasangan-pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas tentang jawaban atas permasalahan yang diajukan oleh guru. Tabel 2. Aktivitas dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think- pair-share (TPS) (Sumber Ibrahim, dkk).


(14)

2.2Penelitian Terdahulu yang Relevan

Novita, Tika Wulan (2009) menyebutkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Biologi siswa kelas X SMA Kertanegara Malang. Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share memiliki dampak positif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa, dampak positif terhadap kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu.

Hasil penelitian tersebut disimpulkan oleh Novita, Tika Wulan yaitu: Rerata motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 55,40% meningkat pada siklus II menjadi 70,33%. Prestasi belajar pada siklus I sebesar 64,70% meningkat pada siklus II menjadi 80%. Dari penelitin yang dilakukan oleh Novita, Tika Wulan (2009) terlihat bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat

ditindaklanjuti oleh peneliti-peneliti di masa yang akan datang secara maksimal agar hasilnya dapat tercapai lebih baik lagi.

2.3 Kerangka Pikir

Melalui model pembelajaran tipe think-pair-share (TPS) siswa diberi kesempatan untuk berfikir secara individu untuk memecahkan masalah atau soal yang diberikan (Think), siswa melakukan diskusi dengan pasangan tentang solusi dari soal yang diberikan oleh guru (Pair), Kemudian siswa berbagi dengan pasangan atau mempersentasikan hasil di depan kelas (Share).

Pada model pembelajaran tipe think-pair-share (TPS) siswa diminta untuk memecahkan masalah, lalu siswa akan berbagi jawaban dengan pasangan lain, setelah


(15)

itu beberapa siswa diminta untuk menyajikan hasil diskusi mereka untuk menyampaikan ide-ide mereka di depan kelas.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) berperan penting dalam menentukan keberhasilan siswa, siswa yang aktif dalam pembelajaran diharapakan memiliki pengalaman yang lebih luas, dapat memungkinkan siswa untuk karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan, siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah, siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok. sehingga hasil belajar yang diperoleh semakin meningkat.

Selain itu guru memberikan kebebasan untuk mengembangkan daya pikir siswa, sehingga siswa aktif dalam menjawab soal yang diberikan guru, merangkum materi, mengeluarkan pernyataan, dan memberi pendapat. Dan memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) akan berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka dapat dituliskan kerangka berfikir sebagai berikut:

Keterangan : Dalam pembelajaran apabila menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS) akan membantu meningkatkan aktivitas belajar dan setelah beraktivitas maka akan memperoleh hasil belajar.


(16)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan analisis IPA pada materi daur air siswa kelas V (Lima) SD Negeri 2 Kedondong semester genap tahun pelajaran 2011/2012.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kedondong Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada semester genap mulai bulan Maret sampai dengan Mei Tahun Pelajaran 2011/2012

3.3 Subyek Peneitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V (Lima) siswa laki-laki 8 orang dan siswa perempuan 15 orang dan jumlah keseluruhan adalah 23 siswa dan di dukung guru mitra.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti, peneliti menggunakan alat pengukur pengukur data sebagai berikut:

a. Tes sebelum dilakukan tindakan.

Sebelum melakukan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dilakukan tes awal. Fungsi dari tes awal adalah untuk memperoleh gambaran hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan apakah ada peningkatan atau tidak dalam hal belajar siswa. Bentuk soal tes awal adalah uraian berjumlah 10 soal, skor tiap butir soal 5


(18)

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif, mengenai hal-hal yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan berisi permasalahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan pembelajaran berikutnya ataupun masukan terhadap keberhasilan yang sudah dicapai

c. Tes

Evaluasi dilakukan dengan tes uraian yang diadakan setiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Tes yang diberikan siswa dalam bentuk uraian. Sebelum tes siklus diujikan kepada siswa, tes terlebih dahulu diperiksa oleh guru mitra. Setelah guru mitra mengetahui tingkat validitasnya, baru soal dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan isi kurikulum dan materi pembelajaran. Dimana isinya berguna untuk mengetahui kemampuan IPA siswa setelah diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).

d. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa fungsinya untuk mengetahui aktivitas (positif) belajar siswa seperti: mengerjakan soal, bekerjasama dengan pasangan, berpasangan dan berbagi, bertanya, menjawab atau menanggapi


(19)

e. Tes dilakukan setelah tindakan

Tes akhir fungsinya adalah untuk melihat skor perolehan belajar dalam setiap siklus pembelajaran.Dengan mengetahui jumlah perolehan skor tes awal dan skor tes akhir maka dapat diketahui penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan guru. Bentuk soal adalah uraian berjumlah 10 soal, skor tiap butir soal 5.

3.5 Validitas Isi

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas dengan menggunakan validitas isi. Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur. Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional.

Pada penelitian ini melibatkan dua ahli dibidangnya atau guru IPA yang kompeten dan memiliki pengalaman untuk mengetahui kelayakan soal yang akan diujikan. Yaitu Bapak Isnen Ngadino S.Pd dan Ibu Haliana, S.Pd. Menurut Arikunto (2007:67) sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan merinci materi kurikulum atau materi pelajaran


(20)

3.6 Analisis Data

3.6.1 Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa (Format tabel ada dilampiran) diperoleh dalam bentuk presentasi dengan rumus hasil belajar:

C = x 100% Keterangan:

C = Persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65

=

jumlah siswa yang mendapat nilai≥ 65

=

jumlah seluruh siswa (Arikunto, Suharsimi 2007)

. .

Aktivitas belajar siswa

Data diperoleh dari proses pembelajaran berupa aktivitas belajar siswa selama tindakan pembelajaran (Format tabel dan target ada di lampiran). Dan aktivitas tersebut digambarkan secara deskriptif yang datanya diolah dalam bentuk persentase dengan rumus:

р =

×

100 % Keterangan :

P = Angket persentase F = Frekuensi aktivitas

N = Jumlah individu (Arikunto,Suharsimi 2007)

3.6. 3 Data Aktivitas Guru

Lembar pengamatan aktivitas guru ada 22 yang diamati. Tiap indikator diadopsi dari IPKG pelaksanaan program PKM SI dalam jabatan Universitas Lampung (Format tabel ada di lampiran).


(21)

3.7 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 70,0 mencapai 75% pada akhir siklus.

3.8 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari siklus per siklus. Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Sudjarwo, 2005:48). Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu:

1. tahap perencanaan 2. tahap pelaksanaan 3. tahap pengamatan 4. tahap refleksi

3.9 Langkah-langkah Penelitian (1)Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi: (i) Membagi siswa dalam pasangan-pasangan

(ii) Mendiskusikan dan menetapkan rencana pembelajaran yang diterapkan dikelas sebagai tindakan dalam siklus dengan guru mitra

(iii) Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode pembelajaran TPS yang sesuai dengan materi yang diberikan (iv) Membuat soal uraian


(22)

Siklus I

Siklus II

Gambar 1 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Adaptasi Hopkins, 1993:48)

(2)Pelaksanaan

Kegiatan ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah di susun dalam perencanaan sesuai dengan rencana pembelajaran dengan urutan kegiatan secara garis besar sebagai berikut:

(i) Penyajian materi

Penyajian materi dilakukan secara klasikal dalam waktu sekitar 10 menit dari waktu yang tersedia. Penyajian materi meliputi pokok-pokok materi secara garis besar

(ii) Memecahkan masalah secara mandiri

Setelah penyajian materi dilakukan, siswa akan diberi lembaran soal uraian dan diberi waktu untuk memecahkannya secara mandiri. Soal uraian diberikan secara bertahap sesuai dengan materi yang diberikan. Guru memandu siswa dalam

Identifikasi masalah

Tindakan

Perencanaan ulang Refleksi Perencanaan

Tindakan

Observasi


(23)

memecahkan masalah secara mandiri dengan mengawasi dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa

(iii) Berdiskusi dengan pasangan

Setelah siswa memecahkan masalahnya secara mandiri, siswa diminta untuk berpasangan dan mendiskusikan hasil pemikirannya

(iv) Menyajikan hasil diskusi

Setelah semua siswa menyelesaikan diskusinya, pasangan yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya kedepan kelas

(v) Membahas hasil diskusi lapangan

Seluruh siswa diminta menanggapi hasil diskusi pasangan yang menyajikan tadi dan menanyakan pada guru jika terdapat hal-hal yang kurang jelas

(3)Pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan yang mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan yang dilakukan dengan menggunakan lembar yang telah disediakan

(4)Refleksi

Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melihat hasil siklus sebelumnya dan melakukan perbaikan atau evaluasi terhadap kekurangan yang ada. Dari hasil observasi dan tes kemudian dilakukan analisis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan sementara tentang langkah-langkah selanjutnya


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan

aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Kedondong tahun pelajaran 2011/2012. Setelah dilakukan tindakan, semua indikator aktivitas belajar siswa seperti : mengerjakan soal dengan benar, bekerjasama dengan pasangan, berpasangan dan berbagi, bertanya, menjawab dan menanggapi telah mencapai target yang diinginkan.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Kedondong tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar IPA siswa pada pra PTK adalah 30,43% menjadi 82,61% pada akhir siklus II.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar dapat memperkaya

variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh siswa dan selalu memantau perkembangan peserta didik terutama dari perilaku, pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.


(25)

2. Kepada guru di SD Negeri 2 Kedondong, diharapkan dapat mencoba model

pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) sebagai salah satu metode

alternatif pembelajaran IPA

3. Hendaknya guru meningkatkan kompetensi profesional serta membekali diri

dengan pengetahuan yang luas karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat berpengaruh pada keberhasilan proses pembelajaran


(1)

3.6Analisis Data

3.6.1 Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa (Format tabel ada dilampiran) diperoleh dalam bentuk presentasi dengan rumus hasil belajar: C = x 100%

Keterangan:

C = Persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65

=

jumlah siswa yang mendapat nilai≥ 65

=

jumlah seluruh siswa (Arikunto, Suharsimi 2007) . .

Aktivitas belajar siswa

Data diperoleh dari proses pembelajaran berupa aktivitas belajar siswa selama tindakan pembelajaran (Format tabel dan target ada di lampiran). Dan aktivitas tersebut digambarkan secara deskriptif yang datanya diolah dalam bentuk persentase dengan rumus:

р =

×

100 % Keterangan :

P = Angket persentase F = Frekuensi aktivitas

N = Jumlah individu (Arikunto,Suharsimi 2007) 3.6. 3 Data Aktivitas Guru

Lembar pengamatan aktivitas guru ada 22 yang diamati. Tiap indikator diadopsi dari IPKG pelaksanaan program PKM SI dalam jabatan Universitas Lampung (Format tabel ada di lampiran).


(2)

3.7Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 70,0 mencapai 75% pada akhir siklus.

3.8Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari siklus per siklus. Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Sudjarwo, 2005:48). Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu:

1. tahap perencanaan 2. tahap pelaksanaan 3. tahap pengamatan 4. tahap refleksi

3.9Langkah-langkah Penelitian (1)Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi: (i) Membagi siswa dalam pasangan-pasangan

(ii) Mendiskusikan dan menetapkan rencana pembelajaran yang diterapkan dikelas sebagai tindakan dalam siklus dengan guru mitra

(iii) Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode pembelajaran TPS yang sesuai dengan materi yang diberikan (iv) Membuat soal uraian


(3)

Siklus I

Siklus II

Gambar 1 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Adaptasi Hopkins, 1993:48)

(2)Pelaksanaan

Kegiatan ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah di susun dalam perencanaan sesuai dengan rencana pembelajaran dengan urutan kegiatan secara garis besar sebagai berikut:

(i) Penyajian materi

Penyajian materi dilakukan secara klasikal dalam waktu sekitar 10 menit dari waktu yang tersedia. Penyajian materi meliputi pokok-pokok materi secara garis besar

(ii) Memecahkan masalah secara mandiri

Setelah penyajian materi dilakukan, siswa akan diberi lembaran soal uraian dan diberi waktu untuk memecahkannya secara mandiri. Soal uraian diberikan secara bertahap sesuai dengan materi yang diberikan. Guru memandu siswa dalam Identifikasi

masalah

Tindakan

Perencanaan ulang Refleksi Perencanaan

Tindakan

Observasi


(4)

memecahkan masalah secara mandiri dengan mengawasi dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa

(iii) Berdiskusi dengan pasangan

Setelah siswa memecahkan masalahnya secara mandiri, siswa diminta untuk berpasangan dan mendiskusikan hasil pemikirannya

(iv) Menyajikan hasil diskusi

Setelah semua siswa menyelesaikan diskusinya, pasangan yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya kedepan kelas

(v) Membahas hasil diskusi lapangan

Seluruh siswa diminta menanggapi hasil diskusi pasangan yang menyajikan tadi dan menanyakan pada guru jika terdapat hal-hal yang kurang jelas

(3)Pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan yang mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan yang dilakukan dengan menggunakan lembar yang telah disediakan

(4)Refleksi

Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melihat hasil siklus sebelumnya dan melakukan perbaikan atau evaluasi terhadap kekurangan yang ada. Dari hasil observasi dan tes kemudian dilakukan analisis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan sementara tentang langkah-langkah selanjutnya


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan

aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Kedondong tahun pelajaran 2011/2012. Setelah dilakukan tindakan, semua indikator aktivitas belajar siswa seperti : mengerjakan soal dengan benar, bekerjasama dengan pasangan, berpasangan dan berbagi, bertanya, menjawab dan menanggapi telah mencapai target yang diinginkan.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Kedondong tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar IPA siswa pada pra PTK adalah 30,43% menjadi 82,61% pada akhir siklus II.

5.2Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar dapat memperkaya variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh siswa dan selalu memantau perkembangan peserta didik terutama dari perilaku, pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.


(6)

2. Kepada guru di SD Negeri 2 Kedondong, diharapkan dapat mencoba model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) sebagai salah satu metode alternatif pembelajaran IPA

3. Hendaknya guru meningkatkan kompetensi profesional serta membekali diri dengan pengetahuan yang luas karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat berpengaruh pada keberhasilan proses pembelajaran


Dokumen yang terkait

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 TEMPEL REJO KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012/ 2013

0 14 49

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS IPA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TPS PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 2 KEDONDONG KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 25

ENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS IPA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TPS PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 2 KEDONDONG KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 1 WAYHALOM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 67

PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR BERMAIN SEPAK BOLA MELALUI PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KERTASANA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

0 6 49

PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR BERMAIN SEPAK BOLA MELALUI PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KERTASANA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

1 7 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 2 KEDONDONG

0 5 44

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN

0 2 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V DENGAN METODE DISKUSI PADA SEKOLAH DASAR NEGERI 2 WAY KEPAYANG KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TP 2013/2014

1 12 73

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS X MAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012/2013

0 6 64