MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELAS XI IPA 1 SMA N 1 BALIGE T A 2013-2014.

MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN
YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK
TEKNIK DISKUSI KELAS XI
DI SMA N 1 BALIGE
T.A 2013/2014

SKRIPSI

Oleh
EPI SARIATY PANGARIBUAN
NIM : 1103351011

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN
YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK
TEKNIK DISKUSI KELAS XI

DI SMA N 1 BALIGE
T.A 2013/2014

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling

Oleh
EPI SARIATY PANGARIBUAN
NIM : 1103351011

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

KATA PENGANTAR
Segala hormat, puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis selama perkuliahan, sampai
saat penyusunan tugas akhir ini. Tugas Akhir ini merupakan bagian dari
kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

pendidikan Sarjana Strata Satu di Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan, penulis beri judul :
‘‘ MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN YANG
MENGALAMI

KESULITAN

BELAJAR

MELALUI

BIMBINGAN

KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELAS XI IPA 1 SMA N 1 BALIGE T.A
2013/ 2014’’
Berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari Bapak/ ibu
Pembimbing, Keluarga serta teman-teman akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Atas perhatian yang telah diberikan kepada penulis maka pada
kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Ibnu Hajar M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta

para Pembantu Rektor dan Staffnya.
2. Bapak Drs. Nasrun M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd selaku ketua jurusan PPB/ BK Fakultas
Ilmu Pendidikan Univesitas Negeri Medan, Dan ibu Dra. Nurajani. M.Pd

selaku sekretaris Jurusan PPB/BK Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Medan.
4. Ibu Prof. Dr. Sri Milfayetty, M.S, Kons S.Psi selaku dosen pembimbing skripsi
saya, yang telah banyak memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
5. Ibu Prof. Dr. Rosmala dewi M.Pd Kons, Dra. Nurajani. M.Pd, Dra Zuraidah
Lubis, M.Pd, Selaku dosen penyelaras saya yang telah banyak membantu, saya
ucapkan terima kasih.
6. Bapak Drs Makmur Siahaan S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Balige yang
telah memberi ijin penelitian. Ibu Rosdiana Sihombing S.Pd selaku guru BK,
beserta bapak/ Ibu guru yang lain yang telah membantu saya.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua saya B.Pangaribuan dan R. Sibuea yang
telah banyak membantu penulis dalam segi moril, materil, dan atas segala doa
yang telah mendukung penulis menyelesaikan pendidikan S1 pada Program

Studi PPB/ BK FIP Universitas Negeri Medan.
8. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Abang, kaka, adik yang telah
banyak membantu memberi dukungan sehingga terselesaiakannya skripsi ini.
9. Buat sahabat-sahabat ku Winda Cristiani Surbakti, Nina Agrina Ginting,
Hariaty Nababan, Shinta Ria Hutabarat, Eka Sari Sinaga, Ayu Pratiwi terima
kasih penulis ucapkan atas doa dan dukung yang selama ini diberikan kepada
penulis sehingga terselesaikanya skripsi ini.

10. Buat teman-teman BK Ekstensi 2010 tanpa terkecuali yang telah banyak
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi susunan bahasanya sehingga
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari teman-teman
yang membaca sebagai perbaiakan skripsi saya. Saya berharap skripsi ini dapat
berguna bagi kita semua, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2014
Penulis


Epi Sariaty Pangaribuan
NIM : 1103351011

i

ABSTRAK
EPI SARIATY PANGARIBUAN. NIM. 1103351011. ‘‘ Meningkatkan Sikap
Empati Terhadap Teman Yang Mengalami Kesulitan Belajar Melalui
Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige T.A
2013/2014’’. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan.
Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian
tindakan bimbingan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap
empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar. Penelitian ini
dilaksanakan pada awal bulan Juni-Agustus 2014. Tempat penelitian ini
dilaksanakan di SMA N 1 Balige jalan Kartini Soposurung Balige.
Populasi adalah siswa kelas XI IPA-1 yang berjumlah 33 orang siswa.
Sampel penelitian ini berjumlah 6 orang siswa yang terdiri dari 3 orang yang
cukup dapat berempati terhadap teman dan 3 orang yang kurang dapat berempati
terhadap teman yang ditentukan secara Purposive Sampling (Penarikan sampel

secara sengaja) atas data dari hasil analisis angket yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelum melakukan penelitan. Instrumen alat pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti ialah angket.
Berdasarkan hasil analisis angket sebelum diberikan tindakan, diperoleh 6
orang siswa dengan 3 orang siswa yang memiliki sikap empati siswa yang kurang,
2 orang siswa memiliki sikap empati siswa yang sedang, 1 orang siswa yang
cukup memiliki sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Sehingga persentase awal dalam 1 kelompok adalah 16.6 %. Dari hasil
analisis data pada siklus I setelah diberikan tindakan diperoleh 3 orang siswa yang
mengalami peningkatan dalam sikap empati siswa terhadap teman sehingga
persentase keberhasilan menjadi 50 %. Hal ini dilihat dari hasil analisis angket,
laiseg, laijapen. Pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada sikap
empati siswa terhadap teman yaitu 83.3 % karena diperoleh 5 orang siswa yang
mengalami peningkatan. Walaupun masih ada 1 orang siswa (16.7 %) yang
dikategorikan ‘cukup’, namun tingkat keberhasilan layanan sudah memenuhi
target yakni 75%.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bimbingan kelompok dapat
meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Maka peneliti menyarankan guru bimbingan dan konseling dapat
menggunakan bimbingan kelompok teknik diskusi sebagai alternatif yang tepat

menangani permasalahan siswa khususnya meningkatkan sikap empati terhadap
teman yang mengalami kesulitan dalam belajar pada siswa kelas XI IPA-1 SMA
N 1 Balige T.A 2013/2014.

Kata Kunci : Sikap Empati, Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi, Kesulitan
Belajar

ii

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 10
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................ 11
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................ 11
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................... 12

BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori .................................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Sikap............................................................................ 13
2.1.2 Unsur-unsur sikap ......................................................................... 15
2.1.3Teknik Mengubah Sikap ................................................................ 16
2.2 Pengertian Empati ........................................................................... 20
2.2.1 Aspek-aspek Empati ..................................................................... 22
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi empati .................................... 25
2.3 Kesulitan Belajar .............................................................................. 30
2.3.1 Pengertian Kesulitan Belajar ....................................................... 30
2.3.2 Aspek-aspek Kesulitan belajar ..................................................... 33
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar .................. 35

2.4 Bimbingan Kelompok ..................................................................... 39
2.4.1 Pengertian Bimbingan Kelompok ................................................ 39
2.4.2 Jenis-jenis Bimbingan Kelompok ................................................ 42
2.4.3 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok ............................................. 44
2.4.4 Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi ........................................ 45
2.4.5 Tujuan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi ............................ 46
2.4.6 Manfaat Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi .......................... 48
2.4.7 Meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami
kesulitan belajar melalui bimbingankelompok teknik diskusi ..... 49
2.5 Kerangka Berfikir .............................................................................. 52
2.5 Hipotesisi Penelitian ......................................................................... 53

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 54
3.2 Subjek Penelitian ................................................................................. 54
3.3 Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 55
3.4 Desain Penelitian ................................................................................. 57
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 64
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 66
3.7 Uji Coba Instrumen ............................................................................. 67

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Fisik Lingkungan SMA Negeri 1 Balige ............................ 68
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 69
4.2.1 Hasil Penelitian Sebelum Tindakan ................................................. 69
4.2.2 Hasil Tindakan Siklus I ..................................................................... 71
4.2.3 Hasil Tindakan Siklus Tindakan Siklus II ....................................... 83
4.3 Pembahasan Penelitian ....................................................................... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 97
5.2 Saran .................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 101
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitiian ........................................................................... 57
Tabel 3.2 Rencana Penelitian Siklus I ............................................................ 58
Tabel 3.3 Rencana Penelitian Siklus II ......................................................... 62

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Sikap Empati Terhadap Teman ........................... 65
Tabel 4.1 Hasil Skor Angket Pra Siklus ......................................................... 70
Tabel 4.2 Sebelum Melakukan Tindakan Penelitian ....................................... 71
Tabel 4.3 Penilaian Kemampuan Konselor Siklus I ........................................ 78
Tabel 4.4 Hasil skor angket Sikap Empati Terhadap Teman Siklus I ............ 79
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Skor Angket Pra Siklus Dan Siklus I ............ 81
Tabel 4.6 Hasil skor angket Siklus II .............................................................. 89
Tabel 4.7 Perbandingan Skor Angket Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ......... 91
Tabel 4.8 Peningkatan Sikap Empati Terhadap Teman Yang Mengalami
Kesulitan Dalam Belajar Siklus II................................................... 93
Tabel 4.9 Deskripsi Perbandingan Sebelum Tindakan,
Siklus I dan Siklus II 94 ................................................................. 94

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Gambar Diagram Hasil Skor Angket Pra Siklus Dan Siklus I .... 82
Gambar 4. 2 Gambar Diagram Hasil Skor Angket Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II ............................................................................... 92
Gambar 4.3 Diagram Persentase Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .. 95

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Angket Sikap Empati .................................................. 1
Lampiran 1a Hasil Analisis Angket ............................................................... 6
Lampiran 2 Bimbingan Kelompok .................................................................. 8
Lampiran 3 Rencana Pelayanan Bimbingan Kelompok Siklus I ..................... 9
Lampiran 4 Rencana Pelayanan Bimbingan Kelompok Siklus II.................... 19
Lampiran 5 Materi Sikap Empati terhadap Teman ......................................... 24
Lampiran 6 Alat Penilaian Proses Bimbingan Kelompok Siklus I .................. 28
Lampiran 7a Daftar Hadir Siswa Layanan Bimbingan Kelompok Siklus I ..... 34
Lampiran 7b Daftar Hadir Siswa Layanan Bimbingan Kelompok Siklus II.... 35
Lampiran 8a Laiseg Siklus I ........................................................................... 36
Lampiran 8b Laiseg Siklus II .......................................................................... 42
Lampiran 9a Laijapen Siklus I ........................................................................ 48
Lampiran 9b Laijapen Siklus II ....................................................................... 51
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 54

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi
dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu masa
perkembangan dimana manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan
lingkungan adalah pada masa remaja. Pada masa perkembangan ini, remaja harus mampu
menyelesaikan tugas perkembangannya untuk dapat diterima di lingkungan sosial, khususnya
supaya remaja diterima di lingkungan teman-teman sebayanya.
Hurlock (1980: 10) mengemukakan bahwa remaja harus mampu mencapai hubungan
baru dan yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, mencapai peran sosial pria dan
wanita, menggunakan tubunhnya secara efektif, mengharapkan dan perilaku sosial yang
bertanggungjawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, dan
memperoleh perangkat nilai dan sistematis etis sebagai pegangan berperilaku untuk
mengembangkan ideologi.
Untuk tugas perkembangan ideologi yang terakhir, remaja harus melalui jenjang
sekolah agar menjadi individu yang memiliki ideologi yang matang. Sekolah adalah wahana
untuk mengembangkan kognitif, motorik, dan juga melatih interaksi sosial dan afeksi mereka.
Sekolah mengutamakan perkembangan kognitif, tetapi tidak berarti bahwa aspek-aspek
perkembangan yang lain diabaikan. Dalam perkembanagan kognitif, afektif, sosial dan
motorik, kerap terdapat unsur-unsur kognitif yang mendukung perkembangan aspek-aspek itu
(Winkel, 2010:25).

Pengaruh sekolah tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa remaja.
Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga
mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping
mengajarkan keterampilan dan kepandaian kepada siswa (Windy 2008: 3). Oleh karena
proses belajar adalah manusiawi yang menuntut keterlibatan anak sebagai pribadi, maka
berhasillah proses ini menuntuk sikap hidup yang terbuka dengan lingkungan dan mau
bekerja sama dengan sesama Drost dalam Windy (2008: 3).
Dalam berinteraksi dan menyesuiakan diri dengan orang lain, muncul benturan
dengan kebutuhan dan keinginan orang banyak. Penyebabnya adalah kekurangpahaman
seseorang dengan keinginan dan kebutuhan orang lain. Pemahaman terhadap keinginan,
perasaan dan kebutuhan orang lain mutlak dibutuhkan untuk dapat hidup sukses di
lingkungannya. Dalam hidup bermasyarakat, sering kali individu memanfaatkaan jasa orang
lain tanpa memperhatikan kesejahteraan orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan
pribadinya. Mereka hanya berpikir mendapat keuntungan yang banyak demi kepentingan
pribadinya, tidak ingin bersusah payah memikirkan apakah orang lain memiliki kesempatan
untuk memperoleh kepuasaan yang sama, atau apakah orang lain merasa terganggu dengan
sifat mereka yang tidak mau tahu dengan kebahagiaan orang lain. Individu tidak lagi
memperdulikan kekecewaan, kesusahan, dan penderitaan yang dialami oleh orang yang telah
dirugikan.
Kenyataan ini dapat ditemui di lingkungan masyarakat, salah satunya di lingkungan
sekolah. Sekarang ini siswa-siswi semakin tidak memiliki kepekaan sosial dengan temanteman sebayanya. Di sekolah mereka berteman dengan teman-teman pilihan yang bukan
pilihannya, maka mereka tidak akan menghiraukan. Teman yang sedang membutuhkan
perhatiaan dari teman-teman yang lainnya, tidak akan dihiraukan apabila mereka bukan
teman pilihannnya. Hal ini dapat dilihat pada proses sosialisasi atau pergaulan siswa-siswi

sekolah menengah atas. Kejadian ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kemampuan
seseorang untuk dapat memahami perasaan orang lain. Kemampuan untuk dapat memahami
perasaan dan masalah orang lain itu disebut dengan empati.
Empati merupakan dasar dari semua keterampilan sosial, sehingga memiliki
peranan yang sangat besar bagi seseorang baik sebagai pribadi maupun kelompok sosialnya,
Dengan empati, seseorang dapat menguasai kecakapan sosialnya yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Alhasil, seseorang yang bersikap empati lebih disukai temaan-teman
dan lebih berhasil baik di sekolah maupun ditempat kerja. Tidak mengherankan bila mereka
yang bersikap empati menjalin hubungan yang akrab dengan pasangan hidup dengan temaan,
da anak-anaknya sendiri. Goleman (2003: 136) mengatakan bahwa keharmonisan sosial
berawal dari setiap hubungan yang merupakan akar kepedulian yang berasal dari penyesuaian
emosional dan dari kemampuan untuk berempati. Maka dari itu empati dianggap lebih
penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Guru dihadapkan pada karakteristik dan sifat siswa yang beraneka ragam dalam
kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan
berhasil tanpa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah kondisi dimana seorang
siswa merasa kesulitan dalam menelaah pelajaran karena disebabkan faktor-faktor baik dari
dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa tersebut. Pada dasarnya suatu gejala yang
nampak dalam berbagai jenis tingkah laku baik secara langsung dan tidak langsung.
Gejala ini akan nampak aspek-aspek kognitif, motoris dan afektif baik dalam
belajar maupun hasil belajar yang dicapai siswa. Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan
pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain : (1) Menunjukan hasil belajar
yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi
yang dimiliki siswa, (2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, (3)

Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari teman-temanya
dalam menyelasaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan, (4) Menunjukan tingkah laku yang
kurang wajar seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
menggangu didalam atau diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam
kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama, (5) Menunjukan
gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah dan
kurang gembira dalam menghadapi nilai yang rendah tidak menunjukan perasaan sedih dan
menyesal.

Semua kesulitan-kesulitan yang dialami siswa tersebut akan menyebabkan
rendahnya prestasi belajar bahkan akan berakibat siswa mengalami kegagalan dalam
studinya. Dalam proses belajar situasi dan kondisi siswa akan sangat mempengaruhi dan
menentukan aktifitas yang akan dilakukan dalam belajar. Situasi dan kondisi tersebut, yaitu
setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda-beda, dan bakat mempunyai pengaruh-pengaruh
yang besar terhadap prestasi hasil belajar. Siswa yang kurang berbakat dalam suatu mata
pelajaran tertentu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai

suatu bahan,

dibandingkan siswa yang berbakat dalam mata pelajaran tersebut.
Setiap individu pada prinsipnya memang tidak sama. Perbedaan ini pulalah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Kesulitan belajar belajar
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yng ditandai adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu
disebabkan karena faktor inteligensi yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh faktorfaktor lainnya. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Setiap siswa pada prinsipnya tentuk berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja

akademik yang memuaskan. Namun kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu
memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang,
kebiasaan dan pendekatan belajar, yang terkadang sangat mencolok antara siswa dengan
lainnya.

Pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik
ini bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan pelajaran kepada siswa tetapi juga
membentuk kepribadiaan siswa yang bernilai tinggi. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah
umumnya lebih banyak ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga
siswa yang berkemampuan lebih atau kemampuan yang kurang terabaikan. Dengan demikian,
siswa berkategori ‘‘di luar rata-rata ’’ itu (sangat pintar atau sangat bodoh) tidak
mendapatkan kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari
sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak
hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami siswa yang
berkemampuan tinggi.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan
dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak
didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering bolos
sekolah. Oleh karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak
didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan kesulitan
belajar sebagaimana mestinya. Masalah kesulitan belajar seseorang muncul karena adanya
ganguan dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Kesulitan belajar ini dapat dilihat
dari menurunya prestasi belajar siswa. Dalam hal ini jika siswa merasa kesulitan dalam

belajarnya maka seorang siswa dan guru serta orang tua harus mencermati dan mengoreksi
kembali apakah ada faktor-faktor kesulitan yang dialami siswa. Proses belajar seseorang tidak
akan selalu berjalan baik, seseorang yang mencari ilmu tidak lepas dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengamatan selama melaksanakan Program Praktik Lapangan (PPL)
pada bulan Agustus tahun 2013 di SMA Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba Samosir sekitar
65 % siswa dikelas X1 IPA-1 yang memiliki prestasi belajar tinggi kurang memiliki
“empati’’ terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar. Informasi tersebut diperoleh
melalui wawancara dengan siswa, guru bidang studi, konselor, dan pengamatan peneiliti
selama PPL. Kondisi yang sama juga terjadi di Kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige yang
menjadi sasaran penelitian ini. Hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi serta 10
orang siswa dari 33 siswa kelas XI-IPA 1, mereka memiiki ego yang tinggi dalam hal belajar
dan pengetahuan. Beberapa di temukan gejala-gejala siswa yang memiliki prestasi tinggi
kurang memiliki rasa empati terhadap siswa yang memiliki kesulitan belajar. Gejala-gejala
yang dimaksud seperti : siswa yang memiliki prestasi tinggi takut mereka akan bersaing
dalam pelajaran, sehingga mereka tidak mau membantu siswa yang lain, enggan belajar
bersama, tidak mau memberi jawaban jika ditanyakan teman tentang soal pelajaran yang
paling sulit dimengerti. Seringkali dijumpai di kelas, siswa yang prestasinya tinggi hanya
memberikan jawaban tugas semata terhadap siswa yang prestasinya rendah.
Sikap empati perlu ditanamkan pada setiap individu, tidak terkecuali siswa yang
berada di bawah naungan lingkungan pendidikan formal yaitu sekolah. Seseorang yang
memiliki keterampilan berempati cenderung memiliki perilaku prososial. Perilaku prosial
adalah tindakan sosial, rasa perhatian, kasih sayang, kesetiaan, serta bantuan yang diberikan
dan dilakukan sesorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa
mengharapkan imbalan apapun atau perasaan melakukan kebaikan. Siswa harus dibimbing
untuk memiliki dan menanamkan kebaikan terhadap semua lapisan masyarakat terutama di

lingkungan sekolah. Hal ini sangat membutuhkan dukungan dari elemen-elemen yang terkait
disekitar sekolah yaitu konselor sekolah, guru bidang studi, dan siswa. Sikap empati siswa
sangat penting ditingkatkan. Ketika peserta didik yang memiliki prestasi tinggi dalam
belajarnya tidak memiliki sikap menolong dan mampu memahami perasaan temannya yang
mengalami masalah dalam belajar maka semakin terkikisnya budaya peduli terhadap orang
lain.
Untuk meningkatkan sikap empati siswa, sekolah sebagai objek lingkungan tempat
sosialsasi siswa yang dapat mempengaruhi sikap empati siswa terhadap siswa lain sudah
menganjurkan kepada guru bidang studi, wali kelas dan peserta didik untuk memberikan
dorongan kepada siswa lain supaya memelihara kepedulian terhadap siswa lain yang
membutuhkan pertolongan guna mencegahnya cacat moral dalam kehidupan sehari-hari
termasuk di lingkungan sekolah. Arahan-arahan yang diberikan guru belum cukup untuk
membuat siswa peduli terhadap siswa lainnya.
Konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling memiliki tanggung jawab
dalam pengembangan kepribadian dan moral siswa untuk meningkatkan sikap empati
terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar harus memberikan layanan
bimbingan yang sesuai dengan kepribadiaan siswa. Berdasarkan studi awal penelitian oleh
penulis adalah SMA N 1 Laguboti, tidak memiliki konselor sekolah yang berlatar belakang
pendidikan bimbingan dan konseling, Konselor dilimpahkan tugasnyanya sebagai bendahara
sekolah.
Apabila hal ini dibiarkan begitu saja, tentu akan banyak siswa yang gagal dalam
belajar. Sehingga pendidikan moral serta kepedulian terhadap sesama semakin terkikis.
Untuk mengatasi permasalahan ini perlu ada cara yang benar untuk meningkatkan empati
siswa terhadap sesama siswa yang mengalami masalah, khususnya masalah dalam belajar.

Cara atau pendekatan baru yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
melalui bimbingan kelompok. Alasan peneliti menggunakan cara ini: (1) Remaja seperti
siswa SMA masih memiliki kemampuan berpikir yang terbatas, mereka cenderung
berkelompok dan lebih suka membahas masalahnya dengan teman sebaya,

(2) Melalui

bimbingan kelompok ini siswa dapat merasakan perasaan orang lain, (3) Melalui bimbingan
kelompok akan mendapat persuasi sosial dari anggota kelompok dan pemimpin kelompok
melalui dorongan verbal untuk siswa dapat melakukan empati terhadap sesama yang
memiliki kesulitan belajar.
Dalam proses bimbingan kelompok sangat mungkin diperlukan dan digunakan
berbagai metode serta teknis psikologis untuk memahami dan mempengaruhi perkembangan
perilaku individu. Metode bimbingan kelompok merupakan usaha bersama untuk
memecahkan suatu masalah, yang didasarkan pada sejumlah data, bahan-bahan, dan
pengalaman-pengalaman, dimana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin secara
ideal, pemimpin kelompok membantu kelompok untuk memusatkan perhatian pada masalah
umum yang dihadapi, membantu meninjau masalah secara luas dan mendalam, membantu
memberikan sumber-sumber yang dapat dipakai untuk pemecahan masalah, dan membantu
kelompok mengetahui bilamana masalah sudah terpecahkan serta implikasi selanjutnya dari
pemecahan masalah tersebut.
Beranjak dari kenyataan bahwa dorongan yang diberikan guru bidang studi, wali kelas
belum cukup mendorong siswa untuk melakukan empati atau pertolongan terhadap siswa lain
yang mengalami kesulitan dalam belajar, maka diperlukan layanan untuk mengatasi tersebut
oleh calon konselor. Masalah kurangnya sikap empati siswa yang memiliki prestasi tinggi
tehadap prestasi siswa yang rendah dapat diatasi dengan layanan bimbingan kelompok. Agar
siswa lebih memahami arti dari berbagi dalam ilmu pengetahuan tanpa memandang siswa
yang memiliki kesulitan belajar sebagai lawan dalam proses belajar. Sehingga peneliti

menganggap penting untuk meneliti yang berjudul “ Meningkatkan Sikap Empati Siswa
Terhadap Teman Yang Mengalami Kesulitan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Di
SMA N 1 Balige Tahun Ajaran 2013/ 2014’’.

1.2 Identifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya perilaku menolong antar siswa dan kurangnya menghargai orang lain
disebabkan rendahnya sikap kepedulian yang di miliki antar siswa.
2. Belum diketahui pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap pengentasan
masaalah empati siswa terhadap siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar.
3. Dorongan-dorongan yang diberikan oleh pihak sekolah belum cukup membuat
siswa yang memiliki prestasi tinggi untuk memberikan periku menolong terhadap
siswa yang memiliki prestasi rendah.
4. Seseorang yang melakukan empati terhadap orang dikarenakan adanya imbalan
yang ingin di terima oleh individual yang melakukan empati.
1.3 Pembatasan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan
didalami supaya lebih jelas. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan
bimbingan kelompok dalam menangani permasalahan sikap empati siswa kurang pada teman
yang memiliki kesulitan belajar dikelas.
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang sudah
diuraikan,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‘‘Apakah sikap empati siswa
terhadap teman yang memiliki kesulitan belajar dapat ditingkatkan melalui layanan
bimbingan kelompok’’ di SMA N 1 Balige Tahun Ajaran 2013/ 2014.
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap empati siswa terhadap siswa yang
memiliki kesulitan dalam belajar melalui bimbingan kelompok di SMA N 1 Balige Tahun
Ajaran 2013/2014 .

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Manfaat Praktis
a) Bagi peserta didik diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang pentingnya sikap
berempati terhadap sesama manusia, khususnya terhadap siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar .
b) Bagi guru pembimbing menyusun, membantu dan melaksanakan bimbingan
konseling dalam meningkatkan kemampuan berempati siswa terhadap teman tanpa
pandang buluh dengan teman yang lain.
c) Bagi sekolah, memberi masukan kepada sekolah dalam upaya meningkatkan
hubungan sosial yang lebih baik melalui usaha peningkatan empati pada seluruh
warga sekolah.
2) Manfaat Konseptual

a) Bagi peneliti dapat digunakan sebagai latihan mengembangkan wawasan, menambah
pengetahuan dalam melaksanakan bimbingan kelompok teknik diskusi.
b) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi suatu referensi bagi layanan pendidikan
untuk

memberi

kesempatan

siswa

yang

memiliki

prestasi

tinggi

untuk

mengembangkan kemampuan empati dalam mejalani relasi sosial dan berinteraksi
dengan teman sebaya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Meningkatkan sikap empati terhadap teman yang kesulitan belajar adalah
kemampuan siswa untuk menerima, memotivasi, menolong, memahami
perasaan teman dan membantu teman terutama teman yang kesulitan dalam
belajar.
2. Bimbingan kelompok teknik diskusi adalah suatu teknik bimbingan kelompok
yang memberikan kesempatan kepada para anggota kelompok untuk
memberikan saran, memecahkan masalah secara bersama-sama dalam suatu
kelompok.
3.

Penggunaan

bimbingan

kelompok

teknik

diskusi

kelompok

dapat

meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan
dalam belajar pada 6 siswa yang kurang dapat berempati terhadap teman.
4.

Berdasarkan hasil analisis angket sikap empati terhadap teman yang
mengalami kesulitan dalam belajar terdapat 6 orang siswa dengan yang
kurang dapat berempati terhadap teman dengan perolehan skor 16 %. Pada
siklus I terjadi peningkatan sikap empati terhadap teman yang mengalami
kesulitan dalam belajar menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik
diskusi pada siklus I pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga terjadi

peningkatan dari 16 % hingga 50%. Pada siklus II pertemuan ketiga dan
keempat terjadi peningkatan dari 50 % hingga 83 persen. Dengan demikian
sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat
ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa
kelas XI IPA -1 SMA N 1 Balige.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan :
1. Bagi Peserta didik
a. Bagi siswa kelas XI IPA-1 diharapkan untuk saling mengembangkan
kemampuan empatinya terhadap sesama manusia, khususnya siswa yang
mengalami kesulitan belajar agar dapat saling menyesuaikan diri, berinteraksi
dengan teman sebaya dan menjalani relasi sosial dalam pergaulan yang
harmonis dengan cara mengembangkan empathic concern, erat kaitanya
dengan kepekaan dan kepedulian siswa yang berprestasi terhadap siswa yang
berprestasi rendah. Perspective taking, yaitu mampu memandang kejadian
sehari-hari dari pandangan orang lain, sehingga dapat dibangun hubungan
interpesonal yang baik dan penuh penghargaan. Fantasy, siswa dapat
menempatkan diri hanyut dalam perasaan siswa yang mengalami kesulitan
belajar.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
a.

Guru BK dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok dapat
menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi sebagai alternatif

yang tepat menangani masalah siswa khususnya mengenai sikap empati
terhadap teman
b.

Guru pembimbing hendaknya dapat memberikan contoh nyata apabila
individu dapat berempati terhadap orang lain yang tidak dikenal dan individu
yang dapat berempati terhadap keadaan orang lain melakukannya secara tulus
dan ikhlas.

c.

Guru pembimbing memberikan dorongan-dorongan yang kuat bagi siswa
yang mengabaikan kepedulian terhadap teman yang mengalami masalah
kesulitan dalam belajar.

d. Guru pembimbing hendaknya lebih menanamkan kepedulian antar siswa agar
peka terhadap warga sekolah karena memberikan perkembangan siswa dalam
berempati.
3. Bagi Sekolah
a. Bagi sekolah, diharapkan memberikan kesempatan yang sama kepada siswa
kelas unggulan dengan kelas lainnya untuk dapat bersaing dalam ilmu
pengetahuan serta menjalin interaksi sosial atau pergaulan dengan teman-teman
sebayanya, baik dengan teman sekelas maupun dengan teman-teman di kelas
lainnya, supaya dapat mengembangkan kemampuan empati lebih baik lagi
melalui relasinya dengan teman-teman sebayanya. Berawal dari interaksi antar
teman sebaya di dalam kelas semakin harmonis, maka akan berdampak baik
pula pada keharmonisan interaksi dan pergaulan teman-teman di lingkungan
sekolah dan masyarakat.

b. Hendaknya sekolah menyediakan fasilitas yang memadai untuk ruangan BK
dan ruangan bimbingan kelompok agar pelaksanaan program-program BK
dapat berjalan lancar dan baik.
4. Bagi Peneliti Lainnya
Bagi peneliti lain yang tertarik mengadakan penelitian dengan topik yang
sama agar memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi empati seperti :
pengasuhan pada masa awal, jenis kelamin, dan sosialisasi, Peneliti selanjutnya
diharapkan untuk lebih memperbanyak jumlah subjek/ responden penelitian,
memperbanyak teori dari sumber yang berbeda, dan menambah kekurangan yang
ada dalam penelitian ini. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan
wawancara dan observasi guna menggali lebih lanjut data yang diperoleh pada
saat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rieneka Cipta.
Azwar, syafuddin. 1995. Sikap Empati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Damayanti, Nindya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling.
Yogyakarta: Araska
Ginting, Abnes Oktora. 2009 Hubungan Empati Dengan Cooperative Learning
Pada Proses Belajar Siswa SMP N 10 Medan. Skripsi. http // www.
usu.ac.id
(Maret 2014).
Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Hidayatus. 2010. Penggunaan Teknik diskusi Dalam Bimbingan Kelompok Untuk
Membantu Meningkatkan Displin Siswa SMPN 1 Babat Di dalam
Sekolah. Skripsi.http// www.unesa.ac.id (21 Februari 2014)
Hurlock, E.B.1980. Psikolgi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Ketut, Dewa Sukardi. 2008. Pengantasr Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Kompas.com. 24 Oktober 2009. Pengertian empati (7 Februari 2014)
Mulyadi. 2010 Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan
Belajar Khusus: Nuha Litera Yogyakarta
Pujiyanti. 2007.www.Psikologimania.com (11 Februari 2014)
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Konseling Kelompok. Padang: Ghalia
Indonesia.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta
Sari, A. T. O, Ramadhani, N., Eliza, M. 2003. Empati dan Perilaku Merokok Di
Tempat Umum. Jurnal Psikologi. No. 2, hal 81-90 (diakses 27 Februari
2014)
Setyanto, Noor. 2013. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Dalam
Meningkatkan Keterampilan Berempati Siswa Kelas VIII SMP N 7
Semarang: IKIP Semarang (22 Februari 2014)
Sunarta.1985.http//Dehapnesa.weblog.Esaunggul.ac.id/MetodePembelajaran/2010
71048/Pengertian Kesulitan Belajar (22 Februari 2014)
Syah, Muhibin. 2003. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Taufik. 2012. Empati Pendekatan Psikologi Sosial: RajaGrafindo Persada. Jakarta
Tohirin. 2012. Bimbingan dan Konseling Di SMA dan Madrasah: RajaGrafindo
Persada. Jakarta
Walgito, Bimo. 2004. www.psikologimania.com. Pengertian Bimbingan ( 1 Maret
2014)
Windy Ernaeny. 2008. Empati pada Siswa Akserelasi dan Reguler. http // www.
uks.ac.id ( 25 Februari 2014 )
Winkel, W.S dan Sri Hastuti M.M 2010 Bimbingan dan Konseling di Instuisi
Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI DALAM MENGURANGI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DI SMA N 11 MEDAN T.A. 2015/2016.

0 2 26

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI TERHADAP SELF MANAGEMENT SISWA BERPERILAKU KONSUMTIF DIKELAS XI SMA N 1 BALIGE KAB.TOBASA T.A 2015/2016.

0 2 30

MENINGKATKAN RASA EMPATI KEPADA SESAMA TEMAN DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI DI KELAS XI IPS SMA YAPIM AIR BERSIH MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

1 2 26

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI TERHADAP PERENCANAAN KARIR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PADANG TUALANG T.A 2014-2015.

0 2 24

MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL DALAM INTERAKSI TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA BANDUNG BANDAR SETIA T.A. 2013-2014.

0 3 21

MENINGKATKAN PENGENDALIAN DIRI KETIKA MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS XI SMA SWASTA YAYASAN PERGURUAN KELUARGA PEMATANG SIANTAR T.A 2013/2014”.

0 2 25

MENINGKATKAN KESADARAN KEAKRABAN DALAM KELUARGA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TANJUNGTIRAM T.A. 2013-2014.

2 11 67

MENINGKATKAN SIKAP JUJUR MELALUI PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SELESAI TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 3 25

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK DISKUSI TERHADAP SIKAP PEMAAF SISWA KELAS XI IPA 2 SMA SANTO PETRUS MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

3 9 24

UPAYA MENINGKATKAN ADVERSITY QUOTIENT MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOKPADA SISWA KELAS XI IPA 4 SMA N 1 KAYEN PATI TAHUNAJARAN 20142015

0 0 25