PENDAHULUAN T2 932012004 Full text

1

1. PENDAHULUAN

Lembaga Perbankan merupakan mediator yang berfungsi untuk mengelola dana dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana kreditur dan kemudian menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana debitur. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus mempertanggungjawabkan simpanan kreditur dan mengelola penyaluran dana kepada pihak debitur dengan baik. Dengan kata lain, lembaga perbankan merupakan pihak yang menjalankan bisnisnya dengan menggunakan dana pihak lain untuk memperoleh keuntungan Saryadi, 2007. Fungsi bank yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit, dan melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang Kuncoro, 2002. Masing-masing fungsi harus dijalankan dengan baik demi kelancaran operasional bank. Salah satu fungsi yang memiliki peranan penting bagi bank adalah fungsi penyaluran kredit. Dalam aktivitas penyaluran kredit, bank memerlukan informasi keuangan debitur yang relevan dan reliabel untuk menunjang pengambilan keputusannya. Informasi keuangan yang disajikan debitur akan dianalisis oleh bank untuk mengetahui keadaan debitur. Analisis terhadap informasi keuangan ini akan digunakan untuk menilai apakah debitur layak diberikan kredit atau tidak. Dalam Financial Accounting Standart Board 1978 FASB, laporan keuangan merupakan alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan kepada pihak eksternal. Dengan kata lain, laporan keuangan bukan sekedar akhir dari suatu siklus namun lebih ke arah penyediaan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan bisnis Hefes, 2005. Hal 2 ini menunjukkan bahwa informasi keuangan memiliki dampak yang signifikan bagi kelangsungan suatu bisnis. Informasi keuangan yang pada awalnya lebih digunakan untuk pertanggung jawaban usaha, saat ini lebih cenderung digunakan untuk pengambilan keputusan. Bagi bisnis perbankan, informasi keuangan debitur merupakan hal penting bagi bank dalam upaya mempertimbangkan pemberian kredit. Penyaluran kredit golongan mikro, kecil dan menengah menjadi segmen yang diminati baik oleh industri perbankan maupun jasa keuangan non bank lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya minat industri keuangan tersebut adalah tingkat risiko kredit yang relatif dapat ditekan, pasar yang cenderung besar dan dapat terus berkembang, serta persyaratan administratif yang cenderung lebih mudah untuk dipenuhi Malik, 2008. Zulfikar 2012 mengungkapkan permodalan bagi Usaha Kecil Menengah UKM masih merupakan suatu permasalahan utama, setidaknya 30 masalah yang dihadapi UKM di Indonesia adalah sulitnya memperoleh permodalan. Salah satu faktor yang menjadi kesulitan UKM dalam permodalan dari perbankan selama ini adalah sikap kehati-hatian perbankan dalam mengucurkan kredit. Fungsi intermediasi perbankan terikat pada prudential banking prinsip kehati-hatian. Peran praktik akuntansi yang diterapkan dalam manajemen sebuah UKM setidaknya akan dapat menghasilkan sebuah laporan keuangan sebagai refleksi kinerja yang dicapai. Pihak analisis kredit di perbankan menjadikan laporan keuangan sebagai alat dalam menilai kelayakan usaha yang terkait untuk mendapat bantuan permodalan. Sebelum memberikan kredit kepada debitur dalam hal ini berupa Usaha Kecil dan Menengah UKM, maka 3 bank perlu menganalisis terlebih dahulu laporan keuangan UKM sehingga mendukung pengambilan keputusan bank. Dalam kenyataannya sebagian besar UKM belum memiliki laporan keuangan karena transaksi yang terjadi masih sederhana sehingga UKM tidak melakukan pencatatan yang rumit seperti yang diterapkan pada usaha besar. Hasil penelitian Danos et all., 1989, Mintarti 1994, Purwati 2014 menunjukkan bahwa informasi yang berkaitan dengan kondisi bisnis organisasi atau UKM akan dipertimbangkan oleh pemberi pinjaman atau investor dalam menentukan penerimaan atau penolakan atas permohonan kredit atau investasi. Hal ini menunjukkan bahwa informasi keuangan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit. Sariyadi 2007 meneliti kredit yang dilakukan pada bank umum di wilayah Semarang. Hasil penelitiannya menemukan bahwa karakteristik kualitatif informasi yaitu relevansi dan reliabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan kredit bank secara umum. Penelitian Nuswandari 2009 mengemukakan bahwa investor dan kreditor membutuhkan informasi yang memadai dan relevan untuk mendukung pembuatan keputusannya. Informasi yang relevan dapat memperlemah atau memperkuat pengharapan yang ada. Relevansi selalu dikaitkan dengan f eedback dan nilai prediktif dari informasi tersebut. Sementara reliabilitas berarti bahwa informasi yang disampaikan harus andal yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat dipercaya. Selain itu reliabilitas juga harus menyajikan informasi yang benar, wajar, dan mencerminkan keadaan suatu perusahaan. Melihat pentingnya peranan informasi keuangan bagi keberlangsungan usaha perbankan, khususnya 4 dalam pemberian kredit, ternyata penelitian lain menunjukkan bahwa seringkali informasi keuangan tidak dipertimbangkan oleh bank dalam pengambilan keputusan kredit. Bank juga memperhatikan informasi non keuangan dalam keputusan kreditnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Baker dan Haslem 1973 menunjukkan bahwa informasi yang sangat dibutuhkan oleh investor adalah informasi yang bersifat f uture expectation. Sumber informasi yang diperoleh investor berasal dari pialang, sedangkan informasi dari laporan keuangan menempati urutan kelima dalam posisi yang dianggap kurang penting. Selanjutnya, pe nelitian Gunawan, Faridah, Ustadi dalam Purwanti 1994 juga menemukan bahwa informasi keuangan tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit bank. Selain itu, penelitian Simanjuntak 1999 menyatakan bahwa informasi non akuntansi berupa jaminan kredit dinilai lebih penting dari pada informasi akuntansi. Hasil penelitian Septriawan 2010 menyatakan bahwa informasi non akuntansi berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit. Variabelnya adalah jaminan kredit, pengalaman manajemen, pendidikan manajemen dan sektor ekonomi yang dibiayai. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak semua informasi keuangan diandalkan bank dalam pengambilan keputusan kredit. Sebagian besar penelitian diatas dilakukan pada bank umum dan tentang pengambilan keputusan kredit untuk usaha skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah BPR sama dengan bank umum dalam menganalisa suatu usaha untuk dibiayai, terutama terkait informasi keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan kredit bank. Penelitian ini berfokus pada UKM bukan pada usaha besar karena usaha di Indonesia sebagian besar 5 adalah UKM, yang disebabkan karena perkembangan UKM yang demikian pesat. Wati 2011 menyatakan perkembangan UKM saat ini disebabkan karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga atau rumahan. Dengan demikian, konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke bawah. Penelitian ini melihat bahwa UKM berbeda dengan usaha-usaha besar yang mempunyai laporan keuangan yang diaudit, sedangkan UKM sebagian besar tidak mempunyai laporan keuangan. Adapun UKM yang mempunyai laporan keuangan, laporan tersebut tidak diaudit. Selain itu laporan keuangan yang dibuat UKM berdasarkan cash basis dan tidak mengikuti aturan standar akuntansi SAK. Hal yang menarik adalah ketika bank melihat UKM bahwa kelayakan UKM untuk diberi kredit apakah dasarnya menggunakan informasi keuangan atau tidak. Dalam prakteknya, seringkali UKM tidak mempunyai pencatatan namun informasi dari UKM bisa digunakan dalam pengambilan keputusan kredit. Persoalan penelitian yang dirumuskan adalah: Pertama, apakah informasi keuangan UKM relevan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan kredit? Kedua, apakah informasi keuangan UKM reliabel untuk digunakan dalam pengambilan keputusan kredit? Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memberikan saran bagi UKM untuk meningkatkan kualitas informasi keuangannya. Selain itu, memberikan masukan bagi BPR dalam mempertimbangkan pemberian kredit kepada UKM.

2. TINJAUAN PUSTAKA