Pengaruh Minyak Jasmine (Jasminum sambac) terhadap Waktu Reaksi Sederhana pada Pria Dewasa.

(1)

vii ABSTRACT

THE EFFECT OF JASMINE OIL (Jasminum sambac) ON SIMPLE REACTION TIME IN ADULT MALES

Ketut Tadeus, 2014; Adviser I : Decky Gunawan, dr., M.Kes, AIFO Adviser II : Sylvia Soeng, dr., M.Kes

Human daily activity is a form of reaction that needs quick response. In order to do every task productively, people need maximum reaction. Aromatherapy has been believed can influence the reaction time. One of them is Jasmine oil. The purpose of this research was to find out the effect of Jasmine oil on simple reaction time in men.

This research was a quasi experimental with pre-test and post-test design. 30 men were given Jasmine oil. The data measured were simple reaction times using chronoscop with stopwatch towards light, tone, and tactile stimulus before and after given Jasmine oil. The data was analized using paired t test with α=0.05. The result showed that Jasmine oil aromatherapy shorterned the simple reaction times for red light by 21%, yellow 22%, green 22%, blue 23%, high tone 29%, low tone 30%, sharp tactile 27%, and blunt 22% with p=0.000.

The conclusion was Jasmine oil aromatherapy shorterned the simple reaction time in men.


(2)

viii

ABSTRAK

PENGARUH MINYAK JASMINE (Jasminum sambac)

TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA PRIA DEWASA

Ketut Tadeus, 2014; Pembimbing I : Decky Gunawan, dr., M.Kes, AIFO Pembimbing II : Sylvia Soeng, dr., M.Kes

Kegiatan manusia sehari-hari merupakan suatu bentuk reaksi, yang memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi dan respon yang cepat. Agar manusia dapat melaksanakan setiap kegiatan dengan produktivitas tinggi, dibutuhkan reaksi yang maksimal. Aromaterapi dikatakan dapat memengaruhi waktu reaksi seseorang. Salah satu aromaterapi yang dikenal yaitu minyak Jasmine. Tujuan penelitian ini untuk menilai efek minyak Jasmine terhadap waktu reaksi pria dewasa.

Penelitian ini bersifat eksperimental kuasi dengan desain pre-test dan post-test terhadap 30 orang pria dewasa sebelum dan sesudah pemberian minyak Jasmine. Data yang diukur adalah waktu reaksi sederhana dengan menggunakan kronoskop yang dilengkapi stopwatch terhadap rangsang cahaya, suara, dan taktil. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dengan α = 0,05

Hasil penelitian menunjukkan minyak Jasmine dapat mempersingkat waktu reaksi yaitu untuk cahaya warna merah sebesar 21%, kuning 22%, hijau 22%, biru 23%, nada tinggi 29%, nada rendah 30%, taktil tajam 21%, serta tumpul 22% dengan p=0,000.

Simpulan penelitian ini adalah minyak Jasmine mempersingkat Waktu Reaksi Sederhana pada pria dewasa.


(3)

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2

1.4.1 Manfaat Akademik ... 2

1.4.2 Manfaat Praktis ... 2

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Reaksi ... 5

2.1.1 Definisi Waktu Reaksi ... 5

2.1.2 Sejarah Waktu Reaksi ... 5

2.1.3 Jenis-jenis Waktu Reaksi ... 7

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Waktu Reaksi ... 8

2.2 Rangkaian Saraf untuk Mengolah Informasi ... 12

2.2.1 Indera Penciuman (Sistem Olfaktorius) ... 13

2.2.2 Indera Penglihatan ... 14

2.2.3 Indera Pendengaran ... 15

2.2.4 Indera Peraba ... 17

2.2.5 Formatio Reticularis ... 18

2.3 Aromaterapi... 19

2.3.1 Definisi Aromaterapi ... 19

2.3.2 Sejarah Aromaterapi ... 19

2.3.3 Efek Medis Minyak Esensial ... 22

2.3.4 Jasmine (Jasminum sambac) ... 24

2.3.4.1 Sejarah Jasmine ... 24


(4)

x

2.3.4.3 Kandungan Kimiawi Minyak Jasmine ... 25

2.3.4.4 Kegunaan Minyak Jasmine ... 26

2.3.5 Cara Penggunaan Minyak Aromaterapi ... 26

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 28

3.2 Subjek Penelitian ... 28

3.2.1 Kriteria Inklusi ... 28

3.2.2 Kriteria Eksklusi ... 28

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.4 Metode Penelitian ... 29

3.4.1 Desain Penelitian ... 29

3.4.2 Variabel Penelitian ... 29

3.4.2.1 Definisi Operasional Variabel ... 29

3.4.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 30

3.5 Prosedur Kerja ... 30

3.5.1 Persiapan Sebelum Tes ... 30

3.5.2 Pelaksanaan Saat Tes ... 31

3.5.3 Prosedur Penelitian ... 31

3.6 Metode Analisis ... 32

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.2 Pembahasan ... 35

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 41


(5)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rerata Waktu Reaksi Sederhana Pada Laki laki Dewasa untuk Stimulus Cahaya, Suara, dan Taktil ... 33 Tabel 4.2 Hasil Uji Parametrik t berpasangan untuk Semua Rangsang


(6)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Membran Olfaktorius ... 14

Gambar 2.2 Anatomi Indera Penglihatan ... 15

Gambar 2.3 Anatomi Sistem Auditorik ... 16

Gambar 2.4 Histologi Indera Peraba ... 18

Gambar 2.5 Bunga Jasmine (Melati) ... 24


(7)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 INFORMED CONSENT ... 41

Lampiran 2 DATA HASIL PERCOBAAN ... 42

Lampiran 3 DOKUMENTASI ... 45


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan manusia sehari-hari merupakan suatu bentuk reaksi, yang memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi dan respon yang cepat. Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab suatu rangsangan secara sadar dan terkendali dihitung mulai saat rangsang diberikan. (Houssay, 1955) Agar manusia dapat melaksanakan setiap kegiatan dengan produktivitas tinggi, dibutuhkan reaksi yang maksimal. Sebagai contoh saat seseorang berkendara, seorang yang bertanding dalam arena kejuaraan, maupun mereka yang sedang dalam proses terapi fisik atau rehabilitasi.

Waktu reaksi telah menjadi sebuah percobaan psikologis eksperimental yang favorit sejak abad ke 19 (Kosinski, 2013). Waktu reaksi menjadi favorit dikarenakan kebutuhan seseorang agar selalu fokus namun tetap relaks dalam beraktivitas. Bermacam-macam faktor berpengaruh pada waktu reaksi, antara lain jenis rangsang dan intensitas rangsang, jenis kelamin, lingkungan, obat-obatan, usia, kesegaran jasmani, konsentrasi, latihan, dan status mental (Woodworth & Schlosberg, 1961).

Di beberapa daerah, aromaterapi mulai dikenal masyarakat luas sebagai aroma untuk mengharumkan ruangan, sabun mandi, dan sering terdapat di tempat massage. Tidak terpungkiri, aromaterapi mempunyai berbagai efek medis bagi kesehatan. Selain sebagai salah satu alternatif yang relatif aman dibandingkan obat-obatan dalam memengaruhi kinerja seseorang, aromaterapi mempunyai cara kerja yang relatif singkat dan mudah melalui inhalasi pada saluran pernafasan. Salah satu aromaterapi yang saat ini banyak terdapat di pasaran dan terkenal dengan sebutan King of Flowers adalah minyak Jasmine. Minyak Jasmine mengandung berbagai zat yang dikenal mempunyai efek antidepresan, antiseptik, antispasmodik, stimulan, serta emolien (Emerson, 2010). Karena berefek stimulan


(9)

2

ini, minyak Jasmine diperkirakan dapat mempengaruhi waktu reaksi seseorang. Melalui percobaan ini, aromaterapi minyak Jasmine diharapkan dapat mempersingkat waktu reaksi dengan cara memengaruhi beberapa faktor yaitu konsentrasi dan status mental.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah adalah apakah minyak Jasmine mempersingkat waktu reaksi sederhana pada pria dewasa.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan agar meningkatkan penggunaan minyak Jasmine untuk menambah produktivitas kegiatan atau kerja masyarakat pada umumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek minyak Jasmine untuk mempersingkat waktu reaksi sederhana.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang fungsi minyak Jasmine untuk mempersingkat waktu reaksi sederhana.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat pada umumnya tentang manfaat penggunaan aromaterapi, khususnya minyak Jasmine sebagai salah satu terapi untuk mempersingkat waktu reaksi seseorang.


(10)

3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Minyak Jasmine mengandung komponen utama yang berperan terhadap aktivitas otak, yaitu (S)-(+)-linalool yang berefek stimulan terhadap kerja otak. (Hongratanaworakit, 2009)

Melalui inhalasi, (S)-(+)-linalool yang terkandung dalam minyak Jasmine akan kontak dengan silia olfaktorius dan berikatan dengan protein reseptor. Aktivasi dari protein reseptor akan mengaktivasi protein G yang kemudian akan memicu serangkaian reaksi intraselular cAMP-dependent (Houssay, 1955). cAMP menyebabkan terbukanya kanal ion natrium, sehingga terjadi depolarisasi yang dapat merangsang nervus Olfaktorius, kemudian impuls diteruskan ke bulbus Olfaktorius dan traktus Olfaktorius, lalu menuju ke sistem limbik (Guyton & Hall, 2010).

Perangsangan pada sistem limbik akan merangsang hipotalamus yang menimbulkan perangsangan pada sistem saraf otonom, yaitu sistem saraf simpatis. Begitu juga dengan perangsangan pada amigdala akan meningkatkan emosi yang merangsang simpatis. Bila sistem saraf simpatis terangsang, denyut nadi akan meningkat, kontraksi otot jantung juga meningkat, sehingga cardiac output meningkat yang salah satunya menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Semakin banyak oksigen dan nutrisi yang dipompakan ke otak maka semakin optimal fungsi otak, sehingga dapat mempersingkat waktu reaksi (Guyton & Hall, 2010).

Selain itu (S)-(+)-linalool juga dapat merangsang locus seruleus pada otak, yang terletak dibagian posterior antara pons dan mesencephalon sehingga mensekresi noreadrenalin. Noradrenalin adalah hormon stress yang merangsang sistem saraf simpatis dan Diffuse Ascending Reticular Activating System (ARAS) yang akan merangsang seluruh permukaan cortex cerebri sehingga dapat mempersingkat waktu reaksi sederhana. (Hongratanaworakit, 2009).


(11)

4

1.5.2 Hipotesis Penelitian


(12)

38

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Minyak Jasmine mempersingkat Waktu Reaksi Sederhana pada laki-laki dewasa.

5.2Saran

1. Baik untuk diketahui masyarakat luas bahwa aromaterapi minyak Jasmine dapat digunakan untuk meningkatkan waktu reaksi bagi seseorang yang sedang berkendara, para atlet sebelum bertanding sprint, ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

2. Minyak Jasmine didapatkan dalam bentuk minyak esensial, sabun mandi, oil massage, serta body lotion.

3. Penelitian ini terbatas pada pria dewasa, oleh karena itu penelitian ini baik untuk dilanjutkan kepada perempuan dewasa.

4. Terdapat cukup banyak jenis aromaterapi selain minyak Jasmine yang sudah ditemukan. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan dengan menggunakan berbagai jenis aromaterapi yang lain, sehingga masyarakat luas dapat semakin mengenal efek baik dari aromaterapi.


(13)

39

Daftar Pustaka

Emerson J. (2010). Aromatherapy. Top Aromatherapy Essential Oils, Balms, and Lotions, 16.

Ganong W F. (2005). Review of Medical Physiology (22 ed.). San Francisco: McGraw-Hill Companies, Inc.

Gerard J. Tortora and Bryan D. (2009). Principles of Anatomy and Physiology. USA: Aptara Corporation.

Guyton A. C., & Hall J. E. (2010). Textbook of Medical Physiology (12 ed.). New York: Elsevier.

Hellivan P. J. (2009). Jasmine. Reinventing the "king of perfumes", 2.

Hongratanaworakit T. (2009). Stimulating Effect of Aromatherapy Massage with Jasmine Oil. Natural Product Communication.

Houssay, B. A. (1955). Human Physiology (2 ed.). New York: McGraw-Hill. Hutasoit A. S. (2002). Panduan Praktis Aromatherapy untuk Pemula. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Ismawan B. (2013). 100 Plus Herbal Indonesia Bukti Ilmiah dan Racikan. Jakarta: PT Trubus Swadaya.

Jaelanai. (2009). Aroma Terapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Koensoemardiyah. (2009). A-Z Aromaterapi untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kecantikan. Yogyakarta: Lily Publisher.

Kosinski R. J. (2013). A Literature Review on Reaction Timeq. Clemson University.

Price S. & Price L. (1999). Aromatherapy for Health. England: Churchill livingstone.

Primadiati R. (2002). Aromaterapi - Perawatan Alami untuk Sehat dan Cantik. Gramedia Pustaka Utama.

Sayonan W. (2013). The Effects of Jasmine Oil Inhalation on Brain Wave Activities and Emotions. J Health Res, 73-77.

Schottelius B. A. (1978). Textbook of Physiology. Saint Louis: C. V. Mosby. Sherwood L. (2010). Human Physiology from cells to systems. Belmont, CA


(14)

40

Sulong M. F. (2006). Extraction of Essential Oils from Jasmine Flower using Solvent Extraction Method. Faculty of Chemical & Natural Resources Engineering University College of Engineering & Technology Malaysia, 11. Valerie C. Scanlon and Tina Sanders. (2007). Essential of Anatomy and

Physiology. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Wibowo D. S. (2008). Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia Publishing.

Woodworth R. S. & Schlosberg H. (1961). Experimental Psychology. New York: Henry Holt and Company.


(1)

2

ini, minyak Jasmine diperkirakan dapat mempengaruhi waktu reaksi seseorang. Melalui percobaan ini, aromaterapi minyak Jasmine diharapkan dapat mempersingkat waktu reaksi dengan cara memengaruhi beberapa faktor yaitu konsentrasi dan status mental.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah adalah apakah minyak Jasmine mempersingkat waktu reaksi sederhana pada pria dewasa.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan agar meningkatkan penggunaan minyak Jasmine untuk menambah produktivitas kegiatan atau kerja masyarakat pada umumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek minyak Jasmine untuk mempersingkat waktu reaksi sederhana.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang fungsi minyak Jasmine untuk mempersingkat waktu reaksi sederhana.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat pada umumnya tentang manfaat penggunaan aromaterapi, khususnya minyak Jasmine sebagai salah satu terapi untuk mempersingkat waktu reaksi seseorang.


(2)

3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Minyak Jasmine mengandung komponen utama yang berperan terhadap aktivitas otak, yaitu (S)-(+)-linalool yang berefek stimulan terhadap kerja otak. (Hongratanaworakit, 2009)

Melalui inhalasi, (S)-(+)-linalool yang terkandung dalam minyak Jasmine akan kontak dengan silia olfaktorius dan berikatan dengan protein reseptor. Aktivasi dari protein reseptor akan mengaktivasi protein G yang kemudian akan memicu serangkaian reaksi intraselular cAMP-dependent (Houssay, 1955). cAMP menyebabkan terbukanya kanal ion natrium, sehingga terjadi depolarisasi yang dapat merangsang nervus Olfaktorius, kemudian impuls diteruskan ke bulbus Olfaktorius dan traktus Olfaktorius, lalu menuju ke sistem limbik (Guyton & Hall, 2010).

Perangsangan pada sistem limbik akan merangsang hipotalamus yang menimbulkan perangsangan pada sistem saraf otonom, yaitu sistem saraf simpatis. Begitu juga dengan perangsangan pada amigdala akan meningkatkan emosi yang merangsang simpatis. Bila sistem saraf simpatis terangsang, denyut nadi akan meningkat, kontraksi otot jantung juga meningkat, sehingga cardiac output meningkat yang salah satunya menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Semakin banyak oksigen dan nutrisi yang dipompakan ke otak maka semakin optimal fungsi otak, sehingga dapat mempersingkat waktu reaksi (Guyton & Hall, 2010).

Selain itu (S)-(+)-linalool juga dapat merangsang locus seruleus pada otak, yang terletak dibagian posterior antara pons dan mesencephalon sehingga mensekresi noreadrenalin. Noradrenalin adalah hormon stress yang merangsang sistem saraf simpatis dan Diffuse Ascending Reticular Activating System (ARAS) yang akan merangsang seluruh permukaan cortex cerebri sehingga dapat mempersingkat waktu reaksi sederhana. (Hongratanaworakit, 2009).


(3)

4

1.5.2 Hipotesis Penelitian


(4)

38

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Minyak Jasmine mempersingkat Waktu Reaksi Sederhana pada laki-laki dewasa.

5.2Saran

1. Baik untuk diketahui masyarakat luas bahwa aromaterapi minyak Jasmine dapat digunakan untuk meningkatkan waktu reaksi bagi seseorang yang sedang berkendara, para atlet sebelum bertanding sprint, ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

2. Minyak Jasmine didapatkan dalam bentuk minyak esensial, sabun mandi, oil massage, serta body lotion.

3. Penelitian ini terbatas pada pria dewasa, oleh karena itu penelitian ini baik untuk dilanjutkan kepada perempuan dewasa.

4. Terdapat cukup banyak jenis aromaterapi selain minyak Jasmine yang sudah ditemukan. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan dengan menggunakan berbagai jenis aromaterapi yang lain, sehingga masyarakat luas dapat semakin mengenal efek baik dari aromaterapi.


(5)

39

Daftar Pustaka

Emerson J. (2010). Aromatherapy. Top Aromatherapy Essential Oils, Balms, and Lotions, 16.

Ganong W F. (2005). Review of Medical Physiology (22 ed.). San Francisco: McGraw-Hill Companies, Inc.

Gerard J. Tortora and Bryan D. (2009). Principles of Anatomy and Physiology. USA: Aptara Corporation.

Guyton A. C., & Hall J. E. (2010). Textbook of Medical Physiology (12 ed.). New York: Elsevier.

Hellivan P. J. (2009). Jasmine. Reinventing the "king of perfumes", 2.

Hongratanaworakit T. (2009). Stimulating Effect of Aromatherapy Massage with Jasmine Oil. Natural Product Communication.

Houssay, B. A. (1955). Human Physiology (2 ed.). New York: McGraw-Hill. Hutasoit A. S. (2002). Panduan Praktis Aromatherapy untuk Pemula. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Ismawan B. (2013). 100 Plus Herbal Indonesia Bukti Ilmiah dan Racikan. Jakarta: PT Trubus Swadaya.

Jaelanai. (2009). Aroma Terapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Koensoemardiyah. (2009). A-Z Aromaterapi untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kecantikan. Yogyakarta: Lily Publisher.

Kosinski R. J. (2013). A Literature Review on Reaction Timeq. Clemson University.

Price S. & Price L. (1999). Aromatherapy for Health. England: Churchill livingstone.

Primadiati R. (2002). Aromaterapi - Perawatan Alami untuk Sehat dan Cantik. Gramedia Pustaka Utama.

Sayonan W. (2013). The Effects of Jasmine Oil Inhalation on Brain Wave Activities and Emotions. J Health Res, 73-77.

Schottelius B. A. (1978). Textbook of Physiology. Saint Louis: C. V. Mosby. Sherwood L. (2010). Human Physiology from cells to systems. Belmont, CA


(6)

40

Sulong M. F. (2006). Extraction of Essential Oils from Jasmine Flower using Solvent Extraction Method. Faculty of Chemical & Natural Resources Engineering University College of Engineering & Technology Malaysia, 11. Valerie C. Scanlon and Tina Sanders. (2007). Essential of Anatomy and

Physiology. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Wibowo D. S. (2008). Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia Publishing.

Woodworth R. S. & Schlosberg H. (1961). Experimental Psychology. New York: Henry Holt and Company.