Analisis metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981 1983 berdasarkan teori ruang persepsi manusia model Haley

(1)

ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS PADA ALBUM TAHUN 1981-1983

BERDASARKAN TEORI RUANG PERSEPSI MANUSIA MODEL HALEY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Yonatan NIM: 121224019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS PADA ALBUM TAHUN 1981-1983

BERDASARKAN TEORI RUANG PERSEPSI MANUSIA MODEL HALEY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Yonatan NIM: 121224019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada

Allah Bapa, Anak dan Roh kudusTuhan kami atas berkat, kelancaran, kekuatan yang telah diberikan.

Orang Tua tercinta, Bapak Kardi dan Ibu Srijah yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian dan kasih sayang yang tak pernah putus.


(6)

v MOTTO

“H

ASIL TIDAK AKAN MENGKHIANATI

PROSES KINERJAMU


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

Yonatan. 2017. Analisis Metafora dalam Lirik Lagu Iwan Fals pada Album Tahun 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora, distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dan keadaan sistem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora, distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dan keadaan sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Sumber data terdiri tiga album yaitu album Sarjana Muda tahun 1981 meliputi 10 judul lagu, album Opini tahun 1982 meliputi 9 judul lagu dan album Sumbang tahun 1983 meliputi 9 judul lagu. Data penelitian ini berupa frasa, klausa dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora. Tahap analisis data mengacu model Miles dan Huberman yang mencakup interpretasi, pengkategorian, dan distribusi.

Hasil analisis terhadap 92 data penelitian ini menunjukkan bahwa dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 terdapat 9 kategori ruang persepsi manusia model Haley yang meliputi (1) kategori being, (2) kategori cosmos, (3) kategori energy, (4) kategori substance (5) kategori terretrial, (6) kategori object, (7) kategori living (8) kategori animal (9) kategori human. Hasil distribusi persentase pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling monjol adalah kategori human dengan jumlah distribusi persentase 33,69%. Selain itu, hasil distribusi mencerminkan keadaan sistem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals yang tidak seimbang.


(10)

ix ABSTRACT

Yonatan. 2017. Metaphor Analysis in Lyric of Iwan Fals Songs at Album in 1981-1983 According The Category of Human Perceptual Space in Haley Theory. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Indonesian Literary Language Education, Faculty of Teacher and education, Sanata Dharma University. The issues that are discussed in this research is categoy of human perceptual space in Haley model that used to create a metaphor expression, categoy of human perceptual space in Haley model the most prominent and situation of ecology system in the lyric of Iwan Fals song at his album in 1981-1983. The purpose of the research to explained categoy of human perceptual space in Haley model that used to create metaphor expression, distribution categoy of human perceptual space in Haley model the most prominent and situation of ecology system in the lyric of Iwan Fals song at his album in 1981-1983.

The research is a kind of qualtative descriptive. The data source this research is the lyrics of Iwan Fals song at his album in 1981-1983. The data source consist of three album that is Sarjana Muda in 1981 included ten song title, Opini album in 1982 included nine song title and Sumbang album in 1983 included nine song title. The reasearch data shaped phrases, clause and sentences that contains metaphor expression. The includes interpretation, categorization, and distribution.

Result of analysis against the ninety-two reasearch data showing that in lyrics of Iwan Fals song at his album in 1981-1983 there are nine category of human perceptual space in Haley model included (1) being category, (2) cosmos category, (3) energy category, (4) substance category, (5) terretrial category, (6) object category, (7) living category, (8) animal category, (9) human category. The result of percentage distribution of categoy of human perceptual space in Haley model and the most prominent is human category by the number of percentage distribution of 33,69%. Besides it, the distribution results reflect the state of ecological system in the lyric of Iwan Fals songs that are not seim.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS BERDASARKAN TEORI RUANG PERSEPSI MANUSIA MODEL HALEY.Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan, bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah sampai selesai.

6. Bapak Robertus Marsidiq, selaku karyawan seketariat prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan administratif.


(12)

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.5Batasan Istilah ... 8

1.6Sistematika Penyajian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

2.1Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10

2.2Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pengertian Metafora ... 13

2.2.2 Unsur-Unsur Metafora ... 15

2.2.3 Macam-Macam Sudut Pandang Peranan Metafora ... 17


(14)

xiii

b. Sudut Pandang Metafora dari Segi Semantik... 20

c. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sistem Ekologi (Ruang Persepsi Manusia Model Haley)... 20

2.2.4 Lirik Lagu... 28

a. Pengertian Lirik Lagu ... 28

b. Bahasa Lirik Lagu ... 29

c. Iwan Fals dan Lirik Lagu Ciptaanya ... 30

2.3Kerangka Pikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1Jenis Penelitian ... 33

3.2Data dan Sumber Data ... 34

3.3Instrumen Penelitian... 36

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5Teknik Analisis Data ... 39

3.6Teknik Keabsahan Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1Deskripsi Data ... 43

4.2Analisis Data ... 45

4.2.1 Tahap Interpretasi dan Pengkategorian ... 45

4.2.2 Tahap Distribusi ... 81

4.3Pembahasan ... 84

BAB V PENUTUP ... 87

5.1Simpulan ... 87

5.2Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 92


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley ... 22 Tabel 3.1 Contoh Pengkodean Data ... 38 Tabel 3.2 Contoh Tabel Distribusi Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley ... 41 Tabel 4.1 Jumlah Data Penelitan ... 43 Tabel 4.2 Distribusi Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley ... 82


(16)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Hierarki Ruang Persepsi Manusia Model Haley ... 21 Bagan 2.2 Mind Mapping Kerangka Pikir ... 32 Bagan 3.1 Rumus Pesentase ... 41


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Unduhan Sumber Data... 93

Lampiran 2 Hasil Pengumpulan Data ... 114

Lampiran3 Hasil Triangulasi Data ... 119


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia. Melalui bahasa itulah, manusia menyampaikan gagasan, keinginan, ataupun perasaanya. Fungsi bahasa itu sendiri adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, ide atau perasaan. Dengan demikian, bahasa dapat dinyatakan sebagai identitas dan media pengekspresian jiwa kelompok masyarakat atau individu dalam berbagai situasi komunikasi (Chaer, 2009: 33).

Ditinjau dari fungsi bahasa yang dapat digunakan dalam berbagai situasi komunikasi, salah satu wujudnya adalah karya sastra. Bahasa dalam karya sastra memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dari situasi komunikasi lainya. Keistimewaan bahasa dalam karya sastra terbentuk adanya percampuran ekspresi dunia nyata dan dunia kias, antara makna sesungguhnya dan makna kias. Salah satu dari genre sastra yang terbentuk dari dunia nyata dan dunia kias itu adalah puisi.

Wahab (1990: 144) menyatakan bahwa di dalam puisi ada campuran antara dunia nyata dan duni kias. Dengan demikian, puisi itu kaya akan metafora. Selain itu, Supriyadi (2013: 313) menyatakan di dalam puisi terdapat pernyataan-pernyataan metaforis yang sering digunakan penyair ketika ia menciptakan suatu sajak atau pun puisi.Pernyataan metaforis itu sebagai gejala kebahasan dalam puisi yang direalisasikan dalam bentuk lambang kias (signifier) dan makna yang


(19)

2

dimaksudkan (signified).Selanjutnya dari Robert Fost dan Marvin K.I Ching (1980 dalam Wahab, 1995: 75) menyatakan bahwa “poetry is the of saying one thing and meaning of another”. Dengan demikian, puisi mempunyai fungsi yang sama dengan metafora, yaitu mengatakan suatu hal tetapi mempunyai maksud lain. Namun demikian, puisi bukanlah metafora dan begitupula sebaliknya, metafora bukanlah puisi. Persamaan puisi dan metafora ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa penyair memiliki hak poetica licensia, dalam mengkhayalkan dunia bebas melengkapi dunia ini dengan apa saja yang dipilihnya, baik dengan benda-benda yang diambil dari dunia nyata maupun dengan benda-benda yang ada pada khayalan penyair.

Puisi yang telah dijelakan di atas, tidak jauh berbeda dengan lirik lagu. Lirik lagu biasanya identik dengan lambang-lambang kias atau bahasa yang bersifat kias. Hal itu terjadi adanya fenomena khas penggunaan bahasa penyair lirik lagu yang tersusun dalam bait-bait bernada liris (emosional/penuh perasaan). Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dalam batinya tentang sesuatu hal yang sudah dilihat, didengar maupun dialaminya (Awe, 2007:22). Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 678) lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi. Dengan demikian, lirik lagu dapat dinyatakan memiliki kesamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam bahasanya.

Dalam lirik-lirik lagu karya Iwan Fals sebagain besar menampilkan lambang-lambang kias atau bahasa yang bersifat kias. Lambang kias atau bahasa yang bersifat kias itu dipakai untuk mengarah penyampaian gagasan, kritik sosial, perasaan dan sebagainya. Seperti yang sudah peneliti jelaskan tentang puisi dan


(20)

lirik lagu di atas, maka lirik lagu pun sebenarnya mengandung campuran antara dunia nyata dan dunia kias. Dengan demikian, lirik lagu juga kaya akan ungkapan metafora. Berdasarkan pernyataan tersebut, hal ini menarik untuk dianalisis lebih lanjut terutama pengkajian metafora dalam lirik lagu.

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya, seperti, sebagai, bagai, serupa, bak dan sebagainya (Keraf, 2008: 139). Selanjunya, Pradopo (2012: 66) menyatakan bahwa metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, laksana dan sebagainya. Selain itu, Wahab (1995:71) menyatakan studi tentang metafora dapat dikaitkan dengan sistem ekologi manusia (ruang persepsi manusia). Sehubungan hal itu, beliau menganalisis metafora dalam puisi memakai konsep ruang persepsi manusia yang dikenalkan oleh Michael C. Haley. Data penelitianya terdiri dari 111 metafora diambil dari 76 puisi yang ditulis sekitar tahun 1970-an, kemudian data itu digolongkan berdasarkan kesesuaian kriteria lambangnya dengan kriteria klasifikasi ruang persepsi manusia model Haley yang terdiri dari sembilan kategori, yaitu being, cosmos, energy, substantial, terretrial, object, living, animate dan human. Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui dan membuktikan khususnya tentang metafora dengan konsep ruang persepsi manusia model Haley dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.

Berdasarkan analisis awal terhadap lirik-lirik lagu karya Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, cukup banyak ditemukan lambang kias dari ungkapan


(21)

4

metafora yang dapat diklasifikasikan kedalam sembilan kategori sistem ekologi (ruang persepsi manusia) model Haley. Berikut salah satu contoh data ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals.

(1) Cepatlah besar matahariku (34-JL.1-AP.82-Fra)

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 772), matahari merupakan benda angkasa, titik tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang panas pada bumi kala siang. Dengan demikian, kosep matahari dapat disebut sebagai konsep benda yang berada diruang angkasa dan menggunakan ruang. Dalam ungkapan metaforis pada data (34-JL.1-AP.82-Fra), Iwan Fals menghayati matahari sebagai anak kandungya yang dapat tumbuh semakin besar atau dewasa. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.

(2) Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku

Menangis yang keras janganlah ragu

(Iwan Fals. Galang Rambu Anarki Dalam Album Opini. 1982)

Penggalan lirik lagu (2) di atas seoalah-olah menggambarkan seorang penyair yang sedang mendoakan anaknya supaya cepat tumbuh dewasa. Anak tersebut bernama Galang Rambu Anarki yang didoakan supaya lekas besar atau tumbuh dewasa. Dalam ungkapan metaforis pada data (34-JL.1-AP.82-Fra) ini, anak tersebut diungkapan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) matahari, sedangkan makna yang dimaksudkan penyair (signified) adalah Galang Rambu Anarki.

Dilihat dari kriteria lambang kias matahari pada ungkapan metafora penyair di atas memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori cosmos. Hal tersebut menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan cosmos yang mencakup


(22)

contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain yang tidak hanya ada melainkan menempati ruang di jagad raya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

Penciptaan ungkapan metafora dengan lambang kias matahari di atas menggambarkan sebuah interaksi penyair dengan lingkunganya. Lambang kias itu memiliki kriteria yang sesuai dengan kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dengan demikian, penciptaan sebuah metafora tidak terlepas dari interaksi penyair lagu dengan lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut, sejalan dengan pernyataan Wahab (1990: 147) yang mengungkapkan bahwa di dalam berpikir dan menciptakan metafora manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkunganya, karena ia selalu mengadakan interaksi dengan lingkunganya itu. Studi tentang interaksi antara manusia dan lingkungannya (makhluk bernyawa ataupun benda tak bernyawa) disebut dengan sistem ekologi.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik pada lirik-lirik lagu karya Iwan Fals tahun 1981-1983 dengan alasan ungkapan metafora yang ditemukan cukup banyak. Oleh karena itu, lirik lagu tersebut akan dijadikan objek penelitian dan dianalisis berdasarkan lambang kias yang digunakan pada ungkapan metaforanya. Kemudian, data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi manusia model Haley dan dicari distribusi frekuensi pemakaiannya supaya mengetahui kategori metafora ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol serta keadaan sistem ekologi penyairnya.


(23)

6

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah tiga rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa saja kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan lambang kiasnya?

2. Distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley apa yang paling menonjol digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983?

3. Bagaimana keadaan sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan lambang kiasnya.

2. Mendeskripsikan distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.


(24)

3. Mendeskripsikan keadaan sistem ekologiyang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini ada dua, yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoretis penelitian ini sebagai berikut.

Adapun manfaat secara teoritis penelitian ini memperkaya khasanah penelitian di bidang linguistik khususnya dalam lirik lagu. Selain itu, memberikan perbendaharaan hasil penelitian dalam gaya bahasa khususnya majas metafora yang dikaitkan dengan studi sistem ekologi atau ruang persepsi manusia yang dikenalkan oleh Michael C. Haley.

2. Manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut.

Adapun manfaat secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, guru, dan pembaca. Bagi peneliti selanjutnya dapat menyumbang sumber reverensi tentang analisis metafora yang dikaitkan dengan studi sistem ekologi dalam lirik lagu. Selanjutnya, bagi guru dapat menjadi pedoman dan mengajarkan pada siswa siwinya dalam menciptakan metafora agar lebih imajinatif. Sedangkan bagi pemebaca dapat memberikan wawasan tentang kemataforaan dalam lirik lagu.


(25)

8

1.5Batasan Istilah

Sehubungan dengan judul penelitian ini, agar terdapat persamaan konsep istilah dan agar pemanfaatan tersebut tampak jelas, perlu diberikan adanya pembatasan istilah. Istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut.

1. Metafora

Semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya, seperti, sebagai, bagai, serupa, bak, dan sebagainya (Keraf, 2008: 139).

2. Kategori ruang persepsi manusia model Haley

Suatu sistem ekologi atau ruang persepsi manusia tersusun dalam suatu hierarki yang teratur yaitu, being, cosmos, energy, subtance, terrestrial, object, living, animate, dan human (Wahab, 1995: 77).

3. Sistem ekologi

Studi tentang interaksi manusia dengan lingkunganya (makhluk bernyawa maupun benda tak bernyawa) (Wahab, 1995: 76).

4. Lirik

Susunan kata sebuah nyanyian yang berisi curahan perasaan pribadi(KBBI, 2007: 678).

5. Lagu

Ragam suara yang berirama (dalam bercakap, beryanyi, membaca, dsb) (KBBI, 2007: 677).


(26)

1.6Sistematika Penyajian

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Bab I adalah bab pendahuluan. Pada bab ini, peneliti mengkaji latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.Bab II adalah landasan teori. Bab ini menguraikan penelitian yang relevan, kajian teori dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini, sedangkan kajian teori berisi uraian tentang teori-teori yang menjadi kajian teori penelitian.

Bab III adalah metodologi penelitian. Pada bab ini, peneliti membahas seputar jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data. Bab IV adalah deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan data penelitian, cara menganalisa data dan pembahasan hasil penelitian.Bab V adalah penutup yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran. Selain itu, peneliti juga menyajikan daftar pustaka yang dipergunakan untuk referensi yang menunjang penelitian dan terdapat juga lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.


(27)

10 BAB II KAJIAN TEORI

2.1Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai acuan agar bisa tercipta lebih baik lagi. Acuan untuk penelitian ini menggunakan penelitian-penelitian terdahulu, berupa karya ilmiah dan skripsi. Acuan utama penelitian ini berjudul “Metafora

Sebagai Alat Pelacak Sistem Ekologi” yang ditulis oleh Wahab (1995). Penelitian tersebut bertujuan mendeskripsikan kontribusi linguistik dalam mempelajari sistem ekologi. Khususnya peranan apa yang dapat dimainkan oleh metafora dalam mengetahui keadaan sistem ekologi di Indonesia? Dengan mengacu pada kerangka berpikir Michael C. Haley (dalam Ching (ed.), 1980) tentang ruang persepsi manusia dalam menciptakan metafora. Selain itu, Wahab mencoba melihat hubungan penyair dengan keadaan sistem ekologi manusia. Data metafora yang diambil dalam studi ini ada 111 satuan metafora dalam 76 puisi yang ditulis sesudah tahun 1970-an oleh 15 orang penyair, sebagaian besar lahir sesudah tahun 1950-an.

Hasil penelitian metafora dilihat dari segi sintaksis terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) metafora nominatif, (2) metafora predikatif dan (3) metafora kalimatif. Hasil penelitian selanjutnya, metafora yang diciptakan oleh para penyair itu digolong-golongkan lambangnya berdasarkan klasifikasi medan semantik ruang persepsi manusia model Haley yang terdiri dari Being, Cosmos, Energy, Substance, Terestrial, Object, Living, Animate, dan Human. Dari 111 metafora


(28)

yang ada, Wahab mencari distribusi persentasenya melalui simbol yang mewakili kategori-kategori di atas. Distribusi persentase itu mencerminkan distribusi persentase kesan penyair terhadap ruang persepsi manusia yang didapat dari lingkunganya atau yang disebut dengan penggambaran sistem ekologi.

Penelitian yang kedua merupakan skripsi ditulis oleh Farida Trisnaningtyas (2010) yang berjudul “Metafora pada Rubrik Opini dalam Majalah Tempo”. Penelitian tersebut bertujuan (1) mendeskripsikan bentuk dan jenis metaforayang digunakan pada rubrik Opini dalam majalah Tempo, (2) mendeskripsikankemiripan antara wahana dan tenor metafora pada rubrik Opini dalam majalahTempo, (3) mendeskripsikan metafora yang banyak digunakan pada rubrik Opinidalam majalah Tempo.Metode yang digunakan dalam penelitian itu adalah metode kualitatif yangbersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah semantik. Data penelitiantersebut adalah data kebahasaan berupa kata, frasa, klausa, maupun kalimat yangmengandung metafora yang terdapat pada rubrik Opini dalam majalah Tempo.Sumber data penelitian tersebut adalah rubrik Opini yang terdapat dalam majalahTempo yang diterbitkan pada bulan Januari 2008. Data yang diperoleh darisumber data diedit, diklasifikasikan dan direduksi sebelum disajikan. Prosesanalisis meliputi usaha menemukan kemiripan antara wahana dan tenorberdasarkan komponen bersama yang dimiliki keduanya. Analisis data berakhirapabila dalam kesimpulan telah diperoleh kaidah-kaidah sesuai dengan tujuanpenelitian yang telah ditetapkan.

Dari analisis terhadap 187 buah data dapat ditarik simpulan bahwa (1)bentuk metafora pada data yang diteliti dari segi sintaksisnya adalah


(29)

12

metaforanominatif, metafora komplementatif, metafora predikatif dan metafora kalimatifsedangkan metafora dari segi jenisnya adalah metafora antropomorfik, metaforabinatang, metafora relasi abstrak-konkret dan metafora sinaestetik, (2) metafora(sebagai wahana) selalu mengandung kemiripan komponen makna dengantuturan yang digantikan (sebagai tenor). Dari hubungan tersebut dapatdikelompokkan menjadi kemiripan objektif (bentuk) dan kemiripan emotif(perseptual/kultural), (3) metafora yang paling banyak digunakan dari segisintaksisnya adalah metafora kalimatif 45 % (84 buah), dan dari jenisnya yangbanyak digunakan adalah RAK 55,6 % (104 buah), sedangkan pengimajian berdasarkan ruang persepsi yakni kategori human (46,6 %).

Masing-masing penelitian di atas mempunyai ciri khusus yang berbeda-beda karena ditinjau dari sudut yang berbeda dalam pembahasanya. Namun, dari persamaanya dapat disimpulkan kedua penelitian yang telah dilakukan di atas merupakan penelitian yang sama mengenai metafora baik itu dalam karya fiksi seperti puisi pada penelitian Wahab (1995) maupun nonfiksi seperti teks opini pada majalah Tempo dalam penelitian Trisnaningtyas (2010). Dengan demikian, penelitian-penelitian di atas memiliki relevansi yang sama dengan penelitian ini yaitu pembahasan tentang metafora.

2.2Landasan Teori

Pada susbab kajian teori ini, peneliti akan memaparkan beberapa materi yang terkait dengan judul penelitian. Materi-materi yang terkait dengan judul


(30)

penelitian ini akan digunakan sebagai pedoman dalam pengerjaan penelitian. Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai berikut.

2.2.1 Pengertian Metafora

Metafora merupakan salah satu jenis majas dari gaya bahasa perbandingan. Majas metafora itu membuat perbandingan suatu hal untuk hal lain, tetapi tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Sebelum melangkah lebih dalam pada pengertian metafora, perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang majas atau yang biasa disebut dengan bahasa figuratif (figurative language). Waluyo (1987: 83) menjelaskan bahwa bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Cara yang tidak biasa tersebut adalah bahasa yang bermakna kias atau makna lambang. Pengungkapan bahasa figuratif dimaksudkan untuk menghasilkan imajinasi, menambah intensitas perasaan dan sikap penyair atau penulis, dan mengonsentrasikan makna yang dimaksudkan berdasarkan lambang yang disampaikan dengan bahasa singkat. Selain itu, Tarigan (2013: 5) menyatakan ragam gaya bahasa terdiri dari empat jenis gaya bahasa, yaitu perbandingan, perulangan, pertautan dan pertentangan. Dalam empat kelompok gaya bahasa tersebut mengandung berbagai jenis majas salah satunya metafora.

Metafora secara harafiah berasal dari bahasa Yunani metaphora yang berarti “memindahkan” yang berasal dari kata meta “diatas” atau “melebihi” dan pherein “membawa”. Jadi, metafora itu membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai,


(31)

14

umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan (Tarigan, 2013: 15). Seiring penjelasan harafiah metafora, Becker (1978 dalam Pradopo, 2012: 66) berpendapat bahwa metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya. Selain itu, metafora itu melihat sesuatu dengan perantara benda yang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Keraf (2008: 139) menjelaskan bahwa metafora semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya, seperti, sebagai, bagai, serupa, bak, dan sebagainya.

Alternberd (1970 dalam Pradopo, 2012: 66) berpendapat metafora sebagai sesuatu hal yang sama atau seharga dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Maksud dari metafora ini adalah membandingkan sesuatu hal dengan hal lain yang berbeda, baik dari sifat, wujud dan lain sebagainya. Perhatikan contoh kutipan di bawah ini.

(1) Bumi ini perempuan jalang.

(Subagio, “Dewa Telah Mati”, 1975: 9)

(2) Tuhan adalah Warganegara yang paling modern (Subagio,”Katekhisasi”,1975: 29)

(3) Sorga hanya permaianan sebentar ...

(4) Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar (Chairil Anwar, “Tuti Artic”, 1959: 41)

Dalam sajak Subagio (1), bumi dipersamakan dengan perempuan jalang, dan Tuhan dalam sajak Subagio (2) dipersamakan dengan warga negara yang paling modern. Dalam sajak Chairil Anwar (3), sorga dipersamakan dengan permainan sebentar, sedangkan cinta dalam sajak Chairil Anwar (4) dipersamakan dengan bahaya.


(32)

Wahab (1990: 142) menjelaskan bahwa metafora sudah menjadi bahan studi sejak lama, yaitu sejak zaman kuno. Aristoteles (384-322 SM dalam Wahab, 1990: 142) mendefinisikan metafora sebagai ungkapan kebahasaan untuk menyatakan hal yang bersifat umum untuk hal yang bersifat khusus, khusus untuk yang umum, khusus dengan yang khusus atau dengan analogi. Selain itu, Quintilian (35-95, dalam Wahab, 1990: 142) menjelaskan bahwa metafora adalah ungkapan kebahasaan untuk mengatakan sesuatu yang hidup bagi makhluk hidup yang lainnya, hidup untuk yang mati, mati untuk yang hidup, atau mati untuk yang mati. Selanjutnya, Wahab (1990: 142) mengartikan dalam definisi yang agak longgar, metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat dijangkau secara langsung dari lambang, karena makna yang dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan ungkapan itu. Dengan kata lain, metafora itu ialah pemahaman dan pengalaman akan sejenis hal yang dimaksudkan untuk perihal yang lain.

Berdasarkan dari berbagai macam sudut pandang metafora oleh para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metafora merupakan ungkapan kebahasaan yang membandingkan antara dual hal, tetapi tanpa mempergunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya. Selain itu, bedasarkan pengertian yang telah digali dapat diketahui di dalam metafora terdapat dua unsur, yaitu lambang kias dan makna yang dimaksudkan.

2.2.2 Unsur-Unsur Metafora

Pada dasarnya, konsep metafora itu sangat sederhana hanya terdiri dari dua hal antara hal pembanding dengan hal yang dibandingkan. Wahab (1995: 78)


(33)

16

menjelaskan bahwa metafora itu mengandung lambang kias dan makna yang dimaksudkan. Sejalan dengan hal itu, Pradopo (2012: 66-67) menjelaskan metafora sebelumnya terdiri dari dua term atau dua bagian, yaitu term pokok (principal term) dan term kedua (secondary term).Term pokok juga disebut dengan tenor sedangkan term kedua disebut dengan vehicle. Term pokok atau tenor menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan term kedua atau vehicle adalah hal yang untuk membandingkan. Contohnya sebagai berikut.

(5) ‘Bumi’ adalah ‘perempuan jalang’

Kata bumi dalam kutipan (5)adalah term pokok atau tenor, sedangkan perempuan jalang sebagai term kedua atau vehicle. Gambaran keadaan tersebut dicerminkan oleh pengarang dalam mengungkapkan metafora, dalam suatu ungkapan metafora terdapat hal yang kita perbincangkan dengan sesuatu yang kita bandingkan.

Selain itu, harus diketahui bahwa tindak tutur penerapan ungkapan metafora yang menggunakan prinsip “The principle ease of articulation” banyak ditemukan dalam bidang sastra, salah satunya dalam puisi (Supriyadi, 2013: 313). Dalam puisi terdapat pernyataan-pernyataan metaforis yang sering digunakan penyair ketika ia menciptakan suatu sajak atupun puisinya. Pernyataan metaforis itu sebagai gejala kebahasaan dalam puisi direalisasikan dalam bentuk lambang atau simbol (signifier) dan mengandung makna yang dimaksudkan (signified) (Supriyadi, 2013: 313). Peryataan tersebut sesuai dengan Wahab (1995: 76) yang menyatakan metafora dari sudut pandang semantik selalu terdiri dari dua unsur makna, yaitu makna kias (signifier) dan makna yang dimaksudkan (signified).


(34)

Berdasarkan paparan dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur metafora dari sudut pandang linguistik terdiri dari dua hal, yaitu hal yang untuk membandingkan atau lambang/simbol kias (signifier) dan hal yang dibandingkan atau makna yang dimaksudkan (signified). Selain itu, metafora dapat dilihat dari berbagai sudut pandang berdasarkan lambang kias atau simbolnya.

2.2.3 Macam-Macam Sudut Pandang Peranan Metafora

Sudah banyak dikemukakan oleh para pakar tentang peranan metafora dengan berbagai disiplin ilmu, yaitu hubungan metafora dengan teori linguistik oleh Jerrold M. Saddock, L. Jonathan Cohen, dan David Rummelhat, hubungan metafora dengan psikologi oleh Allan Paivio, Bruce Fraser, Andrew Ortony, dan G. A. Miller, hubungan metafora dengan sosiologi oleh Donald P. Schon, Michael J. Reddy, Robert J. Strenberg, Roger Tourangeau, dan Georgia Nigro, serta hubungan metafora dengan pendidikan dibahasa oleh Hugh G. Petrie, Thomas F. Green, dan Thomas G. Sticht (Wahab, 1995: 71). Selain itu, dalam penelitian Wahab yang berjudul Metafora Sebagai Pelajak Sistem Ekologi metafora dapat dilihat dari tiga sudut pandang disiplin ilmu. Ketiga sudut pandang tersebut meliputi sudut pandang segi sintaksis, semantik, dan sistem ekologi (ruang persepsi manusia model Haley).

a. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sintaksis

Wahab (1995: 72) membagi tiga kelompok metafora dari sudut pandang segi sintaksis, yaitu metafora nominatif, metafora predikatif, dan metafora komplementatif.


(35)

18

1) Metafora nominatif

Pada metafora nominatif, lambang kiasnya hanya terdapat pada nomina kalimat karena posisi nonima dalam kalimat berbeda-beda. Metafora nominatif dapat pula dibagi menjadi dua macam, yaitu metafora nominatif subjektif dan metafora nominatif objektif, atau yang lazim berturut-turut disebut sebagai metafora nominatif dan metafora komplementatif saja. Dalam metafora nominatif, lambang kiasnya muncul hanya pada subjek kalimat saja, sedangkan komponen lain dalam kalimat tetap dinyatakan dengan kata-kata yang mempunyai makna langsung. Contoh metafora nominatif dalam Wahab (1995: 72) sebagai berikut:

(6) (Angin lama tak singgah ("Tunggu" Slamet Sukirnanto).

Penggalan puisi (6) subjek angin dipakai untuk mengkiaskan utusan 'pembawa berita' yang menyatakan benda mati untuk benda hidup, yaitu angin untuk manusia si pembawa berita. Sementara itu,lama tak singgah yang menjadi predikat tetap dinyatakan dalam makna sebenarnya tanpa dikiaskan. Adapun metafora komplementatif (objek) lambang kiasnya hanya terdapat pada komplemen kalimat yang dimaksud, sedangkan komplemen lain dalam kalimat tetap dinyatakan dengan kata yang mempunyai makna langsung. Contoh metafora komplementatif dalam Wahab (1995:73) sebagai berikut :

(7) Aku minta dibikinkan jembatan cahaya. ("Ismet Natsir" dalam Tonggak 4:59)

Pada kutipan (7) metafora di atas, kata jembatan cahaya berfungsi sebagai komplemen kalimat 'Aku minta dibikinkan . . . '. Jembatan cahaya adalah kata kias yang makna sebenarnya ialah 'jalan yang terang'.


(36)

2) Metafora predikatif

Apabila kata-kata lambang kiasnya hanya terdapat pada predikat kalimat saja disebut sebagai metafora predikatif, sedangkan subjek dan komponen lain dalam kalimat itu (jika ada) masih dinyatakan dalam makna langsung. Contoh metafora jenis ini dalam Wahab (1995: 73) sebagai berikut :

(8) Suara aneh terbaring di sini

(T. Mulia Lubis dalam Tonggak 4:15)

Kata terbaring pada kutipan (8) ungkapan metafora di atas, merupakan predikat dari subjek kalimat 'Suara aneh... '. Predikat tersebut yang cocok hanya untuk mamalia (termasuk manusia). Dalam metafora kutipan (8), 'suara aneh' (ungkapan kebahasaan dengan makna langsung) dihayati sebagai manusia yang dapat berbaring.

3) Metafora kalimatif

Metafora kalimatif, maksudnya seluruh lambang kias yang dipakai dalam metafora jenis ini tidak terbatas pada nomina (sebagai subjek atau komplemen) dan predikat saja, melainkan seluruh komponen dalam kalimat metaforis itu. Contoh metafora ini dalam Wahab (1995: 74) sebagai berikut:

(9) Api apa membakar?

(Slamet Sukirnanto "Doa Pembakaran").

Seluruh kalimat pada kutipan (9) di atas adalah kias. Tidak ada satu komponen pun dalam kalimat itu yang dipakai sebagai pengungkapan makna langsung. Metafora kalimatif di atas mengandung makna yang dimaksud, yaitu "semangat apa yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan".


(37)

20

b. Sudut Pandang Metafora dari Segi Semantik

Wahab (1995: 76) menjelaskan bahwa metafora dari sudut pandang semantis selalu terdiri atas dua macam makna, yaitu makna kias (signifier) dan makna yang dimaksudkan (signified). Makna yang dimaksudkan dapat diungkapkan lewat serangkaian predikasi yang dapat diterapkan bersama pada lambang kias dan makna langsung. Perhatikan contoh berikut.

(10)Aku mengembara di timur tengah

digoda demokrasi barat, didera sosialisme rusia dibujuk semedi cinta, terpanggang padang pasir (Beni Setia 1982: 2 “Legiun Asing”)

Kalimat pada kutipan (10) di atas adalah kalimat metaforis dengan predikasi digoda, didera, dibujuk dan terpanggang. Predikasi itu dapat pula diterapkan pada manusia. Dengan demikian, konsep demokrasi barat, sosialisme Rusia, filsafat Cina dan religi Timur Tengah, yaitu konsep abstrak dan pengalaman hidup penyair. Hal tersebut dihayati sebagai manusia yang memiliki inteligensi dan kemampuan berpikir, sehingga ia dapat menggoda, mendera, membujuk dan memanggang penyair. Jadi metafora pada kutipan (10) di atas, penyair telah memiliki pengalaman hidup dan merasakan pahit getirnya demokrasi barat, sosialisme Rusia, filsafat cina, serta pengalaman keagamaan dari Timur Tengah. c. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sistem Ekologi (Ruang Persepsi

Manusia Model Haley)

Wahab (1995: 76-77) menjelaskan di dalam berpikir dan menciptakan metafora manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya, karena ia selalu mengadakan interaksi denganlingkungannya itu. Studi tentang interaksi antara manusia dengan lingkungannya(makhluk bernyawa maupun tidak


(38)

bernyawa) disebut studi tentang sistem ekologi.Selain itu, Wahab (1995: 71) memaparkan untuk mengetahui peranan metafora dalam sistem ekologi manusia, memakai konsep ruang persepsi manusia yang diperkenalkan oleh Michael C. Haley. Konsep ruang persepsi manusia itu tersusun dalam suatu hierarki yang sangat teratur. Dengan demikian, ruang persepsi manusia yang mampu mempengaruhi penciptaan metafora pada kalangan penyair dan sastrawan juga tersusun menurut hierarki yang teratur pula.

Michael C. Haley (dalam Wahab, 1995: 77) membuat hierarki ruangpersepsi manusia itu seperti berikut.

BEING COSMOS

ENERGY SUBSTANCE TERRESTRIAL

OBJECT LIVING ANIMATE

HUMAN

Bagan 2.1 Hierarki Ruang Persepsi Manusia Model Haley

Hierarki persepsi manusia terhadap ruang dimulai dari manusia sendiri,karena manusia dengan segala macam tingkah lakunya merupakan lingkunganmanusia yang terdekat. Jenjang ruang persepsi manusia yang ada di atas HUMAN ialah ANIMATE (makhluk bernyawa), sebab manusia hanyalah satu bagian sajadari makhluk bernyawa. Sebaliknya, tidak semua makhluk bernyawa dapatdimasukkan ke dalam kategori HUMAN. Misalnya, hewan adalah makhlukbernyawa, tetapi hewan bukanlah manusia. Kategori di atas makhluk


(39)

22

bernyawa ialah LIVING. Kategori yang termasuk living adalah alam tetumbuhan, sebab tumbuhan itu hidup. Tetapi, tidak semua yang hidup itu tetumbuhan. Begitu hierarki itu seterusnya berjenjang ke atas sampai pada segala sesuatu yang ada di jagad raya ini, termasuk konsep yang bersifat abstrak dan tidak dapat dihayati oleh indra serta tak dapat disangkal keberadaannya. Oleh karena itu, kategori ruang persepsi yang paling atas ialah BEING, untuk mewakili semua konsep abstrak yang tidak dapat dihayati dengan indra manusia.

Perlu diutarakan di sini, bahwa antara nomina dengan predikasi dari masing-masing jenis kategori ruang persepsi manusia harus ada kesesuaian. Kesesuaian antara nomina dan predikasi masing-masing kategori dapat dibaca pada tabel yang diambil Wahab (1991: 78) sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kriteria Kategori Ruang Persepsi Manusia Michael C. Haley KATEGORI CONTOH NOMINA PREDIKASI

BEING Kebenaran, kasih Ada

COSMOS Matahari, bumi, bulan Menggunakan ruang

ENERGY Cahaya, angin, api Bergerak

SUBSTANCE Semacam gas Lembam

TERRESTRIAL Gunung, sungai, laut Terhampar

OBJECT Semua mineral Pecah

LIVING Flora Tumbuh

ANIMATE Fauna Berjalan, lari

HUMAN Manusia Berpikir

Urutan kriteria kategori di atas dapat digunakan sebagai wujud lambang kias dalam menciptakan metafora dari hasil interaksi manusia dengan lingkunganya. Kategori-kategori tersebut menunjukkan adanya jenis kemetaforaan sebagaimana


(40)

yang terdapat dalam ruang persepsi manusia dan tercermin dalam lambang kias berikut.

1) Kategori being

Kategori BEING mencakup konsep atau pengalaman manusia yang abstrak. Ciri khas kategori ini ialah predikasi ada, walaupun tak dapat dihayati langsung oleh indra manusia. Perhatikan contoh berikut.

(11)Senja pun tiba

Suatu kurun waktu yang tak perlu kutanya

(Bambang Darto, dalam Tonggak 4:33 dalam Abdul Wahab, 1995:78) Senja adalah konsep abstrak untuk menandai “tenggelamnya” matahari; tetapi, konsep senja itu ada. Dalam kalimat metaforis kutipan (11), senja adalah kias untuk konsep usia lanjut manusia. Konsep senja yang dipakai sebagai lambang kias untuk konsep usia lanjut merupakan wujud interaksi antara manusia dengan BEING.

2) Kategori cosmos

Kategori COSMOS predikasinyatidak hanya ada, melainkan menempati ruang di jagad raya. Jadi yang termasuk benda-benda cosmos antara lain matahari, bulan, bintang dan bumi. Perhatikan contoh berikut.

(12)Matilah kau bulan Telah mampus bumi Mentari pun kewalahan

(T. Mulia Lubis, dalam Tonggak 4: 16 dalam Abdul Wahab, 1995:79) Bulan, bumi dan matahari adalah benda-benda cosmos. Dalam kutipan (12) di atas, benda-benda itu tidak dipakai dalam arti yang sebenarnya. Simbolisme tentang bulan sangat bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Ada yang mengasosiasikan bulan dengan perempuan karena antara perempuan


(41)

24

dan bulan ada persamaannya, yaitu masing-masing sangat terikat oleh siklus. Namun demikian, di Indonesia bulan diasosiasikan dengan keindahan. Bumi menurut Cirlot (1962 dalam Wahab, 1995) dihubungkan dengan tempat tumbuhnya kebudayaan atau kebudayaan itu sendiri. Sementara matahari yang sifatnya universal, melambangkan semangat atau sumber kehidupan. Benda-benda angkasa tersebut dipakai oleh penyair untuk menyatakan pandangannya yang pesimis, yaitu tiadanya keindahan (dengan lambang bulan), tak berdayanya kebudayaan (dengan lambang bumi), dan hilangnya semangat hidup (dengan lambang matahari).

3) Kategori energy

Predikasi khusus yang dipakai oleh kategori ini ialah bahwa ia tidak saja ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya perilaku gerak. Perhatikan contoh berikut.

(13)Angin lama tak singgah.

(Slamet Sukirnanto, 1983. “Tunggu” dalam Horison/XXI/235 dalam Abdul Wahab, 1995:79)

(14)Api apa membakar?

(Slamet Sukirnanto, 1984. “Doa Pembakara”. Dalam Horison/XXI/198 dalam Abdul Wahab, 1995:79).

Angin dan api adalah dua bentuk sumber energi. Angin sebagai lambang kias tidak mempunyai sifat universal. Bagi kebudayaan Indonesia, angin dikaitkan dengan pembawa pesan. Makna dengan konotasi positif dari angin mempunyai fungsi pengantar sari kepada putik dalam proses pembuahan. Ungkapan metafora kutipan (13) di atas berarti ‘pembawa pesan tak singgah’. Sementara pada kutipan (14) api, dikaitkan dengan konsep kehidupan, kesehatan, kekuasaan, dan tenaga spiritual.


(42)

4) Kategori substance

Predikasi kategori ini ialah ada, membutuhkan ruang dan bergerak serta mempunyai sifat lembam. Perhatikan contoh berikut.

(15)Sekumpulan puisi Mencair diri

(TM. Lubis, dalam Tonggak 4:18 dalam Abdul Wahab,1995: 80)

Pada kutipan (15) di atas, puisi dihayati sebagai benda substansi yang dapat berubah bentuk fisiknya, yaitu cair.

5) Kategori terrestrial

Terrestrial yaitu hamparan yang terikat oleh bumi seperti, samudra, sungai, gunung, padang pasir, dan lain-lain. Perhatikan contoh berikut.

(16)Masuk ruang kegelapan, dan gelas aku tambahkan Mengarungi karang-karang kehidupan

(Sapardi Djoko Damono. 1987. Horison XXI/234 dalam Abdul Wahab,1995: 80)

Dalam metafora kutipan (16) ini dapat diketahui sulitnya kehidupan itu dilambangkan oleh hamparan terrestrial, yaitu karang-karang. Makna karang yang diasosiasikan dengan kesulitan hidup atau kekejaman hidup itu dapat dimengerti, sebab predikasi yang cocok untuk karang ialah: keras, tajam dan sulit dipegang erat-erat. Jika hal itu dipegang terlalu erat lukalah tangandan melukai kulit jika tersentuh. Melalui ungkapan tersebut, penyair berusaha untuk melupakan kekerasan atau kekejaman hidup ini dengan jalan menenggak minuman keras di bar (digambarkan sebagai ruang gelap).

6) Kategori object

Predikasi yang cocok untuk kategori OBJECT ialah sifatnya yang dapat pecah. Perhatikan contoh berikut.


(43)

26

(17)Mataku fiberglas

Bagai mainan bikinan Jepang Aku berjalan sempoyongan

(YA. Nugraha, dalam Tonggak 4:200 dalam Abdul Wahab, 1995:80-81)

Fiberglass adalah OBJECT atau benda yang sifatnya kuat, akan tetapi dapat saja pecah. Benda ini biasanya kusam, tidak transparan seperti kaca bening. Yudhistira dalam kutipan (17) menggunakan lambang fiberglass untuk mengiaskan pandangannya yang tidak bening lagi terhadap dunia sekitarnya, karena ia ada dalam keadaan kebingungan oleh perkembangan kehidupan.

7) Kategori living

Predikasi kategori LIVINGyaitu bisa tumbuh. Contoh metafora dalamkategori ini biasanya dikaitkan dengan semua kehidupan flora dan segala predikasinya. Contoh:

(18)Di taman bunga Mekar juga bersama

(Hamid Jabbar, dalam Tonggak 4:22 dalam Abdul Wahab, 1995:81) Dalam kalimat metaforis kutipan (18) kehidupan manusia, cinta, dan kekecewaan adalah tiga konsep yang abstrak dihayati sebagai sesuatu yang konkret, yaitu masing-masing sebagai taman bunga dan bunga itu sendiri. Predikasi yang cocok untuk bunga ialah kata mekar. Bunga dipakai sebagai simbol untuk cinta dan sifatnya universal.

8) Kategori animate

Predikasi kategori ini adalah kemapuannya berjalan, lari, atau terbang dan tentu saja, bernyawa. Predikasi tersebut tidak dimiliki pada kategori yang ada di


(44)

atasnya yaitu kategori living. Contoh konkret untuk kategori ini umumnya diambil dari dunia fauna dan segala perilakunya sebagai berikut.

(19)Tiada bunga-bunga berkembang di sana Kumbang pun tiada bersenda di sana

(John Dami Mukese, dalam Tonggak 4:37 dalam Abdul Wahab, 1995:81)

Bunga sebagai simbol kecantikan dan cinta, biasanya juga dikaitkan dengan wanita. Secara alami, yang menghampiri bunga ialah kumbang, karena terpikat oleh madu yang ada di sana. Dengan demikian, ungkapan metafora pada kutipan (19) kumbang dihayati penyair sebagai pria.

9) Kategori human

Predikasi untuk kategori HUMANyaitu kemampuan berfikir, sehingga dapat melakukan berbagai macam perbuatan yang tidak mungkin dikerjakan oleh anggota-anggota kategori di atasnya. Perhatikan contoh berikut ini.

(20)Betapa tajamnya maut memandang Betapa dalam maut mendulang

(Sugandi Putra. 1988. Seratus Sanjak:46 dalam Abdul Wahab, 1995:82) Dalam kutipan kalimat (20) di atas, maut atau kematian dihayati sebagai manusia yang dapat memandang dan mendulang emas atau intan. Kematian digambarkan selalu mengintai dan mengambil kehidupan yang sulit, seperti sulitnya orang mendapatkan intan atau emas.

Kesembilan jenis kategori yang telah dipaparkan sebelumnya, itulah kategori ruang persepsi manusia bersifat hierarkis yang dipakai sebagai lambang untuk meciptakan metafora dan hasil interaksi manusia dengan lingkunganya. Wahab (1995: 82) menyatakan jika sistem ekologi kita masih seimbang, akan seimbang pula interaksi manusia dengan lingkunganya. Sebaliknya, jika keadaan


(45)

28

lingkungan hidup kita sudah tidak lagi seimbang, tidak seimbang pula lingkungan yang dapat diamati oleh penyair. Hal itu, seterusnya akan mempengaruhi penciptaan metaforanya. Dengan kata lain, wujud keseimbangan interaksi itu ialah keseimbangan distribusi pemakaian masing-masing kategori ruang persepsi manusia model Haley.

2.2.4 Lirik Lagu

Seiring dengan penjelasan sebelumnya, lirik lagu merupakan gabungan karya seni suara dan bahasa puitis yang dapat dikategorikan sebagai puisi dalam karya sastra.

a. Pengertian Lirik Lagu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:678), lirik lagu yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian. Dengan demikian, seorang penyair atau pencipta lagu dalam meciptakan lirik harus benar-benar pandai mengolah kata-kata. Hal itu sesuai dengan paparan dalam KBBI (2007: 624) bahwa, lagu mempunyai arti ragam suara yang berirama. Selain itu, lagu (nyayian) merupakan hasil karya sastra seni yang berhubungan dengan seni suara dan seni bahasa, sebagai karya seni suara melibatkan melodi dan warna suara penyanyinya.

Awe (2007: 22) menyatakan lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dalam batinnya tentang sesuatu hal yang sudah dilihat, didengar, maupun dialaminya. Penuangan ekspresi lewat lirik lagu ini diperkuat dengan melodi dan notasi yang disesuaikan dengan lirik lagunya, sehingga penikmat akan semakin terbawa dalam alam batin pengarang. Selanjutnya, Semi (1984: 95) menyatakan lirik adalah puisi


(46)

yang sangat pendek dan mengapresiasikan emosi. Dengan demikian, lirik lagu dapat dinyatakan memiliki kesamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam bahasanya.

b. Bahasa Lirik Lagu

Seiring dengan penjelasan pengertian lirik lagu di atas, bahwa lirik lagu mempunyai persamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam bahasanya. Keistimewaaan dalam bahasa lirik lagu yang dimaksud adalah menggunakan bahasa kiasan berupa lambang atau simbol kias. Salah satu pengungkapan bahasa kiasannya adalah penggunaan majas metafora. Pernyataan metaforis sering digunakan oleh penulis atau penyair ketika menciptakan sebuah lagu. Pernyataan-pernyataan metaforis tersebut tercermin dalam tiap lirik lagu yang diciptakan oleh penulis atau penyair. Pernyataan metaforis dalam lirik lagu adalah metafora yang terbatas pada frasa, kluasa dan kalimat yang mengandung metafora.

Pernyataan metaforis juga merupakan salah satu bentuk gejala kebahasaan yang mencerminkan penggunaan lambang kias atau signifier dan mengandung makna yang dimaksudkan atau signified. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wahab (1990: 146) yang mengatakan bahwa, metafora terdiri dari dua macam yaitu lambang kias (signifier) dan makna yang dimaksudkan (signified). Jadi, segi semantis metafora terdiri dari dua hal, yaitu lambang kias (signifier) yang dijelaskan dan makna yang dimaksudkan (signified). Dengan demikian, sebuah lirik lagu mengandung kata-kata metaforis yang berwujud baik berupa frasa, klausa, ataupun kalimat. Jadi, metafora dalam lagu terbatas pada lirik-lirik lagu


(47)

30

yang mengandung pernyataan metaforis. Pernyataan metaforis tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi manusia model Haley. berdasarkan kesesuaian antara kriteria lambang kias dengan kriteria ruang persepsi manusia.

c. Iwan Fals dan Lirik Lagu Ciptaanya

Iwan Fals bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 03 September 1961) adalah seorang penyayi dan pencipta lagu yang menjadi salah satu musisi yang melegenda di Indonesia. Lewat lagu-lagunya ia memotret suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, dan kehidupan pada umumnya serta dirinya sendiri.Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa dan lain-lain), empati kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku dan lain-lain), atau bencana-bencana besar yang melanda dalam negerimaupun luar negeri mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakanya.

Iwan Flas merupakan musisi yang dikenal dengan suara khas bergenre country/balada. Selain itu, ditambah dengan ciri khas dalam lirik lagunya yang membuat ia seringkali diidentikkan dengan legengaris internasional, yaitu Bob Dyan. Dalam hal lirik, Iwan Flas sudah menunjukkan “kenakalannya” pada lirik-lirik lagunya yang bernuansa kritik baik yang bersifat sosial maupun politik. Selain itu, lirik lagunya sering kali dibalut dengan humor-humor dan metafora yang imajinatif. Judul-judul lagunya seperti, Serdadu, Barang Antik, Obat Awet Muda, Guru Oemar Bakri, Tikus-tikus Kantor dan masih banyak yang lainya


(48)

contoh lagu yang memamerkan kejeniusan pencipta lagu ini (dimodifikasi dari http://www.iwanfals.co.id/article/our-story/53-biografi-iwan-fals).

2.3Kerangka Pikir

Tujuan penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu (1) mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan lambang kiasnya, (2) mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. (3) Mendeskripsikan keadaan sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley.

Dalam menganalisis kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, peneliti mengacu pada peranan metafora dari sudut pandang sistem ekologi (ruang persepsi manusia model Haley). Wahab telah menjelaskan bahwa sistem ekologi manusia itu tersusun berdasarkan sembilan kategori hierarki ruang persepsi manusia yang teratur. Hierarki ruang persepsi manusia tersebut, meliputiBeing (Keadaan), Cosmos (Kosmos), Energy (Energi), Substance (Substansi), Terrestrial (Terestrial), Object (Benda), Living (Kehidupan), Animate (MakhlukBernyawa), dan Human (Manusia). Kategori tersebut diambil berdasarkan konsep hierarki ruang persepsi menurut Haley (dalam Wahab, 1995:


(49)

32

77). Dalam proses menentukan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metaforanya, peneliti mempertimbangkan kesesuaian kriteria lambang kias ungkapan metafora itu dengan kriteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley di atas.

Berdasarkan data-data lirik lagu yang telah diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi manusia model Haley, dicari distribusi pemakaian tiap kategori atau frekuensi persentase pemakaian kategorinya. Distribusi persentase itu dilakukan untuk mengetahui kategori metafora ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol. Selain itu, hasil dari distribusi persentase pemakaian kategori tersebut akan mencerminkan keadaan sisitem ekologi penyair. Berikut mind mapping dibawah ini menjadi bentuk paparan alur kerangka berpikir.

Bagan 2.2 Mind Mapping Kerangka Pikir Distribusi pemakaian atau

persentase kategori metafora model Haley

Kategori metafora model Haley yang paling menonjol

Keadaan sistem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983

1. Ketegori being 2. Kategori cosmos 3. Kategori energy 4. Kategori substance 5. Kategori terrestrial 6. Kategori obejct 7. Kategori living 8. Kategori animate 9. Kategroi human

Lirik-lirik lagu Iwan Fals dalam album tahun 1981-1983

Ungkapan metafora dan lambang kiasnya

Kategori metafora berdasarkan ruang persepsi model Haley


(50)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini yang berjudul “Analisis Metafora Dalam Lirik Lagu Iwan Fals Pada Album Tahun 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley” termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto (dalam Prastowo, 2014: 203) mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Selain itu, Arikunto (dalam Prastowo, 2014: 204), menyatakan penelitian deskriptif dilakukan untuk tujuan mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis. Selain itu, penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari variabel, gejala, atau keadaan yang diamati.

Moleong (2014: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Berdasarkan pernyataan dari beberapa ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa penelitian dengan tujuan mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, mendeskripsikan kategori ruang persepsi


(51)

34

manusia model Haley yang paling menonjol, dan mendeskripsikan keadaan sistem ekologi dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.

3.2Data dan Sumber Data

Data peneletian ini berupa frasa, klausa ataupun kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals. Banyaknya lirik-lirik lagu Iwan Fals yang ada, sumber data penelitian ini dibatasi pada album tahun 1981-1983 dengan mempertimbangkan waktu dan keterbatasan peneliti. Sumber data tersebut meliputi:

a. Album Sarjana Muda dirilis pada tahun 1981 Judul lagu:

1) Sarjana Muda 2) Guru Oemar Bakri 3) Hatta

4) Doa Pengobral Dosa 5) Si Tua Sais Pedati 6) Ambublance Zig Zag 7) 22 Januari

8) Puing I

9) Yang Terlupakan


(52)

b. Album Opini dirilis pada tahun 1982 Judul Lagu:

1) Galang Rambu Anarki 2) O.A.M

3) Antara Aku Kau dan Bekas Pacarku 4) Isi Rimba

5) Sapuku Sapumu 6) Opiniku

7) Ambisi

8) Tak Biru Lagi Lautku 9) Tarmijah

c. Album Sumbang dirilis pada tahun 1983 Judul lagu:

1) Sumbang

2) Kereta Tiba Pukul Berapa 3) Semoga Kau Tak Tuli Tuhan 4) Puing

5) Jendela Kelas I

6) Berikan Pijar Matahari

7) Siang Pelataran SD Sebuah Kampung 8) Asmara Tak Secengeng yang Aku Kira 9) Celoteh Camar Tolol dan Cemar


(53)

36

3.3Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam megumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2013: 203). Selain itu, instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri (Moleong, 2006: 168). Selanjutnya, Sugiyono (2011: 222) juga menyatakan dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, dan membuat kesimpulan atas temuanya.

Sehubungan dengan penjelasan mengenai instrumen penelitian kualitatif di atas, peneliti dalam penelitian ini merupakan orang yang bertindak sebagai perencana, dan pelaksana, menentukan fokus penelitian, memilih sumber data sebagai informan untuk pengumpulan data, analisis data, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Selain itu, laptop, kalkulator dan alat-alat tulis lainya juga berperan sebagai alat pembantu dalam instrumen penelitian ini.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2011: 224-225) menyatakan peneliti tidak akan mendapatkan data memenuhi standar yang ditetapkan tanpa mengetahui teknik pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara atauteknik. Bila dilihat dari dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka


(54)

teknik pengumpulan data secara umum dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan atau triangulasi.

Sehubungan dengan data penelitian ini sudah terfokus pada frasa, klausa dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi terfokus dan triangulasi. Arikunto (2013: 231) menyatakan bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Selanjutnya, Sugiyono (2011: 240) menyatakan dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Pada tahap ini, peneliti mengunduh lirik-lirk lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 di situs onlain yang dikelola oleh Iwan Fals sendiri yaitu(http://www.iwanfals.co.id./discografi).

Sugiyono (2011: 231) menyatakan teknik observasi terfokus merupakan tahap diamana peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Pada tahap ini, peneliti sudah memfokuskan data yang akan diteliti, yaitu mengamati dan mengidentifikasi ungkapan metafora pada tiap frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals. Selanjutnya, Sugiyono (2011: 241) mengartikan triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulam data dan sumber data yang telah ada. Khususnya pada tahap triangulasi, peneliti menguraikannya pada subbab 3.6 Teknik Keabsahan Data.


(55)

38

Berdasarkan penjelasan teknik pengumpulan di atas, langkah-langkah teknik pengumpulan data penelitian ini disusun sebagai berikut.

a. Tahap pertama, peneliti mengunduh teks lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 dalam (http://www.iwanfals.co.id./discografi). (Dokumentasi) b. Tahap kedua, peneliti memfokuskan data yang akan diteliti, yaitu mengamati

dan mengidentifikasi ungkapan metafora pada tiap frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals. (Observasi terfokus). Selanjutnya diikuti langkah membuat kode data pada setiap frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik lagu yang mengandung ungkapan metaforis. Kode data tersebut berfungsi untuk menunjukkan nomor urut data, judul lagu, album lagu, dan tahun rilis serta wujud data. Contoh pengkodean data tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Contoh Pengkodean Data

No. Data Kode

27 Pulu-pulu yang berpencar bersatu dalam kibarmu

(27-JL.10-ASM.81-Kla)

Keterangan koding:

27 = Nomor urut data yang diperoleh

JL.10 = Judul lagu ke-10 (Bagunlah Putra Putri Pertiwi) ASM.81 = Album Sarjana MudaTahun 1981


(56)

3.5Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, malakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, mimilih mana yang penting, dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri serta orang lain (Sugiyono, 2011-244). Miles and Huberman (1984 dalam Sugiyono, 2011: 246-252) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif terdiri dari, data reduction, data display,dan conslusion drawing atau verification. Data Reduction (Reduksi Data) merupakan tahap merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan tahap selanjutnya.

Selanjutnya data display (penyajian data) merupakan tahapan menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan demikian, tahap ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Langkah ketiga conslusion drawing atau verification merupakan tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Berdasarkan penjelasan teknik analisis data kualitatif di atas, tahap-tahap analisis data penelitian ini mengunakan acuan ketiga teknik analisis data model Miles and Huberman yang telah dimodifikasi dan disusun sebagai berikut.


(57)

40

a. Tahap interpretasi

Peneliti memaknai dan menafsirkan kriteria lambang kias pada data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelelumnya. Proses memaknai dan menafsirkan lambang kias pada ungkapan metafora (data penelitian), peneliti menggunakan bantuan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Ungkapan.

b. Tahap pengkategorian

Pada tahap ini, peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan kesesuaian kriteria lambang kias ungkapan metafora penyair dengan kriteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley. Sembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley itu meliputi, being, cosmos, energy, substance, terrestrial, object, living, animate dan human.

c. Tahap distribusi

Tahap ini, peneliti mecari distribusi pemakaian tiap kategori atau frekuensi persentase pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang hasilnya disajikan dalam bentuk Tabel. Tahap ini dilakukan untuk melihat distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol digunakan dalam menciptakan ungkapan metafora lirik lagu Iwan Fals. Selain itu, hasil distribusi akan mengambarkan keadaan sistem ekologi manusia (penyair) berdasarkan pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang meliputi sembilan kategori. Berikut Bagan rumus dan contoh Tabel yang digunakan untuk mencari dan meyajikan hasil persentase jenis-jenis kategori metafora model Haley.


(58)

= �

Bagan 3.1 Rumus Persentasi Dimana:

X = jumlah frekunsi Y = jumlah data

P = hasil jumlah persentase

Tabel. 3.2. Contoh Tabel distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley.

No. Kategori Frekuensi Presentase

1. Being

2. Cosmos

3. Energy

4. Substance

5. Terrestrial

6. Object

7. Living

8. Animate

9. Human

Jumlah data

3.6Teknik Keabsahan Data

Moleong (2006: 330) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Selain itu, Sugiyono (2011: 273) menyatakan triangulasi dalam pengujian keabsahan data diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, berbagai waktu. Dengan demikian, triangulasi sangat penting dalam penelitian untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyatan yang ada dalam

Mendekati 100%


(59)

42

konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan berbagai pandangan. Berdasarkan paparan pentingnya triangulasi dalam penelitian, teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi penyidik. Moleong (2014: 331) menyatakan bahwa, triangulasi penyidik adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Oleh karena itu, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan dua ahli ilmu linguistik dan sastra.


(60)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Deskripsi Data

Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 yang terdiri dari (1) Album Sarjana Muda dirilis pada tahun 1981, (2) Album Opini dirilis pada tahun 1982, dan (3) Album Sumbang dirilis pada tahun 1983, ditemukan 101 kutipan ungkapan metafora. Jumlah data yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Jumlah Data Penelitian

No. Sumber Data Jumlah Data

1 Album Sarjana Muda Tahun 1981 30

2 Album Opini Tahun 1982 30

3 Album Sumbang Tahun 1983 41

Jumlah 101

Jumlah data pada Tabel di atas merupakan jumlah data awal yang ditemukan peneliti. Jumlah data tersebut masih memiliki kemungkinan berubah karena belum dilakukan validitas data oleh peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini mengunakan teknik triangulasi penyidik atau peneliti lain untuk menguji keabsahan data. Dalam upaya ini, peneliti melakukan trianggulasi data dengan dua dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. Beliau adalah Drs. B. Rahmanto, M. Hum., dan Septina Krismawati,S.S., M.A.


(61)

44

Berdasarkan hasil analisis dari kedua triangulator, data awal yang berjumlah 101 kutipan ungkapan metafora terdapat 9 data tidak valid dengan kriteria data penelitian dan selebihnya berjumlah 92 data yang dianggap valid atau sesuai dengan kriteria data penelitian. Oleh karena itu, data penelitian yang dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini berjumlah 92 ungkapan metafora baik itu berupa frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Sebelum masuk pada analisis data dan pembahasan, berikut salah satu contoh kriteria data penelitian yang valid dan kriteria data yang tidak valid dengan data penelitian.

(1) Aku berteman iblis yang baik hati(11-JL.7-ASM.81-Fra) (2) Daun kelapa elok saat melambai (56-JL.8-AP.82-Kla)

Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya mengenai adanya data penelitian yang valid setelah melalui proses validasi atau keabsahan data, kutipan data (1) dapat dinyatakan sebagai contoh data yang valid atau sesuai dengan kriteria data penelitian ini. Data tersebut dapat dinyatakan valid setelah melewati serangkaian uji validasi dan hasilnya disetujui oleh triangulator. Begitu sebaliknya, data kutipan (2) dapat dinyatakan sebagai contoh data tidak valid dengan kriteria data penelitian yang disebabkan adanya hasil uji validasi keabsahan data yang menunjukkan triangulator tidak menyetujui hasil analisis peneliti. Triangulator menyatakan tidak setuju dengan alasan, data kutipan (2) tersebut terindikasi sebagai ungkapan personifikasi.


(1)

180

Lampiran 4 Hasil Pengkategorian Data

Pengkategorian Data

Hasil pengkategorian data ungkapan metafora berdasarkan kesesuaian kriteria lambang kias dengan kriteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley.

A. Kategori Being

Predikasi : ada (pengalaman manusia yang abstrak) Contoh nomina : kebenaran, kasih, cinta

1. Tuhanterlalu cepat semua kau panggil satu-satunya yang tersisa proklamator tercinta (04-JL.3-ASM.81-Kla)

2. Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra)

3. Membelah malammendung yang selalu datang (12-JL.7-ASM.81-Fra) 4. Merah membara tertanam wibawa (25-JL.10-ASM.81-Kla)

5. Putihmu suci penuh karisma (26-JL.10-ASM.81-Fra) 6. Tangisan pertamamu

ditandai BBM tinggi(32-JL.1-AP.82-Fra) 7. BBM tinggi susu tak terbeli (33-JL.1-AP.82-Fra) 8. Apa yang tersembunyi

dibalik manis senyummu (41-JL.3-AP.82-Fra) 9. Jalan gelap yang kau pilih

penuh lubang dan mendaki (43-JL.3-AP.82-Fra) 10. Oh jelas kami kecewa

menatap rimba yang dulu perkasa(45-JL.4-AP.82-Fra) 11. Inilah manusia

dengan segala macamwarna hidupnya (50-JL.5-AP.82-Fra) 12. Tak bermata

pandang dunia dengan jiwa(53-JL.7-AP.82-Kla) 13. Setan-setan politik(62-JL.1-AS.83-Fra)

14. Bentuklah segala warna jiwanya

diantara lingkup manusia (70-JL.3-AS.83-Fra) 15. Semoga kau tak tuli Tuhan

dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya (73-JL.3-AS.83-Kla) 16. Tentang harapannya yang mati(77-JL.4-AS.83-Kla)

17. Mana mungkin bisa terwujudkan semua hanya alasan


(2)

181

18. Didalam kelas penuh dengan obrolan

selalu mengacau laju khayalan(80-JL.5-AS.83-Fra)

19. Dari sana pula aku mulai mengenal seraut wajah berisi lamunan(81-JL.5-AS.83-Kla) 20. Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya (90-JL.7-AS.83-Fra)

21. Debu yang ada diatas kulit tubuh ini saksi bisu (92-JL.8-AS.83-Kla) 22. Satu cerita dua manusia

terlibat dalam amuk asmara (96-JL.8-AS.83-Fra)

B. Kategori Cosmos

Predikasi : menggunakan ruang

Contoh nomina : matahari, bumi, bulan, langit 1. Cepatlah besarmatahariku (34-JL.1-AP.82-Fra) 2. Mari kita hentikan

dansa mereka

dengan memberi sinar matahari(85-JL.6-AS.83-Fra)

C. Kategori Energy

Predikasi : bergerak, menempati ruang Contoh nomina : cahaya, angin, api

1. Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra) 2. Sinar matamu tajam namun ragu (22-JL.10-ASM.81-Fra)

3. Dalam hati yang bimbang berdoa beriterang jalan anak hamba (10-JL.4-ASM.81-Fra) 4. Dengan sorot mata yang keduanya buta (13-JL.7-ASM.81-Fra)

5. Sinar terang lampu merkuri

pasti akan engkau dapati(52-JL.7-AP.82-Kla) 6. Sentuhan anginwaktu siang

kibarkan satu kain bendera usang (89-JL.7-AS.83-Fra)

D. Kategori Substance Predikasi : lembam Contoh nomina : semacam gas

1. O Tuhan beri setetes rejeki(09-JL.4-ASM.81-Fra) 2. Pernahkah tuan renungkan


(3)

182

E. Kategori Terrestrial

Predikasi : terhampar

Contoh nomina : gunung, sungai, laut

1. Pulau-pulau yang berpencar bersatu dalam kibarmu (27-JL.10-ASM.81-Kla]

F. Kategori Object

Predikasi : pecah, rusak

Contoh nomina : semua benda, mineral 1. Dan segumpal harapan

kapankah datang tuan berkantong tebal (08-JL.4-ASM.81-Fra)

2. Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah pedang(38-JL.2-AP.82-Fra) 3. Pedang tajam wanita ditendang(39-JL.2-AP.82-Fra)

4. Tukang sapu bawa sapu juga disapu kok bisa begitu(49-JL.5-AP.82-Kla) 5. Beri watak baja padanya (71-JL.3-AS.83-)

6. Serdadu boneka yang malang (74-JL.4-AS.83-Fra) 7. Terkurung gedung-gedung tinggi (86-JL.6-AS.83-Fra)

G. Kategori Living

Predikasi : tumbuh

Contoh nomina : semua kehidupan dunia flora

1. Nada merambatpelan dikesunyian malam (17-JL.9-ASM.81-Kla)

2. Berkibarlah benderaku singkirkan benaludi tiangmu (29-JL.10-ASM.81-Kla) 3. Dengarlah detak jantung benihku yang ku tanam dirahimmu (68-JL.3-AS.83-Kla) 4. Kuharap keikhlasanmu

sirami benih yang kutabur ditamanmu(69-JL.3-AS.83-Kla) 5. Bibir merekahdan merah selalu basah (82-JL.5-AS.83-Kla) 6. Harapan tertanam(91-JL.7-AS.83-Kla)

H. Kategori Animate

Predikasi : berjalan, lari

Contoh nomina : semua kehidupan dunia fauna 1. Laju sepeda kumbang di jalan berlubang

s'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang (02-JL.2-ASM.81-Fra) 2. Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal (07-JL.4-ASM.81-Fra)

3. Bermacamsuku berbeda bersatu dalam cengkeramanmu(23-JL.10-ASM.81-Kla) 4. Terbanglah garudaku singkirkan kutu-kutu di sayapmu(28-JL.10-ASM.81-Kla) 5. Bukanlah rumus kode buntut(30-JL.10-ASM.81-Fra)


(4)

183

6. Tabir gelap yang dulu hinggap(40-JL.3-AP.82-Kla)

7. Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang(47-JL.5-AP.82-Kla) 8. Kala sisa ombak merayap (54-JL.8-AP.82-Kla)

9. Terasa panas menyengat(55-JL.8-AP.82-Kla] 10. Semilir angin berhembus

bawa dendang unggas laut (58-JL.8-AP.82-Kla) 11. Tak buas lagi ombakmu (60-JL.8-AP.82-Fra)

12. Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam (64-JL.1-AS.83-Fra) 13. Di depan ada polantas

wajahnya begitu buas(67-JL.2-AS.83-Fra) 14. Keras melebihi gelegar halilintar

yang ganas menyambar (84-JL.6-AS.83-Fra)

15. Sejuta lumba-lumba mengawasi cemas (97-JL.9-AS.83-)

I. Kategori Human

Predikasi : berpikir, mempunyai intelegensia Contoh nomina : manusia dengan segala tingkah lakunya 1. Empat tahun lamanya

bergelut dengan buku

'tuk jaminan masa depan (01-JL.1-ASM.81-Fra)

2. Jadi guru jujur berbakti memangmakan hati (03-JL.2-ASM.81-Fra) 3. Bernisan bangga, berkafan doa

dari kami yang merindukan orang sepertimu (06-JL.3-ASM.81-Fra) 4. Dan burung burung bangkai berdansa senang(14-JL.8-ASM.81-Kla) 5. Di ujung lainya wabah busung menyerang(15-JL.8-ASM.81-Kla) 6. Deting piano kala jemari menari(16-JL.9-ASM.81-Fra)

7. Hati kecil berbisik untuk kembali padanya (18-JL.9-ASM.81-Kla) 8. Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata (19-JL.9-ASM.81-Kla) 9. Namun senyummu tetap mengikuti(21-JL.9-ASM.81-Kla)

10. Angin genit mengelus merah putihmu (24-JL.10-ASM.81-Kla) 11. Terompet tahun baru menyambutmu (31-JL.1-AP.82-Kla) 12. Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku (35-JL.1-AP.82-Fra) 13. Doa kami di nadimu (36-JL.1-AP.82-Fra)

14. Tuan yang merasa hidung belang

keranjingan main perempuan (37-JL.2-AP.82-Fra) 15. Apa yang tersembunyi


(5)

184

16. Tawa kelakar badut-badut serakahtanpa HPH berbuat semaunya (44-JL.4-AP.82-Fra) 17. Bencana erosi selaludatang menghantui(46-JL.4-AP.82-Kla)

18. Namun jangan padam ambisi (51-JL.7-AP.82-Fra)

19. Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan(61-JL.1-AS.83-Kal) 20. Apakah selamanya politik itu kejam? (63-JL.1-AS.83-Fra)

21. Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak(65-JL.1-AS.83-Fra) 22. Jejak kaki para pengungsi

bercengkerama dengan derita(75-JL.4-AS.83-Kla) 23. Jejak kaki para pengungsi

bercerita pada penguasa(76-JL.4-AS.83-Kla) 24. Dengan nafsu yang makin menggila

nuklir pun tercipta (78-JL.4-AS.83-Kla)

25. Datang mengetuk pintu hatiku(83-JL.5-AS.83-Fra) 26. Nampak merangkak degup jantung (87-JL.6-AS.83-Kla) 27. Tak sanggup aku melihat

lukamu kawan dicumbu lalat (88-JL.6-AS.83-Kla) 28. menampung setiap ungkapan (93-JL.8-AS.83-Fra) 29. Mendekap semua keluhan (94-JL.8-AS.83-Fra) 30. Menangkap tawa

merebut duka(95-JL.8-AS.83-Fra)


(6)

185

BIOGRAFI PENULIS

Yonatan anak kedua dari empat bersaudara, lahir di

Tegal Arum pada tanggal 11 Juni 1991. Pada tahun

ajaran 2002/2003 menyelesaikan pendidikan dasar di

SD Negeri 198 Kabupaten Tebo, kemudian pada

tahun ajaran 2005/2006 menyelesaikan pendidikan

menegah pertama di SMP Negeri 6 Kabupaten Tebo,

dan pada tahu ajaran 2008/2009 menyelesaikan

pendidikan menegah atas di SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo. Pada tahun 2012,

peneliti melanjutkan studi di progam Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama

menjadi mahasiswa PBSI, Penulis aktif mengikuti dan terlibat aktif di berbagai

kegiatan baik di dalam prodi maupun di luar prodi. Pada tahun periode 2014/2015

penulis tercatat sebagai Koordinator Devisi Pemilu Himpunan Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.