PENINGKATAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN ORGANIK DENGAN MEMANFAATKAN PANGAN LOKAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Satu Atap Negeri Sering Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan.

(1)

PENINGKATAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM

MENGKONSUMSI MAKANAN ORGANIK DENGAN

MEMANFAATKAN PANGAN LOKAL SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Satu Atap Negeri Sering Kabupaten

Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPS

oleh

J U S L A N

NIM 1308090

PROGRAM STUDI


(2)

J U S L A N

PENINGKATAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM

MENGKONSUMSI MAKANAN ORGANIK DENGAN

MEMANFAATKAN PANGAN LOKAL SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Satu Atap Negeri Sering Kabupaten

Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan)

Di setujui dan di sahkan oleh pembimbing,

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPS

Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd, M.A NIP. 19620702 198601 1 002


(3)

PENINGKATAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM

MENGKONSUMSI MAKANAN ORGANIK DENGAN

MEMANFAATKAN PANGAN LOKAL SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Satu Atap Negeri Sering Kabupaten

Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan)

Oleh J U S L A N

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

pada Program Studi Pendidikan IPS

© Juslan 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(4)

PENINGKATAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN ORGANIK DENGAN MEMANFAATKAN PANGAN LOKAL SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Satu Atap Negeri Sering Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan)

Juslan (1308090) Dosen Pembimbing: Dr. Nana Supriatna, M. Ed

ABSTRAK

Penelitian berawal dari keprihatinan melihat perilaku peserta didik di SMP Satu Atap Negeri Sering yang suka mengkonsumsi makanan instan (junk

food). Selain itu, gurumasih menggunakan metode konvensional dan belum

menggunakan metode mengajar yang dapat menghubungkan materi pelajaran dengan permasalahan sosial yang di hadapi peserta didik dalam kehidupan nyata. Melalui materi“Kegiatan Ekonomi Masyarakat” dalam buku paket IPS kelas VII semester dua. Peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai bentuk antisipasi dan perbaikan masalah kesehatan dan lingkungan peserta didik dengan memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS. Selain itu, sebagai upaya meningkatkan

ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dengan sembilan kali pertemuan, diperoleh peningkatan kompetensi

ecoliteracy peserta didik baik aspek pengetahuan (head/cognitive), aspek

sikap (heart/emotional) dan aspek keterampilan (hand/active). Sebagaimana data menunjukan bahwa nilai kompetensi ecoliteracy peserta didik yang awalnya hanya berada pada rentang nilai 65,2 dengan kategori “kurang”, meningkat menjadi 74,2 pada siklus kedua dengan kategori “cukup” dan pada siklus ketiga meningkat menjadi 84,2 dengan kategori “baik”dengan rata-rata peningktan sekitar 9% - 10%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pangan lokal dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang dikemas melalui metode dan strategi pembelajaran IPS yang bervariasi mampu meningkatkan ecoliteracy peserta didik serta dapat diterapkan di sekolah menengan pertama lainnya.

Kata Kunci: Ecoliteracy, Konsumsi Makanan Organik, Pangan Lokal.Media Pembelajaran IPS.


(5)

THE STUDENTS ECOLITERACY IMPROVEMENT IN CONSUMING ORGANIC FOOD BY UTILIZING LOCAL FOOD AS

A MEDIATO LEARN SOCIAL STUDIES

(Class Action Research at SMP Satu Atap Negeri Sering SoppengRegency South Sulawesi Province)

Juslan (1308090) Supervisor:

Dr. Nana Supriatna, M. Ed

ABSTRACT

The research was started from the writer’s concern to see the behaviour of

SMP Satu Atap Negeri Sering students who love to consume junk food. Moreover, the teacher still used conventional teaching methods. They

haven’t found the proper methods in correlating subject with the social problems faced by the students in real life. Through “The Society Economic Activities” subject in the social studies students book of grade VII, second semester. The writer conducted the class action research as the form of

students’s health and environmental problems prevention and improvement by utilizing local food in Sering village as a media to learn social studies. As

well as the effort to improve the student’s ecoliteracy in consuming organic

food.based on the result of class action research conducted in three cycles in

nine meetings, it is found that there is improvement in student’s competence

on ecoliteracy in cognitive aspect, amotional/behaviour aspect, and skill

aspect. The data showed that the student’s competence score that was initially on 65,2 with “poor” category, gained to be 74,2 in the second cycle with “fair” category, and in the third cycle it was gained to be 84,2 with

“good” category with the improvement average of 9% to 10%. Thus, it can

be concluded that the use of local food media with contextual learning approach which was collaborated with various social studies methods and strategies is able to improve student’s ecoliteracy and can be applied in other junior high schools

Key Words: Ecoliteracy, Organic Food Consumption, Local Food, MediaSocial Studies.


(6)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 12

F. Kerangka Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Ecoliteracy ... 14

B. Pentingnya Ecoliteracy dalam IPS ... 17

C. Pengintegrasian Ecoliteracy melalui Pembelajaran IPS ... 25

D. Sejarah Perkembangan Konsumsi Makanan di Indonesia ... 28

E. Kaitan antara Konsumsi, Makanan Organik dan Pangan Lokal ... 31

1. Pemahaman Tentang Konsumsi Makanan ... 31


(7)

F. Pangan Lokal sebagai Media Pembelajaran IPS ... 42

G. Teori Belajar yang Mendukung ... 46

H. Kompetensi Ecoliteracy... 50

I. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 54

J. Kerangka Pemikiran ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

A. Metode Penelitian ... 59

B. Prosedur Penelitian ... 61

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 65

D. Teknik Pengumpulan Data ... 66

1. Observasi ... 67

2. Wawancara ... 70

3. Tes Tertulis ... 71

4. Dokumen ... 71

5. Lembar Kerja Kelompok ... 72

E. Instrumen Penelitian ... 72

F. Pengolaha, Analisis, Validasi, dan Interpretasi Data ... 78

1. Pengolahan Data ... 78

2. Analisis Data ... 84

3. Validasi Data ... 86

4. Interpretasi Data ... 88

G. Indikator Keberhasilan ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 90

B. Deskripsi Pembelajaran Sebelum Tindakan ... 93

C. Deskripsi Tindakan Siklus I ... 94

D. Deskripsi Tindakan Siklus II ... 108


(8)

G. Deskirpsi Data Hasil Wawancara ... 130

1. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru Mitra (Observer) ... 130

2. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Peserta Didik ... 133

H. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian ... 134

1. Desain Pembelajaran IPS dengan Media Pangan Lokal ... 135

2. Implementasi Tindakan Selama Penelitian ... 138

3. Kendala yang Dihadapi Selama Penelitian ... 142

4. Peningkatan Kompetensi Ecoliteracy Peserta Didik ... 143

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 149

A. Simpulan ... 149

B. Rekomendasi ... 151


(9)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1. Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif ... 20

Tabel 2.2. Pokok Bahasan Mata Pelajaran IPS Kelas VII Semester II ... 26

Tabel 2.3. Prinsip Dasar Ecoliteracy (Earth Charter) ... 26

Tabel 2.4. Kompetensi Ecoliteracy dari Centre of Ecoliteracy ... 27

Tabel 2.5.A set of ‘core ecoliteracy competencies ... 53

Tabel 3.1. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 72

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 78

Tabel 3.3. Instrumen Soal untuk Menilai Pengetahuan Peserta Didik ... 79

Tabel 3.4. Lembar Peniaian Kompetensi Ecoliteracy Aspek Pengetahuan (Head/Cognitive) Peserta Didik dalam Diskusi Kelompok ... 80

Tabel 3.5. Contoh lembar Observasi Kompetensi Ecoliteracy Aspek Sikap (Heart/Emotional) Peserta Didik ... 81

Tabel 3.6. Lembar Observasi Kompetensi Ecoliteracy Aspek Keterampilan (Hands/Active) peserta didik ... 83

Tabel 4.1. Hasil Diskusi Lembar Kerja Kelompok Pertemuan ke-1 siklus I ... 97

Tabel 4.2. Hasil Diskusi Lembar Kerja Kelompok Pertemuan Kedua ... 101

Tabel 4.3. Nilaian Kompetensi Ecoliteracy Peserta didik Siklus I ... 106

Tabel 4.4. Pertanyaan dalam Metode Pembelajaran Talking Stick Pertemuan ke-2 Siklus II ... 112

Tabel 4.5. Nilai Kompetensi Ecoliteracy Peserta didik Siklus II ... 116

Tabel 4.6. Nilai Kompetensi Ecoliteracy Peserta didik Siklus III ... 125


(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1. Kerangka Alur Penelitian ... 14

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 61

Gambar 3.1. Model Spiral dari Kemmis dan Tagart ... 65

Gambar 3.2. Fase Observasi ... 73

Gambar 4.1. Profil SMPN Satu Atap Negeri Sering ... 93

Gambar 4.2. Kegiatan Diskusi dan Presentasi pada Pertemuan Pertama Siklus I ... 96

Gambar 4.3. Media Pangan Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran IPS ... 100

Gambar 4.4. Kegiatan Diskusi dan Presentasi pada Pertemuan Kedua Siklus I ... 101

Gambar 4.5. Kegiatan Diskusi dan Presentasi pada Pertemuan Ketiga Siklus I ... 104

Gambar 4.6. Kegiatan Diskusi Kelompok pada PertemuanKeempat Siklus II ... 109

Gambar 4.7. Kegiatan Pembelajaran Menanam pada Pertemuan Kelima Siklus II ... 111

Gambar 4.8. Kegiatan Pembelajaran Diskusi Kelompok pada Pertemuan Keenam Siklus II ... 116

Gambar 4.9. Kegiatan Presentasi Makalah Kelompok pada Pertemuan Ketujuh Siklus III ... 119 Gambar 4.10. Kegiatan Presentase Makalah Kelompok pada Pertemuan


(11)

Gambar 4.11. Proses Pembuatan Penganan Khas Sulawesi Selatan

Pertemuan Kesembialn Siklus III ... 122 Gambar 4.12. Hasil Praktik Peserta Didik Melalui Pembelajaran BerbasisProyek

Pertemuan Kesembilan Siklus III ... 123 Gambar 4.13. Desain Pembelajaran ... 135 Gambar 4.14. Grafik PencapaianNilaiKompetensi EcoliteracyPeserta Didik

Siklus I ... 144 Gambar 4.15. Grafik Pencapaian Nilai Kompetensi EcoliteracyPeserta Didik

Siklus II ... 145 Gambar 4.16. Grafik Pencapaian Nilai Kompetensi Ecoliteracy Peserta Didik

Siklus III ... 146 Gambar 4.17. Grafik Rekapitulasi KenaikanNilai Kompetensi Ecoliteracy

Peserta Didik Siklus I-III ... 147 Gambar 4.18. Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Peserta Didik Siklus I - III... 148


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal LAMPIRAN I:

1. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Tesis ... 159

2. Surat Izin Penelitian dari Pemda Kabupaten Soppeng ... 160

3. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Sekolah ... 161

4. Rencana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 163

5. Lembar Kerja Peserta Didik ... 182

6. LKS index car match ... 188

7. Format PenilaianPengetahuan (head/cognitive)Peserta Didik dalam Diskusi Kelompok ... 190

8. Pedoman Penilaian Peserta Didik Aspek Pengetahuan (head/cognitive) dalam Bentuk Tes Essay ... 193

9. Format Penilaian Peserta Didik Aspek Afektif (heart/emotional) ... 203

10.Format Penilaian Peserta Didik Aspek Psikomotorik (hand/active) .... 205

11.Rekap Penilaian Diskusi Kelompok Siklus I ... 207

12.Rekap Nilai Kompetensi Ecoliteracy Peserta Didik Aspek Pengetahuan (head/cognitive) Siklus I, II dan III ... 211

13.Rekap Nilai Kompetensi Ecoliteracy Peserta Didik Aspek Psikomotorik (hands/active) Siklus I, II dan III ... 213 14.Rekap Nilai Kompetensi Ecoliteracy Peserta Didik Aspek Sikap (Heart


(13)

15.Rekap Nilai Kompetensi Ecoliteracy Peserta Didik I, II dan III ... 219

16.Dokumentasi Penelitian ... 222

17.Daftar Hadir Peserta Didik ... 229

18.Jadwal Pelajaran ... 230


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan peneliti sebgai guru IPS di SMP Satu Atap Negeri Sering Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan yang melihat perilaku peserta didik yang cenderung konsumtif dalam memilih jajanan instan (junkfood) dan makanan capat saji (fastfood) yang mereka lihat dari tanyangan iklan di media. Peserta didik sebagai konsumen sering memandang bahwa makanan dan minuman yang baik tergantung dari mutu iklan itu sendiri. Apabila kualitas iklan makanan dan minuman itu baik, maka mereka juga memandang bahwa pasti mutu dari makanan dan minuman itu juga baik. Selain itu, makanan tradisional dari pangan lokal yang bebas dari bahan kimia, kini tidak lagi disenangi oleh anak-anak kita seperti barongko, onde-onde, pallubutung, cangkuneng, dan lain-lain. Kini sudah tergantikan dengan makanan modern seperti mie instan, permen, naget, sosis, kerupuk taro, donat dan lain-lain. Hal inilah yang mempengaruhi peserta didik lebih memilih jajan dikantin atau pedagang kakilima di sekitar sekolah tanpa memperhatikan dampak jajanan tersebut baik dari segi kesehatan maupun lingkungan.

Makanan dan minuman instan (junk food) teleh mengisi rumah, institusi, dan sekolah-sekolah kita. Makanan instan telah menjadi teman setia di meja makan, dan menghampiri serta menghiasi seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari sebagai ekspresi penting dari kehidupan modern. Makanan instan dan makanan cepat saji begitu mudah dan murah untuk kita temukan, bahkan dengan makana instan membantu kita semua mengkonsumsi makanan yang mudah tanpa harus memasak berlama-lama. Makanan instan memang murah tetapi kita belum memperhitungkan biaya subsidi pertanian, ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM), dan berapa luas lahan yang dikorbankan untuk industri. Selain itu makanan instan memiliki konsekuensi bagi kesehatan yang dapat menyebabkan obesitas dan diabetes pada tingkat tinggi dan krisis pada kesehatan yang harus


(15)

2

Padahal potensi kekayaan alam berupa pangan lokal yang umumnya ada di Indonesia dan khususnya di daerah Sulawesi Selatan begitu banyak dapat dijadikan jajanan atau makanan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan, tampa harus mengeluarkan biaya mahal pergi ke mall, restoran, kedai-kedai dan warung makanan hanya untuk memuaskan selerah kita. Bahkan pangan lokal dan makanan tradisional banyak di jumpai di Desa Sering, justru tidak disenangi anak-anak, misalnya pangan lokal jenis nabati yaitu; singkong, madu, gula mera, kelapa, kemiri, buah pisang, nangka, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan, serta pangan lokal hewani seperti telur ayam kampung, telur bebek dan lain-lain. Pangan lokal di Desa Sering umumnya hanya sebagai komoditas perdagangan antar daerah atau antar pulau untuk memenuhi kebutuhan komersil ekonomi masyarakat tertentu saja. Selain itu, pangan lokal belum dimanfaatkan dan dikelolah secara maksimal sebagai upaya pemenuhan kebutuhan komsumsi sehari-hari yang bertujuan memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan masyarakat. Mereka lupa bahwa kekayaan alam berupa pangan lokal jauh lebih baik dan lebih aman dikonsumsi daripada makanan olahan pabrik.

Hal ini, menurut peneliti merupakan suatu permasalahan sosial yang harus dipecahkan sekaligus dicarikan jalan keluarnya. Anak-anak apabilah tidak dibekali pengetahuan dan pemahaman yang cerdas, mereka dapat terjerumus ke arah gaya hidup (lifestyle) konsumeristis dan di satu sisi dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka. Kondisi seperti ini menjadikan sistem pendidikan penting untuk di kedepankan dan menyadarkan mereka, guna mewujudkan dan memberdayakan peserta didik dalam membuat keputusan secara bertanggung jawab yang bertujuan membentuk konsumen yang cerdas (green consumer). Di samping itu, peserta didik tidak hanya dimotivasi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsinya, tetapi juga membangun kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial secara keseluruhan.

Untuk mengurangi paparan terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman bagi lingkungan, serta mengembalikan kecintaan peserta didik di SMP Satu Atap Negeri Sering terhadap konsumsi pangan lokal, diperlukan sosialisasi


(16)

3

melalui pendekatan pendidikan.Tujuannya agar peserta didik tidak melakukan jajan tidak sehat dan diharapkan mereka mendapat keuntungan dan pemahaman bahwa mereka tahu makanan yang sehat untuk dikonsumsi dan orang tua tidak khawatir dengan makanan yang dimakan anaknya di sekolah. Pembelajaran ini juga bertujuan memperkenalkan kepada peserta didik berbagai jenis bahan pangan lokal organik yang mungkin tidak disukai ketika disajikan dirumah, tetapi mereka menyukai ketika disajikan disekolah. Dengan demikan anak dapat mengenal aneka bahan pangan lokal organik yang ada di Desa Sering.

Ketika peserta didik di SMP Satu Atap Negeri Sering sudah memiliki pengetahuan dan memahami kaitan antara konsumsi dan masalah kesehatan serta dampak lingkungan yang ditimbulkan, mereka dapat berkembang menjadi manusia yang bertanggung jawab secara sosial di lingkungannya. Pemahaman ini mencerminkan bahwa pilihan yang mereka lakukan ketika mengkonsumsi makanan, tidak hanya menunjukkan soal suka atau tidak suka, tetapi juga menyampaikan pesan kemanusiaan tentang bagaiman mereka hidup sehat dan ramah lingkungan, serta dapat menjadi penopang berkelanjutan pelanet bumi untuk generasi berikutnya,

Permasalahan lain di SMP Satu Satu Atap Negeri Sering yang menggugah penulis melakukan penelitian tindakan kelas, adalah sekolah belum menjadi tempat mengenalkan potensi kekayaan alam yang ada di lingkungan peserta didik. Sekolah juga belum menjadi transpormasi nila peduli kesehatan dan lingkungan dengan mengenalkan pangan lokal sebagai makana yang sehat dan higenis serta memiliki nilai gizi yang inggi untuk dikonsumsi. Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, sekolah seharusnya memegang peranan penting membentuk insan yang sehat jasmani dan rohani, serta cerdas secara ekologis. Akan tetapi hal ini belum terlaksana dengan baik, dimana peran guru di dalam pelajaran IPS di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII masih merupakan figur sentral dalam mengendalikan seluruh kegiatan pembelajaran.

Secara empiris berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti terhadap rendahnya kompetensi ecoliteracy peserta didik di SMP Satap Negeri


(17)

4

Sering. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat expository, yang sebagian besar waktu digunakan untuk ceramah, menjelaskan dan memberikan informasi yang abstrak. Sedangkan waktu belajar yang digunakan untuk mengeksplor kecerdasan peserta didik hanya sebagian kecil, itupun hanya untuk mencatat dan melaksanakan evaluasi, sehingga pelajaran menjadi membosankan (teacher oriented). Selain itu, pada saat pembelajaran suasana kelas cenderung pasif yang selalu menempatkan siswa pada obyek yang kurang menguntungkan, lebih bersifat tekstual daripada kontekstual. Dalam hal ini peserta didik tidak diajarkan strategi belajara tidak melibatkan peserta didik secara aktif untuk mengkonstruksi pengetahuannya dalam menemukan masalah, merumuskan masalahdan memecahkan permasalahan yang terkait pola konsumsi yang berdampak pada kesehatan dan lingkungan peserta didik (student oriented). Untuk itu, perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu peserta didik untuk memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari Trianto (2007, hlm. 1-2).

Selain itu, pelaksanan proses pembelajaran IPS di SMP Satu Atap Negeri Sering, guru masih menggunakan metode konvensional dengan memberikan contoh-contoh yang abstrak. Peserta didik hanya belajar dari guru, buku teks, dan LKS, tanpa adanya metode dan strategi belajar yang tepat untuk menggali kemampuan peserta didik dengan menggunakan sumber belajar dari isu-isu atau persoalan-persoalan kontemporer yang ada di lingkungan sosial-budaya peserta didik.Bahkan permasalahan kesehatan dan lingkungan yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari jarang dijadikan kajian pembelajaran di kelas. Akibatnya, bagaiamana peserta didik dapat memahami tentang polah hidup bersih dan ramah lingkungan serta cara memilih jajanan yang sehat kalau tidak perna diajarkanan dan disentuhkan langsung dengan kehidupan nyata. Padahal masalah-masalah tersebut merupakan pengalaman belajar sekaligus sebagai media dan sumber belajar IPS.

Selain itu proses pembelajaran IPS di SMP Satu Atap Negeri Sering, guru masih terpaku pada paradigma mono disipliner bukan pada pendekatan integratif


(18)

5

terpadu, sehingga pengembangan materi ajar yang terkait sikap peduli kesehatan dan lingkungan, mereka lebih menekankan pada pengembangan aspek kognitif daripada aspek afektif dan aspek psikomotorik peserta didik. Di sisi lain, guru belum menemukan metode dan soslusi yang tepat dalam mengembangkan materi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah SMP Satu Atap Negeri Sering serta potensi kekayaan alam yang terdapat di Desa Sering, yang dapat membangun aspek afektif dan aspek psikomotor peserta didik agar lebih peduli terhadap masalah kesehatan dan lingkungan.

Merujuk dari uraian di atas, pendidikan tentang konsumsi yang sehat dan bijak dapat menjadi prioritas dalam sistem dunia pendidikan, terutama pendidikan IPS pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kenyataan inilah yang mengugah peneliti untuk mengenalkan keanekaragaman sumber bahan pangan lokal organik kaitannya dengan kurikulum pembelajaran di SMP Satu Atap Negeri Sering. Tujuannya agar peserta didik mempunyai kemampuan mencari dan menyaring informasi yang akurat sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan konsumsi yang sehat. Di samping itu, peserta didik mengenal potensi kekayaan daerahnya, serta dapat mewujudkan pemahaman yang selektif dalam memilih makanan organik dan cerdas dalam mengelolah lingkungan.

Peserta didik sebagai investasi sekaligus generasi penerus bangsa, harus ditingkatkan kualitas sumber daya manusianya sejak dini, secara sistematis dan berkesinambungan. Agar peserta didik tumbuh dan kembangnya secara optimal dan memiliki SDM yang handal, butuh asupan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai tangkat pertumbuhannya serta memenuhi kebutan gizi yang mereka perlukan untuk tubuh. Faktor lain yang perlu juga diperhatikan adalah pola makan, jenis makanan, jumlah, dan jadwalnya, serta kebiasaan menjalani pola hidup sehat dan bersih. Hal lain yang juga tak kalah penting adalah memilih makanan yang aman bagi kesehatan dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, termasuk pilihan jajanan yang tidak menghasilkan sampah yang sulit diurai oleh alam.


(19)

6

Guru di sekolah, hendaknya mampu mengajak peserta didik berpikir kritis dan melatih untuk menginvestigasi pertanyaan-pertanyaan seperti; Bagaimana memilih jajanan yang sehat? Mengapa peserta didik lebih suka mengkonsumsi makana modern ketimbang makanan lokal atau jajanan tradisional? Bagaimana menjadi konsumen yang cerdas dan peduli lingkungan dengan memilh makan organik yang lebih sehat dan higenis daripada makanan instan (junk food)? Bagaimana peserta didik memahami bahan kimia berbahaya dalam makanan seperti pengawet, pewarna dan penguat rasa? Serta pertanyaan kritis lainyang menggugah peserta didik untuk menggali sumber belajar dari pengalamannya sehari-hari.

Guru sebagai komponen yang penting perannya dalam kegiatan pembelajaran dan mengendalikan suasana belajar di kelas. Guru harus berupaya terus meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran, karena dengan pembelajaran yang berkualitas dapat menentukan tercapainya sasaran dan tujuan pendidikan secara efektif, efisien, dan produktif. Oleh karena itu, guru dalam melakukan pembelajaran harus merencanakan secara sadar dan sistematis pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, agar peserta didik dapat mengembangkan seluruh kemampuannya sehingga memperoleh pengetahuan dan pengalaman bermakna. Pengalaman belajar akan bermanfaat dan bermakna ketika peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri konsep pengetahuan baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian, guru dapat lebih mudah melakukan evaluasi untuk menemukan ganbara nyata dari apa yang telah dilakukan peserta didik.

Pemilihan pangan lokal yang ada di Desa Sering sebagai media pembelajaran yang akan diterapkan di kelas, merupakan upaya pembiasaan serta pembentukan sikap, karakter dan budaya etika mengkonsumsi makanan yang sehat dan ramah lingkungan. Kendati demikian, manfaat dari mengkonsumsi makanan organik dengan media pangan lokal tidak sekedar sebuah proses mengenalkan makanan, melainkan memberi manfaat dari segi pendidikan, gizi, kesehatan, sosial, psikologis dan peduli lingkungan. Media pangan lokal secara


(20)

7

psikologis diharapkan mampu memberikan rangsangan terhadap perubahan sikap dan karakter, yang mengacu pada perubahan perilaku baik atau tidak baik sebagai akibat dari pembelajaran yang diterima saat melakukan aktifitas konsumsi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini di arahkan untuk membantu para peserta didik di SMP Satu Atap Negeri Sering mempersiapkan diri untuk hidup lebih sehat dan lebih produktif dalam mengelola lingkungan. Untuk itu, metode yang paling sistematis dan efisien untuk meningkatkan kesehatan dan peduli lingkungan generasi pemuda Indonesia adalah untuk membentuk perilaku konsumsi makan yang bergizi dan aktivitas fisik yang sehat sejak usia dini. Selain masalah kesehatan, peserta didik juga diajarkan untuk ambil bagian dalam menjaga dan melestarikan lingkungan yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka kehidupan sehari-hari.

Mengingat pentingnya meningkatkan kemampuan kecerdasan ekologi (ecoliteracy) peserta didik di SMP Satu Atap Negeri Sering dalam mengkonsumsi makanan organik. Perlu adanya desain pembelajaran yang tepat bagi guru dalam penerapan pendekatan, metode, teknik, dan model pembelajaran yang dapat menantang peserta didik secara pengetahuan dan keterampilan. Serta menjadikan pelajaran IPS sebagai pelajaran yang bermakna dengan penuh nilai-nilai yang dapat membentuk karakter sebagai warga negara Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif.

Upaya meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam pembelajaran IPS pada Kelas VII Semester II dengan mengacu pada pandangan bahwa pada usia remaja, peserta didik mengalami mengalami pase peralihan formal, dimana mulai dituntut berpikir abstrak dalam menyelesaikan permasalahan-permasalan kongkrit yang dihadapinya. Untuk itu, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus mengacu pada keunikan peserta didik yang mesti selalu di didik, dilatih, dan dikembangkan sesuai dengan potensinya, sehingga pengetahuan yang didapatkan menjadi bekal hidup di dalam masyarakat sampai mereka dewasa. Adapun model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang bervariasi, dengan harapan proses pembelajaran


(21)

8

mencapai tujuan yang seoptimal mungkin. Beberapa metode dan strategi mengajar tersebut antara lain metode ceramah, metode diskusi dan metode tanya-jawab. Selain pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang tepat, keberhasilan pengajaran juga ditentukan oleh kesiapan guru dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, karena tanpa adanya keterlibatan keduanya pembelajaran tidak mungkin tercapai dengan baik.

Pengembangan pembelajaran terpadu dalam penelitian ini mengambil suatu tema dari materi IPS kelas VII semester dua, yaitu “Memahami Kegiatan Ekonomi Masyarakat”, tema ini kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas dan

diperdalam dari berbagai sudut pandang ilmu-ilmu sosial. Pada akhirnya peserta didik tidak hanya memiliki keterampilan dalam melakukan analisis, menciptakan dan menggunakan berbagai sumber dari lingkungan peserta didik. Disamping itu, pembelajaran IPS dapat melatih peserta didik berpikir kritis, membangun pengetahuannya sendiri dan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dan mengambil keputusan terhadap beragam pilihan dan alternatif dari pengalaman sehari-hari di lingkungan tempat tinggal mereka.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, penulis berusaha melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organikdengan memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS. Alasan memilih media pangan lokal karena dekat dengan lingkungan peserta didik dan diharapkan mampu meningkatkan kompetensi ecoliteracy peserta didik yang berhubungan dengan kebiasaan konsumtif mereka dalam melakukan jajan di sekolah. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan media pangan lokal ini nantinya akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik agar menjadi insan yang cerdas dalam upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dan terampil dalam mengelolah lingkungan hidup.

Pengembangan media dan bahan ajar IPS berdasarkan prinsip-prinsip diatas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas sekaligus upaya perbaikan mutu pembelajaran, yang di initegrasikan dalam judul:


(22)

9

Peningkatan Ecoliteracy Peserta Didik dalam Mengkonsumsi Makanan Organik dengan Memanfaatkan Pangan Lokal sebagai Media Pembelajaran IPS” (Penellitian Tindakan kelas pada peserta didik kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan), Berikut ini merupakan tidak lanjut untuk menjawab permasalahan tersebut.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, untuk mengarahkan pembahasan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah melalui pemanfaatan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS efektif meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik di SMP Satu Atap Negeri Sering”? Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana guru mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS dapat meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII?

2. Bagaimana implementasi pemanfaatan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS, dapat meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII?

3. Kendala apa dan bagaimana cara guru mengatasinya pada saat memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS, guna meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII?

4. Bagaimana peningkatan ecoliteracy serta perubahan pola konsumsi peserta didik terhadap makanan organik setelah memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII?


(23)

10

Secara umum penulis mengharapkan melalui penelitian tindakan kelas ini, dapat diperoleh sebuah gambaran mengenai adanya upaya perbaikan terkait masalah kesehatan dan lingkungan dengan pemanfaatan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organika di SMP Satu Atap Negeri Sering”? Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini lebih diarahkan pada :

1. Mengetahui bagaimana guru mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajara IPS untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII.

2. Mengetahui bagaimana penerapan pemanfaatan pangan lokal sebagai media pembelajara IPS untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII.

3. Mengetahui bagaimana cara guru mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada saat memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajara IPS dalam meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII.

4. Mengetahui bagaimana peningkatan ecoliteracy serta perubahan pola konsumsi peserta didik terhadap makanan organik setela memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS di SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat dari segi teori

Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan memperkaya kajian PIPS terkait dengan ecoliteacy, terutama dalam meningkatkan pemahaman, kesadaran dan perilaku peserta didik dalam berinteraksi dengan


(24)

11

lingkungannya. Selain itu, dengan memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS yang dekat dengan lingkungan peserta didik, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik dalam memilih makanan yang aman bagi kesehatan untuk dikonsumsi serta bertanggung jawab memelihara dan melestarikan lingkungan hidup sebagai temapat beraktivitas dan menggantukan hidup.

2. Manfaat dari segi kebijakan

Secara praktis penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang diuraikan sebagai berikut:

1) Bagi peneliti, diharapkan memberikan manfaat untuk lebih mengkaji PIPS yang berorientasi pada ecoliteracy dengan memanfaatkan media dan sumber belajar lainnya, yang dekat dengan lingkungan peserta didik, yang dipadukan dengan model, metode dan strategi pembelajaran yang inovatif dan disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. 2) Bagi peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan ecoliteracy peserta didik dalam memilih makanan yang aman bagi kesehatan sehingga menjadi generasi yang sehat, kuat dan cerdas, serta senantiasa menjaga kelestarian lingkungan hidup sebagai wujud pengalaman belajar yang mereka lakukan sehari-hari dari bangku sekolah.

3) Bagi guru, dapat menambah wawasan mengenai media pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS, dan memberikan gambaran efektivitas keberhasilan pembelajaran dalam meningkatkan ecoliteracy peserta didik.

4) Bagi sekolah, dengan hasil penelitian ini, diharapkan menjadi bahan masukan yang berguna dalam merumuskan kebijakan sekolah, terkait kebiasaan konsumtif peserta didik, serta membiasakan peserta didik baik pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berorientasi peduli lingkungan (ecoliteracy), guna mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan berwawasan lingkungan.


(25)

12

3. Manfaat dari segi praktik

Penelitian ini dapat memberikan alternatif sudut pandang atau solusi dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan dan lingkungan yang dihadapi peserta didik dalam kehiduan sehari-hari, selain itu menjadikan pembelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang pekah terhadap masalah kesehatan dan lingkungan. Pada akhirnya peserta didik tidak hanya memiliki keterampilan dalam melakukan analisis, menciptakan dan menggunakan berbagai sumber dari lingkungan. Di samping itu, pembelajaran IPS dengan media pangan lokal dapat melatih peserta didik berpikir kritis, membangun pengetahuannya sendiri dan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dan mengambil keputusan terhadap beragam pilihan dan alternatif dari pengalaman sehari-hari di lingkungan tempat tinggal mereka. Peserta didik juga mampu mengimplementasikan apa yang sudah dipelajari dari materi ”memahami kegiatan ekonomi masyarakat”, dan dapat berkontribusi langsung dengan menghasilkan suatu karya atau produk yang bernilai ekonomi, serta memiliki kecakapan hidup (life skill) sebagai modal mengarungi hidup ditengah masyarakat. Dengan harapan semoga apa yang telah didapat dari belajar IPS dengan memanfaatkan pangan lokal untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik tidak hanya berdampak pada kelas VII yang menjadi subjek penelitian, akan tetapi juga berdampak terhadap luas terhadap seluruh peserta didik yang ada di SMP Satu Atap Negeri Sering dan masyarakat secara umum.

4. Manfaat dari segi isu serta aksi sosial

Manfaat sosial dari penelitian ini, sebagai sarana untuk memberikan pengalaman belajar bagi guru dan peserta didik dengan pemahaman pentingya masalah kesehatan dan lingkungan serta masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik. Terutama menyangkut jajanan makanan yang sehat dan higenis yang dapat menunjang pertumbuhan mereka sebagai generasi harapan bangsa yang sehat jasmani dan rohani. Manfaat sosial lain yang didapat guru dan peserta didik dari pembelajaran IPS dengan menggunakan media pangan lokal, adalah


(26)

13

mampu meningkatkan kompetensi ecoliteracy peserta didik dalam mengonsumsi makanan organik. Di samping itu, dengan metode dan strategi pembelajaran yang variatif dan inovatif dalam penelitian ini, menjadi dinamika tersendiri bagi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran karena mampu melibatkan peserta didik secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya, menemukan masalah, merumuskan masalahdan memecahkan permasalahan yang terkait pola konsumsi yang berdampak pada kesehatan dan lingkungannya.

E. Sistematika Penulisan

Guna memdahkan penulisan, maka penyusunan penelitian akan dijabarkan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PadaBab ini terdiri dari sub pokok tentang; Pendahuluan, latar belakang penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Pada Bab ini peneliti memaparkan berbagai leteratur yang yang menjadi acuan peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun teori yang digunakan berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dari para ahli dan peneliti yang telah melakukan penelitian sebelumnya mengenai masalah yang dikaji.

BAB III Pada Bab ini meliputi tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yang meliputii; Metode Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Tahapan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Validitas dan Realibitas Data, dan Analisis Data yang akan dilakukan oleh peneliti.

BAB IV Dalam Bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang terkait dengan aspek-aspek dalam rumusan penelitian, yang terkait upaya peningkatan ecoliteracy peserta didik dengan menggunakan media pangan lokal dalam pembelajar IPS di kelas.

BAB V Pada Bab ini merupakan penutup dari hasil penelitian yang dilakukan yang berisi simpulan dan rekomendasi untuk pihak-pihak terkait guna pengembangan penelitian selanjutnya.


(27)

14

Kerangka penelitian merupakan rancangan untuk kegiatan penelitian agar dapat mengarahkan peneliti dalam merekonstruksi penelitian secara logis dan sistematis. Adapun alur penelitian ini, digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian

Rumusan masalah

Apakah dengan memanfaatkan pangan lokal sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik di SMP Satu

Atap Negeri Sering? Latar Belakang

Keprihatinan peneliti sebgai guru IPS di SMP Satu Atap Negeri Sering yang melihat perilaku peserta didik yang cenderung konsumtif dalam memilih jajanan makana instan (junkfood) dan makanan capat saji (fastfood) yang mereka lihat

daritanyangan iklan di media.

Identifikasi masalah

• Kurangnya pemehaman peserta didik terhaddap kelestarian lingkungan.

• Pembelajaran konvensional kurang memotivasi peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap kelestarian lingkungan

• Kebiasaan konsumsi peserta didik yang tidak memperhatikan dampak terhadap kesehatan dan lingkungannya.

• Kondisi peserta didik yang lebih senang makanan instan (junk food) dan makanan cepat saji (fast food), daripada mengkonsumsi makanan organik yang higenis dari pangan lokal khas daerahnya.

Media Pembelajaran

Pangan lokal

Tujuan Penelitian

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan ecoliteracy peserta

didik dalam mengkonsumsi makan

organik

Teori-teori belajar yang mendukung penelitian

Metodologi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Metode dan Strategi Pembelajaran

Validasi Data Interpretasi Data Pengolahan

Data Teknik Pengumpulan

Data

Kesimpuln Penelitian

Bahan pangan lokal sebgai media pembelajaran IPS dapat meninggkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ecoliteracy peserta didik di SMP Satu Atap Negeri Sering


(28)

59

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (ClassroomActionResearch) yang merupakan bagian dari tradisi penelitian kualitatif, dengan asumsi bahwa pengetahuan dapat dibangun dari pengalaman, dalam rangka usaha mengembangkan strategi pembelajaran yang efesien dan efektif pada situasi yang alami khususnya pengalaman yang diperoleh melalui tindakan (action). Menurut Creswell, (dalam Wiriaatmadja, 2009, hlm. 8) bahwa “penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah -masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda. PTK merupakan bagian dari penelitian yang sifatnya kualitatif”. Salah satu bentuk kajian inkuiri yang termasuk kualitatif adalah penelitian emansipatoris tindakan yang merupakan studi mikro untuk membangun ekspresi konkret dan praktis aspirasi perubahan di dunia pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja para praktisinya.

Pelaksanaan penelitian tindaka di kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering, dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas dengan menggunakan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan berfokus pada peningkatan ecoliteracy peserta didik. Guna meningkatkan kompetensi ecolitracy peserta didik, peneliti mengacu pada indikator ecoliteracy yang dikembangakan oleh Center for Ecoliteracy yang meliputi aspek pengetahuan (head/cognitive), aspek sikap (heart/emotional), aspek keterampilan (hand/active) dan aspek spiritual (spirit/connectional). Untuk aspek spiritual (spirit/connectional) dalam penelitian ini akan di integrasikan ke dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai kurikulum KTSP yang masih di pergunakan di SMP Satu Atap Negeri Sering.

Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, ada beberapa prinsip yang menjadi perhatian peneliti yaitu:


(29)

60

1) Penelitian berawal dari keprihatinan melihat perilaku peserta didik di SMP Satu Atap Negeri Sering yang senang mengkonsumsi makanan instan (junk food). Selain itu, guru masih menggunakan metode konvensional, belum menemukan metode mengajar yang tepat dalam menghubungkan materi pelajaran dengan permasalahan sosial yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan nyata.

2) Bahwa pemilihan materi “Memahami Kegiatan Ekonomi Masyarakat” dalam buku paket IPS kelas VII semester dua. Sudah sesuai standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar(KD) serta mengacu pada program semester yang telah ditetapkan dalam kurikulum sekolah di SMP Satu Atap Negeri Sering, yaitu18 jam pelajaran (9 kali pertemuan) atau tepatnya satu bulan dua minggu, mulai dari bulan Maret sampai bulan April.

3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SMP Satu Atap Negeri Sering sebagai bentuk antisipasi dan perbaikan masalah kesehatan dan lingkungan peserta didik dengan memanfaatkan pangan lokal yang ada di Desa Sering sebagai media pembelajaran IPS. Sekaligus sebagai upaya meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik.

4) Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik pembelajaran yang bervariasi. Adapun teknik pengumpulan data berupa observasi terbuka, wawancara dengan guru mitra dan siswa, dokumentasi, tes tertulis, lembar penilaian sikp, lembar penilaian keterampilan serta lembar penilaian pengetahuan dalam bentuk LKS yang diskusikan dan dipresentasikan peserta didik.

5) Pelaksanaan penelitian tindakan di kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering ini dilakukan bersam guru mitra. Dengan harapan dapat menjadi proses yang berkelanjutan (on-going), dalam melakukan perbaikan sebagai guru yang menyajikan proses pembelajaran, dan guru mitra sebagai pengamat (observer) atau kolaborator.


(30)

61

Dari berbagai penjelasan yang telah di paparkan di atas, dapat memberikan gambaran bahwa penelitian tindakan kelas di SMP Satu Atap Negeri Sering, merupakan suatu proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk reflesi diri, yang melibatkan guru dan peserta didik dalam situasi pembelajaran. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melakukan suatu perbaikan terhadap kondisi, prilaku, dan kemampuan peserta didik melalui beberapa siklus sampai memperoleh hasil yang ideal. Dalam hal ini, penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering dengan empat tahapan, yaitu perancangan tindakan (planing), pelaksanaan tinddakan (action), observasi dan evaluasi (observation and evaluation) serta refleksi (reflection).

B. Prosedur Penelitian

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan selama berlangsungnya proses tindakan adalah observer Arikunto (2002, hlm. 17). Adapun alur yang digunakan adalah model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja 2010, hlm. 66). Pada model ini Kemmis dan Taggart melakukan empat tahapan kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terjadi pada setiap siklus, yaitu:

Gambar. 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Tagart (dalam Wiriaatmadja 2010, hlm. 66)

Adapun langkah-langkah penelitian tidakan kelas dalam penelitian ini sebagai berikut:


(31)

62

Rencana merupakan salah satu dari serangkaian tindakan yang disusun secara fleksibel yang bertujuan menentukan prosfektik pembelajaran di kelas guna mengantisipasi kendala-kendala dan peristiwa-peristiwa tak terduga baik yang bersifat material maupun non material yang sebelumnya tidak terlihat. Artinya peneliti hendaknya memperhitungkan secara efektif tahapan-tahapan pembelajaran, lebih bijaksana dalam memperlakukan peserta didik, serta cermat dalam memenuhi kebutuhan peserta didik dalam perkembangan belajar di kelas Kunandar (2011, hlm. 91-92)

Pada tahapan ini peneliti menyusun serangkaian rencana yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan di kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Adapun rencana yang disusun sebagai berikut:

1) Sebagai langkah awal penelitian ini, peneliti membuat proposal penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan SMP Satu Atap Negeri Sering.

2) Melakukan orientasi lapangan dengan mengajukan izin kepada Kepala Sekolah SMP Satu Atap Negeri Sering, sekaligus sosialisasi terhadap piahak sekolah.

3) Menentukan peserta didik di kelas VII SMP Satu Atap Sering sebagai subjek penelitian.

4) Meminta kesediaan Ibu HL sebagai guru IPS untuk menjadi kolaborator atau observer dalam penelitian yang akan dilaksanakan di kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering.

5) Menyusun kesepakatan dengan Ibu HL sebagai mitra guru terkait waktu kegiatan penelitian tindakan di kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering. 6) Menentukan metode dan teknik pembelajaran yang akan diterapkan

pada penelitian di kelasVII SMP Satu Atap Negeri Sering.

7) Menyusun RPP yang akan digunakan saat proses pembelajaran dalam kegiatan penelitiandi kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering.


(32)

63

pembelajaran demi ketercapaian indikator-indikator ecoliteracy yang telah dirancang.

9) Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, terkait aspek pengetahuan (head/cognitive), aspek sikap (heart/emotional), aspek keterampilan (hand/active), sehingga dapat mengukur peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam mengkonsumsi makanan organik melalui pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai media pembelajaran IPS.

10) Merencanakan diskusi balikan dengan guru mitra terkait kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pelaksana pembelajaran pada setiap siklusnya.

11) Peneliti bersama guru mitra menyusun rencana perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya sebagai tindak lanjut dari temuan siklus sebelumnya.

12) Mengelolah data yang didapatkan dari hasil penelitian, baik melalui lembar observasi, wawancara dengan guru mitra dan peserta didik, dokumentasi, tes tertulis, serta lembar kerja peserta didik.

2. Tindakan (act)

Fokus perhatian selanjutnya dalam penelitian yaitu tindakan (action), yang merupakan kegiatan inti dari suatu penelitian. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan serangkaian tindakan dari guru selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung. “Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berfokus pada perencanaan yang telah disusun” Sanjaya (2010, hlm. 79). Tindakan sebagai langkah selanjutnya setelah perencanaan, perlu dilakukan secara hati-hati, praktis, terencana dan terkontrol secara seksama sesuai dengan fokus masalah. Agar dapat terealisasi dengan baik, tindakan tersebut harus mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur.

Penjabaran langkah-langkah pada tahapan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:


(33)

64

2) Menerapkan metode pembelajara yang sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan menggunakan media pangan lokal untuk meningkatkanecoliteracy pada mata pelajaran IPSMP Satu Atap Negeri Sering.

3) Menerapkan instrumen penelitian yang telah disusun sebagai alat observasi, untuk melihat, merekam, dan mencatat aktivitas peserta didik dalam memanfaatkan median bahan pangan organik dalam pelaksanaan pembelajaran IPS.

4) Melakukan evaluasi pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan, sikap keterampilan, dalam rangka peningkatan kompetensi ecoliteracy peserta didik.

5) Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra. 6) Melaksanakan pengolahan data

7) Melakukan perbaikan pada siklus berikutnya sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan dengan guru mitra.

3. Pengamatan (Observe)

Observasi pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berfungsi mendokumentasi aplikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam keunggulan antara lain; memiliki orientasi prospektif, dan memiliki dasar-dasar reflektif. Seperti dalam perencanaan, observasi yang terstruktur dan fleksibel serta terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.

Pada tahap observasi (observe), peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran, yang di dampingi guru mitra sebagai observer yang mengamati, mencatat dan merekam aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian tersebut dapat mendokumentasikan implikasi tindakan yang diberikan kepada peserta didik. Kemudian hasil observasi sebagai dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar untuk melakukan tindakan selanjutnya.


(34)

65

1) Pengamatan terhadap keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian yakni kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering.

2) Pengamatan mengenai kesesuaian kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan media pangan lokal, serta kesesuaian pokok bahasan yang dipilih dalam RPP yang telah disusun.

3) Pengamatan kesesuaian metode belajar dengan kaidah-kaidah teoritis yang digunakan dengan memanfaatkan pangan lokal yang ada di Desa Sering

4) Pengamatan terhadap keefektifan peningkatan ecoliteracy peserta didik melalui pemanfaatan media pangan lokal dengan pendekatan pembelajaran yang bervariasi pada mata pelajaran IPS di kelas VII. 4. Refleksi (Reflect)

Kegiatan refleksi merupakan kegiatan menganalisis dan menginterprestasi informasi dari pelaksanaan tindakan. Artinya peneliti bersama dengan guru mengkaji, melihat, dan memutuskan hasil dari tindakan, baik terhadap proses maupun hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Apakah masih ada bagian-bagian atau hal-hal yang perlu dihilangkan atau ditekankan. Selanjutnya hasil analisis dijadikan bahan refleksi untuk penyusunan rencana berikutnya, berkaitan dengan konsekuensi langkah-langkah pembelajaran yang mana perlu direduksi atau lebih diintensifkan lagi.

Pada tahap ini peneliti dan kolaborator akan mendiskusikan berbagai hal yang didapat dari hasil pengamatan terhadap tindakan, baik berupa peningkatan atau kekurangan. Selanjutnya setelah menemukan permasalahan atau kekurangan dalam proses belajar mengajar, selanjutnya disusun strategi perbaikan untuk diterapkan pada tindakan berikutnya. Wiriaatmadja (2009) memberikan ilustrasi mengenai hubungan “partnership” antara peneliti dan guru mitra atau kolaborator

sebagai parner kerja sebagai berikut:

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan.


(35)

66

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk dilakukan pada siklus selanjutnya.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Menurut Nasution (2003, hlm. 32), bahwa “yang dimaksud dengan lokasi penelitian menunjuk pada pengertian lokasi sosial yang dicirikanoleh adanya tiga unsur yaitu, tempat, pelaku, dan kegiatan”. Untuk itu, lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Satu Atap Negeri Sering yang beralamat di Desa Sering Kecamatan Donri Donri Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini, karena merupakan tempat bertugas tetap sebagai staf pengajar mata pelajaran Pendidikan IPS, sehingga diharapkan kegiatan penelitian yang dilakukan dapat memberikan kontribusi positif bagi sekolah tersebut.

Pemilihan subjek dilakukan secara purposive sampling yaitu subjek penelitian ditentukan sendiri dengan memilih salah satu kelas yang dapat dijadikan subjek penelitian. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Lincoln dan Guba (1985) bahwa yang dimaksud subjek penelitian adalah sumber data yang dapat memberikan informasi atau dapat membantu perluasan teori yang dikembangkan. Subjek penelitian dapat berupa hal, peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi atau responden yang dapat diwawancara.

Subjek penelitian adalah peserta didik SMP Satu Atap Negeri Sering kelas VII semester dua tahun pelajaran 2014-2015 pada mata pelajaran IPS dengan jumlah peserta didik 21 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan 13 perempuan. Selanjutnya, dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti dibantu oleh guru mitra. Karena penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, maka yang menjadi kolaborator utama adalah guru yang mengajar mata pelajaran IPS. Guru mitra yang dimaksud adalah HL, yang posisinya sekarang ini menggantik peneliti selama menjalankan tugas belajar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. HL adalah guru mata pelajaran IPS di SMP Satu Atap Negeri Sering dengan pengalaman mengajar selama 9 tahun terhitung sejak jadi PNS, dan


(36)

67

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada proses penelitian merupakan langkah yang paling penting untuk memperoleh data yang diperlukan dan nantinya sebagai pembuktian. Menurut Arikunto (2002, hlm. 99-100), data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan imformasi adalah pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran yang bervariasi selama proses pelaksanaan tindakan. Teknik pengumpulan data melalui lembar observasi terbuka, yaitu observasi peranserta (participation observation), wawancara mendalam (in depth

interview) dan dokumentasi Sugiyono (2010, hlm. 309).

Karena PTK merupakan penelitian kualitatif, maka menurut Mulyasa (2010) proses pengumpulan data harus memperhatikan empat prinsip etika dalam penelitian, yaitu:

1) Identitas subjek harus dilindungi sehingga data yang diperoleh tidak mempermalukan atau menjatuhkan mereka. Untuk itu, peneliti menggunakan proses pengkodean terhadap subjek sehingga kerahasiaannya dapat terjaga. 2) Antara subjek dan penelitian jangan ada jarak. Artinya, antara peneliti dengan

subjek harus dibangun kerjasama, demi mencapai tujuan penelitian secara efektif dengan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

3) Dalam hal pengurusan izin penelitian, perlu menjelaskan kepada peserta didik yang diteliti tentang maksud dan tujuan penelitian. Untuk itu, persetujuan harus dituangkan secara tertulis dan ditandatangani serta ditembuskan kepada orang-orang yang berkepentingan.

4) Ceritakan dengan jujur ketika melakukan penulisan dan melaporkan suatu penemuan. Untuk kepentingan tersebut dalam penelitian kualitatif ada tahapan yang disebut member check, yakni mengadakan pengecekkan kembali terhadap sumber data tentang apa yang ditulis sebagai laporan penelitian (hlm. 24)


(37)

68

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut:

Tabel 3.1 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Kompetensi Teknik Bentuk Instrumen

Pengetahuan (head/cognitive)

Tes Tertulis Soal uraian

Diskusi dan presentasi Lembar kerja kelompok Sikap

(heart/emotional)

Observasi (langsung) Lembar penilaian sikap Wawancara Pedoman wawancara Keterampilan

(hand/active)

Observasi (langsung) Lembar penilaian keterampilan

Penugasa Membuat makalah

Praktik Penilaian Produk

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik dalam mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Menurut Satori dan Komariah (2010, hlm. 105), “observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian”. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula dengan teknik pengamatan, yakni mengamati gejala yang diteliti. Pelaksanaan observasi yang dilakukan baik oleh observer maupun peneliti adalah mengamati apa yang terjadi di lapangan secara alamiah tanpa harus berpatokan pada pertimbangan benar dan salah menurut teori. Observasi bisa berupa ikut serta dalam kegiatan (partisipatif) dan hanya mengamati (non-partisipatif) Sukmadinata (2005, hlm. 220). Karena itu, menurut Arikunto (1999, hlm. 234) teknik yang paling efektif dalam melakukan obsevasi adalah peneliti melengkapi diri dengan format instrumen atau lembar pengamatan.

Dalam hal ini, penyajian langkah-langkah pembelajaran dilakukan sebgaimana peneliti memulai dengan pengumpulan data melalui observasi. Menurut Wiriaatmadja (2009, hlm. 106) ada tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


(38)

69

observasi berarti segala sesuatu yang terjadi di kelas harus diamati dan dikomentari dalam catatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, hanya memfokuskan keadaan khusus di kelas seperti kegiatan tertentu atau praktik pembelajaran tertentu, yang sudah didiskusikan sebelumnya. Peneliti sebaiknya mengamati secara lugas terhadap fokus observasi.

2) Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara cermat, ukuran-ukuran baik, cukup, kurang, dan ukuran lain yang dipakai dalam pertimbangan observasi dibicarakan terlebih dahulu, kemudian disetujui. Hal ini akan menghindarkan kesalahpahaman antara guru mitra dan peneliti, apabila akan melakukan diskusi dan refleksi sesudah penampilan tindakan dilakukan. Kriteria observasi ini selanjutnya akan menjadi penentu apakah pengumpulan data penelitian mengikuti standar tersebut, atau tidak Wiriaatmadja (2009, hlm. 105)

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga fase esensial yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan. Peneliti dan observer mendiskusikan rencana pembelajaran pada pertemuan perencanaan, selanjutnya melakukan observasi kelas dengan tujuan untuk mengumpulkan data objektif dari proses pembelajaran serta melakukan analisis data dalam diskusi balikan. Dalam proses observasi peneliti atau observer membuat catatan lapangan (field notes). Selain itu pengamat pun membuat catatan reflektif yang disusun pada saat catatan lapangan sedang dikerjakan, seperti yang ditampilaka dalam bagan berikut ini:

Fase Observasi

Pertemuan perencanaan


(39)

70

Gambar: 3.2 Fase observasi Wiriaatmadja (2009, hlm. 106)

Hopkins (1993) (dalam Wiriaatmadja, 2009, hlm. 110-115) menjelaskan bahwa ada tiga jeni observasi yaitu: 1) observasi terbuka adalah apabila peneliti atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas, 2) observasi terfokus adalah apabila penelitian memfokuskan permasalahan kepada upaya-upaya guru dalam penelitian dan 3) observasi terstruktur adalah observasi yang dilakukan dengan menggunakan kriteria pengamatan yang disetujui oleh mitra peneliti, maka selanjutnya tinggal menghitung (mentally) saja berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap peserta didik yang sedang diteliti itu ditampilkan. Observasi sistematis merupakan bentuk pengamatan yang dirancang beserta kualifikasinya dengan kreatif atas persetujuan bersama.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi terbuka. Pemilihan observasi terbuka karena peneliti dan kolaborator dapat melakukan pengamatan langsung, baik terhadap aktivitas peserta didik maupun metode pengajaran guru di dalam kelas. Selain itu, lembar observasi yang digunakan memuat keterangan yang ditujukan untuk memuat saran-saran observer, atau kekurangan-keterangan yang berhubungan dengan aktivitas guru selama proses pembelajaran yang tidak termuat dalam lembar observasi.

2. Wawancara

Wawancra adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interview), dengan menggunakan alat panduan wawancara (interview guide) Nazir (2005, hlm. 193-194). Sedangkan menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte (dalam Wiriaatmadja, 2009, hlm. 117) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Hal serupa juga dikemukakan oleh Hopkins (1993) (dalam Wiriaatmadja, 2009, hlm. 117) wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas


(40)

71

dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai adalah peserta didik dan guru IPS, mereka ini disebut informan kunci (key informants).

Dalam penelitian, wawancara diperlukan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan melengkapi data yang dibutuhkan. Dengan demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar wawancara dapat berlangsung efektif dan lancar, antara lain:

a. Mempelajari dan menguasai pertanyaan yang diajukan.

b. Menguji coba pertanyaan tersebut kepada diri sendiri, untuk mengetes apakah kita tahu benar maksud pertanyaan itu. Lalu diuji cobakan pada orang lain atau teman sebagai latihan.

c. Memikirkan waktu yang cocok untuk menemui responden mengingat pekerjaan yang menjadi kewajibannya.

d. Mengulangi pembacaan pertanyaan selama wawancara, bukan mengintervensi Singarimbun (dalam Adi. 2004, hlm. 75).

Selanjutnya teknik wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini, dilakukan setelah pelaksanaan tindakan. Adapun instrumen wawancara yang digunakan adalah berbentuk uraian yang diperuntukan kepada peserta didik dan guru IPS kelas VII SMP Satu Atap Negeri Sering, yang ikut terlibat langsung dalam kegiatan penelitian, dengan tujuan mendapatkan gambaran realitas pembelajaran, baik kelemahan-kelemahannya serta upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kondisi belajar peserta didik.

3. Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan metode pengumpulan data dengan jalan memberikan tes kepada responden sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini tes tertulis digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilaksanakan. Tes ini dinamakan tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Berbeda dengan jenis tes lainnya, tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan. Dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS yang


(41)

72

pencapaian pengetahuan (head/cognitive) peserta didik dan diberikan pada setiap akhir pelaksanaan siklus.

4. Dokumen

Menurt Satori dan Komariah (2010, hlm. 149) studu dokumentasi adalah kegiatan mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian, lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Semntara mengenai jenis dokumen, menurut Nasution (2003, hlm. 85), “dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi”. Berkaitan denga hal penelitian tindakan kelas, Peneliti mendeskripsikan setting aktivitas orong-orang yang terlibat berlangsung, dan dalam mengumpulkan data, ada bermacam-macam dokumen yang dapat digunakan. Misalnya: silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, laporan diskusi, berbagai macam ujian dan tes, laporan tugas peserta didik, contoh essay yang di tulis peserta didik dan lain-lain.

Dokumentasi dilakukan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan-catatan dan foto hasil tindakan yang dilakukan peneliti pada setiap siklusnya, guna melihat apabila suatu saat terjadi kekeliruan sumber datanya. Sehingga data yang diperoleh dapat lebih akurat untuk melihat peningkatan atau penurunan kemampuan ecoliteracy peserta didik dalam pembelajaran IPS melalui mengkonsumsi makanan organik dengan pemanfaatan bahan pangan lokal.

5. Lembar Kerja Kelompok

Lembar kerja kelompok peserta didik merupakan rubrik yang diberikan kepada peserta didik, digunakan sebagai bahan diksusi kelompok yang kemudian di diskusikan dalam diskusi kelas. Lembar kerja tersebut berisi rubrik atau wacana yang dikemas peneliti, dengan beberapa pertanyaan yang disusun berdasarkan indikator-indikator berpikir kritis yang akan dicapai seperti: mengidentifikasi dan memahami masalah, menanyakan dan menjawab permasalahan, menafsirkan dan menyimpulkan, serta menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Kemudian data dari hasil pengerjaan lembar kerja tersebut selanjutnya dianalsis dengan cara melihat persentase tiap skor total yang diperoleh peserta didik, setelah hasil yang


(42)

73

diperoleh kemudian diklasifikasikan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang dengan menggunakan skala lima.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian tindakan kelas sebagai bagian dari penelitian kualitatif menurut Wiriaatmadja (2009, hlm. 96) adalah peneliti, “peneliti merupakan instrumen satau-satunya, karena penelitilah yang berperan penting dalam menghadapi situasai yang berubah-ubah dan tidak menentu”. Peneliti sebagai instrumen menurut Nasution (2003,hlm. 55-56).) sangat tepat untuk tradisi penelitian kualitatif karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1) Peneliti sebagai alat peka yang dapat bereaksi dan berinteraksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang senantiasa berubah-ubah, peneliti juga harus mempertimbangkan bermakna atau tidaknya data tersebut. 2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek dan

situasi serta dapat mengumpulkan bermacam-macam data sekaligus. 3) Tiap situasi merupakan keseluruhan dari data. Bahwa hanya manusia

sebagai instrumen yang dapat memahami keseluruhan situasi dengan segala seluk-beluknya, artinya tes atau angket tidak dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali oleh peneliti.

4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, peneliti tidak dapat memahami dengan pengetahuan semata. Oleh karena itu, peneliti perlu memahami, merasakan dan menyelaminya.

5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh dari lapangan dengan cepat.

6) Manusia sebagai instrumen, dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan dan dapat menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau perbaikan.

7) Karena manusia sebagai instrumen, kejadian yang aneh atau menyimpang akan mendapat perhatian lebih, bahkan respon yang bertentanga sekalipun


(43)

74

dapat digunakan untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan pemahaman mngenai aspek yang diteliti Nasution (2003,hlm. 55-56).

Untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik maka dirancang kisi-kisi intrumen sebagai berikut:

Standar Kompetensi : Memahami kegiatan ekonomi masyarakat

Kompetensi Dasar : 6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.

6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa

6.4 Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan.


(44)

76

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Set of core competencies

from The Center for Ecoliteracy

SK /KD IPS Kelas VII dalam Kurikulum 2006

Indikator Keberhasilan Standar Kompetensi(SK) Kompetensi Dasar (KD)

Aspek Pengetahuan (Head/Cognitive)

Approach issues and

situations from a systems perspective

Understand

fundamental ecological principles

Think critically, solve

problems creatively, and apply knowledge to new situations

Assess the impacts and

ethical effects of human technologies and actions

Envision the long-term

consequences of decisions

6.Memahami kegiatan ekonomi masyarakat

6.1. Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.

6.2. Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa

6.4. Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan

kesejahteraan.

1. Peserta didik dapat mendeskripsikan jenis usaha dan mata pencaharian penduduk yang ada di lingkungannya.

2. Peserta didik dapat mengidentifikasi tanaman pangan lokal yang dibudidayakan penduduk di lahan di sekitar lingkungannya. 3. Peserta didik dapat mendeskripsikan pengertian makanan orgaik

dan bahan pangan lokal

4. Peserta didik dapat mengklasifikasikan jenis-jenis bahan pangan lokal organik dan bukan orgaik yang dikonsumsi peserta didik dan keluarga

5. Peserta didik dapat memahami manfaat dengan mengkonsumsi makanan organik dari pangan lokal. bagi kesehatan dan lingkungan.

6. Peserta didik dapat menjelaskan bahaya penggunaan bahan sintetik bagi lingkungan dan kesehata.

7. Peserta didik dapat mengidentifikasi zat-zat yang terkandung dalam bahan pangan lokal dan manfaatnya bagi kesehata. 8. Peserta didik dapat mengidentifikasi peran pemerintah dalam

mengurangi jajanan berbahaya bagi lingkungan dan kesehata 9. Peserta didik dapat menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang mengkonsumsi bahan pangan lokal organik.

10.Peserta didik dapat mendeskripsikan berbahaya mengkonsumsi jajanan makanan instan (junk food) yang berdampak bagi lingkungan dan kesehatan.

Aspek Sikap (Heart/ Emotional)

6.Memahami kegiatan ekonomi masyarakat

6.1. Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi

1. Peserta didik memiliki kesadaran mengurangi mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat.


(1)

154

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R. (2004). Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit,

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. ed. Rev. IV. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Banks, J.A. (1977). Teaching Strategies for the Social Studies. New York: Longman

Baliwati, dkk,. (2004). Pengatar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Capra, F. (2002). Jarring-Jaring Kehidupan Visi Baru Epistemologi dan

Kehidupan. Terjemahan oleh Saut Pasaribu. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

Capra,F.(2009). The Hidden Connections (Strategi Sistimatik Melawan Kapitalisme Baru). Surabaya: PT.Jalasutra.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Goleman, Daniel. (2010). Ecological Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik Produk-Produk Yang Kita Beli. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D and Barlow, Z (2012). Ecoliterate: How Educators are Cultivating

Emotional, Social an Ecological Intelligence. Jossey Bass. A Wiley Imprint. USA Healdsburg, CA: Watershed Media.

Hamza, S. (2013). Pendidikan Lingkungan Hidup, Sekelumit Wawasan Pengantar. Bandung: Refika Aditama

Hudojo, H. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional

Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan, Jakarta: PT Bumi Aksara

Jarolimek, J., & Parker, W. C. (1993). Social studies in Elementary School. (9th ed.) New York: Macmillan Publishing Company.

Jayanata, C E., dan Kholil, A., (2013). Gaya Hidup Organik: Sehat tanpa Mahal. Bandung: Qanita

Kahn, R. (2010). Critical Pedagogy, Ecoliteracy, & Planetary Crisis, The edagogy Movement, New York: Peter Lang Publishing.


(2)

155 Kunandar (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2010). Renstra Kemdikbud 2010-2014. Jakarta: Kemdikbud.

________________. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta: Kemendikbud

________________. (2013). Peraturan menteri pendidikan kebudayaan Republik Indonesia No. 81A lampiran VI. Tahun 2013. Tentang Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Kemendikbud

________________. (2014). Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013 SMP Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarrta: Kemendikbud

Kemmis, S. & Mc. Taggart, R. (1988). The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.

Keraf, S. (2010). Etika Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Koes, S. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Technical Cooperation for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Scondary Education in Indonesia (IMSTEP) Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Keraf, S. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup, Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan (bersama Fritjop Capra). Yogyakarta: Kanisius.

Komalasari, K. ((2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Lincoln, Y. & Guba, E,. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverlly Hills London, New Delhi: sage Publications.

Majid,A.& Firdaus, A.S. (2014). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: Interes Media

Mulyasa. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mutakin, A. (1998) Model Pembelajaran IPS. Jakarta : P3MTK-Ditjen Dikti. Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri. Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(3)

156 Nazir, M. (2005). Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.

NCSS. (1994). Curriculum Standard forSocial Studies: Expectation of Excellence Washington.

Orr, D.W. (1992). Ecological Literacy Education and the Transition to a postmodern world. New York: State University Of New York Press. Palmer,J. & Neal, P. (2003) The Handbook of Environmental Education, London

and New York : Published in the Taylor & Francis e-Library.

Sadiman. (1984). Media Pendidilkan Pengertian, Pengembanagn dan Pemanfaatan. Jakarta: CV. Raja Wali.

Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; Kencana PrenadaMedia Group.

Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Santoso, S. dan Ranti, A. L. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta Satori dan Komariah (2010) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,

2010

Sastroamidjojo, S., (1995). Makanan Tradisional, Status Gizi, dan Produktivitas Kerja.Dalam Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional. Jakarta: Kantor Menteri Negara Urusan Pangan

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setiawati, T. (Penyunting). (1993). Budaya dan masakan khas daerah/Indonesia I (bukupenunjangperkuliahan). Malang:Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas IKIP Malang

Soemantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Stone, M and Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy: Educating Our Children for a Sustainable World. San Francisco: Sierra Club Books.

Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni.

Sumaatmadja,N.(2012). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.


(4)

157 Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, N, S.(2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriatna, N. (2011). ‘Pengembangan Pendidikan Karakter melalui Green Curriculum dan Ecopedagogy dalam Pembelajaran IPS’. makalah, dalam Konvensi Nasional Pendidikan IPS di UPI, 14-15 Juli 2011.

Suprijono, A., (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM Yogyakarta: Pusaka Pelajar.

Suyono dan Harianto, (2011). Belajar dan Pembelajaran. Teori dan Konsep Dasar. Surabaya: Rosda

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

UNESCO. (2011). Education for Sustainable Development Country Guidelines for Changing the Climate of Teacher Education to Address Sustainability: Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines and Timor-Leste. Jakarta: UNESCO Office.

Waluyo, dkk. (2008). lmu Pengetahuan Sosial: kelas VII/untuk SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Winarno, F.G., (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wiriaatmadja, R. (2010) Metode Penelitin Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosadakarya

Yuliani N.S, dkk. III. (2005). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Penelitian Sebelumnya

Maskar DH. (2004). Assesment of Illegal Food Additives Intake from Street Food mong Primary School Children in Selected Area of Jakarta. Jakarta: Tesis Fakultas Kedokteran UI. (tidak dipublikasikan)

Suharjani, N. (2014). Mmengkaji Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di


(5)

158 Kelas VIII SMPN 35 Kota Bandung. Tesis IPS SPs UPI (Tidak dipublikasikan)

Nugraha, R.G. (2013). Meningkatkan Ecoliteracy Siswa SD melalui Metode Field-Trip Kegiatan Ekonomi pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Tesis Program Studi Pendidikan IPS SPs UPI (Tidak dipublikasika)

Solihin, F.K., (2013). Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV (empat) SDN Sindangsuka. Bandung: Tesis Program Studi Pendidikan IPS SPs UPI (Tidak dipublikasikan)

Sumber Internet

Al Zurjani, T. (2011). Sejarah (Sosial) Makanan di Indonesia: Sebuah Tinjauan

Singkat. [Online]. Diakses dari

http://alzurjani.blogspot.com/2011/12/sejarah-sosial-makanan-di-indonesia.html

Isparmo. ( 2013). Apa itu Makanan Organik [Online]. Diakses dari

http://www.pelangsingsehat.info/2013/01/apa-itu-makanan-organik.html

Dimas, D. (2013) Pengertian Makanan Organik [Online]. Diakses dari

http://dindadimas.blogspot.com/2013/ 10/ pengertianmakananorganik -manfaatnya.html

Hines et.al (2004). Global Issues and Environment Education[Online]. Diakses dari http://www.eriese.org/erie/digest-5/hml

Jehan, N. (2012). Seimbangkah Pola Makan Keluarga Anda [Online]. Diakses dari http://ylki.or.id/2012/11/seimbangkah-pola-makan-keluarga-anda/ Stone, M and Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy: Educating Our Children for

a Sustainable World (Bioneers). Sierra Club Books. [Online]. Diakses dari

http://www.ecoliteracy.org/books/ecological-literacy-educating-our-children-sustainable-worldartikel.

Supriatna, N. (17 Oktober 2013) Developing Green Behavior Through Ecopedagogy in Social Studies Learning in Elementary Schools in Bandung, Indonesi. [Online]. Diakses dari http://pips.upi.edu/berita-10-developing-green-behavior-through-ecopedagogy.html

Tedjasaputra, M.S., (2009) jangan-biarkan-anak-suka-jajan [Online]. Diakses dari


(6)

159 The Centre for Ecoliteracy (2011). [Online]. Diakses dari

http://www.ecoliteracy.org/discover/competencies

Susilowati (tt) Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal Sebagai Alternatif dengan Pengolahan Secara Internasional. [Online]. Diakses dari

http://digilib.unipasby.ac.id/download.php?id=256.

Sumber Jurnal

Antunes, A., & Gadotti, M. (2005). Eco-pedagogy as the Appropriate Pedagogy to the Earth Charter Process. In P. B. Corcoran (Ed.), to wards a sustainable world: The Earth Charter in action. Netherlands: Royal Tropical Institute (KIT publishers).

Gadotti, M. (2010). ‘Reorienting Education Practices towards Sustainability’ in the Journal of Education for Sustainable Development. Tahun 2010 edisi 4: 203

Pearson, D. et.al., (2013). Organic food: Exploring purchase frequency to explain consumer behaviour.Journal of Organic Systems, 8(2), 2013

Rhem, J. (1998). Problem Based Learning: An Instruction Forum: The National Teaching & Learning. 8,1-4.


Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATU ATAP PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATU ATAP BOYOLALI

0 2 17

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGANSEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATU ATAP PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATU ATAP BOYOLALI.

0 3 15

PENDAHULUAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATU ATAP BOYOLALI.

0 2 4

FOKUS PENELITIANPENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI SMP PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATU ATAP BOYOLALI.

0 2 54

PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS : penelitian tindakan kelas di SMP negeri 1 Tanjungsiang kelas VIII B.

7 21 46

Peningkatan Ecoliteracy Siswa Dalam Pemanfaatan Kebun Karet Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Saintifik (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 2 Beduai kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat).

0 6 29

PENINGKATAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM PEMANFAATAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS - repository UPI S IPS 1205065 Title

0 1 3

KEMAMPUAN GURU DALAM MEMANFAATKAN MEDIA

0 1 116

SMP NEGERI 1 SATU ATAP BOTOLINGGO TAHUN

0 0 2

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VII-A SMP NEGERI 2 MURUNG SATU ATAP Ratahayu SMP Negeri 2 Murung Satu Atap

0 0 15