ANALISIS RUANG PERSEPSI MASYARAKAT NIAS PADA METAFORA DALAM AMAEDOLA.

ANALISIS RUANG PERSEPSI MASYARAKAT NIAS
PADA METAFORA DALAM AMAEDOLA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh:

TITIAN BERKAT GEA
NIM 2103210032

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus untuk segala berkat dan

anugerah yang melimpah sehingga Skripsi yang berjudul “Analisis Ruang
Persepsi Masyarakat Nias pada Metafora dalam Amaedola Nias” dapat
terselesaikan dengan baik.
Peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan
rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., sebagai Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
beserta Pembantu Dekan dan seluruh Staf Pegawai dan Administrasi.
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
4. Muhammad Surif, S.Pd., M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia.
5. Drs. Syahnan Daulay, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
6. Suprakisno, S.Pd., M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Akademik
7. seluruh Bapak dan Ibu dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu
per satu, ilmu yang kalian berikan adalah bekal paling berharga.
8. Arozanolo Gulӧ, A.Md sebagai Kepala Perpustakaan Museum Pusaka
Nias yang telah telah membantu dan memberikan waktu dan tempat untuk

mengadakan penelitian.
9. teristimewa untuk orang tua tercinta, Fati Sӧkhi Gea, S.Th dan Idami Gea,
S.Th yang selalu berusaha memberikan yang terbaik, yang tiada hentihentinya mendoakan, memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa.
10. Kakak dan adikku tersayang, Yeni Marthalina Gea, S.E., Ruth Andrarias
Gea, S.Th., Andreas Nibenama Gea, dan Ester Somasi’ia Gea, yang selalu
mendoakan dan memotivasi.

11. Tante Rawati Gea, Bapak Tome Sefania Gea, kak Juli, bang Boy, kak
Diana, dan Titus yang telah banyak membatu dalam segala hal.
12. teman-teman terbaikku, Prihartini, Novriani, Laila Nadira, Evi Nopiandi,
Flora Sinamo, Hotma Lam Uli Marbun, Mega Simamora, Dahlia, Fitri,
Listra, dan Romulus Hutapea.
13. teman-teman dari Sastra Indonesia 2010 yang kurang lebih empat tahun
bersama.
14. Kakak dan adik stambuk khususnya kak Sari Panggabean yang telah
memberikan informasi, dukungan dan semangat.
15. teman-teman seperjuangan dari GMKI Cab. Medan khususnya Pengurus
Komisariat FBS Unimed Masa Bakti 2013-2014
16. Komunitas Tanpa Nama (Kontan) dan Laboratorium Sastra Medan.
17. semua orang yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti tidak dapat membalas semua yang telah diberikan dalam bentuk
apapun, semoga Tuhan membalas setiap kebaikan yang diperoleh. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di
Indonesia.

Medan,

Agustus 2014

Peneliti,

Titian Berkat Gea

ABSTRAK

Titian Berkat Gea. NIM 2103210032. Analisis Ruang Persepsi
Masayarakat Nias pada Metafora dalam Amaedola. Skripsi Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan,
2014.
Penelitian ini membahas tentang metafora yang terdapat dalam amaedola

Nias yang dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan hierarki ruang persepsi
manusia menurut Michael Haley. Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku “Kumpulan
Peribahasa Nias” disusun oleh B. Laija, S.Th dan buku “Amaedola Nono Niha”,
disusun oleh Pdt. Dal. Zendratӧ, S.Th serta hasil wawancara dari dua informan
dari Lembaga Budaya Nias. Subjek penelitian adalah satuan metafora yang
terdapat dalam amaedola tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
teknik dokumentasi, teknik catat, dan wawancara. Adapun kajian yang digunakan
adalah kajian semantik untuk menerjemahkan lambang metafora yang terdapat
dalam amaedola. Kajian semantik merupakan kajian yang menelaah lambanglambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu
dengan makna yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.
Selain itu, untuk menemukan kategori ruang persepsi manusia dalam amaedola
yang paling dominan muncul menggunakan rumus persentase.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat 186 satuan metafora
dari 100 amaedola Nias, dan telah memenuhi semua kategori yang ada dalam
hierarki ruang persepsi manusia model Michael Haley yaitu being (22 satuan),
cosmos(9 satuan), energy (8 satuan), substance (9 satuan), terrestrial(16 satuan),
object (54 satuan), living (15 satuan), animate (24 satuan) dan human (29 satuan).
Hierarki ruang persepsi manusia model Haley ini pada metafora dalam
amaedola menempatkan kategori Object sebagai kategori ruang persepsi manusia

dengan persentase tertinggi yakni 29,03%. Kategori selanjutnya adalah kategori
human dengan jumlah persentasi 15,59% Urutan ketiga adalah kategori animate
dengan jumlah persentase 12,90%, berikutnya adalah kategori being dengan
jumlah persentase 11,82 %, kategori terrestrial sejumlah 8,60%, kategori living
dengan jumlah persentase 8,06%. Sementara tiga kategori selanjutnya yakni
kategori cosmos, substansce, dan energy memiliki jumlah persentase terendah
yaitu kategori cosmos sebanyak 4,83%, kategori substance sebanyak 4,83% dan
kategori energy sebanyak 4,30%.

DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7
C. Batasan Masalah ................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL,
DAN PERTANYAAN PENELITIAN ..............................................
A. Kerangka Teoretis .................................................................................
1. Masyarakat Nias................................................................................
a. Asal Usul Masyarakat Nias .....................................................
b. Sistem Mata Pencaharian ........................................................
c. Sistem Teknologi .....................................................................
2. Bahasa Nias .......................................................................................
3. Amaedola .........................................................................................
4. Semantik ..........................................................................................
5. Metafora...........................................................................................
6. Ruang Persepsi Manusia dan Predikasi ...........................................
a. Ruang Persepsi Manusia .........................................................
b. Predikasi .................................................................................
B. Kerangka Konseptual ............................................................................
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................
B. Sumber Data dan Subjek Penelitian ......................................................

C. Metode Penelitian .................................................................................
D. Instrumen Penelitian .............................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
F. Teknik Analisis Data.............................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN.................................
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
1. Ruang Persepsi Kategori BEING (Keadaan)..................................
2. Ruang Persepsi Kategori COSMOS (Kosmos) ..............................
3. Ruang Persepsi Kategori ENERGY (Energi)..................................
4. Ruang Persepsi Kategori SUBSTANCE (Substansi) ......................
5. Ruang PersepsiKategori TERRESTRIAL (Terestrial) ....................
6. Ruang Persepsi Kategori OBJECT (Objek) ...................................
7. Ruang Persepsi Kategori LIVING (Hidup) ....................................
8. Ruang Persepsi Kategori ANIMATE (Makhluk Bernyawa) ...........

10
10
10
11
13

14
16
19
22
24
28
28
36
38
40
41
41
41
42
43
44
45
46
46
46

56
59
62
66
70
90
94

9. Ruang Persepsi Kategori HUMAN (Manusia) ............................... 103
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 123
A. Kesimpulan ........................................................................................... 123
B. Saran ................................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 125
LAMPIRAN ..................................................................................................... 127

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Data Ruang Persepsi Manusia................................................. 43
Tabel 3.2 Tabel Data Distribusi Frekuensi Ruang Persepsi Manusia ............... 44
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Ruang Persepsi Manusia........................ 117


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan
sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan
kepada seseorang tentang sesuatu hal, baik dalam bentuk informasi, nasihat,
perintah, dan pertanyaan. Melalui bahasa jugalah sebuah komunitas, masyarakat
bahkan bangsa terbentuk dan tinggal bersama-sama dengan rukun dan harmonis.
Seiring dengan pernyataan tersebut, Oka dan Suparno (1994:3) berpendapat
bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrar yang digunakan
oleh sekelompok manusia/masyarakat sebagai alat komunikasi atau berinteraksi.
Hal ini yang menjadikan bahasa sebagai poin terpenting yakni sebagai media
penyampai pesan.
Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa yang digunakan oleh
kelompok masyarakat Nias.

Nias adalah gugusan pulau yang jumlahnya


mencapai 132 pulau, membujur lepas Pantai Barat Sumatera, menghadap
Samudera Hindia. Tapi, tidak semua pulau-pulau tersebut berpenghuni, hanya ada
sekitar lima pulau besar yang dihuni oleh manusia, yaitu Pulau Nias (9.550 km2),
Pulau Tanah Bala (39,67 km2), Pulau Tanah Masa (32,16 km2), Pulau Tello (18
km2), dan Pulau Pini (24, 36 km2). Di antara lima pulau tersebut, Pulau Niaslah
yang berpenghuni paling padat, dan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan
pemerintahan (Koestoro, Wiradyana, 2007).

Wilayah Nias dalam bentuk pemerintahan telah dibagi dalam beberapa
Kabupaten dan Kota yakni Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat,
Kabupaten Nias Tengah, Kabupaten Nias Utara dan Kota Gunungsitoli. Selain
wilayah daerah, dialek bahasa Nias terdiri dari beberapa dialek sesuai dengan
wilayah daerahnya. Menurut Siregar, dkk. (1984) dialek bahasa Nias berdasarkan
pengucapannya terdiri dari :
(a) dialek Gunungsitoli, yang meliputi daerah sekitar Kota Gunungsitoli
dan Kecamatan Tuhemberua.
(b) dialek utara, meliputi daerah Kecamatan Alasa, Kecamatan Lotu,
Kecamatan Lahewa dan Kecamatan Afulu.
(c) dialek tengah, meliputi Kecamatan Lolowau, Kecamatan Lolomatua,
Kecamatan Moi, Kecamatan Gido, Kecamatan Idano Gawo, Kecamatan
Lahusa, dan Kecamatan Gomo.
(d) dialek barat, meliputi Kecamatan Sirombu dan Kecamatan Mandrehe.
(e) dialek selatan, meliputi Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan
Amandaya, dan Kecamatan Pulau-Pulau Batu.
Posisi bahasa dalam kehidupan manusia memang tidak terbatas,
hampir di setiap sisi kehidupannya bahasa berperan penting. Salah satunya
adalah bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan rekaman unsur dan nilai
kebudayaan dan sebagai alat pewaris kebudayaan.
Dalam berkomunikasi dengan bahasa, masyarakat pada umumnya
menggunakan dua cara yakni secara lisan dan tulisan. Tetapi dalam masyarakat
tradisional pada zaman dulu, tulisan masih belum dikenal sehingga untuk

menyampaikan dan menyimpan informasi dilakukan secara lisan. Mereka juga
merekam dan mewariskan pengalaman masa lalunya secara lisan yang disebut
sebagai tradisi lisan.
Tradisi lisan dapat diartikan sebagai kebiasaan atau adat yang
berkembang dalam suatu komunitas masyarakat yang direkam dan diwariskan dari
generasi ke generasi melalui bahasa lisan. Dalam tradisi lisan terkandung
kejadian–kejadian sejarah, adat istiadat, cerita, dongeng, peribahasa, lagu, mantra,
nilai moral, dan nilai keagamaan (http://kaharismakawijaya.wordpress.com
/2012/07/16/apakah-yangdi maksud-dengan-tradisi-lisan-5/).
Tradisi lisan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan sastra,
bahasa, sejarah, dan pengetahuan serta kesenian sebuah daerah yang diwariskan
dan disampaikan dari mulut ke mulut atau secara lisan. Salah satu tradisi lisan
mencakup cerita rakyat, teka-teki, nyanyian rakyat, mitologi, legenda, dan
peribahasa.
Dalam tradisi lisan, pemelihara, penjaga bahkan penyampai tradisi lisan
biasanya adalah para kepala suku atau ketua adat. Sebab, mereka yang lebih
dipercaya sebagai sumber dalam memperoleh informasi tradisi lisan yang
lengkap.
Masyarakat Nias merupakan salah satu masyarakat yang kaya akan
tradisi lisan khususnya dalam seni sastra. Hoho dan amaedola adalah salah satu
sastra lisan Nias. Hoho berbentuk syair pantun yang berisikan tentang fondrakő
atau tata aturan hidup masyarakat Nias, sementara amaedola berbentuk cerita atau
kalimat singkat yang berkias yang memiliki makna-makna tertentu. Dilihat dari

tujuannya, hoho dan amaedola memang memiliki kesamaan yaitu menyampaikan
aturan dan pandangan hidup masyarakat Nias. Namun, Hoho tetap saja berbeda
dengan amaedola sebab di dalam hoho mengandung fondrakő yaitu hukum dan
aturan tetap yang mengatur kehidupan masyarakat suku Nias secara keseluruhan
sedangkan amaedola bisa dijadikan sebagai pengiring atau media pendekatan dan
pengenalan isi fondrakő tersebut.
Masyarakat Nias pada dasarnya sangat menyukai amaedola. Amaedola
dikenal sebagai sebuah nasihat dan prinsip hidup. Biasanya digunakan dalam
perbicangan sehari-hari, perbincangan dalam acara adat, memberi nasihat, dll.
Amaedola terdiri dari amaedola sebua dan amaedola side-ide.
Amaedola sebua merupakan sebuah cerita singkat dengan menjadikan beberapa
objek sebagai ilustrasi yang berisikan amanat dan nasehat secara tersirat.
Amaedola sebua ini sangat sukai masyarakat Nias dulu. Amaedola jenis ini juga
dikenal dengan istilah manő-manő (dongeng). Biasanya, orang tua zaman dulu
akan menceritakan amaedola kepada anak-anaknya selain bertujuan untuk
menasehati juga untuk menghibur mereka. Demikian halnya dengan amaedola
side-ide yang merupakan kalimat singkat yang disampaikan secara kias dan berisi
nasehat. Amaedola side-ide ini juga disampaikan oleh para pemuka adat atau
orang tua/orang dewasa, biasanya amaedola ini diselipkan dalam pidato,
pembicaraan di dalam acara adat ataupun saat menasehati anak-anaknya.
Menurut Mendrőfa (1981:14), amaedola yang berisikan nasehat dengan
makna kias tersebut digunakan orang tua Ono Niha sebagai salah satu cara untuk
menanamkan rasa patuh dan setia serta mengamalkan fondrakő itu kepada anak-

anaknya, baik bagi yang masih kecil maupun anak-anak yang telah dewasa.
Amaedola yang berisikan nasehat ini tentunya memiliki posisi penting untuk
masyarakat Nias zaman dulu, amaedola bisa menjadi salah satu cara pengenalan
dan pembentuk moral yang baik dalam masyarakatnya terlebih anak dan mudamudi Nias. Tentunya hal tersebut tercapai seiring dengan pengetahuan dan
penguasaan mereka terhadap kosa kata bahasa Nias itu sendiri.
Amaedola dalam zaman modern saat ini dituntut harus hidup dan
bertahan di tengah-tengah intervensi bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia.
Terlebih dewasa ini khususnya masyarakat perkotaan yaitu kota Gunungsitoli dan
sekitarnya hampir tidak lagi menggunakan amaedola bahkan anak-anak muda
tidak mengetahui apa itu amaedola serta maknanya. Sehingga amaedola
seharusnya wajib dibudidayakan agar tidak hilang dari sisi kehidupan masyarakat
Nias sebab mengandung nasehat dan pelajaran hidup yang berguna untuk
diketahui, terlebih amaedola juga bisa menjadi media pengenalan kosa kata asli
bahasa Nias kepada para generasi muda Nias.
Hal yang menarik untuk diteliti dalam amaedola ini adalah bentuk atau
gaya bahasa yang digunakan. Masyarakat Nias merupakan salah satu suku yang
menjunjung tinggi tata krama dan norma berbicara antar sesama, menjadi latar
belakang mengapa masyarakatnya sejak dulu menggunakan bahasa kias atau
metafora dalam berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu. Masyarakat Nias dulu
telah terbiasa dengan nasehat yang dikemas dalam bentuk amaedola. Bahkan
kebiasaan dalam keluarga zaman dulu adalah selalu menyelipkan amaedola dalam

nasehatnya,

orang tua akan memberikan beberapa amaedola dengan tujuan

tertentu salah satunya agar si anak mampu dan mudah mengingatnya.
Metafora yang terdapat dalam amaedola tentunya bukanlah sekedar
pemanis bahasa atau perumpamaan tanpa makna yang mendalam. Setiap
amaedola mengandung nasihat, nilai, dan prinsip hidup serta sindiran atau
teguran. Penciptaan metafora dalam amaedola dapat memberikan gambaran ruang
persepsi masyarakat Nias pada umumnya tentang bagaimana cara hidup serta
prinsip hidup yang benar. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa bahasa
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya.
Selain itu, penelitian tentang metafora dalam amaedola Nias ini menjadi
sebuah bentuk upaya pelestarian budaya daerah dalam ruang lingkup linguistik
lokal, yang berangkat dari pernyataan bahwa bahasa sebagi produk budaya.
Seperti yang diungkapkan Sibarani (2003:1 dalam Silalahi, 2005:96) yang
mengatakan bahwa “konsep kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti
melalui ungkapan bahasa daerah masyarakatnya”.
Upaya pelestarian lingusitik lokal ini juga nantinya akan berlanjut pada
tindakan nyata yang tentunya bergerak dalam usaha pengenalan amaedola sejak
dini kepada masyarakat Nias. Pengenalan sejak dini dalam hal ini dilakukan
melalui pengajaran bahasa daerah di bangku sekolah khususnya Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama yang ada di Nias. Amaedola dapat diajarkan
kepada siswa-siswi melalui buku teks pelajaran bahasa daerah yang di dalamnya
telah dimuat beberapa amaedola. Mengajarkan amaedola dan maknanya akan

sangat bermanfaat dan membantu anak-anak Nias mengenal amaedola sejak dini
dan melestarikannya.
Sekolah menjadi salah satu wadah yang efektif untuk membina generasi
muda Nias dalam hal mencintai dan menghargai budaya dan bahasanya sendiri.
Karena pada kenyataannya masyarakat yang menghargai budaya dan bahasanya
tentunya akan memiliki moral yang baik dan akhlak mulia oleh karena itu
amaedola sebagai salah satu kekayaan bahasa daerah Nias dapat dijadikan sebagai
pengenalan dan pembentuk moral yang baik kepada masyarakat Nias modern
khususnya generasi muda Nias.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan
judul, analisis ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam
amaedola Nias. Ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam amaedola
ini akan dianalisis dengan mengklasifikasikan ruang persepsi manusia dalam
sembilan kategori medan semantik, yaitu: being, cosmos, energy, substance,
terrestrial, object, living, animate, dan human. Ruang persepsi ini juga dikenal
dengan istilah hierarki medan semantik konsep Michael Haley.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka dapat diidentifikasi
masalahnya sebagai berikut:
1. Amaedola mulai hilang di tengah-tengah masyarakat Nias khususnya di
perkotaan.
2. Metafora dalam amaedola bukan sekedar gejala bahasa namun mengandung
nilai hidup.

3. Amaedola memberikan gambaran persepsi masyarakat Nias berdasarkan medan
semantik model Haley.
4. Adanya kategori ruang persepsi masyarakat Nias yang dominan berdasarkan
kategori medan semantik model Haley.

C. Batasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada kajian ruang
persepsi masyarakat pada metafora dalam amaedola dialek Gunungsitoli. Kategori
ruang persepsi yang dimaksud berdasarkan model Michael Haley, secara hierarki
meliputi keadaan, kosmos, energi, substansi, terestrial, objek, hidup, makhluk
bernyawa,dan manusia.

D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka masalah yang harus dijawab
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kategori ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam
“amaedola” berdasarkan medan semantik model Haley?
2. Kategori ruang persepsi apakah yang dominan ditemukan pada metafora dalam
“amaedola”?

E. Tujuan Penelitian
Setiap melakukan penelitian tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai,
maka tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas yakni:

1. Untuk mengetahui kategori ruang persepsi masyarakat Nias yang terdapat pada
metafora dalam amaedola berdasarkan medan semantik model Haley.
2. Mengetahui kategori ruang persepsi yang dominan ditemukan pada metafora
dalam “amaedola”.

F.

Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dikatakan berhasil apabila bermanfaat bagi peneliti,

ilmu pengetahuan, dan masyarakat. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini diharapkan
akan dapat bermanfaat:
a.

Memperkaya referensi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu linguistik yang
berkenaan tentang metafora.

b.

Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca terutama masyarakat Nias
yang kurang atau tidak mengenal amaedola serta maknanya.

c.

Melestarian budaya daerah khususnya Nias dalam ruang lingkup linguistik
lokal.

d.

Mengetahui makna yang terkandung dalam amaedola yang dapat memberikan
gambaran ruang persepsi masyarakat Nias pada umumnya tentang bagaimana
cara hidup serta prinsip hidupnya.

e.

Memberikan bukti bahwa bahasa dapat menggambarkan cara berpikir dan
bertindak anggota masyarakat penuturnya.

f. Memberikan sumbangsih saran dalam hal pengadaan buku teks tentang
amaedola di sekolah-sekolah khususnya SD dan SMP yang ada di Nias
sebagai tindakan pengenalan amaedola sejak dini.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah maka penulis menganalisis data untuk

mengetahui kategori ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam
amaedola berdasarkan medan semantik model Haley serta menemukan kategori
yang dominan yang terdapat pada metafora dalam amaedola. Berdasarkan analisis
data yang dilakukan, penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Lambang metafora yang terdapat dalam amaedola Nias sebagian besar tidak
bermakna universal atau hanya dimengerti oleh masyarakat asli Nias.
Melalui 100 amaedola yang di data maka ditemukan 186 metafora yang
diklasifikasikan ke dalam sembilan kategori hierarki ruang persepsi manusia
model Haley. Sembilan kategori tersebut telah ditemukan pada metafora dalam
amaedola Nias yang yang meliputi

being, cosmos, energy, substance,

terrestrial, object, living, animate dan human
2. Hierarki ruang persepsi manusia model Haley ini pada metafora dalam
amaedola menempatkan kategori Object sebagai kategori ruang persepsi
manusia dengan persentase tertinggi yakni 29,03%, yang menggambarkan
bahwa masyarakat Nias pada umumnya sangat menghargai benda-benda yang
mereka miliki serta menguasai keadaan benda tersebut hingga mampu
menjadikan sebagai bahan ilustrasi hidup. Hal tersebut juga membuktikan
bahwa masyarakat Nias sejak dulu telah memiliki peradaban yang tinggi, dan
sangat menyukai serta memelihara benda-benda. Kategori selanjutnya adalah

kategori human dengan jumlah persentasi 15,59%, kategori animate dengan
jumlah persentase 12,90%, kategori being dengan jumlah persentase 11,82%,
kategori terrestrial sejumlah 8,60%, kategori living dengan jumlah persentase
8,06. Sementara tiga kategori selanjutnya yakni kategori cosmos, substansce,
dan energy

memiliki jumlah persentase terendah yaitu kategori cosmos

sebanyak 4,83%, kategori substance sebanyak 4,83% dan kategori energy
sebanyak 4,30%.

B. Saran
Penelitian ini tentunya masih langkah awal untuk mengungkap
keberadaan bahasa khususnya bahasa Nias yang terabaikan dari perhatian para
ahli bahasa di Indonesia.
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ini juga dapat menjadi
bahan dasar untuk memperkenalkan kepada anak-anak muda Nias tentang
amaedola dan maknanya, dan diharapkan hal tersebut dilakukan sejak dini yaitu di
bangku sekolah terutama di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Hasil
penelitian ini juga bisa menjadi bahan referensi bagi para pengajar untuk memuat
beberapa amaedola dan maknanya dalam buku teks pelajaran bahasa daerah Nias.
Amaedola adalah kekayaan bahasa yang wajib dilestarikan oleh pihakpihak terkait yaitu masyarakat Nias itu sendiri khususnya generasi muda, peneliti,
dan juga pemerintah. Pengetahuan akan amaedola adalah jalan utama untuk
mengenal prinsip hidup masyarakat Nias, sebab amaedola adalah sarana untuk
mengenal sebuah fondrakӧ yakni ketetapan hukum dan aturan hidup masyarakat
Nias.