GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2 Rangkasbitung.

(1)

GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2

Rangkasbitung)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Magister Program Pendidikan Sejarah

Oleh :

WENY WIDYAWATI BASTAMAN 1103438

PROGRAM PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2

Rangkasbitung)

Oleh :

WENY WIDYAWATI BASTAMAN

S.Pd UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Weny Widyawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2

Rangkasbitung)

Oleh :

Weny Widyawati Bastaman

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I :

Pembimbing II :

Dr. Erlina Wiyanarti M.Pd

Dr. Encep Supriatna M.Pd

196207181986012001

197601052005011001

Menyetujui

Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Sejarah

Dr. Agus Mulyana M.Hum

196608081991031001


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan menjadi hal sangat penting karena penyelanggaraan pendidikan yang menjadi salah satu syarat penunjang kemajuan Bangsa. Hasbullah (2008:122) mengemukakan melalui proses pendidikan suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan, selain itu pendidikan adalah proses mempersiapkan generasi mendatang agar memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk meneruskan pembangunan Bangsanya. Pengertian Pendidikan sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.”

Pengertian pendidikan menurut George F Kneller dalam Sarwono (2008:20) yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki dua arti, yaitu arti pendidikan secara luas dan sempit antara lain sebagai berikut:

Dalam arti luas pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga pendidikan, seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembaga-lembaga lain.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas maka pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau pengalaman untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu. Sebagai suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi.


(5)

Tujuan utama dalam pendidikan adalah adanya sebuah perubahan menuju pada arah yang lebih baik, hal tersebut dikarenakan posisi pendidikan itu sendiri berada pada subjek dalam proses perubahan sosial yang berkaitan erat dengan fungsi pendidikan sebagai Agent of Change (Sunarto, 2012:193). Tujuan pendidikan tercantum pula pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003 antara lain:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai maka pembelajaran harus dilakukan sebaik mungkin. Agar pembelajaran dapat berhasil maka seorang guru perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang keberhasilannya seperti kurikulum, guru, sarana prasarana, dan lingkungan pembelajaran di kelas, yang tergambar dalam proses pembelajaran. Secara eksplisit dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas antara lain adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam, (psiko) sosial dan budaya (Depdiknas, 2003).

Menurut Rivai dan Murni (2010:12-13) dalam bukunya Education Management metode pendidikan terbaik tergantung dari beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pendidikan, antara lain sebagai berikut :

a) Cost - efectiveness (efektifitas biaya). b) Materi program yang dibutuhkan. c) Prinsip-prinsip pembelajaran. d) Ketepatan dan kesesuaian fasilitas.

e) Kemampuan dan preferensi peserta pendidikan f) Kemampuan dan preferensi instruktur pendidikan


(6)

Pemaparan di atas mengenai faktor yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pendidikan peneliti menitik beratkan pada Cost – efectivituveness atau efektifitas biaya yang akan di keluarkan oleh seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran, berupa media yang membantu dalam proses pembelajaran, peneliti mencoba memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai. Hal yang kedua yaitu guru harus memperhatikan materi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Pada bagian ketiga adalah bagaimana guru selalu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Keempat fasilitas yang digunakan selama proses pembelajaran harus sesuai dengan materi dan dapat digunakan dengan maksimal. Hal lain yang harus diperhatikan guru adalah kemampuan dan preferensi instruktur pendidikan, karena hal tersebut akan dapat menentukan proses pembelajaran yang kemudian dapat memberikan pengaruh pada hasil belajar peserta didik.

Selain itu Rivai dan Murni (2010: 13) juga berpendapat bahwa dari beberapa faktor yang berperan di atas menggambarkan keterkaitan antar faktor-faktor tersebut :

Gambar 1.1

Faktor Yang Berperan Dalam Pendidikan

Sumber : Faktor Yang Berperan Dalam Pendidikan Rivai dan Murni (2010 : 13)

Instruktur

Metode

Peserta

Materi (bahan)


(7)

Keterlibatan semua komponen yang berperan di dalam pendidikan, sama halnya dengan pentingnya komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran, baik antara guru dengan peserta didik, atau antara peserta didik dengan peserta didik lainnya dengan kata lain terjadi interaksi eduktif dalam proses pembelajaran. Interaksi tersebut dapat dikatakan edukatif jika dalam proses pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dan disesuaikan dengan rencana pembelajaran. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran (Sardiman, 2003:1).

Secara keseluruhan proses pembelajaran di sekolah terjadi antara guru dengan peserta didik, hal tersebut merupakan sebuah kegiatan inti dalam pembelajaran, karena di dalam proses pembelajaran terjadi transformasi ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang disampaikan guru kepada peserta didiknya. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan interaktif maka dibutuhkan guru yang memiliki kreatifitas yang mampu mengolah pembelajaran biasa menjadi luar biasa, yang mampu menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik dengan menyenangkan. Karena guru yang baik dapat melakukan interaksi dalam pembelajaran, dengan mengolah informasi dan pengetahuan untuk disampaikan kepada peserta didiknya secara baik dan dapat diterima dengan mudah, selain itu guru kreatif dapat memanfaatkan media yang ada disekitarnya terlebih guru yang baik dapat menggunakan metode pembelajaran dengan tepat yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Titik utama dalam pendidikan terdapat pada proses belajar mengajar, sehingga proses tersebut menjadi penting. Karena pada saat yang bersamaan terjadi dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar, belajar yang dapat dikatakan sebagai penyerapan informasi dan pengetahuan baru bagi peserta didik yaitu bertambahnya informasi dan pengetahuan terhadap suatu mata pelajaran. Selain itu mengajar dapat diartikan sebuah proses penyampaian materi pembelajaran di dalam kelas yang menjadi proses transformasi pengetahuan dari guru kepada peserta didik.


(8)

Selain adanya interaksi belajar dan pembelajaran yang terjadi antara guru dengan peserta didik, kegiatan belajar juga dapat terjadi melalui interaksi antara peserta didik. Interaksi itu terjadi antara peserta didik dengan pendidik dan peserta didik dengan peserta didik lainnya, karena hal tersebut berdasarkan paradigma pendidikan modern bahwa pembelajaran harus berpusat pada peserta didik. Hal tersebut dapat digambarkan melalui bagan berikut:

Gambar 1.2

Proses Transformasi Pengetahuan

Sumber : Dokumen Pribadi

Agar terjadi interaksi pembelajaran yang baik, maka dibutuhkan guru yang memiliki kreatifitas. Karena idealnya seorang guru mampu memberikan pembelajaran yang bermakna, dengan pola penyampaian yang lebih mudah dipahami peserta didik dan mampu membangun kreatifitas peserta didik. Hal tersebut dipertegas oleh (Slavin, 2008:8) bahwa guru yang baik adalah guru yang mencoba untuk membangun keterampilan peserta didik yang sama pada masa-masa selanjutnya. Seorang guru harus mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dan juga mampu menumbuhkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu menurut Gary Flewelling dan William Higginson


(9)

dalam Suryono dan Hariyanto (2011:188-189) menggambarkan peran guru sebagai berikut :

1) Memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran yang kaya (Rich Learning Task) dan terancang baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial

2) Berinteraksi dengan peserta didik untuk mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan dan keberhasilan.

3) Menunjukan manfaat yang diperoleh dari mempelajari dari suatu pokok pembahasan

3) Berperan sebagai seorang yang membantu, seseorang yang memberi penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami peserta didik dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah dari seorang pembelajar yang berani mengambil resiko (Risk talking learner), dengan demikian guru berperan sebagai pemberi informasi (Informer), (fasilitator).

Dalam rangka tujuan pendidikan sebagai upaya untuk membentuk siswa yang memiliki kecakapan, berfikir kreatif, belajar mandiri untuk menjadi warga Negara yang demokratis, dapat dikembangkan salah satunya melalui pembelajaran sejarah. Tujuan pendidikan sejarah di SMA menurut (Hasan, 2012 : 7) antara lain sebagai berikut :

a. Mengembangkan pendalaman tentang peristiwa sejarah terpilih baik lokal maupun nasional

b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif c. Membangun kepedulian sosial dan semangat kebangsaan d. Mengambangkan rasa ingin tahu, inspirasi, dan aspirasi

e. Mengambangkan nilai dan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan f. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi

g. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas, dan mengkomunikasikan informasi.

Agar mendapatkan hasil belajar yang baik maka tidak hanya peserta didik maka gurupun harus memiliki kemampuan dalam berbagai hal salah satunya dengan kemampuan dalam penguasaan materi menurut (Kochhar, 2008:393) kualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru sejarah yaitu, guru harus lengkap dari segi akademis, mampu menguasai materi yang akan disampaikannya, pengetahuannya luas mengenai harus mencangkup pengetahuan masa kini,


(10)

sehingga siswa pada saat belajar sejarah akan menjadi pengamat masa kini mengenai hal-hal yang terjadi disekitarnya, dengan demikian siswa tidak akan jenuh pada saat membahas peristiwa-peristiwa masa lalu. Selain itu menurut (Kochhar, 2008:393) gurujsejarah harus menguasai berbagai macam metode dan teknik pembelajaran sejarah. Suasana belajar yang nyaman yang harus mampu diciptakan oleh seorang guru adalah tugas lain selain menyampaikan materi karena jika materi yang disampaikan tidak dapat dicerna siswa maka akan berdampak pada hasil belajar, dampak lain yang akan mempengaruhi siswa akan kurang mendapatkan pelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran tersebut. Hal ini dipertegas oleh Bahri dan Zain (2006 : 73) bahwa keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode. Demikian fungsi penting seorang guru di dalam proses pembelajaran yang dapat memberi pengaruh terhadap hasil belajar siswanya. Karena menurut (Sanjaya, 2008: 137) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Guru dengan strategi pembelajarannya adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan proses belajar-mengajar. Menurut (Syamsudin, 2009 :155) antara lain :

Guru ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (Learning experience) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (Learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (Teaching-learning strategy) yang tepat (Appropriate).

Pentingnya seorang guru harus memiliki keterampilan dan kreatifitas dalam proses pembelajaran, salah satunya karena tingkat kesulitan dan karakteristik setiap matapelajaran itu berbeda, dan untuk matapelajaran sejarah yang lebih identik dengan banyaknya hafalan, diungkapkan oleh (Hasan, 2012 : 8) mengenai materi pembelajaran sejarah sebagai berikut :

Bahwa suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri adalah materi pendidikan sejarah adalah materi yang sangat abstrak. Tingkat abstraksi itu disebabkan


(11)

karena materi peristiwa sejarah terjadi pada kurun waktu yang sangat jauh dari kehidupan peserta didik, dan dan oleh kenyataan bahwa materi sejarah berkenan dengan konsep yang sangat tinggi tingkat abstraksinya.

Namun pada saat ini guru disibukkan dengan perangkat pendidikan terlebih guru mengutamakan proses pembelajaran hanya sebagai proses penyampaian materi dan peserta didik hanya sebagai penerima materi yang disampaikan oleh guru. Selain menerima materi peserta didik selalu terpaku pada sumber belajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Proses pembelajaran yang demikian membuat hasil belajar peserta didik kurang maksimal. Tidak optimalnya strategi guru dalam proses pembelajaran di kelas menyebabkan banyaknya kemampuan peserta didik yang belum tergali dengan maksimal.

Mengembangkan seoptimal mungkin kemampuan yang ada dalam diri peserta didik yang tidak hanya berupa kemampuan kognitif melainkan kemampuan lainnya yang dimiliki oleh peserta didik yaitu berupa beberapa kecerdasan yang meliputi kecerdasan Linguistik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan tersebut terkadang tidak tergali oleh pembelajaran konfensional saja, namun membutuhkan rangsangan berupa pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik memberi makna dan pembelajaran yang dapat mengoptimalisasikan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Agar dapat memberikan pembelajaran yang dapat mengoptimalisasi kemampuan peserta didik dapat melalui pembelajaran sejarah, karena pembelajaran sejarah adalah pembelajaran mengenai kehidupan manusia dari masa ke masa, yang mempelajari berbagai aspek kehidupan. Dengan belajar berfikir historis peserta didik akan mampu berfikir secara kronologis dengan mempelajari masa lampau yang dapat memahami dan menjelaskan proses perkembangan serta perubahan yang terjadi dalam diri masyarakat Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran sejarah menurut (Ismaun, 2005:233) ialah untuk membantu para siswa agar mengembangkan pemahaman dan wawasan sejarah, yakni:

a. Memahami perilaku manusia masa lampau


(12)

c. Merencanakan keadaan masyarakat yang akan datang secara lebih baik Pembelajaran sejarah membahas mengenai tiga periode sekaligus yaitu masa lampau, masa sekarang dan akan datang sebagai konsep waktu dalam pembelajaran sejarah maka penyajian pembelajaran harus sedemikian baik. Karena dewasa ini dalam proses pembelajaran sejarah sering kali peserta didik merasa jenuh, hal tersebut dikarenakan materi yang harus dipelajari sangat banyak, dan hanya disampaikan oleh guru tanpa melibatkan peran serta peserta didik. Hal tersebut pada akhirnya membuat peserta didik kurang memperhatikan sebab sepanjang pembelajaran hanya duduk mendengarkan, karena metode yang digunakan hanya metode konvensional. Hal senada diungkapkan oleh (Wiriaatmadja, 2002:158) menyebutkan bahwa:

Kelemahan-kelemahan yang tampak dalam pembelajaran sejarah adalah kurang mengikut sertakan peserta didik dan membiarkan 'budaya diam' berlangsung di dalam kelas. Kondisi demikian menyebabkan pengajaran sejarah, dan sejarah nasional khususnya, kurang berhasil dalam menggairahkan pembelajaran peserta didik untuk penghayatan nilai-nilai secara mendalam yang ditunjukan dengan pengungkapan ekspresi secara vokal. Faktor lain yang kurang menunjang ialah luasnya cakupan pengajaran lain yang sejenis, dan dukungan buku teks dan bahan bahan bacaan lainnya yang bersifat informatif dari pada merangsang daya nalar dan berfikir kreatif peserta didik

Selama proses pembelajaran siswa tidak bias hanya menjadi pendengar, harus ada kegiatan aktif berupa partisipasi dalam proses pembelajaran. Peserta didik dapat melakukan berbagai cara sebagai upaya memberikan proses pembelajaran yang menyenangkan maka menurut (Mcdonald dan Hershman, 2011 : 205) bahwa elemen penting lainnya untuk membangun api semangat belajar yang menyala di dalam kelas adalah secara aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran yang pasif harus dirubah dengan menggunakan berbagai variasi dalam metode pembelajaran sehingga dapat membantu siswa agar menjadi aktif dalam proses pembelajaran, terlebih dapat menghilangkan efek jenuh dalam proses pembelajaran sejarah karena menurut (Mcdonald dan Hershman, 2011:205), kebosanan dapat dipastikan menghasilkan siswa yang sulit diatur penyampaian pelajaran yang datar dan tidak


(13)

menarik disertai lembar tugas yang itu-itu juga lebih dari cukup membuat siswa yang paling baik sekalipun, merasa jenuh. Apalagi untuk siswa yang aktif, yang pada kondisi biasa pun sulit sekali untuk duduk diam di dalam kelas.

Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dapat dikemas melalui kerjasama dalam kelompok ataupun secara klasikal. Sehingga akan menumbuhkan semangat belajar siswa terhadap pembelajaran sejarah. Karena sejarah memiliki manfaat bagi peserta didik yaitu sesuai yang diungkapkan oleh Garvey dan Kug dalam Sjamsuddin (2008:268) yaitu:

1) Memperoleh pengetahuan fakta-fakta sejarah; [Kognitif]

2) Memperoleh pemahaman atau apresiasi peristiwa-peristiwa atau periode-periode atau orang-orang dari masa lalu; [afektif]

3) Mendapatkan kemampuan mengevaluasi dan mengkritik karya-karya sejarah; [keterampilan]

3) Belajar teknik-teknik penelitian sejarah; [keterampilan];

5) Belajar bagaimana menulis sejarah. [ketrampilan] (Garvey and Krug, 1977:2).

Pada bagian pertama menurut Garvey dan Kug (2008) mengenai Belajar sejarah (Studying History), adalah memperoleh pengetahuan fakta-fakta sejarah; [Kognitif], dalam proses pembelajaran sejarah banyak fakta yang akan disampaikan, dan dengan demikian peserta didik akan banyak memiliki pengetahuan mengenai fakta-fakta tersebut. Banyaknya fakta yang ada pada materi pembelajaran sejarah maka untuk membantu memudahkan peserta didik dalam mempelajari materi tersebut, jelas peserta didik sangat membutuhkan metode pembelajaran yang berbeda. Pada bagian kedua mengenai belajar sejarah (Studying History), adalah memperoleh pemahaman atau apresiasi peristiwa-peristiwa atau periode-periode atau orang-orang dari masa lalu, selain dengan mengetahui fakta sejarah, dalam pembelajaran sejarah peserta didik akan diajak untuk lebih memiliki rasa menghargai menghormati dan memberikan apresiasi terhadap peristiwa sejarah dan orang-orang pada masa lalu, banyak pelajaran yang dapat ditarik dari sebuah peristiwa sejarah dan ada banyak nilai dan semangat yang dapat dilihat dari tokoh-tokoh pada masa lalu yang dapat dijadikan motivasi untuk peserta didik belajar, selain itu penyampaian materi yang menarik dan dapat dipahami peserta didik akan membantu peserta didik untuk berpartisipasi aktif


(14)

dalam proses pembelajaran.

Bagian yang ketiga menjelaskan mengenai belajar sejarah (Studying History), adalah mendapatkan kemampuan mengevaluasi dan mengkritik karya-karya sejarah, melihat banyaknya karya-karya yang dihasilkan pada masa lampau dapat dilakukan sebuah kritik untuk memberikan pemahaman lebih kepada peserta didik menganalisis sebuah karya, selain dapat memberi pengetahuan tambahan dengan melihat karya-karya tersebut dapat memotivasi peserta didik untuk mau mencoba berkarya dengan keahliannya.

Ketertarikan peserta didik terhadap karya tulis masa lampau akan memberikan semangat kepada peserta didik untuk juga berkarya dalam tulisan dan memberikan kemampuan kepada peserta didik dengan belajar teknik-teknik penelitian sejarah dan belajar bagaimana menulis sejarah atau mendorong peserta didik untuk memulai berkarya melalui tulisan.

Melihat manfaat pembelajaran sejarah yang telah diuraikan berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan, hal tersebut berdasarkan hasil observasi pra-penelitian yang telah dilakukan peneliti di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung, memperlihatkan kondisi proses pembelajaran yang memperlihatkan peserta didik kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, hal itu terlihat sepanjang pembelajaran peserta didik menghabiskan waktu hanya mendengarkan penjelasan guru dan ketika guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya, hanya ada 2 orang peserta didik yang mengangkat tangannya, dan peserta didik yang lain menjadi pasif. Selain itu hal yang menjadi perhatian sepanjang proses pembelajaran adalah penggunaan media yaitu hanya berupa papan tulis dan spidol. Kondisi yang diperoleh pada pra penelitian menggambarkan pembelajaran sejarah yang belum sesuai dan belum tepat mengenai tujuan pembelajaran sejarah.

Berkesempatan melakukan interaksi dengan peserta didik setelah pembelajaran selesai, untuk sedikit mendapatkan kesan dan komentar mereka terhadap mata pelajaran sejarah setelah mempelajarinya. Peneliti memperoleh kesan yang diuraikan peserta didik, bahwa sebenarnya pembelajaran sejarah dinilai dapat menyenangkan karena selalu membuat rasa penasaran dan rasa


(15)

keingintahuan peserta didik, namun setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik selalu merasa bosan dan kurang bersemangat, karena pada akhirnya pembelajaran sejarah hanya berupa hafalan dan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Peserta didik kesulitan dalam menghafal dan memahami materi pelajaran sejarah sehingga nilai yang diperoleh sering tidak memuaskan.

Melihat tantangan berupa materi pembelajaran yang selalu dikenal sebagai hafalan dan kondisi peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengikuti mata pelajaran sejarah, karena penggunaan media dan metode yang kurang maksimal, sehingga kondisi kelas menjadi pasif, selain itu hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan. Hal tersebut menjadi tantangan peneliti untuk melakukan penelitian. Rasa penasaran dan rasa keingintahuan peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah menjadi modal kuat untuk membantu memperbaiki kualitas pembelajaran sejarah.

Menyikapi kondisi yang demikian maka peneliti mencoba menyikapi masalah tersebut dengan teknik dan strategi agar mampu terpecahkan, karena menurut (Jerolimek, 1977:37) The techniques and strategies to be used in teaching social studies, therefore, can best be understood by looking at the goals of the program and the objectives to be achieved. Peneliti mencoba untuk menerapkan metode lain selain menggunakan metode konvensional, yaitu menggunakan strategi dalam pembelajaran yaitu, menggunakan Game sebagai metode pembelajaran aktif, hal ini dipertegas oleh Bahri dan Zain (2006: 73) bahwa keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung cara guru menggunakan metode pembelajar, karena suatu strategi pembelajar hanya mungkin dapat diimpikan melalui penggunaan metode. Menurut Uno dalam Warsita (2008 : 268) bahwa:

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.

Banyaknya metode yang berkembang dewasa ini menuntut untuk memilih lebih cermat yang tepat sasaran, sehingga apa yang menjadi masalah dalam


(16)

penelitian dapat dipecahkan dan tujuan pembelajaran sejarah dapat tercapai sehingga peserta didik dapat mengoptimalisasikan kemampuannya melalui proses pembelajaran, menurut (Kartawidjaja, 1987:13) mengungkapkan bahwa metode mengajar yang digunakan, apakah sifatnya progresif modern atau konvensional-tradisional, tergantung kepada keperluan tetapi lebih baik digunakan yang cocok dengan situasi. Selain itu menurut (Rohani, 2003:118) bahwa metode berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana pula yang diungkapkan juga oleh Roestiyah (2008: 3) bahwa:

“Bila seorang guru memerlukan beberapa tujuan untuk dicapainya, maka ia

perlu mengenal dan menguasai dengan baik sifat-sifat dari setiap teknik penyajian sehingga ia mampu pula mengkombinasikan penggunaan beberapa teknik penyajian tersebut sekaligus, untuk mencapai beberapa tujuan yang telah dirumuskannya itu, dan tidak terasa kaku antara perubahan

dari teknik yang satu dengan teknik yang lain.”

Solusi untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di atas maka peneliti memilih Game Team Quis sebagai metode pembelajaran. Game Team Quis ini termasuk kedalam metode pembelajaraan Cooperative Learning. Metode Cooperative Learning adalah salah satu solusi dalam mengajar, penekankan pada sikap atau perilaku bersama dan bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. (Karli & Sri, 2002 : 70). Tujuan penggunaan Game Team Quis agar peserta didik lebih mudah menerima materi pembelajaran dan membantu peserta didik berperan aktif. Pertimbangan untuk memilih Game Team Quis yang termasuk kedalam metode Cooperative Learning, karena telah dilakukan beberapa kali penelitian mengenai Game Team Quis untuk melihat keefektivitasannya.

Van Sickle dan Stahl dalam Solihatin dan Raharjo (2008 : 13) mengungkapkan hasil penelitannya mengenai metode Cooperative Learning di beberapa sekolah dasar di Amerika, dari hasil penelitiannya dingkapkan sebagai berikut :

Bahwa penggunaan model Cooperative Learning mendorong sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara peserta didik. Penelitian ini juga menemukan bahwa model tersebut mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan Sosial Studies.


(17)

Pembelajaran Cooperative Learning sendiri memiliki beberapa macam, diantaranya adalah Student Team Achivement Division (STAD), Number Head Together (NHT), Jigsaw, Game’s Team Quiz dan lain-lain. Metode pembelajaran ini mengajak peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran, dari beberapa macam type tersebut peneliti memilih menggunakan Game type team quiz yang dirasa efektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Berdasarkan hasil kajian lapangan pra penelitian dan mengidentifikasi masalah apa saja yang terjadi pada proses pembelajaran sejarah, maka dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada dua masalah yang menjadi titik penelitian yaitu kurang aktifnya peran peserta didik dalam proses pembelajaran dan yang kedua hasil belajar sejarah kurang memuaskan. Pada proses pembelajaran peserta didik berpartisipasi secara aktif karena proses pembelajaran akan dibentuk seperti quiz dengan membagi beberapa kelompok, dalam proses tersebut guru akan memberikan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik secara personal dan kelompok. Pada bagian pertama peserta didik akan menjawab setiap pertanyaan dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan teman yang lainnya, pada game kedua peserta didik akan bekerja secara berkelompok dalam menjawab pertanyaan, setiap peserta didik harus memiliki pengetahuan mengenai materi yang akan diajukan harus benar-benar dikuasai oleh peserta didik, karena di dalam diskusi kelompok peserta didik akan diberi Reward jika mampu menyangga atau berpendapat. Dengan penggunaan Game dalam metode tersebut peneliti berharap dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, karena menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nichols dalam Naim (2011 : 179) pembelajaran yang menyenangkan menjadi sebuah gagasan yang menarik dan relevan untuk dipertimbangkan, dielaborasi, dan dipraktekkan secara kontekstual sesuai dengan kondisi yang ada.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Setelah adanya pemaparan mengenai latar bekalang masalah di atas, maka dalam penelitian ini mengajukan permasalahan rumusan masalah penelitian yakni.

Bagaimana penerapan Game Team Quiz sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah? ”


(18)

Berdasarkan deskripsi latar belakang dan rumusan masalah di atas maka agar penelitian lebih terarah dibatasinya dengan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi awal pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung?

2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Game Team Quiz sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Game Team Quiz di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik?

4. Bagaimanakah aktifitas dan hasil belajar Game Team Quiz di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mendeskripsikan kondisi awal pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung

2. Dapat menyusun perencanaan pembelajaran Game Team Quiz sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah

3. Menganalisis pelaksanaan Game Team Quiz di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung

4. Mengkaji perubahan aktifitas dan hasil belajar Game Team Quiz di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berharap akan memberikan manfaat :

1) Bagi peneliti, manfaat dalam penelitian ini, berharap dapat memberikan pengalaman serta wawasan mengenai bagaimana masalah-masalah yang


(19)

terjadi pada dunia pendidikan dan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran, dengan demikian akan lebih mengembangkan pembelajaran sejarah

2) Bagi Guru, menjadi solusi dalam variasi metode pembelajaran sejarah di kelas dan menjadi alternatif dalam memilih metode mengajar. Karena dalam proses pembelajaran dibutuhkan variasi metode maupun media pembelajaran. Dengan Game Team Quiz dapat menjadi alternatif meningkatkan hasil belajar peserta didik serta dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran sejarah dan menjadikan pembelajaran sejarah lebih menarik perhatian peserta didik.

3) Bagi Peserta didik, dapat dengan mudah menerima pembelajaran sejarah. Dengan metode atau cara belajar yang lebih menarik dan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar sejarah sehingga akan memberikan peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah.

E. Klarifikasi Konsep

Berdasarkan pemaparan yang tercantum pada rumusan masalah, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang menjadi fokus penelitian, yaitu yang pertama pembelajaran Game Team Quiz, aktivitas belajar dan hasil belajar belajar peserta didik. Dengan demikian agar variabel yang akan diteliti dapat diukur, diobservasi dan dapat diujikan, maka variabel tersebut harus di klarifikasikan terlebih dahulu secara operasional, sebagai berikut :

1) Game Team Quis adalah salah satu permainan kuis yang dibawa kedalam pembelajaran, game yang berada didalam pembelajaran memiliki kriteria dan tujuan sama dengan metode Cooperative Learning, sehingga Game team quis ini menjadi bagian dari metode pembelajaraan Cooperative learning.

Menurut Isjoni (2009: 6) tujuan utama dalam penerapan metode Cooperative Learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama dengan teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya 2) Dimyati dan Mudjiono (2006 : 200) berpendapat bahwa evaluasi hasil belajar


(20)

merupakan proses untuk menentukan nilai belajar peserta didik melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar, setelah peserta didik melakukan proses pembelajaran, setelah itu dilakukannya tes untuk mengetahui hasil belajar yang didapatkan peserta didik selama proses pembelajaran.

3) Aktifitas belajar, menurut Hanafiah dan Suhana (2009:23) menjelaskan pentingnya aktivitas dalam proses belajar yaitu :

Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah ( Added Value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini yaitu :

1) Peserta didik memiliki kesadaran (Awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (Driving Force) untuk belajar sejati.

2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. 3) Peserta didik belajar menurut minat dan kemampuannya.

3) Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis dikalangan peserta didik.

5) Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

6) Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya

F. Kerangka Berfikir

Dari hasil pemaparan klarifikasi konsep mengenai pembelajaran Game Team Quiz untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung, dengan demikian untuk dapat memahami maka perlu adanya pengembangan kerangka berfikir atau paradigma penelitian yang disusun oleh peneliti antara lain sebagai berikut :


(21)

Gambar 1.3 Kerangka Berfikir

KERANGKA BERFIKIR YANG DIKEMBANGKAN

Masalah Pembelajaran Sejarah a. Pembelajaran

bersifat teacher

centered

b. Cenderung berbentuk faktual dan hafalan c. Suasanya proses

pembelajaran kurang ideal d. Mementingkan

hasil belajar dari pada proses e. Siswa merasa

jenuh dan bosan f. Hasil Belajar siswa

kurang maksimal

HASIL

Peningkatan hasil belajar siswa Peningkatan aktivitas siswa di dalam kelas

Metode Cooperative

Learning Type Team Quiz

Proses belajar Mengajar


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan gambaran yang tercantum dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang disesuaikan dengan permasalah yang akan dipecahkan. Sesuai dengan dua permasalahan yang diperoleh dari hasil pra penelitian di lapangan, peneliti menemukan dua hal yang menurut peneliti harus diperbaiki. Permasalahan yang pertama menyangkut aktivitas siswa yang pasif saat proses belajar dan mengajar, yang kedua hasil belajar siswa dinilai kurang memuaskan, hasil ujian harian siswa nyaris dapat di katakan kurang sempurna, siswa yang mampu mendapatkan nilai sesuai KKM (kriteria ketuntasan minimum) sangatlah sedikit.

Menyikapi masalah yang melingkupi ruang-ruang kelas dan berada di lingkungan sekolah dan terdapat dalam proses pembelajaran di kelas, peneliti memilih Penelitian Tindakansebagai jalan pemecahan masalah tersebut. Penelitian tindakan (Action research) adalah sebuah penelitian yang dilakukan di kelas oleh Arikunto (2008 : 2) bahwa penelitian tindakan kelas atau Action Research sebagai metode yang tepat untuk digunakan, melalui ide baru dan memperbaiki kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran. Kemmis dalam Yatim, (1996:40) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan merupakan upaya menguji cobakan ide-ide kedalam praktek untuk memperbaiki atau merubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Selanjutnya Kemmis dan Taggart mengartikan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif-diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktek ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek ini.

Hal yang akan terlebih dahulu dilakukan adalah dengan mengamati keadaan atau situai pembelajaran di kelas, melihat masalah-masalah yang terkait mengenai dengan segala kegiatan di kalas. Dengan demikian peneliti akan lebih mengetahui hal apa saja yang harus diperbaiki mengenai kondisi sosial yang ada di dalam


(23)

kelas, dalam metode penelitian tindakan dapat di lakukan secara bertahap. Diungkapkan oleh Elliot dalam Kunandar (2008:43) penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.

Adanya beberapa hal yang kurang dan membutuhkan perbaikan yang terkait dalam proses pembelajaran, maka penelitian tindakan kelas dipilih untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif, menurut Ebbut dalam Hopkins dalam Kunandar (2008 : 43) yaitu :

Penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajara, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Penelitian tindakan adalah sebuah cara yang dilakukan oleh suatu kelompok atau oleh perseorangan, yang memiliki masalah dan mencoba menggunakan ide baru untuk memperbaiki atau menangulangi masalah yang ada. Menurut Elliot dalam Sanjaya (2010: 25) penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya.

Menginginkan adanya suatu perubahan terhadap proses belajar yang hanya mengedepankan penyampaian materi tanpa memberikan pananaman nilai-nilai dalam pembelajaran yang pada akhirnya memberikan peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif. Menurut Sukardi (2007: 211-212) mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki beberapa karakteristik yang penting, yang ada dalam penelitian tersebut Antara lain:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2. Peneliti memberikan perlakuan/treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. 3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk

siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri yang intensif.


(24)

untuk melakukan Restrospeksi (kaji ulang) terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikasinya yang muncul pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.

Menurut Suhardjono (2008: 57) bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Untuk melakukan penelitian tindakan kelas maka seorang guru berusaha memperbaiki pembelajaran atau guru berusaha meningkatkan pembelajaran yang sudah ada. Sesuai yang diungkapkan oleh Mc. Taggart dalam Supardi (2008: 105) ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas antara lain:

1) PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran.

2) PTK adalah partisipatori, melibatkan seorang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktinya sendiri.

3) PTK dikembangkan melalui suatu Self-reflective spiral; a spriral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the re-planning.

4) PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan.

5) PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK.

6) PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan.

7) PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktik mereka (Guru).

8) PTK memerlukan gagasan dan asumsi kedalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).

9) PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kristis dalam analisis.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang menginginkan adanya suatu perubahan terhadap subjek yang diteliti. Perubahan yang diinginkan yaitu adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar


(25)

siswa melalui metode pembelajaran kooperatif.

B. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam proses penelitian maka sangat dibutuhkan suatu teknik atau cara bagaimana data tersebut dapat terkumpul yang kemudian dapat diolah untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, menurut (Supriatna, 2012:111) teknik adalah suatu cara oprasional yang sering kali bersifat rutin, mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian. Dengan demikian pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan cara-cara oprasional dan teknis yang lebih rinci, cara-cara itulah yang mewujudkan teknik (Supardan, 2008:32). Di bawah ini adalah teknik penelitian untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

1. Teknik Observasi

Pemilihan teknik pengumpulan data yang pertama adalah pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, Menurut (Syaodih, 2007 : 220) Observasi (Observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Nasuition dalam Supriatna (2012:112) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Metode observasi dilakukan karena dalam penelitian tindakan kelas, peneliti mengamati aktivitas pada proses pembelajaran, mengamati apa saja yang dilakukan siswa dan guru pada saat pembelajaran di dalam kelas, selama proses pembelajaran kooperatif. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Stainback dalam Supriatna (2012 :112) bahwa dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Observer mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dan guru sedari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, memperhatikan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran apakah peserta didik pada setiap siklus memiliki perubahan aktivitas dalam pembelajaran kooperatif.


(26)

2. Teknik Wawancara

Wawancara atau interview (Interview) merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang banyak digunakan pada penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dan bertatap muka. Dalam pengumpulan data dan kuantitatif, dengan menggunakan wawancara peneliti terlebih dahulu mempersiapkan, apa saja yang akan ditanyakan pada saat pelaksanaan wawancara hal tersebut dilakukan agar terstruktur dengan baik. peneliti harus memiliki hubungan baik dengan narasumber, agar dalam pelaksanaan wawancara narasumber dapat dengan leluasa memberikan komentarnya atau jawabannya atas apa yang peneliti tanyakan.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara diperlukan untuk memperoleh data berupa kesan peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran kooperatif. Memperhatikan bagaimana kesan peserta didik selama proses pembelajaran juga dapat menjadi bahan evaluasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian peneliti akan lebih mengerti hal apa saja yang dapat membantu peserta didik lebih nyaman dan senang mengikuti proses sesudah pembelajaran kooperatif tersebut. Sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan dapat membantu peserta didik untuk berperan serta dalam proses pembelajaran dan membantu dalam memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

3. Pengumpulan Data dengan Dokumentasi

Metode yang ketiga adalah studi dokumenter (Documentari study), suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik, Syaodih, (2007 : 221). Metode dokumentasi seperti halnya gambar dapat digunakan untuk mengabadikan bagaimana proses pembelajaran dengan penerapan metode kooperatif. Mengumpulkan semua data yang telah diperoleh baik data berupa evaluasi hasil belajar siswa ataupun data berupa pengamatan dalam proses pembelajaran, sehingga melalui data-data tersebut mampu memperoleh kesimpulan mengenai bagaimana pengaruh sesudah pembelajaran kooperatif terhadap proses pembelajaran sejarah.


(27)

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah SMA Negeri 2 Rangkasbitung, responden yang diambil terbatas yaitu terfokus pada siswa kelas XI – IPA 3, dengan jumlah peserta didik sebanyak 41 peserta didik, terdiri dari jumlah peserta didik laki-laki sebanyak 17 orang dan peserata didik perempuan sebanyak 24 orang. Sekolah yang dituju adalah salah satu sekolah yang terakreditas A, dengan sarana dan prasarana yang menunjang. Lokasi sekolah yang berada di daerah perbukitan menjadikan lingkungan sekolah memiliki suasana yang tenang, dengan demikian memungkinkan terjadinya pembelajaran yang lebih nyaman sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam pembelajaran yakni terciptanya lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Sekolah yang ditunjuk oleh peneliti terletak di Jl. Siliwangi Pasir Ona Rangkasbitung, beberapa potensi di lingkungan sekolah yang diharapkan mendukung program sekolah :

a) Tanggung jawab dan loyalitas yang besar dari guru dan staf dalam melaksanakan tugasnya.

b) Sarana dan prasarana yang ada seperti : Perpustakaan, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Mesjid, Komputer, Lapangan Olah Raga.

c) Peran serta aktif dari orang tua siswa terhadap kegiatan sekolah. d) Perhatian berbagai instansi terkait terhadap sekolah

e) Peran serta pengurus dan anggota Komite Sekolah

D. Prosedur dan Langkah-Langkah Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus memperhatikan hal apa saja yang akan dilakukan, sehingga hasil yang diinginkan sesuai dengan apa yang akan di harapkan. Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2009:96) terlebih dahulu perhatikan hal-hal berikut :

1) Tugas utama pendidikan adalah mengajar di kelas, dan kegiatan penelitian hendaknya tidak menganggu tugas ini

2) Teknik-teknik pengumpulan data yang di gunakan sebaiknya jangan terlalu menyita waktu.

3) Metode penelitian ini sebaiknya dapat diandalkan untuk dapat digunakan sebagai kemampuan dalam menyusun hipotesis kerja dan selanjutya menyusun strategi dalam menyusun persoalan.


(28)

kelas dan memerlukan penyelesaian

5) Memperhatikan prosedur etisnya sehingga tidak dilanggar

6) Jangan menghilangkan perspektif, harus ingat akan tujuan utama penelitian ini

Dengan demikian sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu penelitili melakukan studi pendahuluan, antara lain sebagai berikut :

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai langkah awal untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam studi pendahuluan terdapat beberapa hal yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut :

a) Kajian Literatur

Pada tahap pertama dalam studi pendahuluan peneliti terlebih dahulu melakukan kajian literature. Dalam kajian literature peneliti melakukan kajian terhadap teori dan konsep yang akan menjadi pondasi awal dalam penelitian dan menjadi langkah awal dalam studi pendahuluan ke lapangan. Bahan literature yang dapat mendukung penelitian ini adalah mengenai pembelajaran sejarah dan metode yang digunakan selama proses pembelajaran sejarah, aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Teori yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu teori konstruktivisme, yang melandasi pemikiran bahwa konstruktivisme menurut Suryono dan Haryanto (2011:105) bahwa pengetahuan bukan sesuatu yang Given dari alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri.

b) Studi Dokumentasi

Tahap yang kedua adalah studi dokumentasi, beberapa hal yang dilakukan pada tahap dokumentasi adalah dengan menelaah perangkat pembelajaran berupa kurikulum pembelajaran sejarah, hal tersebut dilakukan untuk menentukan sub pokok bahasan yang akan digunakan setiap tindakan penelitian, karena setiap materi belum tentu cocok untuk menggunakan pembelajaran kooperatif

c) Administrasi

Tahapan ini adalah tahapan ketiga saat peneliti telah menyelesaikan tahapan sebelumnya yang berupa studi literature dan studi dokumentasi, dalam tahap ini


(29)

peneliti memerlukan tahapan administrasi yaitu berupa surat menyurat yang akan dilakukan pada instansi yang sangkutan yaitu SMAN 2 Rangkasbitung yang dijadikan objek penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan studi pra penelitian yang dilakukan untuk menemukan data yang dibutuhkan dalam mempertajam masalah apa saja yang akan dikaji dalam penelitian tersebut, untuk melihat apa yang dibutuhkan dan apa yang harus diperbaiki.

2. Kegiatan Observasi

Kagiatan observasi dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran sejarah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan membantu peserta didik untuk lebih aktif dalam prose pembelajaran. Pada prosedur penelitian tindakan kelas, setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam satu siklus ada empat tahapan yang harus dilalui antara lain sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planing)

Tahapan pertama adalah perencanaan Menurut (Suharjono, 2008:75) tahapan ini berupa penyusunan rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Sebagaimana yang telah diungkapkan pula oleh (Arikunto, 2008 : 17) dalam tahapan ini penjelasan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, dengan tahapan ini diharapkan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan dapat tersusun dengan baik dengan direncanakan terlebih dahulu pada tahap ini.

Dalam penelitian ini, perencanaan dimulai dengan melakukan identifikasi masalah pada lokasi, selanjutnya dilakukan perencanaan pembelajaran berdasarkan analisa masalah yang diperoleh dari lokasi, beberapa tahapan pada perencanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian.

b. Melakukan pengamatan pra-penelitian terhadap kelas yang akan dilakukan dijadikan subjek penelitian.


(30)

c. Meminta kesediaan guru mata pelajaran sejarah untuk menjadi mitra dalam melakukan penelitian mengamati proses pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas subjek penelitian.

d. Membuat kesepakatan dengan mitra atau guru mata pelajaran sejarah untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian dimulai.

e. Mendiskusikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran

f. Menyusun silabus dan rencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

g. Menentukan alat evaluasi, untuk mengukur peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

h. Mendiskusikan dengan guru mitra mengenai bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif terhadap mata pelajaran sejarah.

i. Menyusun rencana untuk mengevaluasi terhadap kekurangan-kekurangan yang terdapat pada penelitian sebelumnya.

j. Merencanakan pengolahan data yang didapatkan selama penelitian dilaksanakan.

2. Tindakan (Action)

Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat dan kebijaksanaan menurut (Kunandar, 2008 : 72). Tahap pelaksanaan atau kegiatan inti pada proses penelitian ini, tahapan sangat penting dan memerlukan kerjasama berbagai pihak terkait dalam proses penelitian ini, tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya, dalam tahap pelaksanaan ini dilakukan dalam beberapa siklus di mana hasil yang akan diperoleh sudah menemui titik jenuh. Beberapa tahapan pada proses tindakan (Action) adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran sejarah dengan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif terhadap mata pelajaran sejarah pelaksanaan


(31)

sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2) Menerapkan pembelajaran kooperatif sebagai meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa melalui terhadap mata pelajaran sejarah.

3) Melaksanakan evaluasi untuk melihat pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode terhadap mata pelajaran sejarah dengan optimal

3) Menerapkan alat observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran sejarah

5) Mendiskusikan proses pembelajaran sesuai dengan pengamatan mitra. 6) Melakukan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan yang terdapat pada

proses pembelajaran

7) Melakukan pengolahan data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.

3. Pengamatan (Observation)

Menurut Suharjono (2008: 78) mengemukakan bahwa peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

Tahapan kegiatan pada proses observasi adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan dilakukan pada kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung sebagai kelas yang dijadikan subjek penelitian

b. Pengamatan mengenai penerapan metode pembelajaraan kooperatif tipe tim kuis sebagai upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa

c. Mengamati kemampuan guru dalam dalam proses pembelajaran sejarah.

4. Refleksi (Reflection)

Dalam proses penelitian tindakan kelas tahapan yang terakhir adalah tahap refleksi, mengingat suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Menurut Kunandar (2008 : 75) Pada tahapan ini peneliti dan mitra mengingat semua penelitian yang berlangsung dari awal hingga akhir dan mengevaluasi untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang. Dalam tahap ini, hasil refleksi digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam upaya


(32)

memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang pada tindakan sebelumnya.

Peneliti dan mitra mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran atau proses penelitian, hasil refleksi digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian (Natawidjaja, 2008 : 165). Tahapan kegiatan refleksi adalah sebagai berikut :

a. Peneliti, mitra dan siswa mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung dengan menerapkan metode kooperatif tipe tim kuis, sebagai upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah

b. Membuat kesimpulan kegiatan terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, apakah penelitian diteruskan pada tahap selanjutnya atau dihentikan.

Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan dalam penelitian adalah seperti yang dikemukakan oleh Kemmis (1983). Kemmis mengemukakan proses penelitian tindakan dalam bentuk spiral, yang artinya adalah siklus yang tidak pernah terputus. Model yang dikembangkan oleh kemmis dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart

Sumber : Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, R 2009:66)


(33)

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas, instrumen utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah peneliti sendiri Human Instrumen. Karakter yang harus dimiliki oleh seorang Human Instrumen menurut Lincoln dan Guba dalam Wiriaatmadja (2009:96-97) anatara lain sebagai berikut :

a. Responsif terhadap berbagai petunjuk baik yang bersifat perorangan maupun yang bersifat lingkungan

b. Adaptif dengan mampu mengumpulkan berbagai informasi mengenai banyak faktor pada tahap yang berbeda-beda secara simultan.

c. Menekankan aspek holistik, karena manusialah dengan mampu segera menempatkan dan menyimpulkan kejadian yang membingungkan di atas kedalam posisinya secara keseluruhan.

d. Pengembangan berbasis pengetahuan, hanya manusia yang dapat sekaligus berfikir yang tidak dingkapkan (tacit knowledge) dalam menyusun proposisi, sementara sadar bahwa situasi yang dihadapi memerlukan lebih dari sekedar pengetahuan proposisi karena harus memahami apa yang dirasakan subyek yang diteliti, simpati dan empati yang tidak diungkapkan, harapan yang tidak diucapkan, dan berbagai kebiasaaan sehari-hari yang tidak pernah diperhatikan, yang jutru menyumbangkan kedalam dan kekayaan kepada penelitian

e. Memproses dengan segera, sang penelitilah yang mampu segera memproses data ditempat, membuat generalisasi yang menguji hipotesis di dalam situasi yang dengan sengaja diciptakan.

f. Klarifikasi dan kasimpulan iya juga yang memiliki kemampuan unik untuk membuat kesimpulan di tempat, dan langsung meminta klarifikasi, pembetulan, atau elaborasi kepada subyek yang diteliti.

g. Kesempatan eksplorasi terutama terhadap jawaban-jawaban dari subyek yang diteliti yang tidak lazim, ayau mengandung kalainan (idiosinkretik), yang sepertinya tidak berguna atau tidak bisa dikoding sehingga data tersebut diabaikan atau dibuang. Peneliti sebagai Human Instrumen justru bisa mengeksplorasi respon-respon demikian, menguji validitasnya, bahkan mungkin mencapai pemehaman yang lebih tinggi dari pada yang dapat dicapai oleh penelitian biasa.

Untuk mendapatkan data dari keterampilan sosial siswa pada pra penelitian maupun pada saat pelaksanaan penelitian berlangsung

1. Catatan Lapangan (Field Note)

Catatan lapangan (Field Note), adalah salah satu instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas. Menurut Sanjaya (2010: 98) mengemukakan bahwa catatan harian merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang


(34)

terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru. Catatan harian berguna untuk melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Catatan lapangan dalam penelitian ini akan menuliskan hal apa saja yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Setiap hasil file note akan membentu peneliti dalam proses pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan.

Penggunaan catatan lapangan dilakukan untuk mencatat hal-hal yang penting yang berkaitan dengan proses penelitian atau pada saat kegiatan berlangsung. Pada catatan lapangan yang ditulis adalah berupa kegiatan wawancara yang dilakukan dengan guru atau pun wawancara yang dilakukan dengan siswa. Pada saat penelitian atau tepatnya pada saat tindakan berlangsung di dalam kelas, dengan demikian penggunaan catatan lapangan peneliti dapat melihat kelemahan dan kekurangan apa saja yang didapatkan dalam proses penelitian.

Hasil catatan lapangan dapat digunakan sebagai bahan refleksi dan diskusi, yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra. Hal tersebut akan menjadi referensi tindak lanjut pada tindakan selanjutnya. Seperti apa yang diungkapkan oleh Goetz dan LeCompte dalam Wiriaatmadja (2009: 125) bahwa catatan dari kategori pertama merupakan dasar dari data pengamatan atau observasi, karena itu dicatat seakurat mungkin. Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang rekan yang mengamati proses pembelajaran, peneliti memilih rekan tersebut untuk mengamati semua kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran yang kemudiang dituangkan kedalam Field note, rekan peneliti dianggap sudah cukup mampu dalam membantu peneliti selama proses penelitian berlangsung.

2. Wawancara

Menurut Denzin dan Goetz dan LeCompte dalam Wiriatmadja (2009 : 117) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Dengan cara ini peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan yaitu untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap mata


(35)

pelajaran sejarah melalui pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah

Pelaksanaan wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara, hal tersebut bertujuan agar dalam pelaksanaan wawancara sesuai dan terstruktur. Bentuk wawancara yang digunakan peneliti yaitu wawancara terstruktur, wawancara terstruktur adalah apabila anda sebagai pewawancara sudah mempersiapkan bahan wawancara terlebih dahulu (Kunandar, 2008 : 159).

Subjek wawancara adalah siswa, namun tidak semua peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran sejarah dengan penerapan metode ini diwawancarai, tapi peneliti hanya mewawancara beberapa orang siswa yang dianggap dapat mewakili suara siswa lainnya. Alasan peneliti memilih wawancara sebagai instrumen penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana tanggapan siswa terhadap mata pelajaran sejarah sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah, dan setelah menerapkan pembelajaran Game team quiz sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Menurut Wiriaajmadja (2009:118) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, anata lain :

a. Bersikaplah sebagai pewawancara yang simpatik, yang berperhatian dan pendengar yang baik, tidak berperan terlalu aktif, untuk menunjukan bahwa anda menghargai pendapat anak.

b. Bersikaplah netral dalam relevansinya dengan pelajaran. Janganlah anata menyatakan pendapat anda sendiri tentang hal itu, atau mengomentari pendapat anak. Upayakan jangan menunjukan sikap terheran-heran atau tudak menyetujui terhadap apa yang dinyatakan atau ditunjukan anak. c. Bersikap tenang tidak terburu-buru atau ragu-ragu, dan anak akan

menunjukan sikap yang sama

d. Mungkin anak yang di wawancarai merasa takut kalau-kalau mereka menunjukan sikap atau gagasan yang salam menurut anda. Yakinkanlah anak, bahwa pendapatnya penting bagi anda. Bahwa apa yang mereka fikirkan penting bagi anda, bahwa wawancara ini bukan tes atau ujian. e. Secara khusus perhatikan bahasa yang anada gunakan untuk wawancara,

ajukan frasa yang sama pada setiap pertanyaan; selalu ingat akan garis besar tujuan wawancara; ulangi pertanyaan apabila anak menjawab terlalu umum atau kabur sifatnya


(36)

3. Tes Hasil Belajar

Menurut Joni (1986 : 6) tes bisa didefinisikan sebagai sejumlah tugas yang dikerjakan orang yang dites. Tes digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa yang memberikan gambaran mengenai peningkatan keterampilan sosial siswa, terutama dalam hal penguasaan materi yang disampaikan melalui pembelajaran kooperatif sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Tes yang diujikan berupa tes berbentuk soal pilihan ganda dan essai, untuk melihat penguasaan materi yang telah diberikan kepada siswa.

4. Panduan Observasi

Lembar panduan observasi digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau pada saat penelitian, lembar panduan observasi ini dimaksudkan untuk mengamati, selanjutnya mencatat aktivitas apa saja yang dilakukan seperti interaksi antar guru dengan siswa atau kegiatan komunikasi siswa dengan siswa lain pada saat pembelajaran kooperatif.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan untuk dapat melihat hasil dari penelitian tersebut, data diperoleh pada saat pra penelitian dan data yang diperoleh pada saat pelaksanaan penelitian. Menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Sanjaya, 2010: 106).

Mengingat pentingnya pengolahan data dalam penelitian, maka data yang diperoleh dari berbagai instrument penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil tes belajar siswa, wawancara dan catatan lapangan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya harus

diolah, karena menurut (Sanjaya, 2010: 107) mengungkapkan bahwa “data yang

telah dikumpulkan tidak akan berarti apa-apa tanpa dianalisis dan diberi makna melalui interpretasi data.


(37)

1. Validasi data

Data penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial siswa yang dilaksanakan pada saat tindakan dilakukan. Oleh karena itu dalam memvalidasi data yang di dapat dari lapangan diperlukan beberapa perangkat penelitian. Adapun perangkat-perangkat yang digunakan dalam memvalidasi data antara lain :

a. Member check, yaitu memberikan kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber (Wiriaatmadja, 2009: 168). Pada penelitian ini member check dilakukan antara guru, siswa dan peneliti.

b. Audit trail, yaitu memeriksakan data yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini audit trail dilakukan dengan cara mendiskusikannya dengan mitra peneliti. Dengan menggunakan audit trail, dapat memeriksa kesalahan-kesalahan di dalam metode yang dipakai oleh peneliti, dan di dalam pengambilan keputusan.

c. Expert Opinion adalah meminta nasehat kepada pakar. Ekspert opinion dilakukan peneliti dengan meminta saran dan nasehat kepada pembimbing dan kepada guru mitra.

d. Saturation adalah salah satu bentuk validasi. Yaitu pada waktu data yang terkumpul sudah cukup banyak, dan walaupun aspek pembelajaran yang khusus diteliti diulang kembali dalam pembelajaran yang khusus diteliti diulang kembali dalam siklus namun tidak ada informasi atau data terbaru yang dihasilkan, respons siswa tetap pada tahapan sebelumnya. Apabila guru yang menyajikan sudah cukup terampil dan menguasai bahan pembelajaran, dengan dukungan media dan evaluasi yang relevan, maka kondisi penelitian di kelas sudah stabil. Inilah waktunya untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus.


(38)

2. Interpretasi

Peneliti melakukan interpretasi terhadap data-data yang telah diperoleh selama proses penelitian, data-data yang diinterpretasikan adalah data hasil pelaksanaan tindakan, data hasil observasi di kelas, data hasil diskusi balikan yang dilakukan dengan mitra dalam bentuk (refleksi), catatan lapangan (Field Note), hasil wawancara, dan hasil tes siswa. Dengan data-data tersebut peneliti mendapatkan keterangan mengenai hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti mengenai peningkatan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran sejarah.

Dari hasil penelitian yang yang telah dilaksanakan maka untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan dari hasil tes belajar peserta didik pada setiap tindakan, peneliti menggunakan SPSS 19.0. Efektifitas pembelajaran kooperatif game team quiz, dapat diukur dengan menggunakan uji t. Adapun rumus uji t yang digunakan adalah Rumus Paired Sample T-Test, yaitu pengujian yang dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan. Hasil belajar yang berupa nilai tes peserta didik pada setiap pertemuan dan rentang hasil belajar siswa pada setiap pertemuan selain itu untuk melihat kenaikan hasil belajar pada setiap individu.


(39)

Weny Widyawati Bastaman, 2014

Game Team Quiz Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, selanjutnya dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Pertama Pembelajaran sejarah yang berlangsung di sekolah saat ini masih banyak yang mengandalkan pembelajaran melalui metode pembelajaran konvensional, selain itu metode tidak disesuaikan dengan kondisi peserta didik pada setiap kelasnya. Peserta didik masih disibukkan dengan kegiatan mencatat dari buku paket atau Lembar kerja siswa (LKS). Penelitian yang dilakukan telah menghasilkan sebuah model pembelajaran yang dipandang mampu membantu memperbaiki proses pembelajaran dengan mengajak peserta didik lebih dalam proses pembelajaran serta membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Kedua Pembelajaran Game team quiz yang menjadi salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Hal ini dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik yang aktif dan energik namun belum dimanfaatkan dengan maksimaloleh guru untuk diarahkan kepada proses pembelajaran yang aktif. Desain metode pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari: a) Penentuan Tema atau topik, diambil dari silabus b) Tujuan pembelajaran, berkenaan dengan topik yang dibahas, diambil dari silabus dan tujuan pembelajaran khusus berisi rumusan indikator yang merupakan penjabaran dari kompetensi dasar dan terukur; c) Materi Pembelajaran, berisi bahan pelajaran yang akan diajarkan, terdiri dari gambaran umum dari bahan pelajaran dan merrupakan rincian dari topik yang diajarkan; d) Metode yang digunakan adalah metode yang mengaktifkan seluruh peserta didik dalam proses pembelajaran; e) Media dan sumber pembelajaran, media yang digunakan adalah yang tersedia di lingkungan sekolah, sumber pembelajaran berupa buku-buku yang dapat dijadikan


(40)

acuan baik yang tersedia f) Evaluasi pembelajaran, adalah evaluasi proses yang dilakukan setelah pembelajaran usai yang dilakukan oleh guru melalui observasi dan evaluasi hasil belajar. Hal tersebut bertujuan untuk menilai hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Ketiga Proses pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif game team quiz dikembangkan terdiri dari tiga langkah yaitu kegiatan awal sebagai pembuka pembelajaran, kedua adalah kegiatan inti yang merupakan kegiatan utama dari proses pembelajaran dan kegiatan penutup atau kegiatan akhir. Kegiatan awal sebagai pembuka kegiatan pembelajaran, berisi penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi. Pada kegiatan pokok mengenai pembelajaran yang sesunggguhnya yaitu mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, , Game team quis part 1 pertanyaan yang diajukan kepada setiap individu dalam kelompok selanjutnya Game team quis part 1I pertanyaan kelompok yang diajukan secara rebutan yang selanjutnya didiskusikan oleh kelompok. Kegiatan akhir atau kegiatan penutup adalah penyimpulan materi pelajaran oleh siswa dan guru, pemberian reward dan pembagian tugas individu dan kelompok untuk pertemuan berikutnya.

Keempat, evaluasi belajar. Penelitian ini terfokus pada dua hasil yang ingin dicapai yaitu tingkat aktifitas pembelajaran yang edukatif dan hasil belajar peserta didik yang maksimal. Untuk melihat aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran peneliti dibantu oleh guru mitra dan mitra untuk mengumpulkan data setiap peserta yang ikut aktif dalam proses pembelajaran, selain itu untuk mengukur hasil belajar peserta didik, peneliti melakukan tes pada setiap akhir pembelajaran, dengan menggunakan tes objektif. Dilihat dari tes hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran menunjukan peningkatan hasil belajar yang telah memenuhi unsur-unsur kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pembelajaran yang dikembangkan telah mampu secara empiris meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Kesimpulan tersebut didukung oleh hasil analisa statistik terhadap keseluruhan nilai hasil belajar siswa selama uji coba baik uji


(41)

coba terbatas maupun uji coba luas yaitu diperoleh t hitung > t tabel pada setiap pengujian. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif Game team quiz telah terbukti melalui serangkaian pengujian dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengembangan model pembelajaran Game team quis yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa maka dikemukakan rekomendasi kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut :

1. Untuk Guru Sejarah

Pembelajaran Game team quis yang dikembangkan telah mampu meningkatkan aktivits dan hasil belajar siswa, oleh karena itu disarankan agar yang telah dihasilkan ini menjadi salah satu alternatif bagi para guru untuk mendidik siswanya agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik di masyarakat serta memiliki hasil belajar yang baik pula sebagai bekal dasar melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pembelajaran Game team quis memungkinkan peserta didik memupuk kerjasama antar temannya, terutama setelah dipadukan dengan permainan kuis. Dengan demikian diharapkan guru sejarah semakin meningkatkan kreatifitas dalam penggunaan dan pengembangan metode pembelajaran yang lain.

2. Untuk Kepala Sekolah

Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah terkait dengan kebijakan kepala Sekolah. Dengan demikian, sebagai pengambil kebijakan Kepala Sekolah harus memberikan dukungan terhadap berbagai usaha guru untuk berinovasi dalam pembelajarannya. Dukungan kepala Sekolah akan membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan tentu saja berpengaruh juga pada peningkatan proses dan hasil belajar siswa.


(42)

3. Untuk peneliti selanjutnya

Pembelajaran Game team quis masih dapat dikembangkan melalui berbagai type yang telah terbukti mampu membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengingat penelitian ini focus kepada upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik maka hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian lanjutan oleh peneliti berikutnya dimasa yang akan dating.


(1)

132

3. Untuk peneliti selanjutnya

Pembelajaran Game team quis masih dapat dikembangkan melalui berbagai type yang telah terbukti mampu membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengingat penelitian ini focus kepada upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik maka hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian lanjutan oleh peneliti berikutnya dimasa yang akan dating.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Arifin, D. (2010). Manajemen Pembelajaran Efektif. Bandung. Pustaka Al-Kasyaf.

Aryani, dan Zaini. (2008). Strategi Belajar Aktif. Yogyakarta. Pustaka Insan Madani.

Bahri, S dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. Aunillah, N. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.

Jogjakarta. Laksana.

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bogdan dan Biklen. (1982). Qualitatuve Research for Education and Troduction

to Theory and Methode. Boston. Allyn and Baccon.

Cresswell. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design.:Choosing Among Five Traditions. London. Sage Publication.

Cresswell. (2012). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuatitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Dick, W. and Carrey, L. (1985) The Systematic Design of Instruction. Secound Edition. Glenview, Illinois: Scott, Forreman and Company.

Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Edisi Ketiga. .(1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Faisal, S (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya . Usaha Nasional. Gulo, W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Grasindo

Hasan, H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia ; Isue dalam Ide pembelajaran. Bandung. Rizqi Press.

Harahap, N. (1982). Tehnik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Bulan Bintang. Hanafiah, dan Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama :


(3)

Harahap, N. (1982). Tehnik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Bulan Bintang. Hill. (1977). Saran-saran Tentang Mengadjarkan Sedjarah. Jakarta.

Perpustakaan Perguruan Kem P.P dan K

Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta. Universitas Indonesia Press Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo

Persada.

Hidayatullah. (2010). Pengembangan Model Cooperative Learning Dengan Teknik Team Games Tournament (Tgt) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Siswa Pada Mata Peajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V Sd Negeri Di Kecamatan Cimarga. Tesis. Tidak Diterbitkan.

Isjoni. (2008). Model-Model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia Malaysia : Efektivitas Model Kooperatif dalam Pembelajaran Sejarah di Sekolah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung. Historia Utama Press.

Jerolimek, J. (1993). Social Studies in Elementary Education. New York : Macmillan Publishing Co.Ltd

Joyce. B and weil. M. (2011). Models of Teaching: Model-Model Pengajarah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Karli, dan Yuliartiningsih. (2002). Implementasi Kurikulum Berbeasis Kompetensi Model-Model Pembelajaran. Bandung : Bina Medika Informasi.

Kartawidjaja. (1987). Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung : Sinar Baru Offset.

Kuntowijoyo. (2001). Pengantar Ilmu Sejara. Jogjakarta. Yayasan Bentang Budaya.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan profesi guru. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Lickona. (2010). Pendidikan Karakter Penduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung. Remaja Rosda Karya


(4)

Lie, A. (2010). Cooperative Learning; Mempraktekan Cooperative Learning Ruang—Ruang Kelas. Jakarta. Grasindo.

Loree, M.R. (1970). Psychology of Education, N.Y.: The Ronald Press, Chapter 4-7.

McDonal dan Hersman. (2011). Guru dan Kelas Cemerlang : Menghidupkan dan meningkatkan pengajaran di dalam kelas. Jakarta. PT Indeks.

Mudjiono dan hasibuan. (2002). Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Muhammad, A. (2011). Pengantar Kajian Sejarah. Bandung. Yrama Widya. Mujis dan Reynold. (2008). Efective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar

Mulyasa, E. (2012). Praktik penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Naim, N. (2011). Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Nasution. (1986). Mengajar Dengan Sukses. Jakarta. Jemmars

Olson dan Hergenhahn. (2010). Theories of Learning (Teori Belajar). Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

Rivai dan Murni. (2010). Education Management Analisis. Bandung. Rajawali Press

Sjamsuddin, H. (2008). “Pemelajaran Sejarah Refleksi dan Prospek”, dalam

Sejarah Sebuah Penilaian; Refleksi 70 tahun Prof.Dr. H. Asmawi Zainul, M.Pd. Bandung. Jurusan pendidikan Sejarah FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Slameto. (1988). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. Bina Aksara.

Slavin, R.E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media


(5)

Solihatin dan raharjo, (2008). Cooperative Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta. Bumi Aksara.

Soetomo. (2010). Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Soyomukti. (2010). Teori-Teori Pendidikan ; Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-Sosialis, Postmodern. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media

Sudjana, N. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung. Sinar Baru Sulo dan Tirtaraharja. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Suharsimi, Suhardjono, dan Ssupardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :

Bumi Aksara.

Surjadi. (2012). Membuat Siswa Aktif Belajar; 73 Cara Belajar Mengajar dalam Kelompok. Bandung.Mandar Maju.

Suryosubroto, B. (2010). Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial ; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta. Bumi Aksara.

Suparman, M. Atwi. (2004). Desain Instruksional. Jakarta : PAU-Universitas Terbuka.

Supriatna. N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Kritis. Bandung. Historia Utama Press.

Syaodih, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. : Program Pascasarjana UPI dengan PT. Remaja Rosda Karya.

Tilaar. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta : Rineka Cipta. Uno, B. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Wahab, A. A. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar; Ilmu Pengetahuan Sosial [IPS].Bandung : Alfabeta.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Widja. G. (2002). Menuju Wajah Baru Pendidikan Sejarah. Yogyakarta. Lappera Pustaka Utaman


(6)

Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia ; Profesional Persfektif Lokal, Nasional dan Global. Bandung : Historia Utama Press.

__________, R. (2008). Metode penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Remaja Rosda Karya


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT BERBANTUAN MEDIA NUMBER CARD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA N 9 SEMARANG

2 83 243

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010 2011

0 32 93

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA Penerapan Strategi Pembelajaran Jigsaw Dan Team Quiz Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran PAI (Kelas X Tkr 3 Smk Muhammadiyah Delanggu Tahun

0 0 16

PENERAPAN METODE QUIZ TEAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA Penerapan Metode Quiz Team Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Ipa Sd Negeri Ii Tekaran Tahun Aj

0 0 15

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V Penerapan Metode Pembelajaran Team Quiz Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kedawung Kecamatan Jumapolo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 2 18

UPAYA PENERAPAN METODE PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA :Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Rancaekek.

0 1 53

Penerapan Metode Pembelajaran Quiz Team untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di Kelas XI IPA 2 SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

0 0 20

GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2 Rangkasbitung - repository UPI T SEJ 1103438 Title

0 0 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA.3 SMA NEGERI 2 TEMBILAHAN Asniadarni SMA Negeri 2 Tembilahan Riau

0 0 12