PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Kabupaten Ngawi (Studi Kasus Pada Dinas Pemerint
PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN
NGAWI
(Studi Kasus Pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh : ANDIRA DEWANTI
B 200 110 097
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
(2)
PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN
NGAWI
(Studi Kasus Pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi)
ANDIRA DEWANTI B 200 110 097
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-mail : andiradewanti@gmail.com ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi) ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor keperilakuan organisasi seperti dukungan atasan,
kejelasan tujuan, dan pelatihan terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi. Sampel pada penelitian ini di ambil dari Pegawai Negari Sipil yang bekerja di bagian Keuangan pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi.
Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil dukungan atasan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah. Kejelasan tujuan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah. Pelatiahan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah.
Kata kunci : Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan, Pelatihan dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul :
PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP
IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN NGAWI (Studi Kasus Pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi)
Yang ditulis oleh : ANDIRA DEWANTI
B 200 110 097
Penandatanganan berpendapat bahwa naskah publikasi tersebut memenuhi syarat untuk di terima.
Surakarta, Oktober 2015 Pembimbing Utama
(Drs.Atwal Arifin,Msi,Akt,CA)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(4)
A. PENDAHULUAN
Otonomi daerah merupakan bagian dari demokratisasi dalam menciptakan sebuah sistem yang power share pada setiap level pemerintahan, serta menuntut kemandirian sistem manajemen di daerah. Dengan pemberian otonomi daerah pada kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik difokuskan untuk mengelola sistem dana secara desentralisasi dengan transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas.
Adanya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan kewenangan yang cukup besar bagi daerah untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya. Akan tetapi selain mempunyai kewenangan, pemerintah daerah juga mempunyai kewajiban untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber dayanya tersebut. Oleh karena itu sistem akuntansi menjadi tuntutan sekaligus kebutuhan bagi tiap pemerintah daerah untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang handal.
Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah meliputi: Validity, informasi yang dihasilkan dalam sistem akuntansi yang digunakan memiliki kandungan akurasi yang tinggi. Reliability, informasi yang dihasilkan dalam sistem informasi adalah informasi yang dapat dipercaya. Efisien, melalui sistem informasi yang digunakan anggota organisasi dapat menghemat penggunaan biaya dan kegunaan SAKD selanjutnya adalah Efektif, melalui sistem informasi yang digunakan anggota organisasi dapat memanfaatkan waktu secara optimal.
Faktor organisasi dalam implementasi sistem ada tiga aspek, meliputi dukungan atasan, kejelasan tujuan, dan pelatihan. Faktor-faktor tersebut didefinisikan sebagai berikut (Chenhall, 2004 dalam Nurlaela dan Rahmawati 2010).
B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Otonomi Daerah
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri (Bayu Suryaninrat; 1985).
(5)
2. Kewenangan Pemerintah Daerah
Secara umum, kewenangan pemerintah daerah mencakup sumua urusan dalam pemerintah, kecuali urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah daerah, menurut UU No. 32 Tahun 2004, ada kewenangan yang bersifat wajib dan yang bersifat pilihan. Kewenangan bersifat wajib maksudnya adalah yang mencakup semua urusan pemerintahan dalam ukuran daerah. Sementara kewenangan yang bersifat pilihan adalah meliputi segala urusan pemerintah yang secara nyata ada serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah setempat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. 3. Keuangan Daerah
Menurut Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin (2004 : 379) Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
4. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian proses ataupun prosedur, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. (Siti Nurlela dan Rahmawati : 2010)
5. Sistem Informasi Keuangan Pemerintah Daerah (Implementasi Dan Kendalanya di Daerah)
Dalam hal ini sistem informasi dapat di artikan sebagai suatu sistem yang meliputi mendapatkan dan menerima data sebagai input, kemudian mengelola dan menerima data tersebut, serta menghasilkan informasi bagi mereka yang membutuhkan
6. Pengertian Faktor Keperilakuan Organisasi
Luthans (2005) mengemukakan perilaku organisasi sebagai pemahaman, prediksi, dan manajemen perilaku manusia dalam organisasi. Sikap seseorang dalam merespon sustu inovasi seperti diimplementasikannya sistem akuntansi keuangan daerah berbeda-beda.
(6)
7. Peneliti Terdahulu
penelitian yang dilakukan Siti Nurlaela dan Rahmawati (2010) menganalisis pengaruh faktor keperilakuan organisasi terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah di Subosukawonosraten. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa konflik kognitif tidak berhubungan positif terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah. Konflik afektif berhubungan negatif terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah. Hanya dukungan atasan yang berpengaruh untuk meningkatkan kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
Penelitian oleh Yuliana (2012) tentang faktor keperilakuan organisasi terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah pada Provinsi Sumatera Barat menunjukan bahwa hanya kejelasan tujuan yang berpengaruh signifikan positif terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
8. Rerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang ada, maka dibuat kerangka konseptual untuk menjelaskan, mengungkapkan dan menentukan persepsi keterkaitan antara variabel-variabel yang akan diteliti berpijak dengan teori yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, agar sistem akuntansi dapat terwujud secara secara efektif maka tiga faktor organisasi seperti dukungan atasan, kejelasan tujuan,pelatihan haruslah dipertimbangkan. Jika disuatu instansi pemerintah tidak adanya dukungan atasan, tidak adanya kejelasan tujuan dan masih kurangnya pelatihan akan mengakibatkan sistem akuntansi keuangan daerah tidak dapat berjalan dengan baik.
Dukungan
Penelitian Terdahulu Manajer
Lyna Latifah dan Arifin Sabeni
-Dukungan Atasan -Kejelasan Tujun -Pelatihan
Sistem
-Kejelasan Tujuan -Pelatihan
Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(7)
Dukungan Atasan Merupakan suatu partisipasi atau suatu dorongan yang dilakukan oleh kelompok kecil eksekutif yang terlibat dalam kegiatan perencanaan(planning), penyusunan personalia (staffing), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing) dan pengawasan (controlling), untuk mengembangkan sistem informasi bagi perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dukungan atasan berpengaruh dalam, mendukung suksesnya implementasi sistem akuntansi keuangan daerah.
9. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Dukungan Atasan terhadap Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Dukungan atasan berpengaruh dalam mendukung suksesnya implementasi SKAD. Menurut shield (1995) dalam Lyna Latifah dan Arifin Sabeni dukungan manajemen puncak (atasan) dalam suatu inovasi sangat penting dikarenakan ada kekuasaan manajer terkait dengan sumber daya. Manajer puncak dapat fokus terhadap sumber daya yang diperlukan, tujuan dan inisiatif strategi yang direncanakan apabila manajer (atasan) mendukung sepenuhnya dalam implementasi. Dari uraian di atas maka hipotesis selanjutnya. H1 : Terdapat pengaruh dukungan atasan terhadap implementasi Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah
2. Pengaruh Kejelasan Tujuan terhadap implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Menurut shield (1995) dalam Latifah dan Sabeni (2007) dukungan manajemen puncak dalam suatu inivasi sangat penting dikarenakan ada kekuasaan manajer terkait dengan sumber daya yang diperlukan, tujuan, dan inisiatif strategi yang direncanakan apabila manajer mendukung sepenuhnya dalam implementasi. Dari uraian di atas maka hipotesis selanjutnya :
H2 : Terdapat pengaruh kejelasan tujuan terhadap implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
3. Pengaruh Pelatihan terhadap Implementasi sistem Akuntansi Keuangan Daerah Menurut shield (1995) berpendapat bahwa pelatihan dalam desain, implementasi dan penggunaan suatu inovasi seperti adanya sistem baru memberikan kesempatan bagi organisasi untuk dapat mengartikulasi hubungan antara implementasi sistem baru tersebut dengan tujuan organisasi serta menyediakan suatu sarana bagi pengguna untuk dapat mengerti, menerima dan
(8)
merasa nyaman dari perasaan tertekan atau perasaan khawatir dalam proses implementasi.
H3 : Terdapat pengaruh pelatihan terhadap implementasi sistem Akuntansi Keuangan Daerah
C. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang mengkalkulasikan data-data angka sebagai pembahasan. Data angka tersebut dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan alternatif jawaban skala likert.
Pengertian kuantitatif menurut Sugiyono (2007:13), adalah : Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan 2. Populasi dan Sampel
Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok elemen yang lengkap, dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:53). Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi.
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro,2009:53). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria Pegawai Negeri Sipil bagian keuangan pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner Yaitu metode pengumpulan data dimana penulis mengajukan daftar pertanyaan kepada responden, dengan cara meminta kepada responden untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang tercantum di dalam kuesioner (daftar pertanyaan tertulis atau angket) yang diberikan kepada responden, dimana responden didalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada bagian keuangan atau bendahara di Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi. Skala pengukuran yang digunakan dalam
(9)
penelitian ini adalah skala interval dan menggunakan skala likert, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert dengan skala penelitian 1-5 yaitu:
Sangat tidak sesuai : 1
Tidak sesuai : 2
Netral : 3
Sesuai : 4
Sangat sesuai : 5 4. Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber/objek peneliti dengan cara memberikan kesioner kepada responden yang dijadikan sampel. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer diperoleh melalui survey dimana responden menjawab pertanyaa-pertanyaan yang telah disediakan dalam koesioner
5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sistem akuntansi pemerintah daerah yang meliputi serangkaian proses ataupun prosedur, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka penaggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah. Skala yang digunakan adalah skala likert lima point
2. Variabel Independen
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel independen adalah faktor keperilakuan yang meliputi : 1. Dukungan atasan diartikan sebagai keterlibatan manajer dalam kemajuan proyek
dan menyediakan sumber daya yang diperlukan, selain itu dapat diartikan juga sebagai bantuan yang diberikan oleh pimpinan yang lebih tinggi kepada bawahan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai
(10)
2. Kejelasan Tujuan didefenisikan suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
3. Pelatihan merupakan suatu usaha pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman mengenai sitem selain itu dapat dijelaskan pula bahwa pelatihn adalah suatu kegiatan melatih yang bertujuan menyediakan sarana bagi pengguna atau peserta untuk dapat mengerti, menerima dan merasa nyaman dari perasaan tertekan atau khawatir dalam proses implementasi.
6. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi objek pengukuran yang dilakukan dengan instrumen penelitian tersebut. Jika suatu item pernyataan dinyatakan tidak valid, maka item pernyataan itu tidak dapat digunakan dalam uji-uji selanjutnya.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama. Pengujian reliabilitas hanya memperhitungkan butir pertanyaan yang valid. Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas internal (internal conssitency reliability).
7. Metode Analisis Data a. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang didistribusikan secara normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebelum penerapan suatu rumus statistik untuk pengujian hipotesis.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005: 91).
(11)
3. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2005 : 105 ) mengemukakan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresiter dapat ketidaksamaan variance dari esidual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda yang digunakan diformulasikan sebagai berikut. (Sugiyono, 2009:63).
SAKD = α + β1 DA + β2 KT + β3 P+ e 2. Uji Signifikasi Parameter Individu ( uji t )
Menurut Ghozali ( 2005: 84) uji ststistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi-variasi dependen. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan level of significant 0,05 (α = 5%).
3. Uji F
Menurut Ghozali (2005: 84) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. 4. Uji Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien Determinasi ( R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.
D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Terdapat pengaruh antara Dukungan Atasan dengan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
Hasil analisis dukungan atasan diketahui nilai thitung (4,147) lebih besar daripada ttabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai p-value 0,000 < = 0,05. Oleh
(12)
karena itu, H1 diterima maka dukungan atasan mempunyai pengaruh terhadap sistem akuntansi keuangan daerah.
2. Terdapat pengaruh antara Kejelasan Tujuan dengan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
Kejelasan tujuan diketahui nilai thitung (2,343) lebih besar daripada ttabel (2,021) atau dapat dilihat dari p-value 0,024 < = 0,05. Oleh karena itu, H2 diterima maka kejelasan tujuan mempunyai pengaruh terhadap sistem akuntansi keuangan daerah.
3. Terdapat pengaruh antara Pelatihan dengan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan daerah.
Pelatihan diketahui nilai thitung (2,824) lebih besar daripada ttabel (2,021) atau dapat dilihat dari p-value 0,007 < = 0,05. Oleh karena itu, H3 diterima, maka pelatihan mempunyai pengaruh terhadap sistem akuntansi keuangan daerah. E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dukungan atasan berpengaruh terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah sehingga H1 diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis pertama yang memperoleh nilai thitung = 4,147 lebih besar dari pada ttabel 2,021 atau dapat dilihat dari p-value 0,000 < = 0,05.
2. Kejelasan tujuan berpengaruh terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah sehingga H2 diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian kedua yang memperoleh nilai thitung 2,343 lebih besar daripada ttabel = 2,021 atau dapat dilihat dari p-value 0,024 < = 0,05
3. Pelatihan berpengaruh terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah sehingga H3 diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian ketiga yeng
(13)
memperoleh nilai thitung = 2,824 lebih besar dari pada ttabel 2,021 atau dapat dilihat dari p-value 0,007 < = 0,05.
Keterbatasan Penelitian
1. Sampel penelitian ini hanya diambil dari Dinas Pemerintah Kabupaten Ngawi, sehingga cakupan wilayahnya kurang sehingga peneliti tidak bisa membandingkan hasilnya dengan daerah lain
2. Variabel independen yang diteliti hanya dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan, sedangkan masih banyak faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi keuangan daerah
3. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan kuisioner dalam pengambilan jawaban dari responden, sehingga penulis tidak mengawasi secara langsung atas pengisian jawaban tersebut. Kemungkinan jawaban dari responden tidak mencerminkan keadaan sebenarnya dikarenakan kondisi-kondisi tertentu masing-masing responden.
Saran
1. Bagi peneliti mendatang hendaknya daerah penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak hanya pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi tetapi bisa ditambah daerah lain
2. Sebaiknya penelitian mendatang perlu menambah jumlah variabel selain variabel dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan yang berpengaruh terhadap sistem akuntasi keuangan daerah
3. Pengukuran variabel sebaiknya selain dengan menggunakan kuisioner, perlu diperkuat dengan wawancar sehingga data yang diperoleh dari responden akan lebih valid.
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim (2004), Akuntansi Sektor Publik. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba empat:Jakarta
Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaran Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang kewenangan pemerintah daerah
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keuangan-daerah.html#ixzz3afIlCjeo Chenhall, R.H (2004). The Role of Cognitif and Affective Conflict in Early Implementation of Activity-Based Cost Management. Behavioral Reaserch in Accounting 16: Akuntan Pendidik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik. Vol. 05 No. 02. Hal. 18–30.
Indra Bastian (2002), Sistem Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Salemba Empat: Jakarta.
Undang-undang no 17 tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang keuangan negara Undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal 3 ayat 4 tentang keuangan negara
Undang-undang no 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan pusat dan pemerintah daerah Peraturan pemerintah dalam negeri nomor 13 tahun 2006 tentang perubahan atas
permendagri no 21 tahun 2011
Peraturan menteri dalam negeri nomor 71 tahun 2010 tentang sistem akuntansi pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan menteri dalam negri No 21 tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Keuangan no.59/PMK no.06 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pemerintah Pusat
(15)
Krumweide, K (1998), The Implementation stages of activity based costing and the impact of contextual and organizational factors, Journal of Management Accounting Research 10.
Mardiasmo (2002), Akuntansi Sektor Publik, ANDI Yogyakarta
Sugiyono, 2002. Statistik Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10,0 for Windows. Bandung: CV. ALFABETA.
Latifah, Lyna dan Arifin Sabeni. (2007). Faktor Keprilakuan Organisasi Dalam ImplementasiSistem Akuntansi Keuangan Daerah.Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar.
Nurlaela, Siti dan Rahmawati. (2010). Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 13. Universitas Islam Batik dan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibson,ivancevich,dan Donnelly,1993. Organisasi perilaku:struktur dan proksi edisi 5. Jakarta erlangga
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta; Erlangga.
Indriantoro,Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Satu.Yogyakarta: BPFE-UGM
Nurlela, Siti. Rahmawati, , Pengaruh faktor keperilakuan organisasi terhadap kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di Pemda SUBOSUKOWONOSRATEN, Simposium Nasional Akuntansi XII 2010, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Nordiawan, Deddi, dkk.2012.Akuntansi Pemerintahan. Jakarta:Salemba Empat www.wikipedia.com
Latifah dan Sabeni. 2007. Faktor Keperilakuan Organisasi Dalam Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan daerah. Simposium Nasional Akuntansi X.Makassar.
Sugiyono, 2002. Statistik Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10,0 for Windows. Bandung: CV. ALFABETA.
Sugiyono,2007.Statistika untuk penelitian.Bandung: Alfabeta
Zahro, Shoffiyatuz, 2012. “ Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi dalam Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ( Studi Kasus Instansi Pemerintah Se- Kota Madiun)’’. Skripsi tidak diterbitkan, Surakarta : UMS
(1)
2. Kejelasan Tujuan didefenisikan suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
3. Pelatihan merupakan suatu usaha pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman mengenai sitem selain itu dapat dijelaskan pula bahwa pelatihn adalah suatu kegiatan melatih yang bertujuan menyediakan sarana bagi pengguna atau peserta untuk dapat mengerti, menerima dan merasa nyaman dari perasaan tertekan atau khawatir dalam proses implementasi.
6. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi objek pengukuran yang dilakukan dengan instrumen penelitian tersebut. Jika suatu item pernyataan dinyatakan tidak valid, maka item pernyataan itu tidak dapat digunakan dalam uji-uji selanjutnya.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama. Pengujian reliabilitas hanya memperhitungkan butir pertanyaan yang valid. Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas internal (internal conssitency reliability).
7. Metode Analisis Data a. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang didistribusikan secara normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebelum penerapan suatu rumus statistik untuk pengujian hipotesis.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005: 91).
(2)
3. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2005 : 105 ) mengemukakan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresiter dapat ketidaksamaan variance dari esidual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda yang digunakan diformulasikan sebagai berikut. (Sugiyono, 2009:63).
SAKD = α + β1 DA + β2 KT + β3 P+ e 2. Uji Signifikasi Parameter Individu ( uji t )
Menurut Ghozali ( 2005: 84) uji ststistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi-variasi dependen. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan level of significant 0,05 (α = 5%).
3. Uji F
Menurut Ghozali (2005: 84) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. 4. Uji Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien Determinasi ( R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.
D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Terdapat pengaruh antara Dukungan Atasan dengan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
Hasil analisis dukungan atasan diketahui nilai thitung (4,147) lebih besar daripada ttabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai p-value 0,000 < = 0,05. Oleh
(3)
karena itu, H1 diterima maka dukungan atasan mempunyai pengaruh terhadap sistem akuntansi keuangan daerah.
2. Terdapat pengaruh antara Kejelasan Tujuan dengan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
Kejelasan tujuan diketahui nilai thitung (2,343) lebih besar daripada ttabel (2,021) atau dapat dilihat dari p-value 0,024 < = 0,05. Oleh karena itu, H2 diterima maka kejelasan tujuan mempunyai pengaruh terhadap sistem akuntansi keuangan daerah.
3. Terdapat pengaruh antara Pelatihan dengan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan daerah.
Pelatihan diketahui nilai thitung (2,824) lebih besar daripada ttabel (2,021) atau dapat dilihat dari p-value 0,007 < = 0,05. Oleh karena itu, H3 diterima, maka pelatihan mempunyai pengaruh terhadap sistem akuntansi keuangan daerah. E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dukungan atasan berpengaruh terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah sehingga H1 diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis pertama yang memperoleh nilai thitung = 4,147 lebih besar dari pada ttabel 2,021 atau dapat dilihat dari p-value 0,000 < = 0,05.
2. Kejelasan tujuan berpengaruh terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah sehingga H2 diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian kedua yang memperoleh nilai thitung 2,343 lebih besar daripada ttabel = 2,021 atau dapat dilihat dari p-value 0,024 < = 0,05
3. Pelatihan berpengaruh terhadap implementasi sistem akuntansi keuangan daerah sehingga H3 diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian ketiga yeng
(4)
memperoleh nilai thitung = 2,824 lebih besar dari pada ttabel 2,021 atau dapat dilihat dari p-value 0,007 < = 0,05.
Keterbatasan Penelitian
1. Sampel penelitian ini hanya diambil dari Dinas Pemerintah Kabupaten Ngawi, sehingga cakupan wilayahnya kurang sehingga peneliti tidak bisa membandingkan hasilnya dengan daerah lain
2. Variabel independen yang diteliti hanya dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan, sedangkan masih banyak faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi keuangan daerah
3. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan kuisioner dalam pengambilan jawaban dari responden, sehingga penulis tidak mengawasi secara langsung atas pengisian jawaban tersebut. Kemungkinan jawaban dari responden tidak mencerminkan keadaan sebenarnya dikarenakan kondisi-kondisi tertentu masing-masing responden.
Saran
1. Bagi peneliti mendatang hendaknya daerah penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak hanya pada Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi tetapi bisa ditambah daerah lain
2. Sebaiknya penelitian mendatang perlu menambah jumlah variabel selain variabel dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan yang berpengaruh terhadap sistem akuntasi keuangan daerah
3. Pengukuran variabel sebaiknya selain dengan menggunakan kuisioner, perlu diperkuat dengan wawancar sehingga data yang diperoleh dari responden akan lebih valid.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim (2004), Akuntansi Sektor Publik. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba empat:Jakarta
Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaran
Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang kewenangan pemerintah daerah
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keuangan-daerah.html#ixzz3afIlCjeo Chenhall, R.H (2004). The Role of Cognitif and Affective Conflict in Early
Implementation of Activity-Based Cost Management. Behavioral Reaserch in Accounting 16: Akuntan Pendidik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik. Vol. 05 No. 02. Hal. 18–30.
Indra Bastian (2002), Sistem Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Salemba Empat: Jakarta.
Undang-undang no 17 tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang keuangan negara Undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal 3 ayat 4 tentang keuangan negara
Undang-undang no 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan pusat dan pemerintah daerah Peraturan pemerintah dalam negeri nomor 13 tahun 2006 tentang perubahan atas
permendagri no 21 tahun 2011
Peraturan menteri dalam negeri nomor 71 tahun 2010 tentang sistem akuntansi pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan menteri dalam negri No 21 tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Keuangan no.59/PMK no.06 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pemerintah Pusat
(6)
Krumweide, K (1998), The Implementation stages of activity based costing and the impact of contextual and organizational factors, Journal of Management Accounting Research 10.
Mardiasmo (2002), Akuntansi Sektor Publik, ANDI Yogyakarta
Sugiyono, 2002. Statistik Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10,0 for Windows. Bandung: CV. ALFABETA.
Latifah, Lyna dan Arifin Sabeni. (2007). Faktor Keprilakuan Organisasi Dalam ImplementasiSistem Akuntansi Keuangan Daerah.Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar.
Nurlaela, Siti dan Rahmawati. (2010). Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 13. Universitas Islam Batik dan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibson,ivancevich,dan Donnelly,1993. Organisasi perilaku:struktur dan proksi edisi 5. Jakarta erlangga
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta; Erlangga.
Indriantoro,Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Satu.Yogyakarta: BPFE-UGM
Nurlela, Siti. Rahmawati, , Pengaruh faktor keperilakuan organisasi terhadap kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di Pemda SUBOSUKOWONOSRATEN, Simposium Nasional Akuntansi XII 2010, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Nordiawan, Deddi, dkk.2012.Akuntansi Pemerintahan. Jakarta:Salemba Empat www.wikipedia.com
Latifah dan Sabeni. 2007. Faktor Keperilakuan Organisasi Dalam Implementasi Sistem
Akuntansi Keuangan daerah. Simposium Nasional Akuntansi X.Makassar.
Sugiyono, 2002. Statistik Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10,0 for Windows. Bandung: CV. ALFABETA.
Sugiyono,2007.Statistika untuk penelitian.Bandung: Alfabeta
Zahro, Shoffiyatuz, 2012. “ Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi dalam
Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ( Studi Kasus Instansi Pemerintah Se- Kota Madiun)’’. Skripsi tidak diterbitkan, Surakarta : UMS