ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI MAKANAN ( Perbandingan Analisis Cobb Douglas dengan Analisis DEA, Studi pada Industri Wajit di Kabupaten Garut ).

(1)

No. Daftar / FPEB/085/UN 40.FPEB.1.PL/2013

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI MAKANAN

( Perbandingan Analisis Cobb Douglas dengan Analisis DEA,

Studi pada Industri Wajit di Kabupaten Garut )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi

Oleh

Khaerul Syabar Kurniawan 0707674

PROGRAM PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

==========================================================

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI MAKANAN

( Perbandingan Analisis Cobb Douglas dengan Analisis DEA, Studi pada Industri Wajit di Kabupaten Garut )

Oleh

Khaerul Syabar Kurniawan 0707674

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Khaerul Syabar Kurniawan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI MAKANAN

( Perbandingan Analisis Cobb Douglas dengan Analisis DEA,

Studi pada Industri Wajit di Kabupaten Garut )

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS. NIP. 19611022 198603 1 002

Dr. Amir Machmud, SE, M.Si NIP. 19710411 201012 1 001

Mengetahui, Ketua Program Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM NIP. 19610420 198703 1 002


(4)

ABSTRAK

Khaerul Syabar Kurniawan (0707674) “Analisis Efisiensi Ekonomi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Makanan (Perbandingan Analisis Cobb Douglas Dengan Analisis DEA, Studi Pada Industri Wajit Di Kabupaten Garut)” di bawah bimbingan Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS. dan Dr. Amir Machmud,SE, M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah penggunaan faktor produksi pada industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan analisis Cobb Douglas dan analisis DEA telah mencapai efisiensi optimum dan untuk mengetahui bagaimana tingkat skala ekonomi pada industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan analisis Cobb Douglas dan analisis DEA.

Pada penelitian ini yang menjadi objek adalah industri wajit di Kabupaten Garut yang terbagi di tujuh kecamatan yang berjumlah 58 industri. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitik dengan teknis analisis data menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan pengolahan data menggunakan regresi berganda dengan bantuan aplikasi komputer eviews 6, serta pendekatan frontier non-parametrik, dengan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer Data Envlopment

Analysis (DEA).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan faktor produksi pada industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan analisis Cobb Douglas dan analisis DEA belum mencapai efisiensi optimum, dimana tenaga kerja, beras

ketan, kelapa, gula merah dan gula putih belum melampaui titik optimum. Maka

untuk mencapai titik optimum perlu ditambah atau dikurangi jumlahnya. Adapun faktor produksi yang penggunaannya perlu ditambah adalah tenaga kerja, beras ketan, kelapa, gula merah dan gula putih. Tingkat skala produksi industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan pendekatan regresi dengan fungsi Cobb-Douglass berada dalam kondisi skala usaha yang meningkat (Increasing Returns to Scale), sedangkan tingkat skala produksi industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan pendekatan frontier non-parametrik dengan metode DEA (Data Envelopment

Analysis) berada pada kondisi skala usaha yang menurun (Decreasing Return to Scale).

Kata Kunci : Tenaga kerja, Beras Ketan, Kelapa, Gula Merah, Gula Putih dan Hasil Produksi Wajit.


(5)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ...

i ii

UCAPAN TERIMA KASIH……….....

DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

iii v xi xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... . 1.2. Rumusan Masalah ... . 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... . 1.3.1. Tujuan Penelitian ………... 1.3.2. Kegunan Penelitian ... .

1 8 11 11 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, dan

HIPOTESIS

2.1 .Kajian Pustaka ... . 2.1.1. Konsep Produksi ... 2.1.1.1. Pengertian Produksi... 2.1.2. Fungsi Produksi ... . 2.1.3. Fungsi Produksi dengan Satu Input Variabel ... . 2.1.3.1. Elastisitas Produksi ... 2.1.3.2. Law of Deminishing Return ... 2.1.3.3. Tahapan-Tahapan Produksi ... 2.1.4. Fungsi Produksi Dua Input Variabel ... . 2.1.4.1. Kurva Isoquant... 2.1.4.2. Kurva Isocost... 2.1.5. Fungsi Produksi Cobb-Douglas ...

13 13 13 14 16 17 20 24 26 26 29 31


(6)

2.1.5.1. Definisi Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 2.1.5.2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Jangka

Pendek ... 2.1.5.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Jangka

Panjang ... 2.1.6. Konsep Efisiensi ... . 2.1.6.1. Pengertian Efisiensi... 2.1.6.2. Efisiensi Teknik ... 2.1.6.3. Efisiensi Harga . ... 2.1.6.4. Efisiensi Ekonomis ... 2.1.7. Skala Produksi ... . 2.1.8. Pengukuran Efisiensi... 2.1.9. Konsep Data Envelopment Analysis (DEA) ... 2.2. Faktor Produksi Wajit ... .

2.2.1. Konsep Wajit ... 2.2.1.1. Beras Ketan ... . 2.2.1.2. Kelapa ... . 2.2.1.3. Gula Merah ... 2.2.1.4. Gula Putih ... . 2.2.1.5. Tenaga Kerja ... . 2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya... 2.4 Kerangka Pemikiran... 2.5 Hipotesis ...

32 36 38 39 39 41 43 44 45 47 48 53 53 54 56 57 59 61 62 64 66

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian ... . 3.2. Metode Penelitian ... . 3.3. Populasi dan Sampel ... . 3.4. Operasionalisasi Variabel ... .

3.5. Sumber Data……..………...

67 67 68 69 71


(7)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... . 3.7. Teknik Analis Data ... . 3.7.1 Menghitung Koefisien Regresi ... 3.7.2 Menghitung Efisiensi Produksi ... 3.7.3 Menghitung Skala Produksi ... 3.7.4 DEA ( Data Envelopment Analysis) ... 3.7.5 Efisiensi Skala Relatif ... .

71 72 72 74 78 79 83

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian………...

4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian………... 4.1.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Garut ...

4.1.2 Karakteristik Responden………... 4.1.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan Daerah Penelitian... 4.1.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin... 4.1.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 4.1.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan………..…... 4.1.2.5 Gambaran Responden Berdasarkan

Pengalaman Usaha …...

4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian……..…...…... 4.1.3.1 Hasil Produksi ... 4.1.3.2 Tenaga Kerja ... 4.1.3.3 Beras Ketan ... 4.1.3.4 Kelapa ....…….………... 4.1.3.5 Gula Merah ….………... 4.1.3.6 Gula Putih ………... 4.2 Analisis Data …..…..………...

85 85 85 86 87 88 89 90 91 92 92 93 94 96 97 98 100


(8)

4.2.1 Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas ………. 4.2.2 Pengujian Hipotesis ………...

4.2.2.1 Uji Signifikasi ………... 4.2.2.2 Analisis Efisiensi Produksi ………... 4.2.3 Analisis Tingkat Efisiensi Teknik dengan Model

Constant Return to Scale (CRS) dan Variable Return to Scale (VRS) Terhadap Industri Wajit di

Kabupaten Garut ………... 4.2.3.1. Analisis Tingkat Efisiensi Teknik dengan

Model Constant Return to Scale (CRS) dan

Variable Return to Scale (VRS) ….……... 4.2.3.2. Tingkat Pencapaian Efisiensi dan

Perhitungan Target Input pada Industri Wajit yang Belum Efisien ... 1. Iyah ... 2. Yati ... 3. Itang ... 4. Kojiah ... 5. Deri ... 6. Aep ... 7. Amang ... 8. Didin ... 9. Siti ... 10.Dadah... 11.Iis... 12.Entin... 13.Ekun... 14.Andri... 15.Iyah... 16.Rana... 100 102 102 105 110 111 114 115 115 116 117 118 119 119 120 121 122 122 123 124 125 125 126


(9)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix 17.Nyai... 18.Yayah... 19.Mamah... 20.Mauludin... 21.Yayah... 22.Rosmiati... 23.Eulis... 24.Oom... 25.Neneng... 26.Adis... 27.Ujang... 28.Duhron... 29.Dewi... 30.Riska... 31.Yeyet... 32.Salamah... 4.2.3.3 Analisis Tingkat Skala Relatif Industri

Wajit di Kabupaten Garut ...

4.3 Pembahasan ……….

4.3.1 Efisiensi Produksi ………. 4.3.1.1 Efisiensi Produksi dengan Pendekatan

Regresi dengan Fungsi Cobb-Douglas ... 4.3.1.2 Efisiensi Produksi dengan Pendekatan Data

Envelopment Analysis(DEA) ... 4.3.2 Skala Hasil Produksi ……….

4.3.2.1 Skala Hasil Produksi dengan Pendekatan Regresi dengan Fungsi Cobb-Douglas …... 4.3.2.2 Skala Hasil Produksi Berdasarkan

Pendekatan dengan DEA ( Data

Envelopment Analysis ) ………

127 128 128 129 130 131 131 132 133 134 134 135 136 137 137 138 139 141 141 141 143 144 144 146


(10)

4.4 Implikasi Pendidikan ….………... 147

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………...

5.2 Saran………... 150 151

DAFTAR PUSTAKA ……… 152


(11)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang berdekatan dengan kota Bandung, sehingga mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga kota dan kabupaten Bandung. Sekaligus berperan dalam pengembangan lingkungan. Kabupaten Garut merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan daerah Bandung Raya.

Dalam perkembangannya, Kabupaten Garut tumbuh dan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Salah satu faktor pendorong perubahan tersebut adalah tumbuhnya sektor industri di Kabupaten Garut yang di dominasi oleh industri kecil dan industri rumah tangga. Potensi Industri kecil yang menjadi komoditas andalan Kabupaten Garut terdiri dari industri penyamakan kulit, jaket kulit, industri batik, sutera alam, dodol ( wajit, angleng ), minyak akar wangi dan industri kerajinan anyaman bambu. Dari berbagai komoditi yang ada, tercatat beberapa diantaranya telah menembus pasar ekspor seperti: teh hitam, teh hijau, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, kulit tersamak dan kain sutera. Namun demikian, peran sektor ini belum menjadi sektor andalan dalam kontribusi sektor industri terhadap PDRB. Hal ini memberi indikasi bahwa sektor ini masih perlu dikembangkan dan dioptimalkan, sehingga dapat menopang aktivitas perekonomian dan pembangunan.( www.garutkab.go.id )


(12)

Menurut Biro Pusat Statistik ( BPS ), sektor industri di Garut terbagi ke dalam empat jenis, yaitu : industri argo dan hasil hutan, industri tekstil, kulit dan aneka, industri logam dan bahan galian dan industri kimia. Ruang lingkup dari masing – masing industri adalah sebagai berikut : 1. Industri Agro dan hasil hutan mencakup industri makanan dan minuman, industri pengolahan tembakau dan industri kayu; 2. Industri tekstil, kulit dan aneka mencakup industri tekstil, industri pakaian jadi, industri karet dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki ; 3. Industri logam dan bahan galian mencakup industri logam dasar, industri mesin dan perlengkapannya dan industri bahan galian bukan logam; dan 4. Industri kimia mencakup industri kimia dan barang – barang dari bahan kimia.

Dari keempat industri tersebut, yang menjadi fokus pemerintah Garut adalah pada industri makanan. Hal ini dikarenakan makanan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia, sehingga memunculkan banyak peluang yang bisa dijadikan sebagai sebuah usaha. Hal tersebut didorong oleh kondisi sumber daya alam di Kabupaten Garut yang memiliki potensi besar dalam menyediakan bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu produk makanan. Potensi tersebut menjadi acuan dari pemerintah Kabupaten Garut untuk mengembangkan sektor makanan sebagai salah satu unggulan daerah yang dapat meningkatkan kondisi ekonomi warganya. Selain dari potensi alam yang dimiliki, semakin berkembangnya kreativitas yang dimiliki sumber daya manusia menimbulkan dampak yang positif bagi perkembangan industri makanan di kabupaten Garut. Hal ini terbukti dengan berkembangnya berbagai jenis produk makanan yang berkembang dan menjadi ciri khas dari Kabupaten Garut.


(13)

3

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data yang diperoleh oleh pemerintahan Kabupaten Garut, terdapat beberapa makanan yang menjadi khas di Kabupaten Garut, diantaranya yaitu : dodol, jeruk garut, burayot , ladu, angleng dan aneka wajit, pindang ikan, sambel cibiuk, dan ceprus. Selain makanan khas tersebut, di Kabupaten Garut terdapat berbagai jenis makanan yang menjadi penopang hidup masyarakat dan telah berbentuk industri kecil atau industri rumah tangga. Industri makanan tersebut, seperti tampak pada tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi Industri Makanan Kabupaten Garut Tahun 2011

Komoditi Jumlah Unit

Usaha Tenaga Kerja

Investasi ( Rp 000 )

Tempe 352 806 350.500

Tahu 443 1.258 455.250

Kerupuk 188 1.422 335.562

Dodol 101 2.502 1.032.350

Opak 155 515 120.000

Ranginang ketan 82 202 41.000

Ranginang singkong 21 93 10.200

Kripik 259 997 598.746

Wajit 67 199 638.000

Sale pisang 112 516 31.000

Pindang ikan 118 520 234.500

Kue basah 171 1.026 34.500

Agar-agar 28 204 142.000

Kue kering 65 366 43.800

Tepung padi-padian 14 42 134.892

Garam 4 99 77.565

Roti 36 182 124.137

Baso 5 10 12.500

Susu kental yoghurt 4 13 371.000

Gula tebu 1 8 45.000

Kecap 3 148 184.370

Kembang gula 2 28 39.400

Sambal saos 5 41 30.850

Telur asin 7 23 2.300

Manisan 5 31 51.300


(14)

Terasi 5 45 34.450

Tepung tapioca 27 676 761.751

Macam-macam es 15 75 1.318

Mie basah dan sejenis 15 60 75.000

Natade coco 3 11 17.500

Lanjutan dari tabel 1.1

Komoditi Jumlah Unit

Usaha Tenaga Kerja

Investasi ( Rp 000 )

Kripik kentang 2 30 10.000

Sukro 1 16 60.000

Manisan tomat 2 7 5.000

Bubuk sari kedelai 1 25 212.000

Bubuk coklat 1 106 5.500.000

Jumlah 5.389 22.620 13.239.109

Sumber : Garut Dalam Angka Tahun 2012 ( BPS ) data diolah

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah industri yang bergerak pada bidang makanan di Kabupaten garut berjumlah 5.389 unit usaha dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 22.620 orang serta dengan jumlah investasi sebesar Rp. 13.239.109.000. Lokasi industri makanan ini tersebar di barbagai daerah di Kabupaten Garut sesuai dengan kondisi antar daerah yang berbeda kebutuhannya.

Selama kurun waktu tahun 2005 sampai tahun 2011, biaya input dan nilai

output industri makanan dan minuman di Garut cenderung mengalami kenaikan.

Akan tetapi, apabila membandingkan kenaikan antara nilai output dan biaya input, terlihat bahwa kenaikan yang terjadi tidak sebanding. Dengan kata lain, bahwa persentase kenaikan biaya input lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kenaikan nilai output yang diperoleh oleh industri makanan dan minuman di Garut.

Tabel berikut menggambarkan nilai output dan biaya input industri makanan dan minuman di Kabupaten Garut Tahun 2005-2011.


(15)

5

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.2

Nilai Output dan Biaya Input Industri Makanan dan Minuman

Kabupaten Garut Tahun 2005 – 2011 ( Rp. 000 )

No. Tahun Biaya Input Re ( % ) Nilai Output Re ( % )

1 2005 76.265.538 - 123.791.755 -

2 2006 76.551.538 0.38 124.231.755 0.36

3 2007 87.536.382 14.35 137.510.133 10.69

4 2008 140.347.122 60.33 204.232.033 48.52

5 2009 140.548.722 0.14 204.568.033 0.16

6 2010 140.548.722 0 204.568.033 0

7 2011 142.511.272 1.40 207.695.033 1.53

Rata - rata 114.901.328 12.77 172.370.968 10.21

Sumber : DESPERINDAG Kabupaten Garut data diolah kembali

Dari tabel 1.2, tampak bahwa rata-rata nilai output yang terbentuk di Kabupaten Garut pada tahun 2005 - 2011 mencapai 114.901.328.000 rupiah atau terjadi perubahan rata-rata sebesar 12.77 % dan biaya input yang dikeluarkan dengan rata-rata 172.370.968.000 rupiah atau terjadi perubahan dengan rata-rata 10.21 %. Untuk kenaikan nilai output tertinggi selama kurun waktu 2005 – 2011 tersebut terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 48.52 persen. Kenaikan tersebut dimungkinkan terjadi akibat mulai tingginya iklim ekonomi atau juga bisa terjadi akibat menurunnya nilai tukar rupiah. Hal serupa terjadi pula pada komponen biaya yang digunakan dalam kegiatan produksi yang mengalami kenaikan. Kenaikan pada sisi biaya ini, mengakibatkan barang yang diproduksi mengalami kenaikan harga sehingga harga jual menjadi tinggi atau mahal dan pula mendorong kenaikan nilai output secara keseluruhan. Berikut tabel efisiensi


(16)

produksi pada industri makanan dan minuman di Kabupaten Garut tahun 2005 - 2011:

Tabel 1.3

Elastisitas Biaya Produksi Industri Makanan Dan Minuman

Kabupaten Garut Tahun 2005 – 2011

Tahun Kenaikan

Output ( % )

Kenaikan Biaya Input

( % )

Koefisien Elastisitas

Rata-rata Koefisien Elastisitas

Elastisitas

2005 / 2006 0.36 0.38 0.95

0.79

E < 1 , Belum Efisien

2006 / 2007 10.69 14.35 0.74

2007 / 2008 48.52 60.33 0.80

2008 / 2009 0.16 0.14 0.14

2009 / 2010 0 0 0

2010 / 2011 1.53 1.40 1.09

Sumber : DESPERINDAG Kabupaten Garut data diolah kembali

Berdasar pada tabel 1.3, nilai elastisitas biaya produksi pada industri makanan dan minuman menunjukan kurang dari 1 ( <1 ), menunjukan bahwa kondisi industri makanan dan minuman di Kabupaten Garut tidak efisien dalam produksinya, karena pada kondisi biaya rata - rata meningkat sebagai akibat penurunan produksi maka return to scale menurun. Serta pada saat biaya rata-rata meningkat maka economies of scale menjadi negatif (decreasing return to scale).

Berdasarkan penjelasan dari salah satu pegawai dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut bahwa “industri wajit sebagai salah satu industri penghasil makanan khas di kabupaten Garut di duga belum efisien dari segi produksinya.”


(17)

7

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendugaan tersebut didukung dengan data yang menggambarkan tentang

input, output dan efisiensi masing-masing jenis makanan yang ada di Kabupaten

Garut yang ditunjukan melalui tabel 1.4 sebagai berikut :

Tabel 1.4

Biaya Input, Nilai Output, dan Efisiensi dari masing-masing Jenis Makanan

Di Kabupaten Garut Tahun 2011

No Jenis Industri

Makanan Nilai Output Biaya Input Efisiensi ( % )

1. Tempe 40442400 31455200 87.14

2. Tahu 55878400 39114880 100.00

3. Kerupuk 11750000 7050000 100.00

4. Teh Rakyat 9740500 6632060 88.12

5. Dodol 19187600 12479010 92.26

6. Opak 4375500 2625300 100.00

7. Ranginang Ketan 6155600 3693360 100.00

8. Rangining 320480 192288 100.00

9. Keripik 5159000 3095400 100.00

10. Wajit 3426500 2227225 92.31

11. Gula Aren 20570875 12342525 100.00

12. Sale Pisang 3462000 2077200 100.00

13. Pindang Ikan 17154678 13310624 100.00

14. Kue Basah 3466000 2252900 92.31

15. Agar-agar 5665500 3399300 100.00

16. Kue Kering 940000 564000 100.00

Rata - rata 12980940 8906955 97

Sumber : DESPERINDAG Kabupaten Garut data diolah kembali

Tabel 1.4 menunjukan mengenai nilai efisiensi dari masing-masing jenis industri makanan yang ada di Kabupaten Garut berdasarkan perhitungan melalui DEA. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa terdapat 5 industri makanan


(18)

yang berada dalam kondisi yang belum efisien, diantaranya industri tempe, teh rakyat, dodol, wajit dan kue basah.

Berdasarkan data tersebut, terdapat dua jenis industri penghasil makanan khas Garut yang berada dalam kondisi belum efisien, yaitu industri dodol dan industri wajit dengan nilai efisiensi 92.26 % dan 92.31 %. Berdasarkan fenomena tersebut, maka timbul pertanyaan mengapa industri tersebut tidak efisien, faktor yang menyebabkan ketidakefisienan tersebut baik secara teknik maupun relatif dan bagaimana skala efisiensi relatif dari industri tersebut.

Maka Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini diperoleh judul: “ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI MAKANAN

(Perbandingan Analisis Cobb Douglas dengan Analisis DEA, Studi pada

Industri Wajit di Kabupaten Garut) ”.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti telah disebutkan pada latarbelakang sebelumnya, industri wajit sebagai salah satu makanan yang termasuk golongan makanan khas di kabupaten Garut di duga belum efisien dari segi produksinya, padahal industri wajit mampu memberikan penghidupan bagi para pemiliknya. Selain itu, industri wajit harus dapat memberikan nilai lebih bagi para konsumennya. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan memberikan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh konsumennya. Sebagai salah satu industri yang berorientasi pada keuntungan, industri wajit diharapkan mempu menyediakan kebutuhan konsumen


(19)

9

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan tidak mengesampingkan perkembangan industrinya ke depan. Untuk melihat perkembangannya tersebut dapat dilihat dengan melakukan pengukuran terhadap tingkat efisiensinya.

Konsep efisiensi diawali dari konsep teori ekonomi mikro, yaitu teori produsen dan teori konsumen. Teori produsen menyebutkan bahwa produsen cenderung memaksimumkan keuntungan dan meminimalkan biaya. Sedangakan di sisi lain, teori konsumen menyebutkan bahwa konsumen cenderung memaksimumkan utilitasnya atau tingkat kepuasannya. Di tinjau dari teori ekonomi ada dua macam pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makroekonomi, sementara efisiensi teknis mempunyai sudut pandang mikroekonomi (Amir Machmud, 2013:1). Efisiensi teknis hanya merupakan satu komponen dari efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun, dalam rangkan mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan termasuk industri wajit harus efisien secara teknis. Menurut Hadad. Et.al. ( 2003 ), ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan input dan output dari institusi keuangan, yaitu pendekatan produksi ( production approach ), pendekatan intermediasi (

intermediation approach ) dan pendekatan asset ( asser approach ).

Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi suatu jenis industri adalah pendekatan regresi menggunakan fungsi produksi Cobb – Douglas. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependen yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel


(20)

independen yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara X dan Y biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Pendekatan ini mengukur secara keseluruhan efesiensi produksi suatu industri dilihat dari beberapa indikator efisiensi, diantaranya efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi.

Selain pendekatan regresi menggunakan fungsi produksi Cobb – Douglas, terdapat pendekatan yang mengukur efisiensi operasional suatu industri berdasarkan masing-masing perusahaan dalam suatu industri yaitu dengan pendekatan Data envelopment analysis ( DEA ). Pendekatan DEA lebih menekankan pendekatan yang berorientasi kepada tugas dan lebih memfokuskan kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit pembuat keputusan / UPK ( decision making units ). Analisis yang dilakukan berlandaskan kepada evaluasi terhadap efisiensi relative dari UPK uang sebanding. Semenjak tahun 1980-an, pendekatan ini banyak digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari industri perbankan secara nasional. Pendekatan DEA ini merupakan pendekatan nonparametric. Oleh karena itu, pendekatan ini tidak memerlukan asumsi awal dari fungsi produksi. Ada dua model yang sering digunakan dalam pendekatan ini, yaitu model Constant return to scale ( CRS ) dan Variable return

to scale ( VRS ).

Berdasarkan latar belakang masalah dan pemaparan diatas. Permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut adalah :

1) Apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada industri wajit di Kabupaten Garut dengan menggunakan pendekatan regresi


(21)

11

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan fungsi produksi Cobb – Douglas sudah mencapai efisiensi optimum?

2) Apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada industri wajit di Kabupaten Garut dengan menggunakan pendekatan Data envelopment

analysis ( DEA ) sudah mencapai efisiensi optimum?

3) Apakah skala produksi wajit di Kabupaten Garut dengan menggunakan pendekatan regresi menggunakan fungsi produksi Cobb – Douglas berada pada tahap produksi Decreasing return to Scale, Constant

return to scale atau Increasing return to Scale?

4) Apakah skala produksi wajit di Kabupaten Garut dengan menggunakan pendekatan Data envelopment analysis ( DEA ) berada pada tahap produksi Decreasing return to scale, Constant return to scale atau

Increasing return to scale?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hal-hal sebagai berikut, yaitu :

1) Untuk mengidentifikasi tingkat efisiensi usaha dalam penggunaan faktor-faktor produksi wajit di Kabupaten Garut berdasarkan pendekatan regresi menggunakan fungsi produksi Cobb – Douglas dan pendekatan Data envelopment analysis ( DEA ).


(22)

2) Untuk mengetahui skala hasil produksi wajit di Kabupaten Garut berdasarkan pendekatan regresi menggunakan fungsi produksi Cobb

Douglas dan pendekatan Data envelopment analysis ( DEA ).

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari dilakukannya penelitian ini dapat dibagi menjadi dua. Yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1) Manfaat teoritis. memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu ekonomi, khususnya ilmu ekonomi mikro dan juga dapat dimanfaatkan untuk penelitian-penelitian yang lebih lanjut.

2) Manfaat praktis

a. Memberikan informasi bahwa optimalisasi dan efisiensi faktor produksi sangat berpengaruh terhadap hasil produksi wajit di Kabupaten Garut.

b. Sebagai bahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi berbagai pihak. Diantaranya bagi para penghasil produk wajit di Kabupaten Garut dalam pencapaian jumlah produksi optimum.


(23)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

67 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari berbagai penelitian yang dilakukan. Objek penelitian merupakan sebuah sumber yang dapat memberikan data yang akan digunakan dalam penelitian. Objek yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini adalah para penghasil wajit di Kabupaten Garut dan ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh variable bebas yaitu terdiri atas tenaga kerja, beras ketan, gula merah, kelapa dan gula putih terhadap variable terikat yaitu hasil produksi.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian lebih menekankan pada strategi. proses pendekatan dalam memilih jenis. karakteristik serta dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik.

Penelitian deskriptif menurut Sugiyono ( 2008:56 ) yaitu merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri. baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan dengan menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain. Deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menggambarkan dam membahas objek yang diteliti kemudian berdasarkan faktor yang ada, kegiatannya meliputi pengumpulan data. pengolahan data dan informasi data serta menarik kesimpulan.


(24)

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto ( 2006 : 130 ), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitian juga disebut studi populasi atau studi sensus.

Populasi dalam penelitian ini adalah para penghasil industri wajit di Kabupaten Garut yang berjumlah 67 industri yang tersebar dari 7 kecamatan ( data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut tahun 2012 ).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive

sampling artinya metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan

(judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian adalah industri wajit yang berada di Kabupaten Garut yang memenuhi kriteria pengambilan sampel yaitu industri wajit yang melakukan kegiatan produksi pada saat penelitian ini dilakukan.

Berdasarkan pada kriteria pengambilan sampel tersebut, diperoleh sebanyak 58 industri wajit yang melakukan kegiatan produksi sehingga layak untuk dijadikan sebagai sampel, sedangkan 9 industri tidak melakukan produksi sehingga tidak termasuk kedalam sampel yang layak diteliti. Sehingga dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 58 industri wajit.


(25)

69

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4 Operasional Variabel

Dalam rangka pengumpulan data diperlukan penjabaran konsep atau operasionalisasi variabel. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bambang Suwarno ( Kinanti, 2010 : 60 ) sebagai berikut :“Menjabarkan konsep dalam penelitian adalah suatu keharusan mutlak bagi para peneliti, sebab pada tahap ini mereka benar-benar harus memiliki kemampuan membayangkan tentang apa-apa yang akan dilakukan dilapangan termasuk proses pemilihan indikator penelitiannya (konsep empirik) bagaimana mengumpulkan, dilaksanakan dan darimana sumbernya serta kelak bagaimana kelak datanya disajikan, bagaimana

bentuk tabel analisis, termasuk bagaimana instrumen penelitiannya”.

Sebagaimana yang dikemukakan bahwa dalam penelitian ini terdapat enam variabel yang akan diteliti. Untuk memberikan arah dalam pengukurannya variabel-variabel tersebut dijabarkan dalam konsep teoritis, konsep empiris, dan konsep analitis sebagai berikut:


(26)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala

Tenaga Kerja ( X1 )

Tenaga kerja adalah factor produksi insani yang secara langsung maupun tidak

langsung menjalankan kegiatan produksi

 Jumlah seluruh tenaga kerja di setiap

pengusaha wajit.

 Upah tenaga kerja dalam satu bulan

Jumlah tenaga kerja selama satu bulan terakhir (orang) x upah tenaga kerja selama satu bulan terakhir (Rupiah)

Interval

Beras Ketan ( X2 )

Beras yang berasal dari padi ketan

Biaya keseluruhan beras ketan yang digunakan dalam satu bulan (dihitung dalam rupiah)

Jumlah beras ketan yang digunakan dalam 1 bulan terakhir ( Kg x harga beras ketan per Kg ) (Rupiah)

Interval

Kelapa ( X3 )

Buah yang dihasilkan dari pohon kelapa.

Biaya keseluruhan kelapa yang digunakan dalam satu bulan (dihitung dalam rupiah)

Jumlah kelapa yang digunakan dalam 1 bulan terakhir (kelapa x harga kelapa per buah)

(Rupiah)

Interval

Gula Merah ( X4 )

Gula yang berasal dari nira aren yang dicetak ke dalam beberapa bentuk tertentu

Biaya keseluruhan gula merah yang digunakan dalam satu bulan (dihitung dalam rupiah)

Jumlah gula merah yang digunakan dalam 1 bulan terakhir ( Kg x harga gula merah per Kg ) (Rupiah)

Interval

Gula Putih ( X5 )

Bahan pemanis yang berasal dari tebu yang berbentuk Kristal curah.

Biaya keseluruhan gula putih yang digunakan dalam satu bulan (dihitung dalam rupiah)

Jumlah gula putih yang digunakan dalam 1 bulan terakhir ( Kg x harga gula putih per Kg )

( Rupiah )

Interval

Hasil Produksi (Y)

Hasil keseluruhan yang di peroleh dari proses produk siwajit selama satu bulan terakhir (dihitung dalam rupiah)

Jumlah Produksi wajit yang dihasilkan oleh Industri wajit di Kabupaten Garut

Jumlah produksi wajit yang dihasilkan selama satu bulan terakhir (Kg x harga jual per Kg )


(27)

71

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

( Rupiah )

3.5 Sumber Data

Berdasarkan operasional variabel, terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket kepada industri wajit di Kabupaten Garut. Data sekunder diperoleh dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan artikel dalam internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Angket

Angket ( kuesioner ) yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sample penelitian. angket tersebut bertujuan untuk mengetahui pendapat atau tanggapan responden.

2. Observasi

Kegiatan peninjauan dan pengamatan langsung terhadap penghasil wajit di Kabupaten Garut dengan wawancara dan kuesioner. Wawancara yaitu kegiatan tanya jawab langsung kepada para penghasil wajit.


(28)

Yaitu studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh hal-hal atau variabel-variabel berupa catatan-catatan. laporan-laporan serta dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik diantaranya yaitu : 1. Analisis Regresi Linear Berganda (multiple regression) melalui fungsi Cobb- Douglas; 2. Analisis dengan pendekatan frontier non-parametrik. Alat bantu analisis yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu : 1. Regresi Linear Berganda (multiple regression) menggunakan program komputer

Econometric Views (EViews); 2. Pendekatan frontier non-parametrik menggunakan menggunakan metode Data Envelopment Analysis ( DEA ).

3.7.1 Menghitung Koefisien Regresi

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui fungsi Cobb-Douglas. Bentuk fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut :

 Dengan satu variable bebas, X1 :

Y = a0 1

 Dengan dua variable bebas, X1 dan X2 :

Y = a0 1 2

 Dengan n variable bebas, X1, X2, . . . , Xn :

Y = a0 1 2, . . . , n


(29)

73

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan dalam bentuk hubungan Y dan X, maka :

Y = f (X1. X2. X3. .... Xi. .... Xn)

Soekartawi ( Shidiq, 2011 : 81 ) Jika memasukkan variabel dalam penelitian maka diperoleh model persamaan sebagai berikut:

Y = f ( X1 . X2 . X3 . X4 . X5 )

Maka model fungsi Cobb-Douglas dalam penelitian ini adalah:

Y = a X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5eu

Y = produksi wajit X1 = tenaga kerja X2 = beras ketan X3 = gula merah X4 = kelapa X5 = gula putih e = kesalahan

u = logaritma natural

Untuk memudahkan persamaan di atas. maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Pendugaan parameter dapat dilakukan dengan menggunakan analisis dan metode kuadrat terkecil (OLS: Ordinary Least Square) yang diperoleh melalui frekuensi logaritma fungsi asal sebagai berikut:

ln Y = ln a + b1 lnX1 + b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX4 + b5 lnX5

Maka model estimasi regresi sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dimana:


(30)

bi = elastisitas produksi masing-masing faktor X1 = tenaga kerja

X2 = beras ketan X3 = gula merah X4 = kelapa X5 = gula putih

Persamaan diatas dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regersi berganda pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1. b2. b3. b4 dan b5 adalah tetap walaupun variabel yang terlihat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti karena b1. b2. b3. b4 dan b5 pada fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastisitas X terhadap Y. sehingga ada tiga kemungkinan fase yang akan terjadi:

b < 1 decreasing returns to scale b > 1 increasing returns to scale b = 1 constant returns to scale

3.7.2 Menghitung Efisiensi Produksi

Efisiensi teknik

Secara matematis. efisiensi teknik dapat dikeikan masi melalui elastisitas produksinya (Ep):

Ep =

atau

Ep =


(31)

75

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karena ΔY/ΔX adalah Marginal Psysical Product (MPP) dan Y/X

adalah Average Psyisical Product (APP).

Efisiensi teknis akan tercapai pada Ep = 1. yaitu:

Ep =

atau

MPP = APP

( Mubyarto, 1989 : 80 ) Efisiensi teknis selain dapat diketahui dari tingkat elastisitas produksi juga merupakan koefisien regresi dari fungsi Cobb-Douglas. Efisiensi teknis tercapai pada saat koefisien regresi = 1 atau pada saat produksi rata-rata tertinggi (Ep / ∑ bi = 1). Untuk mengetahui efisiensi taknis faktor produksi dapat dilihat melalui tingkat elastisitas ( ∑ bi ). yaitu jika:

∑ bi = 1. berarti keadaan usaha pada kondisi “constant returns to scale”. Dalam keadaan demikian penambahan faktor produksi akan

proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

∑ bi < 1. berarti keadaan usaha pada kondisi “Decreasing returns to scale”. Dalam keadaan demikian. dapat diartikan bahwa proporsional


(32)

∑ bi > 1. berarti keadaan usaha pada kondisi “Increasing returns to scale”. Ini berarti artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi

akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Efisiensi secara teknis terjadi apabila Ep = b = 1. Soekartawi ( Shidiq, 2011 : 87 )

Efisiensi Harga

Untuk menghitung efisiensi harga. dapat dianalisis dengan memenuhi syarat kecukupan sebagai berikut:

Keterangan:

MP = Marginal Product masing-masing faktor produksi P = harga masing-masing faktor produksi

X1 = tenaga kerja X2 = beras ketan X3 = gula merah X4 = kelapa X5 = gula putih

Secara matematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

Efisiensi Harga = Produk Marginal =

( Mubyarto, 1989 : 79 ) Keterangan:


(33)

77

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PM = Tambahan hasil produksi (Marginal Product) bi = elastisitas produksi

Y = rata-rata hasil produksi Xi = rata-rata faktor produksi Px = harga faktor produksi

Efisiensi akan tercapai apabila perbandingan antara Produk Marginal (MP) dengan Harga faktor Produksi (Px) = 1.

Efisiensi Ekonomi

Efisiensi Ekonomi merupakan perbandingan antara nilai marjinal dengan harga faktor produksi. dari masing-masing faktor produksi yang digunakan. Secara matematis efisiensi ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

MVP = Marginal Value Product

P = harga masing-masing faktor produksi X1 = tenaga kerja

X2 = beras ketan X3 = gula merah X4 = kelapa X5 = gula putih

Kemudian rumus dari efisiensi ekonomi adalah

MVP =


(34)

Dimana b1 merupakan koefisien regresi atau koefisien elastisitas. Untuk mengetahui efisiensi faktor produksi dengan menggunakan rasio antara Nilai Produksi Marginal (MVP) dan nilai satu unit faktor produksi ( Px ). jika:

MVPx1 / Px1 > 1 artinya penggunaan input X belum mencapai efisiensi optimum. Untuk mencapai efisiensi input X perlu ditambah.

MVPx1 / Px1 = 1 artinya penggunaan input X sudah mencapai efisiensi optimum. Untuk mencapai efisiensi input X harus dipertahankan. MVPx1 / Px1 < 1 artinya penggunaan input X sudah melebihi efisiensi optimum (tidak efisien). Untuk mencapai efisiensi input X perlu dikurangi.

3.7.3 Menghitung Skala Produksi

Untuk menguji skala kenaikan hasil sama dengan satu atau tidak sama dengan satu yang dicapai dalam proses produksi maka digunakan jumlah elastisitas produksi ( ∑ bi ). Dari hasil penjumlahan tersebut ada tiga kemungkinan yang terjadi. yaitu:

a. Jika ∑ bi > 1.berarti sistem produksi jangak panjang berada dalam kondisi skala output yang meningkat ( increasing returns to scale).


(35)

79

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Jika ∑ bi = 1. berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala output yang konstan (constant returns to scale).

c. Jika ∑ bi < 1. berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala output yang menurun (decreasing returns to scale).

3.7.4 DEA (Data Envelopment Analysis)

DEA (Data Envelopment Analysis) berfungsi untuk mengukur efesiensi suatu organisasi yang melibatkan banyak input dan banyak output (multi input

multi output) ( Indah Susilowati, et.al , 2004 : 2 ).

Menurut Ramanathan dalam Anggraita ( 2012 : 21 ), metode Data

Envelopment Analysis ( DEA ) merupakan suatu metode analisis non parametrik

yang khusus digunakan untuk mengukur efisiensi unit kegiatan ekonomi yang dinamakan Decision Making Unit ( DMU ), sedangkan menurut Purwantoro dalam Anggraita ( 2012 : 21 ), DEA merupakan teknik pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari sekumpulan unit pembuat keputusan dalam mengelola input menjadi output. Metode DEA mampu menganalisis banyak input dan banyak output ( multi input-multi output ) dengan menggunakan program linier guna menghasilkan nilai efisiensi tunggal untuk setiap Decision Making Unit ( DMU ).

DEA merupakan suatu pendekatan non parametrik yang pada dasarnya merupakan teknik berbasis pemrograman linier. DEA bekerja dengan langkah


(36)

mengidentifikasi unit-unit yang akan dievaluasi, input serta output unit tersebut. Kemudian selanjutnya, dihitung nilai produktivitas dan mengidentifikasi unit mana yang tidak menggunakan input secara efisien atau tidak menghasilkan

output secara efektif. Produktivitas yang diukur bersifat komparatif atau relatif,

karena hanya membandingkan antar unit pengukuran dari 1 set data yang sama. DEA adalah model analisis faktor produksi untuk mengukur tingkat efisiensi relatif dari set unit kegiatan ekonomi (UKE). Himawan Arif ( 2009 : 1 )

Inti dari metode DEA pada dasarnya adalah menetukan bobot atau timbangan setiap input dan output DMU yang tidak bernilai negatif dan bersifat universal dengan perhitungan sebagai berikut ( Ramanathan dalam Anggraita, 2012 : 21 ) :

Efisiensi =

Prinsip pendekatan non parametrik menggunakan metode DEA pertama kali diperkenalkan oleh Farrell (1957). Akan tetapi ide Farrell tersebut kurang mendapat perhatian luas. Dalam perkembangannya, metode ini kemudian dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978) yang memunculkan istilah Data Envelopment Analysis (DEA). Model DEA yang dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978) ini kenal dengan sebutan model CCR. Dalam analisisnya, model CCR menggunakan asumsi constant return to scale (CRS) dimana rasio penambahan input dan output adalah sama. Pada tahun 1984, Banker, Charnes, dan Cooper mengembangkan sebuah model yang dinamakan model BCC. Berbeda dengan model CCR, model BCC ini menggunakan asumsi


(37)

81

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adanya variable return to scale (VRS), yaitu rasio penambahan input dan output tidak sama. Rasio penambahan input dan output dapat berupa increasing return to

scale (IRS) atau decreasing return to scale (DRS). ( Anggraita, 2012 : 21 )

DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu UKE yang menggunakan banyak input dan banyak output, dimana penmggabungan input dan output tersebut tidak mungkin dilakukan. DEA merupakan formulasi dari program linier. ( Indah Susilowati, et.al , 2004 : 2 )

Ada tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi dengan DEA : 1. Sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk

mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang sama.

2. Kedua mengukur berbagai informasi efisiensi antar unit kegiatan ekonomi untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya.

3. Menentukan implikasi kebijakan sehingga dapat meningkatkan tingkat efisiensinya.

( Indah Susilowati, et.al , 2004 : 2 ) Dasar pengukuran efisiensi dengan DEA adalah program linier, transformasi program linier yang kita sebut dengan DEA adalah sebagai berikut : Maksimumkan

m maxsimasi ht = ∑ vrt qrt


(38)

Dengan batasan atau kendala m n

kendala ∑ vrt qrs - ∑ uit xit≤0 , r = 1,2 …… m r=1 i=1

n

∑ uik xik = 1 , dan Ui dan Vr ≥ 0, dimana: i=1

Keterangan :

qrt : jumlah output r pada bidang t xit : jumlah input i pada bidang t qrs : jumlah input r pada bidang s xit : jumlah ouput i pada bidang t m : jumlah sampel yang dianalisis

s : jumlah input yang digunakan uik : nilai terbesar input I pada bidang k

uit : nilai tertimbang dari output r yang dihasilkan pada bidang t

ht : adalah nilai yang dioptimalisasikan sebagai indikator efisiensi

( Indah Susilowati, et.al , 2004 : 2 ) Dalam analisis DEA, terdapat tiga tabel yang merupakan hasil pengolahan data. Ketiga tabel ini dapat mempermudah dalam melakukan analisis terhadap hasil keseluruhan dari penelitian yang dilakukan. Tiga tabel tersebut meliputi:


(39)

83

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel ini menjelaskan mengenai tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh suatu DMU. Suatu DMU dikatakan telah mencapai efisiensi sempurna jika DMU tersebut telah mencapai nilai 100 (100%). Dan sebaliknya, suatu DMU dikatakan belum mencapai efisiensi sempurna jika belum mencapai nilai 100.

b. Table of Peer Units

Pada tabel ini dijelaskan mengenai nilai acuan yang dapat digunakan oleh DMU yang belum efisien untuk meningkatkan tingkat efisiensinya dengan berdasarkan pada DMU yang telah mencapai tingkat efisiensi sempurna. c. Table of Target Values

Tabel ini menunjukkan nilai yang telah dicapai (nilai actual) dan nilai yang harus dicapai (nilai target) dari setiap input yang digunakan maupun

output yang dihasilkan oleh suatu DMU. Jika suatu DMU memiliki nilai actual yang sama besar dengan nilai target, maka DMU tersebut telah

mencapai tingkat efisiensi maksimal untuk setiap input dan outputnya. Sebaliknya, jika nilai actual besarnya tidak sama dengan nilai target, maka efisiensi belum tercapai.

( Anggraita, 2012 : 27 ) Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah CRS (constant return

to scale) dan VRS (variable return to scale). Alasan pemilihan skala efisiensi

model CRS dan VRS ini adalah studi ini ingin mengetahui tingkat efisiensi skala relatif.


(40)

3.7.5 Efisiensi Skala Relatif

Pada umumnya suatu bisnis atau unit pengambil keputusan (UPK) atau

decision making unit ( DMU ), seperti industri wajit, mempunyai karakteristik

yang mirip satu sama lain. Namun, biasanya tiap industri wajit bervariasi dalam ukuran dan tingkat produksinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa ukuran industri wajit memiliki peran penting yang menentukan efisiensi atau inefisiensi relatifnya. Model CCR mencerminkan (perkalian) efisiensi teknis dan efisiensi skala, sedangkan model BCC mencerminkan efisiensi teknis saja, sehingga efisiensi skala relatif adalah rasio dari efisiensi model CCR dan model BCC.

S

q

q

BCC K CCR K

K

,

/

,

( Amir Machmud : 42 ) Jika nilai S = 1 berarti bahwa DMU tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala terbaik. Jika nilai S kurang dari satu berarti masih ada inefisiensi skala pada DMU tersebut. Sehingga, nilai (1-S) menunjukkan tingkat inefisiensi skala dari DMU tersebut. Jadi, DMU yang efisien dengan model CCR berarti juga efisien skalanya. DMU yang efisien dengan model BCC tapi tidak efisien dengan model CCR berarti memiliki inefisiensi skala. Hal ini karena UPK tersebut efisien secara teknis, sehingga infisiensi yang ada berasal dari skala.


(41)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

150

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, untuk menjawab permasalahan yang telah teridentifikasi maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri wajit di Kabupaten Garut dengan menggunakan pendekatan regresi menggunakan fungsi produksi Cobb – Douglas belum mencapai efisiensi optimum. 2. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri wajit di

Kabupaten Garut dengan menggunakan pendekatan Data envelopment

analysis ( DEA ) belum mencapai efisiensi optimum.

3. Tingkat skala produksi industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan pendekatan regresi dengan fungsi Cobb-Douglass berada dalam kondisi skala usaha yang meningkat (Increasing Returns to Scale) dengan nilai efisiensi teknik sebesar 1.02136.

4. Tingkat skala produksi industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan pendekatan frontier non-parametrik dengan metode DEA (Data

Envelopment Analysis) berada pada kondisi skala usaha yang menurun


(42)

5.2 Saran

1. Industri wajit di Kabupaten Garut belum seluruhnya efisien. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengalokasikan input dan

outputnya secara efisien. Oleh karena itu, industri wajit yang belum efisien

diharapkan dapat lebih baik dalam mengalokasikan input dan outputnya secara efisien, salah satunya dengan menambah atau mengurangi input yang digunakan.

2. Hasil pengukuran efisiensi menggunakan DEA tidak memberikan tinjauan analisis secara ekonomi karena indikator efisiensi yang dihasilkan hanya bersifat operasional. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode analisis lainnya untuk memperkaya informasi dan hasil temuan. Meskipun demikian, informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini setidaknya dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi pengembangan metode analisis pengukuran efisiensi berbagai unit kegiatan dan perbaikan kinerja industri makanan khususnya industri wajit di Kabupaten Garut.

3. Cara untuk mengoptimalkan output yang ada, para pengusaha harus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatur penggunaan faktor produksi yang ada. Melalui pelatihan atau pendidikan non formal mengenai alokasi penggunaan faktor produksi untuk mendapatkan hasil yang optimal dari sebelumnya yang akhirnya akan menghasilkan keuntungan yang maksimal.


(43)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

152

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng & Rohmana, Yana. (2007). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.

Ahman, Eeng & Rohmana, Yana. (2008). Ekonomi Manajerial : Hand Out dan

Lembar Kerja Mahasiswa. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Lincolin. (2000). Ekonomi Manajerial. Ekonomi Mikro Terapan untuk

Manajemen Bisnis Edisi ketiga. Yogyakarta : UGM

Bilas, Richard A. (1994). Teori Mikroekonomi. Erlangga: Jakarta

Boediono. (1982). Ekonomi Mikro : Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.

Buchori, Alma. (2008). Kewirausahaan. Bandung. Alfabeta.

Budiwati Neti dan Suzanti Lizza. (2007). Manajemen Keungan Koperasi. Bandung : Laboratorium koperasi ( Universitas Pendidikan Indonesia ). Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. (2006). Ekonometrika Dasar. Jakarta :

Erlangga

Gusti, Haidy dan Sugiharso. (2008). Teori Ekonomi Mikro : Suatu Analisis

Produksi Terapan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Hanifah dan Luthfeni (2006). Aneka Makanan dari Tepung Ketan dan

Umbi-umbian. Jakarta : Azka Press.

Indah Susilowati, Edi Yusuf dan Muh Ikhwan. (2004). Modul Perkuliahan:

Pengukuran Efisiensi Melalui Data Envelopment Analysis (DEA). Semarang

: Universitas Diponogoro

Kusmiati. (2005). Aneka Kue Dari Tepung Ketan. Jakarta : PT Musi Perkasa Utama.

Luqman, Toni. (1993). Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta : Penebar Swadaya Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.

Nicholson, Walter (2001). Teori Ekonomi Mikro : Prinsip Dasar dan

Pengembangannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Palungkun, Roni. (1993). Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta : Penebar Swadaya.


(44)

Samuelson, Paul A. & W D. Nordhaus. (2003). Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Media Global Edukasi.

Soekartawi. (1994). Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada

Soekartawi et al. (1986). Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan

Petani Kecil. Jakarta : Universitas Indonesia

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukirno, Sadono. (2005). Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : Bima Grafika Vincent Gaspersz. (2005), Ekonomi Manajerial, Pembuatan Keputusan Bisnis.

Jakarta: Penerbit PT Gramedia Utama

SKRIPSI, TESIS & JURNAL

Amir Machmud. (2010). Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia

dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan pengaruhya terhadap profitabilitas tahun 2007- 2009.

Angraita. (2012). Evaluasi Efisiensi Kereta Api Penumpang di Pulau Jawa

dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Tahun 2008-2010.Tesis

FE UI tidak Diterbitkan

Dani Ramdani. (2010). Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Pada Industri Senapan Angin (Suatu kasus pada sentra produksi senapan

angin Cikeruh Kabupaten Sumedang). Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan Dewi Novitasari Astriani. (2011). Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan

Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Tahu Di Kabupaten Sumedang. Skripsi

FPEB UPI tidak diterbitkan

Himawan Arif. (2009). Data Envelopment Analysis (DEA). Artikel STIE Bank BPD Jateng tidak diterbitkan

Maflachatun. (2010). Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah di Indonesia

dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)( Studi Pada 11 Bank Syyariah Tahun 2005-2008 ). Skripsi FE Universitas Dipenogoro tidak

diterbitkan.

Ridwan Sidiq. ( 2011 ). Analisis Efisiensi Ekonomi Dalam Penggunaan

Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Peci Rajutan di Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Skripsi FPEB UPI tidakditerbitkan


(45)

154

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rindu Tiara Ningrum ( 2010 ). Analisis Efisiensi Ekonomi Dalam Penggunaan

Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sandal Di Desa Cijalingan Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi. Skripsi FPEB UPI tidak

diterbitkan

Yulianti (2010). Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor

produksi pada ubi jalar cilembu kecamatan pamulihan kabupaten Cianjur.

Skripsi FPEB UPI tidak diterbitkan

ARTIKEL

Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut

Laporan Dinas Perindagkop & UKM Kabupaten Garut, Tahun 2012 Profil Kabupaten Garut 2012

Garut Dalam Angka Tahun 2012 www.garutkab.go.id


(1)

84

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.7.5 Efisiensi Skala Relatif

Pada umumnya suatu bisnis atau unit pengambil keputusan (UPK) atau

decision making unit ( DMU ), seperti industri wajit, mempunyai karakteristik

yang mirip satu sama lain. Namun, biasanya tiap industri wajit bervariasi dalam ukuran dan tingkat produksinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa ukuran industri wajit memiliki peran penting yang menentukan efisiensi atau inefisiensi relatifnya. Model CCR mencerminkan (perkalian) efisiensi teknis dan efisiensi skala, sedangkan model BCC mencerminkan efisiensi teknis saja, sehingga efisiensi skala relatif adalah rasio dari efisiensi model CCR dan model BCC.

S

q

q

BCC K CCR K

K

,

/

,

( Amir Machmud : 42 ) Jika nilai S = 1 berarti bahwa DMU tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala terbaik. Jika nilai S kurang dari satu berarti masih ada inefisiensi skala pada DMU tersebut. Sehingga, nilai (1-S) menunjukkan tingkat inefisiensi skala dari DMU tersebut. Jadi, DMU yang efisien dengan model CCR berarti juga efisien skalanya. DMU yang efisien dengan model BCC tapi tidak efisien dengan model CCR berarti memiliki inefisiensi skala. Hal ini karena UPK tersebut efisien secara teknis, sehingga infisiensi yang ada berasal dari skala.


(2)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 150

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, untuk menjawab permasalahan yang telah teridentifikasi maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri wajit di Kabupaten Garut dengan menggunakan pendekatan regresi menggunakan fungsi produksi Cobb – Douglas belum mencapai efisiensi optimum. 2. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri wajit di

Kabupaten Garut dengan menggunakan pendekatan Data envelopment

analysis ( DEA ) belum mencapai efisiensi optimum.

3. Tingkat skala produksi industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan pendekatan regresi dengan fungsi Cobb-Douglass berada dalam kondisi skala usaha yang meningkat (Increasing Returns to Scale) dengan nilai efisiensi teknik sebesar 1.02136.

4. Tingkat skala produksi industri wajit di Kabupaten Garut berdasarkan pendekatan frontier non-parametrik dengan metode DEA (Data

Envelopment Analysis) berada pada kondisi skala usaha yang menurun


(3)

151

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.2 Saran

1. Industri wajit di Kabupaten Garut belum seluruhnya efisien. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengalokasikan input dan

outputnya secara efisien. Oleh karena itu, industri wajit yang belum efisien

diharapkan dapat lebih baik dalam mengalokasikan input dan outputnya secara efisien, salah satunya dengan menambah atau mengurangi input yang digunakan.

2. Hasil pengukuran efisiensi menggunakan DEA tidak memberikan tinjauan analisis secara ekonomi karena indikator efisiensi yang dihasilkan hanya bersifat operasional. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode analisis lainnya untuk memperkaya informasi dan hasil temuan. Meskipun demikian, informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini setidaknya dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi pengembangan metode analisis pengukuran efisiensi berbagai unit kegiatan dan perbaikan kinerja industri makanan khususnya industri wajit di Kabupaten Garut.

3. Cara untuk mengoptimalkan output yang ada, para pengusaha harus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatur penggunaan faktor produksi yang ada. Melalui pelatihan atau pendidikan non formal mengenai alokasi penggunaan faktor produksi untuk mendapatkan hasil yang optimal dari sebelumnya yang akhirnya akan menghasilkan keuntungan yang maksimal.


(4)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 152

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng & Rohmana, Yana. (2007). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.

Ahman, Eeng & Rohmana, Yana. (2008). Ekonomi Manajerial : Hand Out dan

Lembar Kerja Mahasiswa. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Lincolin. (2000). Ekonomi Manajerial. Ekonomi Mikro Terapan untuk

Manajemen Bisnis Edisi ketiga. Yogyakarta : UGM

Bilas, Richard A. (1994). Teori Mikroekonomi. Erlangga: Jakarta

Boediono. (1982). Ekonomi Mikro : Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.

Buchori, Alma. (2008). Kewirausahaan. Bandung. Alfabeta.

Budiwati Neti dan Suzanti Lizza. (2007). Manajemen Keungan Koperasi. Bandung : Laboratorium koperasi ( Universitas Pendidikan Indonesia ). Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. (2006). Ekonometrika Dasar. Jakarta :

Erlangga

Gusti, Haidy dan Sugiharso. (2008). Teori Ekonomi Mikro : Suatu Analisis

Produksi Terapan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Hanifah dan Luthfeni (2006). Aneka Makanan dari Tepung Ketan dan

Umbi-umbian. Jakarta : Azka Press.

Indah Susilowati, Edi Yusuf dan Muh Ikhwan. (2004). Modul Perkuliahan:

Pengukuran Efisiensi Melalui Data Envelopment Analysis (DEA). Semarang

: Universitas Diponogoro

Kusmiati. (2005). Aneka Kue Dari Tepung Ketan. Jakarta : PT Musi Perkasa Utama.

Luqman, Toni. (1993). Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta : Penebar Swadaya Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.

Nicholson, Walter (2001). Teori Ekonomi Mikro : Prinsip Dasar dan

Pengembangannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Palungkun, Roni. (1993). Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta : Penebar Swadaya.


(5)

153

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Samuelson, Paul A. & W D. Nordhaus. (2003). Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Media Global Edukasi.

Soekartawi. (1994). Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada

Soekartawi et al. (1986). Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan

Petani Kecil. Jakarta : Universitas Indonesia

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukirno, Sadono. (2005). Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : Bima Grafika Vincent Gaspersz. (2005), Ekonomi Manajerial, Pembuatan Keputusan Bisnis.

Jakarta: Penerbit PT Gramedia Utama

SKRIPSI, TESIS & JURNAL

Amir Machmud. (2010). Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia

dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan pengaruhya terhadap profitabilitas tahun 2007- 2009.

Angraita. (2012). Evaluasi Efisiensi Kereta Api Penumpang di Pulau Jawa

dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Tahun 2008-2010.Tesis

FE UI tidak Diterbitkan

Dani Ramdani. (2010). Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Pada Industri Senapan Angin (Suatu kasus pada sentra produksi senapan

angin Cikeruh Kabupaten Sumedang). Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan Dewi Novitasari Astriani. (2011). Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan

Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Tahu Di Kabupaten Sumedang. Skripsi

FPEB UPI tidak diterbitkan

Himawan Arif. (2009). Data Envelopment Analysis (DEA). Artikel STIE Bank BPD Jateng tidak diterbitkan

Maflachatun. (2010). Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah di Indonesia

dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)( Studi Pada 11 Bank Syyariah Tahun 2005-2008 ). Skripsi FE Universitas Dipenogoro tidak

diterbitkan.

Ridwan Sidiq. ( 2011 ). Analisis Efisiensi Ekonomi Dalam Penggunaan

Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Peci Rajutan di Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Skripsi FPEB UPI tidakditerbitkan


(6)

Khaerul Syabar Kurniawan, 2014

Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri makanan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rindu Tiara Ningrum ( 2010 ). Analisis Efisiensi Ekonomi Dalam Penggunaan

Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sandal Di Desa Cijalingan Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi. Skripsi FPEB UPI tidak

diterbitkan

Yulianti (2010). Analisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor

produksi pada ubi jalar cilembu kecamatan pamulihan kabupaten Cianjur.

Skripsi FPEB UPI tidak diterbitkan

ARTIKEL Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut

Laporan Dinas Perindagkop & UKM Kabupaten Garut, Tahun 2012 Profil Kabupaten Garut 2012

Garut Dalam Angka Tahun 2012 www.garutkab.go.id