MENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF BERBASIS SOFT SKILL.

(1)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii

LEMBAR PENGESAHAN

MENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF BERBASIS SOFT SKILL

Telah Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Prof. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D.

Pembimbing II

Dr. Kusnandi, M.Si.

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

Prof. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D HALAMAN PERSEMBAHAN


(2)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iii

PERNYATAAN

Kupersembahkan tuk

Ibunda tercinta

Guru, motivator, dan sesuatu yang paling

berharga di hidupku………..


(3)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iv

Dengan ini, saya FERI HARYATI menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Meningkatkan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Literasi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Metakognitif Berbasis Soft skill” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan tidak melakukan unsur penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dari karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

Feri Haryati


(4)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v

Feri Haryati (2012), Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa melalui Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa secara keseluruhan dan juga berdasarkan kelompok kategori kemampuan matematis (KKM) siswa SMP khususnya SMP Negeri 9 Tanjung Balai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen menggunakan desain nonequivalent control

group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VII

di Kodya Tanjung Balai tahun ajaran 2011/2012, dengan populasi target penelitian ini adalah kelas VII dengan menggunakan dua kelas yang telah ditentukan. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis

soft skill, sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional.

Kelas eksperimen terdiri dari 33 siswa, sedangkan kelas kontrol terdiri dari 37 siswa. Instrumen yang digunakan berupa lembar tes tertulis, bahan ajar, angket skala kemandirian dan format observasi. Pengumpulan data dilakukan dengan tes awal dan tes akhir untuk melihat pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar, observasi, dan pengisan angket skala kemandirian oleh siswa kelas eksperimen dan kontrol. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pengolahan dan anlasis data menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan program SPSS 16. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; (2) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dengan KKM kelompok tinggi dan sedang tidak terdapat perbedaan secara signifikan; (3) Kemandirian belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; (4) Kemandirian beajar sisiwa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dengan KKM kelompok tinggi dan rendah, kelompok sedang dan rendah tidak terdapat perbedaan secara signifikan.

Kata Kunci: pendekatan metakognitif berbasis soft skill, pemecahan masalah

matematis, kemandirian belajar siswa


(5)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, kekuatan, kemudahan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan karya tesis ini merupakan tugas yang berat, melelahkan dan penuh pengorbanan. Ujian dan cobaan mengiringi perjalanan yang semakin menambah semangat bagi penulis untuk menyelesaikannya. Alhamdulillah penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan segala keterbatasannya.

Tesis yang berjudul “Meningkatkan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia.

Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyususan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi saya sendiri dan juga para pembaca, serta dapat memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juni 2012

Penulis


(6)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii

Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis menyadari banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan, motivasi dan kemudahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. H. Yaya. S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing I, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya dengan penuh kesabaran, membimbing, memberikan saran, dukungan, arahan, bagi penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Dr. Kusnandi, M.Si. selaku Pembimbing II yang juga di tengah-tengah kesibukannya dengan penuh kesabaran dan kritis telah banyak membimbing penulis, memberikan saran, dukungan, arahan, dan motivasi-motivasi yang membangun, sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

3. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, terima kasih atas bimbingannya.

4. Jajaran staf dan karyawan Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, atas layanan terbaiknya selama penulis mengikuti studi.

5. Bapak Kepala SMP Negeri 9 Tanjung Balai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, serta terima kasih kepada staf guru lainnya khususnya Ibu Nuraini, S. Pd. selaku guru Matematika kelas VII yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.


(7)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu viii

6. Ayahanda Abdul Halim (Alm) dan Ibunda Nurbaity tercinta, adik-adikku (Dewi, Haidir, Iyong dan keponakanku Zaifa) yang menjadi motivatorku dan senantiasa menantikan keberhasilanku, seluruh keluarga besarku di Tanjung Balai.

7. Teman-teman, yang selalu memberikan masukan-masukan yang positif dan selalu memberikan motivasi dan seluruh mahasiswa S2 dan S3 angkatan 2010/2011 Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Teriring doa yang tulus, semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan Bapak/Ibu, sahabat, teman, dan saudara semua. Amin.

Bandung, Juli 2012


(8)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN………... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iii

LEMBAR PERNYATAAN……….. iv

ABSTRAK……….. v

KATA PENGANTAR………... vi

UCAPAN TERIMA KASIH………. vii

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL………...... xii

DAFTAR GAMBAR………..... xiv

DAFTAR LAMPIRAN………..... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah……… 6

1.3 Tujuan Penelitian……… 7

1.4 Manfaat Penelitian……… 8

1.5 Definisi Operasional……… 9

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pendekatan Metakognitif…….……….……….. 11

2.2 Soft Skill………. 16

2.3 Pembelajaran degan Pendekatan Metakognitif... 18

2.4 Pemecahan Masalah……….……… 20

2.5 Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika .…. 22 2.6 Strategi dalam Pemecahan Masalah Matematika………..… 24

2.7 Kemandirian Belajar Siswa………. 28

2.8 Pembelajaran Konvensional ………. 31


(9)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu x

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian……..……… 34

3.2 Subyek Penelitian……….. 36

3.3 Variabel Penelitian……….………… 36

3.4 Instrumen………..………. 36

3.4.1 Tes Kempuan Pemecahan Masalah Matematis..…… 36

3.4.2 Skala Kemandirian Belajar Siswa..………... 42

3.5 Prosedur Penelitian …...………... 43

3.6 Analisa Data ………….……….…… 43

3.6.1 Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa………. 43

3.6.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa……….. 46 3.6.3 Kemandirian Belajar Awal Siswa………….……….. 47

3.6.4 Kemandirian Belajar Akhir Siswa …….………….. 50

3.7 Data Hasil Observasi……….………... 51

3.8 Data Hasil Wawancara………..………. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………... 52

4.1.1 Hasil Penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.………. 56 4.1.2 Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Siswa……... 65

4.1.3 Hasil Observasi dan Wawancara……….. 75

4.2 Temuan dan Pembahasan………. 80

4.2.1 Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft skill……...……… 80

4.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ……... 81

4.2.3 Kemandirian Belajar Siswa ………. 84


(10)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……… 87 5.2 Saran……… 88


(11)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran dengan Pendekatan

Metakognitif Berbasis Soft Skill……….. 21 Tabel 3.1 Acuan Pemberian Skor Pemecahan Maslah……….. 35 Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas………... 36 Tabel 3.3 Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 36 Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas.……… 37 Tabel 3.5 Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis………. 37

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda……….………. 38 Tabel 3.7 Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis………. 38

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran………..……… 39 Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis……….………... 39

Tabel 3.10 Rekapitulasi Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis……….………... 39

Tabel 3.11 Klasifikasi Gain………….……….. 44 Tabel 4.1 Deskriptif Skor Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis………. 53 Tabel 4.2 Deskriptif Skor Kemandirian Belajar Siswa………..………. 54 Tabel 4.3 Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol………....………. 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol…………..……… 57

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan


(12)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiii

Tabel 4.6 Rerata Skor Gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ………... 59

Tabel 4.7 Uji Normalitas Distribusi Data Skor Gain Kemampuan

Pemecahan Matematis Siswa ………. 60 Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Skor Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis ………... 62 Tabel 4.9 Rataan Skor Gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori

Kemampuan Mahasiswa………..………... 63 Tabel 4.10 Hasil Uji Kruskal Wallis Kelas Eksperimen Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Kategori

Kemampuan.………... 64 Tabel 4.11 Hasil Uji Kruskall Wallis Lanjut Kelas Ekperimen

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan

Kategori Kemampuan……… 64 Tabel 4.12 Hasil Kemandirian Belajar Awal Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol………..………. 66

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Belajar Awal Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol………... 67 Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenita Varians Skor Kemandirian Belajar

Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol……… 67 Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Skor Kemandirian Belajar

Awal Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol…….. 69 Tabel 4.16 Rerata Skor Kemandirian Belajar Siswa ………. 70 Tabel 4.17 Uji Normalitas Distribusi Data Skor Kemandirian Belajar

Siswa ……….………. 71 Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Skor Kemandirian Belajar

Awal Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol………. 72 Tabel 4.19 Hasil Uji Kruskall Wallis Kelas Ekperimen Kemandirian

Belajar Siswa Berdasarkan Kategori Kemampuan………… 74 Tabel 4.20 Hasil Uji Kruskall Wallis Lanjut Kelas Ekperimen 74


(13)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiv

Kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan Kategori

Kemampuan………. Tabel 4.21 Aktifitas Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan

Metakognitif Berbasis Soft Skill………... 76 Tabel 4.22 Aktifitas Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan


(14)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Silabus………. 97

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………. 99

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 124

Lampiran A.4 Kisi-Kisi Soal Tes………... 156

Lampiran A.5 Naskah Soal Tes……….. 157

Lampiran A.6 Kisi-kisi Instrument Kemandirian Belajar Siswa………… 159

Lampiran A.7 Skala Kemandirian Belajar ……….………... 160

Lampiran A.8 Pedoman Observasi dan Wawancara 167 Lampiran B.1 Skor Data Uji Coba………..…………... 167

Lampiran C.1 Kategori Kemampuan Siswa Kelas Eksperimen…………. 173

Lampiran C.2 Data Hasil Pretes Pemecahan Masalah ………. 174

Lampiran C.3 Data Hasil Pretes Pemecahan Masalah ………. 175

Lampiran C.4 Data Gain Ternormalisasi Pemecahan Masalah ………… 177

Lampiran C.5 Perhitungan Data dan Uji Statistik Kemampuan Pemecahan Masalah………...……… 183

Lampiran D.1 Data Hasil Kemandirian Belajar Awal..……… 189

Lampiran D.2 Data Hasil Kemandirian Belajar Akhir ………….……… 193

Lampiran D.3 Data Hasil Transformasi Kemandirian Belajar Awal…... 197

Lampiran D.4 Data Hasil Transformasi Kemandirian Belajar Akhir………...……… 201

Lampiran D.5 Perhitungan Data dan Uji Statistik Kemandirian Belajar………. 205

Lampiran E.1 Observasi Terhadap Aktivitas Guru dan Kemandirian Belajar Siswa……….. 211


(15)

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Gambara Aktivitas Guru……… 77 Gambar 4.2 Gambar Kemandirian Siswa……….. 79


(16)

1

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kritis, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka pembelajaran matematika di setiap jenjang pendidikan harus memiliki tujuan pembelajaran yakni untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas pemikiran secara logis, rasioanal, kritis, cermat, jujur, efisiensi dan efektif Puskur (2002).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Soejadi (2004) bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang terdiri dari: (1) tujuan yang bersifat formal, yang memberikan tekanan pada penataan nalar anak dan pembentukan pribadi anak; (2) tujuan yang bersifat material, yaitu memberikan tekanan pada penerapan matematika dan kemampuan memecahkan masalah matematika. Disamping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan pola pikir matematika


(17)

2

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujudnya penataan dan pembentukan sikap serta ketrampilan siswa dalam penerapan matematika.

Namun demikian, tujuan pendidikan matematika masih belum berhasil dicapai. Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia cenderung masih rendah adalah hasil penilaian internasional mengenai prestasi belajar siswa. Balitbang (2011a) melaporkan hasil survei Trends

International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003

Indonesia berada di peringkat 34 dari 45 negara. Walaupun rerata skor naik menjadi 411 dibanding 403 pada tahun 1999, kenaikan tersebut secara statistik tidak signifikan dan Indonesia masih berada di bawah rerata untuk wilayah ASEAN. Prestasi belajar pada TIMSS 2007 lebih memprihatinkan lagi, karena rerata skor siswa turun menjadi 397, jauh lebih rendah dibanding rerata skor internasional yaitu 500. Prestasi Indonesia pada TIMSS 2007 berada di peringkat 36 dari 49 negara (Balitbang, 2011a).

Tidak jauh berbeda dari TIMSS, pada Programme for International

Student Assesment (PISA) prestasi belajar anak-anak Indonesia yang berusia

sekitar 15 tahun masih rendah. Pada PISA tahun 2003, Indonesia berada di peringkat 38 dari 40 negara, dengan rerata skor 360. Pada tahun 2006 rerata skor siswa kita naik menjadi 391, yaitu peringkat 50 dari 57 negara, sedangkan pada tahun 2009 Indonesia hanya menempati peringkat 61 dari 65 negara, dengan rerata skor 371, sementara rerata skor internasional adalah 496 (Balitbang, 2011b).


(18)

3

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kondisi ini menjadi perlu untuk dikaji. Kurikulum pembelajaran matematika yang ditetapkan di Indonesia mengacu pada rekomendasi National

Council of Teachers of Mathematics (NCTM), yaitu menjadikan problem solving

(pemecahan masalah) sebagai fokus utama dalam pembelajaran matematika NCTM (2000). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD, SMP dan SMA yang diterbitkan Pusat Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning) dan komunikasi (communication) merupakan kompetensi dasar siswa yang harus dipenuhi dalam pembelajaran matematika sekolah (Balitbang, dalam Prabawa, 2009).

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa dikemukakan oleh Sumarmo (1994),

(1) kemampuan penyelesaian masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika, (2) penyelesaian masalah meliputi metoda, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, dan (3) penyelesaian matematik a merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Selain itu kemampuan pemecahan masalah akan menjadi hal yang sangat menentukan keberhasilan peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di era teknologi dan perdagangan bebas, sehingga pengintegrasian pemecahan masalah selama proses pembelajaran menjadi suatu keharusan.

Selain aspek kognitif yaitu kemampuan pemecahan masalah penting untuk ditingkatkan, aspek afektif juga tidak kalah pentingnya untuk ditingkatkan yaitu kemandirian belajar dalam menunjang keberhasilan belajar siswa. Sumarmo (2010) menyatakan individu yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi


(19)

4

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cenderung belajar lebih aktif, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajar lebih efektif yaitu menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur waktu belajar secara efisien dan memperoleh skor tertinggi dalam sains. Jadi, kemandirian belajar merupakan hal penting yang perlu ditingkatkan untuk mendukung keberhasilan belajar siswa.

Menyadari pentingnya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa, maka diperlukan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran alternatife yang dirancang sedemikian rupa sehingga mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif dalam merespon metakognisinya.

Mulbar (dalam Prabawa, 2009) menyatakan secara umum, strategi-strategi belajar meliputi strategi-strategi kognitif dan strategi-strategi metakognitif. Mereka mengidentifikasi dan mengkategorikan strategi-strategi kognitif berdasarkan fungsi-fungsi khusus yang dimilikinya selama proses pemrosesan informasi. Strategi kognitif merupakan ketrampilan intelektual khusus yang sangat penting dalam belajar dan berpikir. Dalam teori belajar modern, strategi kognitif merupakan proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian belajar, mengingat, dan berpikir.

Suzana (2003) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif adalah pembelajaran matematika yang menitikberatkan pada aktivitas belajar, membantu dan membimbing peserta didik bila menemui


(20)

5

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesulitan serta membantu mengembangkan kesadaran metakognisinya. Suparno (1997) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metakognitif merupakan pembelajaran berpaham konstruktivisme, yang menjadi konflik kognitif sebagai titik awal proses belajar yang diatasi dengan regulasi pribadi (self regulation) tiap siswa untuk kemudian siswa tersebut membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan pendekatan metakognitif dalam pembelajaran, berpeluang untuk menstimulasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah.

Selain faktor pembelajaran, ada faktor lain yang juga diduga berkontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa yang menjadi basis dalam pembelajaran matematika, yaitu soft skill yang dimiliki siswa. Penelitian di Harvard University, Amerika Serikat, mengungkap bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill (Neff dan Citrin, 1999). Menurut Elfindri et al. (2011) soft

skill adalah keterampilan dan kecakapan hidup seseorang, baik untuk diri sendiri,

berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Soft skill terdiri dari nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Soft skill dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh


(21)

6

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kebiasaan berpikir, berkata, bertindak dan bersikap, sehingga soft skill diperlukan sebagai basis dalam pembelajaran.

Terkait dengan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill. Soft skill dipandang sebagai basis dalam pembelajaran dengan pendekatan metakognitif, karena kemampuan metakognitif seseorang dipengaruhi oleh kondisi individu, pengetahuan, pengalaman dan strategi berpikirnya. Sehingga pembelajaran ini akan menjadi lebih baik jika menjadikan soft skill sebagai basis pembelajaran.

Latar belakang yang penulis paparkan tersebut mendorong penulis untuk melakukan kajian lebih spesifik mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Bertolak dari masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Metakognitif berbasis soft skill lebih baik daripada pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan


(22)

7

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

metakognitif berbasis soft skill (ditinjau berdasarkan kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah)?

3. Apakah kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Metakognitif berbasis soft skill lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

4. Apakah terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Metakognitif berbasis soft skill? (ditinjau berdasarkan kemampuan tinggi, sedang dan rendah)?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Dengan berpedoman pada rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Metakognitif berbasis soft

skill dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill (ditinjau berdasarkan kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah).

3. Menganalisis kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.


(23)

8

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Menganalisis perbedaan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Metakognitif berbasis soft skill (ditinjau berdasarkan kemampuan tinggi, sedang dan rendah).

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bermanfaat bagi :

1. Guru matematika, penelitian ini dapat membantu guru dalam melakukan pembelajaran khususnya memberikan pemahaman tentang pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran dengan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya sebagai guru.

2. Siswa, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa.

3. Sekolah, penelitian ini dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan lainnya yang terkait dengan peningkatan mutu sekolah.

4. Peneliti, penelitian ini dapat menjadi landasan berpijak atau bahan referensi dalam rangka menindaklanjuti suatu penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas.

5. Masalah, penelitian ini dapat membantu dalam menyelesaikan masalah di dunia pendidikan matematika khususnya di TIMSS dan PISA.


(24)

9

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.5. DEFINISI OPERASIONAL

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah ketrampilan menyelesaikan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian dan memeriksa kembali. 2. Kemandirian belajar siswa adalah kemampuan siswa untuk berinisiatif dalam

belajar dan memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif serta kapan menggunakan pengetahuan itu. Indikator kemandirian belajar siswa yaitu; (1) inisiatif belajar; (2) mendiagnosa kebutuhan belajar; (3) menetapkan tujuan belajar; (4) memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar; (5) memandang kesulitan sebagai tantangan; (6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; (7) memilih dan menerapkan strategi belajar; (8) mengevaluasi proses dan hasil belajar dan (9) konsep diri.

3. Pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill (PMBSS) adalah pembelajaran yang menanamkan kepada siswa suatu proses bagaimana merancang (planning), memonitor (monitoring) serta mengevaluasi (evaluation) pengetahuan yang dimiliki untuk kemudian dikembangkan menjadi tindakan (action) dalam menyelesaikan suatu masalah dan menggunakan soft skill sebagai basis dalam pembelajaran. Penyajian pelajaran dalam tiga tahapan, yaitu: (1) diskusi awal; (2) siswa bekerja mandiri berlatih mengajukan dan menjawab pertanyaan metakognitifnya dalam menyelesaikan masalah matematis, dan (3) refleksi dan membuat simpulan atas apa yang dilakukan di kelas dengan menjawab pertanyaan.


(25)

10

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan pada penggunaan metode ekspositori. Proses pembelajarannya dimulai dengan guru menjelaskan konsep-konsep materi yang dipelajari dan beberapa contoh soal, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal, dan pada akhir pembelajaran siswa diberi pekerjaan rumah (PR).


(26)

31

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Dalam implementasinya di lapangan, penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai pembanding yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.. Penelitian ini merupakan bentuk Quasi-Ekperimen Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design (Sugiyono, 2010), dengan desain penelitian seperti berikut:

O X O O O Keterangan :

X : Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill

O : Tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa (pretes = postes) Subjek penelitian terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran metakognitif berbasis soft skill dan kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional. Kedua kelompok ini diberikan pretes dan postes untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan siswa juga diberikan angket untuk melihat kemandirian belajar siswa.


(27)

32

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.2. Subjek Penelitian

Karena materi dalam penelitian ini terkait dengan bidang datar, maka populasinya adalah siswa kelas VII SMP. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP se-Kota Tanjung Balai Tahun Ajaran 2011/2012. Dari keseluruhan SMP yang ada terpilihlah SMPN 9 sebagai sampling penelitian.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran metakognitif berbasis soft

skill sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan

pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes dan non-tes. Tes terdiri atas kemampuan pemecahan masalah matematis yang berbentuk uraian yang disajikan sebagai pretes dan postes. Instrumen non-tes terdiri atas skala kemandirian belajar siswa yang menggunakan skala Likert, hasil wawancara dan lembar observasi.

3.4.1. Tes kemampuan pemecahan masalah matematis.

Tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ini berupa soal-soal uraian. Penyusunan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian menulis soal dan kunci jawaban. Skor yang diberikan pada setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan pedoman penskoran. Skor ideal pada suatu butir soal ditentukan berdasarkan banyaknya tahapan yang harus dilalui pada soal


(28)

33

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut. Pemberian skor kemampuan pemecahan masalah matematis diadaptasi dari pemberian skor terhadap soal-soal pemecahan masalah yang menggunakan tahapan Polya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Acuan Pemberian Skor Pemecahan Masalah Aspek yang

dinilai Skor Keterangan

Memahami Masalah

0 Tidak memahami masalah sama sekali. 1

Tidak dapat memahami sebagian masalah atau salah dalam menginterpretasikan sebagian masalah.

2 Memahami masalah secara lengkap.

Merencanakan Penyelesaian

0 Tidak ada sama sekali.

1 Sebagian perencanaannya sudah benar atau perencanaannya Belem lengkap.

2 Perencanaannya lengkap dan benar serta mengarah ke solusi yang benar.

3 Dapat merencanakan alternatif solusi.

Melaksanakan Rencana Penyelesaian

0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah atau berdasarkan cara atau perencanaan yang salah. 1

Salah menyalin, salah menghitung atau hanya sebagian jawaban dari sejumlah atau

serangkaian jawaban. 2 Jawaban lengkap dan benar.

3 Menyelesaikan solusi lain dengan benar Memeriksa

kembali hasil perhitungan

0 Tidak ada sama sekali

1 Memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh 2 Memeriksa kembali alternatif solusi

(NCTM, 2000)

Sebelum tes dijadikan instrumen penelitian, tes tersebut diukur face

validity, content validity, dan construct validity oleh ahli (expert) dalam hal ini

dosen pembimbing dan rekan sesama mahasiswa pascasarjana. Langkah selanjutnya adalah tes diujicobakan untuk memeriksa validitas item, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya. Uji coba dilakukan pada beberapa siswa SMP Sisingamangaraja Tanjung Balai.


(29)

34

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis instrumen menggunakan software AnatesV4 kemudian masing-masing hasil yang diperoleh dikonsultasikan menggunakan ukuran tertentu. Berikut ini adalah hasil validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.

3.4.1.1 Validitas

Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto (2002:57) seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90 <� ≤1,0 validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,7 <� ≤ 0,90 validitas tinggi (baik)

0,40 <� ≤0,7 valditas sedang (cukup)

0,20 <� ≤0,40 validitas rendah (kurang)

0,00 <� ≤0,20 validitas sangat rendah

� ≤0,00 tidak valid

Hasil perhitungan validitas dari soal yang telah diujicobakan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

No. Soal � Validitas 1 0,854 Tinggi 2 0,911 Sangat tinggi 3 0,974 Sangat Tinggi 4 0,896 Tinggi

3.4.1.2 Reliabillitas

Reliabilitas tes dihitung untuk mengetahui tingkat konsistensi tes tersebut. Sebuah tes disebut reliabel jika tes itu menghasilkan skor yang konsisten, yaitu jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh


(30)

35

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula, alat ukur tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1991:189) seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Besarnya

r

xx Tingkat relibilitas

0,00 – 0,20 Kecil 0,20 – 0,40 Rendah 0,40 – 0,70 Sedang 0,70 – 0,90 Tinggi 0,90 – 1,00 Sangat tinggi

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian menggunakan rumus Cronbach Alpha, tetapi disini penulis langsung menggunakan program AnatesV4 seperti pada perhitungan validitas soal. Hasil perhitungan reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5

Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis �11 Interpretasi

0,87 Tinggi

3.4.1.3 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi/pandai (kemampuan unggul) dengan siswa yang berkemampuan rendah/kurang (kelompok asor). Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik jika siswa yang pandai dapat


(31)

36

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengerjakan soal dengan baik dan siswa yang berkemampuan kurang tidak dapat mengerjakannya dengan baik. Proses penentuan kelompok unggul dan kelompok asor ini adalah dengan cara terlebih dahulu mengurutkan skor total setiap siswa mulai dari skor tertinggi sampai dengan yang terendah, perhitungan menggunakan AnatesV4. Klasifikasi daya pembeda butiran soal yang dikemukakan oleh Ebel (Ruseffendi, 1991:204) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Evaluasi Butiran Soal

0,40 dan lebih Sangat baik

0,30 – 0,39 Cukup baik, mungkin perlu perbaikan 0,20 – 0,29 Minimum, perlu diperbaiki

0,19 ke bawah Jelek, dibuang atau dirombak

Hasil perhitungan daya pembeda dengan menggunakan AnatesV4 kemudian dikonsultasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda yang telah dibuat, secara rinci disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

No.

Soal Daya Pembeda ( ) Interpretasi

1 0,35 Cukup Baik

2 0,66 Sangat Baik 3 0,60 Sangat Baik 4a 0,56 Sangat Baik

3.4.1.4 Tingkat Kesukaran

Menurut Ruseffendi (1991) tingkat kesukaran suatu butiran soal ditentukan oleh perbandingan antara banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar dengan banyaknya siswa yang menjawab butiran soal itu. Untuk menghitung tingkat kesukaran terlebih dahulu kita kelompokkan nilai siswa dengan mengurutkan menjadi kelompok atas (Ka) dan kelompok bawah (Kb).


(32)

37

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengelompokan dilakukan dengan cara mengurutkan nilai yang diperoleh siswa dari yang tertinggi sampai terendah, kemudian dapat ditentukan 25% siswa teratas merupakan kategori kelompok atas dan 25% siswa terbawah masuk dalam kategori kelompook bawah. Untuk setiap butiran soal dalam setiap kelompok, hitung banyaknya siswa yang menjawab benar.

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria yang dikemukakan Suherman (2003:60) sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kriteria Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi

IK=0,00 Soal terlalu sukar

0,00<IK 0,30 Soal sukar

0,30<IK 0,70 Soal sedang

0,70<IK< 1,00 Soal mudah

IK= 1,00 Soal terlalu mudah

Dari hasil perhitungan menggunakan AnatesV4, diperoleh tingkat kesukaran untuk tiap butir soal yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

No. Soal Tingkat Kesukaran ( ) Interpretasi

1 0,18 Sukar

2 0,39 Sedang

3 0,30 Sukar

4 0,28 Sukar

Tabel 3.10

Rekapitulasi Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis No.

Soal Validitas

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Reliabilitas

1 Valid Cukup Baik Sukar

Sangat Tinggi 2 Valid Sangat Baik Sedang

3 Valid Sangat Baik Sukar 4 Valid Sangat Baik Sukar


(33)

38

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah dilakukan uji coba serta analisis terhadap tes kemampuan pemecahan masalah matematis diperolehlah perangkat tes yang nantinya digunakan sebagai instrumen penelitian. Dari beberapa butir soal pemecahan masalah matematis dan berdasarkan hasil analisis dan pertimbangan ahli, soal tersebut sudah dianggap cukup baik untuk dijadikan perangkat tes. adapun pertimbangan tingkat kesukarannya dikarenakan siswa jarang menerima soal non-rutin seperti soal tes yang diujicobakan.

3.4.2 Skala Kemandirian Belajar Siswa

Skala kemandirian belajar siswa digunakan untuk mengukur kemandirian siswa terhadap kemampuannya melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal yang melibatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan berhasil. Kemandirian belajar mencakup karekteristik yaitu (1) Inisiatif belajar, (2) Mendiagnosa kebutuhan belajar, (3) Menetapkan tujuan belajar, (4) Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar, (5) Memandang kesulitan sebagai tantangan, (6) Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) Memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat, (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar, dan (9) Konsep diri. Karakteristik tersebut kemudian diturunkan menjadi indikator-indikator dan selanjutnya dibuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur kemandirian belajar siswa. Aspek-Aspek dan indikator kemandirian belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari aspek dan indikator kemandirian yang dikembangkan oleh Sumarmo (2004).

Untuk menguji validitas skala kemandirian kemandirian belajar siswa digunakan uji validitas isi (content validity). Pengujian validitas isi dapat


(34)

39

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010). Instrumen dinyatakan valid apabila isinya sesuai dengan apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini, pengujian validitas skala kemandirian belajar dilakukan oleh dosen pembimbing dan pakar kemandirian belajar siswa.

3.5 Prosedur Penelitian

Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti: 1 Persiapan:

a. Menyusun jadwal penelitian. b. Membuat rencana penelitian. c. Menyusun instrumen penelitian. 2 Pelaksanaan:

a. Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada. b. Melakukan pretes pada kedua kelas.

c. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk masing-masing kelas.

d. Melakukan postes pada kedua kelas.

e. Memberikan angket kemandirian belajar siswa pada kedua kelas. 3 Pengumpulan dan pengolahan Data.


(35)

40

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.6 Analisis Data

3.6.1 Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Untuk mengetahui gambaran kemampuan awal siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional sama maka dilakukan uji kesamaan pada pemecahan masalah matematis.

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam analisis selanjutnya. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Uji normalitas ini menggunakan statistik Uji yaitu Shapiro-Wilk, karena sampel berukuran lebih dari 30 (Rohendi; Sutarno; Waryuman, 2010). Kriteria pengujian, jika p value (sig.) ≥ α maka H0 diterima dan jika p value (sig.) < α maka H0 ditolak, dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05 (Sulistiyo, 2010).

3.6.1.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas antara kelompok siswa yang memperoleh dengan metakognitif berbasis soft skill dan kelompok siswa yang memperoleh pemebelajaran konvensional dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok homogen atau tidak homogen. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:


(36)

41

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

H0 : �12 =�22 : varians skor pretes siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional homogen

H1 : �12 ≠ �22 : varians skor pretes siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional tidak homogen

Uji statistiknya menggunakan Uji Levene dengan kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Sig. Based on Mean taraf signifikansi (�= 0,05) (Sulistiyo, 2010).

3.6.1.3 Uji Kesamaan Rerata

Melakukan uji kesamaan dua rerata pada data pretes kedua kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis

soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional untuk

kemampuan pemecahan masalah matematis. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 ∶ �1 =�2 : Rerata pretes siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metakognitif berbasis soft skill sama dengan rerata pretes siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

H1: �1 ≠ �2 : Rerata pretes siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metakognitif berbasis soft skill tidak sama dengan rerata pretes siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Jika kedua rerata skor kemampuan pemecahan masalah matematis berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah Uji-t.


(37)

42

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kriteria pengujian, jika p value (sig.) ≥ α maka H0 diterima, dan jika p value (sig.) < α maka tolak H0 dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05 (Sulistiyo, 2010).

Apabila data tidak berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah dengan pengujian non-parametrik, yaitu Uji Mann-Whitney, sedangkan untuk data berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka uji statistik yang digunakan adalah Uji-t’.

3.6.2 Tes Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dengan siswa yang memperoleh Pembelajaran konvensional sebelum dan sesudah pembelajaran, dilakukan perhitungan gain ternormalisasi sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (N-Gain) =skor postes−skor pretes

skor ideal−skor pretes (Meltzer, 2002).

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi gain (Hake,1999) sebagai berikut:

Tabel 3.11 Klasifikasi N-Gain

Besarnya Gain (g) Interpretasi

0,7≤ � ≤1 Tinggi

0,3≤ � < 0,7 Sedang

0≤ � < 0,3 Rendah

3.6.2.1 Uji Normalitas

Hipotesis yang digunakan adalah:


(38)

43

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian, jika p value (sig.) ≥ α maka H0 diterima dan jika p value (sig.) < α maka H0 ditolak, dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05 (Sulistiyo, 2010).

3.6.2.2 Uji Homogenitas

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : �12 =�22 : varians skor kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional homogen

H1 : �12 ≠ �22 : varians skor kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional tidak homogen Uji statistiknya menggunakan Uji Levene dengan kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Sig. Based on Mean > taraf signifikansi (� = 0,05) (Wijaya, 2009).

Karena yang dilihat adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa menurut model pembelajaran dan berdasarkan kategori kemampuan siswa, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan ANOVA Dua Jalur, dengan SPSS 16. Tetapi sebaliknya jika memiliki kategori tidak normal atau tidak homogen akan menggunakan statistik nonparametrik dengan

Kruskal-Wallis.

3.6.3 Kemandirian Belajar Awal Siswa

Penentuan skor kemandirian belajar berpedoman pada skala sikap Likert yaitu untuk pernyataan yang positif akan mempunyai kemungkinan skor 4 bagi SS


(39)

44

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Sangat Setuju), 3 bagi S (Setuju), 2 bagi TS (Tidak Setuju) dan 1 bagi STS (Sangat Tidak Setuju), sedangkan pernyataan yang berarah negatif maka skornya menjadi sebaliknya. Data yang diperoleh dari hasil skor kemandirian belajar merupakan data ordinal. Kemudian data ditranformasi untuk memperoleh data interval. Data skor kemandirian belajar yang diperoleh diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam analisis selanjutnya. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Uji normalitas ini menggunakan statistik Uji yaitu Shapiro-Wilk, karena sampel berukuran lebih dari 30 (Rohendi. dkk, 2010). Kriteria pengujian, jika p

value (sig.) ≥ α maka H0 diterima dan jika p value (sig.) < α maka H0 ditolak,

dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05 (Sulistiyo, 2010).

3.6.3.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas antara kelompok siswa yang memperoleh dengan metakognitif berbasis soft skill dan kelompok siswa yang memperoleh pemebelajaran konvensional dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok homogen atau tidak homogen. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:


(40)

45

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

H0 : �12 = �22 : varians skor kemandirian belajar awal siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional homogen H1 : �12 ≠ �22 : varians skor kemandirian belajar awal siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional tidak homogen

Uji statistiknya menggunakan Uji Levene dengan kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Sig. Based on Mean taraf signifikansi (�= 0,05) (Sulistiyo, 2010).

3.6.3.2 Uji Kesamaan Rerata

Melakukan uji kesamaan dua rerata pada data kemandirian kedua kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional untuk kemampuan pemecahan masalah matematis. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 ∶ �1 =�2 : Rerata kemandirian belajar awal siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft

skill sama dengan rerata kemandirian belajar siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional

H1: �1 ≠ �2 : Rerata kemandirian belajar awal siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft


(41)

46

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

skill tidak sama dengan rerata kemandirian belajar siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.

Jika kedua rerata skor kemandirian belajar siswa berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah Uji-t. Kriteria pengujian, jika p

value (sig.) ≥ α maka H0 diterima, dan jika p value (sig.) < α maka tolak H0

dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05 (Sulistiyo, 2010).

Apabila data tidak berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah dengan pengujian non-parametrik, yaitu Uji Mann-Whitney, sedangkan untuk data berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka uji statistik yang digunakan adalah Uji-t’.

3.6.4 Kemandirian Belajar Akhir Siswa

Untuk mengetahui sejauh mana kemandirian belajar siswa memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dengan siswa yang memperoleh Pembelajaran konvensional sesudah pembelajaran, dilakukan perhitungan sebagai berikut:

3.6.4.1 Uji Normalitas

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian, jika p value (sig.) ≥ α maka H0 diterima dan jika p value (sig.) < α maka H0 ditolak, dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05 (Sulistiyo, 2010).


(42)

47

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.6.4.2 Uji Homogenitas

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : �12 = �22 : varians skor kemandirian belajar akhir siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional homogen

H1 : �12 ≠ �22 : varians skor kemandirian belajar akhir siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional tidak homogen

Uji statistiknya menggunakan Uji Levene dengan kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Sig. Based on Mean > taraf signifikansi (� = 0,05) (Wijaya, 2009).

Karena yang dilihat adalah peningkatan kemandirian belajar akhir siswa menurut model pembelajaran dan berdasarkan kategori kemampuan siswa, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan ANOVA Dua Jalur, dengan SPSS 16. Tetapi sebaliknya jika memiliki kategori tidak normal atau tidak homogen akan menggunakan statistik nonparametrik dengan Kruskal-Wallis.

3.7. Data Hasil Observasi

Data hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dirangkum dalam lembar observasi. Tujuannya adalah untuk melihat aktivitas guru dan kemandirian belajar siswa selama proses


(43)

48

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran. Lembar observasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi lebih jauh tentang temuan yang diperoleh secara kuantitatif dan kualitatif.

3.8. Data Hasil Wawancara

Data hasil wawancara yang dianalisis diperoleh melalui wawancara lansung peneliti dengan beberapa siswa yang mewakili kelompok tinggi, sedang dan rendah. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemandirian belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill.


(44)

81

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill ditinjau dari kategori kemampuan siswa adalah sebagai berikut:

i) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori kemampuan tinggi dengan sedang tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

ii) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori kemampuan tinggi dengan rendah terdapat perbedaan yang signifikan. iii) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori


(45)

82

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Kemandirian belajar mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan pendekatan metakognitif berbasis soft skill lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

4. Kemandirian belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill ditinjau dari kategori kemampuan siswa adalah sebagai berikut:

i) Kemandirian belajar siswa kategori tinggi dengan sedang terdapat perbedaan yang signifikan.

ii) Kemandirian belajar siswa kategori tinggi dengan rendah terdapat perbedaan yang signifikan.

iii) Kemandirian belajar siswa kategori sedang dengan rendah tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar matematika siswa, oleh karena itu bagi para guru pembelajaran dengan pendekatan pendekatan metakognitif berbasis soft skill ini hendaknya dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas.


(46)

83

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Pembelajaran dengan pendekatan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dapat dilaksanakan pada semua kategori kemampuan siswa, namun siswa kategori kemampuan tinggi dan sedang yang lebih banyak memperoleh manfaatnya, sehingga guru perlu memberikan bimbingan yang lebih untuk kategori siswa kelompok rendah dalam pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui peningkatan pemecahan masalah bagi siswa yang tidak memiliki salah satu atau lebih soft skill seperti yang terdapat dalam penelitian ini.


(47)

84

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N & Maulana.(2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Arikunto, S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.

Arikunto, S. (2010).Dasar-Dasar Evaluasi PendidikanProsedur.Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan.(2006). Panduan Pengembangan Silabus

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: CV. Laksana

Mandiri.

Balitbang (2011a).Laporan Hasil TIMSS 2007. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Balitbang (2011b).Laporan Hasil PISA 2009. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bandura, A. (1977). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman & Company.

Cardelle, M.E. (1995). Effect of Teaching Metacognitive Skills to Student with low

Mathematics Ability. Oxford: Pergamon Press.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Davis (1996). One Very Complete View (Though Only One). New York: W.H. Freeman

Dindyal, J. (2005). Emphasis on Problem Solving in Mathematics Textbooks from

Two Different Movements. Johor Baru, Malaysia: The Mathematics

Education into the 21ST Century Project Universiti Teknologi Malaysia, Reform, Revolution and Paradigm Shifts in Mathematics Education, Johor Baru, Malaysia, Nov 25th-Dec 1 st 2005

Elfindri.et al.(2011) Soft Skilluntuk Pendidikan. Jakarta: Baduose Media.

Fauzi. A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian

Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Fisher, K.W. & Danies. (1980). A Theory of Cognitive Developmen: The Control


(48)

85

Feri Haryati, 2012

Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Flavell, J. (1976). Metacognitive Aspects of Problem Solving. In L. Resnick, (Ed.), The nature of intelligence (pp. 231-235). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Garafalo, J. & Lester F. (1985). Metacognition, Cognitive Monitoring and Mathematical Performance. Journal for Research in Mathematics

Education.

Gartman, S. & Melissa, F. (2000). Metacognition and Mathematical Problem

Solving:Helping Student to Ask The Right Question. Journal The

Mathematics: W.H. Freeman and Company

Goos, M. (1995).Metacognitive Knowledge, Belief, and Classroom Mathematics.

Eighteen Annual Conference of The Mathematics Education Research

Group of Australasia, Darwin, July 7-10 1995.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

Jacob, C. (2000). Belajar Bagaimana untuk Belajar Matematika: Suatu Telaah

Strategi Belajar Efektif_Prosiding_Seminar Nasional Matematika: Peran

Matematika Memasuki Millenium III. ISBN: 979-96152-0-8; 443-447. Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya, 2 November 2000.

Jendriadi. (2009). Keefektifan Pembelajaran Membaca melalui Strategi Bertanya

(Question Only strategy) bagi Peningkatan Kemampuan Pemahaman Wacana dan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Tesis pada PPs

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Joyce, B. and Weil, M. (2000) Models of Teaching. New Yersey: Prentice Hall Inc.

Kramarski, B. & Mevarech, Z.R. (1997).Cognitive - Metacognitive Training within a Problem Solving Based Logo Environment.British Journal of Educational

Psychology,67, 425-445.

Kirkley, J (2003). Principle for Teaching Problem Solving. Indiana University : Plato Learning.

Lester, F. K. (1980). Research on Mathematical Problem Solving. (pp. 286 – 323). Reston Virginia: National Council of Teacher of Mathematics.

Lester. et al. (1989). The Role of Metacognition in Mathematical Problem

Solving: A Study of Two grade Seven Classes (Final Report to The National Science Foundation, NSF Project No. MDR 85-50346). Blomington:


(1)

2. Pembelajaran dengan pendekatan pendekatan metakognitif berbasis soft skill dapat dilaksanakan pada semua kategori kemampuan siswa, namun siswa kategori kemampuan tinggi dan sedang yang lebih banyak memperoleh manfaatnya, sehingga guru perlu memberikan bimbingan yang lebih untuk kategori siswa kelompok rendah dalam pembelajaran dengan pendekatan metakognitif berbasis soft skill.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui peningkatan pemecahan masalah bagi siswa yang tidak memiliki salah satu atau lebih soft skill seperti yang terdapat dalam penelitian ini.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N & Maulana.(2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Arikunto, S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.

Arikunto, S. (2010).Dasar-Dasar Evaluasi PendidikanProsedur.Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan.(2006). Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: CV. Laksana Mandiri.

Balitbang (2011a).Laporan Hasil TIMSS 2007. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Balitbang (2011b).Laporan Hasil PISA 2009. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bandura, A. (1977). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman & Company.

Cardelle, M.E. (1995). Effect of Teaching Metacognitive Skills to Student with low Mathematics Ability. Oxford: Pergamon Press.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Davis (1996). One Very Complete View (Though Only One). New York: W.H. Freeman

Dindyal, J. (2005). Emphasis on Problem Solving in Mathematics Textbooks from Two Different Movements. Johor Baru, Malaysia: The Mathematics Education into the 21ST Century Project Universiti Teknologi Malaysia, Reform, Revolution and Paradigm Shifts in Mathematics Education, Johor Baru, Malaysia, Nov 25th-Dec 1 st 2005

Elfindri.et al.(2011) Soft Skilluntuk Pendidikan. Jakarta: Baduose Media.

Fauzi. A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Fisher, K.W. & Danies. (1980). A Theory of Cognitive Developmen: The Control and Construction of Hieracies of Skill, Psycology Review, 447-531.


(3)

Flavell, J. (1976). Metacognitive Aspects of Problem Solving. In L. Resnick, (Ed.),

The nature of intelligence (pp. 231-235). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Garafalo, J. & Lester F. (1985). Metacognition, Cognitive Monitoring and Mathematical Performance. Journal for Research in Mathematics Education.

Gartman, S. & Melissa, F. (2000). Metacognition and Mathematical Problem Solving:Helping Student to Ask The Right Question. Journal The Mathematics: W.H. Freeman and Company

Goos, M. (1995).Metacognitive Knowledge, Belief, and Classroom Mathematics. Eighteen Annual Conference of The Mathematics Education Research Group of Australasia, Darwin, July 7-10 1995.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

Jacob, C. (2000). Belajar Bagaimana untuk Belajar Matematika: Suatu Telaah Strategi Belajar Efektif_Prosiding_Seminar Nasional Matematika: Peran Matematika Memasuki Millenium III. ISBN: 979-96152-0-8; 443-447. Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya, 2 November 2000.

Jendriadi. (2009). Keefektifan Pembelajaran Membaca melalui Strategi Bertanya (Question Only strategy) bagi Peningkatan Kemampuan Pemahaman Wacana dan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Tesis pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Joyce, B. and Weil, M. (2000) Models of Teaching. New Yersey: Prentice Hall Inc.

Kramarski, B. & Mevarech, Z.R. (1997).Cognitive - Metacognitive Training within a Problem Solving Based Logo Environment.British Journal of Educational Psychology,67, 425-445.

Kirkley, J (2003). Principle for Teaching Problem Solving. Indiana University : Plato Learning.

Lester, F. K. (1980). Research on Mathematical Problem Solving. (pp. 286 – 323). Reston Virginia: National Council of Teacher of Mathematics.

Lester. et al. (1989). The Role of Metacognition in Mathematical Problem Solving: A Study of Two grade Seven Classes (Final Report to The National Science Foundation, NSF Project No. MDR 85-50346). Blomington: Indiana University, Mathematics Education Development Center.


(4)

Mayer, R. E. (1987). Cognitive, metacognitive, and motivational aspects of problem solving.Instructional Science, 26, 49-63.

Meltzer. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: a possible “Hidden in Variable” in Diagnostic Pretest Score. Department of Physics and Astronomy, Iowa State University, Ames, Iowa 50011.

Mulbar, U. (2006). Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika . Universitas Negeri Makassar.

Nindiasari, H. (2004). Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematik Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognitif Siswa. Tesis pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

NCTM.(2000). Principles & Standard for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Neff, Thomas J. & Citrin, M. (1999). Lesson from The Top. New York: Holt Rinehart and Winston.

Newell, A. & Simon, H. (1972).Human Problem Solving. Englewood Clifts, NJ: Prentice Hall

Polya, George (1973). How to solve it – A New Aspect of Mathematical Method (Second edition). New Jersey: Princeton University Press.

Prabawa, H, W. (2009). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Tesis pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Puskur (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Rohendi, D. Sutarno, H. & Waryuman, D. (2010). Penerapan Metode Pembelajaran Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Informasi dan Komunikasi (PTIK), ISSN 1979-9462. Vol 3 No.1 / Juni 2010

Ruseffendi, H.E.T. (1991).Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Diktat.


(5)

Ruseffendi, H.E.T. (1993). Statistik Dasar untuk Penelitian. Bandung: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi .

Ruseffendi, H.E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Ekasakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. (2008).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group

Saragih, S (2008). Profil Kemampuan Keruangan Siswa SMP di Kota Pekan Baru, FKIP Universitas Riau Pekanbaru. Hasil Penelitian: Tidak dipublikasikan.

Shadiqa, F. (2003).Bagaimana Cara Matematika Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Para Siswa. [online]. Tersedia:

www.fadjarp3g.wordpress.com. [2 Januari 2012]

Sharples, J & Mathews, B (1989). Learning How to Learn: Investigating Effective Learning Strategies. Victoria: Office of School Administration Ministry of Education.

Slavin, R, E. (1997). Educational Psychology.Theory and Practice.Fifth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Soejadi, R. (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Buletin PMRI. Edisi III, jan 2004. Bandung: KPPMT ITB.

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E, et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA. Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Sulistiyo, Joko. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.

Sumarmo, U. (1987). Suatu Altenatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung [ tidak dipublikasikan].

Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung [tidak dipublikasikan].

Sumarmo, U. (2004). Kemandirian Belajar : Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah Disajikan pada Seminar


(6)

Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Yogyakarta tangggal 8 Juli 2004 [tidak diterbitkan].

Sumarmo, U.(2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Makalah pada seminar Pendidika Matematika di FPMIPA Universitas Gorontalo tanggal 7 agustus 2005 [tdak diterbitkan].

Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan Disposisi :Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia[Tidak Diterbitkan].

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suzana, Y. (2003) Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa SMU melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Bandung: Tesis PPS UPI [tidak dipublikasikan]

Wati, Widya. (2010). Strategi Pembelajaran Soft skill dan Multiple Intelegence.Universitas Negeri Padang. [tidak diterbitkan].

Wardhani, dkk. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD. Jakarta: Kemdiknas.

Wijaya, T. (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Wikipedia.(2008). Mathematical Problem. United State: Wikimedia Foundation, Inc. [online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/mathematical_problem