TINJAUAN YURIDIS PROSES PENJUALAN SAHAM ANAK PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DIKAITKAN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL.
TINJAUAN YURIDIS PROSES PENJUALAN SAHAM ANAK PERUSAHAAN
BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DIKAITKAN DENGAN
PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL
ABSTRAK
Akuisisi merupakan salah satu cara untuk mengembangkan sebuah
perusahaan yang sudah ada atau menyelamatkan perusahaan yang sedang
mengalami kekurangan atau kesulitan dalam hal modal perusahaan. Di
Indonesia, perusahaan diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas dan lebih spesifik lagi mengenai perusahaan
BUMN diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara. Kemudian peraturan menteri mengatur lebih lanjut secara
teknis dalam PERMEN BUMN Nomor PER-02/MBU/2010 Tentang Tata Cara
Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik
Negara. Namun timbul masalah ketika akuisisi yang dilakukan tidak sesuai
dengan syarat-syarat yang berlaku, salah satunya apabila akuisisi dilakukan
tanpa melalui proses persetujuan RUPS. Tujuan dari penelitian adalah untuk
dapat mengetahui dan menganalisis proses penjualan saham yang di lakukan
oleh dewan direksi PT. Telkom Tbk, terhadap PT. Mitratel sebagai anak
perusahaan, serta mengenai tanggung jawab dewan direksi terhadap penjualan
saham PT. Mitratel sebagai anak perusahaan PT. Telkom. Tbk dengan hanya
melalui keputusan dewan Direksi saja.
Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan
yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Tahap
penelitian yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan wawancara.
Analisis data dilakukan secara yuridis kualitatif.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil pertama, bahwa pelaksanaan
penjualan saham PT. Mitratel yang dilakukan oleh direksi PT. Telkom Tbk, tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya :
tidak adanya persetujuan RUPS (Pasal 14 ayat (3) UUBUMN); PT. Mitratel
dalam kondisi menguntungkan sehingga tidak termasuk dalam program
restrukturisasi dan tidak dalam kebutuhan dana yang mendesak (Pasal 5
Permen No. PER-02/MBU/2010). Kedua, bahwa direksi PT. Telkom Tbk,
bertanggungjawab terhadap penjualan saham PT. Mitratel sebagai anak
perusahaan PT. Telkom Tbk, yang dilakukan tanpa melalui proses persetujuan
RUPS, karena dianggap melakukan tindakan yang telah melampaui
kewenangannya, sehingga berdasarkan prinsip fiduciary duty sesuai dengan
Pasal 97 ayat (1) UUPT direksi harus bertanggung jawab secara penuh sampai
ke harta kekayaan pribadi.
iv