ANALISIS EFISIENSI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI SOHUN DI KABUPATEN CIREBON.
ANALISIS EFISIENSI DALAM PENGGUNAAN
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI SOHUN
DI KABUPATEN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh
AMINAH
0807106
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
ANALISIS EFISIENSI DALAM PENGGUNAAN
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI SOHUN
DI KABUPATEN CIREBON
Oleh
Aminah
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Ekonomi
©Aminah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang, Skripsi ini tidak boleh
diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS EFISIENSI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI SOHUN
DI KABUPATEN CIREBON
Bandung, Juli 2013
Skripsi ini disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Kusnendi, MS. Lizza Suzanti, S.Pd., M.Si.
NIP. 19600122 198403 1 003 NIP. 19780512 200501 2 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
Dr. Ikaputera Waspada, MM.
(4)
ABSTRAK
“Analisis Efisiensi dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Industri Sohun di Kabupaten Cirebon ”
di bawah bimbingan Dr. Kusnendi, MS. dan Lizza Suzanti, S.Pd., M.Si.
Oleh Aminah 0807106
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efisiensi ekonomi dalam penggunaan faktor-faktor produksi sohun. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah para pengusaha sohun di Kabupaten Cirebon.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu membuat suatu gambaran atau deskripsi tentang pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penelitian ini memiliki populasi sebanyak 52 dan 46 sampel pengusaha. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah regresi berganda dengan bantuan program Eviews7.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa faktor produksi modal dan tenaga kerja belum mencapai efisiensi yang optimum. Secara parsial menunjukkan bahwa penggunaan modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi sohun, sedangkan tenaga kerja memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap produksi sohun. Secara simultan penggunaan modal dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi sohun di Kabupaten Cirebon. Tingkat skala produksi sohun berada pada kondisi skala usaha yang meningkat (Increasing Returns to Scale).
(5)
ABSTRACT
"Analysis of Usage Efficiency in Production Factors in Industrial Vermicelli in Cirebon Regency"
under the guidance of Dr. Kusnendi, MS. and Lizza Suzanti, S.Pd., M.Sc. By
Aminah 0807106
This study was conducted to analyze the economic efficiency in the use of production factors vermicelli. As for the object of this study is the entrepreneur vermicelli in Cirebon regency.
Research methods that I use in this study is descriptive and analytical methods that make a picture or description of solving existing problems in the present. This study has a population of 52 and 46 samples entrepreneurs. While the analysis of the data used is multiple regression with the help of Eviews7 program.
The results using the economic efficiency analysis shows that the production factors capital and labor has not reached optimum efficiency. Partially shown that the use of capital has a positive and significant impact on the production of vermicelli, while labor has a negative and significant impact the vermicelli production. Simultaneous use of capital and labor affect the production of vermicelli in Cirebon regency. Vermicelli production scale levels are at an increased scale of business conditions (Increasing Returns to Scale).
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR ISI... i
DAFTAR GAMBAR... iv
DAFTAR TABEL... v
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS... 8
2.1 Kajian Pustaka... 8
2.1.1 Pengertian Fungsi Produksi... 8
2.1.2 Fungsi Produksi dengan Satu Input Variabel... 11
2.1.3 Fungsi Produksi Dua Input Variabel... 14
2.1.4 Returns to Scale... 19
2.1.5 Fungsi Produksi Cobb Douglas... 20
2.1.5.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas Jangka Pendek... 27
2.1.5.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglas Jangka Panjang... 29
2.1.6 Efisiensi Produksi... 29
2.1.7 Proses Produksi Sohun... 31
2.1.8 Faktor-Faktor Produksi pada Industri Sohun... 36
2.1.9 Hasil Penelitian Terdahulu... 39
(7)
BAB III METODE PENELITIAN... 45
3.1 Objek Penelitian... 45
3.2 Metode Penelitian... 45
3.3 Populasi dan Sampel... 46
3.3.1 Populasi... 46
3.3.2 Sampel... 46
3.4 Operasionalisasi Variabel... 47
3.5 Sumber Data... 49
3.6 Teknik Pengumpulan Data... 49
3.7 Teknik Analisis Data... 50
3.7.1 Menghitung Koefisien Regresi... 51
3.7.2 Menghitung Efisiensi Produksi... 52
3.7.3 Menghitung Skala Produksi... 55
3.8 Uji Asumsi Klasik... 56
3.8.1 Uji Multikolinearitas... 56
3.8.2 Uji Heteroskedastisitas... 59
3.8.3 Uji Autokorelasi... 61
3.9 Hipotesis Statistik... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 65
4.1 Hasil Penelitian... 65
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian... 65
4.2 Profil Responden... 65
4.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia... 66
4.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 66
4.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 67
4.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha... 68
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian... 68
4.3.1 Produksi... 68
4.3.2 Modal... 69
4.3.3 Tenaga Kerja... 71
(8)
4.4.1. Analisis Efisiensi Produksi... 73
4.4.1.1 Efisiensi Teknik... 73
4.4.1.2 Efisiensi Harga... 74
4.4.1.3 Efisiensi Ekonomi... 75
4.4.1.4 Skala Hasil (Returns to Scale)... 77
4.4.2 Model Fungsi Cobb-Douglas... 77
4.4.3 Pengujian Hipotesis... 79
4.5. Uji Asumsi Klasik... 79
4.5.1 Uji Multikolinieritas... 79
4.5.2 Uji Heteroskedastisitas... 80
4.5.3 Uji Autokorelasi... 81
4.6. Pembahasan... 82
4.7. Implikasi Pendidikan... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 90
5.1 Kesimpulan... 90
5.2 Saran... 91
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peranan industri kecil dalam perekonomian Indonesia sangat besar, hal ini khususnya dirasakan oleh masyarakat menengah ke bawah. Kita dapat melihat ketahanan industri kecil dalam menghadapi krisis ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1998. Pada saat itu banyak industri kecil yang mampu bertahan karena dengan modal yang kecil dan bergerak di sektor riil ternyata menjadi faktor penyebab kuatnya industri kecil tersebut.
Salah satu industri kecil yang banyak terdapat di Indonesia yaitu industri makanan. Berdasarkan survey industri mikro dan kecil tahun 2010 tercatat sebanyak 929.910 unit industri makanan.
Salah satu industri makanan adalah industri mie. Berdasarkan bahan bakunya, mie dapat dibagi menjadi 2 jenis mie yaitu mie terigu dan mie non-terigu. Mie terigu yaitu mie yang bahan baku utamanya menggunakan terigu atau campuran dengan tepung yang lain. Mie non-terigu biasanya disebut juga dengan mie berbasis pati. Yang tergolong ke dalam mie non-terigu antara lain bihun, sohun, dan mie gleser (Bogor).
Dalam kehidupan sehari-hari kita semua pasti mengenal sohun, sejenis bahan pelengkap makanan yang umum digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga. Makanan ini cukup akrab di masyarakat dan telah dikenal turun temurun.
(10)
Bentuknya yang seperti benang, kenyal, transparan dan memiliki permukaan yang licin setelah mengalami perebusan sering menjadi penambah selera dalam masakan soto, sup atau bakso. Sohun hampir tidak memiliki rasa, namun menyerap kaldu dan rasa bahan-bahan lain yang dimasak bersamanya. Sohun juga bisa digoreng langsung dan bisa digunakan untuk penghias makanan.
Sohun merupakan suatu produk bahan makanan kering yang dibuat dari pati dengan bentuk khas (SNI 01-3723-1995). Sohun memiliki banyak nama lain yaitu mi transparan, mie pati dan mie non terigu. Berbagai macam pati sebagai bahan baku sohun dapat berasal dari umbi-umbian, kacang hijau, jagung, ubi jalar (sweet potato), sagu, aren, midro/ ganyong (canna eduliker) dan tapioka. Di Indonesia umumnya sohun dibuat dari bahan dasar pati sagu atau aren dan midro sebagai campuran.
Di negara lain seperti di Cina bahan bakunya adalah mung bean/ pati kacang hijau atau di Korea dengan bahan baku sweet potato. Di Indonesia sohun dikenal juga sebagai soun, su un, soon, soo hun atau soo hon. Begitu pula tiap negara memiliki penyebutan sendiri-sendiri, seperti harusame (Jepang), woon sen
(Thailand), kyazan (Burma), mien, buntau (Vietnam), bifun, ning fun, sai fun, fun see (China), sohoon, tunghoon (Malaysia), pancit, sotanghon (Filipina). Sementara didunia dikenal dengan nama cellophane noodles, silver noodles, glass noodles, transparent vermicelli atau spring rain noodles (terjemahan bahasa jepang dari harusame).
(11)
Jenis olahan pangan lainnya yang bentuknya hampir sama dengan sohun adalah bihun. Namun keduanya mempunyai perbedaan yaitu sohun dibuat dari pati sedangkan bihun dibuat dari beras. Demikian juga dalam pemanfaatannya bukan merupakan barang komplementer, karena masing-masing mempunyai kegunaan yang khas. Saat ini pemanfaatan sohun masih terbatas sebagai campuran makanan seperti sup, soto, bakso, kimlo dan salad. Sohun sering juga digunakan dalam makanan vegetarian atau ditambahkan dalam minuman, manisan atau
dessert soups. Ditinjau dari nilai gizinya, sohun sarat akan karbohidrat dan zat tenaga dengan kandungan protein, lemak dan serat kasar yang rendah (Gema Industri Kecil Edisi XXII/Juni 2008: 51).
Sebaran industri sohun secara nasional paling banyak terdapat di Pulau Jawa. Di luar Pulau Jawa hanya terdapat di Palembang dan Riau. Sebaran usaha sohun di Indonesia selengkapnya disajikan pada gambar di bawah ini:
Gambar 1.1
Sebaran Industri Sohun di Indonesia Tahun 2009
Sumber: Direktori Industri 2009, BPS (diolah)
52 23 21 13 8 6
4 3
2 2 2 2 1 1 1 1 1
0 10 20 30 40 50 60 Ka b. C ire bon B anyumas Tulunga gung Kota C ire bon B re be s P ur ba li ngga Ci la ca p Kla te n Kuninga n Madiun P alemba ng S itubondo B li tar G re sik Je
mber Riau
Yogya
ka
rta
(12)
Dari Gambar 1.1 kita bisa melihat bahwa jumlah industri sohun di Indonesia pada tahun 2009 yaitu sebanyak 143 unit usaha. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa Kabupaten Cirebon merupakan daerah dengan jumlah industri sohun terbanyak yaitu 52 unit usaha.
Usaha industri sohun pada umumnya merupakan usaha perorangan dengan skala usaha kecil sampai menengah dan merupakan usaha turun temurun. Usaha ini biasanya merupakan usaha keluarga dalam artian pemilik dibantu oleh pihak keluarga dalam pengelolaannya namun tenaga kasar berasal dari luar keluarga.
Berbicara tentang industri pasti kita akan langsung menghubungkannya dengan kegiatan produksi baik barang maupun jasa. Kegiatan produksi juga akan sangat berhubungan dengan bagaimana perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang ada dan pada akhirnya akan berhubungan dengan efisiensi. Efisiensi produksi memegang peranan penting dalam aktivitas produksi yang dilakukan oleh pengusaha pada industri sohun. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor produksi yang digunakan harus optimal tanpa ada kekurangan ataupun kelebihan sehingga akan menghasilkan output produksi yang optimal. Produksi yang optimal akan memberikan efek positif terhadap kesejahteraan tenaga kerja. Namun sebaliknya produksi yang tidak efisien akan berdampak terhadap keberhasihan usaha yang semakin menurun baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan pada akhirnya kesejahteraan masyarakat dalam hal ini tenaga kerja akan mengalami penurunan. Oleh karena itu seharusnya produk sohun yang diproduksi oleh setiap pemilik usaha ini semuanya dapat mencapai tingkat efisiensi yang optimal. Ketika sebuah produk dapat diproduksi secara efisien
(13)
maka keuntungan yang didapatkan akan optimal karena input produksi dapat dimanfaatkan secara maksimal. Namun pada kenyataannya produk yang dihasilkan oleh industri sohun ini tidak semuanya mencapai tingkat efisiensi yang optimal. Hal ini dapat terlihat dengan efisiensi produksi pada produksi sohun, adapun datanya adalah:
Tabel 1.1
Jumlah Produksi Sohun di Kabupaten Cirebon Januari-Maret 2012
Produksi /Bulan
Produksi Perusahaan (dalam Kuintal)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Januari 170 80 100 85 70 74 83 175 180 73 1090
Februari 155 75 85 70 75 65 74 137 142 60 938
Maret 130 65 73 65 65 50 60 120 131 55 814 Jumlah 455 220 258 220 210 189 217 432 453 188 2842
Sumber : Data Pra penelitian
Tabel 1.2
Efisiensi Produksi Sohun di Kabupaten Cirebon Produksi /Bulan Harga (kg) TR (Total Revenue) TC (Total Cost) ∏ (Laba) AC ( Biaya Rata-Rata) EC (Elastisitas Biaya)
Januari 10.800 1.177.200.000 627.500.000 549.700.000 5.757
Februari 10.800 1.013.040.000 535.900.000 477.140.000 5.713 0,948045176 Maret 10.800 879.120.000 455.700.000 423.420.000 5.598 0,865569492
JUMLAH - 3.069.360.000 1.619.100.000 1.450.260.000 17.068 Sumber : Data Pra penelitian, diolah
Berdasarkan Tabel 1.2, nilai elastisitas biaya pada kegiatan produksi sohun menunjukkan <1, hal ini menandakan bahwa produksi sohun tidak efisien. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi sohun tersebut mengalami kenaikan dan penurunan namun biaya rata-rata tetap sama sehingga returns to scale menurun
(14)
dan economies of scale menjadi tidak proporsional dengan kenaikan biaya yang dikeluarkan (decreasimg returns to scale).
Dalam kegiatan operasional perusahaan sohun ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi oleh pengusaha, misalnya dalam masalah kecukupan modal, baik modal tetap (mesin pencetak) maupun modal tidak tetap seperti bahan baku (tepung sagu) yang sangat terbatas karena hanya bisa dipasok dari Sumatera (daerah Lampung dan Riau) serta masalah tenaga kerja yang masih dianggap kurang. Faktor-faktor produksi di atas seringkali menghambat kegiatan produksi sohun disamping faktor alam atau cuaca yang juga sangat berpengaruh terhadap kuantitas produksi sohun.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan meneliti tentang “Analisis Efisiensi dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sohun di Kabupaten Cirebon”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada industri sohun di Kabupaten Cirebon sudah mencapai efisiensi optimum?
2. Apakah skala produksi sohun di Kabupaten Cirebon berada pada tahap produksi Decreasing Returns to Scale, Constant Returns to Scale atau
(15)
1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi tingkat efisiensi usaha dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada industri sohun di Kabupaten Cirebon
2. Untuk mengetahui skala hasil produksi sohun di Kabupaten Cirebon.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu ekonomi, khususnya ekonomi mikro dan dapat digunakan untuk pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis:
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk selanjutnya menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan guna menentukan kebijakan bagi keberhasilan pengusaha sohun di Kabupaten Cirebon.
(16)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Adapun objek penelitian ini adalah produksi sohun dengan variabel penelitiannya yaitu modal dan tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan pada pengusaha sohun yang berada di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji hipotesis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif analitik. Metode deskriptif menurut M. Nazir (2005: 54) adalah “suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Metode ini menekankan pada studi untuk memperoleh informasi mengenai gejala yang muncul pada saat penelitian berlangsung.
(17)
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha sohun di Kabupaten Cirebon yang berjumlah 52 orang pengusaha.
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Random Sampling (sampel random), dimana setiap pengusaha sohun mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
Karena keterbatasan dana, waktu dan tenaga maka penulis mengambil sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane yaitu sebagai berikut:
(40)
Dibulatkan menjadi 46 pengusaha
Untuk penarikan sampel 46 pengusaha yang tersebar di seluruh Kabupaten Cirebon dilakukan secara acak.
Keterangan:
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
C2 = Presisi yang ditetapkan yaitu 5%
(18)
3.4 Operasionalisasi Variabel
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini terlebih dahulu setiap variabel didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasionalisasi variabel. Hal ini dilakukan agar setiap variabel dan indikator penelitian dapat diketahui skala pengukurannya secara jelas. Operasionalisasi variabel penelitian secara rinci diuraikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber
Produksi (Y) adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor sumber daya atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk) (Bruce R. Beattie dan C. Robert Taylor 1994:3-4)
Tingkat produksi
Indikator dari tingkat produksi terdiri dari:
- Jumlah produksi sohun per bulan selama satu tahun produksi
- Jumlah rata-rata produksi sohun selama satu tahun produksi
Data yang diperoleh dari responden mengenai
jumlah hasil produksi sohun yang dihasilkan dalam per tiga bulan selama satu tahun produksi di tahun 2012 (satuan kilogram) dengan skala rasio
jumlah rata-rata produksi sohun selama satu tahun produksi di tahun 2012 dengan skala rasio
Data diperoleh dari pengusaha sohun di Kabupaten Cirebon
Modal (X1) adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi (modal tetap) dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi (modal tidak tetap)
Tingkat modal
Indikator dari tingkat modal terdiri dari:
-Rata-rata peralatan produksi sohun selama satu tahun produksi dengan
memperhitungkan umur teknis dan umur ekonomis
-Rata-rata bahan baku yang digunakan selama satu tahun produksi
Data diperoleh dari responden mengenai:
1) Jumlah peralatan produksi yang digunakan per tiga bulan selama satu tahun produksi yang terdiri dari: - Jumlah mesin pencetak
yang digunakan dalam satu tahun produksi di tahun 2012 (satuan unit) dengan skala rasio - Jumlah waktu penggunaan mesin per hari (satuan jam)
Data diperoleh dari pengusaha sohun di Kabupaten Cirebon
(19)
- Jumlah biaya perawatan mesin per tiga bulan (satuan rupiah) dengan skala rasio
2) Jumlah bahan baku yang digunakan per tiga bulan selama satu tahun produksi yang terdiri dari: - Jumlah tepung sagu
yang digunakan dalam satu tahun produksi di tahun 2012 (satuan kilogram.) dengan skala rasio
- Harga tepung sagu dalam satu tahun produksi (satuan rupiah) dengan skala rasio
Tenaga Kerja (X2) adalah orang yg bekerja atau mengerjakan
sesuatu; pekerja, pegawai, dsb Kamus Bahasa Indonesia (2013: Online). Metode yang digunakan adalah metode Full Time Equivalent (FTE) yaitu metode analisis beban kerja yang berbasiskan waktu dengan cara mengukur lama waktu penyelesaian pekerjaan kemudian waktu tersebut dikonversikan ke dalam indeks FTE.
Tingkat tenaga kerja Indikator dari tingkat tenaga kerja terdiri dari:
Jumlah tenaga kerja per bulan selama satu tahun produksi
Jumlah hari kerja efektif per bulan dalam satu tahun produksi
Jumlah tenaga kerja yang ekuivalen dengan standar jam kerjanya FTE= Total beban kerja per hari Jam kerja efektif per hari
Data diperoleh dari responden mengenai:
1) Jumlah tenaga kerja yang digunakan per tiga bulan selama satu tahun produksi yang terdiri dari:
Jumlah tenaga kerja ekuivalen yang digunakan dalam satu tahun produksi di tahun 2012 (satuan orang) dengan skala rasio
Besarnya upah tenaga kerja dalam satu tahun produksi (satuan rupiah) dengan skala rasio
Jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun produksi (satuan hari) dengan skala rasio
Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun produksi (satuan jam) dengan skala rasio
Data diperoleh dari pengusaha sohun di Kabupaten Cirebon
(20)
3.5 Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:129) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1) Pengusaha sohun yang menjadi sampel dalam penelitian (responden).
2) Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dan artikel dalam internet.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam analisis anggapan dasar dan hipotesis karena teknik-teknik tersebut dapat menentukan lancar tidaknya suatu proses penelitian. Pengumpulan data diperlukan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Studi observasi, yaitu dengan cara meneliti secara langsung pengusaha sohun di Kabupaten Cirebon.
2) Kuesioner atau Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel dalam penelitian.
3) Metode Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar serta laporan-laporan serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
(21)
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda (multiple regression) melalui fungsi Cobb-Douglas. Alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program komputer Econometric Views (EViews) versi 7. Tujuan Analisis Regresi Linier Berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat.
Berikut adalah proses alur analisis data dalam penelitian dan dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Alur Analisis Data ANGKET PENELITIAN
DATA VARIABEL PENELITIAN
UJI HIPOTESIS
DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN
UJI ASUMSI KLASIK
MENGHITUNG EFISIENSI DAN SKALA PRODUKSI LAMPIRAN A
LAMPIRAN C
LAMPIRAN E
PEMBAHASAN DAN HASIL LAMPIRAN F & G
(22)
1.7.1 Menghitung Koefisien Regresi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara matematis, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a X 1b1X 2b2... Xibi.... Xnbn eu Soekartawi (1994:160) (41)
Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka:
Y = f (X1,X2,...,Xi,...,Xn) Soekartawi (1994:160) (42)
Dimana:
Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = Besaran yang akan diduga u = Kesalahan (disterbance term) e = Logaritma natural, e=2,718
Jika memasukan variabel dalam penelitian maka diperoleh model persamaan sebagai berikut:
Y = f(X1, X2) (43)
Maka model Cobb-Douglas dalam penelitian ini adalah:
Y = a X1b1, X2b2, eu (44)
Untuk memudahkan persamaan di atas, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Pendugaan parameter dapat dilakukan dengan menggunakan analisis dan metode kuadrat terkecil (OLS: Ordinary Least Square) yang diperoleh melalui frekuensi logaritma fungsi asal sebagai berikut:
(23)
a = konstanta yang pada X1, X2, X3 sama dengan nol
bi = elastisitas produksi masing-masing faktor X1 = modal
X2 = tenaga kerja
u = Kesalahan (disturbance term) e = Logaritma natural, e=2,718
Persamaan diatas dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda, pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap
walaupun variabel yang terlihat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada fungsi Cob-Douglas adalah sekaligus menunjukan elastisitas
X terhadap Y, sehingga ada tiga kemungkinan fase yang akan terjadi: b < 1 decreasing returns to scale
b > 1 increasing returns to scale
b = 1 constant returns to scale
1.7.2 Menghitung Efisiensi Produksi 1) Efisiensi Teknik
Secara matematis, efisiensi teknik dapat diketahui melalui elastisitas produksinya (Ep) :
(46)
atau
Mubyarto (1989:80) (47)
Karena ΔY/ΔX adalah Marginal Psysical Product (MPP) dan Y/X adalah
(24)
Efisiensi teknik akan tercapai pada Ep = 1, yaitu :
Atau MPP=APP Mubyarto (1989:80) (48)
Efisiensi teknik selain dapat diketahui dari tingkat elastisitas produksi juga merupakan koefisien regresi dari fungsi Cobb-Douglas. Efisiensi teknik tercapai pada saat koefisien regresi =1 atau pada saat produksi rata-rata tertinggi
(Ep/Σbi=1). Untuk mengetahui efisiensi teknik faktor produksi dapat dilihat
melalui tingkat elastisitas (Σbi), yaitu jika :
a) Σbi=1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Constant Returns to Scale”.
Dalam keadaan demikian penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.
b) Σbi<1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Decreasing Returns to Scale”.
Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
c) Σbi>1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Increasing Returns to Scale”. Ini artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.
Efisiensi secara teknik terjadi apabila Ep = b = 1. (Soekartawi, 1994 : 40)
2) Efisiensi Harga
Untuk menghitung efisiensi harga, dapat dianalisis dengan memenuhi syarat kecukupan sebagai berikut :
(25)
Keterangan :
MP = Marginal Product masing- masing faktor produksi P = Harga masing – masing faktor produksi
X1 = modal
X2 = tenaga kerja
Secara matematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Efisiensi Harga = (50)
Produk Marginal = bi. Mubyarto (1989:76) (51)
Keterangan:
MP = Tambahan hasil Produksi (Marginal Product)
bi = Elastisitas produksi
Y = Rata-rata hasil produksi Xi = Rata-rata faktor produksi
Px = Harga Faktor Produksi
Efisiensi akan tercapai apabila perbandingan antara Produk Marginal (PM) dengan Harga Faktor Produksi (Px) = 1.
3) Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi merupakan perbandingan antara nilai marjinal dengan harga faktor produksi, dari masing-masing faktor produksi yang digunakan. Secara matematis efisiensi ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut :
(52)
Keterangan :
MVP = Marginal Value Product
P = Harga masing-masing faktor produksi X1 = modal
X2 = tenaga kerja
(26)
Kemudian rumus dari efisiensi ekonomi adalah
(Mubyarto,1989:76) (53)
Dimana bi merupakan koefisien regresi atau koefisien elastisitas. Untuk
mengetahui efisiensi faktor produksi dengan menggunakan rasio antara Marginal Value Product (MVP) dan nilai satu unit faktor produksi (Px), jika :
MVPx1 / Px1 > 1 artinya penggunaan input X belum mencapai efisiensi
optimum. Untuk mencapai efisien input X perlu ditambah
MVPx1 / Px1 = 1 artinya penggunaan input X sudah mencapai efisiensi
optimum. Maka input X harus dipertahankan.
MVPx1 / Px1 < 1 artinya penggunaan input X sudah melebihi titik optimum
(tidak efisien). Untuk mencapai efisiensi input X perlu dikurangi. (Soekartawi, 1994:42)
3.7.3 Menghitung Skala Produksi
Untuk menguji skala kenaikan hasil sama dengan satu atau tidak sama dengan satu yang dicapai dalam proses produksi maka digunakan jumlah elastisitas produksi (∑bi). Dari hasil penjumlahan tersebut ada tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu :
1) Jika Σbi>1, berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala
output yang meningkat (Increasing Returns to Scale)
2) Jika Σbi=1, berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala
(27)
3) Jika Σbi<1, berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala
output yang menurun (Decreasing Returns to Scale).(Soekartawi, 1994:154)
3.8 Uji Asumsi Klasik
Dalam menggunakan model regresi berganda dengan metode OLS adalah harus bebas dari uji asumsi klasik yang terdiri dari multikolinieritas, heteroskedatis dan autokorelasi.
3.8.1 Uji Multikolinearitas
Pada mulanya multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini bersifat tidak orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.
Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-veriabel bebas sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah nilai koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Apabila terjadi multikolinearitas maka koefisiensi regresi dari variabel X tidak dapat ditentukan (interminate) dan standard error-nya tak terhingga (infinite). Jika multikolinearitas terjadi akan timbul akibat sebagai berikut:
(28)
(1) Walaupun koefisiensi regresi dari variabel X dapat ditentukan (determinate), tetapi standard error-nya akan cenderung membesar nilainya sewaktu tingkat kolinearitas antara variabel bebas juga meningkat.
(2) Oleh karena nilai standard error dari koefisiensi regresi besar maka interval keyakinan untuk parameter dari populasi juga cenderung melebar.
(3) Dengan tingginya tingkat kolinearitas, probabilitas untuk menerima hipotesis, padahal hipotesis itu salah menjadi membesar nilainya.
(4) Bila multikolineartas tinggi, seseorang akan memperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak ada atau sedikit koefisiensi regresi yang signifikan secara statistik.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi keberadaan multikolinieritas dalam model regresi OLS yaitu:
(1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,80 – 1,00) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. (2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu
dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.
(3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi
terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu,
(29)
(4) Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu variabel independen lainnya.
(5) Variance inflation factor dan tolerance.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Uji korelasi derajat nol untuk memprediksi ada atau tidaknya multikolinearitas.
Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Gujarati (2006:45) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(1) Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)
(2) Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data)
(3) Mengeluarkan satu variabel atau lebih dan transformasi variabel serta penambahan variabel baru.
Multikolinearitas merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel- variabel bebas Xi dan hubungan yang terjadi cukup
besar. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mudrajad Kuncoro (2004: 98) bahwa uji multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Ini suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena in economics, everything depends on everything else.
(30)
3.8.2 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model dan sifat data yang digunakan dalam analisis.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas ,yaitu sebagai berikut :
(1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :
a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
(2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran
(31)
(3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,
diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1
i X atau û X
û (54)
(4) Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank Spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
1 n n d 6 -1 rs 2 21 (55)
Dimana :
d1 = perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
(5) Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian
variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2
hitung dan χ2tabel, apabila χ2
hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2
hitung < χ2tabel maka
hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2hitung, untuk memutuskan apakah
data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi Squares <α, berarti Ho ditolak jika probabilitas Chi Squares >α, berarti Ho diterima.
(32)
Menurut Mudrajad Kuncoro (2004:96) heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan
Software Eviews7. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White Heteroscedasticity Test yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
3.8.3 Uji Autokorelasi
Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara variabel-variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.
Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara variabel penganggu (disturbance term) dalam multiple regression. Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting.
Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:
1) Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bias dan varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat dan tidak efisien.
(33)
2) Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.
3) Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel terikat dari variabel bebas tertentu.
4) Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang diperoleh pasti salah.
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi dapat diuji melalui beberapa cara di bawah ini:
1) Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual dengan trend waktu.
2) Runs test, uji loncatan atau uji Geary (geary test).
3) Uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk korelasi berordo tinggi
4) Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.1
Statistika d Durbin- Watson
0 dL du 2 4-du 4-dL 4
d Menolak
H0* Bukti autokorelas i positif Daerah
keragu -raguan Menerima H0 atau
H*0 atau kedua-duanya Daerah
keragu-raguan Menolak H0
Bukti autokorelasi
positif f(d)
(34)
Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower
dU = Durbin Tabel Up
H0 = Tidak ada autkorelasi positif
H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji LM test dengan bantuan software Eviews7. Yaitu dengan cara membandingkan nilai X2tabel dengan X2hitung
(Obs* R-squared). Jika X2hitung < X2tabel maka dapat disimpulkan model estimasi
berada pada hipotesa nol atau tidak ditemukan korelasi.
3.9 Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik didefinisikan sebagai pernyataan matematis tentang parameter populasi yang akan diuji sejauh mana suatu data sampel mendukung kebenaran hipotesis tersebut. Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Ada dua rumusan hipotesis, yaitu: hipotesis null (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Dalam penelitian ini hipotesis statistiknya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 = Penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada produksi
sohun mencapai efisiensi optimum.
H1 = Penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada produksi
sohun belum mencapai efisiensi optimum.
2. H0 = Skala produksi sohun di Kabupaten Cirebon berada pada tahap Constant
Returns to Scale.
(35)
Tabel 3.2 Pengujian H1 Variabel Efisiensi
Ekonomi
MVP/Px=1 Artinya Keterangan Uji t Keputusan
Modal (X1)
MVP/Px > 1 Lebih besar dari 1 Belum efisien t-hitung > t-tabel
Menolak H0,
MenerimaH1
MVP/Px < 1 Lebih kecil dari 1 Tidak efisien t-hitung < t-tabel
Menolak H0,
MenerimaH1
Tenaga Kerja
(X2)
MVP/Px > 1 Lebih besar dari 1 Belum efisien t-hitung > t-tabel
Menolak H0,
MenerimaH1
MVP/Px < 1 Lebih kecil dari 1 Tidak efisien t-hitung < t-tabel
Menolak H0,
(36)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada bagian akhir ini penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan faktor-faktor produksi pada produksi sohun di Kabupaten Cirebon belum mencapai efisiensi optimum. Untuk mencapai efisiensi optimum pada faktor produksi modal maka input modal perlu ditambah. Berdasarkan hasil penelitian ke lapangan, penulis bisa menarik kesimpulan bahwa modal tetap yang dimiliki oleh pengusaha sohun sangat terbatas dan tidak mendukung kelangsungan proses produksi yang diharapkan bisa memenuhi pesanan. Sementara untuk mencapai efisiensi optimum pada faktor produksi tenaga kerja maka input tenaga kerja perlu dikurangi. Ketidakefisienan tersebut terjadi karena rata-rata jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan jumlah produk atau output yang dihasilkan. Dalam proses pembuatan sohun memang memerlukan banyak tenaga kerja, akan tetapi dalam kenyataannya banyak perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih besar dari yang sebenarnya dibutuhkan.
2. Skala produksi sohun di Kabupaten Cirebon berada dalam kondisi skala usaha yang meningkat (Increasing Returns to Scale). Ini artinya bahwa
(37)
proporsi penambahan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada industri sohun akan menghasilkan tambahan produksi sohun yang proporsinya lebih besar.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mencapai efisiensi optimum pengusaha sohun di Kabupaten
Cirebon perlu melakukan strategi dalam penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja agar mencapai efisiensi optimum. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan faktor produksi modal harus ditambah hingga mencapai nilai Rp. 3.217.702.380 dalam satu tahun, dan faktor produksi tenaga kerja harus dikurangi hingga mencapai nilai Rp. 1.564.195.799 dalam satu tahun. Tindakan tersebut merupakan salah satu strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tingkat efisensi yang optimum.
Dalam melaksanakan usaha tersebut diperlukan peningkatan kualitas dan kemampuan pengusaha untuk dapat mengatur input faktor produksi secara tepat. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengikuti pelatihan dan pendidikan non formal mengenai alokasi faktor produksi yang tepat untuk menghasilkan efisiensi optimum. Selain itu diperlukan juga pelatihan-pelatihan untuk aspek manajemen usaha baik dari aspek keuangan, pengorganisasian tenaga kerja dan pemasaran. Dalam segi permodalan yang seringkali menjadi hambatan pengusaha dalam
(38)
mengembangkan usahanya bisa dibantu melalui pemberian pinjaman kredit usaha dari bank.
2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka peneliti selanjutnya disarankan untuk membandingkan atau memasukkan faktor-faktor diluar faktor ekonomi seperti cuaca, teknologi serta pola para pengusaha dalam mengelola perusahaan, sehingga hasil penelitian selanjutnya dapat memberikan gambaran secara utuh mengenai produksi sohun dan hasilnya bisa bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.
(39)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astriani, Dewi Novitasari. (2011). Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Tahu di Kabupaten Sumedang. Skripsi pada FPEB UPI tidak diterbitkan.
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional dan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2012). Ringkasan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. Bandung.
Badan Pusat Statistik. (2010). Survei Industri Mikro dan Kecil. . (2009). Direktori Industri 2009.
Badan Pusat Statistik dan Dinas KUKM Provinsi Jawa Barat. (2004). Analisa Peranan Ekonomi KUKM Terhadap Perekonomian Regional.
Bank Indonesia. (2005). Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Industri Sohun. Jakarta: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM.
Beattie, Bruce R. dan Taylor C. Robert. (1994). Ekonomi Produksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Billas, Richard A. (1994). Teori Mikroekonomi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Chiang, Alpha C. & Wainwright, Kevin. 2006. Fundamental Methods of
Mathematical Economics, 4thEd. Colombus, OH: McGraw-Hill Companies, Inc.
(40)
Dewi, Utami dan Satrya, Aryana. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Bidang Sumber Daya Manusia Dan Organisasi. Jakarta: Jurusan Manajemen SDM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kamus Bahasa Indonesia. (2013). [Online]. Tersedia: http://kamusbahasaindonesia.org/ [4 April 2013].
Kuncoro, Mudrajat. (2000). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Munarso, S. Joni dan Haryanto Bambang. (2004). Perkembangan Teknologi Pengolahan Mie. [Online] Tersedia: http://www.google.com. [11 April 2012].
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nirmala, Elly. (2008, Juni). IKM Sohun Potensial Dikembangkan. Gema Industri Kecil [E-Paper], 51-53. [30 Mei 2012].
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. (2008). Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat 2008-2013. Bandung: Bapeda Provinsi Jawa Barat.
Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrik: Teori dan Aplikasi dengan Eviews.
Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI. Roisah. 2009. Produksi dan Karakterisasi Sohun dari Pati Ganyong (Canna edulis
Ker). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Samuelson, Paul A. & W D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Media Global Edukasi.
Soekartawi. (1994). Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(41)
Suhasnan, Nanang. (2012). Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Gula: Studi Pada Petani Tebu PT PG Rajawali II Unit PG Sindanglaut Kab. Cirebon. Skripsi pada FPEB UPI tidak diterbitkan.
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Bima Grafika.
Ulfah W., Dewi, Kruniasih Ichwani, Sulistiya. (2005). “Efisiensi Produksi Pada Industri Rumah Tangga Tahu (Studi Kasus di Kelurahan Margoagung
Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman)”. Jurnal Agros, 6, (2), 110-121. .www.google.com. (2013). [Online]. http://materi-statistik.blogspot.com/2010/06/
(1)
90
Aminah,2013
Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sohun Di Kabupaten Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada bagian akhir ini penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan faktor-faktor produksi pada produksi sohun di Kabupaten Cirebon belum mencapai efisiensi optimum. Untuk mencapai efisiensi optimum pada faktor produksi modal maka input modal perlu ditambah. Berdasarkan hasil penelitian ke lapangan, penulis bisa menarik kesimpulan bahwa modal tetap yang dimiliki oleh pengusaha sohun sangat terbatas dan tidak mendukung kelangsungan proses produksi yang diharapkan bisa memenuhi pesanan. Sementara untuk mencapai efisiensi optimum pada faktor produksi tenaga kerja maka input tenaga kerja perlu dikurangi. Ketidakefisienan tersebut terjadi karena rata-rata jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan jumlah produk atau output yang dihasilkan. Dalam proses pembuatan sohun memang memerlukan banyak tenaga kerja, akan tetapi dalam kenyataannya banyak perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih besar dari yang sebenarnya dibutuhkan.
2. Skala produksi sohun di Kabupaten Cirebon berada dalam kondisi skala usaha yang meningkat (Increasing Returns to Scale). Ini artinya bahwa
(2)
91
Aminah,2013
Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sohun Di Kabupaten Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proporsi penambahan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada industri sohun akan menghasilkan tambahan produksi sohun yang proporsinya lebih besar.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mencapai efisiensi optimum pengusaha sohun di Kabupaten
Cirebon perlu melakukan strategi dalam penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja agar mencapai efisiensi optimum. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan faktor produksi modal harus ditambah hingga mencapai nilai Rp. 3.217.702.380 dalam satu tahun, dan faktor produksi tenaga kerja harus dikurangi hingga mencapai nilai Rp. 1.564.195.799 dalam satu tahun. Tindakan tersebut merupakan salah satu strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tingkat efisensi yang optimum.
Dalam melaksanakan usaha tersebut diperlukan peningkatan kualitas dan kemampuan pengusaha untuk dapat mengatur input faktor produksi secara tepat. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengikuti pelatihan dan pendidikan non formal mengenai alokasi faktor produksi yang tepat untuk menghasilkan efisiensi optimum. Selain itu diperlukan juga pelatihan-pelatihan untuk aspek manajemen usaha baik dari aspek keuangan, pengorganisasian tenaga kerja dan pemasaran. Dalam segi permodalan yang seringkali menjadi hambatan pengusaha dalam
(3)
92
Aminah,2013
Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sohun Di Kabupaten Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengembangkan usahanya bisa dibantu melalui pemberian pinjaman kredit usaha dari bank.
2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka peneliti selanjutnya disarankan untuk membandingkan atau memasukkan faktor-faktor diluar faktor ekonomi seperti cuaca, teknologi serta pola para pengusaha dalam mengelola perusahaan, sehingga hasil penelitian selanjutnya dapat memberikan gambaran secara utuh mengenai produksi sohun dan hasilnya bisa bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.
(4)
Aminah,2013
Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sohun Di Kabupaten Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astriani, Dewi Novitasari. (2011). Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Tahu di Kabupaten Sumedang. Skripsi pada FPEB UPI tidak diterbitkan.
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional dan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2012). Ringkasan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. Bandung.
Badan Pusat Statistik. (2010). Survei Industri Mikro dan Kecil. . (2009). Direktori Industri 2009.
Badan Pusat Statistik dan Dinas KUKM Provinsi Jawa Barat. (2004). Analisa Peranan Ekonomi KUKM Terhadap Perekonomian Regional.
Bank Indonesia. (2005). Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Industri Sohun. Jakarta: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM.
Beattie, Bruce R. dan Taylor C. Robert. (1994). Ekonomi Produksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Billas, Richard A. (1994). Teori Mikroekonomi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Chiang, Alpha C. & Wainwright, Kevin. 2006. Fundamental Methods of
Mathematical Economics, 4thEd. Colombus, OH: McGraw-Hill Companies, Inc.
(5)
Aminah,2013
Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sohun Di Kabupaten Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dewi, Utami dan Satrya, Aryana. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Bidang Sumber Daya Manusia Dan Organisasi. Jakarta: Jurusan Manajemen SDM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kamus Bahasa Indonesia. (2013). [Online]. Tersedia: http://kamusbahasaindonesia.org/ [4 April 2013].
Kuncoro, Mudrajat. (2000). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Munarso, S. Joni dan Haryanto Bambang. (2004). Perkembangan Teknologi Pengolahan Mie. [Online] Tersedia: http://www.google.com. [11 April 2012].
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nirmala, Elly. (2008, Juni). IKM Sohun Potensial Dikembangkan. Gema Industri Kecil [E-Paper], 51-53. [30 Mei 2012].
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. (2008). Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat 2008-2013. Bandung: Bapeda Provinsi Jawa Barat.
Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrik: Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI. Roisah. 2009. Produksi dan Karakterisasi Sohun dari Pati Ganyong (Canna edulis
Ker). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Samuelson, Paul A. & W D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Media Global Edukasi.
Soekartawi. (1994). Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(6)
Aminah,2013
Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Sohun Di Kabupaten Cirebon
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suhasnan, Nanang. (2012). Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Gula: Studi Pada Petani Tebu PT PG Rajawali II Unit PG Sindanglaut Kab. Cirebon. Skripsi pada FPEB UPI tidak diterbitkan.
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Bima Grafika.
Ulfah W., Dewi, Kruniasih Ichwani, Sulistiya. (2005). “Efisiensi Produksi Pada
Industri Rumah Tangga Tahu (Studi Kasus di Kelurahan Margoagung
Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman)”. Jurnal Agros, 6, (2), 110-121.
.www.google.com. (2013). [Online]. http://materi-statistik.blogspot.com/2010/06/ hipotesis. html [26 Agustus 2013].