Analisis Setsuzokujoshi Kara dan Node dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik).

(1)

接続助詞

意味用法分析

ア ・プ バン

文学科

文学部

大学


(2)

序論

接続助詞 接続 働 助詞 あ 接続助詞 次 う

あ 原因 理由 使わ 接続助詞

接続助詞 イン ネシア語 karena oleh karena itu sebab

イン ネシア語 意味 似 い 実 異 状況 使わ

異 意味 あ

Tomita Takayuki (1993 : 107) 原因•理由 表

原因•理由 表 助詞 ほ 次 項 取 上 あ

使用 般 社会生活 い

文法的 現在あ い 過去 実 関 そ 原因

由 述べ 場合 使わ 手 意志 考え 言う場合 そ

理由•根拠 述べ 使わ 明さ い

意味 あ イン ネシア語 母語 学習者 日 語学習

困難 う 論文 接続助詞 置換 意

味 変化 生 見 いく 論

統語論 意味論 解析

1.a (31) 何年 い 体 う う 出 運 動 い (PTT11, 2008 : 125)


(3)

文 接続助詞 用い イン ネシア語 '

karena ' う 後 手 推測

1.b* 何年 い 体 う う 出 運動

1.b 文 主観的 使用 い

2.a (42) A: 台 以外 現場 必 持 いく ?

B: 特 い い 言う 自分 体 K1

い い い 笑

K2 (JN01, 2011 : 68)

K2 単文 文 使い 句 接続 い 異

単文 意味 接続 接続助詞 機能 い

文 手 考え 表 主観的 文 あ

2.b* A: 台 以外 現場 必 持 いく ?

B: 特 い い 言う 自分 体 K1

い い い 笑

K2

文 構造 見 使え 文 非公式 状況 使い

主観的 文 使用 い

3.a (53) 初登場 ZE A 魅力 簡単 教え く さい (JN01, 2011 : 142)

3.a 文 句 接続 詞 後 あ


(4)

系 文 使う さ 分析 文 般

人々 雑誌 者 意志 表 客観的 文 あ

3.b* 初登場 ZE A 魅力 簡単 教え く さい 3.b 文 詞 後 使う

使わ い 般 人 雑誌 者 意志 表

く 手 意志 表

4.a (60) 定番 秋 落 葉 敷 散策路 美 い 手 い 歩 い (STB, 2013 : 13)

形容詞 後 使 イン ネシア語 ’karena’ ‘sebab’

定番 自然 エレメン あ 文 客観的 文 あ

4.b* 定番 秋 落 葉 敷 散策路 美 い

手 い 歩 い

般 人々 意見 表さ い 主観的 文 あ

結論

いう接続助詞 意味 分析 結果 次 結

論 引 出 動詞 形容詞 形容詞 詞 後

使用 形容詞 詞 後 使え

複文 単文 使う 般第 句 動詞文


(5)

動詞 形容詞 形容詞 詞 後 使用

形容詞 詞 後 使え 複文

寧文 客観的 文 使う 般第 句 自動詩文 あ

文 部分 イン ネシア語 意味 似 い 異

意味論 あ 何故 接続助詞 相互 交換


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Metode Penelitian dan Teknik Kajian ... 9

1.5 Organisasi Penulisan ... 10

BAB II: KAJIAN TEORI ... 11

2.1 Sintaksis ... 11

2.1.1 Definisi Sintaksis ... 11

a. Frase (句, ku) ... 12

b. Klausa (節. setsu) ... 13

c. Kalimat (文, bun) ... 13

2.1.2 Kalimat Majemuk ... 14

2.2 Semantik ... 16

2.2.1 Definisi Semantik ... 16

2.2.2 Makna Gramatikal... 17

2.3 Hinshibunrui ... 18

2.4 Setsuzokushi ... 21


(7)

2.5.1 Setsuzokujoshi ... 25

2.6 Setsuzokujoshi ... 26

2.7 Setsuzokujoshi ………29

2.8 Rangkuman Teori ... 32

BAB III: ANALISIS DATA ... 33

3.1 Struktur Setsuzokujoshi ... 34

3.1.1 ____ ____ あ ... 34

3.1.2 ____ ____ ... 36

3.1.3 ____ ____ く さい ... 38

3.1.4 ____ ____ ... 40

3.1.5 ____ う ____ い ... 41

3.1.6 ____ ____ い あ ... 43

3.1.7 ____ ____ ... 45

3.1.8 ____ ____ ____ 思い ... 47

3.1.9 ____ ____ ____ い ... 49

3.1.10 ____ ____ ... 51

3.1.11 ____ ____思 ____ ... 53

3.1.12 ____ ____ ... 55

3.2 Struktur Setsuzokujoshi ... 57

3.2.1 ____ ____ く さい ... 57


(8)

3.2.3 ____ ____わ わ い ... 61

3.2.4 ____ ____ う ... 63

3.2.5 ____ ____ い ... 65

3.2.6 _____ ______ ... 68

3.2.7 ______ ______ ______思い ... 70

3.2.8 ____ ____ほ い! ... 72

3.3 Rangkuman Analisis ... 74

BAB IV: SIMPULAN ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN I ... vii

LAMPIRAN II ... xvi

SINOPSIS ... xxv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xxx


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, maupun ekspresi manusia yang disampaikan melalui rangkaian kata-kata. Bahasa terangkai dari kalimat-kalimat yang mempunyai makna, yang tersusun dari klausa, frase, dan kata. Penyambung antarklausa disebut dengan kata sambung. Kata sambung menurut Keraf (1972 : 78) adalah:

Kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat.

Contoh:

1. Kami tidak pergi ke taman karena terlalu sibuk. (PPBJ : 55) 2. Karena ada kecelakaan mobil, jalan raya jadi ramai. (PPBJ : 79)

Kata sambung „karena‟ pada contoh kalimat (1) menyambungkan dua klausa

yang memiliki hubungan makna sebab akibat. Begitu pula dengan contoh kalimat

(2). Walaupun kata sambung „karena‟ diletakkan pada awal kalimat, klausa

sebelum dan setelah tanda baca koma (,) bermakna sebab akibat.

Selain „karena‟ ada pula kata sambung „dengan‟ yang apabila digunakan

dalam kalimat tertentu akan menimbulkan makna yang berbeda-beda seperti contoh kalimat berikut:


(10)

2

4. Ia ke sekolah dengan kawannya. (TBI : 79) 5. Perkara itu diselidiki dengan cermat. (TBI : 79) 6. Adik sama tinggi dengan Ali. (TBI : 79)

Pada contoh kalimat (3) kata sambung „dengan‟ digunakan untuk menyatakan alat yang digunakan. Kata sambung „dengan‟ pada contoh kalimat (4)

mempunyai makna kesetaraan bahwa ia dan kawannya bersama-sama pergi ke sekolah, sedangkan contoh kalimat (5) bermakna kualitatif atau skala kualitas pekerjaan (melakukan dengan cermat) dan contoh kalimat (6) untuk menyatakan keterangan komparatif atau perbandingan.

Dalam bahasa Jepang terdapat kata sambung yang disebut 接 続 詞

(setsuzokushi) (Tomita, 1993 : 2). Selain setsuzokushi ada pula kelas kata 助詞

(joshi) atau partikel yang berfungsi sebagai kata sambung. Joshi ini disebut 接続

助詞 (setsuzokujoshi). Tomita (1993 : 68) mengemukakan definisi setsuzokujoshi

dan perbedaannya dengan setsuzokushi sebagai berikut.

助詞 接続詞 う 働 す 接続助詞 呼 い

ます 接続詞 主 文 文 役目 します 接続助詞 主

用言 付い 一 文 中 ま 部 後 部

役目 します

Kono joshi wa setsuzokushi no youna hataraki wo suru node, setsuzokujoshi to yobareteimasu. Setsuzokujoshi wa shu ni bun to bun wo tsunagu yakumei wo shimasuga, setsuzokujoshi wa shu ni yougen ni tsuite, hitotsu no bun no naka de, sokomade no bubun to sono ushiro no bubun to wo tsunagu yakume wo shimasu.

Karena partikel ini mempunyai fungsi yang mirip dengan setsuzokushi, partikel ini disebut setsuzokujoshi. Setsuzokushi berfungsi untuk menyambungkan kalimat inti dengan kalimat lain, sedangkan

setsuzokujoshi berfungsi sebagai penyambung kata yang dapat menjadi


(11)

3

Tomita (1993 : 26) mengemukakan ada tujuh jenis fungsi setsuzokushi yaitu: 1. Untuk menyatakan hubungan yang setara dengan kalimat sebelumnya

menggunakan し / う し (soshite/soushite),

(sorekara), (soreni), し (shikamo), ま (mata), dan び

(oyobi).

2. Untuk menyatakan alasan dari kalimat sebelumnya menggunakan す

/ (desukara/dakara), (sorede), (sokode), し

(shikagatte), dan す (suruto).

3. Untuk menyatakan pertentangan dari kalimat sebelumnya menggunakan

し し (shikashi), (keredomo), (demo), (daga), dan

(tokoroga).

4. Untuk menyatakan pilihan dari kalimat sebelumnya menggunakan

(soretomo), ま (matawa), dan あ い (aruiwa).

5. Untuk menyatakan penjelasan atau tambahan dari kalimat sebelumnya menggunakan え (tatoeba), す わ (sunawara), ま

(tsumari), (nazenara), dan し (tadashi).

6. Unuk mengawali topik pembicaraan menggunakan (tokorode) dan さ (sate).

7. Pada saat menghadapi lawan bicara seperti “kalau begitu” menggunakan

/ (soredewa/dewa), う し / し


(12)

4

Sedangkan joshi yang termasuk setsuzokujoshi menurut Tomita (1993 : 69) adalah (ba), (to), (temo), (keredomo), (noni), (ga),

(kara), (node), し (shi), (te), (tara), dan (nagara). Berdasarkan pernyataan Tomita, setsuzokushi dan setsuzokujoshi dapat dibedakan dengan memperhatikan contoh kalimat berikut.

7. 私 昨日 新宿 行 まし し 映画 見まし

(BKCSO: 26)

Watashi wa, kinou, shinjuku e ikimashita. Soshite, eiga wo mimashita. Kemarin saya pergi ke Shinjuku. Lalu (saya) menonton filem.

8. 金 入 符 出ま (MN : 162) Okane ga ireta noni, kippu wo demasen.

Walaupun telah memasukkan uang, tiketny tidak keluar.

Kata し (soshite) dalam kalimat (7) menunjukkan bahwa kata tersebut merupakan setsuzokushi karena berfungsi sebagai penyambung kalimat inti dengan kalimat lain yang masih saling berhubungan secara makna, sedangkan

(noni) dalam kalimat (8) merupakan setsuzokujoshi karena berfungsi sebagai

penyambung kata yang menjadi predikat dengan kata sebelumnya dalam satu kalimat. Dapat disebut juga sebagai penyambung antarklausa dalam satu kalimat.

Dari berbagai macam setsuzokujoshi, dan mempunyai arti yang sama yaitu „karena‟. Karena mempunyai arti yang sama, kedua partikel ini sering menjadi masalah bagi orang asing yang mempelajari bahasa Jepang karena kedua partikel ini mempunyai makna berbeda tergantung situasi pembicaraan.

Tomita (1993 : 107) mendeskripsikan setsuzokujoshi dan sebagai berikut.


(13)

5

原因•理由 表します 原因•理由 表す助詞

ほ 次 項 取 上 あ ます

使用 一般 社会生活 ゆ います し

し 文法的 現在あ い 過去 事実 関し

原因•理由 述 場合 使わ 話し手 意志や考

え 言う場合 理由根拠 述 使わ 説明さ

います

(node) wa (genin,riyuu) wo arawashimasu. Genin, riyuu wo arawasu joshi ni wa, hoka, ni tsugi no kou de tori ageta (kara) ga arimasuga, (node) to (kara) no shiyou wa ichi han no shakai seikatsu de wa kanari (yure) teimasu. Shikasi, bunpou teki wa ((node) wa genzai warui wa kako no jijitsu ni kanshite, sono genin, riyuu wo noberu baai ni tsukaware, (kara) wa hanashi te no ishi ya kangae wo iu baai ni sono riyuu, konkyo wo noberu toki ni tsukawareru)) to setsumesareteimasu.

Node adalah partikel yang mewakili sebuah alasan. Selain node terdapat pula partikel kara. Kedua partikel ini penggunaannya cukup membingungkan dalam masyarakat. Node digunakan untuk menyatakan waktu sekarang atau waktu lampu, sedangkan kara digunakan pada saat menunjukkan alasan yang mengandung pemikiran penutur dan kemauan penutur.

Makino dan Tsutsui (1989 : 329) mengemukakan tentang setsuzokujoshi dan sebagai berikut.

The conjunction kara also expresses reason or cause. However, kara and node differ in the following way. Node is used when the speaker believes that the information he provides in S1 node as cause of reason for S2 is valid and is also evident and acceptable to the hearer. However, does not involve that assumption.

Kata sambung kara juga menunjukkan alasan atau sebab. Tetapi kara dan node digunakan dalam situasi yang berbeda. Node digunakan saat penutur percaya bahwa kalimat 1 merupakan alasan terjadinya kalimat 2 dan alasan tersebut terbukti dan dapat diterima oleh petutur. Bagaimana pun penutur tidak terlibat dalam asumsi yang disampaikannya tersebut.

Berdasarkan kedua definisi di atas, setsuzokujoshi dan digunakan untuk menunjukkan alasan atau sebab. Setsuzokujoshi digunakan untuk menunjukkan alasan penutur dan keinginan penutur sedangkan setsuzokujoshi


(14)

6

digunakan saat penutur menyatakan alasan yang dapat dibuktikan dan dapat diterima oleh petutur dan penutur tidak terlibat langsung dalam asumsi yang disampaikannya. Perbedaan penggunaan kedua setsuzokujoshi ini dapat dilihat pada contoh berikut.

9. 雨 降 います 傘 貸し さい (GBJM : 107)

Ame ga futte imasukara, kasa wo kashitekudasai.

Karena hujan turun, (tolong) pinjamkan (saya) payung.

10.雨 降 います 子 う 中 遊 います (GBJM : 107)

Ame ga futte imasunode, kodomo wa uchi no naka de asondeimasu.

Karena hujan turun, anak-anak bermain di dalam rumah.

Kedua kalimat ini mempunyai fungsi sintaksis yang sama yaitu digunakan setelah verba bentuk ます. Setsuzokujoshi pada kalimat (9) lebih bersifat subjektif karena mengandung makna permohonan atau permintaan agar petutur melakukan sesuatu untuk dirinya. Sedangkan setsuzokujoshi pada kalimat (10) lebih bersifat objektif karena menyatakan fakta atau realitas yang terjadi tanpa adanya pendapat sendiri maupun keterlibatan langsung terhadap petutur.

Walaupun kebanyakan dari setsuzokujoshi tidak dapat diganti dengan

setsuzokujoshi dalam kalimat yang sama, terdapat pula kalimat yang dapat

menggunakan setsuzokujoshi dan seperti contoh berikut. 11.春 暖 (NB : 60)

Haru ni natta node, atatakakunatta.

Karena sudah musim semi, cuaca menjadi hangat. 12.春 暖 (NB : 60)

Haru ni natta kara, atatakakunatta.


(15)

7

Kedua kalimat ini mempunyai arti yang sama tetapi memiliki makna berbeda. Contoh kalimat (11) mengandung makna „akibat‟. Dapat diartikan bahwa akibat musim semi adalah cuaca yang menjadi hangat. Kalimat ini juga bermakna fakta atau realita yang seharusnya terjadi. Contoh kalimat (12) lebih menunjukkan alasan bahwa cuaca menjadi hangat karena musim semi. Jadi cuaca yang hangat disebabkan oleh musim semi. Berdasarkan contoh kalimat di atas, secara sintaksis

setsuzokujoshi dapat diubah menjadi dan setsuzokujoshi dapat

diubah menjadi tetapi hal tersebut akan mengubah fungsi semantiknya. Perbedaan makna dan penggunaan dari setsuzokujoshi dan ini membuat penulis tertarik untuk meneliti setsuzokujoshi dan lebih lanjut. Dalam lingkup Universitas Kristen Maranatha, joshi telah diteliti

sebelumnya oleh Asri Nur Immanasari dengan judul “ Analisis Penggunaan

Kakujoshi Kara dalam Kalimat Bahasa Jepang ” pada tahun 2010. Tetapi beliau

hanya meneliti sebagai kakujoshi yaitu joshi yang menghubungkan antara subjek dengan predikat (Tomita, 1993: 68) bukan sebagai kata sambung yang

bermakna „karena‟.

Pada penelitian ini penulis akan meneliti penggunaan joshi sebagai

setsuzokujoshi dan membandingkan struktur dan maknanya dengan setsuzokujoshi

dalam kalimat bahasa Jepang. Apakah di dalam kalimat kedua joshi ini dapat saling menggantikan atau tidak dan apakah kedua joshi ini memiliki makna yang sama atau tidak akan dibahas pada penelitian ini.


(16)

8 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah, berikut ini adalah rumusan pokok masalah dalam penelitian ini.

1. Bagaimanakah penggunaan setsuzokujoshi dan dalam kalimat bahasa Jepang?

2. Bagaimanakah makna setsuzokujoshi dan dalam kalimat bahasa Jepang?

1.3Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan penggunaan setsuzokujoshi dan dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Mendeskripsikan makna setsuzokujoshi dan dalam kalimat bahasa Jepang.

1.4 Metode dan Teknik Penelitian 1.4.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto (1993:62) metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta kebahasaan yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan yang secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar sesama fenomena yang diselidiki.


(17)

9 1.4.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik substitusi atau teknik penggantian. Sudaryanto (1993: 48) mengemukakan bahwa teknik ini berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti (UT) dengan unsur pengganti (UP), khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti. Bila dapat digantikan atau saling menggantikan, berarti baik UT maupun UP berada dalam kelas atau kategori yang sama. Dalam penelitian ini teknik substitusi berguna untuk mengetahui perbedaan fungsi dan makna setsuzokujoshi

apabila ditukar dengan setsuzokujoshi dan apabila setsuzokujoshi diganti dengan setsuzokujoshi dalam kalimat bahasa Jepang. Misalnya: 11.道路 混 い う 早 出発し う (NBH : 213)

Douro ga kondeiru darou kara, hayameni shuppatsushiyou. Karena jalan penuh (kan), ayo (kita) mempercepat keberangkatan. *道路 混 い う 早 出発し う

Douro ga kondeiru darou node, hayameni shuppatsushiyou. Karena jalan penuh (kan), ayo (kita) mempercepat keberangkatan.

Berdasarkan contoh kalimat di atas dapat dipahami teknik substitusi dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui apakah setsuzokujoshi dan dapat saling menggantikan atau tidak dalam kalimat bahasa Jepang.

1.5 Organisasi Penulisan

Organisasi penulisan penelitian ini disusun sebagai berikut.

Bab I dalam penelitian ini yang berisi Pendahuluan yang dibagi menjadi 5 subbab yaitu Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,


(18)

10

Metode dan Teknik Penulisan, dan Organisasi Penulisan. Pada bab II memuat tentang kajian teori Sintaksis, Semantik, dan Setsuzokujoshi dan dalam Kalimat Bahasa Jepang. Selanjutnya pada bab III merupakan analisis tentang Penggunaan Setsuzokujoshi dan dalam Kalimat Bahasa Jepang. Pada bab IV memuat Simpulan Penelitian. Selain itu desertai pula Daftar Pustaka, Lampiran. Sinopsis, dan Riwayat Hidup Penulis.

Sistematika penulisan di atas ditujukan untuk memudahkan pembaca membaca penelitian ini dan agar pembaca dapat mengikuti pola pikiran saya secara terstruktur. Saya harap pembaca dapat memahami isi penelitian ini dengan baik.


(19)

79 BAB IV SIMPULAN

Setelah penulis menganasis data-data yang mengandung setsuzokujoshi から

dan setsuzokujoshi ので pada Bab III, penulis menyimpulkan penggunaan kedua

setsuzokujoshi ini dalam kalimat bahasa Jepang sebagai berikut.

Setsuzokujoshi から digunakan sebagai partikel sambung atau konjungsi

pada kalimat yang mempunyai hubungan sebab akibat dan dapat digunakan pada kalimat majemuk maupun kalimat tunggal. Setsuzokujoshi から dapat digunakan setelah verba (bentuk kamus atau lampau), kata sifat I, kata sifat II, dan kata benda. Untuk kata sifat II dan kata benda yang digunakan sebelum setsuzokujoshi

から ditambahkan だ terlebih dahulu menjadi だから. Setsuzokujoshi から dapat

digunakan pada kalimat formal maupun informal yang bersifat subjektif. Kalimat bersifat subjektif adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan atau pemikiran penutur, mengajukan permohonan pribadi penutur, mengandung dugaan penutur, mengungkapkan keinginan penutur, mengandung pengandaian penutur, dan digunakan untuk memastikan ingatan penutur. Melalui penelitian ini penulis juga menemukan bahwa genin (sebab) atau kekka (akibat) pada kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi か ら dapat merupakan kalimat transitif maupun intransitif.

Setsuzokujoshi ので digunakan sebagai kata sambung atau konjungsi pada


(20)

80

diperoleh, pada umumnya setsuzokujoshi ので digunakan pada kalimat majemuk.

Setsuzokujoshi ので dapat digunakan setelah verba (bentuk kamus atau lampau),

kata sifat I, kata sifat II, dan kata benda. Apabila digunakan setelah kata sifat II dan kata benda maka setsuzokujoshi ので ditambahkan な di depannya menjadi

なので. Setsuzokujoshi ので digunakan pada kalimat sopan atau formal yang

ditujukan untuk menghormati petutur, setsuzokujoshi ini juga digunakan pada kalimat yang bersifat objektif. Kalimat yang bersifat objektif adalah kalimat yang mengandung pernyataan yang tidak ada kaitannya dengan pribadi penutur, salah satunya adalah kalimat yang mengandung unsur alam. Selain itu setsuzokujoshi の で juga dapat digunakan pada kalimat informal dengan syarat kalimat tersebut bersifat objektif. Melalui penelitian ini penulis juga menemukan bahwa genin (sebab) atau kekka (akibat) yang terdapat pada kalimat yang menggunakan

setsuzokujoshi ので dapat merupakan kalimat transitif maupun intransitif.

Berdasarkan struktur kalimat dari data-data yang telah dianalisis,

setsuzokujoshi から dan setsuzokujoshi ので dapat saling menggantikan karena

penggunaannya mirip dalam kalimat. Tetapi apabila dilihat dari makna atau secara semantik, setsuzokujoshi か ら dan setsuzokujoshi の で tidak dapat saling menggantikan karena keduanya digunakan pada situasi pembicaraan yang berbeda sehingga akan mempengaruhi makna dan tujuan pembicaraan.


(21)

81

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Utama.

An An Seoul Travel Book. 2013. Japan: Dainippon Insatsu.

Atsuo, Iguchi. 1993. Japanese Now. Tokyo:Aratake Shuppan. Duet, No.01. Januari 2009. Japan: Homesha.

Gorys, Keraf, Dr. 1972. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. Iori, Isao. et al. 2000. Shokyuu wo Oshieruhito no Tameno Nihongo Bunpo

Handobukku, Tokyo: Surie Nettowaku.

Izuru, Shinmura. 1998. Kōjien. Tokyo: Iwanami Shoten.

Jun On, No.01. Januari 2011. Japan: Shufutoseikatsusha.

Kindaichi, Kyosuke, dkk. 1992. Shinmei Kokugo Jiten. Tokyo: Tokyo do Shuppan.

Kokugo Yonka Habataki, 1995, Tokyo: Komura Tosho Shuppan

Kridalaksana, Harimukti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Machida, Ken. 1997. Genggogaku Nyumon. Japan: Kenkyusha.

Machida, Ken. 2004. Gengogaku Nyumon a Guide to Linguistics. Japan: Kenkyusha.

Maggiesensei.com

Makino, Seiichi dan Michio Tsutsui. 2001. A Dictionaryy of Basic Japanese

Grammar. Japan: The Japan Times.


(22)

82 Tokyo: Kuroshio.

Matsuura, Kenji. 2005. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Mizutani, Osamu dan Nobuko Mizutani. 1987. How to Be Polite in Japanese. Japan Times.

Naoko, Chino. 2004. Partikel Penting Bahasa Jepang. Jakarta: Kessaint Blanc.

Potato, No.11. November 2008. Japan: Gakken.

Potato, No. 12 Desember 2010. Japan: Gakken.

Ramlan, M. (2001). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Shueisha, Bernard. 1978. Himitsu Hanakouen.

Sudjianto. 1996. Gramatika Bahasa Jepang Modern, Jakarta: Kessaint Blanc. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistics. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sugimoto, Tsutomu. 1994. Nihongo Gaku Jiten. Oofuu. Takada, Makoto. 1993. Taisho Genggogaku. Tokyo: Oufuu.

Tanaka, Yone. 2002. Minna no Nihongo (Shokyuu II). Surabaya: PT. Pustaka Lintas Budaya. Seri A Network.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa. The Daily Jakarta Shinbun, 8 Maret 2013, Jakarta: Bina Komunika Asiatama The Daily Jakarta Shinbun, 11 Maret 2013, Jakarta: Bina Komunika Asiatama The Japan Fondation. 2002. Kyoukasho o Tsukuro : Renshuuhen 1.


(23)

83

Tomita, Takayuki. 1993. Bunpo no Kiso Chisiki To Sono Oshiekata, Tokyo: Bonjinsha.

Tomomatsu, Etsuko et al. 2000. Donna Toki Dou Tsukau Nihongo Hyougen

Bunkei 200 Sho-Chukuu. Tokyo:ALC Press


(1)

10

Metode dan Teknik Penulisan, dan Organisasi Penulisan. Pada bab II memuat tentang kajian teori Sintaksis, Semantik, dan Setsuzokujoshi dan dalam Kalimat Bahasa Jepang. Selanjutnya pada bab III merupakan analisis tentang Penggunaan Setsuzokujoshi dan dalam Kalimat Bahasa Jepang. Pada bab IV memuat Simpulan Penelitian. Selain itu desertai pula Daftar Pustaka, Lampiran. Sinopsis, dan Riwayat Hidup Penulis.

Sistematika penulisan di atas ditujukan untuk memudahkan pembaca membaca penelitian ini dan agar pembaca dapat mengikuti pola pikiran saya secara terstruktur. Saya harap pembaca dapat memahami isi penelitian ini dengan baik.


(2)

79 BAB IV SIMPULAN

Setelah penulis menganasis data-data yang mengandung setsuzokujoshi から dan setsuzokujoshi ので pada Bab III, penulis menyimpulkan penggunaan kedua setsuzokujoshi ini dalam kalimat bahasa Jepang sebagai berikut.

Setsuzokujoshi から digunakan sebagai partikel sambung atau konjungsi pada kalimat yang mempunyai hubungan sebab akibat dan dapat digunakan pada kalimat majemuk maupun kalimat tunggal. Setsuzokujoshi から dapat digunakan setelah verba (bentuk kamus atau lampau), kata sifat I, kata sifat II, dan kata benda. Untuk kata sifat II dan kata benda yang digunakan sebelum setsuzokujoshi から ditambahkan だ terlebih dahulu menjadi だから. Setsuzokujoshi から dapat digunakan pada kalimat formal maupun informal yang bersifat subjektif. Kalimat bersifat subjektif adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan atau pemikiran penutur, mengajukan permohonan pribadi penutur, mengandung dugaan penutur, mengungkapkan keinginan penutur, mengandung pengandaian penutur, dan digunakan untuk memastikan ingatan penutur. Melalui penelitian ini penulis juga menemukan bahwa genin (sebab) atau kekka (akibat) pada kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi か ら dapat merupakan kalimat transitif maupun intransitif.

Setsuzokujoshi ので digunakan sebagai kata sambung atau konjungsi pada kalimat yang mempunyai hubungan sebab akibat. Berdasarkan data yang


(3)

80

diperoleh, pada umumnya setsuzokujoshi ので digunakan pada kalimat majemuk. Setsuzokujoshi ので dapat digunakan setelah verba (bentuk kamus atau lampau), kata sifat I, kata sifat II, dan kata benda. Apabila digunakan setelah kata sifat II dan kata benda maka setsuzokujoshi ので ditambahkan な di depannya menjadi なので. Setsuzokujoshi ので digunakan pada kalimat sopan atau formal yang ditujukan untuk menghormati petutur, setsuzokujoshi ini juga digunakan pada kalimat yang bersifat objektif. Kalimat yang bersifat objektif adalah kalimat yang mengandung pernyataan yang tidak ada kaitannya dengan pribadi penutur, salah satunya adalah kalimat yang mengandung unsur alam. Selain itu setsuzokujoshi の で juga dapat digunakan pada kalimat informal dengan syarat kalimat tersebut bersifat objektif. Melalui penelitian ini penulis juga menemukan bahwa genin (sebab) atau kekka (akibat) yang terdapat pada kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi ので dapat merupakan kalimat transitif maupun intransitif.

Berdasarkan struktur kalimat dari data-data yang telah dianalisis, setsuzokujoshi から dan setsuzokujoshi ので dapat saling menggantikan karena penggunaannya mirip dalam kalimat. Tetapi apabila dilihat dari makna atau secara semantik, setsuzokujoshi か ら dan setsuzokujoshi の で tidak dapat saling menggantikan karena keduanya digunakan pada situasi pembicaraan yang berbeda sehingga akan mempengaruhi makna dan tujuan pembicaraan.


(4)

81

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Utama.

An An Seoul Travel Book. 2013. Japan: Dainippon Insatsu. Atsuo, Iguchi. 1993. Japanese Now. Tokyo:Aratake Shuppan. Duet, No.01. Januari 2009. Japan: Homesha.

Gorys, Keraf, Dr. 1972. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. Iori, Isao. et al. 2000. Shokyuu wo Oshieruhito no Tameno Nihongo Bunpo

Handobukku, Tokyo: Surie Nettowaku.

Izuru, Shinmura. 1998. Kōjien. Tokyo: Iwanami Shoten. Jun On, No.01. Januari 2011. Japan: Shufutoseikatsusha.

Kindaichi, Kyosuke, dkk. 1992. Shinmei Kokugo Jiten. Tokyo: Tokyo do Shuppan.

Kokugo Yonka Habataki, 1995, Tokyo: Komura Tosho Shuppan

Kridalaksana, Harimukti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Machida, Ken. 1997. Genggogaku Nyumon. Japan: Kenkyusha.

Machida, Ken. 2004. Gengogaku Nyumon a Guide to Linguistics. Japan: Kenkyusha.

Maggiesensei.com

Makino, Seiichi dan Michio Tsutsui. 2001. A Dictionaryy of Basic Japanese Grammar. Japan: The Japan Times.


(5)

82 Tokyo: Kuroshio.

Matsuura, Kenji. 2005. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Mizutani, Osamu dan Nobuko Mizutani. 1987. How to Be Polite in Japanese. Japan Times.

Naoko, Chino. 2004. Partikel Penting Bahasa Jepang. Jakarta: Kessaint Blanc. Potato, No.11. November 2008. Japan: Gakken.

Potato, No. 12 Desember 2010. Japan: Gakken.

Ramlan, M. (2001). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Shueisha, Bernard. 1978. Himitsu Hanakouen.

Sudjianto. 1996. Gramatika Bahasa Jepang Modern, Jakarta: Kessaint Blanc. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistics. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugimoto, Tsutomu. 1994. Nihongo Gaku Jiten. Oofuu. Takada, Makoto. 1993. Taisho Genggogaku. Tokyo: Oufuu.

Tanaka, Yone. 2002. Minna no Nihongo (Shokyuu II). Surabaya: PT. Pustaka Lintas Budaya. Seri A Network.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa. The Daily Jakarta Shinbun, 8 Maret 2013, Jakarta: Bina Komunika Asiatama The Daily Jakarta Shinbun, 11 Maret 2013, Jakarta: Bina Komunika Asiatama The Japan Fondation. 2002. Kyoukasho o Tsukuro : Renshuuhen 1.


(6)

83

Tomita, Takayuki. 1993. Bunpo no Kiso Chisiki To Sono Oshiekata, Tokyo: Bonjinsha.

Tomomatsu, Etsuko et al. 2000. Donna Toki Dou Tsukau Nihongo Hyougen Bunkei 200 Sho-Chukuu. Tokyo:ALC Press