KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM.

(1)

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA

KELAS SATU SDLB NPM

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh:

Lalu Rudy Hidayat NIM. 1204693

Pendidikan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(2)

Kajian Kesesuaian Pembelajaran Matematika dengan Capaian Perkembangan Kognitif pada Anak Tunagrahita

Kelas Satu SDLB NPM

Oleh:

Lalu Rudy Hidayat

Bandung

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Khusus

© Lalu Rudy Hidayat 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang keras memperbanyak sebagian atau seluruh Tesis ini dengan cara apapun tanpa izin dari penulis.


(3)

iii

PENGESAHAN

Disetujui dan Disahkan oleh, Pembimbing I

Juang Sunanto, Ph.D. NIP. 19610515 198703 1 002

Pembimbing II

Dr. Endang Rochyadi, M.Pd. NIP. 19560818 198503 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Khusus Sekolah Pascasarjana

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP. 19590414 198503 1 005


(4)

RINGKASAN ISI

Kajian Kesesuaian Pembelajaran Matematika dengan Capaian Perkembangan Kognitif Pada Anak Tunagrahita Kelas Satu SDLB NPM

Oleh:

Lalu Rudy Hidayat NIM. 1204693

Pembelajaran tepatnya dimulai dari kemampuan anak didik saat ini. Kemampuan saat ini merupakan bentuk kesiapan belajar. Kesiapan belajar Matematika berkaitan dengan perkembangan kognitif. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian pembelajaran Matematika (perencanaan dan pelaksanaan) dengan capaian perkembangan kognitif anak tunagrahita (ATG) kelas satu SDLB NPM. Untuk itu, digunakanlah pendekatan penelitian kualitatif, metode kualitatif-deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen. Teknik analisis data mengambil model Miles dan Huberman dengan tahapan: data reduction, data display dan conclution drawing. Hasil penelitian menunjukkan, adanya ketidaksesuaian. Hasil tersebut dapat dijadikan bahan refleksi bagi guru dan penyusunan program pelatihan berkala sehingga tercipta pembelajaran berkualitas.


(5)

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Mathematics Learning Compatibility With Cognitive Development Achievement on Children With Intellectual Disability of The First Grade of SDLB NPM

By:

Lalu Rudy Hidayat NIM. 1204693

Ideally, learning activity is started from the current ability from protege. Current ability is a form of learning readiness. Mathematics learning readiness is related with cognitive development. The aim of this research is to find out the mathematics learning (planning, and implementation) compatibility with the cognitive development achievement of children with intellectual disability of the first grade of SDLB NPM. For it is in use qualitative research approach, qualitative-descriptive method. The data collection technique employs observation technique, interview, and documentary study. The data analysis technique adopts Miles and Huberman model with phases: reduction data, display data and conclusion drawing. The result of the research shows no evidence of compatibility. This result of research can be used as a reflection for teachers and periodic training program compiling so that the qualified learning could be created.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Hak Cipta ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Pernyataan Keaslian Tesis... iv

Kata Pengantar ... v

Ucapan Terima Kasih ... vi

Ringkasan Isi ... viii

Abstract ... ix

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Bagan ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 5

1. Proses Kognitif ... 7

2. Tahap Perkembangan Kognitif ... 8

B. Perkembangan Kognitif Piaget dalam Matematika... 15

1. Pengertian Matematika ... 15

2. Tahapan Keterampilan Matematis ... 15

3. Prinsip Perkembangan dalam Pembelajaran Matematika... 17


(7)

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Pembelajaran Matematika Bagi ATG ... 17

1. Anak Tunagrahita (ATG) ... 17

2. Pembelajaran Matematika Bagi ATG ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 19

B. Desain Penelitian ... 20

C. Definisi Konseptual ... 21

D. Instrumen Penelitian ... 22

E. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 22

F. Teknik Pengumpulan Data ... 25

G. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Anak Didik Kelas 1 SDLB NPM ... 28

Tabel 4.2 SK, KD dan Indikator RPP Matematika Kelas 1 C SDLB NPM ... 44

Tabel 4.3 Kajian Kesesuaian Capaian Perkembangan Kognitif Subyek dengan RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ... 47

Tabel 5.1 Analisis Kemampuan dan Hambatan ... 51

Tabel 5.2 Individualisasi Silabus ... 52


(9)

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kemampuan Meniru KI ... 29

Gambar 4.2 Kemampuan Manipulasi Objek Y ... 30

Gambar 4.3 Perilaku A Saat Menemukan Kendala ... 32

Gambar 4.4 KI Mencari Objek yang Dihilangkan ... 33

Gambar 4.5 Simbolisasi Menggosok Gigi KI ... 34

Gambar 4.6 Gambar Simbolis A ... 35

Gambar 4.7 Bentuk Simbolis KI Menggunakan Plastisin ... 36

Gambar 4.8 A Bermain Peran dan Imitatif ... 36

Gambar 4.9 A Menjawab dengan Sudut Pandang Dirinya ... 37

Gambar 4.10 KO Menjawab dengan Sudut Pandang Persepsinya ... 37

Gambar 4.11 Pembelajaran Menghitung Jari 1-10 ... 41

Gambar 4.12 Pembelajaran Menghitung Kubus Sampai 5 ... 41

Gambar 4.13 Pembelajaran Mengenal Lambang Bilangan Sampai 5 ... 42

Gambar 4.14 Pembelajaran Menyambung Garis Putus-putus yang Membentuk Lambang Bilangan 1 ... 43


(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 6 Bagan 3.1 Rancangan Penelitian ... 20 Bagan 3.2 Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman ... 27


(11)

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-1 Pedoman Pengamatan Dalam Rangka Asesmen

Perkembangan Kognitif ... 57

Lampiran-2 Hasil Asesmen Perkembangan Kognitif ... 68

Lampiran-3 Transkrip Akademik Guru ... 85

Lampiran-4 RPP ... 87

Lampiran-5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar BSNP ... 94

Lampiran-6 Hasil Penelaahan Dokument dan Wawancara Terkait RPP ... 96

Lampiran-7 Hasil Pengamatan dan Wawancara Terkait Pelaksanaan Pembelajaran ... 98

Lampiran-8 Validasi Ahli; Mif Baihaqi ... 102

Lampiran-9 Validasi Ahli ; Zaenal Alimin ... 120


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan merupakan proses perubahan progresif pada diri manusia dari suatu keadaan sederhana menuju keadaan yang lebih rumit/ komplek hingga mencapai bentuk akhir keseimbangan (Piaget, 1964: 3-73 dalam Cremers, 1988: 177). Perkembangan terdiri atas perkembangan tubuh (pertumbuhan organ dan fungsi organ), perkembangan emosional/ afektif, perkembangan bahasa dan perkembangan kognitif yang semuanya saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan. Pada perkembangan kognitif, sifat progresif berwujud alur berpikir dari tanpa pengertian menjadi pengertian konkrit hingga ke arah pengertian abstrak. Demikian berlaku pada seluruh manusia tanpa terkecuali. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan cara berpikir manusia yang akan mempengaruhi cara belajar pada tiap masa dalam perkembangannya. Cara belajar merupakan cara informasi baru diserap ke dalam pemikiran seseorang sehingga pembelajaran seharusnya berlandasan pada alur perkembangan kognitif tersebut.

“Banyak murid mengalami kebingungan dalam mencerna pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata, banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi (materi) dari gurunya disebabkan oleh ketidak sesuaian gaya (cara) mengajar guru dengan gaya (cara) belajar siswa.” (Chatib, 2009: 109)

Pembelajaran berlandaskan pada perkembangan kognitif merupakan pembelajaran yang alamiah. Pembelajaran pada hakikatnya memasukkan informasi baru ke dalam pemikiran anak, apabila hal ini dilakukan secara tidak alamiah, informasi akan sangat mungkin diterima secara tidak utuh. Sifat alamiah pembelajaran yang berlandaskan pada perkembangan kognitif


(13)

2

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terbentuk karena pengetahuan tentang perkembangan kognitif membangun pola penyusunan tingkatan materi pembelajaran yang berkesesuaian dengan capaian perkembangan kognitif anak saat materi disusun. Capaian perkembangan kognitif anak saat materi disusun adalah bentuk kesiapan berfikir anak untuk belajar tingkatan materi yang lebih tinggi.

Kenyataannya, pembelajaran klasikal untuk anak didik tunagrahita ATG) di sekolah dasar luar biasa (SDLB) NPM sering kali terlihat mengabaikan perkembangan kognitif anak, yakni dengan langsung pada materi yang bersifat semikonkret atau bahkan abstrak (sifat progresif pada perkembangan kognitif berwujud alur berpikir dari konkret ke arah abstrak, demikian berlaku pada seluruh manusia tanpa terkecuali). Misalnya, dalam menanamkan konsep bilangan guru membelajarkan dengan gambar bahkan langsung pada lambang bilangan dimana gambar dan lambang bilangan adalah bentuk semi-konkrit dan abstrak dari bilangan. Begitu pula dalam pembelajaran operasi hitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan bilangan pecahan guru membelajarkan langsung pada bentuk abstrak yaitu dengan lambang bilangan. Menurut Piaget cara yang demikian terlalu terburu-buru dalam meningkatkan kemampuan anak karena pembelajaran tersebut dilakukan tanpa memandang kesiapan berpikir anak (Santrock, 2007: 61).

Fakta-fakta yang digambarkan tersebut merupakan studi awal yang dilakukan melalui observasi sederhana. Diperlukan pengkajian ulang secara mendalam untuk mendapatkan penilaian yang akurat melalui penelitian ilmiah yang objektif, sistematis, teruji dan mendalam pada kondisi nyata dari pembelajaran Matematika di SDLB NPM.

Matematika diletakkan sebagai perhatian utama dalam penelitian ini karena merupakan salah satu keterampilan akademik dasar yang dibutuhkan dalam kehidupan setelah membaca. Keberhasilan pembelajaran Matematika sangat ditentukan oleh kemampuan berfikir logis dan matematis anak didik. Tahapan kemampuan inilah yang dibahas Piaget dalam teori perkembangan kognitifnya (Gardner, 2003: 24).


(14)

3

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan dalam proses pembelajaran seringkali bersumber pada guru. Salah satu tolok ukur guru yang ideal dalam sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogis guru dalam Sisdiknas diatur melalui PP. No. 74 Tahun 2008 tentang Guru yang salah satunya berbunyi “pemahaman terhadap peserta didik” (Bab II Bagian Kesatu Pasal 3 Ayat 4.b) (Setneg, 2013). Bentuk pemahaman guru terhadap anak didik diantaranya adalah mengetahui kesiapan belajar anak didik dari segi kesiapan proses pikirnya. Landasan untuk mengetahui hal tersebut adalah adanya pemahaman tentang perkembangan. Tingkat/ level perkembangan menentukan tingkat kemampuan berpikir yang kemudian akan mempengaruhi cara belajar. Inilah yang menjadi salah satu alasan guru harus berlatar belakang pendidikan keguruan. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berlandaskan teori perkembangan adalah bergantung pada keluasan dan kedalaman pengetahuan guru tentang perkembangan anak. Teori perkembangan yang mengungkap urutan proses berpikir adalah teori perkembangan kognitif. Teori perkembangan kognitif yang memiliki ketegasan pada tahapan-tahapan perkembangannya adalah teori Piaget.

Pemahaman terhadap anak didik saja tidak cukup menjadikan guru sebagai pengajar yang efektif (Santrock, 2007: 15). Kompetensi pedagogis mensyaratkan pula profesionalisme guru dalam bentuk penguasaan “materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran dan/ atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.” (PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru Bab II Bagian Kesatu Pasal 3 Ayat 7.a).

Selain kompetensi pedagogis guru dalam bentuk pemahaman terhadap anak didik, seorang guru hendaknya memiliki kompetensi pedagogis dalam bentuk perancangan pembelajaran (PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru Bab II Bagian Kesatu Pasal 3 Ayat 4.d). Lingkup yang diharapkan dari kompetensi pedagogis; pemahaman tentang anak didik dan kompetensi


(15)

4

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

profesional; penguasaan materi pelajaran adalah terkolaborasikannya kedua hal tersebut dalam perencanaan pembelajaran dan dalam pelaksanaan pembelajaran

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini:

1. Bagaimana capaian perkembangan kognitif anak didik tunagrahita (ATG) kelas satu SDLB NPM dilihat dari teori perkembangan kognitif Piaget? 2. Bagaimana kesesuaian rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika dengan capaian perkembangan kognitif ATG kelas satu SDLB NPM?

3. Bagaimana kesesuaian pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan capaian perkembangan kognitif ATG kelas satu SDLB NPM?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pembelajaran Matematika dengan capaian perkembangan kognitif anak tunagrahita kelas satu SDLB NPM.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

a. Penelitian ini secara praktis bermanfaat sebagai sumber refleksi bagi guru Matematika SDLB NPM dirinya guna perbaikan dalam penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran Matematika,

b. Sebagai landasan program pelatihan berkala bagi guru ATG SDLB NPM,

2. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam memaparkan kondisi nyata pembelajaran Matematika ATG kelas satu SDLB NPM.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berupaya mengungkap kondisi alamiah pembelajaran Matematika dari sisi kesesuaian rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan praktik pembelajaran dengan capaian perkembangan kognitif ATG, sehingga penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Kondisi alamiah adalah kondisi apa adanya dengan tidak dimanipulasi oleh peneliti (Sugiyono, 2012: 2). Moleong (2013: 6) menjelaskan,

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian … secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah …”

Metode penelitian yang sesuai untuk penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif karena didasarkan pada teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan. Metode penelitian merupakan cara suatu penelitian dalam mendapatkan data dan mengolah data sehingga dapat digunakan untuk mengambil suatu kesimpulan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi/ pengamatan, wawancara dan studi/ penelaahan dokumen, sebagaimana dijelaskan Moleong (2013: 9), “Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu, pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen.” Selain itu, metode kualitatif-deskriptif digunakan karena peneliti masih menempatkan teori dalam analisis data (Bungin, 2010: 146).

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di salah satu SLB yang melayani sekolah dasar (SD) bagi anak tunagrahita di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. SLB tersebut adalah SLB NPM. SLB NPM merupakan SLB yang melayani


(17)

20

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan formal bagi semua anak dengan disabilitas/ ketunaan dari tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA). Pelayanan pendidikan diberikan dalam kelas-kelas sesuai ketunaan. Dalam penelitian ini SLB NPM disebut SDLB NPM karena fokus penelitian pada jenjang SD.

2. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita kelas satu (1) SD dan guru yang mengajar pada kelas tersebut. Dijadikannya kelas satu SD sebagai fokus penelitian karena kelas ini merupakan kelas penting dalam peletakan pondasi belajar bagi kelas-kelas berikutnya dan sebagai kelas peralihan menuju jenjang pembelajaran akademik.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini didesain/ dirancang untuk mengungkap capaian perkembangan kognitif yang merupakan kesiapan berfikir anak untuk belajar Matematika kemudian dikaji kesesuaiannya dengan dokumen RPP yang telah disusun guru dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru.

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian

Capaian

perkembangan

kognitif anak

RPP

Pelaksanaan

pembelajaran


(18)

21

C. Definisi Konseptual

1. Matematika

Matematika adalah pengetahuan seputar bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Prasyarat Matematika meliputi kemampuan klasifikasi, seriasi, korespondensi dan konservasi. Pembelajaran Matematika adalah proses menjadikan orang lain belajar Matematika sehingga mampu menyelesaikan operasi-operasi Matematika. Keberhasilan pembelajaran Matematika sangat ditentukan oleh kesiapan berfikir anak yang merupakan capaian perkembangan kognitif anak saat ini. Pengungkapan capaian perkembangan kognitif tersebut dilakukan melalui asesmen perkembangan kognitif dengan basis teori pada teori perkembangan kognitif Piaget.

2. Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami kondisi dimana perkembangan kemampuan berpikir lebih lambat dari perkembangan usia disertai hambatan dalam perilaku adaptif yang terjadi sebelum usia 18 tahun.

3. Perkembangan Kognitif Piaget

Merupakan teori perkembangan yang dicetuskan oleh Jean Piaget seorang filsuf, ilmuan dan psikolog Swis. Piaget merupakan tokoh besar dalam teori perkembangan kognitif. Teori Piaget masih menjadi acuan hingga saat ini, meskipun demikian tetap tidak lepas dari kritikan.

Kritikan terhadap teori Piaget lebih pada usia capaian tahapan perkembangannya (Santrock, 2011: 248). Memang diyakini usia dari capaian tahapan perkembangan kognitif Piaget tidaklah selalu sama pada tiap pribadi (Santrock, 2007: 58; Teori Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget, 2009) karena terdapat pengaruh sosial-budaya di dalamnya. Teori perkembangan kognitif Piaget membahas perkembangan kognitif dari sisi logika dan matematika (Gardner, 2003: 24).


(19)

22

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini membutuhkan data:

1. capaian perkembangan kognitif saat ini pada ATG kelas satu SDLB, 2. RPP Matematika kelas satu yang telah disusun guru pada aspek standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator (isi dan landasan), dan metode pembelajaran.untuk dianalisa kesesuaiannya dengan capaian perkembangan kognitif ATG,

3. pelaksanaan pembelajaran Matematika kelas satu pada aspek indikator (isi dan landasan), dan metode pembelajaran untuk dianalisa kesesuaiannya dengan capaian perkembangan kognitif ATG

Untuk memperoleh data tersebut digunakan instrumen sebagai berikut: 1. pedoman pengamatan yang digunakan dalam rangka asesmen

perkembangan kognitif,

2. pedoman penelaahan dokumentasi dan wawancara RPP, dan

3. pedoman pengamatan dan wawancara pelaksanaan pembelajaran Matemtika.

E. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Instumen dalam penelitian ini dikembangkan sendiri. Pedoman pengamatan yang digunakan dalam rangka asesmen perkembangan kognitif mengacu pada sumber-sumber teori perkembangan kognitif Piaget dan pedoman pengamatan pergeseran perkembangan kognitif Rochyadi (1999).

Beberapa bagian pedoman pengamatan yang digunakan dalam rangka asesmen perkembangan kognitif mengacu langsung pada sumber-sumber teori perkembangan kognitif Piaget seperti tahap, subtahap dan capaian perkembangan seperti yang telah dijelaskan pada Bab II. Bagian lain dari pedoman tersebut yang mengacu langsung pada sumber-sumber teori perkembangan kognitif Piaget yakni gambar tertulis karya anak sebagai tolok ukur capaian simbolisasi konsep (Santrock, 2007: 48-49), media dan tatacara


(20)

23

asesmen permanensi objek pada benda menarik yang hilang (Santrock, 2011: 244-245) menganut prinsip sama dengan yang dilakukan Piaget atau media lainnya pada bagian asesmen yang sama yakni laju mobil pada lintasan merupakan media dengan prinsip yang sama dalam penelitian Baillargeon dan DeVos (1991 dalam Santrock, 2011: 245-246) dan media untuk capaian egosentris (Santrock, 2007: 49-50).

Media dalam pengamatan untuk asesmen perkembangan kognitif merupakan hasil penelaahan sendiri dengan didasari prinsip capaian perkembangan kognitif Piaget. Tubuh diri sebagai media pada tahap sensorimotor subtahap reaksi sirkular sekunder capaian perkembangan meniru, dikarenakan anak pertama kali belajar tentang dunia menggunakan peran sensorimotor pada tubuhnya.

Media bangun datar berpasak pada tahap sensorimotor subtahap reaksi sirkular tersier digunakan dengan cara memasukkan bangun datar pada pasak yang sesuai akan memunculkan kesulitan-kesulitan tertentu. Anak yang melakukan sesuatu dengan belum didasari rasa ingin tahu melakukannya atas dasar kepuasan sensori. Ciri khas anak yang melakukan permainan ini tanpa rasa ingin tahu adalah ketika mengalami kendala, upaya yang dimunculkan adalah menekan dengan paksaan. Media lainnya pada capaian perkembangan yang sama yakni menara kunci menggunakan prinsip yang serupa pada media sebelumnya dengan tingkat kesulitan lebih tinggi sehingga dapat dipastikan setiap anak akan menemukan kesulitan tertentu dalam penyelesaian permainan.

Empat benda berbeda yang diletakkan di empat sisi berbeda pada tahap sensorimotor subtahap fungsi simbolis capaian perkembangan egosientris, meskipun berbeda namun media ini menggunakan prinsip yang sama dengan media gunung empat dimensi dalam penelitian Piaget dan Barbel Inhelder tentang egosentris (Santrock, 2007: 49-50). Pemilihan media tersebut berdasarkan asumsi lebih mudah membedakan empat sudut pandang dengan empat benda berbeda dari pada satu benda empat sudut pandang. Dalam


(21)

24

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan perbedaan yang jelas di setiap sisi dimaksudkan guna menciptakan kesulitan yang lebih tinggi dari media sebelumnya selain itu, media rumah empat dimensi lebih mudah didapat daripada gunung empat dimensi.

Acuan lain dalam penyusunan pedoman pengamatan yang digunakan dalam rangka asesmen perkembangan kognitif yakni pedoman Rochyadi. Pedoman Rochyadi merupakan pedoman pengamatan pergesaran perkembangan kognitif usia 5-6 tahun yang berlandasan pada teori perkembangan kognitif Piaget. Pengembangan pedoman pengamatan pergesaran perkembangan kognitif Rochyadi dilakukan pada urutan pedoman pengamatan dari klasifikasi-seriasi-korespondensi-konservasi-egosentris-reversibel menjadi egosentris-reversibel-klasifikasi-seriasi-konservasi. Selain itu, penambahan berurut; meniru-manipulasi satu pola-rasa ingin tahu-permanensi objek-simbolisasi konsep-kemampuan peran, sebelum egosentris. Pengembangan lainnya pada jenis media dan prosedur/ tatacara pelaksanaan. Urutan pedoman pengamatan yang digunakan dalam rangka asesmen perkembangan kognitif hasil penyesuaian pedoman Rochyadi menjadi meniru-manipulasi satu pola-rasa ingin tahu-permanensi objek-simbolisasi konsep-kemampuan peran-egosentris-reversibel-klasifikasi-seriasi-konservasi.

Pedoman pengamatan yang digunakan dalam rangka asesmen perkembangan kognitif pada penelitian ini mengabaikan rentang usia perkembangan sebagaimana yang diajukan Piaget. Hal tersebut dimaksudkan guna membangun penilaian perkembangan anak sebagai jawaban atas

pertanyaan “Apa capaian kemampuan kognitif anak saat ini?” bukan “Berapa

usia perkembangan kognitif anak saat ini?”

Selain itu, pedoman tersebut mengabaikan dua subtahap awal perkembangan kognitif Piaget dengan dimulai dari subtahap reaksi sirkular sekunder pada tahap sensorimotor. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari pembuatan pedoman yang sia-sia dikarenakan secara pasti anak usia kelas satu SD telah mencapai dua subtahap sebelumnya.

Pedoman yang disusun tentunya tidak sertamerta sahih (valid) dan andal (reliable). Guna menjadikan pedoman pengamatan yang digunakan


(22)

25

dalam rangka asesmen perkembangan kognitif sahih dan andal dilakukan validasi instrumen kepada ahli, yakni Mif Baihaqi (dosen jurusan Psikologi-UPI) dan Dr. Zaenal Alimin, M.Ed. (dosen prodi PKh-Psikologi-UPI).

Validasi menghasilkan perbaikan terhadap bagian-bagian pedoman seperti pada ketepatan susunan tahap, susunan subtahap dan isi capaian perkembangan. Perbaikan lainnya pada susunan tatacara, media, urutan capaian perkembangan kognitif dan kebahasaan pedoman. Validasi ahli menghasilkan pedoman pengamatan yang lebih sempurna. Urutan capaian perkembangan kognitif menjadi meniru-manipulasi satu pola-rasa ingin tahu-permanensi objek-simbolisasi konsep menggunakan diri-simbolisasi konsep menggunakan peran objek di luar diri-kemampuan peran dan imitative-egosentris-sentrasi-klasifikasi-seriasi-penyimpulan konkrit-konservasi-reversible.

F. Teknik Pengumpulan Data

Secara umum teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik deskriptif-kualitatif karena data yang dikumpulkan bersifat alamiah dan peneliti masih menempatkan teori dalam perolehan data (Bungin, 2010: 146). Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, dilakukan melalui:

1. Teknik pengamatan yang digunakan dalam asesmen capaian perkembangan kognitif adalah teknik pengamatan terbuka berpranserta pada kondisi buatan (Moleong, 2013: 176). Teknik demikian karena a) posisi peneliti sebagai pengamat diketahui oleh ATG sebagai subjek, b) peneliti berpranserta dalam kegiatan bersama ATG, c) kondisi kegiatan dalam asesmen adalah kondisi buatan yakni anak dikondisikan pada kegiatan tertentu dan dengan media yang ditentukan.

2. Penelaahan dokumentasi RPP Matematika kelas satu yang diperkuat dengan wawancara. Wawancara dilakukan dengan wawancara individual


(23)

26

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Bungin, 2010: 110-111) menggunakan petunjuk umum wawancara (Moleong, 2013: 187).

aspek standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator (isi dan landasan), dan metode pembelajaran.

3. Pengamatan praktek pembelajaran Matematika kelas satu oleh guru sebagai subjek dengan teknik pengamatan terbuka tidak berpranserta (Moleong, 2013: 176) atau disebut juga teknik pengamatan parsitipatif pasif (Sugiono: 311-312). Pengamatan tidak berpranserta dilakukan karena peneliti tidak terlibat dalam kegiatan subjek penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini mengambil model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 337-345). Miles dan Huberman membagi tahapan analisis ada menjadi data reduction/ reduksi data, data display/ penyajian data dan conclution drawing/ verification/ penggambaran kesimpulan.

Reduksi data bisa disebut juga penyaringan data merupakan upaya penyaringan data dari sekumpulan data yang berkesesuaian dengan tujuan penelitian. Penyajian data merupakan upaya menampilkan data dalam sajian yang mudah dipahami.

Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk uraian/ deskripsi singkat dalam tabel yang kemudian diuraikan secara ringkas dalam uraian terbuka. Tabel tersebut adalah a) tabel Hasil Asesmen Perkembangan Kognitif ATG Kelas Satu SDLB NPM untuk menampilkan untuk data capaian perkembangan kognitif saat ini pada ATG kelas satu SDLB NPM, b) tabel Hasil Penelaahan Dokumentasi dan Wawancara Terkait RPP untuk data RPP Matematika kelas satu yang telah disusun guru, c) tabel Hasil Pengamatan dan Wawancara Terkait Pelaksanaan Pembelajaran untuk data kondisi nyata pelaksanaan pembelajaran Matematika kelas satu SDLB NPM.


(24)

27

Penggambaran kesimpulan merupakan upaya penarikan kesimpulan dari hasil penyajian data. Beberapa penggambaran kesimpulan dilakukan melalui klarifikasi data hasil pengamatan dengan kajian dokumen, kajian dokumen dengan wawancara, dan pengamatan dengan wawancara.

Untuk lebih jelasnya, berikut digambarkan teknik analisis data dalam penelitian ini,

Bagan 3.2 Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman

DATA

PENYARINGAN DATA

PENYAJIAN DATA

PENGGAMBARAN KESIMPULAN

HASIL PENELITIAN


(25)

50

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Capaian Perkembangan Kognitif Anak Didik Tunagrahita (ATG) Kelas Satu SDLB NPM

Secara umum, ATG kelas satu SDLB NPM belum mampu memahami hakikat dari materi. Dengan kata lain, belum menggunakan pemikiran dalam membangun pemahaman.

Secara khusus, ditemukan dua kelompok capaian perkembangan kognitif. Pertama, capaian prapemikiran subtahap fungsi simbolis, capaian perkembangan simbolisasi menggunakan peran objek di luar diri anak pada subyek kelompok satu. Kedua, capaian prapemikiran subtahap fungsi simbolis capaian perkembangan egosentris pada subyek kelompok dua.

2. Kesesuaian rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Matematika dengan capaian perkembangan kognitif ATG kelas satu SDLB NPM

RPP Matematika yang telah disusun guru cenderung berpusat pada muatan kurikulum dan tidak dilandaskan pada kondisi saat ini dari capaian perkembangan kognitif anak didik. Dapat disimpulkan, RPP tidak disesuaikan dengan capaian perkembangan kognitif anak didik.

3. Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan capaian perkembangan kognitif ATG kelas satu SDLB NPM

Pada pelaksanaan pembelajaran cenderung berpusat pada materi akademis Matematika tanpa mempertimbangkan capaian perkembangan sebagai bentuk kesiapan berfikir anak didik. Materi akademis Matematikapun tidak pada urutan yang tepat, yakni dimulai dari bilangan sebagai urutan.


(26)

51

Dapat disimpulkan, pelaksanaan pembelajaran Matematika tidak disesuaikan dengan capaian perkembangan kognitif anak didik.

B. Saran

RPP dan pelaksanaan pembelajaran yang tepat adalah yang berlandaskan hambatan dan kemampuan anak didik. Temuan dalam penelitian yang menunjukkan pengabaian terhadap capaian perkembangan kognitif saat ini sebagai bentuk kemampuan dan hambatan saat ini hendaknya dijadikan sumber refleksi diri guna perbaikan dalam penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran Matematika. Legalitas yang dimiliki guru melalui ijazah S-1 PLB menunjukkan pengetahuan guru atas perkembangan kognitif sehingga guru hanya perlu menurunkan pengetahuan ke ranah praktis. Pengetahuan atas perkembangan kognitif digunakan sebagai landasan penyusunan urutan materi pembelajaran Matematika dan sebagai dasar asesmen perkembangan kognitif sehingga dapat diketahui titik memulai pembelajaran.

Guna mengarahkan pola pikir guru pada pembelajaran dimulai dari kemampuan dan hambatan saat ini dari anak didik, maka disarankan format program pembelajaran sebagai berikut;

PROGRAM PEMBELAJARAN

A. Analisis Kemampuan dan Hambatan dalam … (dapat dilihat dari

capaian perkembangan yang sesuai)

Tabel 5.1 Analisis Kemampuan dan Hambatan

Kemampuan dan Hambatan dalam …

Aspek Sub Aspek Kemampuan Hambatan

1 2 3 4

Nama anak didik:

1. a.

b. 1) 1)

2) 2)

c. 2.

Nama anak didik: … 1.

2. Dst.


(27)

52

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Silabus

Satuan Pendidikan : … Kelas/ Smester : …/ …

Tema : …

Mata Pelajaran : … Tahun Pelajaran : …

Tabel 5.2 Individualisasi Silabus

Standar Isi Baku (yakni keluaran BSNP)

Individualisasi Silabus Standar Isi Penyesuaian

(merupakan penyesuaian dengan kemampuan dan

hambatan anak didik) Indikator

Alokasi Waktu

Pembelajaran Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi

Kompetensi

Dasar Materi Media Metode Strategi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nama anak didik: … Nama anak didik: … Dst.


(28)

53

C. Individualisasi RPP

Satuan Pendidikan : … Kelas/ Smester : …/ …

Tema : …

Mata Pelajaran : …

Alokasi Waktu : … jam pelajaran Tahun Pelajaran : …

Nama Anak Didik : …

A. Kemampuan dan Hambatan Anak Didik B. Standar Kompetensi

C. Kompetensi Dasar D. Indikator

E. Tujuan Pembelajaran F. Materi Pembelajaran G. Metode Pembelajaran H. Strategi Pembelajaran I. Media Pembelajaran

J. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal

2. Kegiatan Inti 3. Kegiatan Akhir K. Sumber Belajar L. Penilaian

Tabel 5.3 Penilaian Hasil Belajar

Indikator Ranah Subranah Paparan/ Description Penilaian Nama anak didik: …

1. … Kognisi

(karsa)

Pengetahuan (daya ingat dan pengenalan) Pemahaman

Terapan

Pemecahan masalah (analisis, sintesis, evaluasi)

Afeksi (rasa) Penghormatan Kepedulian Tanggung jawab Kepercayaan diri Psikomotor (cipta) Motorik wicara Motorik halus Motorik kasar Kinestetik

2. … Kognisi

Afeksi Psikomotor Nama anak didik: …


(29)

54

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Temuan penelitian dapat pula dijadikan landasan penyusunan program pelatihan berkala terkait penyusunan program pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang dilandasi capaian perkembangan. Pelatihan penyusunan program pembelajaran biasanya berpola pelatihan menurunkan standar isi keluaran pemerintah melalui BSNP (Badan Standarisasi Nasional Pendidikan) kepada silabus kemudian RPP harus dirubah menjadi membuat silabus dan RPP berdasarkan kemampuan dan hambatan anak didik. Pelatihan tersebut dapat dilaksanakan oleh sekolah ataupun oleh lembaga yang lebih tinggi.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yakni hanya fokus pada satu guru dan satu matapelajaran sehingga penilaian menjadi terbatas pada kedua hal tersebut. Penelitian lanjutan hendaknya ditujukan pada cakupan yang lebih luas yakni mata pelajaran yang berbeda-beda dengan basis pengukuran capaian perkembangan disesuaikan, keseluruhan guru dan keseluruhan lembaga pendidikan khusus.

Selain itu, penelitian ini belum mengungkap penyebab guru tidak melandasi penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan kondisi saat ini dari perkembangan kognitif anak didik. Kenyataan tersebut terjadi dalam kondisi guru secara kualifikasi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya sehingga penelitian lanjutan diarahkan untuk menggali penyebab.


(30)

55

DAFTAR PUSTAKA

AAIDD. (2012). Definiton of Intellectual Disability. Diakses 05 Agustus 2012, dari http://www.aaidd.org/content_100.cfm?navID=21

Bungin, H. M. B. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Chatib, M. (2009). Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

Cremes, A. (1988). Jean Piaget Antara Tindakan dan Pikiran. Jakarta: PT. Gramedia.

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences (Sindoro, A.). Batam: Interaksara.

Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Rochyadi, E. (1999). Dampak Kurikulum TK Muatan Akademik Terhadap Pergeseran Perkembangan Kognitif. Tesis Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Rochyadi, E. (2005). Pengembangan Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (Ed. 2) (Wibowo B.S., Tri). Jakarta: Kencana.

Santrock, J.W. (2011). Masa Perkembangan Anak (Jilid 1, Ed. 11) (Pakpahan, Verawaty). Jakarta: Salemba Humanika.

Setneg. (2013). PP 74 Tahun 2008 Guru. Diakses 05 Januari 2013 http://www.setneg.go.id//components/com_perundangan/docviewer.php?id= 2164&filename=PP%2074%20Tahun%202008.pdf.


(1)

50

Lalu Rudy Hidayat, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Capaian Perkembangan Kognitif Anak Didik Tunagrahita (ATG) Kelas Satu SDLB NPM

Secara umum, ATG kelas satu SDLB NPM belum mampu memahami hakikat dari materi. Dengan kata lain, belum menggunakan pemikiran dalam membangun pemahaman.

Secara khusus, ditemukan dua kelompok capaian perkembangan kognitif. Pertama, capaian prapemikiran subtahap fungsi simbolis, capaian perkembangan simbolisasi menggunakan peran objek di luar diri anak pada subyek kelompok satu. Kedua, capaian prapemikiran subtahap fungsi simbolis capaian perkembangan egosentris pada subyek kelompok dua.

2. Kesesuaian rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Matematika dengan capaian perkembangan kognitif ATG kelas satu SDLB NPM

RPP Matematika yang telah disusun guru cenderung berpusat pada muatan kurikulum dan tidak dilandaskan pada kondisi saat ini dari capaian perkembangan kognitif anak didik. Dapat disimpulkan, RPP tidak disesuaikan dengan capaian perkembangan kognitif anak didik.

3. Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan capaian perkembangan kognitif ATG kelas satu SDLB NPM

Pada pelaksanaan pembelajaran cenderung berpusat pada materi akademis Matematika tanpa mempertimbangkan capaian perkembangan sebagai bentuk kesiapan berfikir anak didik. Materi akademis Matematikapun tidak pada urutan yang tepat, yakni dimulai dari bilangan sebagai urutan.


(2)

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dapat disimpulkan, pelaksanaan pembelajaran Matematika tidak disesuaikan dengan capaian perkembangan kognitif anak didik.

B. Saran

RPP dan pelaksanaan pembelajaran yang tepat adalah yang berlandaskan hambatan dan kemampuan anak didik. Temuan dalam penelitian yang menunjukkan pengabaian terhadap capaian perkembangan kognitif saat ini sebagai bentuk kemampuan dan hambatan saat ini hendaknya dijadikan sumber refleksi diri guna perbaikan dalam penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran Matematika. Legalitas yang dimiliki guru melalui ijazah S-1 PLB menunjukkan pengetahuan guru atas perkembangan kognitif sehingga guru hanya perlu menurunkan pengetahuan ke ranah praktis. Pengetahuan atas perkembangan kognitif digunakan sebagai landasan penyusunan urutan materi pembelajaran Matematika dan sebagai dasar asesmen perkembangan kognitif sehingga dapat diketahui titik memulai pembelajaran.

Guna mengarahkan pola pikir guru pada pembelajaran dimulai dari kemampuan dan hambatan saat ini dari anak didik, maka disarankan format program pembelajaran sebagai berikut;

PROGRAM PEMBELAJARAN

A. Analisis Kemampuan dan Hambatan dalam … (dapat dilihat dari capaian perkembangan yang sesuai)

Tabel 5.1 Analisis Kemampuan dan Hambatan

Kemampuan dan Hambatan dalam …

Aspek Sub Aspek Kemampuan Hambatan

1 2 3 4

Nama anak didik:

1. a.

b. 1) 1)

2) 2)

c. 2.

Nama anak didik: … 1.

2. Dst.


(3)

B. Silabus

Satuan Pendidikan : … Kelas/ Smester : …/ …

Tema : …

Mata Pelajaran : … Tahun Pelajaran : …

Tabel 5.2 Individualisasi Silabus

Standar Isi Baku (yakni keluaran BSNP)

Individualisasi Silabus Standar Isi Penyesuaian

(merupakan penyesuaian dengan kemampuan dan

hambatan anak didik) Indikator

Alokasi Waktu

Pembelajaran Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi

Kompetensi

Dasar Materi Media Metode Strategi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nama anak didik: … Nama anak didik: … Dst.


(4)

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Individualisasi RPP

Satuan Pendidikan : … Kelas/ Smester : …/ …

Tema : …

Mata Pelajaran : …

Alokasi Waktu : … jam pelajaran Tahun Pelajaran : …

Nama Anak Didik : …

A. Kemampuan dan Hambatan Anak Didik B. Standar Kompetensi

C. Kompetensi Dasar D. Indikator

E. Tujuan Pembelajaran F. Materi Pembelajaran G. Metode Pembelajaran H. Strategi Pembelajaran I. Media Pembelajaran

J. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal

2. Kegiatan Inti 3. Kegiatan Akhir K. Sumber Belajar L. Penilaian

Tabel 5.3 Penilaian Hasil Belajar

Indikator Ranah Subranah Paparan/ Description Penilaian Nama anak didik: …

1. … Kognisi

(karsa)

Pengetahuan (daya ingat dan pengenalan) Pemahaman

Terapan

Pemecahan masalah (analisis, sintesis, evaluasi)

Afeksi (rasa) Penghormatan Kepedulian Tanggung jawab Kepercayaan diri Psikomotor (cipta) Motorik wicara Motorik halus Motorik kasar Kinestetik

2. … Kognisi

Afeksi Psikomotor Nama anak didik: … Dst.


(5)

Lalu Rudy Hidayat, 2014

Temuan penelitian dapat pula dijadikan landasan penyusunan program pelatihan berkala terkait penyusunan program pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang dilandasi capaian perkembangan. Pelatihan penyusunan program pembelajaran biasanya berpola pelatihan menurunkan standar isi keluaran pemerintah melalui BSNP (Badan Standarisasi Nasional Pendidikan) kepada silabus kemudian RPP harus dirubah menjadi membuat silabus dan RPP berdasarkan kemampuan dan hambatan anak didik. Pelatihan tersebut dapat dilaksanakan oleh sekolah ataupun oleh lembaga yang lebih tinggi.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yakni hanya fokus pada satu guru dan satu matapelajaran sehingga penilaian menjadi terbatas pada kedua hal tersebut. Penelitian lanjutan hendaknya ditujukan pada cakupan yang lebih luas yakni mata pelajaran yang berbeda-beda dengan basis pengukuran capaian perkembangan disesuaikan, keseluruhan guru dan keseluruhan lembaga pendidikan khusus.

Selain itu, penelitian ini belum mengungkap penyebab guru tidak melandasi penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan kondisi saat ini dari perkembangan kognitif anak didik. Kenyataan tersebut terjadi dalam kondisi guru secara kualifikasi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya sehingga penelitian lanjutan diarahkan untuk menggali penyebab.


(6)

Lalu Rudy Hidayat, 2014

KAJIAN KESESUAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS SATU SDLB NPM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

AAIDD. (2012). Definiton of Intellectual Disability. Diakses 05 Agustus 2012, dari http://www.aaidd.org/content_100.cfm?navID=21

Bungin, H. M. B. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Chatib, M. (2009). Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

Cremes, A. (1988). Jean Piaget Antara Tindakan dan Pikiran. Jakarta: PT. Gramedia.

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences (Sindoro, A.). Batam: Interaksara.

Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Rochyadi, E. (1999). Dampak Kurikulum TK Muatan Akademik Terhadap Pergeseran Perkembangan Kognitif. Tesis Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Rochyadi, E. (2005). Pengembangan Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (Ed. 2) (Wibowo B.S., Tri). Jakarta: Kencana.

Santrock, J.W. (2011). Masa Perkembangan Anak (Jilid 1, Ed. 11) (Pakpahan, Verawaty). Jakarta: Salemba Humanika.

Setneg. (2013). PP 74 Tahun 2008 Guru. Diakses 05 Januari 2013 http://www.setneg.go.id//components/com_perundangan/docviewer.php?id= 2164&filename=PP%2074%20Tahun%202008.pdf.