PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2013-2014.

(1)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

RIASTRI HELMY NIM : 1200893

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Oleh Riastri Helmy

S.Pd Universitas Islam Riau, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana UPI

© Riastri Helmy 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS NIP. 19611022 198603 1 002

PEMBIMBING II

Prof. Dr. H. Disman, MS NIP. 19590209 198412 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS NIP. 19611022 198603 1 002


(4)

Dr. H. Edi Suryadi, M.Si NIP. 19600412 198603 1 002

PENGUJI II

Dr. Kusnendi, MS NIP. 19600122 198903 1 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS NIP. 19611022 198603 1 002


(5)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ... 12

2.2 Pengertian dan Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 13

2.2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 13

2.2.2 Prinsip Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 17

2.2.3 Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 18

2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 23

2.2.5 Teori Belajar yang Mendasari Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 23

2.3 Penggunaan Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Ekonomi ... 31

2.4 Kemampuan Berpikir Kritis ... 36

2.5 Penelitian Yang Relevan ... 41

2.6 Kerangka Pemikiran ... 42

2.7 Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 44

3.2 Desain Penelitian ... 44

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 45

3.4 Instrumen Penelitian ... 46


(6)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5 Analisis Uji Tes ... 48

3.5.1 Validitas ... 48

3.5.2 Reliabilitas... 51

3.5.3 Tingkat Kesukaran ... 53

3.5.4 Analisis Daya Pembeda ... 54

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 56

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.7 Waktu Penelitian... 62

3.8 Prosedur Penelitian ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 64

4.2 Deskriptif Kemampuan Berpikir Kritis ... 65

4.3 Uji Asumsi Statistik ... 69

4.4 Uji Hipotesis ... 71

4.4.1 Pengujian Hipotesis 1 ... 71

4.4.2 Pengujian Hipotesis 2 ... 74

4.4.3 Pengujian Hipotesis 3 ... 77

4.5 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 80

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian... 83

4.6.1 Pembelajaran Ekonomi Melalui Metode Problem Solving ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 94

5.2 Saran ... 95


(7)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15

Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas X.9 SMA Negeri 11 Pekanbaru ... Perbandingan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Pendekatan Konvensional ... Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget ... Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... Desain Quasi Ekperimen ... Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kritis ... Kisi-Kisi Intrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... Klasifikasi Validitas Soal ... Uji Validitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ...

Reliability Statistic ... Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... Klasifikasi Daya Pembeda ... Uji Daya Pembeda Kemampuan Berpikir Kritis ... Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... Kriteria Pengukuran Effect Size ... Hipotesis dan Statistik Uji ... Jadwal Kegiatan Penelitian ...

7 16 27 39 45 47 47 50 50 52 52 53 54 55 55 57 60 60 62


(8)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14

Kisi-Kisi Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kritis ... Deskripsi Skor Pretest-Posttest Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Pretest Kelas Ekperimen dan

Kelas Kontrol ... Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Pretest Kemampuan Berpikir

Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen ... Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen ... Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Pretest-Posttest Kelas Ekperimen ... Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest dan Posttest Kelas Kontrol... Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Pretest-Posttest Kelas Kontrol... Hasil Uji Normalitas Data N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ... Hasil Uji Homogenitas Data N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ... Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Skor N-gain Kemampuan Berpikir

Kritis ... Hasil Uji Anova dan Eta ...

65 69 70 71 72 73 74 75 76 76 78 78 79 80


(9)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 3.1 4.1

4.2 4.3

4.4 4.5

Bagan Alur Kerangka Pemikiran ... Diagram Alur Penelitian ... Hasil Rata-Rata Jawaban Benar Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen ... Hasil Rata-Rata Jawaban Benar Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... Hasil Rata-Rata Jawaban Benar Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

Nilai Rata-Rata Pretest-Posttest Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... Nilai Rata-Rata N-Gain Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ...

43 63

66 67

68 82 83


(10)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMA

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Di SMA Negeri 11 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh

Riastri Helmy, S.Pd

Penelitian ini mengkaji pengaruh penggunaan metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik SMA kelas X di SMA Negeri 11 Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang memperoleh pembelajaran ekonomi dengan metode problem solving dan peserta didik yang memperoleh pembelajaran ekonomi dengan metode konvensional (ceramah). Jenis penelitian ini adalah studi kuasi ekperimen dengan desain penelitian nonequivalen control-group design. Sampel dalam penelitian terdiri dari dua kelas X (X.2 dan X.3) di SMA Negeri 11 Pekanbaru dimana penentuan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Untuk melihat adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis antara peserta dididk kelas eksperimen dan peserta didik kelas kontrol maka dilakukan analisis data menggunakan SPSS versi 21.0 dengan pengujian hipotesis melalui statistik parametrik, uji perbedaan rata-rata (paired samples t-test dan independent samples t-test). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pembelajaran menggunakan metode problem solving. Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pembelajaran menggunakan metode ceramah. Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menggunakan metode ceramah.


(11)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE USE OF PROBLEM SOLVING METHODS OF CRITICAL THINKING ABILITY OF HIGH SCHOOL STUDENTS

(Quasi Experimental Study on Economic Subjects of Class X in SMA Negeri 11 Pekanbaru Years of Education From 2013-2014 )

By

Riastri Helmy, S.Pd

This research reports the influence of the use of problem solving method of critical thinking ability og high school students. This research aims to know the difference between learners critical thinking ability who were treated by using problem solving method and thes of who were treated by using conventional method. This research design applied quasi experiment with nonequivalen control-group design. The sample of this research were two class of ten graduats (X.2 and X.3) in SMA Negeri 11 Pekanbaru who wre selected by using purposive sampling. To see the difference between the critical thinking ability of experimental group and that of control group, the data was analyzed by SPSS version 21.0 with hypothesis testing, parametric statistic through the difference in average (paired samples t-test and the independent samples t-test). The findings show that the critical thinking ability of experimental group is higher after having treatments than before having treatments using the problem solving method. The critical thinking ability of control group is higher after having treatment than before having treatment using the conventional method. The critical thinking of experimental group using the problem solving method is higher than that of control group using the conventional method.


(12)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh besarnya peranan pendidikan. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan suatu negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bisa dari peserta didiknya, pengajarannya, sarana prasarananya, dan bisa juga karena faktor lingkungannya. Melalui pendidikan seseorang dapat lebih berpengetahuan, terampil, inovatif dan produktif daripada mereka yang tidak berpendidikan. Bahkan pendidikan diyakini sebagai salah satu faktor yang menentukan kulitas sumber daya manusia (Effendi, 1992). Oleh karena itu pendidikan perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan.

Pendidikan tidak terlepas dari ungkapan berkulitas. Dari perspektif ekonomi, kulitas pendidikan dihubungkan dengan prinsip efisiensi. Pendidikan berkulitas hanyalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip efisiensi. Pendidikan dianggap sebagai suatu bentuk investasi modal dan oleh sebab itu perlu dikelola secara efisien (Tilaar, 2006:66). Berkaitan dengan kualitas pendidikan dalam mengahadapi berbagai persoalan dan tantangan bagi pendidikan di Indonesia khususnya harus dilakukan penataan terhadap sistem pendidikan secara utuh dan menyeluruh. Pembaharuan di bidang pendidikan mengacu pada visi dan misi pembangunan nasional yang kini tertuang dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan menurut UU ini adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,


(13)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Undang-Undang ini sarat dengan tuntutan yang cukup mendasar, karena harus menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Salah satu upaya yang harus segera dilaksanakan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Perubahan secara terus menerus inilah yang mengharuskan adanya perubahan mendasar yang berkaitan dengan kurikulum. Kurikulum dirasa sangat berkaitan dengan keberhasilan dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Kurikulum berfungsi untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan landasan operasional dalam pelaksanaan pendidikan, dan dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Implementasi kurikulum dilaksanakan dalam situasi nyata di sekolah berlangsung melalui tiga proses, yakni konstruksi kurikulum, pengembangan kurikulum, dan implementasi kurikulum.

Konstruksi kurikulum adalah proses pembuatan keputusan yang menentukan hakikat dan rancangan kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah prosedur pelaksanaan pembuatan konstruksi kurikulum, dan implementasi kurikulum adalah proses pelaksanaan kurikulum yang dihasilkan oleh konstruksi dan pengembangan kurikulum. Ketiga proses tersebut dapat berlangsung secara berurutan, namun terjadi dan dilaksanakan secara paralel (berbarengan) dan bersifat alternatif (Hamalik, 2000: 1).

Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan


(14)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai sikap dan kemampuan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan teknologi. Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika pemerintah (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan Kurikulum 2013.

Pada Kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter pada Kurikulum 2013 ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarahkan pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2013:6-7).

Impelementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena Kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekkat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).


(15)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kedua, Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Pengguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa, 2013:163-164).

Penerapan Kurikulum 2013 ini berkaitan dengan pembelajaran dengan penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran ini mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Elaine B. Johnson (2007:58) berpendapat bahwa CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah sebuah sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari peserta didik. Dalam CTL, proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, dan bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.

Sehubungan dengan itu pendekatan pembelajaran CTL ini dapat diturunkan ke dalam beberapa strategi pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran pemecahan masalah (Problem solving). Strategi pembelajaran ini menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran yang dalam hal ini peserta didik terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran (Depdiknas, 2007:56).


(16)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran ekonomi merupakan pembelajaran yang membutuhkan pemahaman yang nyata dan berpikir secara logis bukan hanya sekedar teoritis yang harus dihafalkan sehingga pembelajaran ekonomi dapat dikaitkan dengan dunia nyata. Pembelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang sangat memegang peranan penting karena pembelajaran ekonomi dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam berpikir logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Oleh karena itu dipandang penting agar pelajaran ekonomi dapat dikuasai sedini mungkin oleh para peserta didik. Sehubungan dengan hal itu maka pembelajaran ekonomi dapat diarahkan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis, yakni kemampuan untuk mencari dan menggunakan informasi, kemampuan untuk bekerja sama, kemampuan untuk menganalisis, kemampuan untuk melakukan tindakan, melakukan untuk mencari bukan hanya dari satu sumber, kemapuan untuk menggunakan keterlibatan pengalaman-pengalamannya dalam mengaitkannya dengan materi dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi.

Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik akan dibantu untuk mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asusmsi dan pencarian alamiah (Nana Syaodih dan Erliany Syaodih, 2012:122).

Adanya tuntutan dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang berkulitas yang dapat menjawab berbagai masalah dan tantangan yang semakin rumit dalam kompleks melalui pembentukan karakter tentunya peserta didik dilatih untuk terus meningkatkan kemampuan intelektual dan berpikir kritis, maka dari itu perlu adanya peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan pada berbagai mata pelajaran disetiap jenjang pendidikan. Dalam bidang studi atau mata pelajaran ekonomi pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dituntut untuk mempunyai


(17)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis yang digunakan peserta didik untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada.

Menurut Neti Budiwati dan Leni Permana (2010:18), kemampuan yang akan dicapai peserta didik sesuai dengan tujuan mata pelajaran ekonomi yaitu:

1. Memahami sejumlah konsep untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ekonomi

3. Membentuk sikap bijak, rasional, bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen akuntansi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenal nilai-nilai sosial

ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.

Beberapa tujuan pembelajaran ekonomi yang disebutkan diatas dapat dikatakan bahwa melalui pembelajaran ekonomi diharapkan peserta didik mampu memahami konsep ekonomi dan mengembangkan sikap ingin tahu dengan cara berpikir kritis terhadap peristiwa dan permasalahan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Karena dalam pembelajaran ekonomi sebenarnya syarat akan materi analisis, studi kasus-kasus yang terjadi dilapangan, dan berhubungan dengan kehidupan nyata.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ekonomi tersebut maka guru dalam pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk menggunakan model, metode, media, dan sebagainya yang dapat menunjang peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik. Namun kenyataanya, dalam pembelajaran ekonomi


(18)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seringkali terjadi masalah yang menyebabkan tujuan pembelajaran ini kurang tercapai. Misalnya saja dalam proses belajar mengajar di kelas peserta didik sering diarahkan pada kemampuan untuk menghafal, dan menimbun informasi tanpa melibatkan anak untuk memahami informasi yang bisa digunakannya dalam menghubungkan konsep ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dengan kehidupan sehari-harinya.

Banyak buku, pelatihan guru, serta pengalaman mengajar mengenai pengembangan kreativitas guru dalam mengelola kelas tentang penggunaan model, metode pembelajaran, serta media pengajaran, namun dalam pelaksanaannya masih ada guru yang menggunakan model, metode maupun media pembelajaran yang konvensional. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh saat melakukan observasi di SMA Negeri 11 Pekanbaru pada semester 1 tahun ajaran 2012/2013 diperoleh keterangan bahwa guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, bahkan hanya cenderung pada pemindahan pengetahuan saja dari guru ke peserta didik (transfer of knowledge) sementara peserta didik lebih banyak pasif, hal ini menyebabkan pembelajaran kurang bermakna, karena peserta didik masih menganggap materi akan dapat dihafal, dan peserta didik tidak dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Selain itu, hasil wawancara dengan guru ekonomi kelas X SMAN 11 Pekanbaru diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Guru hanya terfokus pada materi yang terdapat di buku paket

2. Peserta didik kurang berperan secara aktif, karena peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi dari guru sehingga peserta didik kurang memahami konsep secara utuh.

3. Kurangnya konsentrasi peserta didik dalam menerima materi di dalam kelas 4. Kurangnya kekritisan peserta didik dalam menanggapi materi yang diajarkan


(19)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Kurangnya kekritisan peserta didik dalam menanggapi studi kasus

6. Kurang terjadinya pembelajaran peserta didik yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari dilihat dari guru hanya sekedar memberikan materi saja. Untuk memperkuat hasil temuan wawancara maka dilakukan pra penelitian dengan membagikan soal yang dibuat dengan kriteria indikator berpikir kritis yang diisi oleh peserta didik siswi kelas X pada kelas X.9, hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa persen jumlah peserta didik yang mampu menjawab soal dengan menggunakan 5 (lima) indikator berpikir kritis, maka dibuat tabel rekapitulasi persentase sebagai berikut:


(20)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 1.1

Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik kelas X.9 SMA 11 Pekanbaru Skor Jumlah peserta didik (orang) Presentase (%)

0 - -

10 4 14,3

20 9 32,1

30 14 50

40 1 3,6

50 - -

60 - -

70 - -

Jumlah 28 100

Sumber : Pra Penelitian, data diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 7 (tujuh) butir soal yang merujuk pada indikator berpikir kritis terlihat bahwa tidak ada peserta didik yang mencapai skor ideal dari 50-70. Peserta didik hanya mampu mengerjakan soal dengan memperoleh skor dibawah skor ideal yakni berada pada rentang 40-10. Peserta didik terbanyak hanya mampu menjawab sebanyak 3 (tiga) soal dengan benar sebesar 50%. Perolehan data diatas dapat menggambarkan bahwa peserta didik belum mampu mencapai kemampuan berpikir kritis. Permasalahan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik inilah yang menjadi tantangan bagi guru dalam menjawab tuntutan kurikulum 2013 sehingga dapat membantu peserta didik untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi.

SMA Negeri 11 Pekanbaru belum menggunakan Kurikulum 2013, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada sekolah dan guru sebagai langkah untuk mempersiapkan penggunaan model pembelajaran yang menjadi tuntutan dalam Kurikulum 2013. Menurut E. Mulyasa (2013:41), Kurikulum 2013 akan sulit untuk dilaksanakan jika diberbagai daerah sebagian besar guru belum siap baik itu yang terkait dengan kompetensinya, berkaitan dengan masalah


(21)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh Pemerintah. Lebih lanjut beliau mengatakan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pikir pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik integratif dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Sangat disayangkan jika guru mata pelajaran ekonomi kelas X, tidak mampu menciptakan suasana belajar yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar aktif dalam mengkonstruksi pemikirannya, sehingga kemampuan peserta didik untuk melatih kemampuan berpikir kritisnya masih sangat rendah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Metode Problem solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik SMA”

1.2Rumusan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran dengan metode problem solving adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru antara kelas eksperimen yang menggunakan metode problem solving dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah?


(22)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving

2. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah

3. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru antara kelas eksperimen yang menggunakan

metode problem solving dibandingkan dengan kelas kontrol yang

menggunakan metode ceramah.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam peningkatan kualitas pembelajaran ekonomi. Secara khusus peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya:

1. Manfaat secara teoritis

a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik SMA dengan menerapkan metode Problem solving dalam proses pembelajaran dikelasnya terutama untuk pelajaran ekonomi.


(23)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Penelitian ini mampu memberikan dukungan empiris terhadap khasanah teori dan konsep pembelajaran bagi konsep metode Problem solving, yang mendorong untuk pengkajian lebih mendalam.

c. Penelitian ini memberi alternatif metode pembelajaran bagi praktisi pendidikan dalam mengembangkan proses pembelajaran

2. Manfaat secara praktis a. Bagi guru

Melalui penelitian ini diharapkan semakin menambah pengetahuan dalam pembelajaran ekonomi, sehingga dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran ekonomi. b. Bagi peserta didik

Melalui penelitian ini, diharapkan pembelajaran ekonomi menggunakan metode problem solving dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

c. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian yang sejenis. Sekaligus sebagai langkah awal dalam mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat dikelas.

d. Semua pihak yang berkepentingan untuk dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.


(24)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

Dalam latar belakang masalah telah diuraikan bahwa pembelajaran kritis dengan metode problem solving dimugkinkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi. Dengan kata lain, terdapat hubungan sebab akibat antara pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode problem solving dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X.

Berdasarkan hal ini, dengan melihat adanya hubungan sebab akibat antara pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik, maka penelitian ini disebut penelitian eksperimen (experimental research). Penelitian eksperimen merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat (Nana Syaodih, 2012:194). Penelitian eksperimen terbagi menjadi 2 (dua), yakni eksperimen murni dan kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Pada kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 2005:52). Artinya penelitian ini dilaksanakan pada kondisi suasana kelas normal yang sudah ada di SMA Negeri 11 Pekanbaru tanpa mengubah komposisi kelas yang sudah ada tanpa adanya penugasan secara acak baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.

3.2Desain Penelitian

Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design yang merupakan bagian dari metode penelitian kuasi eksperimen. Dimana kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi


(25)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanpa acak (without random assignment). Pada kedua kelompk tersebut sama-sama diberikan pretest dan posttest. Hanya kelompok eksperimen saja yang diberikan treatment, dengan rancangan sebagai berikut (Creswell, 2010:242):

Tabel 3.1

Desain Quasi Eksperimen

Keterangan:

O1 = Pretest / tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

O2 = Posttest / tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

X = Perlakuan dengan pembelajaran metode Problem solving

Pada desain ini, setiap kelompok masing-masing diberi tes awal/Pretest (O1)

dan setelah diberi perlakuan diukur dengan tes akhir/Posttest (O2). Hal ini dilakukan

untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian kemampuan berpikir kritis ini adalah seluruh peserta didik kelas X pada SMA Negeri 11 Pekanbaru yang penelitiannya dilaksanakan pada pertengahan semester II (genap). Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih dari kelas yang telah ada. Karena desain penelitian menggunakan desain ”Kelompok Kontrol Non-Ekuivalen”, maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik “Purposive Sampling”, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 126). Informasi awal dalam pemilihan

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2


(26)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi ekonomi sebelumnya. Agar penentuan sampel tidak bersifat subjektif, maka pertimbangan dalam menentukan sampel juga didasarkan pada perolehan nilai ekonomi peserta didik pada ujian tengah semester.

Ada beberapa alasan dalam pemilihan subjek penelitian tersebut, yaitu:

a. SMA Negeri 11 Pekanbaru Provinsi Riau termasuk salah satu SMA yang belum menerapkan Kurikulum 2013 (dalam rangka persiapan penerapan Kurikulum 2013).

b. Dipilih Kelas X, dengan asumsi bahwa mereka dengan cepat dapat beradaptasi dengan Kurikulum 2013 yang sudah menekankan pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini berfokus pada kemampuan berpikir kritis peserta didik SMA melalui pembelajaran dengan metode Problem solving c. Dipilih Kelas X, karena sudah mendapatkan izin dari pihak sekolah sehingga

hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat dilihat secara nyata manfaat penelitian tersebut.

3.4Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur bagaimana pengunaan metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran ekonomi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan tes.

3.4.1 Tes

Tes kemampuan berpikir kritis peserta didik yang digunakan berbentuk pilihan ganda beralasan, dengan maksud untuk melihat proses pengerjaan yang dilakukan peserta didik agar dapat diketahui sejauh mana peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Tes pilihan ganda beralasan yang diberikan mencakup soal-soal yang berbasis kontekstual. Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes awal (Pretest), yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan dan tes akhir (Posttest), yaitu


(27)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tes yang dilakukan setelah perlakuan. Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik sementara itu posttest dilakukan setelah pembelajaran (setelah diberi perlakuan kepada kelas eksperimen) dilakukan.

Dalam penyusunan tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaiannya dan nomor butir soal. Setelah membuat kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawabannya dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Adapun pemberian skor untuk soal-soal berpikir kritis dalam bentuk pilihan berganda beralasan mengacu pada pedoman Holistic scale dari North Caroline of Public Instruction, 1994 (Ratnaningsih, 2003) seperti Tabel berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kritis

Respon Peserta didik terhadap Soal Skor Tidak ada pilihan ganda dan alasan yang dijawab dengan benar 0 Hanya alasan saja yang dijawab dengan benar 1 Hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan benar 2 Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar 3

Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik dikembangkan instrument (tes) yang akan diberikan penilaian menggunakan teknik tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda beralasan seperti tercantum dalam tabel 3.3

Tabel 3.3

Kisi-kisi Intrumen Kemampuan Berpikir Kritis

No Indikator Berpikir Kritis Sub Indikator No. Soal

1

Elementary Clarification (Memberikan Penjelasan Sederhana)

Memfokuskan pertanyaan 1,17 Menganalisis argumen 2, 18 Bertanya dan menjawab pertanyaan

klarifikasi dan pertanyaan yang menantang


(28)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 Basic Support (Membangun

Keterampilan Dasar)

Mempertimbangkan kredibilitas suatu

sumber 10, 20

Mengobservasi dan mempertimbangkan

observasi 4, 21

3 Inference (Menyimpulkan)

Membuat deduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi 5,11 Membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi 6, 24 Membuat dan mempertimbangkan

keputusan 12

4 Advance clasification (Membuat Klasifikasi Lanjut)

Mengidentifikasi istilah dan

mempertimbangkan definisi 7, 13, 22 Mengidentifikasi asumsi 14, 25 5 Strategies and tactics (Strategi

dan Taktik)

Memutuskan suatu tindakan 8,15 Berinteraksi dengan orang lain 16, 23 Sebelum instrumen tes diujicoba, terlebih dahulu instrument tersebut di konsultasikan kepada dua orang dosen pembimbing. Intrumen diperiksa dari segi bahasa dan redaksi, sajian serta akurasi kajian atau teori, kemudian soal diujicobakan secara empiris. Tujuan ujicoba ini untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas butir soal.

Instrumen tes diujicobakan kepada peserta didik kelas XI IPS SMA Labschool Sekolah Percontohan UPI Bandung sebanyak 59 orang. Kemudian hasil tes diolah untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal tes.

3.5 Analisis Uji Tes

Untuk mengetahui kualitas tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba instrument terhadap peserta didik. Intrumen yang berkualitas dapat ditinjau dari beberapa hal diantaranya tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal tes.


(29)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini adalah perhitungan uji coba intrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

3.5.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihaan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006:168).

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antar bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2006: 80). Adapun langkah-langkah untuk menguji validitas butir soal tes adalah sebagai berikut:

1. Menghitung harga korelasi setiap butir soal dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, yaitu:

= − .

. 2− 2 . . 2 − 2

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi

n : Jumlah responden ∑X : Jumlah skor item

∑Y : Jumlah skor total (seluruh item)

2. Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

ℎ � = −

2 1− 2 Keterangan :


(30)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu r : Koefisien korelasi hasil rhitung

n : Jumlah responden

3. Mencari ttabel dengan ttabel =tα (dk = n-2) dengan α = 0,05

4. Membuat kesimpulan dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika thitung > ttabel , berarti valid

Jika thitung < ttabel , berarti tidak valid

Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Table 3.4

Klasifikasi Validitas Soal

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 < ≤1,00 Sangat tinggi 0,60 < ≤0,80 Tinggi 0,40 < ≤0,60 Cukup 0,20 < ≤0,40 Rendah

≤ 0,20 Kurang

Sumber :Suherman (2003:113)

Data diujicoba dengan bantuan Program SPSS versi 21.0, sehingga diperoleh nilai koefisien korelasi validitas butir. Selanjutnya uji validitas butir soal intrumen dilakukan dengan membandingkan rxy ( hitung) dengan nilai kritis tabel (nilai tabel).

Tiap item tes dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi α = 0,05 didapat hitung ≥

tabel. Berikut ini hasil uji validitas butir intrumen dengan menggunakan Program

SPSS versi 21.0 pada α = 0,05 dengan derajat bebas (df) = jumlah kasus (n) – 2. Jumlah kasus atau butir soal pada uji coba kali ini adalah 25 soal dengan sampel 59 peserta didik (df = 59 – 2 = 57). Maka tabel. Pada uji satu arah adalah (0,05;57) =


(31)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,256. Berkenaan dengan hal tersebut dibawah ini disajikan tebel asil uji validitas kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran ekonomi yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21.0.

Tabel 3.5

Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Butir

Soal

Corrected Item- Total Correlation (rhitung)

rtabel Validitas

1 0,524 0,256 Valid

2 0,324 0,256 Valid

3 0,312 0,256 Valid

4 0,296 0,256 Valid

5 0,420 0,256 Valid

6 0,274 0,256 Valid

7 0,399 0,256 Valid

8 0,422 0,256 Valid

9 0,192 0,256 Tidak valid

10 0,295 0,256 Valid

11 0,369 0,256 Valid

12 0,268 0,256 Valid

13 0,070 0,256 Tidak valid

14 0,261 0,256 Valid

15 0,369 0,256 Valid

16 0,265 0,256 Valid

17 0,361 0,256 Valid

18 0,344 0,256 Valid

19 0,279 0,256 Valid

20 0,346 0,256 Valid

21 0,281 0,256 Valid

22 0,350 0,256 Valid

23 0,182 0,256 Tidak valid

24 0,298 0,256 Valid

25 0,361 0,256 Valid


(32)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji coba soal tes kemampuan berpikir kritis terdiri 25 soal berbentuk pilihan ganda beralasan. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 22 soal yang telah valid dan 3 soal yang tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 22 soal (Lampiran A.5 dan Lampiran A.6).

1.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Suatu intrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila intrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.

Butir soal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes pilihan ganda beralasan. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien realiabilitas adalah rumus Cronbach’s Alpha (Suherman, 2003: 154) yaitu:

=

( −1) 1− 2 2

Keterangan :

: Koefisen reliabilitas soal : Banyak butir soal

2 : Variansi item 2 : Variansi total

Selanjutnya nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkan dengan menggunkan interperetasi nilai r dari Guilford (Sundayana, 2010:71) dan data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS versi 21.0 untuk mengetahui nilai Alpha, yaitu :

Tabel 3.6


(33)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Besarnya R Tingkat Reliabilitas 0,00 ≤ r < 0,20 Sangat Rendah 0,20 ≤ r < 0,40 Rendah

0,40 ≤ r < 0,60 Sedang 0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi

0,80 ≤ r < 1,00 Sangat Tinggi

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes pilihan ganda beralasan sebesar 0,675 yang berarti soal-soal dalam tes yang diujicobakan termasuk dalam klasifikasi tingkat relibilitas tinggi. Perhitungan dalam dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.675 26

Sumber : Lampiran B.3 3.5.3 Tingkat Kesukaran

Bermutu atau tidaknya butir-butir item pada instrumen dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Menurut Sudijono (2001: 370) butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, butir-butir item tes baik jika derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Tingkat kesukaran tes dihitung dengan rumus (Sundayana, 2010:77):

= +

2. Keterangan:


(34)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TK : Tingkat kesukaran

JBA : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar

JBB : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar

JSA : Jumlah peserta didik kelompok atas

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal yang dikemukakan oleh Sundayana (2010 : 78) yaitu pada tabel 3.8

Tabel 3.8

Klasifikasi Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Interpretasi TK = 0,00 Terlalu sukar 0,00 < TK 0,30 Sukar

0,30 < TK 0,70 Sedang 0,70 < TK< 1,00 Mudah

TK = 1,00 Terlalu mudah

Rangkuman hasil perhitungan uji tingkat kesukaran untuk tiap butir soal tes kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut :

Tabel 3.9

Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis No Soal Nilai Interpretasi No Soal Nilai Interpretasi

1 0,80 Mudah 14 0,60 Sedang

2 0,45 Sedang 15 0,65 Sedang

3 0,30 Sukar 16 0,72 Mudah

4 0,68 Sedang 17 0,68 Sedang

5 0,58 Sedang 18 0,27 Sukar


(35)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7 0,78 Mudah 20 0,62 Sedang

8 0,30 Sukar 21 0,62 Sedang

10 0,73 Mudah 22 0,80 Mudah

11 0,43 Sedang 24 0,88 Mudah

12 0,53 Sedang 25 0,65 Sedang

Sumber : Data Diolah Ms. Excel (Lampiran B.4)

Hasil uji tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa 3 soal termasuk dalam kriteria tingkat sukar, 13 soal termasuk dalam tingkat sedang, dan 6 soal yang tergolong kedalam kriteria kesukaran mudah.

3.5.4 Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan soal tersebut untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang kemampuannya rendah. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bila memang peserta didik yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan peserta didik yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik. Faktor yang mempengaruhi tingkat daya pembeda adalah pengetahuan yang dimiliki peserta didik dan pengalaman belajar peserta didik telah mendorong peserta didik dalam memahami tentang konsep-konsep dalam mata pelajaran. Daya pembeda tes dihitung dengan rumus (Sundayana, 2010:77):

��= −

Keterangan:

DP : Daya pembeda

JBA : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar

JBB : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar


(36)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Sundayana (2010: 78) seperti pada tabel 3.10 dibawah ini:

Tabel 3.10

Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi DP  0,00 Sangat rendah 0,00 < DP  0,20 Rendah 0,20 < DP  0,40 Cukup/sedang 0,40 < DP  0,70 Baik

0,70 < DP  1,00 Sangat baik

Rangkuman hasil daya pembeda tes kemampuan berpikir kritis disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.11

Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis No Soal Nilai Interpretasi No Soal Nilai Interpretasi

1 1,20 Sangat Baik 14 0,40 Cukup

2 0,37 Cukup 15 0,70 Baik

3 0,47 Baik 16 0,50 Baik

4 0,50 Baik 17 0,83 Sangat Baik

5 0,90 Sangat Baik 18 0,53 Baik

6 0,47 Baik 19 0,47 Baik


(37)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 0,47 Baik 21 0,30 Cukup

10 0,47 Baik 22 0,60 Baik

11 0,73 Sangat Baik 24 0,63 Baik

12 0,40 Cukup 25 0,63 Baik

Sumber : Data Di Olah Ms. Excel (Lampiran B.4)

Dari hasil perhitungan daya pembeda pada soal uji instrumen dapat diketahui bahwa 4 soal yang termasuk dalam kriteria daya pembeda sangat baik, 14 soal yang termasuk dalam kriteria daya pembeda baik, dan 4 soal termasuk dalam kriteria cukup.

3.6Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui tes yang diperoleh dari hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang dianalisis untuk mengetahui peningkatan berpikir kritis peserta didik.

Data yang diperoleh dari hasil dianalisis secara statistik. Skor yang diperoleh dari hasil tes peserta didik sebelum dan setelah diberi perlakuan pembelajaran metode problem solving dianalisis dengan cara membandingkan skor peserta didik yang diperoleh dari hasil tes peserta didik sebelum dan setelah diberi perlakuan pembelajaran konvensional.

Data-data yang diperolah dari hasil pretest dan posttest dianalisis secara statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS v 21.0 dan Ms. Excel 2007. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yang dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(38)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menskor tiap lembar jawaban tes peserta didik sesuai dengan kunci jawaban 2. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan posttest. Jika

semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar diberi skor 3 (tiga), jika hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan benar diberi skor 2 (dua), jika hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan benar diberi skor 1 (satu), dan jika tidak ada pilihan ganda dan alasan yang dijawab dengan benar diberi skor 0 (nol).

3. Mengubah bentuk ke dalam persentase dengan cara: Nilai peserta didik (%) = � � 100%

4. Menghitung normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretest dan nilai posttest secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus (Meltzer dan David, 2002) Normalisasi Gain (g) = � � − � � �

− � � � 100%

Tabel 3.12

Kriteria Skor Gain Ternormalisasi Skor Gain Interpretasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

3.6.1.1Melakukan Uji Normalitas

Manfaat uji normalitas adalah untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data. Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Z dengan menggunakan bantuan software komputer SPSS versi 21.0 Kriteria pengujiannya adalah jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas < 0.05 maka distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabililtas > 0.05 maka distribusi adalah normal.


(39)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.6.1.2Melakukan Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yaitu seragam tidaknya varian sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel pada setiap kelompok untuk dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa atau tidaknya digabung untuk dinalisis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji homogenitas data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus: Fhitung = � � �� � (Sugiyono, 2011:276)

2. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus:

dk pembilang = n -1 (untuk varians terbesar) dk penyebut = n – 1 (untuk varians terkecil)

a. Jika diperoleh harga Fhitung < Ftabel, maka kedua variansi homogen

b. Jika diperoleh harga Fhitung > Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen

Dalam penelitian ini perhitungan homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 21.0. Uji homogenitas dilakukan pada skor hasil pretest dan posttest dengan ketentuan jika nilai signifikasi hitung lebih besar dari taraf signifikasi 0,05 (5%) maka skor hasil tes tersebut memiliki perbedaan varian atau homogen.

3.6.1.3Melakukan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mendapat pembelajaran dengan metode problem solving dibandingkan dengan peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional,


(40)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata dengan taraf signifikasi α = 0,05. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah :

Hipotesis I

H0 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan

menggunakan metode problem solving sama dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving

H1 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan

menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving

Hipotesis II

H0 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah sama dengan sebelum pembelajaran dengan mengguanakan metode ceramah

H1 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan sebelum pembelajaran dengan mengguanakan metode ceramah

Hipotesis III

H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh

pembelajaran metode problem solving sama dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh pembelajaran metode ceramah

H1 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh

pembelajaran metode problem solving lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh pembelajaran metode ceramah


(41)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Keterangan :

µ1 = rata-rata skor kelas eksperimen

µ2 = rata-rata kelas kontrol

Jika kedua rata-rata skor berdistribusi normal dan variansinya homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t dan jika variansinya tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t’ dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0

3.6.1.4Pengukuran Effect Size

Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen dan variabel dependen maka gunakan Effect Size. Effect size merupakan ukuran mengenai signifikansi praktis hasil penelitian yang berupa ukuran besarnya korelasi atau perbedaan, atau efek dari suatu variabel pada variabel lain. Ukuran ini melengkapi informasi hasil analisis yang disediakan oleh uji signifikansi. Informasi mengenai effect size ini dapat digunakan juga untuk membandingkan efek suatu variabel dari penelitian-penelitian yang menggunakan skala pengukuran yang berbeda

Secara umum ukuran pengaruh (Effect Size) dapat diukur dengan koefisien Eta Square (ɳ2).

�2 = � ��

Tabel 3. 13

Kriteria Pengukuran Effect Size

Eta Square (η2) Kriteria

≤ 0,10 Kecil


(42)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,24 < η2 ≤ 0,37 Besar

> 0,37 Sangat Besar Jacob Cohen (Santoso, A, 2010:12)

Tabel 3. 14

Hipotesis dan Statistik Uji Hipotesis Hipotesis

Statistik

Statistik Uji

Kriteria Uji Parametik Non

Parametik 1. Kemampuan

berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving

Ho : Ŷpost = Ŷpre

H1: Ŷpost >

Ŷpre Paired Samples t Test Wicoxon’s Matched Pairs Test

Ho tidak dapat diterima jika p-value ≤ 0,05

(1-tailed test, Sig/2)

2. Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah lebih tinggi

Ho : Ŷpost = Ŷpre

H1: Ŷpost >

Ŷpre Paired Samples t Test Wicoxon’s Matched Pairs Test

Ho tidak dapat diterima jika

p-value 0,05 (1-tailed


(43)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hipotesis Hipotesis

Statistik

Statistik Uji

Kriteria Uji Parametik Non

Parametik dibandingkan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah

3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru antara kelas eksperimen yang menggunakan

metode problem

solving lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Ho : G_ekspeimen = G_kontrol H1 :

G_ekspeimen > G_kontrol

Independen t Samples t

Test

Mann Whitney U

Test

Ho tidak dapat diterima jika

p-value 0,05 (1-tailed

test, Sig/2)

3.7Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai buan April 2014 sampai dengan Mei 2014. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.12 berikut:

Tabel 3.15


(44)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.8 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk diagram berikut:

No Kegiatan Bulan

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni

1 Pembuatan Proposal

2 Seminar Proposal

3 Menyusun Intrumen

Penelitian

4

Kunjungan Ke Sekolah Dan Pelaksanaan Pbm

Di Kelas Eksperimen

5 Pengumpulan Data

6 Pengolahan Data

7 Penulisan Tesis

Identifikasi Masalah

Studi Pendahuluan

Penyusunan instrumen, uji coba instrumen, validasai & perbaikan instrumen

Penentuan Sampel & Pretest

Kelas Kontrol: Pembelajaran dengan

Metode Ceramah

Kelas Eksperimen: Pembelajaran dengan Metode Problem solving

Posttest

Kesimpulan Pengolahan data


(45)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1


(46)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving pada kelas eksperimen. Artinya pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta didik mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya terhadap materi yang diajarkan, sehingga hasil pengujian pada akhir pembelajaran menunjukkan hasil yang meningkat atau lebih baik dari hasil pengujian sebelumnya.

2. Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Pekanbaru sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Artinya dengan menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Hal ini dilihat dari hasil pengujian pada akhir pembelajaran yang menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Artinya terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen yang


(47)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada pembelajaran ekonomi. Perbedaan peningkatan tersebut dilihat dari perolehan gain skor posttest. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan metode problem solving lebih tinggi dibanding metode ceramah. Artinya penggunaan metode problem solving dapat meningkatkan pemahaman konsep yang lebih tinggi dibandingkan metode ceramah. Besarnya pengaruh metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis sebesar 0,324 termasuk kedalam pengaruh yang besar. Variabilitas peningkatan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran ekonomi sebesar 32,4% dapat dijelaskan (disebabkan) oleh perlakuan metode problem solving.

1.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan berhubungan dengan penelitian ini:

1. Metode problem solving dapat digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran ekonomi yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan komunikatif dalam menyampaikan ide-ide serta memberikan pendapat secara kritis sehingga melatih kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kendala seperti masalah pengkondisian peserta didik untuk membiasakan bekerja secara kelompok. Pada penelitian ini hanya sebatas mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik, oleh karena itu disarankan kepada para peneliti selanjutnya dapat mengembangkan aspek yang belum terukur seperti kemampuan komunikasi, self-concept, dan keterampilan berpikir kreatif untuk dijadikan bahan pemikirian pada penelitian selanjutnya.


(48)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Penggunaan soal-soal pada penelitian ini menggunakan tes pilihan ganda beralasan, peserta didik diberikian pilihan jawaban namun harus menyertakan alasan yang terhadap pilihan jawaban yang mereka pilih. Hal ini bertujuan untuk melihat bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menjelaskan jawaban tersebut. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan pilihan tes dengan uraian atau essay. Sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menjawab soal-soal pemecahan masalah dapat lebih terukur.

3. Kepada peneliti selanjutnya disaranka untuk meneliti pada materi yang berbeda, agar terlihat apakah penerapan metode problem solving ini tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi uang, perbankan dan kebijakan moneter saja.


(49)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiwati, Neti dan Leni Permana. (2010). Perencanaan Pembelajaran Ekonomi. Bandung: Laboraturium FPEB UPI.

Creswell, J.W. (2010). “Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. [Terjemahan]. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Center for Teaching and Learning. (1998). Teaching Problem-Solving Skills. University of North Carolina at Chapel Hill. [Online] http://cfe.unc.edu/pdfs/FYC20.pdf (Diakses 24 Juni 2014)

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2007). Model-Model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Djamarah, Bahri dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Effendi, T.N (1992). Sumber Daya Manusia di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Pendudukan Universitas Gajah Mada.

Engineering Subject Centre (2005). Problems and Problem solving. [Online] http://www.engsc.ac.uk/er/theory/problemsolving.asp (Diakses 20 February 2014

Erliza, Raja. (2005). Efektivitas Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Sejarah. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan

Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta:Erlangga Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Akasara

Hanafiah, N & Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama


(1)

99

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Penggunaan soal-soal pada penelitian ini menggunakan tes pilihan ganda beralasan, peserta didik diberikian pilihan jawaban namun harus menyertakan alasan yang terhadap pilihan jawaban yang mereka pilih. Hal ini bertujuan untuk melihat bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menjelaskan jawaban tersebut. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan pilihan tes dengan uraian atau essay. Sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menjawab soal-soal pemecahan masalah dapat lebih terukur.

3. Kepada peneliti selanjutnya disaranka untuk meneliti pada materi yang berbeda, agar terlihat apakah penerapan metode problem solving ini tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi uang, perbankan dan kebijakan moneter saja.


(2)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiwati, Neti dan Leni Permana. (2010). Perencanaan Pembelajaran Ekonomi. Bandung: Laboraturium FPEB UPI.

Creswell, J.W. (2010). “Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. [Terjemahan]. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Center for Teaching and Learning. (1998). Teaching Problem-Solving Skills. University of North Carolina at Chapel Hill. [Online] http://cfe.unc.edu/pdfs/FYC20.pdf (Diakses 24 Juni 2014)

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2007). Model-Model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam.

Djamarah, Bahri dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Effendi, T.N (1992). Sumber Daya Manusia di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Pendudukan Universitas Gajah Mada.

Engineering Subject Centre (2005). Problems and Problem solving. [Online] http://www.engsc.ac.uk/er/theory/problemsolving.asp (Diakses 20 February 2014

Erliza, Raja. (2005). Efektivitas Pendekatan Contextual Teaching And Learning

(CTL) Dalam Pembelajaran Sejarah. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak

Dipublikasikan

Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta:Erlangga

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Akasara

Hanafiah, N & Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama


(3)

101

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hergenhahn, B.R. & Metthew H. Olson. (2012). Theoris of learning. Jakarta: Kencana

Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California : Corwin Press,Inc

Karnedi. (2006). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran

Sejarah. Thesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Komariah, Kokom. (2011). Penerapan Metode Pembelajaran Problem solving Model

Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Peserta didik Kelas IX Di SMPN 3 Cimahi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,

Pendidikan dan Penerapan MIPA,Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. [Online]. http://eprints.uny.ac.id/7195/1/PM-25%20-%20Kokom%20Komariah.pdf. (Diakses 11 Juli 2014)

Learning and Skills Development Agency. (2005). Teaching and learning Problem

solving. [Online]

http://archive.excellencegateway.org.uk/pdf/Teaching%20and%20learning%2 0Problem%20Solving.pdf (Diakses 23 Juni 2014)

Mulayasa, E. (2013). Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya

Prabawati, Mega Nur. (2011). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Dengan Teknik

SQ3R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Berpikir Kritis Matematis Peserta didik SMA. Tesis UPI: Tidak Dipublikasikan

Ratnaningsih, N. (2003). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Matematis Peserta

didik SMU melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis UPI: Tidak

Dipublikasikan

Riduwan & Sunarto. (2010). Pengantar Statistika Untuk Penelitian: Pendidikan,


(4)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rohayati, A (2005). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik

Dalam Matematika Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual.

Tesis Pada Program Pascasarjana UPI, Bandung: Tidak Dipublikasikan

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito

Tilaar, H.A.R (2006). Standarisasi Pendidikan Nasional. Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Trihendradi, C. (2009). Step By Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Edisi Revisi: Jakarta: Rineka Cipta

Slavin, R. (1995). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Paraktik. Bandung: Nusa Media

Somantri, N. (2001). Menggagas pembaharuan pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syaodih, Nana. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Syaodih, Nana & Syaodih, Erlina. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Refika Aditama

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA

Sudijono, A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta


(5)

103

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: STKIP Garut Press

Suparno, P., (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius.

Surya, M., (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung, Yayasan Bhakti Winaya.

Sylviana, Luvy. Z. (2012). Peningkatan Matematis Peserta didik MTs dengan

Menggunakan Virtual Manipulative dalam Contextual Teaching and Learning (CTL). Tesis Pada Program Pascasarjana UPI, Bandung: Tidak Dipublikasikan

Jurnal :

Aminuyati. (2011). Model Problem solving Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk

Melahirkan Kemampuan Berpikir Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal

UNTAN. 9 (2). 1-10

Fitriyanti. (2009).Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Rasional Peserta didik. Jurnal Pendidikan. 10. (1).

38-47

Hasruddin. (2009). “Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melaui Pendekatan Kontekstual”. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. 6. (1). 48-60

Hudson, C. C and Whisler, Vesta R. (). Contextual Teaching and Learning for

Practioners. 6.(4). 54-58

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in

Diagnostics Pretest Scores. American Journal of Physics.70 (12) 1259 - 1268.

Saida, I Wayan. (2008). Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis (Suatu Persepsi Guru). No.2. 219-237.

Santoso, Agung. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian Di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 14. (1). 1-17

Snyder, Lisa G and Snyder, Mark J. (2008) Teaching Critical Thinking and Problem


(6)

Riastri Helmy, 2014

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suprihatin, Siti, Siswandari, dan Sutarno. (2013). Pengaruh Pembelajaran Ekonomi

Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Peserta didik.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 8 SEMARANG TAHUN 2013 2014

0 15 205

Pengaruh Metode Problem Based Introduction (PBI) dan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan A

0 0 47

Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Menganalisis Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Sumedang

1 4 48

Pengaruh Penerapan Metode Problem-Based Learning dan Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik (Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pada Peserta Didik Kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI).

2 58 51

EFEKTIVITAS TEKNIK PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Soreang Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 72

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN KEARSIPAN: Studi Eksperimen Kuasi pada Peserta Didik Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK N

0 6 37

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK :Studi eksperimen pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 4 Cianjur.

0 2 59

EFEKTIVITAS PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MEREDUKSI KECENDERUNGAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL PADA PESERTA DIDIK :Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

1 9 59

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 0 50

PENGARUH METODE INQUIRY DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA DARUL ULUM PURWOGONDO KALINYAMATAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 8