PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KESEJAHTERAAN PEMEGANG SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP

KESEJAHTERAAN PEMEGANG SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh : Rangga Riyadi Putra

0412010242/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP

KESEJAHTERAAN PEMEGANG SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK

INDONESIA

Yang diajukan

Rangga Riyadi Putra 0412010242/FE/EM

Disetujui untuk ujian skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Dr. Muhadjir Anwar, MM. Tanggal : ...

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”

Jawa Timur

Drs. Ec. H. R. A. Suwaidi, MS. NIP. 196003301986031003


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan terima kasih kepada junjungan tertinggi, ALLAH SWT atas kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KESEJAHTERAAN PEMEGANG SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

 

5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak dan Ibu serta Saudara-saudaraku tercinta yang sudah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Mei 2011

Penulis

   


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Manajemen Keuangan... 10

2.2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan ... 10

2.2.1.2. Tujuan Manajemen Keuangan ... 11

2.2.1.3. Fungsi Manajemen Keuangan... 12

2.2.2. Pasar Modal... 14


(6)

2.2.2.2. Peranan Pasar Modal... 15

2.2.2.3. Macam-Macam Pasar Modal ... 16

2.2.2.4. Pasar Modal Ditinjau Dari Investasi ... 18

2.2.3. Keputusan Investasi ... 19

2.2.3.1. Pengertian Investasi ... 19

2.2.3.2. Tinjauan Investasi ... 20

2.2.3.3. Risiko Investasi ... 21

2.2.4. Saham... 22

2.2.4.1. Pengertian Saham... 22

2.2.4.2. Jenis-Jenis Saham ... 23

2.2.4.3. Pemegang Saham ... 25

2.2.4.4. Kesejahteraan Pemegang Saham... 25

2.2.5. Kebijakan Dividen ... 27

2.2.5.1. Pengertian Kebijakan Dividen ... 27

2.2.5.2. Bentuk Kebijakan Pembagian Dividen ... 28

2.2.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 31

2.2.5.4. Teori Dividen ... 34

2.2.6. Dividend Per Share (DPS) ... 35

2.2.7. Retained Earning Per Share (Laba Ditahan) ... 36

2.2.8. Price Earning Ratio (PER) ... 37

2.2.9. Pengaruh Dividend Per Share Terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham ... 39


(7)

2.2.10. Pengaruh Retained Earning Per Share Terhadap

Kesejahteraan Pemegang Saham... 40

2.2.11. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham ... 41

2.3. Kerangka Konseptual ... 43

2.4. Hipotesis... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 45

3.2.1. Populasi ... 45

3.2.2. Sampel... 46

3.3. Prosedur Pengumpulan Data ... 47

3.3.1. Jenis Data ... 47

3.3.2. Sumber Data ... 47

3.3.3. Pengumpulan Data ... 47

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

3.4.1. Teknik Analisis ... 48

3.4.2. Uji Normalitas... 48

3.4.3. Uji Asumsi Klasik ... 49

3.4.4. Uji Hipotesis ... 51

3.4.4.1. Uji secara Simultan (Uji F) ... 51


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 53

4.1.1. Perkembangan Industri Manufaktur... 53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

4.2.1. Deskripsi Variabel Dividend Per Share (X1) ... 55

4.2.2. Deskripsi Variabel Reatained Earning Per Share (X2).. 56

4.2.3. Deskripsi Variabel Price Earning Ratio (X3)... 58

4.2.4. Deskripsi Variabel Kesejahteraan Pemegang Saham (X3) ... 59

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 61

4.3.1. Analisis Asumsi Klasik ... 61

4.3.1.1. Uji Outlier... 61

4.3.1.2. Uji Normalitas ... 62

4.3.1.3. Uji Multikolinieritas ... 64

4.3.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 65

4.3.1.5. Uji Autokorelasi ... 66

4.3.2. Pengujian Hipotesis... 66

4.3.2.1. Uji Kecocokkan Model (Uji F)... 67

4.3.2.2. Pengujian secara Parsial (Uji t) ... 68

4.4. Pembahasan... 70

4.4.1. Pengaruh Dividend Per Share Terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham... 70 4.4.2. Pengaruh Retained Earning Per Share Terhadap


(9)

 

Kesejahteraan Pemegang Saham ... 71 4.4.3. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Kesejahteraan

Pemegang Saham... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 73 5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 43

           


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Outlier, Uji Normalitas

Lampiran 2 Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, Uji Kecocokkan Model, Uji F, Uji t

   


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Laporan Keuangan Tahun 2007-2009 ... 6

Tabel 3.1. Ketentuan Uji Durbin Watson... 41

Tabel 4.1. Dividend Per Share (X1) Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009... 55

Tabel 4.2. Retained Earning Per Share (X2) Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ... 57

Tabel 4.3. Price Earning Ratio (X3) Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009... 58

Tabel 4.4. Kesejahteraan Pemegang Saham (Y) Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ... 60

Tabel 4.5. Uji Outlier... 62

Tabel 4.6. Uji Normalitas ... 63

Tabel 4.7. Uji Multikolinieritas... 64

Tabel 4.8. Uji Heteroskedastisitas... 65

Tabel 4.9. Uji Autokorelasi ... 66

Tabel 4.10. Uji F... 67


(13)

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KESEJAHTERAAN PEMEGANG SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh

Rangga Riyadi Putra Abstrak

Dalam suatu perusahaan pembiayaan merupakan salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan. Baik perusahaan besar maupun kecil membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh baik melaui pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun pembiayaan dari luar perusahaan (external financing). Sumber pembiayaan eksternal diperoleh perusahaan dengan melakukan pinjaman kepada pihak lain atau menjual sahamnya kepada masyarakat (go public) di pasar modal. Sedangkan sumber pembiayaan modal internal adalah berupa pemanfaatan laba yang ditahan (retained earnings), yaitu laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh dividend per share, retained earning per share dan price earning ratio terhadap kesejahteraan pemegang saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan periode tahun 2007 sampai dengan 2009 yang diambil di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS.

Melalui analisis uji regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji F dapat diketahui secara simultan varibel DPS (X1), REP (X2), dan PER (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham. Untuk Uji t pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel DPS (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham, REP (X2) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham. PER (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham.

Kata Kunci : Dividend Per Share, Retained Earning Per Share, Price Earning Ratio dan Abnormal Return.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu perusahaan pembiayaan merupakan salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan. Dikatakan penting karena fungsi inilah yang melakukan usaha untuk mendapatkan dana. Baik perusahaan besar maupun kecil membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh baik melaui pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun pembiayaan dari luar perusahaan (external financing). Sumber pembiayaan eksternal diperoleh perusahaan dengan melakukan pinjaman kepada pihak lain atau menjual sahamnya kepada masyarakat (go public) di pasar modal. Sedangkan sumber pembiayaan modal internal adalah berupa pemanfaatan laba yang ditahan (retained earnings), yaitu laba yang tidak dibagikan sebagai dividen (Nurmala, 2006:17).

Keputusan pembagian dividen merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memustuskan apakah akan membagi dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Berhubungan dengan hal tersebut, maka masalah yang akan timbul adalah bagaimana suatu kebijakan dividen akan mempengaruhi nilai perusahaan (Hatta, 2002:2).


(15)

Untuk mencapai tujuan tadi perusahaan menetapkan kebijakan dividen yaitu kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk menetapkan proporsi pendapatan yang dibagikan sebagai dividen yang dibayar, berarti semakin sedikit laba yang ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan laba dan harga sahamnya. Sebaliknya, kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar labanya tetap di dalam perusahaan berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Akibatnya, dividen yang diterima pemegang saham atau investor bisa dan tidak sebanding dengan resiko yang mereka tanggung (Nurmala, 2006:17).

Dalam keputusan pembagian dividen perlu dipertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian laba tidak seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk dividen namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Berkaitan dengan kebijakan dividen tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang saling berbeda kepentingan, yaitu antara kepentingan pemegang saham, pemegang obligasi, dan pihak perusahaan itu sendiri. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Dengan demikian perlunya bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan perusahaan (Hatta, 2002:3).


(16)

Kebijakan dividen pada dasarnya adalah penentuan seberapa besar porsi keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang sahamnya dan yang akan ditahan sebagai retained earnings. Menurut Gitasudarmo dan Basri (2002:227) kebijaksanaan perusahaan dalam membagi keuntungan kepada pemegang saham membawa arti dalam dua hal 1) dana yang dibagikan kepada pemegang saham, hal ini ditandai mekakui adanya pembayaran yang dilakukan, (2) dana yang digunakan untuk membiayai kebutuhan perkembangan usaha.

Beberapa penelitian telah mengemukakan bagaimana suatu kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian yang menunjukkan hal tersebut dilakukan oleh Gordon (1959), mengenai bagaimana dividen dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, penelitian Miller dan Scholes (1978), tentang dividen yang tidak relevan terhadap kesejahteraan pemegang saham, bahkan ada pula penelitian yang dilakukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979), yang menunjukkan bahwa dividen dapat menurunkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Beberapa penelitian tersebut saling kontradiktif, sehingga sering menimbulkan kebimbangan pada pihak manajemen maupun pihak lain yang berkepentingan terhadap perusahaan (Hatta, 2002:3).

Pada penelitian kali ini peneliti mengambil objek perusahaan manufaktur, tingginya tingkat konsumsi masyarakat akan sebuah produk membuat perusahaan manufaktur di Indonesia berkembang pesat, perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan


(17)

industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan (www.google.co.id).

Namun fenomena yang terjadi selama tahun 2010 sektor andalan ini mengalami kelesuan sekarang. Produksi sektor manufaktur menunjukkan (-159 %) pada kuartal 1-2010 dibandingkan kuartal sebelumnya. Kuartal sebelumnya juga hanya meningkat tipis sebesar 0,50 %. Tampaknya melemahnya perekonomian dunia, khusunya ekonomi Eropa mulai dirasakan sektor manufaktur di Indonesia pada dua kuartal terakhir (www.google.co.id).

Penurunan produksi tersebut berdampak pada harga saham perusahaan tersebut. Penurunan tersebut juga dirasakan pada pembukaan awal BEI di tahun 2011 terjadi penurunan yang cukup besar pada saham manufaktur yaitu sebesar 3,83 %, saham-saham yang tercatat melemah pada perdagangan antara lain saham ITMG turun 4 % ke Rp 46.900, saham ASII turun 2,9 % ke Rp 46.400, sham UNVR turun 7,2 % ke Rp 14.150, dan saham SMGR turun 7,4 % ke Rp 7.500 (www.google.co.id).

Menurut Ang (1997) Dividen Per Share (DPS) merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham. Menurut Horne dan Wachowicz (1998) dividen saham hanyalah merupakan pembayaran saham tambahan


(18)

saham biasa pada pemegang saham. Retained earning per share (laba ditahan) adalah sebagian atau seluruh laba yang diperoleh PT yang tidak dibagikan kepada pemegang saham (shareholders) sebagai deviden (dividend). Modal sendiri berdasarkan sumbernya terdiri dari dua macam yaitu dari sumber intern dan ekstern. Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah modal dari pemilik perusahaan, yang dananya tertanam dalam perusahaan dalam waktu yang tidak tertentu. Menurut Ang (1997:624) merupakan perbandingan antara harga pasar atau saham (market price) dengan earning per share dari saham yang bersangkutan.

Price earnings ratio (PER) merupakan suatu ukuran yang penting bagi para investor dalam berinvestasi, karena PER diakui sebagai metode penilaian yang baik, serta mencakup keseluruhan perusahaan, termasuk dalam memperkirakan nilai saham, menentukan nilai saham di masa yang akan datang dan menentukan besarnya modal dalam saham. Kesejahteraan pemegang saham merupakan kesejahteraan yang di dapat oleh pemegang saham, hal ini dapat diukur dari harga pasar saham yang dapat dilihat di bursa efek pada harga penutupannya (clossing price). Harga pasar (market price) adalah harga saham pada pasar yang sedang berlangsung.

Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dapat menambah penghasilan bagi para investor yang merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang diperoleh dalam satu periode tertentu. Berikut ini terdapat perusahaan manufaktur yang membayar dividen selama periode tahun 2007-2009 di antaranya sebagai berikut :


(19)

Tabel 1.1. Data Laporan Keuangan Tahun 2007-2009

DPS (Rp) REP ( Rp) PER (%) Kesejahteraan Pemegang

Saham ( Rp) No Perusahaan

2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009

1 PT. Multi Bintang

Indonesia Tbk 5.000 15.000 12.500 2.497.871,43 1.606.530 1.083.143,48 18,30 4,69 11,47 55.000 49.500 177.000 2 PT. Tunas Ridean

Tbk 55 168 72 575,21 3.792 780,72 9,20 4,27 7,78 1.240 750 1.740 3 PT. Semen Gresik

(Persero) Tbk 149,66 215,19 58 9.951,61 6.205,40 5.002,71 19,59 9,81 13,95 5.600 4.175 7.550 4 PT. SMART Tbk 5 180 75 1.351,79 353.451,17 784.069,00 15,99 4,67 10,24 6.000 1.700 2.550 5 PT. Aqua Golden

Mississippi Tbk 1.000 1.200 1.800 46.784.900 53.712.900 3.429.450 24,47 20,30 31,28 129.500 127.000 244.800 6 PT. Elnusa Tbk 2,74 3,72 20 0,00 102,73 87,24 6,38 3,95 3,61 117 355 325 7

PT. Indo Tambangraya Megah Tbk

155 1.345 678 7.418 1.431,87 4.320,36 39,94 4,61 10,47 18.900 10.500 31.800 8

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk

540 110 150 465.903,33 630.831,45 420.925,21 15,66 9,11 9,27 14.300 8.100 10.400 9 PT. Fast Food

Indonesia Tbk 45 57 83 110.911 0,00 594.481 12,27 11,04 12,57 2.450 3.100 5.200 10 PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk 43 47 93 630,18 29.602.150 640,72 26,69 7,89 14,84 2.575 930 3.550 11 PT. Delta Djakarta

Tbk 1.400 3.500 9.500 10.585.100 2.692.994,44 2.313.320,83 6,07 3,82 9,71 16.000 20.000 62.000 12 PT. Lion Metal

Works Tbk 123 135 125 115.899 73.618,50 4.345.725,00 4,88 4,23 4,72 2.100 3.075 2.100 13 PT. Unilever

Indonesia Tbk 257 315 100 3.487,89 6.492,27 6.850,13 24,51 24,72 27,75 6.750 7.800 11.050 Sumber : ICMD 2008-2010

Berdasarkan pada data yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa perusahaan manufaktur tersebut membayarkan dividen selama periode tahun 2007-2009 berturut-turut meliputi dividend per share, retained earning per share dan price earning ratio mengalami kenaikan dan ada yang mengalami penurunan atau fluktuatif. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham perusahaan.

Kesejahteraan pemegang saham ini diwakili dalam harga pasar saham perusahaan yang pada gilirannya merupakan fungsi, pembiayaan investasi perusahaan dan keputusan dividen sehingga jika harga saham pada sektor manufaktur tersebut turun maka akan berdampak pada kesejahteraan pemegang saham. Kebijakan dividen yang optimal adalah salah satu yang memaksimalkan harga saham perusahaan yang mengarah pada maksimalisasi kesejahteraan pemegang saham dan dengan demikian memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Azhagaiah, 2008).


(20)

Berkaitan dengan teori bahwa dividen akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham, terdapat beberapa penelitian yang belakangan ini dilakukan untuk menginvestigasi adanya interaksi antara keputusan finansial dan keputusan investasi, penelitian tersebut dilakukan oleh Cornell dan Shapiro (1987), Peterson dan Benesh (1983), Prezas (1988), dan Avid (1988) dalam (Hatta, 2006:3). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cornell dan Shapiro dalam (Hatta, 2006:3) dikemukakan bahwa non investor stakeholder (misalnya : karyawan, konsumen,

supplier, distributor, dan perusahaan lain yang menyediakan barang dan jasa) mempengaruhi interaksi hubungan antara keputusan finansial dan keputusan investasi tersebut.

Melihat uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dividend per share berpengaruh terhadap kesejahteraan pemegang saham?”

2. Apakah retained earning per share berpengaruh terhadap kesejahteraan pemegang saham?”


(21)

8

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. “Untuk menganalisis pengaruh dari dividend per share terhadap kesejahteraan pemegang saham?”

2. “Untuk menganalisis pengaruh dari retained earning per share

terhadap kesejahteraan pemegang saham?”

3. “Untuk menganalisis pengaruh dari price earning ratio terhadap kesejahteraan pemegang saham?”

1.4. Manfaat Penelitian

Penyusunan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, di antaranya :

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan adanya penelitian ini dapat menjadi masukkan bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi Khasana Ilmu Pengetahuan

Sebagai bahan pertimbangan atau menambah wawasan terutama untuk yang berminat melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi penelitian yang hampir sama.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Azhagaiah (2008) yang berjudul The Impact of Dividend Policy on Shareholders’ Wealth. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak dari kebijakan dividen (dividend policy) terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham yang dalam penelitian ini diwakili oleh harga pasar saham biasa perusahaan. Dengan menggunakan teknik analisis regresi maka dari penelitian ini didapatkan kesimpulan dividen berpengaruh terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham yang diwakili oleh harga saham biasa. Semakin tinggi dividen maka akan semakin meningkatkan nilai pasar saham atau begitu juga sebaliknya. Dividen dianggap sebagai faktor penting yang menentukan Kesejahteraan Pemegang Saham. Kesejahteraan Pemegang Saham sangat dipengaruhi terutama oleh lima variabel yaitu variabel pertumbuhan penjualan, peningkatan profit margin, penanaman modal keputusan, struktur keputusan modal, biaya modal dan lain-lain.

2. Penelitian lainnya dilakukan oleh Nurmala (2006) yang berjudul Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan- Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham.


(23)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Keuangan

2.2.1.1.Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan. Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga bidang keuangan dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas. Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan juga penting dalam kegiatan pemerintah, mulai dari sekolah, rumah sakit, hingga departemen jalan tol (Brigham dan Houston, 2001: 6).


(24)

Peranan manajer keuangan telah berubah selama kurun waktu belakangan ini. Hal ini disebabkan karena perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi dan bisnis. Perusahaan-perusahaan telah berkembang menjadi semakin besar dan kompleks. Secara tradisional peranan manajer keuangan ialah mencari dana untuk perusahaan bila diperlukan oleh perusahaan dan membelanjakannya. Dengan perkembangan itu manajer keuangan harus mengubah pandangan tradisional ke arah keputusan-keputusan yang berhubungan dengan semua aspek dari pengerahan modal.

Dalam hal ini manajer keuangan harus memperhatikan aktiva, alokasi dana terhadap berbagai macam proyek dan kegiatan, pengukuran hasil dari masing-masing kegiatan, pemupukan dana dalam perusahaan, serta pemeliharaan struktur kapitas yang rasional (Gitasudarmo dan Basri, 2002:3). Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan keseluruhan yaitu kemakmuran yang maksimal, manajer keuangan harus menjabarkan tujuan perusahaan itu ke dalam tujuan-tujuan yang lebih rinci (Gitasudarmo dan Basri, 2002:7).

2.2.1.2.Tujuan Manajemen Keuangan

Tujuan manajemen keuangan adalah meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan nilai saham dan peningkatan kekayaan perusahaan. Value atau nilai perusahaan dimaksud, nilai perusahaan saat ini dan nilai pada waktu yang akan datang, oleh karenanya perlu pertimbangan nilai waktu dan uang (Gitasudarmo dan Basri, 2002:7).


(25)

Pertimbangan nilai waktu dan uang dipergunakan untuk menilai pengeluaran atau pemasukan yang akan diterima di waktu yang akan datang, sedangkan evaluasi dan keputusan harus dilakukan sekarang (present value). Untuk itu diperlukan perhitungan tingkat diskonto dalam pengeluaran atau pemasukan yang akan datang.

2.2.1.3.Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2001:5), fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan : keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Masing-masing keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan.

Ketiga keputusan keuangan di implementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya semakin bertambah.

1) Keputusan Investasi

Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan


(26)

mengandung Risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan.

2) Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan ini sering disebut kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.

3) Keputusan Dividen

Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan : (1) besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend), (4) pemecahan saham (stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.


(27)

2.2.2. Pasar Modal

2.2.2.1.Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti : menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan “kriteria pasarnya” secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan (Sunariyah, 2003:10).

Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya bank-bank komersial dan lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Pasar modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal ini adalah pengguna individu-individu, pemerintah, organisasi dan perusahaan. Nilai nominal pasar modal sama dengan pasar uang atau bisa rendah atau bisa tinggi, yang membedakan bukan nilai investasi tetapi jangka waktu penanaman investasi, misalnya


(28)

jangka waktu pemegang saham tidak terbatas, tetapi deposito biasanya mempunyai waktu kurang lebih dari satu tahun (Sunariyah, 2003:10)

2.2.2.2.Peranan Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain, hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Peranan pasar modal menurut Sunariyah (2003:12) pada suatu negara dapat dilihat dari (5) lima segi sebagai berikut :

1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual belikan.

2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan.

3. Pasar modal banyak memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.


(29)

2.2.2.3.Macam-Macam Pasar Modal

Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2003:12) tersebut ada beberapa macam yaitu :

1. Pasar Perdana

Pasar perdana adalah penawaran saham dari peusahaan yang menerbitklan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh peminjaman emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasrkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Peran emisi pasar perdan aselain menentukan harga saham, dan juga melaksanakan penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon pemodal. Dari uraian di atas menegaskan bahwa ada pasar perdana saham yang bersangkutan untuk pertama kalinya diterbitkan emiten dan dari hasil penjualan saham tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan.

2. Pasar Sekunder

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi pasar saham


(30)

dimana saham dan sekuritas lain diperjual belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antar pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : (a) faktor internal perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai, (b) faktor eksternal perusahaan, yaitu hal-hal di luar kemampuan perusahaan atau di luar kemampuan manajemen untuk mengendalikan.

3. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh perserikatan uang dan efek dengan diawasi dan dibina oleh badan pengawas pasar modal, jadi pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi pada pasar ketiga ini berupa pemusatan informasi yang disebut “trading information” pasar yang diberikan meliputi : harga-harga pasar saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan. Dalam sistem ini perdagangan ini pialang dapat bertindak dalam kedudukan sebagai pedagang efek maupun sebagai perantara pedagang.


(31)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi ini dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale)

2.2.2.4.Pasar Modal Ditinjau Dari Investasi

Ditinjau dari proses penyelenggaraan transaksi pasar modal terdiri dari tiga kategori yaitu :

1. Pasar Spot

Bentuk dasar keuangan yang memperdagangkan sekuritas atau jasa keuangan untuk di serah terimakan secara spontan, artinya kalau seseorang membeli suatu jasa-jasa finansial, maka pada saat itu juga akan menerima jasa jasa yang dibeli tersebut.

2. Pasar Future atau Forward

Pasar keuangan di mana sekuritas atau jasa keuangan yang akan diselesaikan kemudian hari atau beberapa waktu sesuai dengan ketentuan. Proses transaksi ini memuat kesepakatan saat terjadinya transaksi dan saat penyerahan harus dilakukan.

3. Pasar Opsi

Merupakan pasar keuangan yang memperdagangkan hak untuk menentukan pilihan terhadap saham atau obligasi. Pilihan tersebut adalah persetujuan atau kontrak hak pemegang saham untuk membeli


(32)

atau menjual dalam waktu tertentu di antara entitas yang melakukan kontrak terhadap opsi yang diperjual belikan, hak opsi harus menegaskan dalam kontrak, bahwa kesempatan hanya dapat digunakan dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian apabila dalam periode tersebut tidak digunakan, kesempatan dalam kontrak tersebut dinyatakan batal demi hukum.

2.2.3. Keputusan Investasi 2.2.3.1.Pengertian Investasi

Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.

Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan kekayaannya melalui distribusi hasil investasi (seperti pendapatan bunga, royalty, dividen,pendapatan sewa dan lain-lain, untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan datang (Simamora, 2004:438).

Investasi menurut Sunariyah (2003:4), adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan


(33)

datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu : investasi dalam bentuk aktiva real dan investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas.

Investasi menurut Jogiyanto (2000:5) merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.

2.2.3.2.Tujuan Investasi

Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain (Tandelilin, 2001:4) :

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi Tekanan Inflasi

Dengan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari Risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.


(34)

3. Dorongan Untuk Menghemat Pajak

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang tertentu.

2.2.3.4.Risiko Investasi

Risiko investasi dalam bentuk efek akan di dapati dalam beberapa macam, yaitu (Gitasudarmo dan Basri, 2002:249) :

1. Finansial

Risiko finansial adalah Risiko yang timbul karena perusahaan yang menerbitkan saham tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya dalam keadaan ekonomi yang memburuk. Dengan demikian investor yang memiliki saham perusahaan tersebut mempunyai Risiko tidak menerima dividen atau bahkan mungkin kehilangan modal apabila ternyata kemudian perusahaan tersebut dilikuidasi.

2. Risiko Tingkat Bunga

Risiko tingkat bunga adalah Risiko yang timbul karena meningkatnya tingkat suku bunga yang berlaku di masyarakat sehingga hal tersebut dapat menurunkan harga dari efek yang dimilikinya.

3. Risiko Daya Beli (Inflasi)

Risiko ini adalah Risiko yang muncul karena menurunkan daya beli rupiah yang disebabkan karena adanya inflasi.


(35)

Jenis risiko ini adalah risiko yang timbul karena harga pasar dari semua efek mengalami penurunan secara substansial.

5. Risiko Psikologi

Risiko ini adalah pemodal akan bertindak secara emosional dalam menanggapi gelombang optimisme dan pesimisme yang secara periodik terjadi dalam pasar modal. Hal ini terjadi apabila pemodal (investor) yang sebenarnya tidak membutuhkan dana, namun tetap menjual efeknya karena terpengaruh oleh investor yang menjualnya lebih dahulu dan takut menderita kerugian yang lebih besar lagi.

2.2.4. Saham

2.2.4.1.Pengertian Saham

Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk menjual kepentingan dalam bisnis saham (efek ekuitas) dengan imbalan tunai. Ini adalah metode utama untuk meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary market) atau pasar sekunder (secondary market).


(36)

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan (Madichah, 2005:17).

2.2.4.2.Jenis-Jenis Saham

Menurut Jogiyanto dalam Madichah (2005:20) berdasarkan hak tagih atau klaim saham dibedakan menjadi dua yaitu saham preferen dan saham biasa :

1. Saham Preferen

Saham preferen adalah saham dengan hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan aset. Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Beberapa karakteristik saham preferen menurut Jogiyanto (2003:68) dalam Madichah (2005:20) adalah :

a) Preferen terhadap dividen, hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.

b) Dividen kumulatif, hak kepada pemegang saham preferen untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum penerima saham bisa menerima sahamnya.


(37)

c) Dividen in arrears, dividen-dividen periode lalu yang belum dibagikan dan akan dibagikan nanti dalam bentuk dividen kumulatif.

d) Preferen pada waktu likuidasi, saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

2. Saham Biasa

Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common back) pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada pihak manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan pemilik saham biasa mempunyai beberapa hak yaitu : a) Hak kontrol saham biasa, hak pemegang saham biasa untuk

memilih pimpinan perusahaan.

b) Hak menerima pembagian keuntungan, hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. c) Hak preemtive, hak untuk mendapatkan persentasi kepemilikan

yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.


(38)

2.2.4.3.Pemegang Saham

Pemegang saham (share holder atau stock holder), adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. para pemegang saham adalah pemilik dari dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegangsaham adalah sebuah teori bahwa sebuah perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka.

Pemegang saham diberikan hak khusus tergantung dari jenis saham, termasuk hak untuk memberikan suara (biasanya satu suara per saham yang dimiliki) dalam hal seperti pemilihan papan direktur, hak untuk pembagian dari pendapatan perusahaan, hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan hak terhadap aset perusahaan pada saat likuidasi perusahaan. Namun, hak pemegang saham terhadap aset perusahaan berada di bawah hak kreditor perusahaan. Ini berarti bahwa pemegang saham biasanya tidak menerima apa pun bila suatu perusahaan yang dilikuidasi setelah kebangkrutan (bila perusahaan tersebut memiliki lebih untuk membayar kreditornya, maka perusahaan tersebut tidak akan bangkrut), meskipun sebuah saham dapat memiliki harga setelah kebangkrutan bila ada kemungkinan bahwa hutang perusahaan akan direstrukturisasi.


(39)

2.2.4.4.Kesejahteraan Pemegang Saham

Kesejahteraan pemegang saham pada dasarnya adalah kesejahteraan pemegang saham yang bisa bertambah dari kepemilikan saham dalam perusahaan. Kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan 2 cara yang mungkin yaitu baik dengan kenaikkan harga saham yang membawa keuntungan atau peningkatan pembayaran dividen. Melihat kenyataan ini, perusahaan dapat memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui cara ini. Namun, titik optimal perlu dipukul sebagai suatu perusahaan yang harus menyeimbangkan risiko dan kembali terlibat (www.google.co.id). Kesejahteraan pemegang saham merupakan kesejahteraan yang di dapat oleh pemegang saham, hal ini dapat diukur dari harga pasar saham perusahaan yang dapat dilihat di bursa efek pada harga penutupannya (clossing price) (Azhagaiah, 2008:181).

Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar merupakan harga terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual (Horne, 1997:70). Husnan (2001) mengemukakan bahwa nilai saham adalah harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Horne (1997:5) mengemukakan bahwa harga pasar bertindak sebagai barometer dari kinerja bisnis. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama para pemegang saham. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Hal tersebut jika dilakukan dapat mengakibatkan harga saham di pasar turun.


(40)

2.2.5. Kebijakan Dividen

2.2.5.1.Pengertian Kebijakan Dividen

Dividen merupakan pembagian laba kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan yang ditentukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam hal pembagian dividen kepada para pemegang saham suatu perusahaan membutuhkan pertimbangan yang matang, hal ini disebabkan pihak manajemen harus memikirkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan (going concern principal).

Berbicara mengenai masalah kebijakan dividen, tentunya tidak terlepas dari keputusan yang diambil perusahaan mengenai seberapa besar dividen kas (cash dividend) yang harus dibayarkan dan berapa kali dividen tersebut dibayarkan dalam satu tahun (Arifin, 2005:103). Dengan kata lain bahwa kebijkan dividen menyangkut kebijakan yang diambil tentang seberapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan menjadi hak pemegang saham. Gitasudarmo dan Basri (2002:227) menyatakan “kebijaksanaan perusahaan dalam membegi keuntungan kepada pemegang saham membawa arti dalam dua hal : (1) dana yang dibagikan kepada pemegang saham, hal ini ditandai melalui adanya pembayaran yang dilakukan, (2) dana yang digunakan untuk membiayai kebutuhan perkembangan usaha”. Kebijakan dividen merupakan bagian yang


(41)

menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Di mana semakin besar laba yang ditahan maka semakin kecil bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih perusahaan yang didapatkan. Semakin tinggi dividend payout ratio akan semakin menguntungkan bagi para pemegang saham, namun bagi pihak perusahaan tidak mengharapkan hal tersebut karena dapat memperlemah keuangan internal melalui kecilnya laba ditahan. Di sisi lain semakin kecil dividen payout ratio maka akan merugikan bagi pihak pemegang saham dan menguntungkan bagi perusahaan melalui internal finansial yang semakin kuat (Gitasudarmo dan Basri, 2002:232).

2.2.5.2.Bentuk Kebijakan Pembagian Dividen

Menurut Sutrisno (2001:304) ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain :

1. Pembagian dividen secara tunai. Pembagian dividen secara tunai

terdiri dari beberapa bentuk yaitu : a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu


(42)

walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahunkan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan karena beberapa alasan yaitu : (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen Meningkat

Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yangh selalu meningkat dengan pertumbuhan stabil.

c. Kebijakan Dividen Dengan Ratio Yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.


(43)

d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler Yang Rendah Ditambah Ekstra

Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar saham yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

2. Pembagian Stock Dividend. Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham.

3. Kebijakan Stock Split. Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. oleh karena itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu.


(44)

4. Kebijakan Repurchase Stock. Repurchase stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.

Pendekatan ini berpandangan bahwa kebijakan Dividen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu, manajer dituntut untuk membagikan Dividen sebagai

reward yang diharapkan oleh seorang investor untuk membeli saham tersebut.

2.2.5.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham adalah (Sutrisno, 2001:304) :

1. Posisi Perusahaan

Perusahaan dalam kondisi insolvesi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.

2. Posisi Likuiditas Perusahaan

Cash dividend merupakan arus kas keluar perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat


(45)

likuiditas perusahaan. bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payoutnya kecil

3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah kreditor berupa hutang, yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Di samping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba diyahan. Hal ini tentunya kan memperkecil divident payout ratio.

4. Rencana Perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. semakin pesat perumbuhan, semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perusahaan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa diperoleh dari


(46)

internal resourches berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payoutnya

5. Kesempatan Investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.

6. Stabilitas Pendapatan

Perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

7. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh


(47)

karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar tetap berada di tangannya.

2.2.5.4.Teori Dividen

Ada beberapa teori dividen yang dikemukakan oleh Harahap (2004:320) yang telah diuji secara empiris, yaitu :

1. Smoothing Theory

Teori ini dikembangkan oleh Litner yang mengatakan “jumlah dividen tergantung pada keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahu sebelumnya”.

2. Dividend Irrelevance Theory

Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani dalam papernya

Dividend Irrelevance Preposition. Dalam paper tersebut dijelaskan bahwa dalam dunia tanpa pajak, serta dalam kondisi pasar yang sempurna tidak diperhitungkannya biaya transaksi maka kebijakan dividen tidak memberikan pengaruh apapu terhadap harga saham tersebut.

3. Bird in Hand Theory

Menurut teori ini dikatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in hand) adalah lebih baik dari pada saldo laba (a bird in the bush) karena laba tersebut tidak akan pernah terwujud dalam masa depan (it can fly away). Sehingga berdasarkan teori di atas tingkat pengembalian disyaratkan atas ekuitas akan turun apabila rasio


(48)

pembayaran dividen dinaikkan karena para pemegang saham kurang

yakin terhadap penerimaan keuntungan (capital gain) yang akan

dihasilkan dari laba yang ditahan jika dibandingkan dengan seandainya menerima dividen.

4. Tax Preference Theory

Teori ini menjelaskan bahwa dalam hal yang berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran dividen yang rendah dibandingkan dengan dividen yang tinggi. Hal ini memberikan makna bahwa investor lebih suka apabila perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan karena adanya keuntungan pajak.

5. Clientele Effect Ratio

Teori ini menyatakan bahwa apabila perusahaan membayar dividen, investor seharusnya mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan konsekuensi negatif dari pajak.

2.2.6. Dividend Per Share (DPS)

Menurut Ang (1997) Dividen Per Share (DPS) merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham. Menurut Horne dan Wachowicz (1998) dividen saham hanyalah merupakan pembayaran saham tambahan saham biasa pada pemegang saham. Dividen saham tersebut tidak lebih dari rekapitulasi perusahaan, proporsi kepemilikan dari pemegang saham


(49)

tetap tidak berubah. Secara teoritis, dividen saham bukan sesuatu yang menyangkut nilai bagi para investor.

Besar kecilnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham tergantung dari kebijaksanaan dividen masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dari segi perusahaan, membagikan dividen kepada para investor memerlukan pertimbangan yang mendalam karena perusahaan juga harus memikirkan kelangsungan pertumbuhan perusahaan.

DPS = Dividen Tunai Ang (1997) Jumlah Saham Beredar

2.2.7. Retained Earning Per Share (Laba Ditahan)

Retained earning per share (laba ditahan) adalah sebagian atau seluruh laba yang diperoleh PT yang tidak dibagikan kepada pemegang saham (shareholders) sebagai deviden (dividend). Modal sendiri berdasarkan sumbernya terdiri dari dua macam yaitu dari sumber intern dan ekstern. Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah modal dari pemilik perusahaan, yang dananya tertanam dalam perusahaan dalam waktu yang tidak tertentu. Sedangkan modal sendiri yang berasal dari sumber intern adalah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri terdiri dari : (a). Modal Saham, (b). Cadangan dan (c). Laba ditahan (retained earning) (Rusdin, 2006).

Retained earning dihitung sebagai akumulasi laba bersih (net profits) di dalam suatu bisnis (Lin et,al,1998 dalam Keister, 2004).


(50)

Retained earning di proxy dengan nilai logaritma natural dari total laba ditahan (Keister, 2004). Retained earning (laba ditahan) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting bagi perusahaan. Kebutuhan dana pertama kali berasal dari internal equity. Karena banyak dana yang dialokasikan ke retained earnings, maka laba yang dibayarkan ke dividen semakin berkurang. Myers (1984) juga menyatakan bahwa perusahaan lebih mengutamakan pendanaan ekuitas internal (menggunakan laba yang ditahan) daripada pendanaan ekuitas eksternal (menerbitkan saham baru). Hal itu disebabkan penggunaan laba yang ditahan lebih murah dan tidak perlu mengungkapkan sejumlah informasi perusahaan (yang harus diungkapkan dalam prospectus saat menerbitkan obligasi dan saham baru).

Selain itu, pendapatan (earning) digunakan sebagai sinyal kesehatan keuangan bagi para investor dan peminjam potensial. Meskipun para manajer tidak mengontrol retained earning. Oleh karena itu retained earning meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menarik dana dari eksternal (Keitser, 2004).

2.2.8. Price Earning Ratio (PER)

Menurut Ang (1997:624) merupakan perbandingan antara harga pasar atau saham (market price) dengan earning per share dari saham yang bersangkutan. PER merupakan suatu ukuran yang penting bagi para investor dalam berinvestasi, karena PER diakui sebagai metode penilaian yang baik, serta mencakup keseluruhan perusahaan, termasuk dalam


(51)

memperkirakan nilai saham, menentukan nilai saham di masa yang akan datang dan menentukan besarnya modal dalam saham.

Menurut Fabozzi (1999:363) dalam Lestariningsih (2007:15) PER atau rasio bunga laba merupakan harga pasar berlaku dibagi dengan beberapa ukuran EPS. Rasio harga laba umumnya digunakan sebagai indikator dari nilai relatif bagi berbagai saham biasa. Rasio harga laba hanya menyediakan indikasi kasar dari hasil investasi relatif, dan harus digunakan dengan sangat hati-hati. Namun, rasio harga laba ini rutin menyediakan indikasi mengenai harapan pasar jika laba disesuaikan dengan benar pada saat perhitungan rasio dilakukan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan semakin rendah tingkat perubahan laba, maka akan semakin tinggi rasio harga laba yang dimiliki perusahaan.

PER juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut 5 kali lipat terhadap EPSnya. Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER


(52)

merupakan salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. (Jogiyanto 2003: 105) dalam Lestariningsih (2007:16).

Anaroga dan Pakarti (2001 : 64) mengatakan bahwa pendekatan PER didasarkan pada perkiraan per saham di masa mendatang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi dalam suatu saham akan kembali. Formula dari pendekatan PER dapat dirumuskan sebagai berikut :

PER = Price Share

Earning Per Share

2.2.9. Pengaruh Dividend Per Share Terhadap Kesejahteraan Pemegang

Saham

Dividen merupakan pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Berbicara mengenai masalah kebijakan dividen, tentunya tidak terlepas dari keputusan yang diambil perusahaan mengenai seberapa besar dividen kas (cash dividend) yang harus dibayarkan dan berapa kali dividen tersebut dibayarkan dalam satu tahun (Arifin, 2005:103). Dengan kata lain bahwa kebijakan dividen menyangkut kebijakan yang diambil tentang seberapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan menjadi hak pemegang saham.

Penelitian yang menunjukkan hal tersebut dilakukan oleh Gordon (1959), mengenai bagaimana dividen dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, penelitian Miller dan Scholes (1978), tentang dividen yang tidak relevan terhadap kesejahteraan pemegang saham, bahkan ada


(53)

pula penelitian yang dilakukan oleh Litzenberger dan Ramaswany (1979) dalam Kurniawati (2001:3), yang menunjukkan bahwa dividen kecil dapat menurunkan tingkat kesejahteraan pemegang saham.

Menurut Sharpe dan kawan-kawan (1997), perubahan dividen adalah pengumuman kenaikan dividen yang merupakan tanda bahwa manajemen telah menaikkan pendapatan masa depan perusahaan. Oleh karena itu, pengumuman kenaikan dividen merupakan kabar baik dan pada gilirannya akan menaikkan ekspektasi mereka mengenai pendapatan perusahaan. Hal ini merupakan suatu implikasi bahwa pengumuman kenaikan dividen (DPS) akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan.

Hasil penelitian Raymond (2007) dan Tambunan (2007) dalam Intan (2009:62) menghasilkan kesimpulan bahwa dividen per share berpengaruh positif (signifikan) terhadap kesejahteraan pemegang saham (harga saham perusahaan). Hasil penelitian Azhagaiah (2008:186) menghasilkan kesimpulan bahwa dividen per share berpengaruh positif (signifikan) terhadap kesejahteraan pemegang saham.

2.2.10. Pengaruh Retained Earning Per Share Terhadap Kesejahteraan

Pemegang Saham

Pemegang saham adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar


(54)

dalam Bursa Efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka.

Kebijakan dividen pada dasarnya adalah penentuan seberapa besar porsi keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang sahamnya dan yang akan ditahan sebagai retained earnings, semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan laba dan harga sahamnya. Sebaliknya, kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar labanya tetap di dalam perusahaan berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Akibatnya, dividen yang diterima pemegang saham atau investor bisa dan tidak sebanding dengan risiko yang mereka tanggung (Nurmala, 2006:17). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit laba yang ditahan (retained earnings) maka semakin terhambat pertumbuhan harga saham. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi laba ditahan maka semakin rendah tingkat kesejahteraan pemegang saham yang diterima. Sehingga retaiend earning per share berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan pemegang saham.

2.2.11. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Kesejahteraan Pemegang

Saham


(55)

sebelum pemecahan. Hal ini tentu akan berakibat pada kenaikan laba per lembar saham. Naiknya laba per lembar saham akan berpengaruh terhadap pembagian dividen. Apabila laba per lembar saham naik, bukan tidak mungkin akan mengakibatkan naiknya permintaan saham tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terdongkraknya harga saham. Penelitian mengenai hubungan laba dengan harga saham dilakukan oleh Asquith et.al. (1989) yang mengindikasikan bahwa reaksi pasar yang positif dengan adanya pemecahan saham bukan disebabkan oleh informasi tentang kemungkinan perusahaan akan membagikan dividen, namun lebih disebabkan kemungkinan peningkatan laba akuntansi.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Asquith et.al (1989) ternyata juga mendukung signaling theory sebagaimana dijelaskan di atas yang menyatakan bahwa dengan laba (PER) yang didapatkan tinggi maka harga saham akan tinggi pula. Hasil penelitian Azhagaiah (2008:186) menghasilkan kesimpulan bahwa price earning ratio berpengaruh positif (signifikan) terhadap kesejahteraan pemegang saham.


(56)

43

2.3. Kerangka Konseptual

Dividend Per Share

(X1)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. “Dividend per share berpengaruh positif terhadap kesejahteraan pemegang saham”.

2. “Retained earning per share berpengaruh negatif terhadap

kesejahteraan pemegang saham”.

3. “Price earning ratio berpengaruh positif terhadap kesejahteraan pemegang saham”.

Kesejahteraan Pemegang Saham

(Y)

Retained Earning Per Share

(X2)

Price Earning Ratio


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel bebas terdiri dari : 1. Dividend Per Share (X1)

Adalah porsi laba yang dibagikan per lembar saham kepada para pemegang saham. Variabel ini menunjukkan preferensi pemakaian dividend yield oleh pemakai laporan keuangan dalam menilai harga saham. Variabel (X1) Dividend Per Share dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dividen tunai dibagi jumlah saham yang beredar.

DPS = Dividen Tunai

Jumlah Saham Beredar

2. Retained Earning Per Share (X2)

Adalah sebagian atau seluruh laba yang diperoleh PT yang tidak dibagikan kepada pemegang saham (shareholders) sebagai deviden (dividend).

REP = Retained Earning Jumlah Saham Beredar


(58)

3. Price Earning Ratio (X3)

Adalah perbandingan antara harga pasar atau saham (market price) dengan earning per share dari saham yang bersangkutan.

Variabel (X3) Price Earning Ratio dalam penelitian ini diukur dengan rumus berikut ini :

PER = Price Share Earning Per Share 4. Kesejahteraan Pemegang Saham (Y)

Kesejahteraan pemegang saham pada penelitian ini diwakili dalam harga pasar saham perusahaan. Harga pasar (market price) adalah harga saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila bursa efek telah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (clossing price). Jadi harga pasar ini menyatakan naik turunnya kesejahteraan pemegang saham.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan yang membayar dividen selama periode tahun 2007-2009. Populasi dalam penelitian ini


(59)

1. Perusahaan-perusahaan manufaktur Go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009.

2. Perusahaan-perusahaan manufaktur pada tahun 2007-2009 yang membayar dividen secara kontinu.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian (himpunan bagian) dari populasi (Anonim, 2004). Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode sensus yaitu teknik penentuan sampel di mana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Sampel dari penelitian ini antara lain : 1) PT. Multi Bintang Indonesia Tbk; 2) PT. Tunas Ridean Tbk ;

3) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk ; 4) PT. SMART Tbk ;

5) PT. Aqua Golden Mississippi Tbk ; 6) PT. Elnusa Tbk ;

7) PT. Indo Tambangraya Megah Tbk ; 8) PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk ; 9) PT. Fast Food Indonesia Tbk ;

10) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ; 11) PT. Delta Djakarta Tbk ;

12) PT. Lion Metal Works Tbk ; 13) PT. Unilever Indonesia Tbk.


(60)

3.2. Prosedur Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh tidak secara langsung dari obyek penelitian. Data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan telah diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi, meliputi harga saham dan data laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009.

3.3.3. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara pengumpulan literatur-literatur yang diperlukan sebagai landasan teoritis dan dari data laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009.


(61)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang dilakukan, maka keterkaitan antara variabel penelitian dapat digambarkan secara spesifik dalam modl regresi linier berganda. Analisis ini dapat digunakan untuk menerangkan tingkat ketergantungan satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Dalam analisis ini juga dapat diukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih varibel bebas. Adapun model regresi linier berganda secara umum adalah :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e ... Di mana : Y = Kesejahteraan Pemegang Saham b0 = Konstanta

b1 = Koefisien Regresi Dividend Per Share

b2 = Koefisien Regresi Retained Earning Per Share b3 = Koefisien Regresi Price Earning Ratio

X1 = Dividend Per Share

X2 = Retained Earning Per Share

X3 = Price Earning Ratio

e = Variabel Penggangu


(62)

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode di antaranya adalah metode Kolmogorov-Smirnov, dengan menggunakan program SPSS 13 (Ghozali, 2001:77).

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Regresi linier berganda dengan persamaan Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi di antaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh model regresi linier berganda tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tidak terdapat multikolinieritas b. Tidak terjadi heteroskedastisitas c. Tidak ada autokorelasi


(63)

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Di bawah ini asumsi dasar dari BLUE sebagai berikut :

a. Multikolinieritas

Merupakan suatu keadaan di mana satu atau lebih variabel bebas berkorelasi sempurna dengan variabel bebas lainnya. Multikolinieritas dapat dilihat dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah (Santoso, 2002:203) :

1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 2) Mempunyai angka tolerance mendekati 1

3) Koefisien antara variabel bebas haruslah lemah (di bawah 0,5). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem multikolinieritas.

b. Heteroskedastisitas

1) Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas, karena ini menghimpun data yang terwakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan


(64)

seluruh variabel bebas. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut (Gujarati, 1999:177) :

1. Nilai probabilitas > 0.05 berarti bebas dari heteroskedastitas. 2. Nilai probabilitas < 0.05 berarti terkena heteroskedastitas. c. Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Panduan untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W (Durbin Watson). Deteksi adanya autokorelasi sebagai berikut :

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.4.4. Uji Hipotesis

3.4.4.1.Uji secara Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujian:

H0: b1=b2=b3= 0, artinya variabel Dividend Per Share, Retained Earning Per Share dan Price Earning Ratio yang terdapat pada model ini


(65)

secara serempak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham.

H1: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya variabel Dividend Per Share, Retained Earning Per Share dan Price Earning Ratio yang terdapat pada model ini secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham.

Pada penelitian ini nilai F hitung akan dibandingkan dengan F tabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah : Terima H0 bila F hitung ≤ F tabel, tolak H0 (terima H1) bila F hitung > F tabel

3.4.4.2.Uji Secara Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujian:

H0: b1=b2=b3= 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Dividend Per Share, Retained Earning Per Share dan Price Earning Ratio terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham.

H1: b1 ≠ b2 ≠ b3≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel variabel Dividend Per Share, Retained Earning Per Share dan Price Earning Ratio terhadap Kesejahteraan Pemegang Saham.

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada


(66)

53

uji-t ini adalah: H0 diterima jika : t hitung ≤ t tabel, H1 diterima jika : t hitung > t tabel.


(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Perkembangan Industri Manufaktur

Perkembangan industri di saat ini mengalami peningkatan, bisa dilihat dari banyaknya barang yang kita konsumsi dan dapat kita lihat juga dari suatu perusahaan-perusahaan yang berdiri saat ini yang saling bersaing. Ini merupakan perkembangan industri ditanah air semakin pesat. Tetapi coba kita lihat perkembangan manufaktur di Indonesia sendiri. Kita lihat dari perkembangannya manufaktur di Indonesia sendiri sedang mengalami kemunduran. Faktornya dapat dilihat dari adanya perdagangan bebas yang sekarang makin obral besar-besaran dari produk China yang murah.

Dilihat dari penjualan barang yang murah seperti barang rumah tangga dan barang-barang yang sering kita guakan seperti telepon genggam. Tentu merupakan merosotnya perkembangan industri ditanah air ini. Bisa kita lihat banyak industri besar sampai industri menengah ke bawah yang sudah gulung tikar karena perdagangan bebas yang masuk ke Indonesia. Untuk itu kita perlu perubahan yang besar agar perusahaan di Indonesia sendiri bisa tetap ada dan berkembang. Kita bisa melakukan suatu perubahan harga jual yang murah dan berkualitas juga tetunya. Banyak bahan baku dari negara kita sendiri yang bisa kita ambil dari alam.


(68)

Tergantung kita memanfaatkanya kita bisa mencontoh dari negara China yang maju. Kita bisa ambil ilmunya bagaimana cara memanfaatkan suatu produk yang memiliki nilai yang ekonomis dan diminati semua pembeli. Di Indonesia juga bisa seperti itu, kita butuh perubahan dimana setiap pengusaha atau manajer sepatutnya mempunyai wawasan yang cukup untuk mengatasi kelesuan yang terjadi pada perusahaannya saat ini. Oleh karena itu informasi sangat dibutuhkan sekali. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat akan sebuah produk membuat perusahaan manufaktur di Indonesia berkembang pesat, perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara.

Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Pentingnya perusahaan manufaktur di Indonesia membuat pemerintah memfokuskan pada tahun 2011 untuk mendorong laju perkembangan sektor manufaktur, seperti yang disampaikan menteri Bappenas Armida bahwa hal ini dilakukan untuk memelihara momentum pertumbuhan yang sudah ada di 2010 dan dipercepat lagi untuk 2011. Armida menambahkan jika sektor manfaktur ini kita usahakan untuk didorong, maka nanti akan ada multiplier effect, yaitu akan diikuti sektor lainnya, ditambah ada implikasi regional serta kesempatan kerja dari pengembangan sektor tersebut.


(1)

73

ini yang sesuai dengan teori yang menyatakan dimana apabila jumlah price earning ratio yang dimiliki suatu perusahaan tinggi maka kesejahteraan pemegang saham perusahaan pun meningkat.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian tentang pengaruh kebijakan dividen terhadap kesejahteraan pemegang saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dividend per share berpengaruh terhadap kesejahteraan pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi dividen per share yang dibayarkan kepada pemegang saham maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan pemegang saham.

2. Retained earning per share tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi laba ditahan per lembar saham maka semakin rendah tingkat kesejahteraan pemegang saham.

3. Price earning ratio berpengaruh terhadap kesejahteraan pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat rasio bunga laba (PER) yang diterima pemegang saham maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan pemegang saham.

5.2 Saran

Dari hasil analisa dan kesimpulan yang telah diperoleh di atas, peneliti menyarankan sebagai berikut :


(3)

75

Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema sejenis atau meneliti mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham, peneliti berharap untuk memperbanyak jumlah sampel dengan cara menambah jumlah maupun jenis perusahaan yang diteliti sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat menambah jumlah faktor yang diteliti, serta periode pengamatan hendaknya juga diperpanjang. Disamping itu, diharapkan juga memperhatikan variabel-variabel selain dividend per share, retained earning per share, price earning ratio, dan kesejahteraan pemegang saham.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert, 1997, Pasar Modal Indonesia, Media Soft Indonesia, Jakarta. Anoraga, Pandji dan Pakarti, 2001, Pengantar Pasar Modal (Edisi Revisi),

Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arifin, Zaenal, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal, Raja Grafindo, Jakarta.

Asquith, Paul ; Paul Healy ; dan Khishna Palepu, ( 1989), “ Earnings and Stock Splits “, The Accounting Review, July Vol.64, No. 3 ,pp. 387-403.

Azhagaiah, 2008, The Impact of Dividend Policy on Shareholders’ Wealth, South India.

Brigham, Eugene F dan Joel, F Houston, 2001, Fundamental of Financial Management, 9th ad. USA : Harcourt, Inc.

Gitasudarmo, Indriyo dan Basri, H., 2002., Manajemen Keuangan, Edisi 4, BPFE, Jakarta.

Ghozali, 2001, Aplikasi analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi 11, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gordon, M.J., 1959, “Dividends, earnings and Stock prices”, Review of

Economics and Statistics, May.

Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Edisi Bahasa Indonesia, Penterjemah Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta.

Hatta, Atika, 2002, Kebijakan Dividen : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder, Yogyakarta.

Harahap, S., Sofyan, 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Laji Grafindo Persada, Jakarta.

Horne, James C. Van, 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat

Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, Jr. 1998. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Buku Satu Edisi Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.


(5)

Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Intan, Taranika, 2009, Pengaruh Dividend Per Share dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Keister, Lisa.A. 2004. Capital Structure In Transition : The Transformation of Financial Strategies In China’s Emerging Economy. Organization Science. Vol.15 No.2 March-April pp.145-158.

Kurniawati, Indah, 2001, Analisis Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Abnormal Return : Pengujian Signaling Hypothesis di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi & Manajemen, Hal. 1-11.

Lestariningsih, Daru, 2007, Pengaruh Dividend Payout Ratio, Current Ratio, Variance Of Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Madichah, 2005, Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) Dan Financial Leverage (FL) Terhadap Harga Saham Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi Akuntasi, Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.

Miller, M.H and Scholes, M.S., 1978, “Dividends and taxes” , Journal of financial

economics, Desember.

Myers S. 1984. The Capital Structure Puzzle. Journal of Finance. 39;575-592 Nurmala, 2006, Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham

Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, Palembang. Rusdin.2006.Pasar Modal Teori, Masalah dan Kebijakan dalam Praktik.Alfabeta.

Bandung

Santoso, Singgih, 2002, Metode Penelitian, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Sharpe, William F, et. al., 1997, Investment, Fifth Edition, Prentice Hall, New Jersey.


(6)

 

Simmamora, Henry, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga, Penerbit STIE YKPN.

Sugiyono, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Pertama, CV. Alfabeta, Jakarta.

Sunariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Cetakan Ketiga, Edisi Ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan : Teori, Konsep, dan Aplikasi, Ekonisia. Tandelilin, Edvardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi

Pertama, Penerbit, BPFE, Yogyakarta.

Umar, Husein, 2000, Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.