Studi Deskriptif Mengenai Self-Concept pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang Sedang Mengontrak Mata Kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas "X" Kota Bandung.

(1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self-concept pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian yang berjumlah 168 orang mahasiswa.

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner self-concept dari Fitts, (1996) yaitu Tennesse Self-concept Scale (TSCS) yang diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Amaliah (2012). Berdasarkan uji validitas alat ukur dengan menggunakan construct validity maka diperoleh sebanyak 73 item yang valid dengan nilai validitas yang berkisar antara 0,300 – 0,891dengan uji reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,835.

Berdasarkan pengolahan data, maka didapatkan 51,2% mahasiswa memiliki self-concept positif dan 48,8% mahasiswa yang memiliki self-concept negatif. Pada penelitian ini usia, pengaruh orangtua dan lingkungan sosial cenderung memiliki keterkaitan dengan self-concept mahasiswa.

Saran teoretis dalam penelitian ini, yaitu disarankan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi antara usia, pengaruh orangtua dan lingkungan sosial dengan self-concept dan bagi peneliti yang menggunakan alat ukur yang sama disarankan untuk memeriksa kembali kata perkata dalam pernyataan dalam alat ukur agar mudah dipahami responden sehingga mendapatkan informasi yang tepat dan sesuai. Sementara saran praktis dalam penelitian ini, yaitu bagi mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang

mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota

Bandung terutama yang memiliki self-concept negatif disarankan untuk meminta feedback dari rekan-rekan orangtua, teman-teman dan dosen mengenai kemampuan mereka, kelebihan serta kekurangan yang mereka miliki dan bagi dosen pembimbing disarankan untuk melakukan pendekatan interpersonal dengan mahasiswa sehingga dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan self-concept positif.


(2)

Abstract

This research is aimed to find out description of self-concept of psychology students who join the subject of Usulan Penelitian Lanjutan at University “X” Kota Bandung. The participants of this research are 168 students of Faculty of Psychology who join the subject of Usulan Penelitian Lanjutan.

The measurement tool used in this research is a self-concept questionnaire from Fitts (1996), Tennesse Self-concept Scale (TSCS) which was adopted and translated into Bahasa Indonesia by Amaliah (2012). Based on measurement validity test using construct validity, we can obtain 73 valid items with validity scale ranging from 0,300 – 0,891 and 0,835 of Alpha Cronbach reliability test.

Based on data process it is acknowledged that 51,2% of students posses positive self-concept and 48,8% of them posses negative self-concept. In this research age, parents influence, and social environment are have relation with students self-concept.

Theoretical advice of this research is, other researchers are supposed to come up with extended research concerning contribution between age, parental influence, and social environment with self-concept and for researchers who use the same measuring tools are advised to check the words in a statement on the measuring instrument to be easily understood respondents, so getting the right information and appropriate. Meanwhile, practical advice of this research is all students of psychology who join the subject of Usulan Penelitian Lanjutan at

University “X” Kota Bandung especially those with a self-concept of negative advisable to ask for feedback from fellow parents, friends and teachers about their capabilities, advantages and disadvantages they have and for the supervisor advised to conduct an interpersonal approach with students so that they can help students to develop a positive self-concept.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pemikiran ... 12


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Self Concept ... 26

2.1.1 Pengertian Self concept ... 26

2.1.2 Perkembangan Self concept ... 27

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self concept ... 29

2.1.4 Pembentukan Self concept ... 32

2.1.5 Dimensi-dimensi Self concept ... 32

2.1.6 Self concept dan Kepribadian ... 36

2.1.7 Self concept dan Tingkah Laku ... 37

2.1.8 Pengukuran Self concept ... 39

2.2 Perkembangan Dewasa Awal ... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 45

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 46

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 46

3.3.1 Variabel Penelitian ... 46

3.3.2 Definisi Konseptual ... 47

3.3.3 Definisi Operasional ... 47

3.4 Alat Ukur ... 50

3.4.1 Alat Ukur Self concept ... 50

3.4.2 Gambaran Alat Ukur ... 50

3.4.3 Prosedur Pengisian ... 54

3.4.4 Sistem Penilaian ... 55


(5)

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 57

3.5.1 Pengujian Validitas Alat Ukur ... 57

3.5.2 Pengujian Reliabilitas Alat Ukur ... 58

3.6 Populasi Penelitian ... 60

3.6.1 Populasi Sasaran ... 60

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 60

3.7 Teknik analisis data ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data ... 62

4.1.1 Tabulasi Silang Self-concept dengan Aspek-aspek ... 63

4.2 Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

DAFTAR RUJUKAN ... 78 LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 51

Tabel 4.1 Data Self-concept ... 62

Tabel 4.1.1 Tabulasi Silang Self-concept dengan Aspek Physical ... 63

Tabel 4.1.2 Tabulasi Silang Self-concept dengan Aspek Moral Ethical ... 64

Tabel 4.1.3 Tabulasi Silang Self-concept dengan Aspek Personal ... 65

Tabel 4.1.4 Tabulasi Silang Self-concept dengan Aspek Family ... 66


(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 24 Bagan 3.2.1 Rancangan Penelitian ... 46


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : KATA PENGANTAR

LAMPIRAN 2 :INFORMED CONCENT

LAMPIRAN 3 : KUESIONER SELF CONCEPT LAMPIRAN 4 : KUESIONER DATA PENUNJANG

LAMPIRAN 5 : HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS LAMPIRAN 6 : DATA SKOR MENTAH RESPONDEN

LAMPIRAN 7 : GAMBARAN RESPONDEN DAN TABULASI SILANG LAMPIRAN 8 : SKOR MENTAH DATA PENUNJANG RESPONDEN LAMPIRAN 9 : BIODATA PENELITI


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci penting dalam kemajuan suatu bangsa. Maka dari itu para pendidik kerap kali menyebutkan salah satu semboyan, yaitu “tuntutlah ilmu setinggi langit”. Semboyan, tersebut lebih menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap orang. Dengan adanya pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan dikategorikan dalam kebutuhan sekunder, namun kebutuhan ini tidak kalah penting dengan kebutuhan primer karena pendidikan yang diperoleh akan melengkapi individu dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian. Kemudian pengetahuan keterampilan dan keahlian tersebut akan menjadi modal bagi individu untuk memperoleh pekerjaan yang kemudian akan menghasilkan uang untuk pemenuhan kebutuhan primer kita. Dengan demikian, secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa pendidikan seolah-olah sudah menjadi kebutuhan primer bukan sekunder lagi (Amalia Prima Putri, 2007).

Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan nonformal. Sekolah merupakan lembaga formal yang menyediakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, yang dimana tujuan pendidikan nasional itu sendiri telah diatur dalam UU No 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Indonesia memiliki lima jenjang pendidikan, yaitu taman


(10)

kanak-kanak, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi. Setiap individu yang menempuh pendidikan harus mengikuti proses sesuai dengan jenjangnya, dimulai dari taman kanak-kanak, kemudian individu melanjutkan pada jenjang berikutnya yaitu sekolah dasar (SD) setelah itu individu melanjutkan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) lalu individu melanjutkan kembali pada jenjang berikutnya yaitu sekolah menengah atas (SMA) dan individu dapat melanjutkan kembali pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi yaitu di perguruan tinggi sesuai dengan minat dari individu tersebut.

Pada penelitian yang dilakukan ini akan lebih ditekankan yaitu pendidikan di perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah atas yang diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Tujuan dari perguruan itu sendiri yaitu, pertama, mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Kedua, mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengoptimalkan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional (www.kemdiknas.go.id).

Di Indonesia Berbagai Perguruan Tinggi kini bermunculan dan menawarkan berbagai fakultas atau jurusan yang beranekaragam. Individu yang memasuki perguruan tinggi ini biasa disebut sebagai mahasiswa. Sesuai dengan definisi menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Widiatmoko, 1994) mahasiswa adalah tiap orang


(11)

yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi. Pada proses pencapaian mahasiswa untuk bisa menyelesaikan perkuliahannya, ternyata dihadapkan pada berbagai hambatan dan perjuangan yang harus dilalui mahasiswa untuk menjalaninya. Mahasiswa harus mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh fakultas yaitu, mahasiswa mengambil mata kuliah wajib dan pilihan yang sudah disediakan fakultas setelah itu, mahasiswa tersebut akan mendapatkan nilai dari setiap mata kuliah yang mereka kontrak dan gabungan nilai-nilai tersebut pada setiap semesternya dinamakan Indeks Prestasi Kumulatif atau sering disingkat IPK dan sebelum mencapai kelulusan mahasiswa harus mengerjakan tugas akhirnya yaitu skripsi.

Pengerjaan tugas akhir di Fakultas Psikologi Universitas “X” dibagi menjadi dua mata kuliah dalam semester yang berbeda yaitu mata kuliah Usulan Penelitian dan mata kuliah Skripsi. Pada penelitian yamg dilakukan ini akan lebih di fokuskan pada mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan. Pada mata kuliah Usulan Penelitian mahasiswa diwajibkan untuk membuat penyusunan proposal penelitian. Mahasiswa diharuskan mengerjakannya secara individual berdasarkan pemikirannya sendiri dan penelitian ilmiah ini juga harus berguna bagi masyarakat secara umum. Persyaratan untuk mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian yaitu mahasiswa harus memiliki IPK minimal 2.00, dan sudah mengambil minimal 121 sks serta lulus dalam salah satu mata kuliah prasyarat tertentu. Pada mata kuliah Usulan Penelitian ini mahasiswa menyusun proposal penelitian dari bab satu hingga bab tiga. Kemudian mahasiswa mengikuti seminar yang dimana proposal yang telah dibuat tersebut akan dipresentasikan dihadapan kedua dosen pembimbing, kedua dosen pembahas, mahasiswa pembahas serta penonton. Seminar tersebut menentukan penelitian yang dilakukan


(12)

mahasiswa disetujui untuk dilanjutkan atau tidak. Sementara itu ketika mahasiswa tidak dapat menyelesaikan mata kuliah Usulan Penelitian, maka mereka harus mengambil kembali mata kuliah tersebut atau sering disebut Usulan Penelitian Lanjutan. Usulan Penelitian Lanjutan ini tetap mengharuskan mahasiswa mengerjakan proposal penelitiannya akan tetapi mereka tidak mengikuti kelas melainkan hanya meneruskan mengerjakan penelitiannya dan bimbingan dengan dosen pembimbing. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa keberhasilan dalam pendidikan di Perguruan Tinggi tidak hanya dari IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang dicapai mahasiswa, tetapi juga dilihat dari seberapa lama waktu yang di tempuh mahasiswa tersebut dalam menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi tersebut (Anonymous, 2008, dalam www.unwiku.ac.id).

Melihat dari lamanya waktu studi yang ditempuh mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikannya, terdapat sebuah fenomena yang terjadi di Fakultas Psikologi Universitas “X” di Kota Bandung. Salah satu persoalan yang ada di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung ini, ialah jumlah mahasiswa-mahasiswa yang masuk atau mendaftar tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang lulus. Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh dari Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas “X” menyatakan bahwa pada tahun akademik 2009 jumlah mahasiswa yang masuk 286 orang, namun tidak ada yang berhasil lulus tepat waktu yaitu dalam jangka waktu empat tahun. Tahun akademik 2010 tercatat jumlah mahasiswa yang masuk 226 orang, namun mahasiswa yang lulus tepat waktu dalam jangka waktu empat tahun berjumlah 28 orang atau 12%. Kondisi ini juga sangat mempengaruhi akreditasi Fakultas Psikologi di Universitas “X” tersebut, apabila ketidakseimbangan ini terjadi terus dan semakin


(13)

banyaknya mahasiswa yang lulus kuliah tidak tepat waktu, maka semakin besar kemungkinan akreditasi Fakultas Psikologi tersebut menurun.

Penyebab dari banyaknya mahasiswa yang lulus tidak tepat waktu tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa mahasiswa ternyata karena masih banyaknya mahasiswa yang belum menyelesaikan proposal Usulan Penelitiannya. Mereka merasa kesulitan dalam menyelesaikan proposal penelitian misalnya, seperti mahasiswa yang merasa kurang percaya diri akan kemampuan untuk mengerjakan proposal penelitian, kurang adanya ketertarikan pada penelitian, merasa kurang mampu menerima kritikan dari dosen pembimbing mengenai kesalahan atau kekurangannya dalam menulis proposal penelitian, serta time management yang kurang baik. Kesulitan-kesulitan tersebut menyebabkan perasaan rendah diri, stres, kurang termotivasi untuk menyelesaikan proposal penelitian, menunda mengerjakan proposal penelitian, dan tidak menyelesaikan proposal penelitiannya sehingga mahasiswa yang masih ingin menyelesaikan proposal penelitiannya mereka harus mengontrak kembali mata kuliah usulan penelitian di semester selanjutnya. Dengan mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di semester berikutnya mengakibatkan mahasiswa tersebut menempuh lebih lama lagi waktu kuliahnya sehingga mereka tidak lulus tepat waktu.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang mahasiswa Fakultas Psikologi yang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung diperoleh gambaran 70% mahasiswa memersepsikan bahwa mereka mampu menerima keadaan dirinya secara realistis dan menyadari kemampuan atau kelebihannya. Mereka menghayati bahwa mereka memiliki penampilan yang menarik dan daya tahan tubuh yang kuat, memiliki kepercayaan diri baik dalam


(14)

penampilan maupun kemampuan dalam bidang akademik khususnya dalam menyusun proposal penelitian, memiliki hubungan yang baik dengan orangtua maupun sesama anggota keluarga lain, dan mereka mudah bergaul dengan oranglain serta memiliki banyak teman. Selain itu mereka juga menyadari kekurangan yang mereka miliki terutama dalam bidang akademik, seperti strategi atau perencanaan yang buruk dalam mengerjakan proposal penelitiannya. Meskipun mereka harus mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan yang membuat mereka lulus tidak tepat waktu tetapi mereka tetap memiliki kepercayaan diri serta motivasi untuk menyelesaikan proposal penelitiannya. Hal-hal tersebut menggambarkan adanya self-concept yang positif dalam diri mahasiswa.

Sementara 30% orang mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X Kota Bandung menghayati bahwa secara fisik mereka memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik seperti daya tahan tubuh yang lemah, kurang memiliki kepercayaan diri baik dalam penampilan maupun dalam bidang akademik, merasa tidak senang berada didalam rumah dan memiliki hubungan yang kurang baik dengan sesama anggota keluarga, memiliki banyak teman tetapi mereka tidak mudah dekat dengan oranglain atau sulit untuk membangun hubungan yang mendalam dengan oranglain, serta merasa rendah diri dibandingkan teman-temannya. Mahasiswa tersebut juga tidak memiliki kepercayaan diri akan kemampuannya untuk dapat menyelesaikan proposal penelitiannya. Hal-hal tersebut menggambarkan adanya self-concept yang negatif dalam diri mahasiswa.

Hasil survei awal yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa yang dapat membuat mahasiswa memiliki kepercayaan diri akan kemampuannya dan termotivasi untuk


(15)

mencapai prestasi adalah self-concept yang positif yang dimiliki mahasiswa tersebut. Persepsi yang positif terhadap kepribadian akan mempengaruhi Self-concept kearah yang positif, dan mendorong individu untuk meraih prestasi (Sahlan, 2000). Mahasiswa akan lebih mudah untuk menentukan sikap dan perilaku yang harus diambil sesuai dengan gambaran diri mereka serta untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai melalui kesadaran dalam memahami diri sendiri. Ketika mahasiswa memandang positif akan gambaran dirinya mereka akan cenderung percaya diri, menerima diri, serta optimis dalam mencapai tujuan. Sementara ketika mahasiswa memandang negatif dirinya maka mereka tidak mampu memahami dirinya sendiri sehingga mereka memiliki harga diri yang rendah, merasa tidak memiliki potensi, kurang percaya diri, mudah putus asa dan motivasi belajar yang rendah.

Self-concept memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap motivasi dalam menyelesaikan tugas yang di hadapi dan self-concept juga dapat menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam berbagai situasi kehidupan khususnya bagi mahasiswa yang sedang menyelesaikan proposal penelitian yang tidak menutup kemungkinan menghadapi kesulitan. Vargas (1968) mengemukakan bahwa self-concept yang dipergunakan oleh individu untuk menghadapi suatu situasi mempengaruhi cara individu menyelesaikan situasi tersebut. Fitts (1971) mendefinisikan bahwa self-concept adalah keseluruhan kesadaran atau persepsi tentang diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh individu yang bersangkutan. Oleh karena itu ketika mahasiswa memiliki gambaran atau pandangan mengenai dirinya sebagai mahasiswa, yang dimana mereka merupakan seorang pelajar maka seharusnya ia juga mempunyai gambaran atau pandangan mengenai kelebihan serta kekurangan yang dimilkinya terutama dalam hal penyelesaian tugas akhir yang wajib ia


(16)

lakukan, sehingga mahasiswa tersebut memiliki target kelulusan dan dapat mengantisipasi dorongan dalam diri yang dapat menghambat mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya.

Fitts (1971) juga membagi self-concept menjadi dua dimensi, yaitu dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal terdiri dari identity self, judging self, dan

behavioral self sementara dimensi eksternal terdiri dari physical self, moral ethical self, personal self, family self, dan social self. Dimensi-dimensi internal dan eksternal dari self-concept ini berinteraksi dan menjadi satu kesatuan yang menyatu sehingga membentuk 15

kombinasi aspek menjadi physical identity, physical judging, physical behavior, moral

ethical identity, moral ethical judging, moral ethical behavior, personal identity, personal judging, personal behavior, family identity, family judging, family behavior, social identity, social judging, social behavior.

Persepsi mahasiswa bahwa ia mempunyai tubuh yang kuat dan tetap sehat ketika mengerjakan proposal penelitiannya yaitu, physical identity. Mahasiswa yag menilai bahwa ia merupakan orang yang sehat dan merasa puas akan penampilan serta kesehatan tubuhnya yaitu, physical judging. Mahasiswa yang berusaha menjaga dan memelihara kesehatannya agar tidak mengganggunya dalam menyelesaikan proposal penelitiannya yaitu, physical behavior. Mahasiswa yang memersepsikan bahwa ia taat menjalankan aturan agama dan beretika yaitu, moral ethical identity. Mahasiswa yang merasa puas akan kehidupan sehari-harinya dan puas akan hubungannya dengan Tuhan yaitu, moral

ethical judging. Mahasiswa yang dapat menjalankan ajaran agama dan beretika dalam

kehidupan sehari-harinya yaitu, moral ethical behavior. Mahasiswa memersepsikan bahwa ia dapat mengendalikan dirinya yaitu, personal identity. Mahasiswa yang merasa


(17)

puas menjadi diri apa adanya yaitu, personal judging. Mahasiwa yang dapat menempatkan diri dalam segala situasi yaitu, personal behavior. Mahasiswa yang memersepsikan bahwa ia dicintai dan dihargai oleh keluarganya yaitu, family identity. Mahasiswa yang merasa puas dan merasa dicintai oleh keluarganya yaitu, family judging. Mahasiswa yang memperhatikan, mencintai dan membanggakan keluarganya yaitu,

family behavior. Mahasiswa yang memersepsikan bahwa ia sulit atau mudah untuk

berinteraksi di lingkungan pertemanannya yaitu, social identity. Mahasiswa yang puas akan kualitas hubungan pertemanannya yaitu, social judging. Mahasiswa yang mau bergaul, memahami pikiran orang lain yaitu, social behavior.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gabbler dan Gabby pada tahun 1967 (dalam Burns 1979), mengungkapkan bahwa kegagalan dapat mempengaruhi self-concept individu, membuat individu memandang dan memberikan penilaian negatif mengenai dirinya. Selain itu ditemukan pula adanya hubungan antara harga diri dengan perasaan penerimaan kedua orangtuanya. Penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Grieneeks (1970, dalam Burns 1979), yang dilakukan terhadap 877 mahasiswa, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara self-concept mahasiswa dengan prestasi akademik mereka. Bahkan Jones juga mengungkapkan bahwa self-concept mahasiswa terhadap kemampuan akademik yang mereka miliki menjadi prediktor prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan IQ dan bakat yang mereka miliki.

Penelitian yang dilakukan oleh Vargas (1968, dalam Fitts, 1971) mengungkapkan individu dengan self-concept yang positif juga menunjukkan kecemasan yang lebih rendah dan strategi penanggulangan stres yang lebih baik. Begitupun, penelitian yang dilakukan di Amerika yang melibatkan 342 mahasiswa dari Colombia University,


(18)

menemukan bahwa keberhasilan akademik dipengaruhi oleh self-concept yang positif (Ginzberg, 2003). Penelitian lain yang di lakukan di Indonesia yang dilakukan oleh Bambang Sumantri (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

self-concept dengan prestasi belajar yan dicapai mahasiswa, dengan demikian maka

disimpulkan bahwa self-concept merupakan salah satu faktor yang mendorong individu untuk mencapai prestasi belajar. Maka dari itu ketika mahasiswa memiliki self-concept yang positif mereka akan memiliki kecemasan yang lebih rendah serta penanggulangan stres yang lebih baik ketika mereka harus mengerjakan proposal penelitian untuk meraih prestasi, dibandingkan dengan mahasiswa dengan self-concept yang negatif. Melihat pentingnya peran self-concept pada mahasiswa dalam keberhasilan studi mahasiswa di Perguruan Tinggi, peneliti ingin melihat gambaran self-concept yang dimiliki mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung yang sedang mengontrak kembali mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana gambaran self-concept pada mahasiswa fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung.


(19)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai

self-concept pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan

Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran self-concept pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung disertai dimensi-dimensi self-concept.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1) Memberikan informasi dalam bidang Psikologi Pendidikan mengenai self-concept pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung.

2) Memberikan informasi kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai self-concept.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi bagi mahasiswa Fakultas Psikologi mengenai self-concept dalam diri mereka, sehingga dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan self-concept yang positif yang


(20)

akan bermanfaat untuk mendukung mahasiswa dalam menyelesaikan proposal penelitiannya.

2) Memberikan informasi kepada Dekan Fakultas Psikologi, serta Koordinator mata kuliah Usulan Penelitian di Universitas “X” Kota Bandung mengenai gambaran

self-concept yang dimiliki para mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah

Usulan Penelitian Lanjutan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pada umumnya individu yang berusia 20 sampai dengan 27 tahun sudah memasuki tahap perkembangan dewasa awal (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Menurut Piaget (Santrock, 2002) kapasitas kognitif dewasa awal tergolong masa Operational formal. Pada masa tahap dewasa awal individu mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi intelektual sebagian besar dari mereka telah lulus SMA dan sudah masuk ke Perguruan Tinggi. Maka mahasiswa Fakultas Psikologi yang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Bandung seluruhnya berada pada tahap dewasa awal

Pada tahap dewasa awal mahasiswa sudah mampu membiayai hidupnya sendiri atau berkarir, memiliki pasangan hidup, memiliki rasa kemandirian, kontrol diri dan tanggung jawab, dan tidak lagi tinggal bersama orangtua (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Melihat dari tugas perkembangan pada dewasa awal ini artinya individu akan melepaskan ketergantungannya mula-mula dari orangtua kemudian membangun relasi yang luas dengan teman-temannya hingga mencapai kemandirian secara ekonomi maupun dalam pengambilan keputusan. Dengan kemandiriannya tersebut maka artinya mahasiswa


(21)

sudah mampu menghayati dirinya sendiri, kemudian menilai dirinya sendiri dan menentukan perilaku apa yang akan dipertahankan atau diabaikan, hal ini yang disebut dengan self-concept.

Membuat proposal penelitian merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan. Mahasiwa yang memiliki self-concept positif akan membuat mereka yakin dan percaya diri serta menghayati secara positif akan kemampuan yang dimilikinya sehingga mereka mampu mengoptimalkan kemampuannya dalam menghadapi permasalahan dalam proses menyelesaian skripsi atau proposal penelitian (Segendig Kurniawan, Aditya Nanda Priyatama, Nugraha Arif, 2015). Fitts (1971) mendefinisikan self-concept sebagai keseluruhan kesadaran atau persepsi mahasiswa tentang diri yang diobservasi, dialami dan dinilai oleh mahasiswa yang bersangkutan. Self-concept itu sendiri menurut Fitss (1971) memiliki dimensi-dimensi yang terdiri dari dimensi internal, yaitu penilaian mahasiswa terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia dalamnya atau batinnya sendiri. Kemudian dimensi external, yaitu penilaian mahasiswa tentang dirinya sebagai hasil interaksi dengan dunia di luar dirinya, termasuk pengalaman mahasiswa dan hubungan interpersonalnya. Dimensi internal terdiri atas identitas diri (Identity Self), penilaian diri (Judging Self), dan perilaku diri (Behavior Self). Sementara itu dimensi eksternal terdiri atas fisik diri (Physical Self), moral etik diri (Moral Ethical Self), diri pribadi (Personal Self), diri keluarga (Family Self), diri sosial (Social Self).

Dimensi internal yang pertama merupakan diri sebagai objek (Identity Self), yaitu aspek self-concept yang paling mendasar yang mengacu pada pertanyaan “Siapakah?”


(22)

yang didalamnya tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada “diri” oleh mahasiswa yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membentuk identitasnya. Sejalan dengan bertambahnya usia dan interaksi mahasiswa dengan lingkungannya maka itu akan menambah pengetahuan mahasiswa tentang dirinya seperti “saya pintar” atau “saya cantik tapi tidak pintar”. Semakin bertambahnya usia maka setiap elemen identitas diri ini akan mempengaruhi cara individu memersepsikan dunia, mengobservasi dan menilai dirinya sendiri sebagaimana dirinya berfungsi. Sehingga ketika mahasiswa mengetahui identitas dirinya serta mengenalinya maka ia memiliki kemungkinan untuk mengantisipasi keburukan-keburukan yang akan muncul saat ia mengerjakan proposal penelitiannya.

Selanjutnya, penilaian diri (Judging Self) yaitu ketika mahasiswa memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Penilaian ini berperan untuk menentukan tindakan yang akan ditampilkan mahasiswa. Penilaian diri ini menentukan kepuasan mahasiswa akan dirinya atau seberapa jauh mahasiswa menerima dirinya. Kemudian, dimensi ketiga yaitu perilaku diri (Behavior Self) yang merupakan gambaran mahasiswa mengenai tingkah lakunya meliputi tingkah laku yang dipertahankan atau yang diabaikan. Identitas diri dan perilaku diri ini berkaitan erat karena keduanya saling mempengaruhi dan menentukan apakah suatu tingkah laku baru disimbolkan dan digabungkan ke dalam identitas diri. Ketika mahasiswa memersepsikan bahwa ia merupakan orang yang “mampu dan pintar” ia akan mempertahankan kegiatannya untuk menyelesaikan proposal penelitiannya tanpa teralihkan dengan hal lain.


(23)

Dimensi eksternal yang pertama adalah diri fisik (Physical Self) yaitu persepsi mahasiswa mengenai keadaan dirinya secara fisik. Seperti persepsi mahasiswa mengenai kesehatannya, penampilanya, dan keadaan tubuhnya serta gerak motorik. Kedua, diri moral etik (Moral Ethical Self) yaitu persepsi mahasiswa mengenai dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika, serta kepuasan hubungannya dengan tuhan. Ketiga, diri pribadi (Pesonal Self) merupakan perasaan atau persepsi mahasiswa akan keadaan pribadinya yang dipengaruhi oleh sejauhmana mahasiswa tersebut puas terhadap pribadinya atau merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. Keempat, diri keluarga (Family

Self) yaitu perasaan dan harga diri mahasiswa dalam kedudukannya sebagai anggota

keluarga. Kelima, diri sosial (Social self) merupakan penilaian mahasiswa terhadap dirinya dalam kaitan dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Penilaian mahasiswa ini dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain..

Fitts (1971) menggabungkan dimensi internal dan eksternal dari self-concept ini menjadi satu kesatuan sehingga membentuk 15 aspek kombinasi yaitu Physical identity,

Physical judging, Physical behavior, Moral ethical identity, Moral ethical judging, Moral ethical behavior, Personal identity, Personal judging, personal behavior, Family identity, Family judging, Family behavior, Social identity, Social judging, Social behavior

Physical identity, merupakan persepsi mengenai gambaran mahasiswa terhadap

keadaan dirinya secara fisik. Mahasiswa dengan physical identity yang positif akan memersepsikan bahwa dirinya memiliki daya tahan tubuh yang kuat sehingga kesehatan tubuh tidak menjadi hambatan bagi mereka dalam mengerjakan proposal penelitian. Begitupun sebaliknya mahasiswa dengan physical identity yang negatif memersepsikan


(24)

dirinya lemah atau sakit-sakitan sehingga kondisi kesehatan tubuhnya dapat menghambat mereka dalam menyelesaikan proposal penelitian.

Physical judging, merupakan persepsi mahasiswa mengenai penilaian mereka terhadap keadaan dirinya secara fisik yang akan menentukan kepuasan mahasiswa akan kondisi tubuhnya dan seberapa besar mahasiswa tersebut akan menerima dirinya. Mahasiswa dengan physical judging yang positif maka ia merasa puas akan kondisi kesehatan tubuhnya maka ketika mahasiswa puas akan kondisi fisiknya mereka akan merasa memiliki kondisi tubuh yang lebih kuat dan berenergi sehingga mereka dapat tetap bertahan untuk mengerjakan proposal penelitiannya. Begitupun sebaliknya, mahasiwa dengan physical judging yang negatif mereka cenderung menilai dirinya lemah atau sakit-sakitan serta merasa tidak puas akan kondisi tubuhnya sehingga penilaian tersebut membuat mereka tidak berenergi atau kurang termotivasi dalam mengerjakan proposal penelitiannya.

Physical behavior, merupakan persepsi mengenai perilaku mahasiswa terhadap

apa yang mereka lakukan untuk merawat diri mereka secara fisik dan kesehatan mereka. Mahasiswa yang memiliki physical behavior positif, mereka akan merawat dan menjaga kesehatan tubuhnya untuk tetap fit dan sehat agar tidak menghambat mereka dalam mengerjakan proposal penelitiannya. Sementara mahasiswa yang physical behavior negatif, mereka kurang merawat dan kurang peduli akan kesehatan tubuhnya sehingga kondisi tersebut cenderung dapat menghambat mereka dalam mengerjakan proposal penelitian.


(25)

Moral ethical identity, merupakan persepsi mahasiswa mengenai gambaran

nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya. Mahasiswa yang memiliki moral ethical identity positif maka ia akan memersepsikan bahwa ia taat dalam menjalankan aturan-aturan agama dan berperilaku sesuai dengan aturan terutama dalam mengerjakan proposal penelitian, begitupun sebaliknya mahasiswa dengan moral ethical identity negatif maka ia memersepsikan dirinya kurang dapat mematuhi serta menghayati ajaran-ajaran agama dan aturan dalam penulisan proposal penelitian.

Moral ethical judging, merupakan persepsi akan penilaian akan kepuasan

mahasiswa terhadap nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya, yang menentukan seberapa jauh mahasiswa dapat menerima dirinya. Mahasiswa dengan moral ethical

judging yang positif mereka cenderung merasa puas akan hubungannya dengan Tuhan

dan menilai bahwa mereka sudah mengerjakan proposal penelitian sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku. Sementara mahasiswa dengan moral ethical judging yang negatif ia merasa tidak puas akan hubungannya dengan Tuhan dan merasa tidak puas apabila mengerjakan proposal penelitian sesuai dengan aturan sehingga mereka cenderung mengerjakan proposal penelitiannya dengan asal-asalan.

Moral ethical behavior, merupakan persepsi mahasiswa akan perilakunya terhadap

apa yang ia lakukan untuk menjaga nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya dalam kehidupan sehari-hari. Moral ethical behavior yang positif pada mahasiswa akan menunjukkan perilaku mahasiswa yang dapat menjalankan ajaran agama, taat beribadah serta taat dalam menjalankan aturan-aturan dalam penulisan proposal penelitian. Sedangkan moral ethical behavior yang negatif pada mahasiswa akan menunjukkan


(26)

perilaku mahasiswa yang sering melanggar aturan dalam mengerjakan proposal penelitiannya seperti memanipulasi data, berbohong, meniru hasil kerja orang lain dan hal-hal lain yang menyalahi aturan penulisan, serta berprilaku buruk dalam kesehariannya.

Personal identity, merupakan persepsi mahasiswa akan gambaran kepribadiannya. Personal identity yang positif akan menunjukkan mahasiswa yang memersepsikan bahwa

dirinya dapat menghayati pengendalian dirinya dalam mengatasi keinginan-keinginan yang dapat menghambatnya dalam menyelesaikan proposal penelitian. Sementara

personal identity yang negatif akan menunjukkan mahasiswa yang memersepsikan

dirinya tidak dapat mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya untuk tetap bertahan menyelesaikan proposal penelitiannya.

Personal judging, merupakan persepsi akan penilaian mahasiswa yang sedang

mengerjakan proposal penelitian pada keadaan kepribadiannya yang akan menentukan kepuasan mahasiswa tersebut akan dirinya dan seberapa jauh ia dapat menerima dirinya. Mahasiswa yang memiliki personal judging yang positif ia akan merasa puas akan kemampuannya dalam mengerjakan proposal penelitian serta mampu menjadi dirinya sendiri dan lebih percaya diri. Mahasiswa yang memiliki personal judging yang negatif ia akan membenci dirinya sendiri, merasa tidak puas dan kurang percaya diri akan kemampuannya dalam menyelesaikan proposal penelitian.

Personal behavior, merupakan persepsi mahasiswa akan perilakunya terhadap apa

yang ia lakukan untuk dapat mengendalikan dan mengatur dirinya. Personal behavior yang positif menunjukkan perilaku mahasiswa yang mampu menempatkan diri dalam


(27)

segala situasi, ia mampu bertahan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dan menyelesaikan proposal penelitiannya meskipun ada hal-hal yang menghambatnya.

Personal behavior yang negatif akan menunjukkan perilaku mahasiswa yang mencoba

melarikan diri ketika ia merasa kesulitan, tidak mampu menahan dorongan-dorongan dalam diri yang dapat menghambatnya dalam menyelesaikan proposal penelitiannya seperti menuda mengerjakan proposal penelitian.

Family identity, merupakan persepsi mahasiswa mengenai gambaran dirinya

sebagai anggota keluarga. Family identity yang positif pada diri mahasiswa akan membuatnya memersepsikan bahwa ia merupakan anggota dari keluarga yang sejahtera dan bahagia. Mereka cenderung ingin membuat orangtua dan anggota keluarga lain merasa bangga akan prestasi yang dapat mereka raih, sehingga mereka akan termotivasi untuk menyelesaikan proposal penelitiannya. Sementara family identity yang negatif membuat mahasiswa memersepsi bahwa dia tidak dicintai oleh keluarga, sehingga mereka merasa kurang mendapatkan dorongan dari keluarga untuk menyelesaikan proposal peneltiannya.

Family judging, merupakan persepsi mahasiswa mengenai penilaian terhadap

dirinya sebagai anggota keluarga yang menentukan kepuasan mahasiswa akan dirinya. Mahasiswa yang memiliki family judging positif akan menghayati bahwa ia puas dalam hubungannya dengan keluarga dan merasa diterima dalam keluarga, dan merasa cukup mendapatkan dukungan dari keluarga terutama orangtua untuk menyelesaikan proposal penelitiannya. Sementara mahasiswa yang memiliki family judging negatif ia merasa tidak puas akan hubungannya dengan keluarga, merasa kurang dicintai oleh keluarganya,


(28)

sehingga mereka merasa tidak puas akan dukungan yang diberikan oleh keluarganya dan membuat mereka menjadi tidak termotivasi untuk menyelesaikan proposal penelitiannya.

Family behavior, merupakan persepsi mahasiswa yang sedang mengerjakan

proposal penelitian mengenai apa yang mereka lakukan dalam tugasnya sebagai anggota keluarga. Mahasiswa yang memiliki family behavior yang positif mereka akan melakukan tugasnya sebagai anggota keluarga dengan mencintai keluarganya dan membanggakan keluarganya, sehingga dengan menyelesaikan proposal penelitian merupakan pencapaian prestasi yang dapat dibanggakan pada eluarga terutama orangtuanya. Sementara mahasiswa dengan family behavior yang negatif mereka tidak memperdulikan keluarganya, dan karena merasa tidak mendapatkan dorongan dari anggota keluarga untuk menyelesaikan proposal penelitiannya maka mereka cenderung menunda-nunda menyelesaikan proposal penelitianya.

Social identity, merupakan persepsi mahasiswa akan gambaran terhadap dirinya

dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Mahasiswa dengan social identity yang positif mereka akan memersepsikan dirinya sebagai diri yang mudah bergaul, mudah dekat dengan orang lain dan memiliki banyak teman, maka dengan hubungan relasi yang luas tersebut mereka cenderung mudah untuk mendapatkan informasi serta bantuan dari oranglain dalam menyelesaikan proposal penelitiannya. Mahasiswa dengan social identity negatif mereka akan memersepsikan bahwa mereka sulit untuk berinteraksi dan bergaul dengan teman-teman mereka ataupun orang lain, kesulitan tersebut membuat mahasiswa memiliki hubungan relasi yang sedikit sehingga mereka cenderung sulit untuk


(29)

mendapatkan informasi, atau pengetahuan dari oranglain sebagai bahan untuk menyelesaikan proposal penelitiannya.

Social judging, merupakan persepsi mahasiswa mengenai penilaiannya terhadap

interaksinya dengan lingkungan sosial yang menentukan kepuasan mahasiswa akan dirinya dan seberapa jauh mereka merasa diterima. Mahasiswa yang memiliki social

judging yang positif mereka akan puas dengan perlakuan mereka terhadap

teman-temannya atau orang lain, mereka merasa puas akan kualitas pertemanannya dan mereka merasa puas akan manfaatnya berelasi luas dengan oranglain yang dapat membantu mereka dalam mendapatkan informasi-informasi dalam menyelesaikan proposal penelitiannya. Sementara mahasiswa dengan social judging yang negatif akan merasa kurang puas dalam bergaul dengan orang lain, dan merasa tidak diterima oleh teman-temannya, mereka merasa hubungannya dengan oranglain menimbulkan persaingan sehingga mereka enggan untuk meminta bantuan oranglain dalam menyelesaikan proposal penelitiannya .

Social behavior, merupakan persepsi mahasiswa yang sedang mengerjakan

proposal penelitian mengenai perilakunya terhadap apa yang ia lakukan untuk memahami teman-teman atau orang lain dan penyesuaiannya dalam lingkungan. Mahasiswa yang memiliki social behavior positif akan mudah bergaul dengan orang lain, memahami teman-temannya, menjadikan temannya sebagai saingan yang sehat dalam mencapai prestasi, bekerjasama secara sehat untuk saling memotivasi dalam menyelesaikan proposal penelitiannya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki social behavior yang negatif mereka cenderung merasa tidak nyaman jika dekat dengan teman-temannya atau


(30)

orang lain, merasa minder ketika melihat temannya berhasil, menarik diri, tidak mau meminta bantuan oranglain jika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan proposal penelitian.

Aspek-aspek self-concept tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Fitts (1971) faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut yaitu, usia pengaruh orangtua, dan lingkungan sosial. Pertama usia semakin bertambahnya usia individu maka semakin banyak perasaan yang diungkapkan seseorang akan dirinya dan pada akhirnya membentuk label yang memberi gambaran tentang dirinya. Pertambahan usia tersebut juga akan semakin menambah pengetahuan mahasiswa mengenai dirinya sendiri dan melengkapi keterangan-keterangan mengenai dirinya. Kedua, pengaruh orangtua. Orangtua yang menerapkan pola asuh dengan menciptakan lingkungan yang aman dalam bentuk kasih sayang, perhatian, penerimaan serta penghargaan pada mahasiswa akan membuat self-concept mahasiswa tersebut positif karena mereka cenderung akan menyukai serta menghargai dirinya sendiri dan lebih percaya diri akan kemampuan yang mereka miliki, begitupun jika mahasiswa merasa adanya penolakan dari orangtua, kurangnya perhatian dan kasih sayang, dan merasa tidak dihargai akan membuat mahasiswa memersepsi negatif dirinya dan mengembangkan self-concept yang negatif. Faktor yang ketiga, lingkungan sosial mahasiswa seperti teman-teman. Penyesuaian diri dengan teman, penerimaan dari teman-teman, serta kenyamanan dalam hubungan pertemanan dapat memperkuat self-concept yang positif dalam diri mahasiswa. Ketika mahasiswa merasa aman dalam hubungan pertemanannya dan merasa dihargai maka mereka akan merasa diterima oleh teman-temannya sehingga kepercayaan diri mereka akan semakin meningkat dan mereka akan semakin menghargai dirinya sendiri.


(31)

Begitupun jika mahasiswa mendapatkan penolakan dari teman-teman, merasa tidak nyaman, serta tidak dihargai maka mereka cenderung akan mengembangkan self-concept yang negatif.

Kombinasi dari 15 aspek yang bersatu menjadi satu kesatuan serta pengaruh dari keenam faktor tersebut akan membentuk self-concept yang berbeda pada setiap individu.

Self-concept seseorang akan ditampilkan melalui perilakunya, dengan kata lain cara

individu berprilaku akan sesuai dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Jika sebagian besar atau seluruh aspek menunjukkan pada penilaian yang positif maka mahasiswa tersebut memiliki self-concept yang positif. Sementara jika sebagaian besar atau seluruh aspek menunjukkan pada penilaian yang negatif maka mahasiswa memiliki

self-concept yang negatif.

Mahasiswa yang memersepsi dirinya sebagai mahasiswa yang inferior dibandingkan orang lain, walaupun persepsi itu belum tentu benar, biasanya tingkahlaku yang ditampilkan akan berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsikan secara negatif. Maka dari itu mahasiswa yang memiliki self-concept yang positif, artinya ia akan memandang dirinya secara positif. Mereka merasa dirinya berharga, disukai, diterima dan akan lebih percaya diri sehingga akan membantu mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar dirinya. Sementara mahasiswa yang memiliki self-concept negatif mereka akan merasa dirinya inferior, merasa ditolak dan kurang percaya diri sehingga dapat menghambat mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar diri.


(32)

Bagan 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor: - Usia

- Pengaruh orangtua

- Lingkungan sosial (teman)

Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian lanjutan di Universitas “X”

Positif

Self- Concept

Negatif

Internal Eksternal

Identity self Judging self Behavioral self Physical self Physical Identity Physical Judging Physical

Behavioral

Moral ethical self Moral ethical Identity

Moral ethical Judging

Moral ethical Behavioral

Personal self Personal Identity Personal Judging Personal Behavioral

Family self Family Identity Family Judging Family Behavioral


(33)

1.6 Asumsi

1. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengerjakan Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung dapat memiliki Self-concept yang positif atau

negatif.

2. Self-concept yang positif pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak

mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Bandung ditunjukkan dengan persepsi dan penerimaan diri yang baik atau positif pada 15 kombinasi dimensi internal dan eksternal (physical identity, physical judging, physical behavior,

moral ethical identity, moral ethical judging, moral ethical behavior, personal identity, personal judging, personal behavior, family identity, family judging, family behavior, social identity, social judging, social behavior).

3. Self-concept yang negatif pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Bandung ditunjukkan dengan persepsi dan penerimaan diri yang buruk atau negatif pada 15 kombinasi dimensi internal dan eksternal (physical identity, physical judging, physical

behavior, moral ethical identity, moral ethical judging, moral ethical behavior, personal identity, personal judging, personal behavior, family identity, family judging, family behavior, social identity, social judging, social behavior).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-concept pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Bandung yaitu usia mahasiswa, pengaruh orangtua, dan relasi dengan teman-teman.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh melalui data hasil pengukuran

self-concept yang dilakukan terhadap 168 mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang

mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung memiliki self-concept

yang positif.

2. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung yang memiliki self-concept positif hampir seluruhnya memperlihatkan aspek Physical, Moral Ethical, Personal,

Family dan Social yang positif.

3. Usia, pengaruh orangtua, dan lingkungan sosial cenderung memiliki keterkaitan dengan self-concept mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas “X” Kota Bandung.


(35)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukan sebelumnya, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Saran Teoretis

 Peneliti selanjutnya disarankan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi usia, pola pengasuhan orangtua, dan dukungan lingkungan sosial terhadap self-concept.

 Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang serupa dengan alat ukur yang sama yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia disarankan untuk memeriksa kembali kata perkata dalam pernyataan dalam alat ukur agar mudah dipahami responden sehingga mendapatkan informasi yang tepat dan sesuai.

2. Saran Praktis

 Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan terutama yang memiliki self-concept negatif disarankan untuk meminta feedback dari rekan-rekan orangtua, teman-teman dan dosen mengenai kemampuan mereka, kelebihan serta kekurangan yang mereka miliki sehingga feedback tersebut menjadi masukan yang dapat membantu mahasiswa mengembangkan self-concept positif.

 Kepada dosen pembimbing disarankan untuk melakukan pendekatan interpersonal pada mahasiswa-mahasiswa yang memiliki self-concept negatif untuk memberikan feedback yang positif dan realistis pada mahasiswa dalam mengerjakan Usulan Penelitiannya dan memberikan dukungan serta motivasi


(36)

pada mahasiswa untuk lebih percaya diri akan kemampuan yang dimiliki dan mengembangkan self-concept yang positif.


(37)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF CONCEPT PADA

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG SEDANG

MENGONTRAK MATA KULIAH USULAN PENELITIAN

LANJUTAN DI UNIVERSITAS ”X” KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Disusun oleh : Natasha Drizky Meutia

1030118

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(38)

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Natasha Drizky Meutia

NRP : 1030118

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensinya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat.

Bandung, Mei 2016


(39)

Nama : Natasha Drizky Meutia NRP : 1030118

Fakultas : Psikologi

Dengan ini, saya menyatakan bahwa,

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti nonekslusif

(Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas laporan penelitian saya yang berjudul Studi Deskriptif Mengenai Self-Concept Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Yang Sedang Mengontrak Mata Kuliah Usulan Penelitian Lanjutan Di Universitas “X” Kota Bandung

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya serta menampilkannya dalam bentuk

softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Mei 2016 Yang menyatakan,


(40)

Puji syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT untuk segala berkat, penyertaan dan karuniaNya selama ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas Usulan Penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Self Concept Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Yang Sedang Mengontrak Mata

Kuliah Usulan Penelitian Lanjutan Di Universitas ”X” Kota Bandung”. Tugas ini diajukan untuk memenuhi syarat menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar peneliti dapat memperbaiki penelitiannya, dan menjadikan penelitian ini lebih baik dan lengkap lagi.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dukungan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. DR. Irene Prameswari Edwina., M.Si., Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Maranatha Bandung.

2. DR. Irene Prameswari Edwina., M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama dan dosen wali peneliti yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing, mengoreksi dan memberikan masukan serta bantuan selama penyusunan penelitian ini.


(41)

memberikan saran serta bantuan selama penyusunan penelitian ini.

4. Bapak/Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mengajarkan dan memberikan ilmu pengetahuan yang berharga selama peneliti menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

5. Segenap staff Tata Usaha dan Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha. 6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang

sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan.

7. Mama, Nenek, Tante, Kakak dan keponakan tercinta yang telah memberikan banyak kasih sayang serta doa selama ini.

8. Teman dekat peneliti yaitu, Mas Andre yang selalu memberikan bantuan, dorongan, doa serta kasih sayangnya selama ini.

9. Dan terakhir untuk kawan-kawan terkasih yang sudah memberikan dukungan kepada peneliti yaitu, Arkis, Putri, Yaya, Ossa, Delly, Susanti Rahayu, Hilda Noviana, dan kawan-kawan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dalam bidang Psikologi di Indonesia.

Bandung, Juni 2016


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Burns, R. B. 1979. The Self Concept: Theory, Development and Behavior. Longman Group UK Ltd, London.

Feist, Jess & Feist, Gregory J. 2006. Theories of personality, 6�ℎEd. New York : The

McGraw-Hill Companies Inc.

Fitts, William. 1971. The Self Concept and Self Actualization. Western Psychological Services, California.

Guilford, J. P. 1967. Fundamental Statistics in Psychology and Education. (3�� Ed).

Gulo, W. (2002). Metodologi Peneltian. Jakarta. Grasindo.

Kohlberg, Lawrence. 1995. Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta. Kanisius

Papalia, Olds & Feldman. 2007. Human development, Tenth Edition. New York : McGraw-Hill

Santrock, John W. 2002. Adolescence Psychology, 9�ℎEd. Dallas : McGraw-Hill.


(43)

DAFTAR RUJUKAN

Amaliah. 2012. Gambaran Konsep Diri Pada Dewasa Muda Yang Bermain Erepublik. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Bambang Sumantri. 2011. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar Pada

Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Stkip Pgri Ngawi. Jurnal. Ngawi

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana

Edisi Revisi – Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Putri, Amalia. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri Dan Orientasi Masa Depan Bidang

Pendidikan Pada Remaja Di Panti Asuhan Yayasan “X” Bamdung. Skripsi. Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Sonya K., Martha. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-Concept As a Learner Pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung Yang Belum Menyelesaikan Studinya Lebih dari 10 Semester. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

(https://herrystw.wordpress.com/2013/01/05/konsep-diri/) diakses pada tanggal 18 Mei 2015

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25285/4/Chapter%20II.pdf) diakses pada tanggal 18 Mei 2015

(http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/588) diakses pada tanggal 15 Juni 2015

(Anonymous, 2008, dalam www.unwiku.ac.id) diakses pada tanggal 15 Juni 2015

(www.samanui.wordpress.com) diakses pada tanggal 15 Juni 2015


(44)

(http://www.kompasiana.com/usahabisnis/pengertian-dan-tujuan-perguruan-tinggi_5518d569a33311a107b664ea) diakses pada tanggal 4 September 2015


(1)

iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Natasha Drizky Meutia NRP : 1030118

Fakultas : Psikologi

Dengan ini, saya menyatakan bahwa,

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti nonekslusif

(Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas laporan penelitian saya yang berjudul

“Studi Deskriptif Mengenai Self-Concept Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Yang Sedang Mengontrak Mata Kuliah Usulan Penelitian Lanjutan Di Universitas “X” Kota Bandung

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya serta menampilkannya dalam bentuk

softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Mei 2016 Yang menyatakan,


(2)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT untuk segala berkat, penyertaan dan karuniaNya selama ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas Usulan Penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai

Self Concept Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Yang Sedang Mengontrak Mata

Kuliah Usulan Penelitian Lanjutan Di Universitas ”X” Kota Bandung”. Tugas ini diajukan untuk memenuhi syarat menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar peneliti dapat memperbaiki penelitiannya, dan menjadikan penelitian ini lebih baik dan lengkap lagi.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dukungan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. DR. Irene Prameswari Edwina., M.Si., Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Maranatha Bandung.

2. DR. Irene Prameswari Edwina., M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama dan dosen wali peneliti yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing, mengoreksi dan memberikan masukan serta bantuan selama penyusunan penelitian ini.


(3)

vi

3. Roseilla Nora Izaach, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing, mengoreksi dan memberikan saran serta bantuan selama penyusunan penelitian ini.

4. Bapak/Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mengajarkan dan memberikan ilmu pengetahuan yang berharga selama peneliti menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

5. Segenap staff Tata Usaha dan Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha. 6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang

sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan.

7. Mama, Nenek, Tante, Kakak dan keponakan tercinta yang telah memberikan banyak kasih sayang serta doa selama ini.

8. Teman dekat peneliti yaitu, Mas Andre yang selalu memberikan bantuan, dorongan, doa serta kasih sayangnya selama ini.

9. Dan terakhir untuk kawan-kawan terkasih yang sudah memberikan dukungan kepada peneliti yaitu, Arkis, Putri, Yaya, Ossa, Delly, Susanti Rahayu, Hilda Noviana, dan kawan-kawan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dalam bidang Psikologi di Indonesia.

Bandung, Juni 2016


(4)

78

78

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Burns, R. B. 1979. The Self Concept: Theory, Development and Behavior. Longman Group UK Ltd, London.

Feist, Jess & Feist, Gregory J. 2006. Theories of personality, 6�ℎEd. New York : The

McGraw-Hill Companies Inc.

Fitts, William. 1971. The Self Concept and Self Actualization. Western Psychological Services, California.

Guilford, J. P. 1967. Fundamental Statistics in Psychology and Education. (3�� Ed).

Gulo, W. (2002). Metodologi Peneltian. Jakarta. Grasindo.

Kohlberg, Lawrence. 1995. Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta. Kanisius

Papalia, Olds & Feldman. 2007. Human development, Tenth Edition. New York : McGraw-Hill

Santrock, John W. 2002. Adolescence Psychology, 9�ℎEd. Dallas : McGraw-Hill.


(5)

79

79

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Amaliah. 2012. Gambaran Konsep Diri Pada Dewasa Muda Yang Bermain Erepublik. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Bambang Sumantri. 2011. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar Pada

Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Stkip Pgri Ngawi. Jurnal. Ngawi

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana

Edisi Revisi – Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Putri, Amalia. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri Dan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Remaja Di Panti Asuhan Yayasan “X” Bamdung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Sonya K., Martha. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-Concept As a Learner Pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung Yang Belum Menyelesaikan Studinya Lebih dari 10 Semester. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

(https://herrystw.wordpress.com/2013/01/05/konsep-diri/) diakses pada tanggal 18 Mei 2015

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25285/4/Chapter%20II.pdf) diakses pada tanggal 18 Mei 2015

(http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/588) diakses pada tanggal 15 Juni 2015

(Anonymous, 2008, dalam www.unwiku.ac.id) diakses pada tanggal 15 Juni 2015

(www.samanui.wordpress.com) diakses pada tanggal 15 Juni 2015


(6)

80

80

Universitas Kristen Maranatha

(http://www.kompasiana.com/usahabisnis/pengertian-dan-tujuan-perguruan-tinggi_5518d569a33311a107b664ea) diakses pada tanggal 4 September 2015


Dokumen yang terkait

Studi Deskriptif Mengenai Kecemasan Akademik pada Mahasiswa yang Mengontrak Mata Kuliah Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

0 0 29

Studi Deskriptif Mengenai Achievement Goal Orientation pada Mahasiswa Yang Sedang Mengontrak Mata Kuliah PPLK di Universitas "X" Bandung.

0 2 33

Studi Deskriptif Mengenai Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Mengontrak Kembali Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

2 7 33

Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh Mata Kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

0 0 39

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Yang Sedang Menempuh Mata Kuliah Usulan Penelitian Lebih Dari 1 Semester di Universitas "X" Bandung.

0 1 70

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Mahasiswa/i Yang Mengontrak Mata Kuliah Metodologi Penelitian Lanjutan Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

0 0 34

Studi Deskriptif Mengenai Optimisme Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Yang Sedang Mengerjakan Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas "X" Kota Bandung.

0 0 34

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang Baru Mengontrak Mata Kuliah Usulan Penelitian di Universitas 'X' Bandung.

0 0 53

Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Beliefs Mahasiswa Fakultas Psikologi Yang Sedang Mengontrak Mata Kuliah PPLK Lebih Dari Satu Kali di Universitas "X" Bandung.

0 2 53

Studi Deskriptif Mengenai Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Yang Sedang Mengontrak Mata Kuliah Usulan Penelitian di Universitas 'X' Bandung.

4 6 26