IMPLEMENTASI COACHING BERBASIS REKAMAN VIDEO TERHADAP KEMUNCULAN PERTANYAAN GURU BERDASARKAN JENJANG KOGNITIF BLOOM PADA PROSES PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SEKOLAH DASAR.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ………..……….. ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ……… iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ……... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan penelitian …... 9

E. Manfaat Penelitian …... 9

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II PERANAN COACHING BERBASIS REKAMAN VIDEO DALAM MEMUNCULKAN PERTANYAAN GURU BERDASARKAN JENJANG KOGNITIF BLOOM PADA PROSES PEMBELAJARAN IPA A. Proses Pembelajaran IPA Sekolah Dasar ... 11

B. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran IPA ………… 14

C. Keterampilan Bertanya ………... 18

D. Keterampilan Bertanya yang Perlu Dikuasai Guru ... 21

E. Klasifikasi Pertanyaan ………... 23

F. Coaching Berbasis Rekaman Video ... 31

G. Coaching Berbasis Rekaman Video Sebagai Alternatif Untuk Memunculkan Pertanyaan Berdasarkan Jenjang Kognitif ... 36


(2)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 41

B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 42

C. Instrumen Penelitian ... 43

D. Teknik Analisis Data …... 44

E. Prosedur Penelitian ... .. 45

F. Alur Penelitian ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pertanyaan Guru Pada Jenjang Kognitif Taxonomi Bloom Sebelum dan Sesudah Mengikuti Coaching Berbasis Rekaman Video ………...…………...……… 50

B. Pertanyaan Guru Pada Setiap Jenjang Kognitif Bloom …... 54

C. Penerapan Coaching Berbasis Rekaman Video Terhadap Kemunculan Pertanyaan Guru Berdasarkan Jenjang Kognitif Bloom ...…...…...……….... 69

D. Pertanyaan Guru dalam Proses Pembelajaran IPA Berdasarkan Jenjang Kognitif Bloom ……...…... 86

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 91

B. Rekomendasi ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……... 98


(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nurhadi et al (2004:45) berpendapat bahwa Ilmu pengetahuan bisa berkembang bermula dari kegiatan bertanya, bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, guru menggunakan pertanyaan untuk menuntun siswa berpikir, bukan penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa, guru menggunakan pertanyaan untuk membuat penilaian secara kontinyu terhadap pemahaman siswa. Menurut pendapat yang dikemukakan Nasution (1995;161) pertanyaan merupakan suatu stimulus yang mendorong anak untuk berpikir dan belajar, melalui pertanyaan anak akan lebih mudah menguasai materi atau konsep yang diberikan dan kemampuan berpikir siswa akan berkembang. Jacobsen, Eggen & Kauchak (2009) menjelaskan bahwa mengajukan pertanyaan merupakan salah satu strategi pengajaran dasar yang dapat diterapkan pada hampir semua bidang materi pelajaran, tingkatan kelas atau kepribadian guru. Jika dilakukan dengan efektif, strategi ini dapat mendorong keterlibatan siswa, meningkatkan pembelajaran, memotivasi siswa, dan menyediakan umpan balik tentang kemajuan pembelajaran, baik kepada guru maupun siswa.

Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah lepas dari guru memberikan pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban yang diajukan sehingga bertanya memainkan peranan penting dalam


(4)

2

proses belajar mengajar. Bertanya merupakan suatu hal sangat lazim dilakukan dalam proses pembelajaran. Guru seringkali bertanya untuk berbagai tujuan, misalnya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk mendapatkan informasi dari siswa, untuk merangsang siswa berpikir dan untuk mengontrol kelas (Widodo 2006:139).

Untuk mendukung terjadinya proses belajar yang mendorong siswa berpikir maka guru berperan dalam menentukan proses yang terjadi di dalamnya, sebagaimana dikemukakan Slameto (2003:97) yang menyatakan bahwa “dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan”. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa, pada saat diketahui bahwa prestasi siwa tidak memuaskan, maka guru yang seringkali menjadi pihak yang disalahkan. Maka muncul ungkapan guru tidak professional, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi “ketidak profesionalan” ini maka muncul ide seperti peningkatan gaji, peningkatan jenjang pendidikan, guru harus juga melakukan penelitian, uji sertifikasi, dan sebagainya. Hal-hal tersebut tentu tidak salah, namun profesionalisme sesungguhnya lebih ditentukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan professional, adanya mekanisme untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut, dan keinginan untuk senantiasa meningkatkan diri Stigler & Hiebert (Widodo et al 2007:8)


(5)

3

Dahar (Maryati 2008:1) mengungkapkan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa kemampuan guru bertanya dalam proses belajar mengajar masih relatif rendah. Pertanyaan-pertanyaan guru dalam evaluasi masih pada tingkat berpikir yang paling rendah, yaitu dalam bentuk hafalan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebanyakan guru masih mengalami kesulitan, termasuk guru biologi, dalam mengajukan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir tingkat tinggi. Widodo (2006) menyatakan hasil penelitiannya mengenai profil pertanyaan guru dan siswa dalam pembelajaran sains di empat SMP di Bandung berdasarkan jenjang kognitif taxonomy Bloom pada proses pembelajaran biologi, diketahui bahwa pertanyaan mengingat 38%, pertanyaan memahami 55%, pertanyaan aplikasi 0%, pertanyaan analisis 0%, peranyaan evaluasi 7%, dan pertanyaan menciptakan adalah 0%. Sehingga diketahui bahwa distribusi pertanyaan belum merata dalam setiap jenjang kognitif yang ada.

Hasil penelitian yang relevan dilakukan Lestari (Widodo 2006:140) menemukan bahwa sebagian besar pertanyaan yang ditanyakan guru merupakan pertanyaan tertutup dan pada jenjang hafalan (C1) dan pemahaman (C2). Anggraeni (2011) dalam hasil penelitiannya tentang analisis kemampuan bertanya guru pada proses pembelajaran IPA di 16 SD di kota Sumedang pada aspek pertanyaan berpikir dan aspek pertanyaan inkuiri menyatakan bahwa pengalaman mengajar, status guru (tersertifikasi dan belum tersertifikasi) jenjang pendidikan, dan pengalaman mengikuti pelatihan tidak berpengaruh terhadap keterampilan bertanya guru dan menunjukan tidak adanya perbedaan.


(6)

4

Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar pertanyaan yang diajukan guru belum merata pada setiap jenjang berpikir kognitif, maka perlu dilakukan upaya untuk dapat memunculkan pertanyaan guru pada setiap jenjang kognitif selama proses pembelajaran, berbagai upaya peningkatan profesionalisme guru seperti penataran, pelatihan, peningkatan gaji, peningkatan jenjang pendidikan, telah dilakukan namun belum menunjukan hasil yang memuaskan. Menurut Widodo et al (2006) penataran yang dilakukan terhadap guru tidak mengalami perubahan dalam mengajar, cara guru mengajar tetap saja seperti sebelum mengikuti kegiatan penataran.

Penelitian yang telah dilakukan (Widodo et al 2007:3) terungkap beberapa kendala untuk menerapkan hasil‐hasil kegiatan peningkatan profesionalisme. Kedala‐kendala tersebut berkaitan dengan proses, isi, maupun dukungan pasca pelatihan. Kendala yang berkaitan dengan proses pelatihan/penataran: a) metode pelatihan pada umumnya berupa ceramah dan diskusi tanpa ada kesempatan bagi guru untuk berlatih menerapkan secara nyata; b) pelaksanaan pelatihan/penataran bersifat masal sehingga tidak bisa memperhatikan kebutuhan/permasalahan individual setiap guru; c) kegiatan pelatihan/penataran jarang sekali mendiskusikan permasalahan nyata yang ada di lapangan. Kendala penerapan yang terkait dengan isi pelatihan/penataran mencakup: a) materi kurang sesuai dengan kebutuhan lapangan; b) materi yang diberikan dalam pelatihan/penataran sulit diterapkan. Sebenarnya materi yang disajikan dapat dipahami dengan baik oleh guru. Dari sisi dukungan pasca pelatihan/penataran, kegiatan yang ada


(7)

5

selama ini sebagian besar belum diikuti dengan monitoring dan evaluasi yang memadai. Selain itu tidak adanya evaluasi, dukungan nyata dari sekolah terhadap (waktu, sarana, dan dana) juga kurang memadai. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk dapat meningkatkan profesionalisme guru, salah satunya ialah memunculkan pertanyaan guru pada jenjang kognitif Bloom, sebagai alternatif untuk memecahkan masalah tersebut yaitu melalui program coaching berbasis rekaman video (Widodo, Riandi, Suprianto 2006).

Fisher (Widodo 2007:1) megungkapkan bahwa coaching berbasis rekaman video merupakan suatu program yang dirancang untuk membantu guru menemukan kelebihan dan kekurangannya serta memberikan saran untuk meningkatkannya. Melalui pemilihan cuplikan rekaman video pembelajaran yang tepat dan guru menyajikannya secara terprogram, guru akan tahu betul apa yang harus diperbaiki dan bagaimana memperbaikinya, selain itu pengetahuan baru yang diperoleh guru melalui program coaching juga lebih aplikatif sebab pengetahuan tersebut adalah pengalaman nyata seksama guru dan bukan penjelasan teoritis atasan, ahli atau penatar (Widodo 2007:4)

Widodo (2007:5) mengungkapkan beberapa alasan mengapa coaching berbasis video dapat meningkatkan keterampilan bertanya guru diantaranya:

1. Coaching berbasis rekaman video memberikan kesempatan kepada guru

untuk melihat kekurangan dan kelebihannya dalam mengajar, dengan coaching berbasis rekaman video guru dapat mengetahui kualitas pertanyaan yang sampaikan dalam proses pembelajaran, melalukan refleksi terhadap


(8)

6

pengetahuannya, keyakinannya, dan juga keterampilan bertanya, sehingga dapat membantu guru dalam menentukan langkah yang harus diperbaiki dalam proses pembelajaran selanjutnya.

2. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran membantu guru membuka

wawasannya melalui diskusi dengan ahli pembelajaran.

3. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran menggabungkan pendekatan individual dan pendekatan kelompok. Program peningkatan kualitas guru yang telah ada bersifat masal sehingga tidak memperhatikan perkembangan individual guru. Belajar pada dasarnya adalah proses individual oleh karena itu guru juga harus diberi kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang sifatnya individual. Pendekatan yang sifatnya individual ini tentu saja lebih memperhatikan aspek-aspek emosional dan keyakinan guru. Pada saat tertentu coaching juga dilakukan dalam kelompok sehingga ada interaksi antar guru.

4. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain. Hal ini akan membantu guru untuk menemukan ide‐ide baru untuk memperkaya pengetahuannya tentang pembelajaran.

5. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran bukan hanya memfokuskan

pada proses pemberian nasehat saja namun juga memberikan dukungan pada saat guru menerapkan perubahan yang diinginkan. Pada saat guru menerapkan ide baru/perubahan, kegiatan pembelajarannya akan diamati oleh


(9)

7

coach. Oleh karena itu kesulitan dan permasalahan lain yang muncul akan dapat diidentifikasi dan dipecahkan dalam sesi coaching berikutnya.

Hasil uji coba yang dilakukan Widodo (2007) menunjukkan bahwa program coaching yang telah dikembangkan dapat digunakan walaupun masih memerlukan beberapa penyempurnaan. Beberapa hal yang masih perlu penyempurnaan antara lain adalah kualitas video, tampilan, dan petunjuk pengoperasian. Sekalipun program coaching yang telah dikembangkan masih memiliki beberapa kelamahan, namun dalam uji coba terbatas terungkap bahwa paket program coaching tersebut bisa membantu coachee (terutama guru) untuk menyadari kelemahan dalam dirinya yang perlu diperbaiki, mendapatkan ide untuk memperbaikinya kelemahan yang dimiliki, dan memotivasi mereka untuk meningkatkan kemampuan diri.

Setelah meninjau kelebihan dan kekurangan program coaching berbasis rekaman video kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah implementasi coaching berbasis rekaman video terhadap kemunculan pertanyaan guru berdasarkan jenjang kognitif Bloom pada proses pembelajaran IPA kelas V SD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah implementasi coaching berbasis rekaman video dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memunculkan


(10)

8

pertanyaan jenjang kognitif secara proporsional pada proses pembelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar?”

Untuk memperjelas masalah tersebut dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat peningkatan kemampuan guru dalam memunculkan pertanyaan jenjang kognitif sebelum dan sesudah coaching berbasis rekaman video?

2. Apakah terjadi perubahan distribusi peranyaan guru pada setiap jenjang kognitif sebelum dan sesudah coaching berbasis rekaman video?

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan pengkajian permasalahan yang diteliti, maka dibatasi sebagai berikut:

1. Penelitian dilaksanakan terhadap guru yang mengajar IPA Kelas V Sekolah Dasar di gugus 1, 2 dan 11 Kota Bandung.

2. Jenis pertanyaan yang diambil dalam penelitian ini adalah pertanyaan berdasarkan taxonomi Bloom

3. Subjek penelitian adalah delapan orang guru SD Negeri di gugus 1, 2 dan 11 kota Bandung.


(11)

9

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji implementasi coaching berbasis rekaman video terhadap kemunculan pertanyaan jenjang kognitif Bloom yang diajukan guru pada proses pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap kemunculan pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif Bloom yang diajukan guru pada proses pembelajaran IPA di kelas V SD. Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini sebagai alternatif dalam upaya memunculkan pertanyaan guru berdasarkan jenjang kognitif Bloom. Dengan munculnya pertanyaan jenjang kognitif nantinya akan berdampak pada perkembangan keterampilan berpikir siswa.

F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dalam penelitian ini didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar yang dilakukan selama dua jam pelajaran sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2. Pertanyaan jenjang kognitif Bloom

Pertanyaan jenjang kognitif Bloom dalam penelitian ini merupakan pertanyaan terkait proses berpikir yang disampaikan guru kepada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, distribusi setiap jenjang pertanyaan tersebut dipersentasekan berdasarkan pertanyaan berpikir taxonomi Bloom.


(12)

10

3. Coaching berbasis rekaman video

Coaching berbasis rekaman video dalam penelitian ini adalah serangkaian proses dalam upaya memunculkan pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif Bloom yang disampaikan guru selama proses belajar mengajar di kelas. Melalui tayangan video pembelajaran didampingi video coaching yang di dalamnya ditampilkan prolog mengenai pentingnya pertanyaan dalam proses pembelajaran dan ditampilkan pula teks pada pertanyaan yang disampaikan guru sesuai dengan jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom dengan tujuan agar mudah dipahami guru.


(13)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen (pre-experimental) dengan desain penelitian pretest-postes kelompok tunggal ekperimen. Eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto 2010: 123). Pada desain ini peneliti melakukan pengambilan video pembelajaran untuk mendapatkan hasil pengukuran awal terhadap suatu subjek yang diteliti sebagai tes awal (pretest), kemudian peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu melakukan pengambilan video pembelajaran kembali sebagai test akhir (postest), tes akhir dilakukan sebanyak dua kali bertujuan untuk melihat hasil dari perlakuan yang diberikan. Instrument yang digunakan dalam pengukuran tes awal dan tes akhir menggunakan instrument yang sama.

Adapun perlakuan yang diberikan disini adalah coaching berbasis rekaman video yang difokuskan kepada keterampilan bertanya guru pada jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom. Rancangan desain penelitan ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:


(14)

42

Tabel 3.1 Desain Penelitan

Pretest Perlakuan Postest

X

Keterangan :

: Observasi keterampilan bertanya guru dalam KBM di kelas sebelum pemberian perlakuan

X : Pemberian perlakuan coaching berbasis rekaman video

:

Observasi keterampilan bertanya guru dalam KBM di kelas setelah pemberian perlakuan

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru IPA kelas V Sekolah Dasar di gugus 1, 2 dan 11 Kota Bandung yang berjumlah 8 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan cara mengambil sampel berdasarkan adanya tujuan tertentu Arikunto (2010: 183).

Lokasi penelitian ini dilakukan di 8 Sekolah Dasar pada gugus 1, 2 dan 11 yang ada di Kota Bandung, sekolah tersebut yaitu SDN Isola 1, SDN Isola 2, SDN Sukarasa 3, SDN Sukarasa 4, SDN Harapan, SDN Cipedes 5, SDN Panorama 1, dan SDN Panorama 2.


(15)

43

C. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman observasi, dilakukan untuk mengungkap pertanyaan guru berdasarkan jejang kognitif Bloom pada pembelajaran IPA di kelas V dengan cara menganalisis video pembelajaran yang direkam secara utuh dengan menggunakan video kamera, kemudian pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru diklasifikasikan sesuai indikator pertanyaan berdasarkan taxonomi Bloom. Pemanfaatan rekaman video dilaksanakan untuk mangatasi keterbatasan peneliti dalam mengobservasi secara langsung kegiatan pembelajaran, Stigler et al 1999, von Aufschnaiter & von Aufschnaiter (Widodo 2010:3) mengemukakan bahwa pengamatan menggunakan video memungkinkan peneliti untuk mengamati proses belajar mengajar dengan lebih baik sekalipun proses itu kompleks dan berlangsung cepat. Instrument observasi tertuang dalam Lampiran A.1

2. Pedoman wawancara, instrumen ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai pengetahuan guru tentang keterampilan bertanya. Instrumen wawancara tertuang dalam Lampiran A.3

3. Catatan lapangan, digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian di dalam kelas mengenai kondisi-kondisi tertentu yang ditemukan selama observasi. 4. Indikator pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif taxonomi Bloom, untuk

membantu guru dalam mempelajari pertanyaan pada setiap jenjang kognitif. Instrumen Indikator pertanyaan tertuang dalam Lampiran A.4


(16)

44

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap hasil rekaman video pembelajaran, untuk mendapatkan data mengenai pertanyaan guru berdasarkan takonomi Bloom yang disampaikan pada proses pembelajaran IPA di kelas, data yang diperoleh diolah dalam bentuk persentase (%). Adapun klasifikasi pertanyaan dirumuskan sebagai berikut:

Klasifikasi pertanyaan guru berdasarkan jenjang kognitif Bloom

Keterangan:

F Kum (%) : Rata-rata pertanyaan guru pada aspek tertentu berdasarkan taxonomi Bloom

f : Jumlah pertanyaan guru untuk aspek tertentu

n : Jumlah total pertanyaan guru berdasarkan taxonomi Bloom

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu teknik analisis data dengan cara menganalisis atau mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil observasi tentang pertanyaan yang diajukan guru kelas V SD di gugus 1, 2 dan 11 kota bandung.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh gambaran pola pertanyaan yang digunakan oleh guru sebelum mendapatkan program coaching berbasis rekaman video dengan sesudah mendapatkan program coaching. Dengan memperhatikan


(17)

45

pola pertanyaan yang dikembangkan, maka akan diperoleh gambaran tentang pertanyaan yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran IPA.

E. Prosedur Penelitian

Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data serta penyusunan laporan, sebagaimana diuraikan berikut ini:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan study literatur dan study pendahuluan b. Memilih masalah berdasarkan hasil literature

c. Membuat proposal penelitian, melakukan seminar, selanjutnya melakukan perbaikan proposal sesuai dengan arahan dosen pembimbing dan dosen penguji.

d. Menyusun indikator pertanyaan untuk digunakan dalam video coaching berbasis rekaman video

e. Menyusun instrument penelitian mengenai peningkatan keterampilan bertanya guru dalam proses pembelajaran IPA dan instrument wawancara untuk mengungkap pengetahuan guru mengenai keterampilan bertanya f. Pembuatan video coaching kemudian video yang telah diperoleh diedit

sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya. g. Membuat surat perizinan untuk melakukan penelitian


(18)

46

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan observasi pertama, sebagai tes awal (pretest) dengan cara merekam pembelajaran guru selama proses KBM untuk mengungkap pertanyaan jenjang kognitif yang diajukan guru sebelum pemberian perlakuan, kemudian wawancara untuk mengungkap pengetahuan guru mengenai keterampilan bertanya.

Hasil rekaman pada observasi pertama langsung ditransfer ke bentuk digital (VCD) agar dapat diberikan kepada guru pada tahap pemberian perlakuaan coaching untuk dipelajari sehingga guru bisa mengetahui kelebihan serta kelemahannya selama proses pembelajaran.

b. Melakukan wawancara terhadap guru untuk mengetahui pemahaman guru mengenai keterampilan bertanya.

c. Memberikan perlakuan coaching berbasis rekaman video dengan cara memberikan video guru yang telah direkam pada observasi pertama sebelum adanya perlakuan didampingi video pendamping yang telah dirancang untuk mengungkap keterampilan bertanya guru selama proses KBM, dengan tujuan agar guru yang bersangkutan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihannya selama proses mengajar, kemudian mempelajari jenis-jenis pertanyaan jenjang kognitif yang terdapat pada video coaching.


(19)

47

d. Melakukan observasi setelah diberi perlakuan video coaching sebagai (postest) dengan cara merekam pembelajaran guru selama proses KBM untuk melihat sejauhmana penguasaan keterampilan bertanya guru sesudah diberikan perlakuan coaching berbasis rekaman video,

3. Tahap Analisis Data

Adapun tahap analisis data dalam penelitian ini melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mentransfer video pembelajaran ke dalam bentuk VCD untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis keterampilan bertanya guru selama proses pembelajaran, semua percakapan antara guru dan peserta didik ditranskip apa adanya tanpa diedit maupun dipotong.

b. Menganalisis hasil observasi selama proses pembelajaran, video yang telah ditransfer dianalisis dengan cara mengkoding video tersebut, koding dilakukan untuk membantu peneliti dalam mengklasifikasikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan taxonomi Bloom. Video dianalisis menggunakan instrumen penelitian yang telah disiapkan untuk menganalisis keterampilan bertanya guru dengan menggunakan software videograph dan software Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 17.0.

c. Menjelaskan hasil temuan dan membahasnya

Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian kemudian dilakukan analisis hasil temuan dan membahas hasil penelitian.


(20)

48

F. Alur Penelitian

Berikut adalah alur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini.

Gambar 3.1 Alur kegiatan penelitian Langkah 1

Memilih Masalah

Langkah 2

Menentukan Subjek Penelitian

Langkah 3

Melakukan Kajian Literatur

Langkah 4

Menentukan dan Menyusun Instrumen

Langkah 5a Wawancara Guru

Langkah 5

Melakukan Observasi Awal Langkah 6 Memberikan Perlakuan

Coaching berbasis Rekaman Video Langkah 8

Memberikan Perlakuan Coaching berbasis

Rekaman Video

Langkah 7

Melakukan Observasi kedua

Langkah 9Melakukan Observasi ketiga

Langkah 10 Analisis Data

Langkah 11 Menarik Kesimpulan

Langkah 12 Menyusun Laporan


(21)

91

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan selama penelitian berlangsung dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang disampaikan guru pada proses pembelajaran IPA di kelas V sebelum dan setelah mengikuti coaching berbasis rekaman video adalah sebagai berikut:

Pertama, sebelum perlakuan diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan guru

meliputi pertanyaan pada jenjang ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Setelah perlakuan coaching berbasis rekaman video terjadi perubahan distribusi pertanyaan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi terbukti dengan munculnya pertanyaan jenjang menilai dan membuat. Adapun perubahan distribusi pertanyaan setelah mendapatkan perlakuan meliputi: a). Pertanyaan jenjang ingatan (C1) mengalami penurunan pada observasi yang ketiga setelah guru mendapatkan perlakuan. b). Pertanyaan jenjang pemahaman (C2) merupakan pertanyaan paling mendominasi dibandingkan jenjang pertanyaan lainnya, hasil penelitian menunjukan setelah guru mengikuti coaching berbasis rekaman video hasil persentase pertanyaan jenjang ini mengalami penurunan sehingga memungkinkan munculnya pertanyaan pada jenjang yang lebih tinggi. c). Peranyaan jenjang aplikasi (C3) menunjukan peningkatan setelah guru mengikuti coaching berbasis rekaman video. d). Pertanyaan jenjang analisis (C4) mengalami


(22)

92

peningkatan pada observasi kedua dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan, peningkatan pertanyaan jenjang analisis. e). Pertanyaan jenjang menilai (C5) dan membuat (C6) merupakan pertanyaan yang tidak dimunculkan guru pada observasi pertama sebagai pretest, observasi kedua setelah mendapatkan perlakuan terjadi peningkatan keterampilan bertanya guru dengan dimunculkannya pertanyaan jenjang menilai. Sementara pertanyaan jenjang membuat muncul pada observasi yang ketiga.

Kedua, pertanyaan guru pada setiap jenjang kognitif sebelum dan sesudah

coaching berbasis rekaman video menunjukan jumlah yang selalu bervariasi. Pertanyaan ingatan dan pemahaman yang dimunculkan guru diketahui ada yang menambah jumlah pertanyaan tersebut ada juga guru yang mengurangi jumlah ingatan dan pemahaman. Sedangkan pertanyaan pada jenjang aplikasi, analisis, menilai dan membuat menunjukan bahwa guru meningkatkan jumlah pertanyaan pada jenjang tersebut.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian, analisis, temuan dan pembahasan, bahwa program coaching berbasis rekaman video dapat membantu guru meningkatkan keterampilan bertanya pada jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom, terbukti dengan mulai bervariatifnya pertanyaan yang disampaikan guru. Maka untuk menyempurnakan program ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:


(23)

93

1. Perlu pengecekan yang maksimal terhadap perangkat yang digunakan dalam pelaksanaan perekaman, hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan dalam pengambilan gambar video pembelajaran.

2. Pelaksanan coaching berbasis rekaman video perlu memperhatikan waktu yang dimiliki guru, karena kesibukan guru akan mempengaruhi terhadap hasil pelatihan yang dilakukan.

3. Untuk mendapatkan hasil coaching yang lebih baik, guru memerlukan perlengkapan VCD agar dapat melakukan refleksi pembelajaran secara berulang-ulang

4. Perlu dilakukan penelitian pada jenis keterampilan bertanya yang lain dengan pokok bahasan yang sama.


(24)

91

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan selama penelitian berlangsung dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang disampaikan guru pada proses pembelajaran IPA di kelas V sebelum dan setelah mengikuti coaching berbasis rekaman video adalah sebagai berikut:

Pertama, sebelum perlakuan diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan guru

meliputi pertanyaan pada jenjang ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Setelah perlakuan coaching berbasis rekaman video terjadi perubahan distribusi pertanyaan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi terbukti dengan munculnya pertanyaan jenjang menilai dan membuat. Adapun perubahan distribusi pertanyaan setelah mendapatkan perlakuan meliputi: a). Pertanyaan jenjang ingatan (C1) mengalami penurunan pada observasi yang ketiga setelah guru mendapatkan perlakuan. b). Pertanyaan jenjang pemahaman (C2) merupakan pertanyaan paling mendominasi dibandingkan jenjang pertanyaan lainnya, hasil penelitian menunjukan setelah guru mengikuti coaching berbasis rekaman video hasil persentase pertanyaan jenjang ini mengalami penurunan sehingga memungkinkan munculnya pertanyaan pada jenjang yang lebih tinggi. c). Peranyaan jenjang aplikasi (C3) menunjukan peningkatan setelah guru mengikuti coaching berbasis rekaman video. d). Pertanyaan jenjang analisis (C4) mengalami


(25)

92

peningkatan pada observasi kedua dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan, peningkatan pertanyaan jenjang analisis. e). Pertanyaan jenjang menilai (C5) dan membuat (C6) merupakan pertanyaan yang tidak dimunculkan guru pada observasi pertama sebagai pretest, observasi kedua setelah mendapatkan perlakuan terjadi peningkatan keterampilan bertanya guru dengan dimunculkannya pertanyaan jenjang menilai. Sementara pertanyaan jenjang membuat muncul pada observasi yang ketiga.

Kedua, pertanyaan guru pada setiap jenjang kognitif sebelum dan sesudah

coaching berbasis rekaman video menunjukan jumlah yang selalu bervariasi. Pertanyaan ingatan dan pemahaman yang dimunculkan guru diketahui ada yang menambah jumlah pertanyaan tersebut ada juga guru yang mengurangi jumlah ingatan dan pemahaman. Sedangkan pertanyaan pada jenjang aplikasi, analisis, menilai dan membuat menunjukan bahwa guru meningkatkan jumlah pertanyaan pada jenjang tersebut.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian, analisis, temuan dan pembahasan, bahwa program coaching berbasis rekaman video dapat membantu guru meningkatkan keterampilan bertanya pada jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom, terbukti dengan mulai bervariatifnya pertanyaan yang disampaikan guru. Maka untuk menyempurnakan program ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:


(26)

93

1. Perlu pengecekan yang maksimal terhadap perangkat yang digunakan dalam pelaksanaan perekaman, hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan dalam pengambilan gambar video pembelajaran.

2. Pelaksanan coaching berbasis rekaman video perlu memperhatikan waktu yang dimiliki guru, karena kesibukan guru akan mempengaruhi terhadap hasil pelatihan yang dilakukan.

3. Untuk mendapatkan hasil coaching yang lebih baik, guru memerlukan perlengkapan VCD agar dapat melakukan refleksi pembelajaran secara berulang-ulang

4. Perlu dilakukan penelitian pada jenis keterampilan bertanya yang lain dengan pokok bahasan yang sama.


(27)

94

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R (2001). A taxonomy for learning, Teaching and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objective) New York: Logman.

Anggraeni, P. (2010). Analisis Kemampuan Bertanya Guru Pada Proses Pembelajaran IPA Pada Materi Pokok Air Di Kelas V Sekolah Dasar. Tesis Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Putra

Asra. dan Sumiati. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Astuti (2010). Studi Tentang Kecemasan Siswa (Menumbuhkan Keberanian

Siswa Untuk Aktif Dalam Pembelajaran). [online] http://digilib.unnes.ac.id [20 Juni 2010]

Aqib, Z. (2010). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia,

Bahar, A. (1994). Profil Keterampilan Proses IPA yang dimiliki Siswa dan Hubungannya dengan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Tesis Pada S.Ps UPI Bandung: tidak diterbitkan

Carlian, Y. (2010). Penerapan Model siklus Belajar (learning cycle) Untuk Memfasilitasi Perubahan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V Sekolah Dasar, Tesis Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Darmadi, H. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Depdiknas. (2005). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Djamarah, S. B. (2010). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Firman, H. dan Widodo, A. (2008). Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional


(28)

95

Hafiz (2011). Aplikasi Teori Belajar Koqnitif, Afektif, Dan Psikomotorik Menurut Bloom. [online] hafiz.azza@gmail.com. [14 Maret 2011]

Harlen, W. (1991). The Teaching of Science. London: David Futton Publishers Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Futton Publishers Haryadi, H. (2008). Upaya Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial Siswa Melalui Penggunaan Keterampilan

Bertanya.Tesis Pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Jacobsen, Eggen, Kauchak, (2009). Methods For Teaching:Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Edisi ke delapan (penerjemah Fawaid, A. dan Anam K). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koswara dan Halimah. (2008). Seluk Beluk Profesi Guru. Bandung: PT Pribumi

Mekar

Majid, A. (2009). Perencanaan Pembelajaran mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosda

Maryati, Y. (2008). Analisis Pertanyaan yang Dikembangkan Dalam LKS. Skripsi Pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Murtini, S. (2008). Kreativitas Teknik Probing. [online].

Tersedia;http://edu-articles.com/kreativitas-teknik-probing/

Nalole, M. (2010). Kemampuan Guru Menerapkan Keterampilan Bertanya Pada Pembelajaran Matematika di Kelak IV SDN no 64 Kota Timur Kota Gorontalo Jurnal Pendidikan 7 (2) 814-824

Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Nurhadi et al, (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang: UM Perss

Nurhalida I. (2000). Model Pembelajaran Pupuk untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui

Pengembangan Keterampilan Bertanya Guru. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Purwandono, E (2006). Penerapan pertanyaan produktif dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran konsep pemencahan organisme. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan


(29)

96

Rahman, T. (2010). Efek Pertanyaan Pengarah Dalam Pembelajaran Sains Terhadap Penguasaan Konsep Pada Siswa SLTP Jurnal Pendidikan dan Budaya

Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada

Rustaman, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi Modul Perkuliahan Pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Rustaman, et al. (2003). Peranan Pertanyaan Produktif dalam Pengembangan KPS dan LKS. Bahan Seminar dan Lokakarya bagi Guru-guru Biologi SLTP & SMU FPMIPA UPI: tidak diterbitkan

Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta PT Indeks

Sarjilah. (2010). Makna Pengembangan Manusia Pada Pelatihan Guru, Modul Widyaiswara, ,Yogyakarta: LPMP D.I Yogyakarta

Slameto. (2003). Belajar dan Factor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta

Soegito, E. & Nurani, Y. (2003). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Suratmi. (2009). Peningkatan Keterampilan bertanya Guru Biologi Pada Konsep Sistem Regulasi Melalui Program Coaching Berbasis Rekaman Video, Tesis Pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sukardi, T. (2008). Peningkatan Profesionalisme Guru Mencermati Kualitas Sumber Daya Guru Sekolah Dasar di eks. Karesidenan Banyumas Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1 (1)

Sukirman, D. (2007). Keterampilan Dasar Mengajar. Modul Perkuliahan Pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Usman, U. M. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya

Widodo, A. (2009). Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD Dalam Mengajukan peranyaan Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan volume 10

Widodo, A. Riandi, Supriatno B (2007). Pengembanganp Paket Program Ccoaching Berbasis Video Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru dan Calon Guru Biologi. Laporan penelitian Hibah Bersaing DIKTI.


(30)

97

Widodo, A. et al. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa SD Untuk Mengajukan Pertanyaan Produktif Jurnal Pendidikan 4 (1)

Widodo, A. (2006). Propil Pertanyaan Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan 4 (2)

Widodo, A. (2010). Peningkatan Profesionalisme Guru Biologi: Permasalahan dan Alternatif Solusi. Bandung: FPMIPA UPI

Yulaelawati. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya


(1)

peningkatan pada observasi kedua dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan, peningkatan pertanyaan jenjang analisis. e). Pertanyaan jenjang menilai (C5) dan membuat (C6) merupakan pertanyaan yang tidak dimunculkan guru pada observasi pertama sebagai pretest, observasi kedua setelah mendapatkan perlakuan terjadi peningkatan keterampilan bertanya guru dengan dimunculkannya pertanyaan jenjang menilai. Sementara pertanyaan jenjang membuat muncul pada observasi yang ketiga.

Kedua, pertanyaan guru pada setiap jenjang kognitif sebelum dan sesudah coaching berbasis rekaman video menunjukan jumlah yang selalu bervariasi. Pertanyaan ingatan dan pemahaman yang dimunculkan guru diketahui ada yang menambah jumlah pertanyaan tersebut ada juga guru yang mengurangi jumlah ingatan dan pemahaman. Sedangkan pertanyaan pada jenjang aplikasi, analisis, menilai dan membuat menunjukan bahwa guru meningkatkan jumlah pertanyaan pada jenjang tersebut.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian, analisis, temuan dan pembahasan, bahwa program coaching berbasis rekaman video dapat membantu guru meningkatkan keterampilan bertanya pada jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom, terbukti dengan mulai bervariatifnya pertanyaan yang disampaikan guru. Maka untuk menyempurnakan program ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:


(2)

1. Perlu pengecekan yang maksimal terhadap perangkat yang digunakan dalam pelaksanaan perekaman, hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan dalam pengambilan gambar video pembelajaran.

2. Pelaksanan coaching berbasis rekaman video perlu memperhatikan waktu yang dimiliki guru, karena kesibukan guru akan mempengaruhi terhadap hasil pelatihan yang dilakukan.

3. Untuk mendapatkan hasil coaching yang lebih baik, guru memerlukan perlengkapan VCD agar dapat melakukan refleksi pembelajaran secara berulang-ulang

4. Perlu dilakukan penelitian pada jenis keterampilan bertanya yang lain dengan pokok bahasan yang sama.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R (2001). A taxonomy for learning, Teaching and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objective) New York: Logman.

Anggraeni, P. (2010). Analisis Kemampuan Bertanya Guru Pada Proses Pembelajaran IPA Pada Materi Pokok Air Di Kelas V Sekolah Dasar. Tesis Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Putra

Asra. dan Sumiati. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Astuti (2010). Studi Tentang Kecemasan Siswa (Menumbuhkan Keberanian

Siswa Untuk Aktif Dalam Pembelajaran). [online] http://digilib.unnes.ac.id [20 Juni 2010]

Aqib, Z. (2010). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia,

Bahar, A. (1994). Profil Keterampilan Proses IPA yang dimiliki Siswa dan Hubungannya dengan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Tesis Pada S.Ps UPI Bandung: tidak diterbitkan

Carlian, Y. (2010). Penerapan Model siklus Belajar (learning cycle) Untuk Memfasilitasi Perubahan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V Sekolah Dasar, Tesis Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Darmadi, H. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Depdiknas. (2005). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Djamarah, S. B. (2010). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Firman, H. dan Widodo, A. (2008). Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional


(4)

Hafiz (2011). Aplikasi Teori Belajar Koqnitif, Afektif, Dan Psikomotorik Menurut Bloom. [online] hafiz.azza@gmail.com. [14 Maret 2011]

Harlen, W. (1991). The Teaching of Science. London: David Futton Publishers Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Futton Publishers Haryadi, H. (2008). Upaya Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial Siswa Melalui Penggunaan Keterampilan Bertanya.Tesis Pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Jacobsen, Eggen, Kauchak, (2009). Methods For Teaching:Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Edisi ke delapan (penerjemah Fawaid, A. dan Anam K). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koswara dan Halimah. (2008). Seluk Beluk Profesi Guru. Bandung: PT Pribumi

Mekar

Majid, A. (2009). Perencanaan Pembelajaran mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosda

Maryati, Y. (2008). Analisis Pertanyaan yang Dikembangkan Dalam LKS. Skripsi Pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Murtini, S. (2008). Kreativitas Teknik Probing. [online].

Tersedia;http://edu-articles.com/kreativitas-teknik-probing/

Nalole, M. (2010). Kemampuan Guru Menerapkan Keterampilan Bertanya Pada Pembelajaran Matematika di Kelak IV SDN no 64 Kota Timur Kota Gorontalo Jurnal Pendidikan 7 (2) 814-824

Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Nurhadi et al, (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang: UM Perss

Nurhalida I. (2000). Model Pembelajaran Pupuk untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui Pengembangan Keterampilan Bertanya Guru. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Purwandono, E (2006). Penerapan pertanyaan produktif dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran konsep pemencahan organisme. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan


(5)

Rahman, T. (2010). Efek Pertanyaan Pengarah Dalam Pembelajaran Sains Terhadap Penguasaan Konsep Pada Siswa SLTP Jurnal Pendidikan dan Budaya

Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada

Rustaman, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi Modul Perkuliahan Pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Rustaman, et al. (2003). Peranan Pertanyaan Produktif dalam Pengembangan KPS dan LKS. Bahan Seminar dan Lokakarya bagi Guru-guru Biologi SLTP & SMU FPMIPA UPI: tidak diterbitkan

Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta PT Indeks

Sarjilah. (2010). Makna Pengembangan Manusia Pada Pelatihan Guru, Modul Widyaiswara, ,Yogyakarta: LPMP D.I Yogyakarta

Slameto. (2003). Belajar dan Factor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta

Soegito, E. & Nurani, Y. (2003). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Suratmi. (2009). Peningkatan Keterampilan bertanya Guru Biologi Pada Konsep Sistem Regulasi Melalui Program Coaching Berbasis Rekaman Video, Tesis Pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sukardi, T. (2008). Peningkatan Profesionalisme Guru Mencermati Kualitas Sumber Daya Guru Sekolah Dasar di eks. Karesidenan Banyumas Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1 (1)

Sukirman, D. (2007). Keterampilan Dasar Mengajar. Modul Perkuliahan Pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Usman, U. M. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya

Widodo, A. (2009). Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD Dalam Mengajukan peranyaan Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan volume 10

Widodo, A. Riandi, Supriatno B (2007). Pengembanganp Paket Program Ccoaching Berbasis Video Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru dan Calon Guru Biologi. Laporan penelitian Hibah Bersaing DIKTI.


(6)

Widodo, A. et al. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa SD Untuk Mengajukan Pertanyaan Produktif Jurnal Pendidikan 4 (1)

Widodo, A. (2006). Propil Pertanyaan Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan 4 (2)

Widodo, A. (2010). Peningkatan Profesionalisme Guru Biologi: Permasalahan dan Alternatif Solusi. Bandung: FPMIPA UPI

Yulaelawati. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya