PENGEMBANGAN PRODUK LAMPU DARURAT SISTEM INSTALASI OTOMATIS DENGAN METODE DESIGN FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY (DFMA).
DENGAN METODE DESIGN FOR MANUFACTURING AND
ASSEMBLY (DFMA)
SKRIPSI
Di susun Oleh : SANDI IRAWAN
0632010115
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
MANUFACTURING AND ASSEMBLY (DFMA)
Oleh :
SANDI IRAWAN NPM. 0632010115
Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal Penelitian
Pembimbing I Pembimbing II
Enny Ariyani, ST. MT Farida Pulansari, ST. MT NIP. 95 70 00041 NIP. 27902 0440 201
(3)
MANUFACTURING AND ASSEMBLY (DFMA)
SKRIPSI
Diajukan kepada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur Untuk menyusun Skrisi S – 1
Oleh :
SANDI IRAWAN NPM. 0632010115
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
(4)
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada TUHAN YESUS KRISTUS atas
segala hikmat dan akal budi yang telah dilimpahkan sehingga penulis mampu untuk
dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan baik dan lancar sampai tersusunya
laporan skripsi ini dengan judul: “PENGEMBANGAN PRODUK LAMPU DARURAT SISTEM INSTALASI OTOMATIS DENGAN METODE DESIGN
FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY (DFMA)”.
Tugas Akhir ini disusun untuk menyelesaikan salah satu syarat akademis bagi
mahasiswa Strata 1 (S1) di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dengan terselesainya tugas akhir ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan
untuk tugas akhir, terutama kepada :
1. Bapak Ir.Sutiyono, MMT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran“ Jatim.
2. Ibu Ir. MT. Safirin, MT Selaku ketua jurusan Teknik Industri UPN
“Veteran“ Jatim.
3. Bapak Dr. Ir.Minto Waluyo, MM. Selaku sekretaris jurusan Teknik Industri UPN
“Veteran“ Jatim.
4. Ibu Ir.Enny Ariyani, ST.MT. Selaku dosen pembimbing I skripsi.
5. Ibu Farida Pulansari, ST. MT. Selaku dosen pembimbing II skripsi.
(5)
8. Ir.Handoyo, MMT. Selaku dosen penguji II seminar 1.
9. Bpk. Ir. Didi Samanhudi ,MMT selaku penguji dalam ujian lesan.
10.Ayah, Ibu, dan adikku sinta tercinta yang telah memberikan doa dan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Special to Kiki Maharani, SE atas segala semangat, pengorbanan, kesabaran, canda dan segenap cinta yang selalu siap diberikan kepada penulis. ” Biarlah janji
selalu ada di hati, dan tindakan menjadi bukti ”. I love u
12.Buat “ayah”, “bunda”, bayu , riski, yang telah memberikan doa dan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Sahabat-sahabatku Yogi, ilul, dan oky, thanks atas dukungan serta doa-doanya
dan juga buat semua teman-temanku di Teknik Industri Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran “ Jawa Timur serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih
jauh dari sempurna mengingat masih terbatasnya kemampuan penyusun serta
pemakaian kata yang kurang tepat dan belum di mengerti oleh sebab itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar untuk masa-masa yang
akan datang dalam penyusunan laporan bisa menjadi lebih sempurna.
(6)
iii jauh dalam mencapai tujuan.
Surabaya, 11 Juni 2010
(7)
JUDUL ...
LEMBAR PENGESAHAN ...
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
ABTRAKSI ...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Asumsi ... 3
1.5 Tujuan Penelitian ... 4
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
1.7 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Design For Manufacturing And Assembly (DFMA) ... 7
2.1.1 Pengertian DFMA... 7
2.1.2 Langkah-langkah DFMA ... 9
2.1.3 Analisis DFA ... 10
(8)
2.2 Inovasi Produk ... 12
2.2.1Definisi Inovasi Produk ... 12
2.2.2Tipe Inovasi ... 15
2.2.3Sumber Inovasi ... 16
2.2.4Tujuan Inovasi ... 16
2.2.5Kegagalan Inovasi... 17
2.2.6Siklus Inovasi... 18
2.2.7Inovasi Lampu Darurat dari Olahan Limbah Kayu ... 18
2.3 Komponen Elektonika ... 19
2.3.1 Dioda ... 19
2.3.1.1Pengertian Dioda………..19
2.3.1.2Sejarah Dioda... 20
2.3.1.3Prinsip Kerja ... 20
2.3.2 Resistor ... 21
2.3.3 Kondensator ... 22
2.3.4 Accu ... 23
2.3.5 Relay ... 24
2.3.6 Tranformator ... 24
2.3.6.1Prinsip Kerja ... 25
2.3.6.2Hubungan Primer sekunder... 25
2.4 Jenis Lampu Emergency... 26
(9)
3.1 Identifikasi variabel ... 32
3.2 Langkah-langkah pemecahan masalah ... 33
3.3 Metode Pengolahan data ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 37
4.1.1 Analisis Desain Produk Awal ... 37
4.1.1.1 Gambar Desain Produk Awal ... 37
4.1.1.2 Proses Pembuatan Dan Operation Proces Chart (OPC)... 38
4.1.1.3 Waktu Perakitan Tiap Part ... 40
4.1.1.4 Jumlah Komponen Penyusun... 40
4.1.2 Analisa Desain Inovasi ... 42
4.1.2.1 Gambar Produk Inovasi ... 42
4.1.2.2 Proses Pembuatan Dan Operation Proces Chart (OPC)... 43
4.1.2.3 Waktu Perakitan... 45
4.1.2.4 Jumlah Komponen Penyusun... 45
4.2 Pengolahan Data ... 47
4.2.1 Desain Produk Awal ... 47
4.2.1.1 Pengisian Dan Analisis Tabel DFA ... 47
4.2.1.2 Efisiensi Perakitan Desain Awal (EA) ... 48
4.2.1.3 Analisa Ongkos Material Desain Awal (CA)...49
4.2.2 Desain Produk Inovasi ... 50
(10)
vii
4.2.2.3 Analisa Ongkos Material Desain Inovasi(CI)... 52
4.2.3 Perbandingan Desain Produk Awal dengan Desain Produk Inovasi
... 53
4.3 Analisa Dan Pembahasan ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
Tabel 2.1. : Tabel DFA ...10
Tabel 2.2. : Analisa Ongkos Bagian ...11
Tabel 4.1 : Waktu Perakitan Tiap Part ...40
Tabel 4.2. : Jumlah Komponen penyusunan ...41
Tabel 4.3. : Waktu Perakitan ...45
Tabel 4.4. : Jumlah Material Produk Inovasi ...46
Tabel 4.5. : Tabel DFA ...47
Tabel 4.6. : Tabel Analisa Ongkos Material ...49
Tabel 4.7. : Tabel DFA ...50
Tabel 4.8. : Tabel Analisa Ongkos Material ...52
Tabel 4.9. : Tabel Perbandingan ...53
(12)
Gambar 2.1. : Komponen harga jual dan biaya manufaktur...7
Gambar 2.2. : Flow Chart DFMA...10
Gambar 2.3. : Simbol Dioda ...21
Gambar 2.4. : Lambang Kondensator ...22
Gambar 2.5. : Lambang Kapasitor...23
Gambar 2.6. : Model Lilitan ...25
Gambar 2.7. : Lampu Hebat ...26
Gambar 2.8. : Lamu Emergency Dengan Lampu LED ...27
Gambar 2.9. : Lampu Darurat 20 LED ...27
Gambar 3.1 : Tahap – tahap Penelitian...34
Gambar 4.1 : Lampu dari olahan limbah kayu ...37
Gambar 4.2 : OPC desain produk awal...38
Gambar 4.3. : Diagram Material Desain produk Awal...41
Gambar 4.4. : Lampu Inovasi ...42
Gambar 4.5. : OPC Desain produk Inovasi ...43
Gambar 4.6. : Diagram Material Desain Produk Inovasi ...45
(13)
LAMPIRAN A : Gambar Produk Inovasi LAMPIRAN B : Resistor Keramik
LAMPIRAN C : Accu YUASA 12V – 5Ampere LAMPIRAN D : Relay MK 2PI
LAMPIRAN E : Kondensator 4700 mikrofarad
(14)
Sesuai Keputusan Presiden RI. No. 43 Th 1991 Tentang Konversi Energi, maka Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) selaku penyedia dan pengelola energi listrik di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan penelitian untuk dapat mewujudkan konservasi energi khususnya dalam hal penggunaan lampu penerangan dengan sumber energi listrik.
Akhir-akhir ini yang marak dihadapi masyarakat kita adalah pemadaman bergilir. Hal ini disebabkan karena minimnya pasokan listrik dari PLN dikarenakan jumlah pembangkit listrik tidak sesuai dengan kebutuhan listrik konsumen. Belum lagi jika ada kerusakan pembangkit, hal ini sangat meresahkan masyarakat karena semua aktivitas terhambat terutama dalam aspek pencahayaan atau penerangan.
Pada penelitian ini digunakan pendekatan Design For Manufacturing and Assembly (DFMA) pada lampu emergency yang ada. Lampu yang akan diinovasi oleh penulis adalah Lampu darurat dari olahan limbah kayu yang telah dikembangkan oleh Apid Rustandi dari Universitas Bina Nusantara.
Dari hasil penelitian desain produk inovasi mempunyai efisiensi perakitan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan juga rendah dibandingkan desain produk awal, yaitu sebagai berikut : telah diperoleh efisiensi perakitan desain produk awal (EA ) = 0,00471 dengan ongkos material desain produk awal (CA) = 406.000,
sedangkan efisiensi perakitan desain produk inovasi (EI) = 0,0122 dengan ongkos
material desain produk inovasi (CI) = 287.600. Jadi dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan efisiensi perakitan sebesar 61,39 %, dan terjadi penghematan biaya material sebesar 29,163 %. Desain inovasi juga mempunyai nilai tambah dari segi fungsi, yaitu dapat bekerja secara otomatis saat lampu padam dan dapat digunakan pada semua ruangan, hal ini memudahkan konsumen dalam menghadapi pemadaman listrik tanpa harus kesulitan mencari lampu.
Kata Kunci : Data Design For Manufacturing and Assembly (DFMA), Lampu Emergency
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai Keputusan Presiden RI. No. 43 Th 1991 Tentang Konversi Energi,
maka Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) selaku penyedia dan pengelola
energi listrik di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan penelitian untuk
dapat mewujudkan konservasi energi khususnya dalam hal penggunaan lampu
penerangan dengan sumber energi listrik. Kenyataan yang dihadapi saat ini,
masyarakat masih banyak yang belum mengenal atau belum memahami apa yang
dimaksud dengan Lampu Hemat Energi (LHE). Masyarakat cenderung memilih
lampu yang murah dan mudah didapat di pasaran, namun kenyataannya tidak
hemat energi, yaitu lampu jenis pijar (Incandescent).
Prinsip metode Design For Manufacturing and Assembly (DFMA) adalah mengoptimalkan proses desain produk awal dalam tahap konsep desain dalam
rangka untuk memastikan bahwa produk dapat diproduksi dengan mudah. Dalam
proses ini, desain produk sebisa mungkin disederhanakan dengan pengubahan
pada fitur agar sesuai dengan kemampuan fasilitas manufaktur. Desain produk
dapat dioptimalkan dengan menerapkan prinsip-prinsip Design For Manufacturing and Assembly (DFMA) yang digunakan sebagai standard penggunaan part, eliminasi dari komponen yang tidak perlu, integrasi dari beberapa komponen, pilihan assembly komponen dengan mudah. Prosedur ini tidak hanya akan menghasilkan suatu produk yang mudah untuk manufaktur,
(16)
tetapi juga yang menggunakan bahan lebih sedikit, lebih baik dan lebih murah
untuk memproduksi.
Akhir-akhir ini yang marak dihadapi masyarakat kita adalah pemadaman
bergilir. Hal ini disebabkan karena minimnya pasokan listrik dari PLN
dikarenakan jumlah pembangkit listrik tidak sesuai dengan kebutuhan listrik
konsumen. Belum lagi jika ada kerusakan pembangkit, hal ini sangat meresahkan
masyarakat karena semua aktivitas terhambat terutama dalam aspek pencahayaan
atau penerangan.
Dengan memanfaatkan peluang diatas, munculah ide untuk menciptakan
inovasi produk dengan metode Design For Manufacturing and Assembly (DFMA) pada lampu emergency yang ada. Lampu yang akan diinovasi oleh penulis adalah Lampu darurat dari olahan limbah kayu yang telah dikembangkan oleh Apid
Rustandi dari Universitas Bina Nusantara. Lampu ini terbuat dari olahan limbah
kayu yang dimodifikasi dengan desain yang unik. Lampu ini hanya indah dalam
segi desain, tapi dalam fungsi dan sistemnya hampir sama dengan lampu darurat
biasanya.Walaupun desainnya bagus, tapi lampu ini memiliki kelemahan, yaitu
lampu ini bekerja secara manual, dimana saat listrik mati lampu ini harus
dihidupkan secara manual. Selain itu lampu ini hanya untuk satu ruangan, jadi jika
ada saat lampu padam lampu ini tidak bias menerangi seluruh bagian rumah.
Dengan bertitik tolak hal tersebut diatas, penulis mencoba membahas dan
menganalisa dengan konsep Design For Manufacturing and Assembly (DFMA) agar dapat diperoleh suatu inovasi lampu darurat yang mempunyai sistem kerja
(17)
padam, tidak harus repot menyalakan lampu, melainkan lampu darurat akan
menyala sendiri. Diharapkan lampu yang telah diinovasi memiliki desain efisiensi
lebih besar dari desain lampu awal dengan harapan dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penelitian merumuskan
permasalahan dan dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana merancang rangkaian lampu darurat hemat energi dengan sistem otomatis yang mempunyai desain efisiensi waktu perakitan yang tinggi dan biaya material yang rendah ? ”
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini perlu dilakukan pembatasan masalah, agar
dalam pelaksanaan penelitian tertuju pada tujuan penelitian ini.
Adapun batasan-batasan tersebut adalah :
1. Inovasi produk dilakukan pada produk lampu darurat dari olahan limbah kayu
buatan Apid Rustandi/ Universitas Bina Nusantara.
2. Inovasi dilakukan hanya pada sistem instalasi lampu darurat, sehingga bisa
digunakan untuk semua ruangan.
1.4 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Komponen dan alat yang dibutuhkan dalam perakitan selalu tersedia di
pasaran.
(18)
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Merakit alat dengan sistem otomatis yang dapat memudahkan penggunaan
lampu tanpa harus menyalakan saklar saat listrik padam
2. Memperoleh desain efisiensi waktu perakitan yang lebih tinggi dan biaya
material yang lebih rendah dari desain produk awal.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan desain produk yang sederhana dari segi tampilan tetapi
mempunyai fungsi yang lebih.
2. Memberikan suatu kemudahan bagi masyarakat dalam menghadapi
padamnya listrik, sehingga ada waktu listrik padam dengan otomatis lampu
darurat akan menyala sendiri, serta memberikan suatu pilihan produk yang
murah.
(19)
Dalam penelitian tugas akhir ini sistematika penulisan laporan adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini berisi tentang latar belakang perancangan lampu darurat,
serta hubungan konsep Design For Manufacturing and Assembly (DFMA) dengan perancangan produk ini. Yang dilanjutkan dengan
perumusan masalah mengenai perancangan lampu dengan metode
DFMA. Dan juga tujuan diadakannya penelitian tugas akhir. Hal yang
penting dalam bab ini adalah manfaat dari penelitian dan yang terakhir
adalah batasan dan asumsi dalam mengerjakan penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II berisi tentang teori-teori yang berhubungan langsung pada
pengolahan data untuk tahap memeroleh desain yang paling efisien.
Teori-teori tersebut adalah teori mengenai lampu emergency, bahan yang
digunakan, teori Design For Manufacturing and Assembly (DFMA), disertai dengan penelitian terdahulu tentang inovasi lampu dan penelitian
dengan konsep DFMA.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada Bab III berisi uraian tentang tahapan serta aktivitas yang dilakukan
selama melakukan kegiatan penelitian mulai dari perumusan masalah
samapai dengan kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang
(20)
BAB IV PELAKSANAAN DAN ANALISA HASIL
Pada bab IV berisi tentang pengumpulan data-data yang dibutuhkan
untuk proses selanjutnya dan juga pengolahan data yang dibutuhkan
untuk analisis lebih lanjut dan penentuan strategi yang tepat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yang
menyangkut ringkasan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan
juga saran-saran yang mungkin bermanfaat untuk penelitian selanjutnya
maupun untuk perusahaan yang menjadi obyek penelitian.
LAMPIRAN
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Design for Manufacture and Assembly (DFMA)
2.1.1 Pengertian Design for Manufacture and Assembly (DFMA)
Kim [2004] dalam presentasinya menyatakan bahwa hampir 40% dari komponen harga jual suatu produk adalah merupakan biaya manufaktur. Biaya manufaktur sendiri hampir 50% adalah merupakan komponen biaya komponen dan material.
Gambar 2.1 Komponen Harga Jual dan Biaya Manufaktur [Kim , 2004]
Berbicara masalah komponen dan material, produk yang baik dan mewah pada saat ini relatif banyak mengandung komponen dan subassembly [http://wings.buffalo.edu, 2007].
Banyaknya komponen yang harus dirakit ini mengakibatkan 80% biaya manufaktur tergantung dari fase awal desiain, karena design awal akan
(22)
menentukan material, mesin yang digunakana serta tenaga kerja yang dibutuhkan. Kesalahan pada fase awal desain akan mengakibatkan membengkaknya biaya manufaktur. [Kim, 2003]
Karena besarnya komponen biaya perakitan, kecenderungan presentase perakitan di perusahaan manufaktur dan pentingnya fase awal dari desain suatu produk maka lahirlah konsep Design for Manufacture and Assembly (DFMA)
DFMA atau Design for Manufacture and Assembly sendiri merupakan kombinasi dari dua istilah dalam design manufaktur, yaitu design for manufacture (DFM) dan design for assembly (DFA).
“DFA is a fairly well established subset of DFM which involves minimizing cost of assembly.” [Ulrich dan Eppinger, 1995]
Design for assembly (DFA) adalah sebuah paradigma desain dimana engineer menggunakan beberapa metode seperti analisa, estimasi, perencanaan, dan simulasi untuk menghitung semua kemungkinan yang terjadi selama proses perakitan kemudian menyesuaikan bentuk komponen agar mudah dan cepat dirakit sehingga meminimalkan waktu perakitan yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya produk [Xie, 2003]
Kim [2004] mengatakan bahwa dengan DFA maka akan diperoleh :
Kemudahan dalam proses perakitan komponen Meminimalkan komponen yang digunakan
(23)
Meminimalkan kesalahan dalam perakitan yang berakibat memperpanjang proses pembuatan produk
Sedangkan design for manufacturing (DFM) dapat dikatakan sebagai batasan yang berkaitan dengan fase awal perancangan produk. Pada fase ini engineer dapat memilih material, teknologi yang berbeda serta estimsai biaya yang mungkin terjadi. Rencana rancangan produk yang ada kemudian dianalisa dan dikaji sehigga kesalahan dapat diperbaiki sedini mungkin berdasarkan umpan balik yang didapat.
Tiga tujuan utama DFM menurut Xie [2003] adalah :
Meningkatkan mutu produk Mengurangi biaya produk
Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan produk
Kosep dasar DFMA atau design for manufacture and assembly adalah menganalisa dan memecahkan masalah manufaktur dan perakitan komponen pada fase awal perancangan, sehingga kemungkinan beberapa aspek yang berdampak pada hasil akhir keluaran produk dapat diantisipasi sedini mungkin. Dengan begitu waktu dapat dihemat dan biaya produksi dapat ditekan.
2.1.2 Langkah – langkah DFMA
Langkah – langkah yang digunakan dalam pengaplikasian prinsip DFMA selama proses perancangan adalah sebagai berikut :
(24)
Konsep Desain
Desain For Assembly
( DFA )
Saran untuk penyederhanaan struktur produk
Saran untuk material dan proses yang lebih ekonomis Seleksi material dan prose
dan estimasi biaya DFM
Desain konsep terbaik
Detail desain untuk meminimumkan biaya
Desain for manufacturing
( DFM )
Prototipe
Produksi
Gambar 2.2 Flow chart DFMA
2.1.3 Analisis DFA
Tabel 2.1 Tabel DFA
No Bagian Jumlah riel Jumlah teoritis Waktu perakitan (detik) 1.
2. dst
Pada tabel ini berisi tentang spesifikasi bagian-bagian produk, jumlah bagian-bagian produk, serta waktu perakitan tiap part. Tabel ini digunakan dalam menghitung efisiensi peakitan.
(25)
2.1.4 Efisiensi Perakitan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dari perakitan suatu produk dapat digunakan rumus sebagai berikut :
E = NM x ta / TM Dimana :
E = Desain efisiensi
NM = Jumlah part minimum secara theoritis
ta = Waktu perakitan dasar tiap part ( rata – rata diambil 3 detik ) TM = Jumlah waktu perakitan seluruh part
2.1.5 Analisis Ongkos Bagian (material)
Pada dasarnya, analisis DFA bertujuan untuk mengurangi jumlah bagian produk sehingga mudah dirakit dan akibatnya menurunkan biaya perakitan. Walaupun demikian, sebagai akibat penurunan jumlah bagian produk, hasil DFA dapat pula mereduksi biaya pembuatan bagian produk yang diperlukan .
Rancangan awal/inovasi
Bagian Ongkos (Rp)
Total
Tabel 2.2 Analisis Ongkos Bagian
( The contents of this lecture are the sole copyright of J. Jeswie Professor of Mechanical Engineering. Powerpoint format lecture © J. Jeswiet 2006 dan Pelatihan P3 sejawa-bali16-17 desember 1997 ).
(26)
2.2 Inovasi Produk 2.2.1 Definisi Inovasi
Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru, pelayanan baru dan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Amabile et al. (1996) mendefinisikan inovasi yang hubungannya dengan kreativitas adalah:
Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovasi kadang pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti discovery atau invention (invensi). Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kegiatan manusia. Prof. Dr. Anna Poejiadi (2001) memberikan penjelasan: Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicolaus Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan kemudian membuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan
(27)
hukum-hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”. Sedangkan invent yang dalam kamus didefinisikan sebagai menciptakan sesuatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya. Contoh invention adalah penemuan Thomas Alva Edison (1847-1931), yaitu penemuan perekam suara elektronik, penyempurnaan mesin telegram yang secara otomatis mencetak huruf mesin, mesin piringan hitam, dan pengembangan bola lampu pijar.
Inovasi diartikan penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi.
Kata kunci lainnya dalam pengertian inovasi adalah baru. Santoso S. Hamijoyo dalam Cece Wijaya dkk (1992 : 6) menjabarkan bahwa kata baru diartikan sebagai apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima pembaharuan, meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari sifatnya yang baru adalah sifat kualitatif yang berbeda dari sebelumnya. Kualitatif berarti bahwa inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali dalam bidang yang mendapat inovasi.
Kita berada di tengah-tengah samudera hasil inovasi. Ada inovasi: pengetahuan, teknologi, ICT, ekonomi, pendidikan, sosial, dsb. Inovasi dapat dikelompokkan pula atas inovasi besar dan inovasi kecil-kecil namun sangat banyak. Inovasi itu tidak harus mahal. Inovasi itu dapat dilakukan oleh siapa saja,
(28)
kapan saja, dimana saja. Kalau leluhur kita tidak inovatif, kita semuanya akan tetap tinggal di gua-gua, dalam kegelapan, tanpa busana.
Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang.
Menurut Joseph Schumpeter definisi inovasi dalam ekonomi,1934: Mengenalkan barang baru dimana para pelanggan belum mengenalnya atau kualitas baru dari sebuah barang;
1. Mengenalkan metoda produksi baru yang dibutuhkan, ditemukan melalui serangkaian uji coba ilmiah
2. Membuka pasar baru, dimana perusahaan sejenis tidak memasukinya, baik pasar tersebut ada atau belum ada ketika perusahaan memasukinya
3. Menguasai sumber bahan baku baru untuk industri barang
4. Menjalankan organisasi baru, seperti menciptakan monopoli, atau membuka monopoli perusahaan lain.
Dalam OECD, (1995) definisi Inovasi Teknologi adalah: Mengimplementasikan produk dan proses teknologi baru yang dapat meningkatkan pangsa pasar. Penciptaan proses dan produk baru melibatkan penelitian ilmiah, teknologi, organisasi, finansial dan aktifitas periklanan.
(29)
Menurut Regis Cabral (1998, 2003)bahwa Inovasi adalah elemen baru yang diperkenalkan dalam jaringan yang dapat mengubah, meskipun hanya sesaat, baik harganya, pelakunya, elemen-nya atau simpul dalam jaringan.
2.2.2 Tipe inovasi
Ada 5 tipe inovasi menurut para ahli, yaitu:
1. Inovasi produk; yang melibatkan pengenalan barang baru, pelayanan baru yang secara substansial meningkat. Melibatkan peningkatan karakteristik fungsi juga, kemampuan teknisi, mudah menggunakannya. Contohnya: telepon genggam, komputer, kendaraan bermotor, dsb;
2. Inovasi proses; melibatkan implementasi peningkatan kualitas produk yang baru atau pengiriman barangnya;
3. Inovasi pemasaran; mengembangkan metoda mencari pangsa pasar baru dengan meningkatkan kualitas desain, pengemasan, promosi;
4. Inovasi organisasi; kreasi organisasi baru, praktek bisnis, cara menjalankan organisasi atau perilaku berorganisasi;
5. Inovasi model bisnis; mengubah cara berbisnis berdasarkan nilai yang dianut.
Inovasi karakteristiknya ditentukan oleh pasar dan bisnis. Inovasi yang mengikuti kondisi, memungkinkan pasar dapat dijalankan seperti biasanya. Inovasi yang terpisah, dapat mengubah pasar atau produk contohnya penemuan barang murah, tiket pesawat murah. Inovasi inkrementasi (penambah) muncul karena berlangsungnya evolusi dalam berpikir inovasi, penggunaan teknologi
(30)
yang memperbesar peluang keberhasilan dan mengurangi produk yang tidak sempurna.
Inovasi radikal, mengubah proses manual menjadi proses berbasis teknologi keseluruhannya.
2.2.3. Sumber inovasi
Terdapat dua sumber utama inovasi , yaitu:
1. Secara tradisional, sumbernya adalah inovasi fabrikasi. Hal tersebut karena agen (orang atau bisnis) berinovasi untuk menjual hasil inovasinya.
2. Inovasi pengguna; hal tersebut dimana agen (orang atau bisnis) mengembangkan inovasi sendiri (pribadi atau di rumahnya sendiri), hal itu dilakukan karena produk yang dipakainya tidak memenuhi apa yang dibutuhkannya.
2.2.4. Tujuan Inovasi
Tujuan utama inovasi adalah:
meningkatkan kualitas
menciptakan pasar baru
memperluas jangkauan produk
mengurangi biaya tenaga kerja
meningkatkan proses produksi
mengurangi bahan baku
(31)
mengganti produk atau pelayanan
mengurangi konsumsi energi
menyesuaikan diri dengan undang-undang
2.2.5. Kegagalan Inovasi
Hasil survey menunjukkan, bahwa dari 3000 ide tentang sebuah produk, hanya satu yang sukses di pasaran. Kegagalan inovasi mengakibatkan hilangnya sejumlah nilai investasi, menurunkan moral pekerja, meningkatkan sikap sinis, atau penolakan produk serupa dimaa datang. Padahal produk yang gagal seringkali memiliki potensis ebagai ide yang baik, penolakan terjadi karena kurangnya modal, keahlian yang kurang, atau produk tidak sesuai kebutuhan pasar. Kegagalan harus diidentifikasi dan diselesksi ketika proses berlangsung.
Penyeleksian dini memungkinkan kita dapat menghindari uji coba ide yang tidak cocok dengan bahan baku, sehingga dapat menghemat biaya produksi.
Penyebab umum gagalnya suatu proses inovasi, dapat disaring kedalam 5 macam,yaitu:
definisi tujuan yang buruk
1. Buruknya mensejajarkan aksi untuk mencapai tujuan; 2. Buruknya partisipasi anggota tim;
3. Buruknya pengawasan produk;
(32)
2.2.6. Siklus Inovasi
Siklus inovasi berlangsung seperti kurva difusi dimana pada tahap awal, tumbuh relatif lambat, ketika kemudian pelanggan merespon produk tersebut sebagai sebuah kebutuhan maka pertumbuhan produk meningkat secara eksponensial. Pertumbuhan produk akan terus meningkat bila dilakukan inkrenetori inovasi atau mengubah produk. Di akhir kurva pergerakannya melambat kembali dan cenderung menurun.
2.2.7 Inovasi Pada Lampu Darurat Dari Olahan Limbah Kayu
Lampu ini terbuat dari olahan limbah kayu yang dimodifikasi dengan desain yang unik. Lampu ini hanya indah dalam segi desain, tapi dalam fungsi dan sistimnya hampir sama dengan lampu darurat biasanya. Walaupun desainnya bagus, tapi lampu ini memiliki kelemahan, yaitu lampu ini bekerja secara manual, dimana saat listrik mati lampu ini harus dihidupkan secara manual. Selain itu lampu ini hanya untuk satu ruangan, jadi jika ada saat lampu padam lampu ini tidak bisa menerangi seluruh bagian rumah, karena lampu ini hanya bisa untuk satu ruangan. Jadi jika ingin menerangi ruangan lain, lampu ini harus dipindahkan.Dengan bertitik tolak hal tersebut diatas, penulis mencoba membahas dan menganalisa dengan konsep Design For Manufacturing and Assembly (DFMA) untuk kemudian dapat memperoleh suatu inovasi lampu darurat yang mempunyai sistem kerja otomatis dengan menambahkan komponen yang berfungsi sebagai otomatis. Sehingga pada saat lampu padam, tidak harus repot menyalakan lampu, melainkan lampu darurat akan menyala sendiri. Pada inovasi ini, semua merupakan instalasi, jadi dengan satu komponen bisa digunakan untuk
(33)
lampu lebih dari satu. Sehingga saat lampu padam, kita tidak perlu memindahkan lampu, tapi lampu sudah terpasang rapi disetiap ruangan yang diingikan.
2.3 Komponen elektronika 2.3.1 Dioda
2.3.1.1 Pengertian dioda
Dalam elektronika, dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin memiliki saluran ketiga sebagai pemanas). Dioda mempunyai dua elektroda aktif dimana isyarat listrik dapat mengalir, dan kebanyakan dioda digunakan karena karakteristik satu arah yang dimilikinya. Dioda varikap (VARIable CAPacitor/kondensator variabel) digunakan sebagai kondensator terkendali tegangan.
Sifat kesearahan yang dimiliki sebagian besar jenis dioda seringkali disebut karakteristik menyearahkan. Fungsi paling umum dari dioda adalah untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah (disebut kondisi panjar
maju) dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya (disebut kondisi panjar mundur). Karenanya, dioda dapat dianggap sebagai versi elektronik dari katup pada transmisi cairan.
Dioda sebenarnya tidak menunjukkan kesearahan hidup-mati yang sempurna (benar-benar menghantar saat panjar maju dan menyumbat pada panjar mundur), tetapi mempunyai karakteristik listrik tegangan-arus taklinier kompleks yang bergantung pada teknologi yang digunakan dan kondisi penggunaan.
(34)
Beberapa jenis dioda juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk penggunaan penyearahan.
Awal mula dari dioda adalah peranti kristal Cat's Whisker dan tabung hampa (juga disebut katup termionik). Saat ini dioda yang paling umum dibuat dari bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium
2.3.1.2 Sejarah dioda
Walaupun dioda kristal (semikonduktor) dipopulerkan sebelum dioda termionik, dioda termionik dan dioda kristal dikembangkan secara terpisah pada waktu yang bersamaan. Prinsip kerja dari dioda termionik ditemukan oleh Frederick Guthrie pada tahun 1873[1] Sedangkan prinsip kerja dioda kristal ditemukan pada tahun 1874 oleh peneliti Jerman, Karl Ferdinand Braun[2].
Pada waktu penemuan, peranti seperti ini dikenal sebagai penyearah (rectifier). Pada tahun 1919, William Henry Eccles memperkenalkan istilah dioda yang berasal dari di berarti dua, dan ode (dari ὅδος) berarti "jalur".
2.3.1.3 Prinsip kerja
Prinsip kerja dioda termionik ditemukan kembali oleh Thomas Edison pada 13 Februari 1880 dan dia diberi hak paten pada tahun 1883 (U.S. Patent 307031), namun tidak dikembangkan lebih lanjut. Braun mematenkan penyearah kristal pada tahun 1899[3]. Penemuan Braun dikembangkan lebih lanjut oleh Jagdish Chandra Bose menjadi sebuah peranti berguna untuk detektor radio.
(35)
Gambar 2.3 Simbol dioda Dioda biasa
Beroperasi seperti penjelasan di atas. Biasanya dibuat dari silikon terkotori atau yang lebih langka dari germanium. Sebelum pengembangan dioda penyearah silikon modern, digunakan kuprous oksida (kuprox)dan selenium, pertemuan ini memberikan efisiensi yang rendah dan penurunan tegangan maju yang lebih tinggi (biasanya 1.4–1.7 V tiap pertemuan, dengan banyak lapisan pertemuan ditumpuk untuk mempertinggi ketahanan terhadap tegangan terbalik), dan memerlukan benaman bahang yang besar (kadang-kadang perpanjangan dari substrat logam dari dioda), jauh lebih besar dari dioda silikon untuk rating arus yang sama.
Dioda bandangan
Dioda yang menghantar pada arah terbalik ketika tegangan panjar mundur melebihi tegangan dadal dari pertemuan P-N. Secara listrik mirip dan sulit dibedakan dengan dioda Zener, dan kadang-kadang salah disebut sebagai dioda Zener, padahal dioda ini menghantar dengan mekanisme yang berbeda yaitu efek bandangan. Efek ini terjadi ketika medan listrik terbalik yang membentangi pertemuan p-n menyebabkan gelombang ionisasi pada pertemuan, menyebabkan arus besar mengalir melewatinya, mengingatkan pada terjadinya bandangan yang menjebol bendungan. Dioda bandangan didesain untuk dadal pada tegangan
(36)
terbalik tertentu tanpa menjadi rusak. Perbedaan antara dioda bandangan (yang mempunyai tegangan dadal terbalik diatas 6.2 V) dan dioda Zener adalah panjang kanal yang melebihi rerata jalur bebas dari elektron, jadi ada tumbukan antara mereka. Perbedaan yang mudah dilihat adalah keduanya mempunyai koefisien suhu yang berbeda, dioda bandangan berkoefisien positif, sedangkan Zener berkoefisien negatif.
Dioda Cat's whisker
Ini adalah salah satu jenis dioda kontak titik. Dioda cat's whisker terdiri dari kawat logam tipis dan tajam yang ditekankan pada kristal semikonduktor, biasanya galena atau sepotong batu barat. Kawatnya membentuk anoda dan kristalnya membentuk katoda. Dioda Cat's whisker juga disebut dioda kristal dan digunakan pada penerima radio kristal.
Dioda arus tetap
Ini sebenarnya adalah sebuah JFET dengan kaki gerbangnya disambungkan langsung ke kaki sumber, dan berfungsi seperti pembatas arus dua saluran (analog dengan Zener yang membatasi tegangan). Peranti ini mengizinkan arus untuk mengalir hingga harga tertentu, dan lalu menahan arus untuk tidak bertambah lebih lanjut.
Esaki atau dioda terobosan
Dioda ini mempunyai karakteristik resistansi negatif pada daerah operasinya yang disebabkan oleh quantum tunneling, karenanya memungkinkan penguatan
(37)
isyarat dan sirkuit dwimantap sederhana. Dioda ini juga jenis yang paling tahan terhadap radiasi radioaktif.
Dioda Gunn
Dioda ini mirip dengan dioda terowongan karena dibuat dari bahan seperti GaAs atau InP yang mempunyai daerah resistansi negatif. Dengan panjar yang semestinya, domain dipol terbentuk dan bergerak melalui dioda, memungkinkan osilator gelombang mikro frekuensi tinggi dibuat.
(http://encyclobeamia.solarbotics.net/articles/diode.html )
2.3.2 Resistor
Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara kedua salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya, berdasarkan hukum Ohm:
Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
(38)
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat diboroskan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, resistor harus cukup besar secara fisik agar tidak menjadi terlalu panas saat memboroskan daya.
Ohm (simbol: Ω) adalah satuan SI untuk resistansi listrik, diambil dari nama George Simon Ohm. Biasanya digunakan prefix miliohm, kiloohm dan megaohm.
Komposisi karbon
Resistor komposisi karbon terdiri dari sebuah unsur resistif berbentuk tabung dengan kawat atau tutup logam pada kedua ujungnya. Badan resistor dilindungi dengan cat atau plastik. Resistor komposisi karbon lawas mempunyai badan yang tidak terisolasi, kawat penghubung dililitkan disekitar ujung unsur resistif dan kemudian disolder. Resistor yang sudah jadi dicat dengan kode warna dari harganya.
Unsur resistif dibuat dari campuran serbuk karbon dan bahan isolator (biasanya keramik). Resin digunakan untuk melekatkan campuran. Resistansinya ditentukan oleh perbandingan dari serbuk karbon dengan bahan isolator. Resistor komposisi karbon sering digunakan sebelum tahun 1970-an, tetapi sekarang tidak terlalu populer karena resistor jenis lain mempunyai karakteristik yang lebih baik, seperti toleransi, kemandirian terhadap tegangan (resistor komposisi karbon
(39)
berubah resistansinya jika dikenai tegangan lebih), dan kemandirian terhadap tekanan/regangan. Selain itu, jika resistor menjadi lembab, bahang dari solder dapat mengakibatkan perubahan resistansi yang tak dapat dikembalikan.
Walaupun begitu, resistor ini sangat reliabel jika tidak pernah diberikan tegangan lebih ataupun panas lebih.Resistor ini masih diproduksi, tetapi relatif cukup mahal. Resistansinya berkisar antara beberapa miliohm hingga 22 MOhm.
Film karbon
Selapis film karbon diendapkan pada selapis substrat isolator, dan potongan memilin dibuat untuk membentuk jalur resistif panjang dan sempit. Dengan mengubah lebar potongan jalur, ditambah dengan resistivitas karbon (antara 9 hingga 40 µΩ-cm) dapat memberikan resistansi yang lebar. Resistor film karbon memberikan rating daya antara 1/6 W hingga 5 W pada 70 °C. Resistansi tersedia antara 1 ohm hingga 10 MOhm. Resistor film karbon dapat bekerja pada suhu diantara -55 °C hingga 155 °C. Ini mempunyai tegangan kerja maksimum 200 hingga 600 volt.
Film logam
Unsur resistif utama dari resistor foil adalah sebuah foil logam paduan khusus setebal beberapa mikrometer.Resistor foil merupakan resistor dengan presisi dan stabilitas terbaik. Salah satu parameter penting yang mempengaruhi stabilitas adalah koefisien temperatur dari resistansi (TCR). TCR dari resistor foil sangat rendah. Resistor foil ultra presisi mempunyai TCR sebesar 0.14ppm/°C, toleransi ±0.005%, stabilitas jangka panjang 25ppm/tahun, 50ppm/3 tahun,
(40)
stabilitas beban 0.03%/2000 jam, EMF kalor 0.1μvolt/°C, desah -42dB, koefisien tegangan 0.1ppm/V, induktansi 0.08μH, kapasitansi 0.5pF.
2.3.3 Kondensator
Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad dari nama Michael Faraday. Kondensator juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.
Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.
Gambar 2.4 Lambang kondensator (mempunyai kutub) pada skema elektronika.
(41)
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju.
Gambar 2.5 Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika.
Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
Satuan dari kapasitansi kondensator adalah Farad (F). Namun Farad adalah satuan yang terlalu besar, sehingga digunakan:
Pikofarad (pF) = Nanofarad (nF) = Microfarad ( ) =
(42)
C : Kapasitansi
ε0 : permitivitas hampa
εr : permitivitas relatif A : luas pelat
d :jarak antar pelat/tebal dielektrik
Adapun cara memperbesar kapasitansi kapasitor atau kondensator dengan jalan:
1. Menyusunnya berlapis-lapis. 2. Memperluas permukaan variabel.
3. Memakai bahan dengan daya tembus besar.
Berdasarkan kegunaannya kondensator kita bagi dalam:
1. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) 2. Kondensator elektrolit (Electrolite Condenser = Elco)
3. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)
(
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)2.3.4 Accu ( Akumulator )
Akumulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi (umumnya energi listrik) dalam bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah baterai dan kapasitor.
(43)
Pada umumnya di Indonesia, kata akumulator (sebagai aki atau accu) hanya dimengerti sebagai "baterai" mobil. Sedangkan di bahasa Inggris, kata akumulator dapat mengacu kepada baterai, kapasitor, kompulsator, dll.
Di dalam standar internasional setiap satu cell akumulator memiliki tegangan sebesar 2 volt. sehingga aki 12 volt, memiliki 6 cell sedangkan aki 24 volt memiliki 12 cell.
(Artikel mengenai elektronika ini adalah suatu tulisan rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia. http://wikimediafoundation.org/)
2.3.5 Relay
Benda satu ini paling banyak di pakai dimobil..Kegunaan utamanya adalah meningkatkan efisiensi elektris pada sebuah rangkaian kabel. Contoh : Device yang mau di hidupkan : electric Fan..anda ingin dia hidup jika ac hidup, cara yang paling gampang adalah menyuntik dari kabel kompresor ac kan, tetapi kabel dari kompresor ac itu sudah terbebani oleh daya yang digunakan oleh kompresor itu sendiri. Apa bila dibebani lagi oleh electric fan..ditakutkan akan overload, maka dapat digunakan relay..sehingga load yang di ambil dari kabel kompresor sangat kecil karena hanya digunakan untuk menyalakan relay. (0,5 ampere), sedangkan beban untuk menghidupkan electric fan ditanggung oleh relay
Enterprises Ltd. Copyright © otomotifnet.com)
(44)
Transformator atau transformer atau trafo adalah komponen elektromagnet
yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain
2.3.6.1 Prinsip kerja
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.
2.3.6.2 Hubungan Primer-Sekunder
Gambar 2.6 model lilitan
Fluks pada transformator
Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah
(45)
Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka
dimana dengan menyusun ulang persamaan akan didapat
sedemikian hingga . Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Perhitungan diatas hanya berlaku apabila kopling primer-sekunder sempurna dan tidak ada kerugian, tetapi dalam praktek terjadi beberapa kerugian yaitu:
1. kerugian tembaga. Kerugian dalam lilitan tembaga yang disebabkan
oleh resistansi tembaga dan arus listrik yang mengalirinya.
2. Kerugian kopling. Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder
tidak sempurna, sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong lilitan sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis-lapis antara primer dan sekunder. 3. Kerugian kapasitas liar. Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar
yang terdapat pada lilitan-lilitan transformator. Kerugian ini sangat mempengaruhi efisiensi transformator untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara semi-acak (bank winding)
4. Kerugian histeresis. Kerugian yang terjadi ketika arus primer AC berbalik
arah. Disebabkan karena inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks magnetnya dengan seketika. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggunakan material inti reluktansi rendah.
(46)
5. Kerugian efek kulit. Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus
bolak-balik, arus cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian kapasitas dan juga menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini dapat dikurang dengan menggunakan kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil yang saling terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau lembaran tipis tembaga sebagai ganti kawat biasa.
6. Kerugian arus eddy (arus olak). Kerugian yang disebabkan oleh GGL
masukan yang menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah, terjadi olakan fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang kalau digunakan inti berlapis-lapisan.
Efisiensi transformator dapat diketahui dengan rumus
Karena adanya kerugian pada transformator. Maka efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100%. Untuk transformator daya frekuensi rendah, efisiensi bisa mencapai 98%.
2.4 Jenis Lampu Emergency a).
(47)
Fitur umum :
- Merk Produk : Lampu Hebat - Model : HK-198
- 28 buah lampu LED putih
- Dapat dipasang di dinding dalam kondisi charging - Charging time 20-24 jam
- Terdapat Battery 6V 4Ah yang bisa di isi ulang - Memiliki proteksi over-charge serta kebocoran daya
* Segera isi ulang baterai setelah digunakan. Jika tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama, re-charge setiap 3 bulan.
b).
Gambar 2.8 Lampu Emergency dengan lampu LED
Fitur :
- 30 buah lampu LED putih
- Dapat dipasang di dinding dalam kondisi charging - Charging time 15 jam
- Terdapat Battery 6V 4Ah yang bisa di isi ulang
c).
(48)
Fitur :
- 20 buah lampu LED putih
- Dapat dipasang di dinding dalam kondisi charging - Charging time 19 jam
- Terdapat Battery 6V 4Ah yang bisa di isi ulang
2.5 Penelitian Terdahulu
A. Oki Agung Setiyanto /Teknik Industri FTI-ITS /2007
Judul : PENERAPAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PRODUK MESIN GILAS TYPE MGD-4 DI PT BARATA INDONESIA (PERSERO)
Faktor design berpengaruh besar pada industri Mesin Gilas, karena didalamnya juga dipertimbangkan proses manufaktur dan perakitan dalam pembuatan produk. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi design produk yang ada dengan menggunkanan konsep DFMA (Design for Manufacture
andAssembly). DFMA adalah suatu metode yang dikembangkan untuk
merancang sebuah produk agar memiliki proses manufaktur dan proses perakitan yang paling tepat. Penelitian diawali dengan identifikasi pada design awal Mesin Gilas. Kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan software DFMA untuk mengetahui waktu perakitan serta biaya komponen pembentuk produk awal. Selanjtnya dilakukan redesign pada produk untuk mereduksi waktu perakitan serta biaya komponen pembentuk produk. Redesign dilakukan dengan mengurangi ataumenghilangjkan komponen yang tidak memberikan nilai tambah
(49)
pada produk seperti fasteners atau connectors. Selanjutnya dari hasil redesign dicari urutan perakitan yang paling optimal (Assembly Sequence).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa waktu perakitan berkurang hingga 0,23%,jumlah komponen berkurang hingga 13,35%, serta biaya total manufaktur berkurang hingga 0,61 %.
B. Brianti Satrianti Utami / Teknik Mesin – FTI / UI / 2008-2009
Judul : PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM PENDETEKSI GAYA MULTI AXIS UNTUK PEMBUATAN LINTASAN GERAK ROBOT ARTIKULASI 5 DERAJAT KEBEBASAN
Kebutuhan dalam dunia manufaktur yang tinggi dalam hal ekonomi dan kualitas produk mendorong peneliti dan industriawan untuk terus mengembangkan teknologi manufaktur. Robot memungkinkan proses manufaktur berjalan cepat, dengan tingkat kesalahan yang rendah. Akan tetapi robot manufaktur yang umum digunakan saat ini, yakni robot artikulasi dengan kontrol posisi numerik, masih memiliki kelemahan tidak mampu mengindentifikasi perubahan gaya-gaya disekitarnya. Optimasi dari system pendeteksi gaya multi axis ini adalah implementasi dari prinsip DFMA, yaitu gabungan dari DFA dan DFM. Dengan karakteristik seperti ini, robot tidak dapat diaplikasikan untuk proses produksi yang memerlukan indera peraba manusia seperti deburring, polishing, dan proses perakitan yang presisi.
Peranti Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis memungkinkan robot artikulasi untuk mendeteksi gaya yang terjadi pada end effector dalam arah x, y, dan z relatif terhadap koordinat end effector. Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis dalam
(50)
penelitian ini dirancang khusus untuk Robot Artikulasi 5 Derajat Kebebasan RV-M1 yang tersedia di Laboratorium Departemen Teknik Mesin FTUI. Peranti utama yang digunakan untuk pendeteksi gaya adalah strain gage.
Penelitian ini terfokus pada perancangan mekanik sebagai tranducer, perancangan konfigurasi jembatan Wheatstone sebagai rangkaian elektrikal strain gage,pengkondisian sinyal dan akuisisi data Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian prototipe alat untuk meninjau persamaan konversi tegangan keluaran terhadap gaya yang diterima di titik asal koordinat end effector pada arah x, y, dan z, dengan bantuan anak timbangan yang terkalibrasi nasional.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis dengan jangkauan pengukuran, keakuratan dan resolusi pengukuran yang tepat; karakteristik histerisis pengukuran yang baik; dan displacement tranducer yang memadai untuk digunakan dalam rangkaian penelitian lebih lanjut yakni pembuatan lintasan gerak robot artikulasi 5 derajat kebebasan.
C. Apid Rustandi / Teknik Industri Fakultas Teknik / UNIVERSITAS BINA NUSANTARA / 2006-2007
Judul : PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK LAMPU DARUTAT DARI OLAHAN LIMBAH KAYU
Kayu merupakan bahan yang besar potensinya. Hal itu dibuktikan oleh banyaknya industri pengolahan kayu diIndonesia. Dalam rangka pemenuhan Tugas Akhir (TA), penulis memfokuskan pada pencarian material berasal dari
(51)
material limbah kayu sebagai sumber bahan penelitian. Pertimbangan pemilihan kayu mudah didapat, berharga murah, adanya Indutri pengolahan yang menghasilkan limbah kayu.
Bagian Harga Limbah kayu Rp. 84.500
Kain batik Rp. 25.000 Lem Kayu Rp. 10.000 Dempul Rp. 20.000 Cat pernis Rp. 25.000 Amplas Rp. 10.000 PCB + Komponen Rp. 50.000 Accu 12 V Rp. 150.000 Saklar Rp. 1.500 Kabel Rp. 10.000 Neon 18 watt Rp. 15.000 Knop lampu Rp. 5.000
Total Rp.406.000
Proses pembuatan lampu ini mudah, karena komponen elekronikanya merupakan produk jadi dalam satu PCB.
Proses pembuatan desain lampu dari olahan limbah kayu :
1. Pertama-tama kita harus membuat pola dengan menggunakan pensil, gambar lampu yang kita inginkan. Perancangan pola harus menyesuaikan dengan penempatan komponen, sehingga komponen bisa tersusun dengan rapi dan memudahkan perakitan .
2. Potong limbah kayu hasil pengolahan sesuai dengan pola. Pada bagian badan lampu digunakan kayu dengan motif ukiran, yang merupakan bukan ukiran asli melainkan tempelan dari serpihan kayu yang diamplas halus kemudian dicat dan dipernis.
(52)
3. Knop lampu dipasang pada bagian atas badan lampu dan dilanjutkan dengan pemasangan lampu neon, setelah semua terpasang dilanjutkan dengan pemasangan tutup lampu yang terbuat dari kain batik teransparan yang diukur berdasarkan pola yang dipotong sebelum dipasang.
4. Pemasangan saklar pada badan lampu bagian bawah, diteruskan dengan pemasangan PCB+komponen, dan dilanjutkan pada pemasangan accu 12V. 5. Langkah terakhir dari proses instalasi adalah pemasangan kabel dari setiap
komponen hingga pemasangan kabel in put 220V.
Proses perakitan komponen lampu dilakukan berdasarkan pola bentuk lampu yang sudah dirancang. Proses perakitan adalah sebagai berikut :
No Proses Waktu
(menit)
1. Pengukuran pola badan lampu 10 2. Pemotongan bahan badan lampu 5 3. Pengamplasan badan lampu 5 4. Pengecatan pernis badan lampu 15 5. Pemasangan knop lampu 10 6. Pemasangan neon 5 7. Pengukuran bahan penutup lampu 10 8. Pemotongan bahan penutup lampu 5 9. Pemasangan penutup lampu 15 10. Pemasangan saklar 10 11. Pemasangan PCB + komponen 15 12. Pemasangan accu 12V 10 13. Pemasangan instalasi kabel 15
Total 140
Akhir laporan ini berisi tentang dokumentasi pengolahan dari awal hingga desain jadi yang telah diputuskan. Semoga laporan ini bermanfaat.
(53)
BAB III
METODE PENELITIAN
Salah satu bagian penting yang mendukung keberhasilan penelitian ini
adalah metode yang menjadi kerangka acuan dalam melaksanakan penelitian.
3.1 Identifikasi Variabel.
Dalam pemecahan masalah membuat produk inovasi dengan desai inovasi
yang lebih tinggi, penulis menggunakan konsep DFMA sebagai model
pemecahan masalah. Adapun variabel – variabel yang dibutuhkan.
1. Variabel Terikat
Yaitu variabel yang nilainya di pengaruhi dari variabel bebas. Variabel
terikat yang diteliti adalah effisiensi desain ( E).
2. Variabel Bebas
Yaitu variabel yang mempengaruhi nilai variabel terikat. Variabel bebas
yang digunakan terdiri dari :
a. Waktu perakitan
Waktu perakitan adalah waktu yang digunakan dalam proses perakitan
produk dari tahap awal hingga akhir.
b. Jumlah komponen
Jumlah komponen adalah banyaknya komponen yang digunakan dalam
pembuatan produk.
(54)
3.2 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah
Metodologi penelitian ini menggambarkan tahapan proses penelitian,
tahapan ini merupakan suatu rangkaian yang selalu berurutan. Output dari
suatu tahapan tertentu merupakan input bagi tahapan berikutnya.
Mulai
Survey
A Nilai efisiensi Produk awal (EA)
Studi Pustaka Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan
Identifikasi Variabel
Pengumpulan data desain produk awal : 1. Gambar desain awal 2. Proses Pembuatan 3. Waktu perakitan tiap part 4. Jumlah komponen
Pengumpulan data desain produk inovasi : 1. Gambar desain inovasi 2. Proses Pembuatan 3. Waktu perakitan tiap part 4. Jumlah komponen
Pengisian table DFA dan analisa Pengisian table DFA dan analisa
Nilai efisiensi Produk inovasi (EI)
(55)
Ya
A B
Analisa ongkos material desain produk awal (CA) Analisa ongkos material desain
produk inovasi (CI)
Ya EI > EA ?
Analisa dan pembahasan Desain produk inovasi
diterima Tidak
CI < CA ?
Tidak
Selesai Kesimpulan dan saran
(56)
Keterangan flow chart :
Penelitian diawali dengan identifikasi masalah, dengan mencari informasi
dari literature yang sudah ada berupa data-data tertulis.
a) Setelah tahap itu dilanjutkan proses perumusan masalah, dalam proses ini
menunjukkan masalah apa saja yang akan diangkat sebagai bahan
penelitian.
b) Tujuan penelitian merupakan goal dari peneliti, apakah yang menjadi tujuan
dari penelitian yang akan dilakukan. Data yang diambil meliputi waktu
perakitan dan jumlah komponen yang digunakan dalam pembuatan lampu
darurat.
c) Mengidentifikasi variabel yang dibutuhkan dalam penelitian, seteleh tahap
diatas dilakukan tahap pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti pada
objek yang akan ditelti.
d) Desain awal dan desain inovasi dilakukan spesifikasi komponen dengan
melakukan pengisian tebel DFA
e) Menentukan nilai efisiensi dari produk awal dan produk yang telah di
inovasi.
f) Kemudian melakukan analisa ongkos material masing-masing desain
produk.
g) Jika nilai efisiensi dari produk awal lebih rendah, maka dilanjutkan ke
proses selanjutnya. Tetapi jika nilai efisiensi produk awal lebih tinggi di
banding redesain, maka di lanjutkan ke analisa dan pembahasan untuk di
(57)
h) Jika ongkos material dari produk inovasi lebih rendah dari produk awal,
maka produk yang diinovasi diterima. Tetapi jika ongkos material produk
awal lebih tinggi di banding dari produk awal, maka di lanjutkan ke analisa
dan pembahasan untuk di bahas.
i) Melakukan analisa dan pembahasan tentang hasil penelitian.
j) Kesimpulan dan saran menunjukkan bahwa produk yang sudah terpilih
akan ditetapkan sebagai alternatif pengembangan produk yang terbaik.
k) Selesai.
3.3 Metode Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu berdasar prinsip-prinsip
DFMA, yaitu spesifikasi komponen produk awal, pengisian tabel DFA dan
melakukan analisis yang kemudian dilanjutkan dengan mencari desian efisiensi
(58)
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Analisa Desain Produk Awal 4.1.1.1 Gambar Desain Produk Awal
Lampu darurat dari olahan limbah kayu yang telah dikembangkan oleh Apid
Rustandi dari Universitas Bina Nusantara. Lampu ini terbuat dari olahan limbah
kayu yang dimodifikasi dengan desain yang unik. Lampu ini hanya indah dalam
segi desain, tapi dalam fungsi dan sistemnya hampir sama dengan lampu darurat
biasanya.Walaupun desainnya bagus, tapi lampu ini memiliki kelemahan, yaitu
lampu ini bekerja secara manual, dimana saat listrik mati lampu ini harus
dihidupkan secara manual. Selain itu lampu ini hanya untuk satu ruangan, jadi jika
ada saat lampu padam lampu ini tidak bisa menerangi seluruh bagian rumah.
Lampu ini mempunyai daya tahan sekitar 3 jam dengan nyala lampu 18 watt.
(59)
4.1.1.2 Proses Pembuatan Dan Operation Proces Chart (OPC) 5‘ 10’ Penutup lampu Kabel 44 PCB + komponen Accu
12V Saklar Neon Knop lampu
0-8
0-9
15’ 0-10
0-14 15’ 0-11
0-12 15’ 10’
0-13 10’ 10’ 0-1
0-6
0-7 5’ 10’ 0-5 0-4 Cat pernis 15’ 0-3
Amplas 5’
0-2 5’ Badan lampu
Keterangan gambar :
Gambar 4.2 OPC desain produk awal
1. 0 – 1 = pengukuran pola
2. 0 – 2 = pemotongan bahan
(60)
4. 0 – 4 = pengecatan pernis
5. 0 – 5 = pemasangan badan lampu
6. 0 – 6= pemasangan knop lampu
7. 0 – 7 = pemasangan neon
8. 0 – 8 = pengukuran pola
9. 0 – 9 = pemotongan pola
10.0 – 10 =pemasangan penutup lampu
11.0 – 11= pemasangan saklar
12.0 – 12= pemasangan PCB + komponen
13.0 – 13 = pemasangan accu 12V
14.0 – 14 = pemasangan kabel
Proses Pembuatan Berdasar OPC
Proses pembuatan desain lampu dari olahan limbah kayu :
1. Pertama-tama kita harus membuat pola dengan menggunakan pensil, gambar
lampu yang kita inginkan. Perancangan pola harus menyesuaikan dengan
penempatan komponen, sehingga komponen bisa tersusun dengan rapi dan
memudahkan perakitan .
2. Potong limbah kayu hasil pengolahan sesuai dengan pola. Pada bagian badan
lampu digunakan kayu dengan motif ukiran, yang merupakan bukan ukiran
asli melainkan tempelan dari serpihan kayu yang diamplas halus kemudian
dicat dan dipernis.
3. Knop lampu dipasang pada bagian atas badan lampu dan dilanjutkan dengan
(61)
pemasangan tutup lampu yang terbuat dari kain batik teransparan yang diukur
berdasarkan pola yang dipotong sebelum dipasang.
4. Pemasangan saklar pada badan lampu bagian bawah, diteruskan dengan
pemasangan PCB+komponen, dan dilanjutkan pada pemasangan accu 12V.
5. Langkah terakhir dari proses instalasi adalah pemasangan kabel dari setiap
komponen hingga pemasangan kabel in put 220V.
4.1.1.3 Waktu Perakitan Tiap Part
Waktu perakitan tiap part dari keseluruhan proses pembuatan lampu
adalah sebagai berikut :
No Proses Waktu
(menit)
Waktu (detik)
1. Pemasangan badan lampu 5 300
2. Pemasangan knop lampu 10 600
3. Pemasangan neon 5 300
4. Pemasangan penutup lampu 15 900
5. Pemasangan saklar 10 600
6. Pemasangan PCB + komponen 15 900
7. Pemasangan accu 12V 10 600
8. Pemasangan instalasi kabel 15 900
Total 85 5.100
Tabel 4.1 Waktu perakitan tiap part
4.1.1.4 Jumlah Bahan Baku Penyusun
(62)
Dari gambar 4.3, dapat diketahui bahwa lampu darurat desain awal terdiri
dari 2 sub komponen, yaitu kerangka penyusun lampu dan komponen instalasi.
Kerangka lampu terdiri dari penutup lampu yang terbuat dari assesoris batik dan
badan lampu, di mana bahan untuk membuat badan lampu adalah cat, dempul,
amplas, lem kayu dan pernis. Untuk komponen instalasi terdiri dari PCB +
komponen, accu 12V/5A, neon 18 watt, knop lampu, saklar on/off dan kabel.
No Bahan baku penyusun Jumlah
1. Penutup lampu dari kain batik (meter) 1
2. Badan lampu (unit) 1
3. Cat pernis (kaleng) 1
4. Amplas (unit) 1
5. Dempul (kaleng) 1
6. Lem kayu (kaleng) 1
7. PCB+komponen (unit) 1
8. Accu 12V (unit) 1
9. Neon 18 watt (unit) 1
10. Knop lampu (unit) 1
11. Saklar on/off (unit) 1
12. Kabel (rol) 1
Tabel 4.2 Jumlah komponen bahan baku penyusun
4.1.2 Analisa Desain Inovasi 4.1.2.1 Gambar Produk Inovasi
Lampu darurat inovasi merupakan lampu yang mempunyai sistem kerja
otomatis dengan menambahkan komponen yang berfungsi sebagai otomatis.
Sehingga pada saat lampu padam, tidak harus repot menyalakan lampu, melainkan
(63)
jadi dengan satu komponen bisa digunakan untuk lampu lebih dari satu. Sehingga
saat lampu padam, kita tidak perlu memindahkan lampu, tapi lampu sudah
terpasang rapi disetiap ruangan yang diingikan.
Relay MK 2P1
Accu 12V/5
Trafo CT 12V
Condensator
4700 mikrofarad
Resistor
- 220 ohm - 22k
(64)
4.1.2.2 Proses Pembuatan Dan Operation Proces Chart (OPC)
Alur proses ppembuatan desain produk inovasi dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 4.5 OPC Desain Produk Inovasi Keterangan gambar:
1. 0 – 1 = pembersihan badan lampu
2. 0 – 2 = pengecatan badan lampu
3. 0 – 3 = pemasangan trafo CT
4. 0 – 4 = pemasangan dioda
5. 0 – 5 = pemasangan resistor
(65)
7. 0 – 7 = pemasangan led indikator
8. 0 – 8 = pemasangan relay MK 2PI
9. 0 – 9 = pemasangan sekring
10.0 – 10 = pemasangan accu 12V
11.0 – 11 = pemasangan saklar
12.0 – 12 = pemasangan kabel
13.0 – 13 = pemasangan penutup
14.0 – 14 = pemasangan lampu out
Proses Pembuatan berdasarkan OPC
Proses pembuatan desain lampu inovasi :
1. Siapkan badan lampu, dan lakukan proses pembersihan dengan menggunakan
amplas, dan setelah itu lakukan proses pengecatan.
2. Pasang trafo CT pada badan lampu dilanjutkan dengan pemasangan dioda dan
resistor, dan untuk penyaring arus agar rata digunakan kondensator.
3. Pasanglah led indikator pada badan lampu, dilanjutkan dengan pemasangan
relay MK 2PI sebagai otomatis.
4. Untuk mencegah terbakarnya komponen jika konsleting, maka digunakan
sekring. Pasanglah accu 12V pada badan lampu, dilanjutkan dengan
pemasangan saklar.
5. Lakukan proses pemasangan kabel dari masingmasing komponen, jika semua
sudah terpasang tutuplah badan lampu dengan penutup lampu. Pasanglah
(66)
4.1.2.3 Waktu Perakitan Tiap Part
Waktu perakitan total dari pembuatan produk inovasi adalah sebagai berikut :
No Proses Waktu
(menit)
Waktu (detik) 1. Pemasangan badan lampu 1,57 117
2. Pemasangan trafo 2,45 165
3. Pemasangan dioda 4,21 261
4. Pemasangan resistor 3,36 215
5. Pemasangan kondensator 4,11 551
6. Pemasangan led indikator 2,16 136 7. Pemasangan relay MK 2PI 3,45 225
8. Pemasangan sekring 3,21 201
9. Pemasangan accu 12V 5,42 342
10. Pemasangan saklar 2,27 147
11. Pemasangan kabel 15,14 914
12. Pemasangan tutup 2,16 136
13. Pemasangan lampu out put 4,35 275
Total 53,86 3.685
Tabel 4.3 Waktu perakitan tiap part
4.2.2 Jumlah Bahan Baku Penyusun
Bahan baku penyusun desain produk awal dapat dilihat ada gambar berikut
(67)
Berdasarkan gambar 4.6, desain produk inovasi terdiri dari 2 sub
komponen, yaitu box terbuat dari plat besi dan komponen instalasi. Box terdiri
dari 2 bagian yaitu badan box dan penutup. Untuk komponen instalasi terdiri dari
condensator 4700mf, relay MK 2PI, dioda, resistor, trafo CT, accu, led indikator,
sekring, lampu out put, kabel dan saklar.
Tabel 4.4 Jumlah komponen bahan baku produk inovasi
No Bahan baku penyusun Jumlah
1. Badan box (unit) 1
2. Penutup (unit) 1
3. Amplas (unit) 1
4. Pilox (unit) 1
5. Condensator 4700mf (unit) 1
6. Relay MK 2PI (unit) 1
7. Dioda (unit) 2
8. Resistor (unit) 2
9. Trafo CT (unit) 1
10. Accu (unit) 1
11. Led indikator (unit) 1
12. Sekring (unit) 1
13. Lampu out put (unit) 1
14. Kabel (roll) 1
(68)
4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Desain Produk Awal
4.2.1.1 Pengisian dan Analisis Tabel DFA Tabel 4.5 Tabel DFA
No Bagian Jumlah Teoritis
(NM)
Waktu perakitan
(detik)
1. Pemasangan badan lampu 1 300
2. Pemasangan knop lampu 1 600
3. Pemasangan neon 1 300
4. Pemasangan penutup lampu 1 900
5. Pemasangan saklar 1 600
6. Pemasangan PCB + komponen 1 900
7. Pemasangan accu 12V 1 600
8. Pemasangan instalasi kabel 1 900
Total (TM) 8 5.100
Analisa : Pada tabel DFA dapat diketahui jumlah bagian total adalah 8
proses, yaitu pemasangan badan lampu jumlah 1 dengan waktu perakitan 300
detik, pemasangan knop lampu jumlah 1 dengan waktu perakitan 600 detik,
pemasangan neon jumlah 1 dengan waktu perakitan 300 detik, pemasangan
penutup lampu jumlah 1 dengan waktu perakitan 900 detik, pemasangan saklar
jumlah 1 dengan waktu perakitan 600 detik, pemasangan PCB + komponen
jumlah 1 dengan waktu perakitan 900 detik, pemasangan accu 12V jumlah 1
dengan waktu perakitan 900 detik, pemasangan instalasi kabel jumlah 1 dengan
waktu perakitan 900 detik. Total waktu perakitan seluruh bagian adalah 5.100
(69)
4.2.1.2 Efisiensi Perakitan Desain Awal (EA)
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dari perakitan produk awal
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
EA = Jumlah bagian x Waktu teoritis
EA = 8 x 3
5.100
Waktu total perakitan
E A= 0,00471
Analisa : Dari perhitungan efisiensi perakitan, produk awal mempunyai
efisiensi perakitan sebesar 0,00471. Artinya proses pembuatan produk awal
dengan jumlah komponen 8 dan waktu perakitan total 5.100 detik, menghasilkan
(70)
4.2.1.3 Analisa Ongkos Material Desain Awal (CA)
Rincian material penyusun desain produk awal adalah sebagai berikut :
Rancangan awal
Bagian Ongkos (Rp)
Limbah kayu Rp. 84.500 Kain batik Rp. 25.000 Lem Kayu Rp. 10.000 Dempul Rp. 20.000 Cat pernis Rp. 25.000 Amplas Rp. 10.000 PCB + Komponen Rp. 50.000 Accu 12 V Rp. 150.000 Saklar Rp. 1.500 Kabel Rp. 10.000 Neon 18 watt Rp. 15.000 Knop lampu Rp. 5.000 Total Rp.406.000
Tabel 4.6 Tabel Analisa ongkos material
Analisa : Ongkos-ongkos material pada rancangan awal adalah limbah
kayu Rp. 84.500, kain batik Rp. 25.000, lem kayu Rp. 10.000, Dempul Rp.
20.000, cat pernis Rp. 25.000, amplas Rp. 10.000, PCB + komponen Rp. 50.000,
Bateray atau accu 12V Rp. 150.000, saklar Rp. 2.500, kabel Rp. 10.000, neon Rp.
15.000, knop lampu Rp. 5.000. Total ongkos dalam pembuatan produk awal
(71)
.4.2.2 Desain Produk Inovasi
4.2.2.1 Pengisian dan Analisis Tabel DFA
No Bagian Jumlah Teoritis
(NM)
Waktu perakitan
(detik)
1. Pemasangan badan lampu 1 117
2. Pemasangan trafo 1 165
3. Pemasangan dioda 2 261
4. Pemasangan resistor 2 215
5. Pemasangan kondensator 1 551
6. Pemasangan led indikator 1 136
7. Pemasangan relay MK 2PI 1 225
8. Pemasangan sekring 1 201
9. Pemasangan accu 12V 1 342
10. Pemasangan saklar 1 147
11. Pemasangan kabel 1 914
12. Pemasangan tutup 1 136
13. Pemasangan lampu out put 1 275
Total 15 3.685
Tabel 4.7 Tabel DFA
Analisa : Pada tabel DFA dapat diketahui jumlah bagian atau proses total
adalah 13 bagian, yaitu pemasangan bahan badan lampu jumlah 1 dengan waktu
perakitan 117 detik, pemasangan trafo jumlah 1 dengan waktu perakitan 165
detik, pemasangan dioda jumlah 2 dengan waktu perakitan 261 detik, pemasangan
resistor jumlah 2 dengan waktu perakitan 215 detik, pemasangan kondensator
jumlah 1 dengan waktu perakitan 551 detik, pemasangan led indikator jumlah 1
dengan waktu perakitan 136 detik, pemasangan relay MK 2PI jumlah 1 dengan
(72)
201 detik, pemasangan accu 12V jumlah 1 dengan waktu perakitan 342 detik,
pemasangan saklar jumlah 1 dengan waktu perakitan 147 detik, pemasangan
kabel jumlah 1 dengan waktu perakitan 914 detik, pemasangan tutup jumlah 1
dengan waktu perakitan 136 detik, pemasangan lampu out put jumlah 1 dengan
waktu perakitan 275 detik. Total waktu perakitan seluruh part adalah 3.685 detik.
4.2.2.2 Efisiensi Perakitan Desain Inovasi (EI)
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dari perakitan produk awal
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
EI = Jumlah bagian x Waktu teoritis
EI = 15 x 3
3.685
Waktu total perakitan
E I= 0,0122
Analisa : Dari perhitungan efisiensi perakitan, produk inovasi mempunyai
efisiensi perakitan sebesar 0,0122, artinya proses pembuatan produk awal dengan
jumlah komponen 15 dan waktu perakitan total 3.685 detik, menghasilkan
(73)
4.2.2.3 Analisa Ongkos Material Desain Inovasi (CI)
Rincian material penyusun desain produk inovasi adalah sebagai berikut :
Rancangan inovasi
Bagian Ongkos (Rp)
Trafo CT 2A / 12 V Rp. 17.500 Dioda bridge 25 A Rp. 5.000 Dioda RL 2A Rp. 1.000 Resistor Keramik 220 ohm Rp. 1.000 Resistor 220 ohm Rp. 100 Led 1,5 V Rp. 500
Sekring Rp. 1.500
Saklar Rp. 1.000
Accu 5A / 12 V Rp. 150.000 Relay MK 2PI Rp. 8.000 Kondensator 4700 mikrofarad Rp 2.000 Lampu out put 18 watt Rp. 15.000
Box plat Rp. 5.000
Cat hitam Rp 3.000
Amplas Rp. 2.000
Kabel 10 m @ Rp.1.500 Rp. 15.000 Total Rp.287.600 Tabel 4.8 Tabel Analisa ongkos material
Analisa : Ongkos-ongkos material pada rancangan inovasi adalah trafo CT
2A Rp.17.500, dioda bridge 25 A Rp.5.000, dioda RL 2A Rp.1.000, resistor
Keramik 220 ohm Rp.1.000, Resistor 220 ohm Rp.100, Led 1,5 V Rp.500, sekring
Rp.1.500, saklar Rp.1.000, accu 10A / 12 V Rp.150.000, relay MK 2PI Rp.8.000,
kondensator 4700 mikrofarad Rp.2.000, lampu output 18 watt Rp.15.000, box
plat Rp.5.000, cat Rp.3.000, amplas Rp.2.000, kabel Rp.15.000. Total ongkos
(74)
4.2.3 Perbandingan Desain Produk Awal Dengan Desain Produk Inovasi Dengan menggunakan konsep Design For Manufacturing And Assembly (DFMA) Berdasarkan perhitungan efisiensi perakitan (E) dan analisis ongkos
material(C) , telah diperoleh efisiensi perakitan desain produk awal (EA) =
0,00471 dengan ongkos material desain produk awal (CA) = 406.000, sedangkan
efisiensi perakitan desain produk inovasi (EI) = 0.0122 dengan ongkos material
desain produk inovasi (CI ) = 287.600. Hal ini menunjukan bahwa produk inovasi
mempunyai efisiensi perakitan yang lebih besar dengan biaya material yang lebih
kecil.
Selain itu produk inovasi juga mempunyai nilai tambah tersendiri dalam
segi fungsi, yaitu dapat di gunakan untuk semua ruangan, jadi bisa memudahkan
konsumen dalam menghadapi pemadaman listrik. Produk lampu inovasi mampu
bertahan selama 6 jam dengan daya lampu 18 watt, sedangkan produk awal hanya
bertahan 4 jam dengan daya lampu yang sama yaitu 18 watt. Produk awal
menggunakan komponen dengan hambatan yang kecil sehingga lampu dapat
bertahan lebih lama dibading produk awal padahal mempunyai sumber daya yang
sama yaitu accu 12 V / 5 ampere.
4.3 Analisa Dan Pembahasan.
Berdasarkan perhitungan efisiensi perakitan (E) dan analisis ongkos
(75)
No Produk Efisiensi Perakitan
(E)
Biaya Material (C)
1. Desain awal 0,00471 406.000
2. Desain Inovasi 0,0122 287.600 Tabel 4.9 Tabel Perbandingan
Persentase peningkatan efisiensi perakitan(E) adalah 0,0122 - 0,00471 =
0,00749 atau 61,39 %. Persentase penurunan biaya material adalah Rp.406.000 –
(76)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Desain inovasi dapat bekerja secara otomatis saat lampu padam, karena
memmpunyai sistem otomatis sehingga lampu dapat menyala pada saat
pemadaman listrik, dan lampu akan mati sendiri saat listrik dari PLN menyala.
Selain itu lampu desain inovasi juga dapat digunakan pada semua ruangan, hal
ini memudahkan konsumen dalam menghadapi pemadaman listrik tanpa harus
kesulitan mencari lampu.
2. Desain produk inovasi mempunyai efisiensi perakitan yang tinggi dan biaya
yang dikeluarkan juga rendah dibandingkan desain produk awal, yaitu sebagai
berikut : telah diperoleh efisiensi perakitan desain produk awal (EA ) =
0,00471 dengan ongkos material desain produk awal (CA) = 406.000,
sedangkan efisiensi perakitan desain produk inovasi (EI) = 0.0122 dengan
ongkos material desain produk inovasi (CI) = 287.600. Jadi dapat disimpulkan
bahwa terjadi peningkatan efisiensi perakitan sebesar 61,39 %, dan terjadi
penghematan biaya material sebesar 29,163 %.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran untuk perakit desai awal yaitu
produk lampu darurat dari olahan limbah kayu adalah :
1. Pemilihan material hendaknya lebih di tekankan, karena akan berdampak ada
ongkos atau biaya yang akan dikeluarkan.
(77)
2. Perakit hendaknya tidak hanya memperhatikan desain dari produk, tetapi juga
(78)
Kim, S. 2004. Design and Manufacturing II : Assembly and Joining, [online: diakses 7 Maret 2009] URL : http://ocw.mit.edu/NR/rdonlyres/Mechanical-
Engineering/2-008Spring2004/32A84B25-E411-4847-8341-3C9776E77B50/0/09assemnjoin_6f1.pdf
Machine Design Magazine. Design for Manufacture and Assembly. [online : diakses 7 Maret 2009] URL: http://smaplab.ri.uah.edu/ipd/1_1.pdf
Ulrich, Karl T. dan Eppinger Steven D. 1995. Product Design and Development,McGraw-Hill, Inc.
Xie, Xiofan. 2003. Design for Manufacture and Assembly. [online : diakses 8 Maret 2009]
URL : http://home.utah.edu/~u0324774/pdf/DFMA.pdf
J. Jeswie, 2006, “Powerpoint format lecture” .
(1)
4.2.2.3 Analisa Ongkos Material Desain Inovasi (CI)
Rincian material penyusun desain produk inovasi adalah sebagai berikut :
Rancangan inovasi
Bagian Ongkos (Rp)
Trafo CT 2A / 12 V Rp. 17.500 Dioda bridge 25 A Rp. 5.000
Dioda RL 2A Rp. 1.000
Resistor Keramik 220 ohm Rp. 1.000 Resistor 220 ohm Rp. 100
Led 1,5 V Rp. 500
Sekring Rp. 1.500
Saklar Rp. 1.000
Accu 5A / 12 V Rp. 150.000 Relay MK 2PI Rp. 8.000 Kondensator 4700 mikrofarad Rp 2.000 Lampu out put 18 watt Rp. 15.000
Box plat Rp. 5.000
Cat hitam Rp 3.000
Amplas Rp. 2.000
Kabel 10 m @ Rp.1.500 Rp. 15.000 Total Rp.287.600
Tabel 4.8 Tabel Analisa ongkos material
Analisa : Ongkos-ongkos material pada rancangan inovasi adalah trafo CT 2A Rp.17.500, dioda bridge 25 A Rp.5.000, dioda RL 2A Rp.1.000, resistor Keramik 220 ohm Rp.1.000, Resistor 220 ohm Rp.100, Led 1,5 V Rp.500, sekring Rp.1.500, saklar Rp.1.000, accu 10A / 12 V Rp.150.000, relay MK 2PI Rp.8.000, kondensator 4700 mikrofarad Rp.2.000, lampu output 18 watt Rp.15.000, box plat Rp.5.000, cat Rp.3.000, amplas Rp.2.000, kabel Rp.15.000. Total ongkos dalam pembuatan produk inovasi adalah Rp.287.600.
(2)
4.2.3 Perbandingan Desain Produk Awal Dengan Desain Produk Inovasi
Dengan menggunakan konsep Design For Manufacturing And Assembly (DFMA) Berdasarkan perhitungan efisiensi perakitan (E) dan analisis ongkos material(C) , telah diperoleh efisiensi perakitan desain produk awal (EA) = 0,00471 dengan ongkos material desain produk awal (CA) = 406.000, sedangkan efisiensi perakitan desain produk inovasi (EI) = 0.0122 dengan ongkos material desain produk inovasi (CI ) = 287.600. Hal ini menunjukan bahwa produk inovasi mempunyai efisiensi perakitan yang lebih besar dengan biaya material yang lebih kecil.
Selain itu produk inovasi juga mempunyai nilai tambah tersendiri dalam segi fungsi, yaitu dapat di gunakan untuk semua ruangan, jadi bisa memudahkan konsumen dalam menghadapi pemadaman listrik. Produk lampu inovasi mampu bertahan selama 6 jam dengan daya lampu 18 watt, sedangkan produk awal hanya bertahan 4 jam dengan daya lampu yang sama yaitu 18 watt. Produk awal menggunakan komponen dengan hambatan yang kecil sehingga lampu dapat bertahan lebih lama dibading produk awal padahal mempunyai sumber daya yang sama yaitu accu 12 V / 5 ampere.
4.3 Analisa Dan Pembahasan.
Berdasarkan perhitungan efisiensi perakitan (E) dan analisis ongkos material(C), maka diperoleh hasil sebagai berikut :
(3)
No Produk Efisiensi Perakitan
(E)
Biaya Material (C)
1. Desain awal 0,00471 406.000
2. Desain Inovasi 0,0122 287.600
Tabel 4.9 Tabel Perbandingan
Persentase peningkatan efisiensi perakitan(E) adalah 0,0122 - 0,00471 = 0,00749 atau 61,39 %. Persentase penurunan biaya material adalah Rp.406.000 – Rp.287.600 = Rp.118.400 atau 29,163 %.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Desain inovasi dapat bekerja secara otomatis saat lampu padam, karena
memmpunyai sistem otomatis sehingga lampu dapat menyala pada saat pemadaman listrik, dan lampu akan mati sendiri saat listrik dari PLN menyala. Selain itu lampu desain inovasi juga dapat digunakan pada semua ruangan, hal ini memudahkan konsumen dalam menghadapi pemadaman listrik tanpa harus kesulitan mencari lampu.
2. Desain produk inovasi mempunyai efisiensi perakitan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan juga rendah dibandingkan desain produk awal, yaitu sebagai berikut : telah diperoleh efisiensi perakitan desain produk awal (EA ) = 0,00471 dengan ongkos material desain produk awal (CA) = 406.000, sedangkan efisiensi perakitan desain produk inovasi (EI) = 0.0122 dengan ongkos material desain produk inovasi (CI) = 287.600. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan efisiensi perakitan sebesar 61,39 %, dan terjadi penghematan biaya material sebesar 29,163 %.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran untuk perakit desai awal yaitu produk lampu darurat dari olahan limbah kayu adalah :
1. Pemilihan material hendaknya lebih di tekankan, karena akan berdampak ada ongkos atau biaya yang akan dikeluarkan.
(5)
2. Perakit hendaknya tidak hanya memperhatikan desain dari produk, tetapi juga fungsi dari produk.
(6)
Kim, S. 2004. Design and Manufacturing II : Assembly and Joining, [online: diakses 7 Maret 2009] URL : http://ocw.mit.edu/NR/rdonlyres/Mechanical-
Engineering/2-008Spring2004/32A84B25-E411-4847-8341-3C9776E77B50/0/09assemnjoin_6f1.pdf
Machine Design Magazine. Design for Manufacture and Assembly. [online : diakses 7 Maret 2009] URL: http://smaplab.ri.uah.edu/ipd/1_1.pdf
Ulrich, Karl T. dan Eppinger Steven D. 1995. Product Design and Development,McGraw-Hill, Inc.
Xie, Xiofan. 2003. Design for Manufacture and Assembly. [online : diakses 8 Maret 2009]
URL : http://home.utah.edu/~u0324774/pdf/DFMA.pdf
J. Jeswie, 2006, “Powerpoint format lecture” .