PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA : Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X SMA NEGERI 7 Bandung.
No.Daftar/FPEB/619/UN40.7.DI/LT/2014
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X SMANEGERI 7 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi.
oleh
Rani Putri Perdani 1005971
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
(2)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X
SMA NEGERI 7 Bandung)
Oleh
Rani Putri Perdani
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Rani Putri Perdani 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
(3)
RANI PUTRI PERDANI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X
SMA NEGERI 7 Bandung)
Bandung, Februari 2015
Skripsi ini telah disetujui oleh:
Pembimbing
Prof.Dr.H.Disman, M.S. NIP. 195902091984121 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
(4)
ABSTRAK
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X SMA NEGERI 7 Bandung).”
di bawah bimbingan Prof.Dr.H.Disman, MS
Oleh
Rani Putri Perdani 1005971
Penelitian ini membahas tentang permasalahan kemampuan analisis siswa kelas X IIS di SMA Negeri 7 Bandung. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, tidak ada siswa yang mencapai nilai kriteria kelulusan minimal (KKM). Kriteria kelulusan minimal mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 7 Bandung adalah sebesar 75. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan analisis siswa kelas eksperimen pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan, kemampuan analisis siswa kelas kontrol pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan, dan mengetahui kemampuan analisis antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation (GI) dan kelas yang diberi perlakuan metode ceramah.
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan menggunakan non equivalence control group design. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tes tertulis. Tes tersebut dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat sebelum pembelajaran dimulai dan setelah pembelajaran dilakukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara uji t independen (t-test independent) dan paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas eksperimen yang menggunakan metode group investigation (GI) pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan, terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dan terdapat perbedaan kemampuan analisis antara kelas yang diberi metode group investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan kelas metode ceramah sesudah diberi perlakuan.
(5)
ABSTRAC
EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP INVESTIGATION TO STUDENT ANALYZE ABILITY (STUDY CASE FOR ECONOMY
STUDIES AT SMAN 7 BANDUNG GRADE X)
BY
RANI PUTRI PERDANI 1005971
This reseacrh talk about student analyze ability’s problem at SMAN 7
BANDUNG grade X IIS. Based on pra-research result that no student who is reach to graduate criteria minimum value. Minimum graduated criteria for economy studies at SMAN 7 BANDUNG is 75. The purpose this research is for knowing about diverification of student analyze ability at experiment grade when student put on before and after treatment, student analyze ability at control grade when student put on before and after treatment, and for knowing analyze ability between student at class that put on treatment of cooperative learning model type group investigation and student at class that put on treatment of speech method. The method that used by researcher in this reseacrh is experiment quasi with non equivalence control group desain. The data accumulation by the written test way. That test do to twice, are when before learning started and after learning done. The data processing by t-test independent way and paired t-test. The research result refer that there is diverification of analyze ability at experiment class that use group investigation method when before student put on treatment and after treatment, there are any diverification of analyze ability at control class that use speech method when before treatment and after treatment, and any diverification analyze ability between class that put on group investigation method higher than class that speech method after put on treatment.
(6)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Melihat perkembangan dunia dalam berbagai hal yang begitu pesat, Indonesia sebagai negara berkembang wajib mengikuti hal tersebut. Perkembangan yang terjadi tidak terlepas dari ilmu dan pengetahuan yang dikembangkan oleh manusia. Untuk mengembangkan hal tersebut, tentu perlu adanya pendidikan yang dapat menjadi modal besar dalam mengembangkan kualitas manusia.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk kita kritisi dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.
Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia secara utuh.
Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa (student active learning). Pendidikan adalah proses pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidikan
(7)
2
adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa anak untuk menghafal data dan fakta.
Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sanjaya, 2006: 2).1
Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tiga aspek inilah, (sikap, kecerdasan, dan keterampilan) arah dan tujuan pendidikan harus diupayakan. Dalam hal tersebut proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, proses pembelajaran harus dibuat sedemikian rupa agar siswa dapat mengikutinya dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang sekaligus dapat menjadi penentu keberhasilan belajar siswa.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dan dirasakan oleh setiap warga negara, sebagaimana Undang-Undang yang telah ditetapkan bahwa setiap warga negara Indonesia wajib mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini juga sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang ingin mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan kerjasama antar komponen yang ada dalam dunia kependidikan. Salah satu komponen yang penting adalah guru sebagai tenaga pendidik dari suatu proses belajar. Guru mempunyai tanggung jawab yang cukup besar, maka dari itu sebaiknya guru memiliki kompetensi yang memadai seperti kompetensi pedagogig, kepribadian, profesional dan sosial serta memenuhi standar yang telah ditetapkan agar
1
(8)
3
mempunyai kualitas yang baik. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik dan kependidikan sesuai dengan latar belakang ilmunya, guru dituntut dapat memahami siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan, memiliki kelengkapan perangkat pembelajaran, dan melakukan evaluasi terhadap pembelajaran.
Keberhasilan suatu pendidikan dapat diukur dengan hasil belajar siswa seperti terlihat dari hasil Ujian Nasional (UN) yang diadakan setahun sekali untuk mengukur kualitas pendidikan masing-masing daerah serta hasil Ujian Akhir Semester (UAS) dari masing-masing sekolah ataupun dari hasil nilai ulangan harian yang digunakan guru untuk mengukur hasil siswa terhadap materi yang telah diberikan. Berbicara mengenai hasil belajar siswa, Bloom dalam Suprijono (2012:6) menyatakan bahwa, hasil belajar terbagi kedalam tiga ranah (domain), yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:120) dalam revisi taksonomi ranah kognitifnya mengatakan bahwa, menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis merupakan tujuan dalam banyak bidang studi termasuk di Indonesia. Maka dari itu, ada perubahan dari kurikulum tahun 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berubah menjadi Kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 tidak hanya difokuskan tingkat pengetahuan, pemahaman, dan penerapan saja yang berkembang, tetapi tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi juga diperhatikan untuk dikembangkan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk lebih berpikir kritis agar dapat memiliki kemampuan analisis yang baik.
Hal tersebut juga berlaku pada salah satu mata pelajaran yang dipelajari yaitu mata pelajaran ekonomi. Dalam kurikulum terbaru memang mata pelajaran ekonomi di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak berdiri sebagai mata pelajaran sendiri tetapi tergabung
(9)
4
dalam mata pelajaran IPS Terpadu. Sedangkan, pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) khususnya pada jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) mata pelajaran ekonomi dipelajari tersendiri tidak terpadu dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Peneliti mengambil studi kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Kota Bandung, peneliti hanya akan meneliti kelas X IIS di satu sekolah SMA Negeri di kota Bandung. Peneliti menentukan SMA Negeri 7 Bandung menjadi tempat untuk melakukan penelitian. Berikut daftar hasil post test bab konsep ilmu ekonomi mata pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandung :
Tabel 1.1
Daftar Nilai Hasil Post-Test Bab Konsep Ilmu Ekonomi Sekolah Menengah Atas Negeri 7 di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
Nilai Jumlah Siswa
Nilai 60 1 orang
Nilai 50 4 orang
Nilai 45 6 orang
Nilai 40 2 orang
Nilai 35 2 orang
Nilai 30 4 orang
Nilai 20 4 orang
Nilai 15 1 orang
(10)
5
Gambar 1.1
Daftar Nilai Hasil Post-Test Bab Konsep Ilmu Ekonomi Sekolah Menengah Atas Negeri 7 di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
Sumber : SMAN 7 BANDUNG, Data Diolah
Dari nilai post test yang telah dilaksanakan, 27 siswa yang menyelesaikan soal post-test tidak ada yang mendapatkan nilai diatas KKM. Kriteria Kelulusan Minimal mata pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandung sebesar 75. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, faktor dari gurunya itu sendiri. Model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah membuat siswa merasa bosan dalam belajar dan membuat siswa menjadi pasif. Sehingga, pemahaman siswa akan materi yang disampaikan tidak begitu baik hasilnya.
Pemahaman siswa dalam kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang penting. Maka dari itu, seorang guru dituntut harus memiliki kompetensi yang baik dan lebih kreatif dalam mengajar. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, dengan metode ini siswa diharapkan dapat lebih aktif, bertanggung jawab dan memahami materi yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan fakta yang dipaparkan di atas maka penulis merasa penting untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hasil belajar siswa di SMA
4% 15% 22% 7% 7% 15% 15%
4% 11%
Nilai Post-Test
60 50 45 40 35 30 20 15(11)
6
Negeri 7 Bandung. Adapun judul penelitiannya ini adalah “PENGARUH
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1) Bagaimana kemampuan analisis siswa di kelas eksperimen pada saat sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan?
2) Bagaimana kemampuan analisis siswa kelas kontrol pada saat sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan?
3) Apakah kemampuan analisis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol sesudah diberikan perlakuan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa permasalahan tadi, maka ada hal yang menjadi tujuan dibuatnya penelitian ini yaitu untuk mengetahui :
1) Adanya perbedaan kemampuan analisis pada kelas eksperimen pada saat sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. 2) Adanya perbedaan kemampuan analisis pada kelas kontrol pada
saat sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
3) Adanya perbedaan kemampuan analisis antara kelas eksperimen yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol pada saat setelah diberi perlakuan.
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.
(12)
7
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan.
c. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui adakah perbedaan antara model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran kooperatif group investigation terhadap hasil belajar siswa.
b. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai model pembelajaran kooperatif group investigation yang bisa diterapkan pada kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca terkait masalah pendidikan dan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Selain itu sebagai referensi bagi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini.
(13)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 7 Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas eksperimen yang menggunakan metode group investigation (GI) pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
Artinya, model cooperative learning tipe group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa dan semakin efektif metode tersebut digunakan maka semakin meningkat kemampuan analisis siswa. 2. Terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
Artinya, metode ceramah mempunyai pengaruh terhadap kemampuan analisis siswa dan perbedaan yang didapat adalah penurunan hasil belajar. 3. Terdapat perbedaan kemampuan analisis antara kelas yang diberi metode
group investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan kelas metode ceramah
sesudah diberi perlakuan.
Artinya, model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa terhadap kemampuan analisis siswa dan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka peneliti mengajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut:
(14)
80
Dapat menggunakan model cooperative learning tipe group
investigation (GI) dalam proses pembelajaran, sebagai salah satu
model pembelajaran alternatif di kelas untuk membuat siswa menjadi lebih aktif dan komunikatif dalam proses pembelajaran. Sehingga, siswa mempunyai motivasi tinggi untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk pembagian kelompok, sebaiknya dipilih oleh guru sehingga siswa terbagi secara heterogen dan bisa bekerja sama dengan siapa saja teman kelompoknya.
Sebelum menggunakan metode sebaiknya guru mengingat langkah-langkah yang harus dilakukan agar dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.
2. Bagi pihak sekolah, disarankan selalu ikut berpartisipasi dalam mengikuti berbagai acara yang berkenaan dengan kegiatan pengajaran dan pembelajaran sehingga guru dapat berinovasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk diterapkan di kelas yang nantinya dapat dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat melakukan penelitian mengenai kemampuan analisis siswa dengan model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation (GI) lebih baik lagi dalam
hal pembuatan instrumen penelitian agar kemampuan analisis (C4) maupun tingkatan kognitif diatas kemampuan analisis dapat terukur dengan baik.
(15)
(16)
(17)
(1)
7
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan.
c. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui adakah perbedaan antara model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran kooperatif group investigation terhadap hasil belajar siswa.
b. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai model pembelajaran kooperatif group investigation yang bisa diterapkan pada kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca terkait masalah pendidikan dan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Selain itu sebagai referensi bagi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini.
(2)
Rani Putri Perdani, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 7 Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas eksperimen yang menggunakan metode group investigation (GI) pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
Artinya, model cooperative learning tipe group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa dan semakin efektif metode tersebut digunakan maka semakin meningkat kemampuan analisis siswa. 2. Terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
Artinya, metode ceramah mempunyai pengaruh terhadap kemampuan analisis siswa dan perbedaan yang didapat adalah penurunan hasil belajar. 3. Terdapat perbedaan kemampuan analisis antara kelas yang diberi metode
group investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan kelas metode ceramah
sesudah diberi perlakuan.
Artinya, model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa terhadap kemampuan analisis siswa dan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka peneliti mengajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut:
(3)
80
Rani Putri Perdani, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dapat menggunakan model cooperative learning tipe group
investigation (GI) dalam proses pembelajaran, sebagai salah satu
model pembelajaran alternatif di kelas untuk membuat siswa menjadi lebih aktif dan komunikatif dalam proses pembelajaran. Sehingga, siswa mempunyai motivasi tinggi untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk pembagian kelompok, sebaiknya dipilih oleh guru sehingga siswa terbagi secara heterogen dan bisa bekerja sama dengan siapa saja teman kelompoknya.
Sebelum menggunakan metode sebaiknya guru mengingat langkah-langkah yang harus dilakukan agar dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.
2. Bagi pihak sekolah, disarankan selalu ikut berpartisipasi dalam mengikuti berbagai acara yang berkenaan dengan kegiatan pengajaran dan pembelajaran sehingga guru dapat berinovasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk diterapkan di kelas yang nantinya dapat dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat melakukan penelitian mengenai kemampuan analisis siswa dengan model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation (GI) lebih baik lagi dalam
hal pembuatan instrumen penelitian agar kemampuan analisis (C4) maupun tingkatan kognitif diatas kemampuan analisis dapat terukur dengan baik.
(4)
(5)
(6)