DAMPAK INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN MOTOR EDUCABILITY PARA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS.

(1)

iii ABSTRAK

DAMPAK INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN MOTOR EDUCABILITY

PARA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

ISMAIL IBNU ABUBAKAR KHATAB 1201127

Smartphone menjadi fenomena baru dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai fitur menarik yang tersaji dalam Smartphone cenderung membuat penggunanya lebih banyak diam dan kurang aktif bergerak dalam kesehariannya. Pengguna Smartphone lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk, berdiri atau berjalan dengan perlahan sambil berselancar di internet, chating, berbagi di sosial media atau bermain dengan aplikasi lainnya yang ada dalam Smartphone dibandingkan dengan melakukan aktivitas aktif seperti berolahraga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Dampak intensitas penggunaan Smartphone terhadap kebugaran jasmani. 2. Dampak intensitas penggunaan Smartphone terhadap motor educability. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dan IPS serta XI IPA dan IPS Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 26 Bandung yang memenuhi karakteristik populasi berjumlah 290 orang. Jumlah sampel yang diambil adalah 44 orang.

Data untuk hipotesis.1) Dampak intensitas penggunaan Smartphone terhadap kebugaran jasmani dengan ANOVA satu jalur adalah signifikan dengan probabilitas (p) 0,000 < 0,05. Uji hipotesis. 2) Dampak intensitas penggunaan Smartphone terhadap Motor Educability adalah signifikan dengan probabilitas (p) 0,000.

1) Terdapat dampak negatif intensitas penggunaan Smartphone terhadap kebugaran jasmani 2) Terdapat dampak negatif intensitas penggunaan Smartphone terhadap motor educability. Dari kesimpulan di atas, pihak sekolah disarankan untuk memberikan penyuluhan kepada siswa tentang dampak negatif dari penggunaan smartphone secara berlebihan dan bagi orang tua disarankan untuk membatasi penggunaan smartphone anaknya di rumah.

Kata-kata kunci : Intensitas Penggunaan Smartphone, Kebugaran Jasmani, Motor Educability


(2)

ABSTRACT

THE IMPACT OF SMARTPHONE USES INTENSITY TO PHYSICAL FITNESS AND MOTOR EDUCABILITY

SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS ISMAIL IBNU ABUBAKAR KHATAB

1201127

Smartphones become a new phenomenon in the world of information and communication technologies. Various interesting features presented in Smartphones tend to make users more quiet and less active in daily life. Smartphone users spent more time to sit, stand or walk slowly while surfing the internet, chat, share it on social media or play with other existing applications in the Smartphone compared to perform active activity such as exercise.

This study aims to find out 1) The impact of Smartphone uses intensity to physical fitness. 2) The impact of Smartphone uses intensity to motor educability. Population and sample in this research is class X and XI science and social science and social studies Senior High School 26 Bandung that meet the characteristics of a population of 290 peoples. The number of samples taken is 44 peoples.

Data analysis to test the hypothesis 1) The impact of Smartphone uses intensity to physical fitness with one way ANOVA was significant with probability (p) 0.000 <0.05. Test the hypothesis. 2) The impact of Smartphone uses intensity to Motor Educability was significant with probability (p) 0.000.

1) There is a negative impact on the intensity of Smartphones uses to physical fitness 2) There is a negative impact on the intensity of Smartphones uses to motor educability. From the conclusion above, the school are advised to provide counselingto students about the negative impact of the use of smartphones in exess and for parents are advised to restricting the use of smartphone his childrens at home.


(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. iii

ABSRAK ……….. Vi

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL ……… X

DAFTAR GRAFIK ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………... B. Identifikasi Masalah Penelitian ……… C. Rumusan Masalah ………...…... D. Tujuan Penelitian………... E. Manfaat Penelitian……….………... F. Struktur Organisasi Tesis……….………...

1 7 8 8 8 9

BAB II KAJIAN TEORITIS 11 A. State of the Art ...

1. Pengertian Smartphone ………... 2. Perkembangan Smartphone di Indonesia ………... 3. Perilaku Hidup Aktif ……….. 4. Manfaat Aktivitas Fisik ……….. 5. Hubungan Penggunaan Smatrphone dengan Aktivitas

Fisik ………

6. Bahaya Aktivitas Sedentari ………

7. Kebugaran Jasmani ………

8. Motor Educability ... B. Peneltian yang Relevan ……… C. Kerangka Pemikiran ……….

11 11 12 13 15 17 19 20 23 26 28


(4)

D. Hipotesis ………... 30 BAB III METODE PENELITIAN 31

A. Metode dan Desain Penelitian ……….. 1. Metode Penelitian ………... 2. Desain Penelitian ……… B. Populasi dan Subjek Penelitian ……… C. Definisi Operasional Variabel ………. D. Instrumen Penelitian ……….

1. Angket Penggunaan Smartphone …………...……… 2. Tes Kebugaran Jasmani ………. 3. Tes Motor Educability ……… E. Pengembangan Instrumen ……… F. Teknik Pengumpulan Data dan Rasionalisasi ………..

G. Analisis Data ………

31 31 32 33 34 35 35 37 42 49 53 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58

A. Hasil Penelitian ………

B. Diskusi Temuan ………

58 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80

A. Kesimpulan ……….

B. Saran ……….

80 80

DAFTAR PUSTAKA ……….. 82


(5)

v

DAFTAR TABEL

No. Tabel

3.1. Kuisioner Ketergantungan Smartphone ………. 36

3.2. Nilai Tes Sprint ……….. 38

3.3 . Nilai Tes Pull Up …….………. 39

3.4. Nilai Sit Up ………...………. 39

3.5. Nilai Tes Vertical Jump ...…...………... 40

3.6. Nilai Lari Jarak Sedang …….…... 41

3.7. Norma Nilai Kebugaran Jasmani …….…... 41

3.8. Kriteria Tingkat Motor Educability ……..…………..……... 49

3.9. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Item Instrumen Intensitas Penggunaan Smartphone …….………….…... 50

3.10. Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi ….……….……...….... 52

3.11. Kategorisasi Intensitas Penggunaan Smartphone ……….... 53

3.12. Hasil Kategorisasi Intensitas Penggunaan Smartphone ……… 54

3.13. Tabel Uji Anova Satu Jalur ... 57

4.1. Intensitas Penggunaan Smartphone Siswa SMAN 26 Bandung …….. 58

4.2. Deskripsi Kebugaran Jasmani Siswa SMAN 26 Bandung ………... 59

4.3. Kebugaran Jasmani Berdasarkan Intensitas Penggunaan Smartphone Siswa……….……... 61

4.4. Uji Normalitas Data Kebugaran Jasmani Siswa……….………... 63

4.5. Crosstabulation Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Kebugaran Jasmani Siswa ……….……… 65

4.6. Uji Homogenitas Varians Data Kebugaran Jasmani Siswa Berdasarkan Intensitas Penggunaan Smartphone ……… 66

4.7. Uji ANOVA Satu Jalur Dampak Penggunaan Smartphone Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa ……… 67

4.8. Uji Schaffe Pasca Anova (Post Hoc test)………. 68


(6)

4.10. Rata-Rata Motor Educability Berdasarkan Intensitas Penggunaan

Smartphone Siswa……… 70

4.11. Crosstabulation Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Motor

Educability Siswa ………. 72

4.12. Uji Normalitas DataMotor Educability Siswa ……….. 73 4.13. Uji Homogenitas Varians Data Motor Educability Siswa

Berdasarkan Intensitas Penggunaan Smartphone ………. 74 4.14. Uji ANOVA Satu Jalur Dampak Penggunaan Smartphone

Terhadap Motor Educability Siswa……….……….…………. 75 4.15. Uji Schaffe Pasca Anova (Post Hoc test) ………... 76


(7)

vii

DAFTAR GRAFIK No. Grafik

4.1. Intensitas Penggunaan Smartphone Siswa SMAN 26 Bandung …………... 58 4.2. Deskripsi Kebugaran Jasmani Siswa SMAN 26 Bandung ………. 60 4.3. Rata-Rata Kebugaran Jasmani Berdasarkan Intensitas

Penggunaan Smartphone Siswa ……… 62 4.4. Deskripsi Motor Educability Siswa SMAN 26 Bandung ……… 69 4.5. Rata-Rata Motor Educability Berdasarkan Intensitas Penggunaan


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1. Data Intensitas Penggunaan Smartphone Siswa ……… 85

2. Data Kebugaran Jasmani Siswa ………... 87

3. Data Motor Educability Siswa ……….. 89

4. Hasil Uji Normalitas Data ………. 91

5. Hasil Uji Anova Satu Jalur Kebugaran Jasmani Berdasarkan Intensitas Penggunaan Smartphone ………... 6. Uji Schaffe Pasca Anova (Post Hoc test) ……….. 92 93 7. Hasil Uji Anova Satu Jalur Motor Educability Berdasarkan Intensitas Penggunaan Smartphone ………... 8. Uji Schaffe Pasca Anova (Post Hoc test) ……….. 94 95 9. Hasil Crosstabulation Intensitas Penggunaan Smartphone Berdasarkan Kebugaran Jasmani Siswa ……… 96

10.Hasil Crosstabulation Intensitas Penggunaan Smartphone Berdasarkan Motor Educability Siswa ……….. 97

11.Dokumentasi Penelitian ………...…….. 98

12.Surat Keputusan Pengesahan Judul Tesis dan Dosen Pembimbing ………...…… 101

13.Surat Permohonan Izin Penelitian ………. 103

14.Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian ………….… 104


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia untuk melakukan aktivitas. Berbagai macam perangkat modern berteknologi tinggi seolah menjadi bagian kehidupan manusia saat ini. Berbagai dampak terjadi di masyarakat. Di satu sisi, perkembangan teknologi ini memudahkan individu untuk melakukan berbagai aktivitas tanpa harus mengeluarkan energi dan bahkan bisa menyelesaikan pekerjaan tanpa harus berpindah tempat. Namun di sisi lain, ini menjadi permasalahan yang dapat memberikan dampak buruk bagi individu.

Permasalahan yang timbul saat ini adalah perkembangan teknologi yang memicu terjadinya pergeseran nilai sosial budaya (sosio culture) khususnya di kalangan pelajar. Berkembangnya berbagai macam sarana modern, media elektronik serta kendaraan bermotor membuat siswa cenderung lebih malas bergerak. Eaton et al, (2009) dalam WHO (2010) mengungkap data bahwa di Amerika Serikat, sekitar 23,1% remaja cenderung inaktif atau tidak pernah melakukan rekomendasi WHO untuk melakukan aktivitas intensitas sedang atau berat selama 60 menit setiap harinya. Hasil survey di atas diperkuat oleh pendapat Crum (1994) dalam Kahri (2011:53) menyatakan “a change movement

culture”. Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa telah terjadi pergeseran budaya yang dipicu oleh dampak globalisasi ekonomi, teknologi informasi dan transportasi yang serba otomatis sehingga anak-anak cenderung menghilangkan aktivitas fisik dalam kegiatannya sehari-hari.

Teknologi informasi dan komunikasi menjadi pokok perhatian utama dalam perkembangan media saat ini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan perangkat berteknologi canggih untuk memudahkan kinerjanya, salah satunya adalah smartphone. Smartphone menjadi fenomena baru dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi. Dari hasil


(10)

survey yang dilakukan oleh Yahoo dan Mindshare (2013) dikemukakan bahwa

“Terdapat sekitar 41,3 juta pengguna smartphone di Indonesia. Dari jumlah tersebut 39% penggunanya adalah anak muda di kisaran usia 16-21 tahun”. Ini artinya, mayoritas pengguna smartphone adalah para pelajar.

Berbagai kemudahan serta fitur-fitur menarik membuat masyarakat tertarik untuk menggunakannya. Bahkan Yahoo dan Mindshare memprediksi bahwa akan ada 103,7 juta pengguna smartphone dan 16,2 juta pengguna tablet di Indonesia pada tahun 2017 mendatang. Ketertarikan masyarakat ini dikarenakan smartphone dapat menggantikan peran komputer, televisi, laptop serta perangkat-perangkat lainnya dengan lebih efisien. Smartphone merupakan perangkat yang mudah untuk dibawa kemana-mana (portable gadget) dengan berbagai macam fungsi, beberapa fitur bahkan dapat menggantikan peran televisi, komputer dan laptop. Acharya, dkk. (2013: 1) menyatakan bahwa:

In addition to telephony, modern-day mobile phones also support a wide range of other services such as text messaging, email, internet access, short-range wireless communications (infrared, bluetooth), business applications, gaming and photography. Today, Smartphones with more advanced computing facilities have come into the market.

Artinya adalah selain untuk menelpon, ponsel modern juga mendukung layanan yang lebih luas seperti pesan pendek, akses internet, komunikasi nirkabel jarak pendek (infra merah, bluetooth), aplikasi bisnis, permainan dan fotografi. Hari ini Smartphone dengan kemampuan komputasi yang lebih telah hadir di pasaran. Ditambah dengan kemampuan untuk terhubung dengan internet selama 24 jam tanpa henti membuat penggunanya bisa berselancar di dunia maya kapanpun dan dimanapun.


(11)

Lepp, dkk. (2013: 2) mengatakan bahwa:

Recent advances in digital technology have transformed the modern cellular/ mobile telephone (cell phone) from a device once singular in function into a multi-function device with capabilities similar to an internet-connected computer. At almost anytime and anyplace, today‟s cell phones allow users to call, send and receive text messages, update social networking sites (e.g., Facebook), stream videos and live events, play video games, and search the internet.

Artinya adalah teknologi telepon seluler telah bertransformasi dari yang hanya memiliki satu fungsi menjadi telepon yang multifungsi dengan kemampuan yang sama dengan komputer yang terhubung dengan internet. Kapanpun dan dimanapun, saat ini pengguna telepon seluler dapat melakukan panggilan, mengirim dan menerima pesan, update di situs jejaring sosial (seperti facebook), melihat video dan siaran langsung, bermain game, dan berselancar di internet.

Hasil temuan riset Indonesia Smartphone Consumer Insight (2013) yang dilakukan oleh Lembaga Riset Global Nielsen menunjukkan rata-rata orang Indonesia memanfaatkan smartphone selama 189 menit atau setara dengan 3 jam 15 menit dengan penggunaan dominan untuk sosial media dan rich media. Sementara itu Yahoo-TNS (2011) mengungkapkan bahwa penggunaan internet via ponsel mengalami kenaikan tajam dari 22% pada tahun 2009 menjadi 48% pada tahun 2010.

Berbagai perdebatan muncul mengenai dampak dari penggunaan smartphone. Beberapa peneliti beranggapan bahwa kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh smartphone dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Saat ini terdapat berbagai macam aplikasi kebugaran dan kesehatan di dalam smartphone seperti aplikasi Nike, Run Keeper, My Fitness Pal dan lain-lain. Berbagai aplikasi tersebut diciptakan untuk mendorong masyarakat agar lebih aktif berolahraga. Sarwar (2013: 6) mengatakan bahwa:


(12)

Runkeeper, access health records electronically or participate in wellness

programs have been taking benefit of mobile„s health even without realizing it”.

Pendapat di atas mengungkapkan bahwa aplikasi kebugaran seperti Run Keeper dapat mencatat riwayat kesehatan secara elektronik atau partisipasi dalam program kesehatan tanpa disadari dapat menjadi keuntungan bagi penggunanya.

Namun disisi lain, beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa smartphone akan memicu penggunanya berprilaku inaktif. Berbagai fitur menarik yang tersaji dalam smartphone cenderung membuat penggunanya lebih banyak diam dan kurang aktif bergerak dalam kesehariannya. Pengguna smartphone lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk, berdiri atau berjalan dengan perlahan sambil berselancar di internet, chating, berbagi di sosial media atau bermain dengan aplikasi lainnya yang ada dalam smartphone dibandingkan dengan melakukan aktivitas aktif seperti berolahraga. Lepp (2013:2) mengatakan bahwa:

At almost anytime and anyplace, today‟s cell phones allow users to call, send and receive text messages, update social networking sites (e.g., Facebook), stream videos and live events, play video games, and search the internet. Historically, these types of activities have been defined as sedentary behaviors.

Dijelaskan bahwa kapan saja dan dimana saja, ponsel saat ini memungkinkan pengguna untuk menelepon, mengirim dan menerima pesan teks, memperbarui situs jaringan sosial (misalnya, Facebook), video streaming dan siaran langsung, bermain video game, dan mencari di internet. Secara historis, jenis kegiatan telah didefinisikan sebagai perilaku menetap. Dari hasil observasi di lapangan, siswa yang menggunakan smartphone seolah menjadikan perangkat canggih ini sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan. Mereka tetap membawa atau menggunakan smartphone pada saat berkumpul dengan temannya, saat makan, bahkan beberapa dari siswa terlihat tetap menggunakan smartphone pada saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Sifat ketergantungan terhadap


(13)

smartphone akan berdampak negatif pada siswa. Sifat ketergantungan ini dapat dilihat dari frekuensi penggunaan dalam sehari. Lepp (2013: 4) mengatakan

bahwa, “Low frequency users averaged 101 min∙day-1 (n=16, SD=50), moderate

users averaged 293 min∙day-1 (n=17, SD=78), and high frequency users

averaged 840 min∙day-1 (n = 16, SD=234)”. Dijelaskan di atas bahwa pengguna dengan frekuensi rendah memiliki rata-rata waktu penggunaan 101 menit/ hari, sedang 293 menit/ hari dan yang tinggi rata-rata 840 menit/ hari. Siswa yang memiliki ketergantungan terhadap smartphone cenderung lebih banyak melakukan aktivitas menetap, mereka terlihat lebih banyak duduk dibandingkan dengan berjalan-jalan atau bermain di lapangan bersama teman lainnya.

Hal tersebut tentunya tidak boleh lepas dari perhatian para guru sebagai orang tua di sekolah, mengingat bahaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan smartphone yang berlebihan. Perilaku menetap (sedentary behavior) atau terlalu banyak duduk merupakan aktivitas yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Terlalu banyak duduk dapat menjadi salah satu faktor penyebab munculnya

penyakit kardiovaskuler. Kravitz (2011) mengatakan bahwa, “Scientists think

that too much sitting impairs the body‟s ability to deposit fat from the blood

stream into the body. These constantly elevated blood fats are a risk factor for

cardiovascular disease”. Artinya bahwa para ilmuwan berpikir bahwa terlalu banyak duduk merusak kemampuan tubuh untuk menyalurkan lemak dari aliran darah ke dalam tubuh. Lemak darah yang terus meningkat merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular.

Dampak lain dari penggunaan smartphone yang berlebihan adalah berkurangnya daya ingat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Sangeeta Ravat selaku Kepala Departemen Neurologi di Seth GS Medical College dan KEM Hospital dalam Times of India (2013) mengungkapkan bahwa:

Reminder features Declarative memory refers to data that can be consciously recalled, such as important phone numbers, date and time of important meetings, and critical dates like your birthdays that we store in our brain. "While earlier, we'd easily remember at least 10 important


(14)

phone numbers by rote, today we can't recall any other than our own. Our mind is not challenged. Everything is fed in the phonebook, and under categories — family, work, miscellaneous. Sometimes, there are so many, we can't recall the face to the name and number.

Di atas dijelaskan bahwa memori deklaratif dalam otak mampu mengingat data penting, seperti nomor telepon, tanggal dan waktu pertemuan, dan tanggal-tanggal penting seperti ulang tahun. Dulu kita akan dengan mudah mengingat setidaknya 10 nomor telepon penting dengan hafalan, sehingga otak terus bekerja. Dengan adanya fitur pengingat di smartphone, otak tidak lagi bekerja untuk bisa mengingat wajah, nama dan nomor. Selain itu, penggunaan smartphone secara berlebihan juga akan menyebabkan tertinggalnya perkembangan kecerdasan. Shah dalam detik.com (2013) mengatakan bahwa

“Teori Piaget tentang Pengembangan Kognitif, menyatakan perkembangan

kecerdasan manusia berkaitan dengan sifat pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia secara bertahap memperoleh, membangun dan

menggunakannya.” Selanjutnya Shah (2013) juga mengatakan bahwa “Proses

mental kesadaran, persepsi, penalaran dan penilaian hanya dapat dibangun jika anak mengalami sesuatu yang bersifat fisik, seperti bermain dengan tanah atau bola. Hal ini tidak didapat jika anak hanya menatap layar. Kegiatan fisik membantu membangun keterampilan motorik anak."

Dari pendapat di atas, sangat jelas pentingnya melakukan aktivitas fisik bagi siswa. Dengan menurunnya kemampuan untuk mengingat serta terhambatnya perkembangan proses mental kesadaran, persepsi dan penilaian akibat dari kurangnya siswa melakukan aktivitas fisik tentu akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam mempelajari gerak baru (motor educability).

Fleishman (dalam Syarifuddin,1996:172) mengatakan, ”Kecakapan individu

dalam mempelajari keterampilan motorik tertentu ditentukan secara luas oleh tingkat kecakapan persepsi dan kecakapan motorik yang dibutuhkan oleh suatu keterampilan. ”Motor educability diartikan sebagai kemampuan umum untuk


(15)

mempelajari tugas secara cepat dan cermat. (Cratty dalam Rusli Lutan, 2005:116). Konsep tersebut dapat dianalogikan dengan konsep psikologi, yakni intelegensi sehingga sering disebut dengan istilah motor intelegensi. Dengan demikian maka, tes kemampuan motor educability merupakan tes intelegensi karena berfungsi dalam mengingat, berpikir, menganalisis, sekaligus memperagakan gerakan-gerakan yang dimaksud.

Dalam pendidikan jasmani, kebugaran dan kemampuan mempelajari gerakan-gerakan baru dengan cepat merupakan hal yang penting dalam ketercapaian tujuan penjas. Suherman (2009:5) mengatakan bahwa, “Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah Physical education is education of and through movement”. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa harus siap secara fisik untuk melaksanakan rangkaian aktivitas fisik yang dilakukan pada saat pembelajaran penjas berlangsung. Dengan demikian maka, kebugaran jasmani dan motor educability menjadi hal yang penting dimiliki oleh siswa. Dengan demikian sangat penting untuk mengkaji dampak penggunaan smartphone terhadap kebugaran jasmani dan motor educability siswa.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

1. Perkembangan teknologi terutama dalam bidang informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat dan smartphone merupakan salah satu yang menjadi perhatian utama masyarakat. Hasil survey yang dilakukan oleh

Yahoo dan Mindshare pada pertengahan 2013 dikemukakan bahwa “Terdapat

sekitar 41,3 juta pengguna smartphone di Indonesia. Dari jumlah tersebut 39% penggunanya adalah anak muda di kisaran usia 16-21 tahun”. Ini artinya, mayoritas pengguna smartphone adalah siswa.

2. Siswa pengguna smartphone cenderung banyak melakukan aktivitas inaktif. 3. Penelitian ini berkisar pada para pengguna smartphone di sekolah khususnya


(16)

4. Dengan intensitas penggunaan smartphone yang tinggi, kemungkinan siswa menjadi tidak aktif. Seharusnya hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi fisik para siswa. Oleh karena itu apakah benar dampaknya akan terlihat. Dengan demikian maka, peneliti akan mencoba meneliti berdasarkan rumusan masalah.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah intensitas penggunaan smartphone secara signifikan berdampak terhadap kebugaran jasmani para siswa?

2. Apakah intensitas penggunaan smartphone secara signifikan berdampak terhadap motor educability para siswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku hidup siswa. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dampak intensitas penggunaan smartphone terhadap kebugaran jasmani para siswa.

2. Untuk mengetahui dampak intensitas penggunaan smartphone terhadap motor educability para siswa.

E. Manfaat/ Signifikansi Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran untuk kajian ilmu olahraga mengenai bahaya dari penggunaan smartphone yang berlebihan serta pentingnya aktivitas fisik bagi siswa.


(17)

b. Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan siswa di sekolah.

2. Secara Praktis

a. Bagi para orang tua dan guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi, sehingga dapat memberikan pengawasan serta penyuluhan bagi peserta didik mengenai bahaya penggunaan smartphone yang berlebihan serta pentingnya perilaku hidup aktif.

b. Sebagai tambahan informasi bagi siswa agar lebih memahami dampak negatif penggunaan smartphone yang berlebihan serta pentingnya perilaku hidup aktif sebagai penunjang kesehatan, sehingga mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dalam pendidikan jasmani maupun pendidikan secara umumSebagai masukan untuk pihak-pihak yang terkait dengan pembinaan olahraga usia sekolah menengah tingkat atas.

F. Struktur Organisasi BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah Penelitian C.Rumusan Masalah Penelitian D.Tujuan Penelitian

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian F. Struktur Organisasi Tesis BAB II

KAJIAN TEORITIS A. State of the Art


(18)

2. Perkembangan Smartphone di Indonesia 3. Perilaku Hidup Aktif

4. Manfaat Aktivitas Fisik

5. Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Aktivitas Fisik 6. Bahaya Aktivitas Sedentari

7. Kabugaran Jasmani 8. Motor educability B. Peneltian yang Relevan C.Kerangka Pemikiran D.Hipotesis

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN A.Metode Dan Desain Penelitian B. Populasi Dan Subjek Penelitian C.Definisi Operasional Variabel D.Instrumen

E. Pengembangan Instrumen F. Teknik Pengumpulan Data G.Analisis Data

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Diskusi Temuan BAB IV


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode dalam sebuah penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan sebuah penelitian atau riset. Metode atau cara dalam sebuah penelitian sangat penting, agar penelitian yang dilakukan dapat memperoleh hasil berupa jawaban penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian ex post facto. Kerlinger (1964:360) mendefinisikan metode penelitian ex post facto sebagai berikut:

The research in which the independent variable or variable have already occurred and in which the researchers starts with the observations of a dependent variable or variable in retrospect for their possible relations to and effects on the dependent variable or variables.

Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa ex post facto adalah suatu metode penelitian yang didalamnya variabel bebas telah terjadi atau telah dilaksanakan (tanpa ada perlakuan), dan peneliti memulai dengan mengobservasi hubungan yang terlihat antara variabel bebas dan variabel terikat. Lebih lanjut, Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa “Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”.

Metode ex post facto menitik beratkan pada penelitian komparatif. Arikunto (2006:268) menjelaskan bahwa penelitan komparatif yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Ciri utama dalam penelitian ex post facto adalah tidak adanya perlakuan yang diberikan oleh peneliti atau dengan kata lain perlakuannya sudah dilakukan tanpa ada control dari peneliti. Tujuan penelitian ex post facto adalah untuk melihat akibat dari suatu fenomena dan


(20)

menguji hubungan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.

2. Desain Penelitian

Untuk memberikan gambaran mengenai alur pikir dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran sebuah desain penelitian causal-comparative dari Fraenkel,etc. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Fraenkel, etc. (1993:321) bahwa :

“The basic causal-comparative design involves selection two or more groups that

differ on a particular variable of interest and comparing them on another variable or variables”.

Pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa desain kausal-komparatif melibatkan pemilihan dua atau lebih kelompok yang berbeda pada variabel tertentu yang menarik dan membandingkan mereka pada variabel lain. Menurut Sugiyono (2005:11) menjelaskan bahwa penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.

Group Independent Variable Dependent Variable

I CI 0

pengguna smartphone kebugaran jasmani dan intensitas tinggi motor educability

II C2 0

pengguna smartphone kebugaran jasmani dan intensitas sedang motor educability

C3 0

III pengguna smartphone kebugaran jasmani dan intensitas rendah motor educability

Desain Penelitian Causal-Comparative (Sumber : Fraenkel,etc. 1993:321)


(21)

B.Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, baik berupa benda, tempat, maupun simbol-simbol yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Penelitian ini mengambil populasi siswa kelas X IPA dan IPS serta XI IPA dan IPS Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 26 Bandung yang memenuhi karakteristik populasi berjumlah 290 orang.

Adapun karakteristik populasi yang dijadikan acuan oleh peneliti agar hasil penelitian dapat lebih baik adalah para siswa yang menggunakan smartphone lebih dari 3 bulan. Menurut Grohol (2009) suatu aktivitas atau kegiatan dapat dikatakan kebiasaan adalah ketika aktivitas atau kegiatan tersebut dikerjakan selama 66 hari. sehingga dapat dikatakan, siswa yang menggunakan smartphone selama 3 bulan dapat dikatakan sebagai kebiasaan.

2. Subjek Penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel hanya dilakukan dengan cara menentukan sekelompok subjek yang diambil dari populasi sebagai sampel yang telah ditentukan karateristiknya. Menurut Sugiyono (2008:116) bahwa “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut Arikunto (2008:116) bahwa “Penentuan pengambilan Sampel dilakukan apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari:

1). Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

2). Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana.

3). Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lebih baik.


(22)

Sampel diambil secara random yaitu siswa memenuhi karakteristik populasi dan bersedia secara sukarela untuk dijadikan sampel mengingat penelitian ini dilaksanakan di luar jam pembelajaran. Sampel yang bersedia mengikuti tes berjumlah 44 orang. Setelah sampel didapat, langkah berikutnya adalah menyebarkan angket untuk membagi sampel ke dalam tiga katagori yaitu siswa dengan penggunaan smartphone tinggi, sedang dan rendah. Kemudian sampel melakukan tes motor educability dan kebugaran jasmani.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah ciri dari individu, obyek, gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Sugiyono (2009:38) mengatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian yang sebenarnya. Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan pada variabel terikat atau variabel yang mempengaruhinya. Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah siswa yang menggunakan smartphone. Sedangkan variabel terikatnya adalah perilaku hidup aktif.

1. Variabel bebas

Intensitas penggunaan smartphone. Intensitas menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah keadaan tingkatan atau ukuran intens. Dengan demikian maka, Intesnsitas penggunaan smartphone dapat diartikan seberapa sering remaja menggunakan smartphone.


(23)

2. Varibel terikat

a. Kebugaran Jasmani.

Giriwijoyo (2010: 23) mengatakan bahwa, Kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas hidup sehari-haridengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan (tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan fisik extra serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas sehari-harinya lagi.

b. Motor educability

Rusli Lutan (1988:115) bahwa, “Motor educability adalah kemampuan umum untuk mempelajari tugas secara cermat dan tepat.” Kemampuan ini merupakan kemampuan potensial yang menunjukkan cepat tidaknya atau mudah tidaknya seseorang menguasai suatu keterampilan gerak yang baru

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Maksum, 2012: 111). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Angket Penggunaan Smartphone.

Untuk mengukur intensitas penggunaan smartphone menggunakan Mobile Phone Depedence and Healthy Lifestyle (MPDQ) (Toda, dkk. 2004). Angket asli diterjemahkan terlebih dahulu oleh peneliti kemudian diserahkan kepada ahli bilingual, kemudian diverifikasi ulang terjemahannya. Terdapat 20 pertanyaan yang berhubungan dengan penggunaan ponsel. Setiap jawaban dinilai menggunakan skala Likert (0, 1, 2, 3)

Angket ini mengevaluasi ketergantungan smartphone dari tanggapan penilaian diri yang diberikan pada sampel sebanyak 20 soal yang terkait dengan penggunaan


(24)

smartphone di MPDQ (Toda dkk, 2004). Setiap respon keduanya dinilai melalui skala Likert (0, 1, 2, 3) dan skala dichotomized (0, 0, 1, 1). Skala dichotomized itu hanya digunakan untuk identifikasi kasus. Skor Likert dari setiap soal kemudian dijumlahkan untuk memberikan gambaran ketergantungan smartphone secara keseluruhan skor berkisar dari 0 hingga 60.skor yang lebih tinggi menunjukkan ketergantungan yang lebih besar. Subyek melebihi mean + 1 SD yang dimasukkan ke dalam kategori ketergantungan tinggi. Adapun bentuk kuisonernya akan dipaparkan dibawah ini:

Tabel 3.1

Kuisioner Ketergantungan Smartphone (Sumber: Toda dkk, 2004)

No. Pernyataan SL S K TP 1 Saya memberikan prioritas yang lebih pada

smartphone daripada pakaian dan makanan.

2 Saya merasa tidak nyaman ketika lupa membawa smartphone.

3 Saya lebih baik kehilangan dompet atau tas daripada smartphone.

4 Saya mengisi ulang baterai smartphone setiap hari. 5 Saya tidak terlalu ingin pergi ke tempat-tempat yang

memiliki sinyal yang lemah.

6 Ketika sedang menaiki kereta api atau dalam situasi serupa, saya cenderung menggunakan smartphone. 7 Bahkan ketika menaiki kereta api, saya menelfon dan

menerima telefon.

8 Saya menggunakan smartphone ketika berada bersama satu atau dua orang lain.


(25)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Pernyataan SL S K TP 10 Saya mengobrol di smartphone lebih dari satu jam

dalam sehari.

11 Saya sulit untuk berhubungan dengan orang yang tidak memiliki smartphone

12 Tanpa berpikir, saya memeriksa email atau pesan suara pada smartphone meskipun tidak berbunyi.

13 Saya suka mengirim pesan saat bekerja atau sedang di kelas.

14 Saya mengirim sepuluh atau lebih pesan dalam sehari. 15 Saya merasa senang ketika menerima email atau pesan

singkat.

16 Saya mengirim pesan singkat yang tidak memiliki tujuan praktis.

17 Saya menggunakan banyak piktograf dalam email atau pesan singkat.

18 Saya selalu membalas pesan pada ponsel. 19 Saya banyak mengirim email yang panjang. 20 Saya suka mengungkapkan perasaan melalui email

daripada pesan suara.

2) Tes Kebugaran Jasmani

Pusat kebugaran jasmani dan rekreasi menyusun rangkaian tes yang diberi nama Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang kategorinya dikelompokan menjadi 4 kelompok

1. Umur 6 /d 9 tahun 2. Umur 10 s/d 12 tahun


(26)

3. Umur 13 s/d 15 tahun 4. Umur 16 s/d 19 tahun

Tes ini merupakan suatu rangkaian tes jadi pelaksanaannya tidak boleh terputus namun berkelanjutan dalam suatu rangkaian tes. Menurut pedoman KEMENDIKNAS (2010:6-22, dalam Pernando 2014) proses pelaksanaan TKJI adalah sebagai berikut ;

1. Sprint

Sprint atau lari cepat bertujuan untuk mengukur kecepatan. Kategori jarak yang harus ditempuh oleh masing-masing kelompok umur berbeda. Untuk siswa SMA baik putra dan putri, jarak yang harus ditempuh adalah 60 meter. Sedangkan untuk penilaiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Nilai Tes Sprint

3) Pull-Up

Pull-Up bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dan bahu. Untuk kelompok umur 13 – 15 tahun dan umur 16 – 19 tahun, melakukan gerakan pull-up selama 60 detik. Penilaian putra dihitung frekuensinya, sedangkan yang putri yang dihitung waktunya, masing-masing penilaian sebagai berikut.

Nilai Umur 16 s/d 19 tahun Putra Putri 5 sd- 7.2 detik sd – 8.4 detik 4 7.3 – 8.3 detik 8.5 – 9.8 detik 3 8.4 – 9.6 detik 9.9 – 11.4 detik 2 9.7 – 11.0 detik 11.5 – 13.4 detik 1 11.1 – dst 13.5– dst


(27)

Tabel 3.3 Nilai Tes Pull Up Nilai Umur 16 s/d 19 tahun

Putra Putri 5 19 keatas 40 detik keatas 4 14 – 18 20 – 39 detik 3 09 – 13 08 – 19 detik 2 05 – 08 02 – 07 detik 1 00 – 04 00 – 02 detik

4) Sit Up

Sit-up bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. Untuk kriteria penilaian kelompok umur 16-19 tahun dilakukan selama 60 detik. Berikut adalah penilaiannya:

Tabel 3.4 Nilai Sit Up

Nilai Umur 16 s/d 19 tahun Putra Putri 5 41 keatas 29 keatas 4 30-40 kali 20-28 kali 3 21-29 kali 10-19 kali 2 10-20 kali 03-09 kali 1 00-09 kali 00-02 Lali


(28)

5) Vertical jump

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Ukuran papan sekala selebar 30 cm dan panjang 150 cm, dimana jarak antara garis sekala satu dengan yang lainnya masing-masing 1 cm. Papan sekala ditempelkan di tembok dengan jarak sekala nol (0) dengan lantai 150 cm. pertama berdiri menyamping papan sekala dengan mengangkat tangan keatas ukur tinggi yang didapat, kemudian lakukan lompatan setinggi mungkin sebanyak tiga kali, tiap lompatan dicatat tinggi yang diperoleh kemudian ambil yang tertinggi, selisih antara raihan tertinggi dengan pengukuran yang pertama saat tidak melompat adalah hasil vertical jump. Dengan kreteria penilaiannya :

Tabel 3.5

Nilai Tes Vertical Jump

6) Lari Jarak Sedang

Lari jarak sedang dilakukan untuk mengukur daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah. Jarak yang ditempuh bergantung pada kelompok umur masing-masing. Untuk siswa SMA baik putra maupun putri, jarak yang harus ditempuh adalah 1200 meter. Berikut adalah kriteria penilaiannya:

Nilai Umur 16 s/d 19 tahun Putra Putri 5 73 cm keatas 50 cm keatas

4 60-72 cm 39-49 cm

3 50-59 cm 31-38 cm

2 39-49 cm 23-30 cm


(29)

Tabel 3.6

Nilai Lari Jarak Sedang

Dari nilai kelima tes kebugaran jasmani tersebut, selanjutnya dibuat Norma tes kebugaran jasmani sebagai berikut :

Tabel 3.7

Norma Nilai Kebugaran Jasmani

No. Jumlah Nilai Klasifikasi 1 22-25 Baik Sekali (BS) 2 18-21 Baik (B)

3 14-17 Sedang (S) 4 10-13 Kurang (K)

5 05-09 Kurang Sekali (KS) Nilai Umur 16 s/d 19 tahun

Putra Putri 5 Sd 3’14” Sd 3’52” 4 3’15”-4’25” 3’53”-4’56” 3 4’26”-5’12” 4’57”-5’58” 2 5’13”-6’33” 5’59”-7’23” 1 Dibawah 6’33” Dibawah 7’23”


(30)

3. Tes Motor Educability (Iowa-Brace Test)

Butir tes motor educability (validitas = 0.92 dan reliabilitas = 0.96) Bagian 1:

Tes Motor educability

Data tentang motor educability diperoleh dengan menggunakan IOWA Brace Test, dari Johnson & Nelson (dalam Nurhasan, 2013, hal. 127). Hasil dari tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat motor educability siswa, yang merupakan kesanggupan masing-masing individu melakukan gerakan dengan benar. Tim peneliti terlebih dahulu menjelaskan aturan kepada siswa serta memberi contoh gerakan yang harus dilakukan sebelum tes dilaksanakan. Hal tersebut dimaksud untuk mempermudah pemahaman dan mencegah terjadinya kesalahan gerakan siswa melakukan serangkaian gerakan tes motor educability. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat 20 butir tes motor educability dan diberikan sebanyak dua kali kesempatan untuk melakukan gerakan. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :

1. One foot – Touch Head.

Pelaksanaan: Siswa berdiri pada kaki kiri. Membengkok ke depan dan letakkan kedua tangan pada lantai. Angkatlah kaki kanan lurus ke belakang. Sentuhkan kepala pada lantai dan akhirnya kembali bersikap berdiri dengan tanpa kehilangan keseimbangan.

Gagal apabila :

- Tidak menyentuh kepala pada lantai. - Kehilangan keseimbangan.

- Kaki kanan menyentuh lantai. 2. Side Learning Rest.

Pelaksanaan: Duduk berlunjur, kedua kaki rapat. Letakkan tangan kanan pada lantai di belakang tubuh. Kemudian miringlah ke kanan sehingga tubuh terangkat


(31)

dan bertumpu pada tangan dan kaki kanan. Angkatlah kaki dan tangan kiri, serta usahakan tetap dalam sikap demikian sampai hitungan kelima.

Gagal apabila :

- Tidak bersikap sebagaimana seharusnya.

- Tidak mampu melakukan sampai hitungan kelima. 3. Graspevine.

Pelaksanaan: Berdiri dengan kedua tumit rapat. Membongkok ke depan, surukkan/ masukkan kedua belah tangan di antara kedua lutut, sehingga kedua tangan berada di belakang pergelangan-pergelangan kaki, akhirnya jari-jari tangan saling berkaitan di muka pergelangan kaki. Pertahankan sikap ini sampai 5 detik.

Gagal apabila :

-Kehilangan keseimbangan

-Kedua tangan tidak melingkari kedua pergelangan kaki dan jari-jari tidak saling berkaitan di depan pergelangan kaki (tidak sampai).

-Tidak dilakukan dalam jangka waktu 5 detik. 4. One – Knee Balance.

Pelaksanaan: Menoleh ke kanan. Berlutut dengan kaki sebelah sedangkan kaki yang lain diangkat lurus ke belakang. Luruskan/ rentangkan kedua belah tangan disamping setinggi bahu. Tinggal tetap dalam sikap itu hingga 5 hitungan.

Gagal apabila :

-Menyentuh lantai dengan bagian badan selain lutut dan ujung kaki tumpu -Kehilangan keseimbangan.

5. Strok Stand.

Pelaksanaan: Berdiri pada kaki kiri. Letakkan telapak kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Kedua tangan bertolak pinggang. Pejamkan mata dan pertahankan sikap ini selama 10 detik dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempatnya semula.


(32)

Gagal apabila :

-Kehilangan keseimbangan

-Melepaskan telapak kaki kanan dari lutut kaki kiri -Membuka mata dan melepas tangan dari pinggang.

6. Double Heel Click.

Pelaksanaan: Melompat ke atas dan selama itu menepukkan kedua kaki dua kali, serta berdiri tegak kembali dengan kaki kangkang yang sekenanya.

Gagal apabila :

-Kedua kaki tidak bertepuk dua kali

-Waktu jatuh kedua kaki saling bersentuhan. 7. Cross-Leg Squat.

Pelaksanaan: Lipat kedua tangan di dada. Silangkan kedua kaki, kemudian duduk dengan sikap bersila. Akhirnya berdirilah dengan tidak melepaskan lipatan tangan dan silangan kaki.

Gagal apabila :

-Kehilangan keseimbangan.

-Tangan tidak tetap berlipat pada dada -Tidak mampu berdiri

8. Full Left Turn.

Pelaksanaan: Berdiri dengan kaki rapat. Lompat ke atas dan berputar ke kiri 360 derajat, usahakan terjatuh pada tempat semula. Jagalah keseimbangan dan sesudah menyentuh lantai jangan sampai kaki kiri berpindah tempat.

Gagal apabila :

-Tidak berputar 360 derajat.

-Setelah jatuh kaki berpindah tempat. -Kehilangan keseimbangan.


(33)

9. One Knee – Head to Floor.

Pelaksanaan: Berlutut dengan kaki sebelah, sedangkan kaki yang lain diangkat lurus-lurus ke belakang dengan tanpa menyentuh lantai. Kedua tangan rentangkan ke samping setinggi bahu. Bongkokkan tubuh ke depan, sehingga kepala mengenai lantai. Kembali ke sikap semula dengan keseimbangan.

Gagal apabila :

-Menyentuh lantai dengan bagian tubuh selain kepala dan lutut dari kaki tumpu.

-Kehilangan keseimbangan.

-Tidak menyentuhkan kepala pada lantai.

10. Hop Backward.

Pelaksanaan: Berdiri dengan kaki sebelah. Dengan mata tertutup melompat ke belakang lima kali.

Gagal apabila : -Membuka mata.

-Kaki yang diangkat menyentuh lantai

11. Forward Hand Kick.

Pelaksanaan: Melompat tinggi-tinggi, ayunkan kedua kaki ke depan (lutut lurus), bengkokkan badan ke depan dan sentuhkan kedua ujung jari kaki dengan kedua tangan sebelum lompatan berakhir.

Gagal apabila :

-Tidak menyentuh kedua ujung jari kaki sewaktu di udara. -Membengkokkan lututnya lebih dari 45 derajat.

12. Full Squat – Arm Circle.

Pelaksanaan: Sikap jongkok, kedua tangan ke samping setinggi bahu, kedua lengan diputar-putar membuat lingkaran yang bergaris tengah  30cm. Dan


(34)

bersamaan dengan latihan itu tubuh diturun naikkan. Lakukan sampai 10 hitungan.

Gagal apabila :

-Memindahkan kaki

-Kehilangan keseimbangan dan jatuh

13. Half – Turn Jump-Left Foot.

Pelaksanaan: Berdiri pada kaki kiri, melompat dan berputar 180 derajat ke kiri. Gagal apabila :

-Kehilangan keseimbangan

-Gagal dalam usahanya membuat putaran 180 derajat ke kiri -Kaki kanan menyentuh lantai.

14. Side Kick.

Pelaksanaan: Ayunkan kaki ke sebelah kiri dan bersamaan dengan itu melompat-lompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan, sentuhkan kedua kaki di udara, kedua kaki waktu bersentuhan harus segaris dan sejajar serta di sebelah pundak kiri. Jatuh dengan kaki kangkang.

Gagal apabila :

-Kaki kiri tidak cukup diayun.

-Tidak menyentuh kedua kaki di udara. -Jatuh tidak dengan kaki kangkang. 15. Knee Jump to Feet.

Pelaksanaan: Berlutut dengan kedua kaki dengan sikap kura-kura dan ujung jari kaki yang berkuku mengenai lantai. Ayunkan kedua lengan dan melompat ke atas dengan tanpa mengubah sikap ujung kaki terlebih dahulu, sampai berdiri tegak.


(35)

Gagal apabila :

-Mengubah sikap ujung-ujung jari kaki

-Tidak nyata-nyata bahwa melompat dan berdiri dengan tidak stabil.

16. Rusian Dance.

Pelaksanaan: Jongkok, luruskan keadaan kaki yang sebelah. Lakukan tarian Rusia dengan jalan sedikit melompat dan sekaligus bertukar kaki. Luruskan sampai 4 kali sehingga tiap-tiap kaki mendapat giliran 2 kali. Tumit kaki yang diluruskan ke depan boleh tersentuh lantai sedangkan tumit kaki yang dilipat harus mengenai pantat.

Gagal apabila :

-Kehilangan keseimbangan

-Masing- masing kaki tidak melakukan 2 kali latihan.

17. Full Right Turn.

Pelaksanaan: Berdiri dengan kaki rapat. Lompat ke atas dan berputar ke kanan 360 derajat, usahakan terjatuh pada tempat semula. Jagalah keseimbangan dan sesudah menyentuh lantai jangan sampai kaki kiri berpindah tempat.

Gagal apabila :

-Tidak berputar 360 derajat.

-Setelah jatuh kaki berpindah tempat. -Kehilangan keseimbangan.

18. The Top.

Pelaksanaan: Duduk bersila. Kedua tangan melingkari kedua lutut, tangan kanan memegang pergelangan kaki kiri dan sebaliknya tangan kiri memegang pergelangan kaki kanan, dengan cepat berguling ke kanan, dengan jelas pertama menempatkan berat badan pada lutut kaki kanan, kemudian bahu kanan, lalu punggung, terus ke bahu sebelah kiri, barulah ke lutut kaki kiri, yang akhirnya


(36)

duduk menghadap berlawanan dengan arah semula. Ulangi latihan ini sekali lagi, sehingga duduk menghadap searah dengan sikap semula.

Gagal apabila :

-Pegangan pada pergelangan kaki terlepas.

-Putaran tidak dilakukan dengan lengan sempurna. 19. Single Squat Balance.

Pelaksanaan: Jongkok dengan kaki sebelah. Kaki yang lain diluruskan ke depan dengan tanpa menyentuh lantai. Kedua tangan dipinggang. Kuasailah sikap ini sampai hitungan kelima.

Gagal apabila :

-Tangan tidak dipinggang lagi

-Kaki yang lurus ke muka mengenai lantai -Kehilangan keseimbangan

20. Jump Foot.

Pelaksanaan: Berdiri pada sebelah kaki. Ibu jari dipegang oleh tangan yang berlawanan, dimuka tubuh. Lompat ke atas dan usahakan kaki yang bebas melompat kaki yang dipegang dengan tanpa melepaskan pegangannya.

Gagal apabila :

-Pegangannya terlepas.

-Tidak melompati kaki yang dipegang.

Ketentuan penilaian adalah sebagai berikut : a. Jika berhasil pada kesempatan 1 = nilai 2 b. Jika berhasil pada kesempatan II = nilai 1 c. Jika gagal = nilai 0

Skor akhir adalah hasil penjumlahan dari total keseluruhan tes motor educability. Dari pengumpulan hasil tes tersebut, maka dapat ditentukan (1) testee


(37)

yang memiliki tingkat motor educability tinggi, dan (2) testee yang memiliki tingkat motor educability rendah. Dasar untuk menentukan batas tinggi rendahnya tingkat motor educability adalah dari perhitungan rangking dari data yang terkumpul.

Kriteria tingkat motor educability tersaji pada tabel berikut.

Tabel 3.8

Kriteria Tingkat Motor educability

No Interval Kriteria

1 21 - 40 Tinggi

2 0 – 20 Rendah

E. Pengembangan Instrumen

Analisis data atau pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting dalam penelitian, karena kesalahan dalam analisis akan berpengaruh dalam pengambilan kesimpulan. Terutama bila digunakan generalisasi kesimpulan untuk masalah yang diteliti. Suatu kesimpulan dapat diambil dari hasil pengolahan data tersebut. Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

1. Uji Validitas

Validitas instrumen penelitian adalah ketepatan dari suatu instrumen penelitian atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur. Instrumen yang valid harus dapat mendeteksi dengan tepat apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini penulis mengadakan pengujian validitas soal dengan cara analisis butir soal. Untuk menguji validitas alat ukur, maka harus dihitung korelasinya, yaitu menggunakan rumus:


(38)

  

 

 

 

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

(Maksum, 2012: 113) Dimana:

xy

r = Koefisien korelasi antara X dan Y.

X = Jumlah skor tiap butir.

Y = Jumlah skor total.

XY = Jumlah perkalian skor butir dan skor total. N = Banyak subjek

Setelah diperoleh korelasinya, selanjutnya dilakukan proses pengambilan keputusan valid atau tidaknya. Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka item pernyataan valid 2) Jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,3, maka item pernyataan tidak valid Menurut Masrun dalam Sugiyono (2007 : 188-189) menyatakan bahwa Item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.

Untuk lebih jelasnya tetang uji validitas, berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas data intensitas penggunaan smartphone.


(39)

Tabel 3.9

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Item Instrumen Intensitas Penggunaan Smartphone

No Item r Hitung r Tabel Kriteria

1 0.42 0.30 Valid

2 0.51 0.30 Valid

3 0.66 0.30 Valid

4 0.35 0.30 Valid

5 0.50 0.30 Valid

6 0.62 0.30 Valid

7 0.59 0.30 Valid

8 0.38 0.30 Valid

9 0.57 0.30 Valid

10 0.66 0.30 Valid

11 0.46 0.30 Valid

12 0.32 0.30 Valid

13 0.47 0.30 Valid

14 0.38 0.30 Valid

15 0.75 0.30 Valid

16 0.45 0.30 Valid

17 0.39 0.30 Valid

18 0.54 0.30 Valid

19 0.38 0.30 Valid

20 0.40 0.30 Valid

Berdasarkan tabel 3.9 diatas diperoleh bahwa dari 20 pernyataan tentang intensitas penggunaan smartphone semua pernyataan valid. Hal ini berarti bahwa item pernyataan tersebut dapat mengukur intensitas penggunaan smartphone siswa.


(40)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus sebagai berikut:

Pertama, menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11) dengan menggunakan

rumus berikut.

2

11 1 2

1 i t n r n          

Keterangan : 1 1

r = Reliabilitas tes yang dicari

2

i

Jumlah varians skor tiap-tiap item 2

t

 = Varians total n = banyaknya soal

Kedua, mencari varians semua item menggunakan rumus berikut.

 

N N X X

 2 2 2

(Arikunto, 2002:109)

Keterangan :

X

= Jumlah Skor 2

X

= jumlah kuadrat skor N = banyaknya sampel

Taraf signifikansi koefisien uji dengan menggunakan rumus uji signifikansi product moment dengan taraf kesalahan 5% atau (α) = 0,05. Setelah didapat nilai koefisien yang dicari lalu lakukan pengujian signifikansi koefisien korelasi yang disesuaikan dengan tabel interprestasi koefisien korelasi didapat sebagai berikut:


(41)

Tabel 3.10

Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi

Objektivitas

v

Proses pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak MS Excel 2007. Hasil pengujian didapatkan :

Jumlah varian (i ) = 15,80

Varian Total (t ) = 74,22

Reliabilitas = 0,83 (Tinggi)

Merujuk pada pedoman koefisien korelasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa reliabilitas instrumen pengungkap intensitas penggunaan smartphone berada pada kategori tinggi.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Rasionalisasi

Tingkat Realibilitas Koefisien Korelasi

Istimewa .90 - 1

Tinggi .80 - .89

Sedang/Cukup .60 – .79

Rendah .00 - .59

Tingkat Realibilitas Koefisien Korelasi

Istimewa .95 – 1

Tinggi .85 - .49

Sedang/Cukup .70 – .84


(42)

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi baik menyangkut fakta atau pendapat dari responden.

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah diketahui bahwa data yang diperoleh valid dan reliabel. Sebelum analisis data dilakukan, sebelumnya dilakukan pengkategorian intensitas penggunaan smartphone menjadi tiga kriteria yaitu sebagai berikut.

1. Kategorisasi Intensitas Penggunaan Smartphone

Kategorisasi intensitas penggunaan smartphone diolah dengan menghitung kategorisasi berdasarkan model distribusi normal.yang dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.11

Kategorisasi Intensitas Penggunaan Smartphone

No Kriteria Interval

1 Tinggi ( )

2 Sedang ( ) < ( )

3 Rendah < ( )

Dimana : = rata-rata = standar deviasi X = skor

Skala intensitas penggunaan smartphone yang terdiri dari 20 item pernyataan yang setiap itemnya diberi skor 3 untuk jawaban selalu, skor 2 untuk sering, skor 1 untuk kadang-kadang, dan skor 0 untuk tidak pernah. Rentang minimum-maksimumnya adalah 20x0 = 0 sampai dengan 20x3=60. Sehingga luas jarak sebarannya adalah 60 – 0 = 60. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai = 60/6 = 10 dan mean ( ) teoritisnya adalah = 20 x 1,5 = 30.


(43)

Berdasarkan rumus pada Tabel 3.3, maka diperoleh hasil seperti yang tersaji pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.12

Hasil Kategorisasi Intensitas Penggunaan Smartphone

No Kriteria Interval

1 Tinggi ( ) 40 < 60 2 Sedang ( ) < ( ) 20 < 40 3 Rendah < ( ) 0 < 20

2. Uji Hipotesis

Sebelum dilakukan uji hipotesis, sebelumnya dilakukan uji asumsi statistik yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varians.

a) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data kebugaran jasmani dan motor educability siswa berdistribusi noramal atau tidak. Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov-z dengan bantuan Predictive Analytics software ( PASW Statistics 18) atau IBMSPSS versi 18.0. Langkah perhitungan uji normalitas adalah sebagai berikut.

1) Perumusan Hipotesis

H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2) Dasar pengambilan keputusan

 Jika Asymp sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak

 Jika Asymp sig > 0,05 maka H0 diterima

b) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians data antara kategori tinggi, sedang, dan rendah dilakukan untuk mengetahui apakah varians data ketiga kelompok sama atau berbeda. Perhitungan uji homogenitas varians data menggunakan uji statistik levene test


(44)

dengan bantuan Predictive Analytics Software (PASW Statistics 18) atau IBMSPSS versi 18.0. Langkah-langkah perhitungan uji homogenitas varians adalah sebagai berikut.

1) Permusan Hipotesis H0 :

Varians data kebugaran jasmani/ motor educability siswa ketiga kategori homogen

H1 : minimal salah satu

Varians data kebugaran jasmani/ motor educability siswa ketiga kategori tidak homogen

Keterangan:

: varians kategori kelompok tinggi : varians kategori kelompok sedang : varians kategori kelompok rendah 2) Dasar Pengambilan Keputusan

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak

 Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima

Setelah dilakukan uji asumsi statistik, langkah selanjutnya melakukan uji hipotesis. Perhitungan statistik dalam menguji hipotesis menggunakan uji anova satu jalur. Uji ini dilakukan dengan bantuan bantuan Predictive Analytics software (PASW Statistics 18) atau IBMSPSS versi 18.0. Langkah-langkah melakukan uji anova satu jalur adalah sebagai berikut.

1) Perumusan Hipotesis

Rata-rata data kebugaran jasmani/ motor educability siswa kategori tinggi, sedang dan rendah tidak berbeda


(45)

Rata-rata data kebugaran jasmani/ motor educability siswa kategori tinggi, sedang dan rendah berbeda

Keterangan:

: Rata-rata skor kebugaran jasmani/ motor educability kategori tinggi

: Rata-rata skor kebugaran jasmani/ motor educability kategori sedang : Rata-rata skor kebugaran jasmani/ motor educability kategori rendah

2) Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05 atau dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05, maka kriterianya adalah sebagai berikut.

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak

 Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima

Hasil uji anova satu jalur diperoleh berdasarkan Tabel 3.5 berikut. Tabel 3.13

Tabel Uji Anova Satu Jalur

Sumber

Jumlah Kuadrat

(JK)

Derajat Kebebasan

(dk)

Rata-Rata Jumlah

Kuadrat (RJK) F Antar Kelompok JKa k-1 JKa/(k-1)

Inter Kelompok JKi N-k JKi /(N-k)


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, kesimpulan penelitian adalah:

1. Terdapat dampak negatif antara penggunaan Smartphone dengan kebugaran jasmani.

2. Terdapat dampak negatif antara penggunaan Smartphone dengan motor educability.

B. Saran

Smartphone mungkin menjadi bagian penting bagi siswa. Smartphone selalu hadir di sekolah-sekolah dan penggunaan yang paling umum mereka seperti SMS, memperbarui sosial jaringan situs, dan browsing internet. Namun, dampak negatif dari penggunaan Smartphone yang berlebihan terhadap kebugaran jasmani dan motor educability layak untuk mendapatkan perhatian lebih lanjut mengingat pentingnya kebugaran jasmani dan motor educability bagi siswa sebagai penunjang untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari baik di rumah ataupun di sekolah.

Dengan berpedoman pada data-data yang diperoleh serta dalam rangka membantu peningkatan dan mengatasi hambatan-hambatan proses pendidikan jasmani. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis merekomendasikan bagi sekolah untuk memberikan informasi serta penyuluhan kepada para siswa mengenai dampak negatif dari penggunaan Smartphone terhadap kebugaran jasmani dan motor educability. Bahkan mungkin sekolah bisa menerapkan peraturan mengenai pembatasan penggunaan Smartphone di sekolah serta menciptakan sarana yang menarik untuk siswa melakukan berbagai aktivitas fisik.

Selain bagi sekolah, penulis juga merekomendasikan bagi para orang tua untuk mengawasi anak dalam penggunaan Smartphone. Para orang tua dapat


(47)

mengatur jadwal penggunaan Smartphone anaknya, sehingga bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan Smartphone yang berlebihan dapat diminimalisir.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih mengembangkan penelitian dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian-penelitian lanjutan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, J. P., Acharya, I., dan Waghrey, D. (2013) A Study on Some of the Common Health Effects of Cell-Phones amongst College Students. Community Medicine & Health Education, 3 (4), hlm 1-4.

Arikunto.(2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta.Bumi Aksara Azwar.(2010). Penyusunan Skala psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar

Beets, M. W. dkk. (2009). After-School Program Impact on Physical Activity and Fitness. American Journal of Preventive Medicine, hlm. 1-11

Giriwijoyo, H.Y.S dan Sidik, D.Z (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching.Jakarta Jariono, G. (2011) Motor Educability.[online]. Di akses dari

http://kapasitasmaksimalaerobik.blogspot.com/2011/10/motor-educability.html Kahri, M. (2011). Pengaruh Pendidikan Jassmani Melalui Aktivitas Bermain

Terhadap Kebugaran Jasmani, Perkembangan Kemampuan Fisik Anak Dayak Loksado dengan Anak Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, 1, hlm 53-62. Kusuma, I. (2011). Teori ketergantungan Media (Depedency Theory) dalam

Pemilihan Media Massa. [online]. Diakses dari

Ilhankusumah.blogspot.com/2011/06/teori-ketergantungan-media-dependency.html?m=1

Lajunen, H.R. dkk. (2007). Are Computer and Cell Phone Use Associated with Body Mass Indexand Overweight? A Population Study among Twin Adolescents. BMC Public health, 7 (24), hlm. 1-8.

Leena, K. dkk. (2005) Intensity of Mobile Phone Use and Health Compromising Behaviors-How is Information and Communication Technology Connected to Health-Related Lifestyle in Adolecents?. 28 (1), hlm. 35-47.

Lepp, A. dkk. (2013) The Relationship Between Cell Phone Use, Physicaland Sedentary Activity, and Cardiorespiratoryfitness in A Sample Of U.S. College Students. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 10 (79), hlm. 1-9.


(49)

Maksum, A. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press.

Mental Health Foundation (2013). Let’s Get Physical. The Impact Physical Activity on Wellbeing. United Kingdom: MHF.

Moreno, M. A. dkk. (2013) Association Between Internet Use and Fitness Among College Students. Journal of Interaction Science, 1 (4), hlm. 1-8.

Nurhasan.2013. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Ruseffendi.(1993). Statistika Dasar untuk Penelitian. Jakarta:Dirjen Dikti

Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan motorik: Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal.

Rusli Lutan. 2005. Teori Belajar Keterampilan Motorik Konsep dan Penerapannya. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi dan Tenaga Kependidikan.

Sawka, K. J. dkk. (2013) Friendship Networks and Physical Activity Andsedentary Behavior among Youth: A Systematized Review. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 10 (130), hlm. 1-9.

Sarwar, M. dan Soomro, T. R. (2013) Impact of Smartphone’s on Society. European Journal of Scientific Research, 98 (2), hlm. 216-226

Science Daily. (2013). Glued to your cell phone? Research suggest it may reduce your physical activity and fittness. Di akses dari

www.sicencedaily.com/releases/2013/07/130710142014.htm.[Diakses 6 Februari 2013].

Stettler, N., Signer, T. M., dan Suter, P. M (2004) Electronic Games and Environmental Factors Assosiated with Chillhood Obesity in Switzerland.Obesity Research, 12 (6), hlm. 896-903.

Sugiyono.(2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.


(50)

Smith, J. (2014) Perkembangan Smartphone dan Sejarah Berdirinya Apple. Inc. Diakses dari

https://www.academia.edu/7277830/Perkembangan_Smartphone_dan_Sejarah_ Berdiri_Apple.inc_by_Gadgetfrontal.com

Tarigan, B. (2011). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berdasarkan Ilmu Faal. Pidato Pengukuhan Guru Besar/ Profesor dalam Bidang Pedagogi Pendidikan Indonesia. Bandung, Humas UPI. [Online] : Di akses dari http://berita.upi.edu/2011/06/23/optimalisasi-pendidikan-jasmani-dan-olah-raga-berdasarkan-ilmu-faal/. [Diakses 12 Februari 2013].

Toda, M. dkk. (2006) Mobile Phone Dependence and Health-Related lifestyle of University Students. Society for Personality Research (Inc.), 34 (10), hlm. 1277-1284.

Universitas pendidikan Indonesia (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Veitch, J. dkk. (2004) Mental Health and Physical Activity Among Adolescents. Centre for Physical Activity and Nutrition Research. Daekin University.

Viva News. (2014). Hasil Survey Kebiasaan Pengguna Smartphone di Indonesia. Tersedia di:

us.m.news.viva.co.id/news/read/433547-hasil-survei-kebiasaan-pengguna-smartphone-di-indonesia. [Diakses 9 Februari 2013].

World Health Organization (2010) Global Recommendations on Physical Activity for Health. Geneva: WHO.

World Health Organization. (2014). Physical Activity and Young People. Tersedia di: www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_young_people/en/index/html. [Diakses 6 Februari 2013].

Yang, Y. S. dkk. (2010) The Association Between Problematic Cellular Phone Use and Risky Behaviors and Low Self-Esteem Among Taiwanese Adolescents. BMC Public health, 10 (217), hlm. 1-8.


(1)

Rata-rata data kebugaran jasmani/ motor educability siswa kategori tinggi, sedang dan rendah berbeda

Keterangan:

: Rata-rata skor kebugaran jasmani/ motor educability kategori tinggi : Rata-rata skor kebugaran jasmani/ motor educability kategori sedang : Rata-rata skor kebugaran jasmani/ motor educability kategori rendah

2) Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05 atau dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05, maka kriterianya adalah sebagai berikut.

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak

 Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima

Hasil uji anova satu jalur diperoleh berdasarkan Tabel 3.5 berikut. Tabel 3.13

Tabel Uji Anova Satu Jalur

Sumber

Jumlah Kuadrat

(JK)

Derajat Kebebasan

(dk)

Rata-Rata Jumlah

Kuadrat (RJK) F Antar Kelompok JKa k-1 JKa/(k-1)

Inter Kelompok JKi N-k JKi /(N-k)


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, kesimpulan penelitian adalah:

1. Terdapat dampak negatif antara penggunaan Smartphone dengan kebugaran jasmani.

2. Terdapat dampak negatif antara penggunaan Smartphone dengan motor educability.

B. Saran

Smartphone mungkin menjadi bagian penting bagi siswa. Smartphone selalu hadir di sekolah-sekolah dan penggunaan yang paling umum mereka seperti SMS, memperbarui sosial jaringan situs, dan browsing internet. Namun, dampak negatif dari penggunaan Smartphone yang berlebihan terhadap kebugaran jasmani dan motor educability layak untuk mendapatkan perhatian lebih lanjut mengingat pentingnya kebugaran jasmani dan motor educability bagi siswa sebagai penunjang untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari baik di rumah ataupun di sekolah.

Dengan berpedoman pada data-data yang diperoleh serta dalam rangka membantu peningkatan dan mengatasi hambatan-hambatan proses pendidikan jasmani. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis merekomendasikan bagi sekolah untuk memberikan informasi serta penyuluhan kepada para siswa mengenai dampak negatif dari penggunaan Smartphone terhadap kebugaran jasmani dan motor educability. Bahkan mungkin sekolah bisa menerapkan peraturan mengenai pembatasan penggunaan Smartphone di sekolah serta menciptakan sarana yang menarik untuk siswa melakukan berbagai aktivitas fisik.


(3)

mengatur jadwal penggunaan Smartphone anaknya, sehingga bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan Smartphone yang berlebihan dapat diminimalisir.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih mengembangkan penelitian dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian-penelitian lanjutan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, J. P., Acharya, I., dan Waghrey, D. (2013) A Study on Some of the Common Health Effects of Cell-Phones amongst College Students. Community Medicine & Health Education, 3 (4), hlm 1-4.

Arikunto.(2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta.Bumi Aksara Azwar.(2010). Penyusunan Skala psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar

Beets, M. W. dkk. (2009). After-School Program Impact on Physical Activity and Fitness. American Journal of Preventive Medicine, hlm. 1-11

Giriwijoyo, H.Y.S dan Sidik, D.Z (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching.Jakarta Jariono, G. (2011) Motor Educability.[online]. Di akses dari

http://kapasitasmaksimalaerobik.blogspot.com/2011/10/motor-educability.html Kahri, M. (2011). Pengaruh Pendidikan Jassmani Melalui Aktivitas Bermain

Terhadap Kebugaran Jasmani, Perkembangan Kemampuan Fisik Anak Dayak Loksado dengan Anak Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, 1, hlm 53-62. Kusuma, I. (2011). Teori ketergantungan Media (Depedency Theory) dalam

Pemilihan Media Massa. [online]. Diakses dari

Ilhankusumah.blogspot.com/2011/06/teori-ketergantungan-media-dependency.html?m=1

Lajunen, H.R. dkk. (2007). Are Computer and Cell Phone Use Associated with Body Mass Indexand Overweight? A Population Study among Twin Adolescents. BMC Public health, 7 (24), hlm. 1-8.

Leena, K. dkk. (2005) Intensity of Mobile Phone Use and Health Compromising Behaviors-How is Information and Communication Technology Connected to Health-Related Lifestyle in Adolecents?. 28 (1), hlm. 35-47.

Lepp, A. dkk. (2013) The Relationship Between Cell Phone Use, Physicaland Sedentary Activity, and Cardiorespiratoryfitness in A Sample Of U.S. College Students. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 10 (79), hlm. 1-9.


(5)

Maksum, A. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press.

Mental Health Foundation (2013). Let’s Get Physical. The Impact Physical Activity on Wellbeing. United Kingdom: MHF.

Moreno, M. A. dkk. (2013) Association Between Internet Use and Fitness Among College Students. Journal of Interaction Science, 1 (4), hlm. 1-8.

Nurhasan.2013. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Ruseffendi.(1993). Statistika Dasar untuk Penelitian. Jakarta:Dirjen Dikti

Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan motorik: Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal.

Rusli Lutan. 2005. Teori Belajar Keterampilan Motorik Konsep dan Penerapannya. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi dan Tenaga Kependidikan.

Sawka, K. J. dkk. (2013) Friendship Networks and Physical Activity Andsedentary Behavior among Youth: A Systematized Review. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 10 (130), hlm. 1-9.

Sarwar, M. dan Soomro, T. R. (2013) Impact of Smartphone’s on Society. European Journal of Scientific Research, 98 (2), hlm. 216-226

Science Daily. (2013). Glued to your cell phone? Research suggest it may reduce your physical activity and fittness. Di akses dari

www.sicencedaily.com/releases/2013/07/130710142014.htm.[Diakses 6 Februari 2013].

Stettler, N., Signer, T. M., dan Suter, P. M (2004) Electronic Games and Environmental Factors Assosiated with Chillhood Obesity in Switzerland.Obesity Research, 12 (6), hlm. 896-903.

Sugiyono.(2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.


(6)

Smith, J. (2014) Perkembangan Smartphone dan Sejarah Berdirinya Apple. Inc. Diakses dari

https://www.academia.edu/7277830/Perkembangan_Smartphone_dan_Sejarah_ Berdiri_Apple.inc_by_Gadgetfrontal.com

Tarigan, B. (2011). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berdasarkan Ilmu Faal. Pidato Pengukuhan Guru Besar/ Profesor dalam Bidang Pedagogi Pendidikan Indonesia. Bandung, Humas UPI. [Online] : Di akses dari http://berita.upi.edu/2011/06/23/optimalisasi-pendidikan-jasmani-dan-olah-raga-berdasarkan-ilmu-faal/. [Diakses 12 Februari 2013].

Toda, M. dkk. (2006) Mobile Phone Dependence and Health-Related lifestyle of University Students. Society for Personality Research (Inc.), 34 (10), hlm.

1277-1284.

Universitas pendidikan Indonesia (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Veitch, J. dkk. (2004) Mental Health and Physical Activity Among Adolescents. Centre for Physical Activity and Nutrition Research. Daekin University.

Viva News. (2014). Hasil Survey Kebiasaan Pengguna Smartphone di Indonesia. Tersedia di:

us.m.news.viva.co.id/news/read/433547-hasil-survei-kebiasaan-pengguna-smartphone-di-indonesia. [Diakses 9 Februari 2013].

World Health Organization (2010) Global Recommendations on Physical Activity for Health. Geneva: WHO.

World Health Organization. (2014). Physical Activity and Young People. Tersedia di: www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_young_people/en/index/html. [Diakses 6 Februari 2013].

Yang, Y. S. dkk. (2010) The Association Between Problematic Cellular Phone Use and Risky Behaviors and Low Self-Esteem Among Taiwanese Adolescents. BMC Public health, 10 (217), hlm. 1-8.