Analisis Efisiensi Pada BUMN Privatisasi Di Indonesia Dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas

(1)

ANALISIS EFISIENSI PADA BUMN PRIVATISASI

DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN

FUNGSI PRODUKSI COBB-DOUGLAS

TESIS

SY. NANI RAHMANI

067018065/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ANALISIS EFISIENSI PADA BUMN PRIVATISASI

DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN

FUNGSI PRODUKSI COBB-DOUGLAS

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

SY. NANI RAHMANI

067018065/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : ANALISIS EFISIENSI PADA BUMN PRIVATISASI DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI COBB-DOUGLAS

Nama Mahasiswa : Sy. Nani Rahmani

Nomor Pokok : 067018065

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Dede Ruslan, M.Si.) (Drs. Rujiman, M.A.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)


(4)

TELAH DIUJI PADA Tanggal : 14 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dede Ruslan, M.Si.

Anggota : 1. Drs. Rujiman, M.A.

2. Dr. Muri Daulay, M.Si. 3. Irsyad Lubis, Ph.D., M.Si. 4. Kasyful Mahalli. S.E., M.Si.


(5)

ABSTRAK

Salah satu tujuan pemerintah menerapkan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan, di samping untuk menutup defisit APBN. Dalam siaran pers RAPBN 2008, dinyatakan bahwa penyehatan dan peningkatan kinerja BUMN menjadi tujuan utama dilaksanakannya privatisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi BUMN setelah dilaksanakannya privatisasi dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu bagaimana pengaruh aset dan tenaga kerja terhadap output BUMN Privatisasi di Indonesia serta apakah terjadi efisiensi pada BUMN-BUMN tersebut. Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif berupa pengolahan data yang diperoleh berdasarkan metoda statistik dengan menggunakan Eviews versi 4.1. Dalam pengolahan data digunakan regresi berganda Metoda Efek Tetap. Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Kementerian Negara BUMN. Jenis data adalah data panel yang merupakan gabungan dari data kurun waktu (time series) tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 dan data

cross section dari 10 BUMN yang telah diprivatisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset dan tenaga kerja secara bersama-sama mempengaruhi output BUMN Privatisasi di Indonesia dan bernilai positif. Di antara kedua variabel bebas tersebut, aset merupakan variabel yang memberikan kontribusi paling besar terhadap output, yaitu sebesar 1,044117; sementara itu, tenaga kerja memberikan kontribusi sebesar 0,088502 terhadap output. BUMN Privatisasi yang mempunyai rata-rata perubahan output terbesar adalah PT. Kimia Farma Tbk., sedangkan BUMN yang mempunyai rata-rata perubahan output terkecil adalah PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. Dengan menggunakan uji wald untuk mengetahui efisiensi, maka diperoleh hasil bahwa 10 BUMN yang diteliti berada dalam kondisi Constant Return to Scale. Hal ini berarti bahwa BUMN-BUMN tersebut berada pada keadaan efisien.


(6)

ABSTRACT

One of the objectives of government’s implementing State-Owned Enterprises (SOEs) privatization is to enhance the efficiency and productivity of the enterprises other than to fulfil deficit on State Budget of Revenue and Expenses. It is stated in the press release of 2008 State Budget of Revenue and Expenses Plan that SOEs’ health and improvement is the main goal of privatization.

The research is aimed to analyze the situation of SOEs after privatization by using Cobb-Douglas Production Function, namely how assets and labors effect the outputs of SOEs as well as whether or not the enterprises are efficient. Data analysis is conducted quantitatively, based on statistic method by using EViews version 4.1. with Fixed Effect Method. The data used in this research are secondary data from the State Ministry of SOEs. The type of data is pannel data which is combination of time series from 2001 to 2006 and cross section of 10 privatized SOEs.

The results of the research shows that assets and labors give positive impacts to outputs of privatized SOEs. Between the two independent variables, assets gives the biggest contribution to ouputs, that is 1,044117; meanwhile, labour’s contribution to output is 0,088502. Privatized SOEs which has the biggest average of output changing is PT. Kimia Farma Tbk., while the smallest one is achieved by PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. By using wald test on efficiency, it is resulted that the 10 observed SOEs are in Constant Return to Scale. It means that the SOEs are in efficient situation.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Efisiensi pada BUMN Privatisasi dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas.” Tak lupa pula solawat dan salam penulis tujukan kepada nabi besar hingga akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat manusia kepada fitrah yang benar dan jalan yang diridhoi-Nya.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Master pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Hj. Yulidar dan Ayd. Alm. H. Sayyid Rolam yang telah mengasuh dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tiada hingga. Demikian juga kepada suami tercinta, Muhammad Ramli, yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang begitu besar, juga kepada ananda Sabiq, Aulia dan Adib yang menjadi motivator penulis dalam menyelesaikan tesis..

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan begitu banyak sumbangan tenaga, waktu dan pikiran bagi penulis dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Rujiman, M.A. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan berbagai saran dan masukan serta kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan berbagai bentuk kontribusi bagi penulis, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K). selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara


(8)

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

4. Bapak/Ibu dosen yang telah menyumbangkan ilmunya, semoga berguna bagi penulis dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT

5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan angkatan 11 yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis selama di kampus, khususnya kepada pak Wahid, kak Leni, Yudha yang telah banyak memberikan sumbangan ilmu dan perhatiannya bagi penulis

6. Teman-teman di BKB Adzkia yang banyak membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipat ganda

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi yang bernilai bagi kita semua. Amin.

Medan, September 2008

Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sy. Nani Rahmani

Tempat/Tanggal Lahir : Tembilahan, 10 Juni 1975

Alamat : Komp. Stella Residence M 10

Pekerjaan : PNS

Status : Menikah, 3 anak

Nama Suami : Muhammad Ramli

Nama Anak : Sabiq, Aulia, Adib

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 010 Kualalahang 2. SMPN 13 Padang 3. SMA Adabiah Padang

4. Sarjana Sastra Universitas Andalas

5. Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 8

I.3. Tujuan Penelitian ... 8

I.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1. Tinjauan Teoritis Kepemilikan pada BUMN ... 10

2.2. Privatisasi di Indonesia ... 11

2.3. Tinjauan Ekonomi Privatisasi ... 14

2.4. Fungsi Produksi ... 16


(11)

2.5. Efisiensi ... 26

2.6. Penelitian Sebelumnya ... 29

2.7. Kerangka Penelitian ... 34

2.8. Hipotesis Penelitian... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 36

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 36

3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 36

3.3. Model Analisis ... 36

3.4. Definisi Operasional ... 37

3.5. Metode Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Perkembangan BUMN... 41

4.2. Hasil Estimasi Output ... 62

4.3. Uji Signifikansi... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1. Kesimpulan . ... 97

5.2. Saran ... 97


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Perkembangan Kinerja PT. Semen Gresik Tbk ... 43

4.2 Perkembangan Kinerja PT. Timah Tbk ... 45

4.3 Perkembangan Kinerja PT. Telkom Tbk ... 48

4.4 Perkembangan Kinerja PT. BNI Tbk ... 50

4.5 Perkembangan Kinerja PT. Aneka Tambang Tbk ... 52

4.6 Perkembangan Kinerja PT. Pelindo 2 ... 53

4.7 Perkembangan Kinerja PT. Pelindo 3 ... 54

4.8 Perkembangan Kinerja PT. Kimia Farma Tbk ... 57

4.9 Perkembangan Kinerja PT. Indo Farma Tbk ... 60

4.10 Perkembangan Kinerja PT. Sucofindo. ... 62

4.11 Hasil Model Estimasi Output Pada BUMN Privatisasi di Indonesia .... 63

4.12 Uji Koefisein Wald ... 65

4.22 Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas ... 95


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 BUMN Laba Tahun 2000 s.d. 2006 ... 2

1.2 BUMN Rugi Tahun 2000 s.d. 2006 ... 3

2.1 Virtuous Funding Cycle ... 14

2.2 Kurva TP, MP, dan AP ... 19

2.3 Constant Return to Scale ... 23

2.4 Increasing Return to Scale ... 23

2.5 Decreasing Return to Scale ... 24

2.6 Teorema Amplop (Envelope Theorem) ... 27

2.7 Kurva LAC, Kasus Decreasing Return to Scale ... 27

2.8 Kurva LAC, Kasus Increasing Return to Scale ... 28

2.9 Kurva LAC, Kasus Constant Return to Scale ... 28

2.10 Kerangka Pikir Analisis Efisiensi pada BUMN di Indonesia dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 35


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Data Penelitian ... 102

2 Hasil Pengolahan Data dengan Metode Efek Tetap ... 103

3 Statistik Deskriptif ... 106

4 Matriks Marginal Productivity, Average Productivity dan Elastisitas Aset dan Labour BUMN... 109

5 Uji Multikolinieritas ... 110

6 Uji Heteroskedastisitas ... 112

7 Hasil Pengolahan Data dengan Metode OLS ... 113

8 Hasil Pengolahan Data dengan Metode Efek Random ... 115

9 Hasil Pengolahan Data Dengan Pertumbuhan (%) ... 116


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, maksud dan tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbagi atas dua, yaitu yang bersifat ekonomi dan yang bersifat sosial. Di bidang ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya, mengejar keuntungan, serta menjadi perintis kegiatan-kegitan ekonomi yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. Sedangkan di bidang sosial, BUMN dimaksudkan untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak serta turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Keberadaan BUMN diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat seperti yang diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945.

BUMN merupakan salah satu wujud tanggung jawab pemerintah untuk memanfaatkan sumber-sumber perekonomian negara yang digunakan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat. BUMN juga dituntut untuk dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN. Di samping itu, BUMN dapat dimanfaatkan untuk mengikutsertakan masyarakat sebagai


(16)

mitra kerja dalam mendukung kelancaran proses kegiatan usaha, yakni dengan memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi yang berada di sekitar lokasi BUMN.

Namun pada kenyataannya, perjalanan BUMN tidaklah semulus yang diharapkan. Jika dilihat dari kinerja keuangan, banyak BUMN yang menghasilkan laba rendah, bahkan merugi. Di bawah ini grafik perolehan laba/rugi BUMN dari tahun 2000 hingga 2006.

13.62

18.65

25.48

21.37

44.17 42.35 54

0 10 20 30 40 50 60

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun

L

a

ba

B

e

rs

ih

(R

p Tr

iliun)

(Sumber : Kementerian Negara BUMN, diolah) Gambar 1.1. BUMN Laba Tahun 2000 s.d. 2006


(17)

-27.02 -1.66 -8.67 -8.79 -5.57 -6.48 -3.45 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 Tahun La ba B e rs ih ( R p Tr il iun)

2004 2005 2006 2003

2002 2000 2001

(Sumber : Kementerian Negara BUMN, diolah) Gambar 1.2. BUMN Rugi Tahun 2000 s.d. 2006

Dari gambar 1.1 dan 1.2 yang berisi grafik BUMN laba/rugi tahun 2000 sampai dengan 2006, terlihat perolehan laba meningkat secara tidak signifikan terjadi dari tahun 2000 hingga 2002. Perolehan laba kemudian turun pada tahun 20003 dan meningkat drastis hingga lebih dari 100% pada tahun 2004. Perolehan laba kembali menurun pada tahun 2005, dan meningkat kembali pada tahun 2006. Sementara itu, tahun 2000 merupakan masa dimana BUMN mengalami kerugian paling parah, sedangkan tahun 2001 adalah tahun dimana BUMN mengalami keberhasilan terbaik dalam meminimkan kerugiannya. Selanjutnya, data kerugian BUMN dari tahun 2002 hingga 2006 memperlihatkan pencapaian yang fluktuatif.


(18)

Di samping kinerja keuangan, BUMN juga sering mendapat kritikan dalam hal pelayanan terhadap konsumen yang dianggap masih jauh jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh swasta. Demikian pula tudingan bahwa BUMN tidak efisien, akrab dengan korupsi, dan menjadi objek bisnis atau lebih dikenal dengan istilah “sapi perah” para politisi.

Selanjutnya, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan yang ditujukan untuk memperbaiki kinerja BUMN. Muncul konsepsi pemanfaatan aset pemerintah melalui korporatisasi atau kerjasama pemerintah-swasta dan restrukturisasi BUMN yang menuju privatisasi BUMN untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Dengan menerapkan kebijakan restrukturisasi dan privatisasi, diharapkan BUMN dapat meningkatkan kinerjanya sehingga menghasilkan lebih banyak keuntungan untuk pembangunan negara dan rakyat Indonesia.

Di sisi lain, sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan APBN dengan sistem defisit (deficit budget). Kebijakan ini merupakan hasil dari kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan lembaga keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), World Bank dan Asia Development Bank (ADB). Dalam jangka pendek, dengan menerapkan sistem anggaran defisit ini pemerintah akan memperoleh imbalan berupa pinjaman dari IMF, World Bank dan ADB. Sedangkan tujuan jangka panjang dari penerapan sistem defisit pada APBN adalah untuk memulihkan ekonomi Indonesia yang terpuruk akibat krisis ekonomi sejak tahun 1997.


(19)

Untuk menutup defisit anggaran, pemerintah melakukan berbagai program

financing melalui pembiayaan dalam negeri dan luar negeri. Pembiayaan dari dalam negeri dilakukan di antaranya melalui program privatisasi BUMN. Dalam hal ini, privatisasi BUMN lebih ditujukan untuk membiayai APBN yang defisit daripada melakukan reformasi di tubuh BUMN. Selama tahun 2001 hingga 2006, BUMN yang diprivatisasi adalah PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Socfindo, PT Telkom Tbk, PT Indosat Tbk, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, PT WNI, PT Bank Mandiri Tbk, PT Indocement TP Tbk, PT BRI Tbk, PT PGN Tbk, PT Pembangunan Perumahan dan PT Adhi Karya.

Hasil penjualan saham yang masuk ke dalam APBN tersebut kemudian habis dipakai untuk pembiayaan pada tahun anggaran yang dimaksud. Dalam jangka pendek, privatisasi BUMN dengan tujuan ini dapat mendatangkan cash. Akan tetapi dalam jangka panjang dapat merugikan APBN karena berakibat pada pengurangan penerimaan dividen pada tahun-tahun berikutnya karena saham pemerintah semakin berkurang dan digantikan oleh swasta.

Berkurangnya saham pemerintah juga berakibat pada berkurangnya peran pemerintah dalam mengambil keputusan di dalam tubuh BUMN, dimana pemerintah akan mengurangi campur tangannya dalam kebijakan yang diambil BUMN. Situasi ini dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi rakyat dan negara Indonesia. Kebijakan BUMN yang didominasi swasta akan lebih memihak pada golongan kuat daripada golongan lemah dan miskin. Tujuan perusahaan yang lebih bersifat


(20)

mengejar profit daripada misi sosial akan berakibat pada kenaikan harga-harga (dapat dilihat dari hasil penelitian La Porta (1997) dan Saal & Parker (2001)). Efisiensi perusahaan juga dikhawatirkan akan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja bagi karyawan-karyawan yang dianggap tidak efisien (dapat dilihat dari hasil penelitian Baskar & Khan (1995), La Porta & Sinales (1999) dan Megginson & Netter (2001)). Di samping itu, penjualan saham BUMN kepada investor asing dianggap sebagai perbuatan yang tidak nasionalis. Akibatnya, muncul resistensi dari berbagai kalangan terhadap privatisasi, baik dari lembaga legislatif, karyawan BUMN, maupun masyarakat luas.

Sementara itu, dari sudut pandang perusahaan, privatisasi BUMN akan menghasilkan tambahan modal yang berarti penambahan total aset perusahaan. Bertambahnya modal memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan usahanya sehingga menghasilkan peningkatan volume, penciptaan produk dan atau jenis usaha yang pada akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan. Privatisasi juga diharapkan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui konsep efisiensinya (dapat dilihat dari hasil penelitian Ehrlich et al. (1994) Namun, hasil penelitian Frydman et al. (1999) menunjukkan hal yang berbeda, dimana privatisasi yang dilaksanakan di Republik Chech, Hungaria dan Polandia tidak berakibat pada berkurangnya biaya perusahaan.) Dengan kata lain, privatisasi berakibat pada meningkatnya kinerja finansial dan operasional perusahaan (dapat dilihat dari hasil penelitian Megginson et al. (1994), La Porta (1997), Frydman et al. (1999)).


(21)

Meskipun privatisasi BUMN selalu mengundang pro dan kontra. Sampai saat ini, Komite Privatisasi BUMN telah menyetujui sejumlah BUMN untuk diprivatisasikan pada tahun 2008, yaitu PTPN III, PTPN IV, PTPN VII, PT. Pembangunan Perumahan, PT. Waskita Karya, PT. Krakatau Steel, PT. Sucofindo, PT. Kawasan Industri Jakarta, PT. Jakarta Industry Real Estate, PT. Kawasan Industri Medan, PT. Kawasan Industri Semarang, PT. Kawasan Industri Makassar, dan PT. Kawasan Industri Surabaya. Dalam siaran pers RAPBN 2008, disebutkan bahwa privatisasi dilakukan sebagai sumber pembiayaan anggaran. Namun, sumber pembiayaan dari privatisasi dirancang pada tingkat yang cukup rendah karena pemerintah menyadari bahwa privatisasi BUMN lebih penting ditujukan untuk penyehatan dan peningkatan kinerja BUMN, bukan semata-mata untuk memenuhi pembiayaan defisit APBN.

Penelitian ini menitikberatkan pembahasan pada tujuan privatisasi sebagaimana tercantum dalam siaran pers RAPBN 2008 di atas. Penyehatan dan peningkatan kinerja BUMN menjadi tujuan utama dilaksanakannya privatisasi. Karena itu, penelitian ini akan menganalisis efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia. Untuk mengetahui hal tersebut, penulis menerapkan teori produksi Cobb-Douglas dengan 1 variabel dependen dan 2 variabel independen. Variabel dependen pendapatan/penjualan yang merupakan proxy dari output diukur dari pengaruh variabel independen faktor-faktor produksi modal yang diproxy dari total aset dan tenaga kerja pada BUMN privatisasi.


(22)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang dikemukakan dalam proposal penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh total aset terhadap output BUMN privatisasi di Indonesia

2. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap output BUMN privatisasi di Indonesia

3. Apakah terjadi efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimana pengaruh total aset terhadap output BUMN privatisasi di Indonesia

2. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap output BUMN privatisasi di Indonesia

3. Apakah terjadi efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah sebagai lembaga eksekutif maupun DPR sebagai lembaga legislatif yang merupakan lembaga pengambil kebijakan. Hasil penelitian ini


(23)

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas kebijakan program privatisasi BUMN di Indonesia sehingga tujuan privatisasi BUMN dapat tercapai sesuai dengan yang seharusnya.

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi kalangan akademisi yang mencermati kebijakan privatisasi BUMN.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis Kepemilikan pada BUMN

Okten dan Arin (2003) mengemukakan dua pandangan tentang ekonomi kepemilikan dan peran kepemilikan pemerintah terhadap sumber-sumber produktif, yaitu :

1. Pandangan Sosial (The Social View)

Menurut pandangan sosial, Badan-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu mengatasi masalah kegagalan pasar dengan melaksanakan kebijakan harga yang memperhitungkan biaya marjinal sosial dan keuntungan produksi. Dalam pandangan ini, perusahaan swasta akan memaksimumkan keuntungan, sedangkan BUMN akan memaksimumkan kesejahteraan sosial. Pada pasar monopoli, maksimalisasi keuntungan akan mengakibatkan harga yang sangat tinggi dan kuantitas yang rendah. Ketidakefisienan ini dapat diatasi dengan kepemilikan pemerintah pada perusahaan. Selain itu, pandangan sosial juga memperkirakan bahwa BUMN akan memilih penggunaan teknologi secara efisien.

2. Pandangan Agensi (The Agency View)

Pandangan agensi menyatakan bahwa para manajer BUMN mungkin kekurangan insentif dan pengawasan. Di samping itu, interfensi politik didalam perusahaan menyebabkan terjadinya penyerapan tenaga kerja yang berlebihan,


(25)

buruknya pilihan produk dan lokasi, kurangnya investasi dan buruknya penentuan insentif bagi para manajer. BUMN juga akan menggunakan teknologi yang tidak efisien dan menggunakan modal secara berlebihan. Dari segi efisiensi alokasi, pandangan agensi memperkirakan bahwa jika terjadi tingkat persaingan yang wajar, maka privatisasi akan mengakibatkan peningkatan efisiensi alokasi karena perusahaan meningkatkan produktifitasnya setelah privatisasi. Dalam hal ini, perusahaan akan memberikan harga yang kompetitif.

2.2. Privatisasi di Indonesia

Berdasarkan pengalaman internasional, privatisasi BUMN dilakukan atas dua alasan. Pertama, untuk mengurangi defisit fiskal dan atau menutupi kewajiban-kewajiban (hutang-hutang) pemerintah yang jatuh tempo, dan kedua, untuk mendorong kinerja ekonomi makro atau efisiensi makro (Ika, 2002).

Demikian pula yang terjadi di Indonesia. Pembiayaan defisit anggaran yang bersumber dari privatisasi BUMN telah dilaksanakan pemerintah Indonesia sejak tahun 2000. Ini merupakan tujuan jangka pendek, dimana dana hasil privatisasi akan habis digunakan untuk pembiayaan pada tahun yang bersangkutan. Meskipun demikian dalam perspektif jangka panjang, Indonesia menetapkan tujuan privatisasi dalam rangka efisiensi makro ekonomi. Ini dapat dilihat dari pengertian privatisasi yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Persero (Persero). PP Nomor 33 Tahun 2005 ini mendefinisikan privatisasi sebagai “penjualan saham Persero, baik


(26)

sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka peningkatan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat”.

Menurut Mahmudin Yasin (2002), ada tiga alasan utama mengapa restrukturisasi dan privatisasi BUMN di Indonesia perlu dilaksanakan dengan segera, yaitu :

1. Perbaikan kinerja BUMN dan peningkatan value

Pengalaman privatisasi di berbagai negara menunjukkan bahwa pemilik baru dari sebuah BUMN lazimnya melakukan perbaikan secara lebih efektif mengingat adanya modal, teknologi, keahlian dan/atau jaringan pemasaran yang baru. Hal ini akan meningkatkan daya saing BUMN terhadap perusahaan swasta dan meningkatkan laba. Selanjutnya, BUMN akan mampu melakukan ekspansi usaha baik menggunakan sumber dana internal (laba ditahan) maupun melalui hutang-hutang komersial tanpa mengharapkan bantuan pendanaan pemerintah. 2. Mendorong terbentuknya good governance (perusahaan yang sehat,

transparan dan akuntabel serta pemerintahan yang efektif)

Privatisasi menjadi salah satu mesin pendorong bagi pembentukan pemerintahan yang efektif sehingga tugas-tugas pemerintahan yang berkaitan dengan dunia usaha akan lebih terfokus, efisien dan ditekankan pada perancangan dan penyempurnaan regulasi tingkat sektoral serta penetapan kebijakan sektor yang jelas dan kondusif bagi investasi.


(27)

3. Mengurangi beban negara

Negara tidak sanggup untuk memiliki persero dengan biaya tinggi atau tidak efisien, terutama persero yang bidang usahanya adalah kompetitif dan dapat dikelola lebih baik oleh swasta. Privatisasi adalah bagian dari reformasi struktural yang akan mendorong bangsa Indonesia keluar dari resesi saat ini, terutama dengan penyerahan pengelolaan sektor-sektor yang tidak menyangkut hajat hidup orang banyak.

Dengan demikian, beralihnya fokus peranan pengelolaan pelayanan dari pihak pemerintah kepada pihak swasta diasumsikan akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Pada saat itu, akan berlangsung mekanisme pasar. Meningkatnya akses pasar akan mampu meningkatkan arus kas perusahaan, sehingga perusahaan mampu memenuhi permintaan pasar serta mampu memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, sebagaimana diperlihatkan gambar 2.1.

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat lingkaran pengaruh positif privatisasi melalui metode Private Placement dengan perusahaan yang berpengalaman. Dengan privatisasi, BUMN akan memiliki modal kuat yang memadai untuk memenuhi target dan insentif. Adanya investasi dan penggunaan teknologi baru akan membuat BUMN lebih kompetitif dengan meningkatkan kualitas produk serta memperluas jaringan pasar. Melalui privatisasi akan terjadi transfer teknologi dari investor baru yang dapat dimanfaatkan dalam proses produksi sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk dalam waktu yang lebih cepat, kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih


(28)

kompetitif. Perusahaan akan mampu memenuhi permintaan pasar sehingga memperoleh keuntungan yang besar, dan kembali memiliki modal yang kuat.

Sound Regulatory Framework

+. Incentives for Investment +. Transparency Policy Align +. Copany Incentives to

National Goals

Domestic and Internasional IPO with Private Placement with Experienced Company

Meet Market Demands

Strong Cash Flow

Increased Demands

Lower Prices

Covenant for meeting targets and incentives linked to investments, lower prices and

new technology services

Expand Network/ Busnies with New

Technology

Improved Services/Products and Development Need Economic of Scale:

Technology and management Driven Productivity Improvemnet

(Sumber : Setyanto P. Santosa) Gambar 2.1. Virtuous Funding Cyrcle

2.3. Tinjauan Ekonomi Privatisasi

Kajian tentang privatisasi sering dihubungkan dengan 2 aspek, yaitu aspek efisiensi dan aspek distribusi pendapatan. Ika (2002) mengemukakan bahwa isu efisiensi kepemilikan antara pemerintah di satu sisi dengan swasta di sisi lain berakar


(29)

dari teori sistem harga pada pasar persaingan sempurna. Dalam pasar persaingan sempurna, keseimbangan pasar dapat dilihat dari sisi konsumen (maksimalisasi kegunaan) dan sisi produsen (maksimalisasi laba).

Dalam memaksimalkan laba, perusahaan harus memilih kombinasi input yang paling menguntungkan untuk memproduksi output. Dalam hal ini, menurut Pindick dan Rubinfeld, perusahaan dapat menggunakan salah satu dari dua metode optimasi dengan kendala, yaitu :

1. Maksimalisasi output dengan kendala biaya; artinya, dengan jumlah input tertentu diperoleh output sebanyak mungkin.

Max f (x) subject to i Wi Xi = C Y = f (x)

dimana Y = Output Xi = Input i

Wi = Harga input i

i Wi Xi = C = Persamaan biaya

2. Minimalisasi biaya dengan kendala output; artinya, dengan menggunakan input sesedikit mungkin untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.

Min i Wi Xi subject to f (x) = Y

Kombinasi input yang optimal untuk menghasilkan output Y dengan harga input W dapat diperoleh dengan menyelesaikan minimalisasi biaya dengan kendala output, sehingga diperoleh :


(30)

Xi* = gi (Y,W)

C (Y,W) = i Wi gi = (Y,W)

dimana Xi* adalah input optimal yang merupakan fungsi dari Y dan W.

Ketika hal ini berlangsung tanpa ada unsur eksternalitas, efisiensi akan tercapai jika sumber-sumber diserahkan kepada pasar. Sebaliknya, unsur eksternalitas di sisi konsumen dan atau produsen akan mengakibatkan terjadinya kegagalan pasar. Ketika hal ini terjadi, peran pemerintah diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan. Sementara itu, privatisasi merupakan jawaban dari kegagalan pemerintah dalam menyediakan barang dan jasa.

2.4. Fungsi Produksi

Fungsi produksi pada suatu perusahaan menggambarkan hubungan antara jumlah keluaran (output) dengan variabel masukan (input) pada suatu waktu tertentu di perusahaan tersebut. Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, ... , Xn) dimana

Y = Output X1 = Input ke–1 X2 = Input ke-2 X3 = Input ke-3 Xn = Input ke-n


(31)

Menurut Nicholson (2005), fungsi produksi tersebut memiliki asumsi-asumsi yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Nilai input (X1, X2, X3, ... , Xn) dan output (Q) adalah positif (non negative

values).

2. Kuantitas dari input tetap (fixed input) sudah tertentu jumlahnya dan tidak dapat diubah oleh industri selama periode tertentu.

3. Industri dapat memilih dan menggunakan berbagai kombinasi dari input X1, X2 dan X3 untuk dapat memproduksi tingkat output tertentu, dan jumlah dari kombinasi ini adalah tidak terbatas.

4. Teknologi dalam industri adalah semua informasi teknik tentang semua kombinasi input untuk memproduksi output. Teknologi menyatakan bahwa semua kombinasi input X1, X2 dan X3 dapat dilaksanakan dengan berbagai cara dan karenanya dapat menghasilkan tingkat output yang berbeda-beda. Fungsi produksi di atas dapat dispesifikasi lebih lanjut dalam bentuk fungsi produksi

Q = f (K,L) dimana

Q = output K = input modal L = input tenaga kerja

Dari fungsi produksi di atas, dapat dihitung total produksi yang dihasilkan (TP = Q), tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi


(32)

(Marginal Physical Product /MP) dan rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi (Average Physical Product /AP).

Jika diasumsikan bahwa salah satu input adalah konstan dalam jangka pendek, fungsi produksi dapat disederhanakan. Diumpamakan input modal dianggap konstan, maka fungsi produksinya menjadi

Q = TP = f (L)

Secara matematis TP akan maksimum jika turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan TP adalah MP, maka TP maksimum pada saat MP sama dengan nol.

MPL = TP’= dL dTP

Perusahaan dapat menambah jumlah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP < 0, penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai MP merupakan indikasi terjadinya the Law of Diminishing Return (LDR).

Sementara itu, AP akan maksimum pada saat AP’ = 0. Ini terjadi pada saat AP = MP, dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP maksimum.

APL = TP/L

Ini merupakan prinsip umum dalam menganalisis proses alokasi faktor produksi yang efisien.


(33)

19

Tenaga Kerja

Tenaga Kerja 8

3 4

0

Tahap I Tahap II Tahap III

AP

MP

3 4 9

Output

1 2 10 5 6 7 8

MP maks

MP = 0

TP

0 Output

(Sumber : Rahardja dan Manurung) Gambar 2.2 : Kurva TP, MP, dan AP


(34)

Gambar 2.2 menunjukkan 3 tahapan dalam proses produksi suatu perusahaan. Tahap I terjadi sampai pada saat kondisi AP maksimum. Pada tahap ini, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu, hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari pada tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti berproduksi pada tahap ini.

Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marginal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun nilai keduanya masih positif. Penambahan tenaga kerja akan menambah produksi total sampai mencapai nilai maksimum.

Sedangkan pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi lagi karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian. Oleh karena itu, perusahaan akan berproduksi pada tahap II.

2.4.1. Fungsi produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi dapat dispesifikasi dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi ini dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut :

Y = A Kg L ... (1) dimana

Y = output

A = koefisien teknologi K = input modal


(35)

g = elastisitas input modal = elastisitas input tenaga kerja

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui beberapa hal yang sangat penting, antara lain :

1. Marginal Physical Product dari masing-masing input, yaitu perubahan pada output sebagai akibat perubahan-perubahan pada input. Pemahaman tentang Marginal Physical Product penting untuk mengetahui produktifitas masing-masing input.

Marginal Physical Product (MP) dapat diketahui melalui turunan fungsi produksi. Jika fungsi produksi Cobb-Douglas yang digunakan adalah

Y = A Kg L

MP dari kapital (Marginal Physical Product of Capital/MPK) diperoleh

dengan menghitung turunan fungsi tersebut, yaitu :

dK dQ

= MPK =

K Q K L K A L K

Aα α α

β α β

α−1 = =

. ... (2)

dan MP dari tenaga kerja (Marginal Physical Product of Labor/MPL)

adalah :

dK dQ

= MPL =

K Q K L K A L K

A β α β

β α β

α −1= =


(36)

2. Elastisitas output dari masing-masing faktor input, yaitu perubahan persentase dari output sebagai akibat perubahan persentase dari faktor input. Parameter ini sangat penting, terutama dalam usaha mengadakan perbaikan dari proses produksi atau efisiensi dan juga untuk meramalkan, misalnya dampak-dampak perubahan-perubahan dari faktor-faktor input. Dengan kata lain, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat menjelaskan kondisi return to scale. Return to scale dapat diperoleh melalui penjumlahan elastisitas substitusi. Jika g + = 1 berarti constant return to scale, jika g + < 1, berarti decreasing return to scale, jika g + > 1, berarti increasing return to scale.

Dalam persamaan, jika input dinaikkan dua kali lipat, maka :

β α.(2 )

) 2

( 1 1

2 A K L

Q = β β α 1 ' 2 .

2 K1 L

A a = β α β α 1 . 2 + AK1 L

=

1

2α+βQ

=

Artinya,

jika g + = 1, maka Q2 = 2Q1 terjadi constant return to scale; jika g + < 1, maka Q2 < 2Q1 terjadi decreasing return to scale; jika g + > 1, maka Q2 < 2Q1 terjadi increasing return to scale.


(37)

Dalam grafik dapat dilihat kondisi return to scale sebagai berikut :

(Sumber : Joesron dan Fathorrozi) Gambar 2.3 : Constant Return to Scale

Constant return to scale terjadi jika persentase pertambahan kuantitas produksi sama besarnya dengan persentase pertambahan kuantitas faktor-faktor produksi (oa = ab)

(Sumber : Joesron dan Fathorrozi) Gambar 2.4 : Increasing Return to Scale


(38)

Increasing return to scale terjadi jika persentase pertambahan kuantitas produksi lebih besar dari persentase pertambahan kuantitas faktor-faktor produksi.

(Sumber : Joesron dan Fathorrozi) Gambar 2.5 : Decreasing Return to Scale

Decreasing return to scale terjadi jika persentase pertambahan kuantitas produksi lebih kecil dari persentase pertambahan kuantitas faktor-faktor produksi.

3. Bagian dari faktor input, yaitu tenaga kerja dan modal diketahui. Hal ini sangat penting karena setiap proses produksi mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap bagian-bagian tersebut. Dengan pengetahuan mengenai bagian-bagian dari input juga kita dapat mengetahui sejauh mana suatu proses perubahan bersifat padat kerja atau padat modal.


(39)

Dengan kata lain, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat menjelaskan elastisitas input. Elastisitas input modal diperoleh melalui persamaan :

Elastisitas Q

K dK dQ K dK

Q dQ

K= = . ... (4) Dengan mensubstitusikan nilai dQ/dK pada persamaan (2) ke persamaan (4), diperoleh persamaan :

Elastisitas K = α =α

Q K K Q

. ... (5)

Dengan cara yang sama, diperoleh persamaan untuk elastisitas tenaga kerja, yaitu :

Elastisitas L = β =β Q K K Q

. ... (6)

Dari persamaan di atas, diketahui bahwa koefisien regresi dari fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sama dengan elastisitas inputnya. Elastisitas input berfungsi untuk menjelaskan input mana yang lebih elastis di antara input-input yang digunakan. Di samping itu, nilai elastisitas juga menjelaskan intensitas faktor produksi. Jika g > , berarti proses produksi lebih bersifat padat modal. Sebaliknya, jika > g, berarti proses produksi lebih bersifat padat karya.


(40)

2.5. Efisiensi

Dalam mencapai keseimbangannya, produsen selalu berdasarkan prinsip efisiensi, yaitu maksimalisasi output (output maximization) atau minimalisasi biaya (cost minimization). Prinsip maksimalisasi output menyatakan bahwa dengan anggaran yang sudah ditentukan, dicapai output maksimum. Sedangkan prinsip minimalisasi biaya menyatakan target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya minimum.

Keputusan tingkat produksi senantiasa berkaitan dengan tingkat produktifitas faktor-faktor produksi yang digunakan. Produktifitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah meningkatkan produktifitas di banding jangka pendek. Itu sebabnya ada perusahaan yang mampu menekan biaya produksi sehingga tiap tahun biaya produksi per unit makin rendah.

Di samping itu, dalam jangka panjang, perusahaan memiliki kemampuan untuk menambah atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan beroperasi dengan biaya rata-rata yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Hal ini dapat digambarkan dalam kurva pada Gambar 2.6..

Gambar 2.6 menunjukkan titik-titik biaya rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi. Dalam teori mikroekonomi, ini disebut kurva amplop. Kurva ini merupakan kurva biaya rata-rata jangka panjang (long run average cost/LAC).


(41)

Besarnya biaya per unit minimum ditunjukkan oleh garis LAC yang bersinggungan dengan kurva-kurva biaya rata-rata jangka pendek (short run average cost/SAC).

0 X2 X3 Kuatitas

C1

C2

Biaya

SAC1

SAC2 SAC3

LAC

X1

(Sumber : Rahardja dan Manurung)

Gambar 2.6 : Teorema Amplop (Envelope Theorem)

Menurut Rahardja dan Manurung (2006), ada tiga kemungkinan sudut kemiringan kurva LAC seperti yang ditunjukkan gambar 2.7, 2.8 dan 2.9 .

LAC

Kuantitas X1

0 Biaya

(Sumber : Rahardja dan Manurung)


(42)

0 Biaya

X1

LAC

Kuantitas

(Sumber : Rahardja dan Manurung)

Gambar 2.8 : Kurva LAC, Kasus Increasing Return to Scale

LAC = LMC

0 Biaya

Kuantitas

SAC3

SMC3

SMC1 SAC

1 SMC2 SAC2

(Sumber : Rahardja dan Manurung)

Gambar 2.9 : Kurva LAC, Kasus Constant Return to Scale

Gambar 2.7 menunjukkan sudut kemiringan LAC mengarah ke kanan atas. Ini terjadi karena terlalu cepat terjadinya hukum LDR, segingga setelah titik x1 perusahaan mengalami skala produksi tidak ekonomis. Kurva LAC seperti ini bisa terjadi pada perusahaan yang memiliki fungsi produksi Decreasing Return to Scale.


(43)

Sedangkan gambar 2.8 menunujukkan sudut kemiringan LAC ke kiri bawah. Perusahaan mengalami inefisiensi, sehingga skala produksi tidak ekonomis lagi pada saat jumlah produksi sudah sangat besar. Kurva LAC seperti ini terjadi bila fungsi produksi perusahaan memiliki karakter Increasing Return to Scale.

Selanjutnya, gambar 2.9 menunjukkan kurva LAC yang berbentuk garis lurus sejajar sumbu horizontal. Ini disebabkan karena kurva-kurva SAC sama dan sebangun. Kurva LAC sama dengan kurva LMC (long run marginal cost) karena kurva-kurva SMC (short run marginal cost) sejajar dan sebangun. Kurva LAC seperti ini terjadi bila fungsi produksi perusahaan memiliki karakter Constant Return to Scale.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efisiensi perusahaan terjadi pada saat fungsi produksi perusahaan tersebut memiliki karakter Constant Return to Scale.

2.6. Penelitian Sebelumnya

2.6.1. Penelitian tentang Efisiensi

2.6.1.1. Penelitian Mushunje, Belete dan Freser

Mushunje, Belete dan Freser (2003) melakukan penelitian tentang Efisiensi Teknis pada Petani di Zimbabwe. Model stochastic frontier funtion dari Cobb-Douglas digunakan untuk menentukan efisiensi teknis dari 44 kelompok petani kapas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah, tenaga kerja dan pestisida berpengaruh secara signifikan terhadap output kapas. Di samping itu, hasil


(44)

penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran tanah secara signifikan mempengaruhi inefisiensi teknis dari produksi. Diasumsikan bahwa para petani menjalankan pertanian skala kecil dan tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memproduksi kapas dengan efisiensi teknis. Ada perbedaan yang besar antara petani yang sangat rendah dalam kinerja efisiensi teknisnya (22,2%) dan petani yang efisiensi teknisnya tinggi (99%).

2.6.1.2. Penelitian Sukiyono

Sukiyono (2005) meneliti faktor penentu tingkat efisiensi teknik usahatani cabai merah di kecamatan Selupu Rejang, kabupaten Rejang Lebong. Dalam penelitian ini, digunakan fungsi produksi frontier dan diduga dengan menggunakan metode MLE dengan mengasumsikan Cobb-Douglas adalah bentik fungsional fungsi produksi frontier. Jumlah responden 60 orang dipilih secara acak dengan metode acak sederhana.

Hasil dugaan fungsi produksi menunjukkan bahwa sebagian besar peubah yang diikutsertakan dalam model, yaitu jumlah benih, jumlah pupuk TSP, KCl, pupuk kandang, tenaga kerja luas area dan pestisida adalah signifikan dan mempunyai tanda sesuai harapan, kecuali peubah TSP dan tenaga kerja yang mempunyai tanda negatif. Penelitian juga menemukan bahwa petani mempunyai efisiensi teknik antara 7% hingga 99% dengan rata-rata 65%. Hasil penelitian juga menemukan bahwa lama pendidikan mempunyai tanda sesuai harapan dan nyata pada taraf 95%,


(45)

sementara ukuran usahatani tidak meskipun mempunyai tanda positif. Lebih lanjut, faktor umur dan pengalaman petani mempunyai tanda negatif dan bukan merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknik yang diperoleh petani.

2.6.2. Penelitian tentang Privatisasi

2.6.2.1. Penelitian Brown dan Earle

Brown dan Earle (2001) melakukan penelitian mengenai pengaruh privatisasi terhadap produktifitas di Ukraina dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Data yang digunakan adalah data panel perusahaan manufaktur dari tahun 1989 sampai dengan 2005. Analisis data dilakukan dengan 3 model, yaitu Ordinary Least Square (OLS), Firm Fixed Effects dan Firm-specific Time Trends (FT).

Hasil penelitian memberikan bukti kuatnya kontribusi privatisasi terhadap pertumbuhan produktifitas perusahaan manufaktur agregat di Ukraina selama periode transisi. Hasil estimasi mengimplikasikan satu pengaruh positif substansial dari privatisasi terhadap produktifitas pada perusahaan yang diprivatisasi kepada pemilik domestik. Meskipun hasilnya secara rinci berbeda-beda di antara ketiga model, namun ketiganya mengimplikasikan manfaat yang banyak dari perusahaan privatisasi dibanding BUMN. 6 hingga 7 tahun setelah privatisasi, perbedaan produktifitas makin meluas hingga sekitar 25%.


(46)

2.6.2.2. Penelitian Dougherty dan McGuckin

Dougherty dan McGuckin (2001) melakukan penelitian tentang pengaruh federalisme dan privatisasi terhadap produktifitas di perusahaan China. Data yang dipergunakan adalah data dari perusahaan-perusahaan industri di China selama tahun 1995. Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang dispesifikkan dalam istilah log-linear produktifitas tenaga kerja.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa produktifitas tenaga kerja pada perusahaan asing lima kali lipat lebih tinggi daripada produktifitas tenaga kerja pada BUMN. Perusahaan asing memiliki intensitas modal tertinggi, modal terbaru dan tingkat upah tertinggi. Perusahaan asing juga terbanyak mengekspor penjualannya dan merupakan perusahaan yang relatif muda.

Perusahaan-perusahaan yang memiliki intensitas modal terendah justru memiliki tingkat produktifitas tenaga kerja yang lebih tinggi daripada BUMN. Perbedaan produktifitas tenaga kerja antara perusahaan lokal dan federal sangat besar, tergantung pada tipe kepemilikan. Produktifitas tenaga kerja tidak berbeda antara perusahaan BUMN lokal dan federal, sedangkan intensitas modal pada BUMN lokal lebih tinggi daripada BUMN federal. Sementara itu, produktifitas tenaga kerja pada perusahaan bukan BUMN federal lebih tinggi daripada lokal, namun perusahaan lokal memiliki setengah basis modal. Perusahaan lokal juga mengekspor sebanyak atau lebih dari perusahaan federal.


(47)

2.6.2.3. Penelitian Iimi

Iimi (2003) meneliti hubungan antara privatisi dan pembangunan ekonomi dengan kasus privatisasi telekomunikasi. Dalam penelitian tersebut, Iimi mengadakan penelitian kasus empiris dengan menggunakan teori pertumbuhan endogenus, dan menghitung pengaruh privatisasi terhadap ekspansi jaringan telekomunikasi dengan menggunakan Wilcoxon mached-pair signed-rank test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa privatisasi menaikkan tingkat pertumbuhan jaringan telepon utama sebesar 4.4 poin persen. Namun, pengaruh privatisasi berbeda-beda antara masing-masing daerah, tergantung karakteristk latar belakang negara. Dalam kesimpulannya, Iimi menyatakan bahwa penelitian empiris menunjukkan gambaran ganda; privatisasi dapat atau tidak dapat meningkatkan kinerja operasional dan finansial. Teori-teori ekonomi masih jauh dari menghasilkan kesimpulan tentang pengaruh privatisasi.

Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi dan big push model, level awal pendapatan agregat adalah signifikan bagi pembangunan ekonomi karena infrastruktur publik memiliki pengaruh eksternalitas positif terhadap produktifitas sektor swasta dan permintaan awal yang banyak terhadap stok modal pemerintah akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat. Namun, karena investor-investor swasta yang membeli saham BUMN cenderung mengabaikan eksternalitas dan


(48)

berkonsentrasi untuk memaksimumkan keuntungan, maka perusahaan-perusahaan yang diswastakan tidak akan berinvestasi pada stok modal publik, sehingga mengakibatkan under-investment equilibrium.

2.6.2.4. Penelitian Okten dan Arin

Okten dan Arin (2003) meneliti pengaruh privatisasi terhadap Efisiensi, Produktifitas dan Pilihan Teknologi dengan mengambil sampel 22 perusahaan semen di Turki. Hasil estimasi menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang diprivatisasi berubah menjadi perusahaan dengan teknologi yang lebih intensif pada modal karena perusahaan tersebut meningkatkan modal dan investasi serta mengurangi tenga kerja. Kontribusi modal terhadap nilai output meningkat sedangkan kontribusi tenaga kerja terhadap output menurun. Pilihan terhadap teknologi baru lebih produktif karena produktifitas tenaga kerja meningkat sementara biaya rata-rata turun. Deregulasi harga sebelum dilakukan privatisasi dan privatisasi, bersama-sama menigkatkan efisiensi alokasi. Output meningkat dan harga turun setelah perusahaan didorong untuk menentukan harga sendiri dan berkompetisi satu sama lain pada tahun 1986.

2.7. Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan suatu kerangka pemikiran terhadap permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :


(49)

Output BUMN Total asset BUMN

+ +

Jumlah tenaga kerja BUMN

Gambar 2.10 : Kerangka Pikir Analisis Efisiensi pada BUMN di Indonesia dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas

2.8. Hipotesis penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, beberapa landasan teori dan penelitian terdahulu, disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Total aset berpengaruh positif terhadap output BUMN privatisasi di Indonesia, ceteris paribus

2. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap output BUMN privatisasi di Indonesia, ceteris paribus


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia dalam kurun waktu 2001 sampai dengan 2006. Apakah total aset dan jumlah tenaga kerja dapat benar-benar terimplikasi menjadi stimulus output BUMN privatisasi di Indonesia selama periode penelitian dan apakah terjadi efisiensi pada BUMN privatisasi tersebut.

3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Kementerian Negara BUMN. Jenis data adalah data panel yang merupakan gabungan dari data kurun waktu (time series) tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 dan data cross section.

3.3. Model Analisis

Untuk dapat mengetahui efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia dalam kurun waktu 2001 sampai dengan 2006, model analisis yang digunakan adalah :

Q = f (Kg, Lß)

Model diatas kemudian dibentuk ke dalam persamaan ekonometrika dengan Metode Efek Tetap berdasarkan teori produksi Cobb-Douglas:


(51)

log Q it = b0 + b1 log K it, + b2 log L it + µ it dimana

Q = output BUMN b0 = konstanta

b1, b2 = koefisien regresi K = total aset BUMN

L = tenaga kerja pada BUMN µ = error term

i = untuk BUMN i t = untuk tahun t

3.4. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian ini, maka disajikan definisi orperasional sebagai berikut :

1. Output adalah total output BUMN privatisasi dari tahun 2001 s.d. 2006 yang diproxy dari pendapatan/penjualan BUMN (dalam Rupiah)

2. Modal adalah total aset yang dimiliki oleh BUMN privatisasi dari tahun 2001 s.d. 2006 (dalam Rupiah)

3. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja pada BUMN privatisasi dari tahun 2001 s.d. 2006 (dalam Orang)


(52)

3.5. Metode Analisa data

Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif berupa pengolahan data yang diperoleh berdasarkan metoda statistik dengan menggunakan Eviews versi 4.1. Dalam pengolahan data ini digunakan regresi berganda Metoda Efek Tetap.

Sebelum melakukan estimasi terhadap model persamaan, tahapan dan cakupan analisis yang dilakukan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

3.5.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

Uji kesesuaian dilakukan berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), yang kemudian dilanjutkan dengan F-test dan T-test. Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengetahui kekuatan variabel bebas (independent variabel) menjelaskan variabel terikat (dependen variabel). F-tes dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara bersama. T-test dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Untuk memudahkan dalam proses pengolahan data, maka dalam analisis digunakan EViews versi 4.1.

3.5.2. Pelanggaran Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi ada beberapa permasalahan yang biasa terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk.


(53)

Untuk itu, maka perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang terdiri dari :

3.5.2.1. Multikolinieritas

Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Interpretasi dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut multikolinieritas sempurna. Multikolinieritas dapat dideteksi melalui nilai R2.

Jika nilai R2 dari model yang diestimasi lebih kecil dari pada nilai R2 dalam regresi antar variabel bebas, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan, tidak dapat diterima.

Jika nilai R2 dari model yang diestimasi lebih besar dari pada nilai R2 dalam regresi antar variabel bebas, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan, diterima.

3.5.2.2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila varian tidak konstan atau berubah-ubah. Dalam prakteknya, heteroskedastisitas banyak ditemui pada data


(54)

cross section. Akibat varian koefisien regresi yang lebih besar, maka interval kepercayaan semakin lebar. Uji-t atau Uji-F akan terpengaruh yang berakibat uji hipotesis tidak akurat, dan akhirnya akan berdampak pula pada keakuratan kesimpulan.

Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas maka dilakukan Uji formal dengan teknik Uji Breusch-Pagan Godfrey (Uji BPG) dan Uji

White.

Jika var (ui) = σ2 (konstan), maka hipotesis yang menyatakan bahwa

tidak ada heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan, diterima.

Jika var (ui) ≠ σ2 (tidak konstan atau berubah-ubah), maka hipotesis

yang menyatakan bahwa tidak ada heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan, tidak dapat diterima.


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan BUMN

Dalam obyek penelitian ini akan dibahas mengenai perkembangan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan variabel-variabel yang menjadi fokus dari penelitian yaitu output, aset dan tenaga kerja.

4.1.1 PT. Semen Gresik Tbk

Perseroan didirikan dengan nama NV Pabrik Semen Gresik pada tanggal 25 Maret 1953 dengan Akta Notaris Raden Mr. Soewandi N0. 41. Pada tanggal 17 April 1961, NV Pabrik Semen Gresik dijadikan Perusahaan Negara (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 132 tahun 1961, kemudian berubah menjadi PT. Semen Gresik (Persero) berdasarkan Akta Notaris J.N. Siregar, S.H. No. 81 tanggal 24 Oktober 1969. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan yang terakhir berdasarkan Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. No 5 tanggal 5 Juli 2007 mengenai modal dasar dan modal yang ditempatkan. Perubahan yang dimaksud berdasarkan surat No.W7-HT.01.04-9972 tanggal 9 Juli 2007 dan diumumkan dalam berita Negara RI No. 63 tanggal 7 Agustus 2007, tambahan berita Negara RI No. 888/I/2007.

Perseroan mendapat persetujuan melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 859/KMK.01/1987 tanggal 23 Desember 1987, juncto Keputusan Menteri


(56)

Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 untuk menawarkan saham kepada masyarakat. Pada tanggal 4Juli 1991, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) menyetujui pencatatan saham sebanyak 70.000.000 saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Pada tanggal 30 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya menyetujui pencatatan tambahan 78.288.000 saham Perseroan. Pada tanggal 20 Juli 1995, BAPEPAM menyetujui Penawaran Umum Terbatas sejumlah 444.864.000 saham biasa dengan dasar tiga saham baru untuk setiap saham yang beredar.

Sebagai tindak lanjut dari salah satu RUPSLB tanggal 28 Juni 2007, pada tanggal 7 Agustus 2007, Perseroan telah melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:10. Jumlah lembar saham Perseroan yang beredar setelah pemecahan saham tersebut menjadi sebesar 5.931.520.000 lembar saham dengan harga pasar saham pasar awal setelah pelaksanaan pemecahan saham tersebut adalah Rp 5.000,-.

Ruang lingkup kegiatan Perseroan dan anak perusahaan meliputi berbagai kegiatan industri, namun kegiatan utamanya adalah dalam sektor industri semen. Lokasi pabrik Perseroan dan anak perusahaan berada di Gresik dan Tuban di Jawa Timur, Indarung di Sumatera Barat serta Pangkep di Sulawesi Selatan. Hasil produksi Perseroan dan anak perusahaan dipasarkan di dalam negeri dan di luar negeri.


(57)

Kepemilikan saham terdiri atas :

1. Pemerintah Republik Indonesia : 51,01% 2. Blue Valley Holding Pte, Ltd : 24,90% 3. Publik : 24,09%

Sementara itu anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah PT. Semen Padang (SP), PT. Swadaya Graha, PT. Semen Tonasa (ST), PT. Varia Usaha, PT. Kawasan Industri Gresik (KIG), PT. Eternit Gresik, PT. Industri Kemasan Semen Gresik (IKSG) dan PT. United Tractors Semen Gresik (UTSG).

Perkembangan kinerja produksi PT. Semen Gresik Tbk dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.1. Perkembangan Kinerja PT. Semen Gresik Tbk

Tahun

Pendapatan (Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 4.659.203 8.763.074 6.734 2002 5.172.278 6.809.047 7.195 2003 5.449.941 6.559.495 7.195 2004 6.067.558 6.640.561 7.195 2005 7.532.208 7.296.964 6.948 2006 8.727.858 7.496.419 6.863 (Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007)


(58)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Semen Gresik Tbk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sementara itu, aset mengalami penurunan dari tahun 2001 hingga 2003 dan naik pada tahun 2004 hingga 2006. Sedangkan tenaga kerja meningkat pada tahun 2002, kemudian stabil hingga tahun 2005 dan turun pada tahun 2006.

4.1.2. PT. Timah Tbk

PT. Timah Tbk. didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah, SH, No. 1 tanggal 2 Agustus 1976. Akta Notaris tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan. Menteri Kehakiman Republik Indonesia telah memberikan persetujuan atas perubahan akta-akta notaris Imas Fatimah, SH, No.85 tanggal 28 Juli 1995 dan No. 11 tanggal 4 Agustus 1995 melalui surat keputusan No.C2-9985.HT.01.04.TH.95 tanggal 14 Agustus 1995 sehubungan dengan penawaran saham Seri B dan Global Depository Receipts (GDR) secara bersamaan melalui pasar modal domestik dan internasional.

Pada tanggal 27 September 1995, Perusahaan memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) melalui suratnya No.S-1246?PM/1995 untuk melakukan penawaran umum atas 176.155.000 saham Seri B dan GDR milik perusahaan.

Ruang lingkup perusahaan dan anak perusahaannya (bersama-sama “Grup”) berusaha dalam bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan jasa. Kegiatan utama Perusahaan adalah berfungsi sebagai


(59)

perusahaan induk yang melakukan kegiatan investasi dan melakukan jasa pemasaran kepada Grup.

Kepemilikan saham terdiri atas Pemerintah Republik Indonesia sebesar 65% dan masyarakat sebesar 35%. Sedangkan anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah Indometal London Limited, Indometal Corporation, PT. Tambang Timah, PT. Timah Induatri, PT. Timah Eksplomin, PT. Timah Tanjung Alam Jaya, PT. Timah Investasi Mineral, PT. Timah Batubara Utama, PT. Dok dan Perkapalan Air Kantung dan PT. Kutaraja Tembaga Raya.

Perkembangan kinerja produksi PT. Timah Tbk dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Perkembangan Kinerja PT. Timah Tbk

Tahun

Pendapatan (Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 1.867.247 1.921.951 5.233 2002 1.667.123 1,961.302 5.083 2003 1.945.733 1.982.585 4.890 2004 2.812.416 2.416.289 4.607 2005 3.396.150 2.748.157 4.364 2006 4.076.434 3.462.222 4.364 (Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007)


(60)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Timah Tbk mengalami fluktuasi dari tahun 2001 hingga 2003, selanjutnya mengalami peningkatan dari tahun 2004 hingga 2006. Sementara itu, aset mengalami peningkatan sepanjang tahun penelitian. Sedangkan tenaga kerja mengalami penurunan dari tahun 2001 hingga 2005, dan tidak berubah pada tahun 2006.

4.1.3. PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk

Perusahaan pada mulanya merupakan bagian dari “post en telegraafdiest” yang didirikan berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884 dan diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April 1884.

Pada tahun 1991, berdasarkan PP No. 25 tahun 1991, status Perusahaan diubah menjadi Perseroan Terbatas milik Negara. Perusahaan didirikan berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH, No. 128 tanggal 24 September 1991. Akta tersebut disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan surat keputusan No.C2-6870.HT.01.01. Th.1991 tanggal 19 Nopember 1991 dan diumumkan dalam Berita Negara RI No.5 tanggal 17 Januari 1992, tambahan No.210. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan terakhir berdasarkan Akta Notaris A. Portomuan Pohan, SH., LLM. No.4 tanggal 6 April 2006 dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI.51 tanggal 27 Juni 2006, tambahan No.666, antara lain mengubah kewenangan dan tanggung jawab Direksi dan Komisaris.


(61)

Pada tanggal 14 November 1995 Pemerintah RI melakukan penjualan 8.400.000.000 saham melalui penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, Bursa Efek New York (NYSE) dan Bursa Efek London (LSE).

Ruang lingkup perusahaan dan anak perusahaan adalah:

1. Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan, memasarkan atau menjual, menyewakan dan memelihara jaringan telekomunikasi dan informatika dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku.

2. Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau menjual dan meningkatkan layanan jasa telekomunikasi dan informatika dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku.

3. Menjalankan kegiatan dan usaha-usaha lain dalam rangka pemanfaatan dan pengembangan sumber daya yang dimiliki Perusahaan dan mengoptimalkan pemanfaatan aktiva tetap Perusahaan, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.

Kepemilikan saham terdiri atas :

1. Pemerintah Republik Indonesia : 51,41% 2. JPMCB US Resident (Norbax Inc.) : 9,14% 3. The Bank of New York : 7,32%


(62)

Sementara itu, anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah PT. Pramindo Ikat Nusantara, PT. Telekomunikasi Indonesia International, PT. Multimedia Nusantara, PT. Dayamitra Telekomunikasi, PT. Graha Sarana Duta, PT. Indonusa Telemedia, PT. Telekomunikasi Seluler, PT. Napsindo Primatel International dan PT. Infomedia Nusantara.

Perkembangan kinerja produksi PT. Telkom Tbk dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.3. Perkembangan Kinerja PT. Telkom Tbk Tahun Pendapatan

(Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 16.130.789 32.470.280 37.442 2002 20.802.818 44.307.096 34.678 2003 27.115.923 50.283.249 30.820 2004 33.947.766 56.179.192 29.375 2005 41.807.184 62.171.044 28.179 2006 51.294.008 75.135.745 25.466 (Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Telkom Tbk mengalami peningkatan sepanjang tahun penelitian, demikian pula halnya


(63)

dengan aset. Sebaliknya, tenaga kerja mengalami penurunan dari tahun 2001 hingga 2006.

4.1.4.PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mulanya didirikan di Indonesia sebagai bank sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi bank umum milik negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1992, tanggal 29 April 1992, dibuat di hadapan Muhani Salim S.H., yang telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 11 September 1992 Tambahan No. 1A.

Ruang lingkup kegiatan Bank Negara Indonesia adalah melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.

Kepemilikan saham terdiri atas :

1.Pemerintah Republik Indonesia : 76,36%

2.Perseroan Terbatas : 10,21% 3.Masyarakat : 7,62% 4.Badan Usaha Asing : 5,77% 5.Karyawan : 0,04%


(64)

Sementara itu, anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah BNI Nakertrans Ltd, PT. BNI Sekuritas, PT. BNI Multifinance, PT. BNI Life Insurance, PT. BNJ Management Ventura, PT. Bank Finconesia, PT. Amaswa, PT. Swadharma Surya Finance, PT. Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia, PT. Pembiayaan Artha Negara, PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia, PT. Pemeringkat Efek Indonesia, PT. Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, PT. Bank Mizuho Indonesia, PT. Bursa Efek Jakarta dan PT. Bursa Efek Surabaya.

Perkembangan kinerja produksi PT. BNI Tbk dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.4. Perkembangan Kinerja PT. BNI Tbk Tahun Pendapatan

(Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 2.771.755 129.053.150 13.483 2002 4.124.749 125.623.157 14.598 2003 5.002.332 131.486.870 17.475 2004 6.884.709 136.481.584 18.603 2005 7.005.194 147.812.206 19.471 2006 7.376.531 169.415.573 18.320 (Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007)


(65)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. BNI Tbk mengalami peningkatan sepanjang tahun penelitian, demikian pula halnya dengan aset. Sedangkan tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun 2001 hingga 2005 dan turun pada tahun 2006.

4.1.5.PT. Aneka Tambang (ANTAM) Tbk

Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Aneka Tambang Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968, dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang”, dan diumumkan dalam tambahan No. 36, Berita Negara No. 56, tanggal 5 Juli 1968. Pada tanggal 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas(“Perusahaan Perseroan”) dan sejak itu di kenal sebagai “Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”.

Pada tahun 1997, Perusahaan melakukan penawaran saham perdana kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham yang merupakan 35% dari jumlah 1.230.769.000 saham ditempatkan dan disetor penuh.

Ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan galian tersebut.


(66)

Kepemilikan saham terdiri atas :

1. Pemerintah Republik Indonesia : 65% 2. Open Heimer FD. Inc. : 10% 3. Masyarakat : 25%

Sementara itu, anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah Antam Finance Limited, Antam Europe B.V., Antam Resourcindo Indonesia, Borneo Edo International.

Perkembangan kinerja produksi PT. Aneka Tambang Tbk dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.5. Perkembangan Kinerja PT. Aneka Tambang Tbk Tahun Pendapatan

(Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 1.735.224 2.555.511 3.683 2002 1.711.400 2.525.026 3.609 2003 2.138.811 4.326.844 3.547 2004 2.858.538 6.042.646 3.434 2005 3.287.269 6.402.714 3.239 2006 5.629.401 7.290.906 3.069 (Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007)


(67)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Aneka Tambang Tbk mengalami penurunan pada tahun 2002, kemudian meningkat terus menerus hingga tahun 2006, demikian pula halnya dengan aset. Sedangkan tenaga kerja mengalami penurunan sepanjang tahun penelitian.

4.1.6. PT. Pelindo 2

Perkembangan kinerja produksi PT. Pelindo 2 dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.6. Perkembangan Kinerja PT. Pelindo 2 Tahun Pendapatan

(Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 454.994 1.007.389 1.430 2002 467.465 1.021.302 1.440 2003 423.910 1.031.723 1.432 2004 455.299 1.045.140 1.369

2005 521.794 1.110.886 na

2006 590.255 1.231.379 7.521 (Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Pelindo 2 mengalami peningkatan pada tahun 2002, turun pada tahun 2003, kemudian


(68)

meningkat terus menerus hingga tahun 2006. Sementara itu, aset mengalami peningkatan sepanjang tahun penelitian. Sedangkan tenaga kerja mengalami fluktuasi hingga tahun 2005 dan mengalami peningkatan terbesar di tahun 2006.

4.1.7. PT. Pelindo 3

Perkembangan kinerja produksi PT. Pelindo 3 dapat dilihat dari hasil pendapatan/penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.7. Perkembangan Kinerja PT. Pelindo 3 Tahun Pendapatan

(Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 1.160.005 2.533.066 3.087 2002 1.300.533 2.543.959 3.009 2003 1.383.887 2.502.681 2.843 2004 1.502.870 2.679.907 2.791 2005 1.693.128 3.086.367 na 2006 1.782.619 3.338.890 7.521 (Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Pelindo 3 mengalami peningkatan sepanjang tahun penelitian. Sementara itu, aset mengalami fluktuasi hingga tahun 2003, kemudian meningkat hingga tahun


(69)

2006. Sedangkan tenaga kerja mengalami penurunan hingga tahun 2005, dan mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2006.

4.1.8. PT. Kimia Farma Tbk

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk didirikan berdasarkan akta No. 16 tanggal 16 Agustus 1971 dan diubah dengan akta perusahaan No. 18 tanggal 11 Oktober 1971 keduanya dari Soelaeman Ardjasasmita, notaris di Jakarta. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. J.A.5/184/21 tanggal 14 Oktober 1971, dan didaftarkan pada buku registrasi di Kantor Pengadilan negeri Jakarta di bawah No. 2888 dan No. 2889 tanggal 20 Oktober 1971 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 9 Nopember 1971, tambahan berita Negara Republik Indonesia No. 508. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 45 tanggal 24 Oktober 2001 dari Imas Fatimah, SH, notaris di Jakarta, mengenai modal disetor. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C-12746HT.01.04.2001.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1817, yang pada saat itu bergerak dalam distribusi obat dan bahan baku obat. Pada tahun 1958, pada saat Pemerintah Indonesia menasionalisasikan semua Perusahaan Belanda, status perusahaan tersebut diubah menjadi Perusahaan Negara. Pada


(70)

tahun 1969, beberapa perusahaan Negara tersebut diubah menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma disingkat PN Farmasi Kimia Farma. Pada tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1971 status Perusahaan Negara tersebut diubah menjadi Persero dengan nama PT. Kimia Farma (Persero). Mulai Tbk sejak tahun 2001.

Ruang lingkup perusahaan dan anak perusahaan adalah:

1. Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia farmasi, biologi dan lainnya yang diperlukan guna pembuatan persediaan farmasi, kontrasepsi, kosmetika, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan/ minuman dan produk lainnya termasuk bidang perkebunan dan pertambangan yang ada hubungannya dengan produksi diatas.

2. Memproduksi pengemasan dan bahan pengemasan, mesin dan peralatan serta sarana pendukung lainnya, baik yang terkait dengan industri farmasi maupun industri lainnya.

3. Menyelenggarakan kegiatan pemasaran, perdagangan dan distribusi dari hasil produksi diatas, baik hasil produksi maupun hasil produksi pihak ketiga, termasuk bahan umum, baik di dalam dan di luar negeri, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha perusahaan.

4. Melakukan usaha bidang jasa, baik yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha perusahaan maupun jasa, upaya dan sarana pemeliharaan dan pelayanan kesehatan pada umumnya termasuk jasa konsultasi kesehatan.


(71)

5. Menyelenggarakan jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian dan pengembangan sejalan dengan maksud dan tujuan perusahaan, baik yang dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain.

Kepemilikan saham terdiri atas Pemerintah Republik Indonesia sebesar 90,01%, publik sebesar 9,99% dan karyawan sebesar 0,01%.

Sementara itu, anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah PT. Kimia Farma Apotek, PT. Kimia Farma Trading & Distribution, PT. Sinkona Indonesia Lestari dan PT. Kimia Farma Health Care.

Perkembangan kinerja produksi PT. Kimia Farma Tbk dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.8. Perkembangan Kinerja PT. Kimia Farma Tbk Tahun Pendapatan

(Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 1.409.567 1.151.253 5.704 2002 1.538.712 1.038.545 5.575 2003 1.816.384 1.368.145 5.811 2004 1.925.990 1.173.438 5.604 2005 1.816.433 1.177.603 5.819 2006 2.189.715 1.261.225 5.654 Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007


(72)

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Kimia Farma Tbk mengalami peningkatan sepanjang tahun penelitian, kecuali tahun 2005 ketika BUMN tersebut mengalami penurunan dalam penjualan. Sementara itu, aset mengalami fluktuasi hingga tahun 2004, kemudian meningkat hingga tahun 2006. Sedangkan tenaga kerja mengalami fluktuasi hingga tahun 2006.

4.1.9.PT. Indofarma Tbk

PT. Indonesia Farma Tbk, disingkat dengan PT. Indofarma (Persero) Tbk didirikan berdasarkan akta No. 1 tanggal 2 Januari 1996 dan diubah dengan akta No. 134 tanggal 26 Januari 1996 keduanya dari Notaris Sutjipto, SH. Akta pendirian ini telah disahkan dengan surat keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.C2-2122.HT.01.01.TH.96 tanggal 13 Februari 1996 dan diumumkan dalam Berita Negara No.43 tanggal 28 Mei 1996, Tambahan No. 4886. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, , terakhir dengan akta No. 13 tanggal 20 Februari 2001 dari notaris Imas Fatimah, SH mengenai peningkatan modal dasar. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No.C-1382.HT.01.04.TH.2001 tanggal 23 Februari 2001. Mulai Tbk sejak tahun 2001.


(73)

Ruang lingkup perusahaan dan anak perusahaan adalah:

1. Memproduksi bahan baku dan bahan penolong farmasi serta bahan kimia termasuk agrokimia, baik sendiri maupun atas dasar lisensi atau pembuatan atas dasar upah.

2. Memproduksi obat jadi seperti obat-obatan esensial, obat generik, obat nama dagang, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan, diagnostik, kontrasepsi serta produk makanan baik yang ada hubungannya dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan maupun yang bersifat umum termasuk untuk hewan, baik sendiri maupun atas dasar lisensi atau pembuatan atas dasar upah.

3. Memproduksi pengemasan, mesin dan peralatan serta sarana pendukung lainnya, baik yang terkait dengan industri farmasi maupun industri lainnya. 4. Pemasaran, perdagangan dan distribusi dari produksi diatas, baik hasil

produksi sendiri maupun hasil produksi pihak ketiga, termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha perusahaan.

5. Jasa baik yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha perusahaan maupun jasa pemeliharaan kesehatan pada umumnya termasuk jasa konsultasi kesehatan.

Kepemilikan saham terdiri atas :

1. Pemerintah Republik Indonesia : 80,66%

2. Publik : 19,32% 3. Karyawan : 0,01%


(74)

Sementara itu, anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah PT. Indofarma Global Medika dan PT. Promosindo Medika.

Perkembangan kinerja produksi PT. Indo Farma Tbk dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.9. Perkembangan Kinerja PT. Indo Farma Tbk Tahun Pendapatan

(Rp. Juta)

Aset (Rp. Juta)

Tenaga Kerja (orang)

2001 615.426 811.624 983 2002 687.984 810.028 1.124 2003 498.206 629.217 1.566 2004 689.522 523.923 1.641 2005 684.040 518.824 1.709 2006 1.026.676 686.937 1.252 Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Indo Farma Tbk mengalami fluktuasi hingga tahun 2003 ketika terjadi penurunan terendah, kemudian meningkat hingga tahun 2006. Sementara itu, aset mengalami penurunan hingga tahun 2005, kemudian meningkat pada tahun 2006. Sedangkan tenaga kerja mengalami peningkatan hingga tahun 2005, kemudian turun pada tahun 2006.


(75)

4.1.10. PT. Sucofindo

PT. Superintending Company of Indonesia (Persero) yang dikenal dengan nama PT. Sucofindo (Persero) didirikan pada tanggal 22 Oktober 1956 yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan surat penetapan No. J.A. 5/100/8 tanggal 12 Desember 1957 dan tercantum dalam Berita Negara tanggal 18 April 1958 No. 31 serta tambahan Berita Negara No. 293 tahun 1958.

Ruang lingkup perusahaan adalah pemeriksaan, pengawasan, pemantauan, pengujian, penilaian, penaksiran, dan pemeliharaan dan berkaitan dengan perbankan, industri, teknologi, komoditas dan perdagangan. Sertifikat dan audit yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Manajemen yang berkaitan dengan logistik, pergudangan, properti dan sistem informasi.

Kepemilikan saham terdiri atas Pemerintah Republik Indonesia sebesar 95% dan Societe Generale de Surveillance sebesar 5%.

Sementara itu, anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah PT. Sucofindo Episi, PT. Sucofindo Appraisal Utama, PT. Sucofindo Logistic, PT. Sucofindo Perdana, PT. Sprint Consultant dan PT. Surveyor Indonesia.

Perkembangan kinerja produksi PT. Sucofindo dapat dilihat dari hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :


(1)

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data dengan Metode OLS Dependent Variable: OUTPUT?

Method: Pooled Least Squares Date: 07/20/08 Time: 20:09 Sample: 2001 2006

Included observations: 6

Number of cross-sections used: 10

Total panel (unbalanced) observations: 58 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.517511 0.624145 10.44230 0.0000 ASET? 0.246232 0.081673 3.014869 0.0039 LABOR? 0.740260 0.155026 4.775064 0.0000 R-squared 0.782330 Mean dependent var 12.36049 Adjusted R-squared 0.774415 S.D. dependent var 0.539898 S.E. of regression 0.256429 Sum squared resid 3.616565 F-statistic 98.83816 Durbin-Watson stat 0.141902 Prob(F-statistic) 0.000000

Uji Multikolinieritas

Dependent Variable: ASET? Method: Pooled Least Squares Date: 07/20/08 Time: 20:13 Sample: 2001 2006

Included observations: 6

Number of cross-sections used: 10

Total panel (unbalanced) observations: 58 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.949133 1.627503 1.197621 0.2362 OUTPUT? 0.575978 0.191046 3.014869 0.0039

LABOR? 0.951474 0.251125 3.788853 0.0004 R-squared 0.795823 Mean dependent var 12.59308 Adjusted R-squared 0.786944 S.D. dependent var 0.779631 S.E. of regression 0.392191 Sum squared resid 8.459757 F-statistic 85.12333 Durbin-Watson stat 0.036479 Prob(F-statistic) 0.000000

SY. Nani Rahmani: Analisis Efisiensi Pada BUMN Privatisasi Di Indonesia Dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, 2008. USU e-Repository © 2008


(2)

Dependent Variable: LABOR? Method: Pooled Least Squares Date: 07/20/08 Time: 20:14 Sample: 2001 2006

Included observations: 6

Number of cross-sections used: 10

Total panel (unbalanced) observations: 58 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.928709 0.583746 -6.730163 0.0000 OUTPUT? 0.395902 0.082910 4.775064 0.0000

ASET? 0.217540 0.057416 3.788853 0.0004 R-squared 0.798857 Mean dependent var 3.704326

Adjusted R-squared 0.791543 S.D. dependent var 0.410733 S.E. of regression 0.187529 Sum squared resid 1.934190 F-statistic 109.2189 Durbin-Watson stat 0.153010 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data dengan Metode Efek Random Dependent Variable: OUTPUT?

Method: GLS (Variance Components) Date: 07/20/08 Time: 20:23

Sample: 2001 2006 Included observations: 6

Number of cross-sections used: 10

Total panel (unbalanced) observations: 58 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.075422 1.139856 2.698078 0.0092 ASET? 0.723462 0.095095 7.607750 0.0000 LABOR? 0.067097 0.043706 1.535195 0.1293 Random Effects _SMGR--C 0.221811 _TTIMAH--C 0.191260 _TELKOM--C 0.256400 _BNI--C -0.770425 _ANEKAT--C 0.027176 _PEL2--C -0.248992 _PEL3--C -0.084966 _KF--C 0.251903 _INDOF--C 0.063057 _SCF--C 0.037117 GLS Transformed Regression

R-squared 0.966656 Mean dependent var 12.36049 Adjusted R-squared 0.965444 S.D. dependent var 0.539898 S.E. of regression 0.100363 Sum squared resid 0.554002 Durbin-Watson stat 0.554718

Unweighted Statistics including

Random Effects

R-squared 0.974190 Mean dependent var 12.36049 Adjusted R-squared 0.973251 S.D. dependent var 0.539898 S.E. of regression 0.088301 Sum squared resid 0.428837 Durbin-Watson stat 0.716625

SY. Nani Rahmani: Analisis Efisiensi Pada BUMN Privatisasi Di Indonesia Dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, 2008. USU e-Repository © 2008


(4)

Lampiran 9. Hasil Pengolahan Data dengan Pertumbuhan (%) Dependent Variable: OUTPUT?

Method: Pooled Least Squares Date: 08/05/08 Time: 02:39 Sample(adjusted): 2002 2006

Included observations: 5 after adjusting endpoints Number of cross-sections used: 10

Total panel (unbalanced) observations: 46 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

ASET? 0.277914 0.181528 1.530970 0.1350 LABOR? -0.716696 0.326400 -2.195756 0.0350 Fixed Effects

_SMGR--C 14.53208 _TTIMAH--C 12.12636 _TELKOM--C 15.60173 _BNI--C 26.11442 _ANEKAT--C 18.93646 _PEL2--C -1.083524 _PEL3--C 6.136387 _KF--C 8.693030 _INDOF--C 19.95520 _SCF--C 9.025864

R-squared 0.381329 Mean dependent var 16.40437 Adjusted R-squared 0.181170 S.D. dependent var 18.16412 S.E. of regression 16.43657 Sum squared resid 9185.467 F-statistic 1.905135 Durbin-Watson stat 1.922393 Prob(F-statistic) 0.074025


(5)

SY. Nani Rahmani: Analisis Efisiensi Pada BUMN Privatisasi Di Indonesia Dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, 2008. USU e-Repository © 2008


(6)