Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Pendorong Perilaku Beresiko pada Pekerja Seks Komersial (PSK) : Studi Kasus Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon T1 462011026 BAB II

(1)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIV/AIDS

2.1.1. Pengertian HIV/AIDS

Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian berdampak pada penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan satu penyakit yang disebut AIDS. HIV menyerang sel-sel darah putih yang dimana sel-sel darah putih itu merupakan bagian dari sitem kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit.

Manusia yang terinfeksi HIV akan berpotensi sebagai pembawa (carrier) dan penularan virus tersebut selama hidupnya. AIDS (Aqquired Immune Deficiency syndrom) kumpulan gejala penyakit spesifik yang disebabkan oleh rusaknya system kekebalan tubuh oleh virus HIV (Komisi penangulangan AIDS Provinsi Maluku,2015).

2.1.2. Cara Penularan HIV/AIDS

Menurut Departemen kesehatan RI (2008) penularan HIV/AIDS melalui 3 cara yaitu


(2)

2 2.1.2.1. Penularan Seksual

Secara umum dapat dikatakan, hubungan seksual adalah cara penularan HIV/AIDS yang paling sering terjadi. Virus dapat ditularkan dari seseorang yang terinfeksi kepada pasangan seksualnya, baik itu sesama jenis (Homoseks) kelamin atau sebaliknya berbeda jenis kelamin (Heteroseks), atau ada yang mendonorkan semennya kepada orang lain. Hubungan seksual tersebut adalah hubungan seksual dengan penetrasi penis-vagina, penis-anus atau kontak mulut. Resiko terinfeksi HIV/AIDS melalui hubungan seksual tergantung kepada beberapa hal:

a. Kemungkinan Bahwa Pasangan Seksual Terinfeksi HIV.

Angka kejadian infeksi HIV pada penduduk seksual aktif sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, juga berbeda antara satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduknya lainnya dalam satu daerah.Kemungkinan proporsi seseorang terinfeksi HIV terbanyak melalui hubungan heteroseksual maka kelompok masyarakat yang beresiko untuk terinfeksi HIV adalah PSK dan


(3)

laki-3

laki yang sering kali melakukan hubungan seks dengan PSK.

b. Penularan HIV/AIDS melalui Hubungan Seksual Berganti-ganti Pasangan.

Semua hubungan seksual yang dilakukan dengan cara berganti-ganti pasang mempunyai resiko penularan infeksi HIV. Namun, resiko tertinggi terjadinya infeksi HIV pada pria dan wanita ialah mereka yang berlaku sebagai penerima dari hubungan seksual anal dengan pasangan seksual yang terinfeksi HIV. Hubungan cara vaginal kemungkinan membawa resiko tinggi bagi pria dan wanita heteroseksual dari pada oral-genital.Kontak oral-genital memungkinkan penularan HIV.

2.1.2.2. Penularan Parental

Penularan ini terjadi melalui transfusi dengan darah yang terinfeksi HIV atau produk darah atau penggunaan jarum yang terkontaminasi dengan HIV atau peralatan lain yang melukai kulit.


(4)

4

2.1.2.3. Penularan Perinatal

Penularan dari seorang wanita kepada janin yang dikandungnya atau bayinya.Penularan ini dapat terjadi sebelum, selama, atau beberapa saat setelah bayi dilahirkan. Resiko penularan HIV dalam rahim si ibu atau selama proses kelahiran sebesar 20-40%.

2.1.3. Perjalanan Infeksi HIV/AIDS

Pada saat seseorang terinfeksi HIV maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia.Tahap ini disebut sebagai periode jendela.Sebelum masuk tahap AIDS, maka orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV (Departemen kesehatan RI, 2008).

Pada tahap HIV positif ini maka keadaan fisik yang bersangkutan tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan lainnya dan bahkan bisa diperpanjang menjadi 3 tahun. Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan merusak sel darh putih (yang berperan dalam sistem kekebalan


(5)

5

tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS. Dimana akan muncul berbagai infeksi seperti infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dan sebagainya (Departemen kesehatan RI, 2008).

2.1.4. Pencegahan HIV/AIDS

Menurut Depkes (KPA Nasional, 2005) penyebaran HIV/AIDS dan pencegahannya dapat dilakukan dengan prinsip

“ABC” yang telah efektif untuk menurunkan jumlah penularan HIV/AIDS. Prinsip “ABC” itu adalah :

A: Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan jangka panjang dengan pasangan.

B: Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan.

C: Cegah dengan memakai kondom secara benar dan konsisten untuk penjaja seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B (Kondom). Untuk penularan non-seksual, berlaku prinsip “ D dan E” yaitu:

D: Drug: say no to atau katakan tidak pada napza/narkoba


(6)

6

E: Equipment: no sharing atau jangan memakai alat suntik secara bergantian.

2.2. Konsep Pekerja Seks Komersial (PSK)

2.2.1. Definisi PSK (Pekerja Seks Komersial)

Merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi di kelompok tersebut. Pekerja Seks Komersial (PSK) lebih beresiko menimbulkan Infeksi Menular Seksul (IMS) karena mereka sering bertukar pasangan seks. Semakin banyak jumlah pasangan seksnya semakin besar kesempatan terinfeksi IMS dan menularkan ke orang lain (Depkes RI, 2009).

2.2.2. Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial (PSK)

Pada umumnya seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah wanita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Hal ini mutlak dibutuhkan karena merupakan modal dasar perempuan tersebut untuk terjun dan hidup sebagai PSK. Mereka dituntut untuk tetap mempertahankan kecantikan agar tetap langgeng dalam profesinya tersebut (Jajuli, 2010).


(7)

7

Ciri-ciri khas dari pelacur menurut Jajuli (2010), sebagai berikut :

a. Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki).

b. Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya. Bisa merangsang selera seks kaum pria.

c. Pakaiannya sangat menyolok, beraneka warna, sering aneh-aneh/eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria.Menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir secara psikis (afwezig, absent minded), tanpa emosi atau afeksi.

d. Pelacur-pelacur profesional dari kelas rendah dan menengah kebanyakan berasal dari strata ekonomi yang rendah.

2.3. Prinsip Perilaku

Prinsip-prinsip dasar perilaku manusia menurut Sunaryo (2002), sebagai berikut :

a. Manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama. Prinsip ini penting untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda-beda. Adanya perbedaan ini karena sejak lahir manusia ditakdirkan tidak


(8)

8

sama kemampuannya. Selain itu juga karena perbedaannya menyerap informasi dari suatu gejala dan ada pula yang beranggapan bahwa perbedaan kemampuan itu disebabkan oleh kombinasi dari keduanya.

b. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.

Manusia berperilaku karena didorong oleh serangkaian kebutuhan. Yang dimaksud kebutuhan adalah beberapa pernyataan di dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang itu berbuat sesuatu untuk mencapainya sebagai suatu obyek atau hasil. Kebutuhan seseorang berbeda dengan kebutuhan orang lain. Kadangkala seseorang yang sudah berhasil memenuhi kebutuhan yang satu, misalnya kebutuhan mencari makan atau papan, kebutuhannya akan berlanjut dan berubah atau berkembang, berganti dengan kebutuhan yang lain. Kebutuhan yang sekarang mendorong seseorang bisa merupakan hal yang potensial dan bisa juga tidak untuk melakukan perilakunya di kemudian hari.

c. Orang berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak.

Kebutuhan-kebutuhan manusia dapat dipenuhi lewat perilakunya masing-masing. Di dalam banyak hal, seseorang dihadapkan dengan sejumlah kebutuhan, yang potensial harus dipenuhi lewat perilaku yang dipilihnya. Hal ini


(9)

9

mendasarkan suatu anggapan yang menunjukkan bagaimana menganalisa dan meramalkan rangkaian tindakan apakah yang akan diikuti oleh seseorang manakala ia mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan mengenai perilakunya.

d. Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya.

Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, dimana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya. Proses yang aktif ini melibatkan seorang individu mengakui secara selektif aspek-aspek yang berada di lingkungan, menilai apa yang dilihatnya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan mengevaluasi apa yang dialami itu dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai lainnya. Oleh karena kebutuhan dan pengalaman seseorang itu berbeda sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga akan berbeda. e. Seseorang itu mempunyai rasa senang atau tidak senang.

Orang-orang jarang bertindak netral mengenai suatu hal yang mereka ketahui dan alami. Orang cenderung untuk mengevaluasi sesuatu sesuatu yang mereka alami dengan cara senang atau tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang ini akan menjadikan seseorang berbuat yang


(10)

10

berbeda dengan orang lain dalam rangka menanggapi suatu hal.

f. Banyak faktor yang menentukan perilaku seseorang.

Perilaku seseorang itu ditentukan oleh banyak faktor. Adakalanya perilaku seseorang dipengaruhi oleh kemampuannya, ada pula karena kebutuhannya dan ada juga yang karena dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar perilaku manusia berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, hal yang membedakan itu dapat dari tingkat kebutuhan manusia, cara berpikir, pengalaman masa lalu, dan perasaan.

2.4. Faktor Penyebab Perilaku Beresiko Penularan HIV/AIDS Dalam kaitannya dengan penularan HIV/AIDS, dikenal adanya perilaku seksual beresiko dan perilaku seksual aman. Perilaku seksual beresiko adalah segala perilaku seksual yang menimbulkan resiko dan memungkinkan terjadinya penularan/infeksi HIV/AIDS. Seseorang dikatakan beresiko


(11)

11

tertular HIV/AIDSjika orang tersebut berada pada suatu kesempatan untuk terkena virus karena perilaku seksualnya.

Perilaku seksual aman adalah segala perilaku seksual yang terhindar dari suatu potensi penularan resiko tertular maupun menularkan HIV/AIDS. Perilaku seksual aman adalah segala perilaku seksual yang tidak memungkinkan terjadinya penularan/infeksi HIV/AIDS. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam kontek penanggulangan HIV/AIDS terjadi perubahan perilaku pada yang prinsipnya adalah perubahan dari perilaku yang berisiko terjadinya penularan menjadi perilaku yang aman (Depkes, 2005).

Perilaku beresiko terhadap penularan HIV/AIDS menurut Depkes RI (2011):

a. Berhubungan seks tidak aman (tanpa menggunakan kondom)

b. Ganti – ganti pasangan seks c. Prostitusi

d. Melakukan hubungan seks secara anal

Perilaku yang memudahkan seseorang tertular IMS, termasuk HIV/AIDS menurut Depkes RI (2011) yaitu :

a. Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai lebih dari satu pasangan seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal


(12)

12

b. Mempunyai pasangan seksual yang mempunyai pasangan seksual lainnya.

c. Terus melakukan hubungan seksual walaupun mempunyai keluhan IMS dan tidak diberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut.

d. Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan pasangan yang beresiko.

e. Pemakaian jarum suntik secara bersama-sama secara bergantian.

2.5. Faktor pendorong perilaku beresiko HIV/AIDS 2.5.1. Biologis

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan respons alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Kebutuhan biologis adalah prasyarat untuk tercapainya hubungan yang memuaskan antara organisme dengan lingkungan fisiknya, sedangkan kebutuhan antarpribadi merupakan prasyarat untuk membentuk hubungan yang memuaskan antara manusia dengan lingkungan kemanusiaan. Sebagaimana halnya dengan kebutuhan


(13)

13

biologis, kebutuhan antarpribadi memerlukan pemuasaan yang optimal. Terlalu sedikit atau banyak pemuasan yang terjadi akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak menyenangkan (Sunaryo, 2002).

2.5.2. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, interaksi sosial antara berbagai kelompok. Pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku seseorang sangat bervariasi sumbernya. Semua Informasi yang didapat baik dari media masa, lingkungan tempat tinggal, teman kerja, maupun orang-orang terdekatnya menjadi sumber utama sebagai satu contoh untuk diikuti (Dewa,2014). Dalam konsep ini lingkungan sosial memberikan pengaruh dan dampak terhadap perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

2.5.3. Psikologis

Menurut Jajuli, (2010) Jika dilihat dari sisi psikologis, berbagai faktor psikologis yang merupakan penyebab perempuan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) sebagai berikut.


(14)

14

a. Kehidupan seksual yang abnormal, misalnya hieperseksual dan sadis

b. Kepribadian yang lemah,misalnya cepat meniru c. Moralitas rendah dan kurang berkembang,

misalnya kurang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh dan lainnya.

d. Memiliki motif kemewahan, yaitu menjadi kemewahan sebagai tujuan utamanya.

2.5.4. Ekonomi

Sebagian besar alasan Pekerja Seks Komersial (PSK) masuk ke dalam dunia prostitusi diakibatkan karena tekanan ekonomi. Hal ini telah menjadi alasan utama dimana keadaan ekonomi memaksa seseorang untuk menjalani prostitusi. Termasuk dalam faktor ini antara lain berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang guna membiayai diri sendiri maupun keluarganya, tidak mempunyai sumber penghasilan dan tingkat pendidikan rendah (Dewa, 2014).


(15)

15 2.6. Prespektif Teoritis

Para Pekerja Seks Komersial (PSK) yang bertempat tinggal di Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon sering melakukan kegiatan dengan memberikan layanan hubungan seksual kepada para pelanggan dengan tujuan kegiatan tersebut dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan dari para Pekerja Seks Komersial (PSK). Dengan tidak berhentinya kegiatan tersebut pemerintah Kota Ambon mengadakan beberapa program dalam upaya membantu para Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk memproteksi diri terhadap penyebaran HIV/AIDS baik melakukan pemeriksaan rutin kesehatan seksual maupun edukasi mengenai kesehatan seksual itu sendiri.

Namun, upaya ini tidak mempengaruhi para Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk tidak melakukan perilaku beresiko HIV/AIDS. Perilaku beresiko tersebut adalah melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa memproteksi diri dengan menjaga kesehatan reproduksi. Peneliti bertujuan untuk menggambarkan dan mencari tahu secara mendalam mengenai faktor pendorong perilaku beresiko para Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon. Peneliti menggunakan empat faktor pendorong


(16)

16

sebagai acuan dalam instrumen penelitian yaitu faktor biologis, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial dan faktor ekonomi.


(1)

11

tertular HIV/AIDSjika orang tersebut berada pada suatu kesempatan untuk terkena virus karena perilaku seksualnya.

Perilaku seksual aman adalah segala perilaku seksual yang terhindar dari suatu potensi penularan resiko tertular maupun menularkan HIV/AIDS. Perilaku seksual aman adalah segala perilaku seksual yang tidak memungkinkan terjadinya penularan/infeksi HIV/AIDS. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam kontek penanggulangan HIV/AIDS terjadi perubahan perilaku pada yang prinsipnya adalah perubahan dari perilaku yang berisiko terjadinya penularan menjadi perilaku yang aman (Depkes, 2005).

Perilaku beresiko terhadap penularan HIV/AIDS menurut Depkes RI (2011):

a. Berhubungan seks tidak aman (tanpa menggunakan kondom)

b. Ganti – ganti pasangan seks c. Prostitusi

d. Melakukan hubungan seks secara anal

Perilaku yang memudahkan seseorang tertular IMS, termasuk HIV/AIDS menurut Depkes RI (2011) yaitu :

a. Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai lebih dari satu pasangan seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal


(2)

12

b. Mempunyai pasangan seksual yang mempunyai pasangan seksual lainnya.

c. Terus melakukan hubungan seksual walaupun mempunyai keluhan IMS dan tidak diberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut.

d. Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan pasangan yang beresiko.

e. Pemakaian jarum suntik secara bersama-sama secara bergantian.

2.5. Faktor pendorong perilaku beresiko HIV/AIDS 2.5.1. Biologis

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan respons alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Kebutuhan biologis adalah prasyarat untuk tercapainya hubungan yang memuaskan antara organisme dengan lingkungan fisiknya, sedangkan kebutuhan antarpribadi merupakan prasyarat untuk membentuk hubungan yang memuaskan antara manusia dengan lingkungan kemanusiaan. Sebagaimana halnya dengan kebutuhan


(3)

13

biologis, kebutuhan antarpribadi memerlukan pemuasaan yang optimal. Terlalu sedikit atau banyak pemuasan yang terjadi akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak menyenangkan (Sunaryo, 2002).

2.5.2. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, interaksi sosial antara berbagai kelompok. Pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku seseorang sangat bervariasi sumbernya. Semua Informasi yang didapat baik dari media masa, lingkungan tempat tinggal, teman kerja, maupun orang-orang terdekatnya menjadi sumber utama sebagai satu contoh untuk diikuti (Dewa,2014). Dalam konsep ini lingkungan sosial memberikan pengaruh dan dampak terhadap perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

2.5.3. Psikologis

Menurut Jajuli, (2010) Jika dilihat dari sisi psikologis, berbagai faktor psikologis yang merupakan penyebab perempuan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) sebagai berikut.


(4)

14

a. Kehidupan seksual yang abnormal, misalnya hieperseksual dan sadis

b. Kepribadian yang lemah,misalnya cepat meniru c. Moralitas rendah dan kurang berkembang,

misalnya kurang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh dan lainnya.

d. Memiliki motif kemewahan, yaitu menjadi kemewahan sebagai tujuan utamanya.

2.5.4. Ekonomi

Sebagian besar alasan Pekerja Seks Komersial (PSK) masuk ke dalam dunia prostitusi diakibatkan karena tekanan ekonomi. Hal ini telah menjadi alasan utama dimana keadaan ekonomi memaksa seseorang untuk menjalani prostitusi. Termasuk dalam faktor ini antara lain berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang guna membiayai diri sendiri maupun keluarganya, tidak mempunyai sumber penghasilan dan tingkat pendidikan rendah (Dewa, 2014).


(5)

15 2.6. Prespektif Teoritis

Para Pekerja Seks Komersial (PSK) yang bertempat tinggal di Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon sering melakukan kegiatan dengan memberikan layanan hubungan seksual kepada para pelanggan dengan tujuan kegiatan tersebut dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan dari para Pekerja Seks Komersial (PSK). Dengan tidak berhentinya kegiatan tersebut pemerintah Kota Ambon mengadakan beberapa program dalam upaya membantu para Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk memproteksi diri terhadap penyebaran HIV/AIDS baik melakukan pemeriksaan rutin kesehatan seksual maupun edukasi mengenai kesehatan seksual itu sendiri.

Namun, upaya ini tidak mempengaruhi para Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk tidak melakukan perilaku beresiko HIV/AIDS. Perilaku beresiko tersebut adalah melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa memproteksi diri dengan menjaga kesehatan reproduksi. Peneliti bertujuan untuk menggambarkan dan mencari tahu secara mendalam mengenai faktor pendorong perilaku beresiko para Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon. Peneliti menggunakan empat faktor pendorong


(6)

16

sebagai acuan dalam instrumen penelitian yaitu faktor biologis, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial dan faktor ekonomi.


Dokumen yang terkait

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25