IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER :Studi pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar di Kota Tangerang.

(1)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 15

1. Identifikasi Masalah ... 15

2. Pertanyaan Penelitian ... 15

3. Pembatasan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 17

1. Manfaat Teoretis ... 17

2. Manfaat Praktis ... 17

E. Definisi Operasional ... 18

1. Model pembelajaran ... 19

2. Model Pembelajaran IPA berbasis karakter ... 19

3. Minat ... 19

4. Prilaku ... 19

5. Hasil Belajar IPA ... 20

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPA ... 21

1. Pengertian Belajar ... 21

2. Hakekat Pembelajaran ... 26

B. Pendidikan Berbasis Karakter ... 34

1. Hakekat Pendidikan Karakter ... 34

2. Tahapan Pengembangan Karakter ... 37

3. Konsep Pendidikan Karakter ... 42

4. Perbedaan Pendidikan Budi Pekerti, Afektif, Pendidikan Nilai, Pendidikan Moral , dan Pendidikan Karakter 48

5. Jenis-jenis Pendidikan Karakter ... 50


(2)

xi

7. Langkah Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di

Sekolah ... 54

C. Implementasi Model Pembelajaran IPA Berbasis Karakter di Sekolah Dasar ... 58

1. Implementasi Pendidikan Karakter ... 58

2. Monitoring dan Evaluasi Implementasi Pendidikan Karakter ... 59

3. Tindak Lanjut Implementasi Pendidikan Karakter . 60 4. Pengertian Pendidikan Karakter secara Terintegrasi di Dalam Proses Pembelajaran ... 61

5. Distribusi Butir-butir Karakter Utama ke Dalam Mata Pelajaran ... 63

6. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Secara Terintegrasi Di Dalam Proses Pembelajaran ... 65

7. Pendidikan Karakter Secara Terpadu melalui Pembelajaran IPA ... 82

8. Pendidikan nilai melalui Mata Pelajaran IPA ... 84

9. Nilai-Nilai yang dapat diajarkan Melalui Mata pelajaran IPA ... 87

10. Penelitian Terdahulu Tentang Pendidikan nilai melalui Mata Pelajaran IPA ... 90

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 95

1. Metode Penelitian ... 95

2. Tehnik Pengumpulan Data ... 97

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 100

1. Tempat Penelitian ... 100

2. Waktu Penelitian ... 100

3. Kegiatan Implementasi Model Pembelajaran IPA Berbasis Karakter ... 101

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 113

1. Populasi Penelitian ... 113

2. Sampel Penelitian ... 114

D. Alat Pengumpul Data ... 115

1. Lembar Kegiatan Siswa ... 115

2. Lembar Angket ... 116

3. Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Model Pembelajaran IPA Berbasis Karakter ... 118

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 119

1. Observasi ... 119

2. Angket ... 120

3. Tes ... 120

F. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 124

1. Prosedur Penelitian ... 124


(3)

xii

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Penelitian ... 131

1. Pelaksanaan Penelitian ... 131

2. Data Pra Implementasi Model ... 131

3. Hasil Penelitian ... 133

B. Pembahasan ... 152

1. Efektifitas dampak model pembelajaran nilai-nilai karakter terintegrasi pada IPA terhadap minat belajar siswa. ... 152

2. Efektifitas dampak model pembelajaran nilai-nilai karakter terintegrasi pada IPA terhadap prilaku (karakter) siswa ... 156

3. Efektifitas dampak model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa ... 159

4. Perbedaan Prestasi Belajar model pembelajaran IPA Berbasis Karakter dan model pembelajaran Konvensional ... 160

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 162

B. Rekomendasi ... 163

1. Rekomendasi kepada pihak pengguna ... 163

2. Rekomendasi kepada Dinas Pendidikan ... 165

3. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 167

LAMPIRAN ... 172


(4)

xiii

DAFTAR TABEL Tabel :

2.1. Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke Dalam Mata Pelajaran ... 65

2.2. Teknik dan bentuk instrumen penilaian ... 82

3.6 Perhitungan Proporsi sampel dalam Perwakilan Tiap Sekolah ... 115

3.7 Rincian Variabel Angket Respon Siswa ... 117

3.1 Bentuk Instrumen menurut Variabel Penelitian ... 127

4:1 Rekapitulasi Nilai Raport Mata Pelajaran IPA Semester I ... 132

4:2 Rekapitulasi Nilai Raport Aspek Prilaku (Karakter) Semester I ... 132

4:3 Hasil Angket Respon Siswa pada Pelajaran IPA konvensional ... 134

4:4 Hasil Angket Respon Siswa pada Pelajaran IPA Berbasis Karakter ... 135

4:5 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa ... 137

4:6 Tabel Kerja Product Moment ... 141

4.7.Perbedaan Distribusi Hasil Evaluasi Kelompok Eksperimen Dengan Kelompok Kontrol ... 145

4.8 Daftar Distribusi Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 147

4.9 Daftar Distribusi Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 148

4.10 Distribusi Hasil Evaluasi Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 149 4.11 Perhitungan Uji T-Test Antara Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 149


(5)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan :

3.1 Langkah-langkah RPP Pembelajaran Karakter ... 102

3.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) IPA Sekolah Dasar 109 3.3 Pemetaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ... 110

3.4 Analisis Materi Pembelajaran ... 111

3.5 Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar ... 113

3.8 Prosedur Penelitian... 125


(6)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1 Distribusi Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 148 4.1 Distribusi Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 149 4.2 Evaluasi Hasil Belajar ... 150


(7)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN A. ALAT PENGUMPUL DATA

Lampiran :

1. Data Siswa Sampel Penelitian SDN Benda (20607266) ... 174 2. Data Siswa Sampel Penelitian SDN Rawa Bokor (20606477) ... 178 3. Data Siswa Sampel Penelitian SDN Rawa Kompeni (20606476) ... 182 4. Panduan Wawancara Guru untuk Mengetahui Keadaan Awal Siswa dan

Pedoman Wawancara ... 185 5. Angket Pengukuran Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam ( IPA ) ... 188 6. Angket Tentang Respon Siswa Kelas VI Terhadap Pembelajaran IPA Pra

Implementasi ... 191 7. Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran IPA Berbasis

Karakter ... 196 8. Angket Tentang Respon Guru Kelas VI Terhadap Pembelajaran IPA Pra

Implementasi ... 199 9. Kisi-Kisi Instrumen Pendidikan Karakter (Instrumen Bagi Siswa) .... 204 10.Instrumen Pendidikan Karakter (Bagi Siswa) ... 207 11.Instrumen Pendidikan Karakter (Bagi Guru) ... 211 12.Instrumen Penerapan Model Pembelajaran IPA Berbasis Karakter Bagi

Guru ... 215 13.Data Nilai Prilaku (Karakter) ... 219 14.Nilai Raport Mata Pelajaran IPA Kelas VI ... 221


(8)

xvii

B. LAMPIRAN DATA HASIL PENELITIAN Lampiran :

14.Rekapitulasi Nilai Akhir Hasil Penelitian ... 223

15.Respon Siswa Terhadap Pembelajaran IPA Berbasis Karakter ... 225

16.Pra Uji Coba Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Konvensional) 227 17.Uji Coba 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ... 231

18.Uji Coba 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ... 243

19.Lembar Kerja Siswa (LKS) Penghantar dan Bukan Penghantar Listrik 247 20.Uji Coba 2 Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 249

21.Lembar Kerja Siswa Energi Listrik ... 256

22.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Berbasis Karakter) ... 257

23.Lembar Kerja Siswa Energi Listrik ... 267

24.Soal Post Test Evaluasi/Penilaian Akhir ... 268

25.Tabel Nilai - Nilai r Production Moment ... 272

26.Lembaran Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran IPA Berbasis Karakter ... 273

27.Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Pembelajaran IPA Berbasis Karakter ... 274

28.Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Pada Pembelajaran Pembelajaran IPA Berbasis Karakter ... 275

29.Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Pembelajaran IPA Berbasis Karakter ... 276

30.Rekap Data Hasil Olah ... 278

31.Skor Angket Minat Siswa ... 280

32.Tabulasi Hasil Angket Tentang Implementasi Model Pembelajaran IPA Berbasis Karakter ... 282

33.Judgement Para Pakar Instrumen Standar Dokumen (Silabus , RPP dan Soal Tes IPA Berbasis Karakter) ... 284

34.Rekapitulasi Judgement Para Pakar ... 287

35.SK Pembimbing Tesis ... 289

36.Surat Rekomendasi / Ijin Penelitian Lapangan ... 290

37.Surat Rekomendasi / Ijin Penelitian Lapangan dari Dinas Pendidikan Kota Tangerang (UPTD Kecamatan Benda) ... 291


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pembangunan karakter dan jati diri bangsa merupakan cita-cita luhur yang harus diwujudkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang terarah dan berkelanjutan. Penanaman nilai-nilai akhlak, moral, dan budi pekerti seperti tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional harus menjadi dasar pijakan utama dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi system pendidikan nasional.

Apabila aspek sikap mental seseorang sudah terbina dan terbentuk dengan baik, maka aspek-aspek kehidupan lain yang dibutuhkan seseorang akan mengikuti terbina dengan baik. Termasuk tugas pendidikan untuk ikut mencerdaskan bangsa seperti terkandung dalam pembukaan UUD 1945 akan


(10)

2 dengan mudah dapat dicapai. Namun sebaliknya apabila sikap mental bangsa tidak terbentuk dengan baik, maka bangsa yang cerdas sulit terwujud atau apabila kecerdasan dapat diwujudkan tidak dapat dipakai untuk membentuk sistim kehidupan atau budaya masyarakat dan bangsa yang kokoh dan maju.

Hasil penelitian yang dilakukan selama 25 tahun terakhir tentang otak manusia, menunjukkan bahwa metode drill yang dilakukan berpengaruh pada berkembangnya otak ”reptil” yaitu otak yang bertanggungjawab terhadap survivel dan pertahanan diri seperti melawan. Tidak berlebihan jika kita khawatir bahwa tidak mustahil metode ini akan berpengaruh pada pola perkelahian dan anarkhi yang akhir-akhir ini sering ditunjukkan oleh kelompok-kelompok siswa.

Salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada mayoritas di Sekolah Dasar selama ini adalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang comprehensive.

Keseluruhan tujuan dan karakteristik berkenaan dengan pendidikan IPA SD sebagaimana tertuang dalam kurikulum pada kegiatan pembelajaran secara umum telah direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang kemudian menjadi bahan hapalan bagi siswa.

Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai “ukuran utama” prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran.


(11)

3 Pembelajaran IPA yang demikian jelas lebih menekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses IPA. Oleh karena target seperti itu maka guru tidak terlalu terdorong untuk menghadirkan fenomena-fenomena alam betapa pun melalui alat peraga sederhana kedalam pembelajaran IPA.

Kondisi objektif bermasalah lainnya di lapangan saat ini adalah bahwa materi penilaian hasil belajar untuk mata pelajaran IPA dengan pelaksanaan yang dikordinasikan oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota masih didominasi dan berfokus pada penilaian hasil belajar ranah kognitif melalui tes. Oleh karena itu, penilaian tersebut tidak pernah mengukur sejauh mana kinerja, karya, dan sikap siswa dalam kegiatan praktikum atau proses inkuiri IPA di SD itu telah berjalan dengan benar, melainkan yang diukur dan dievaluasi itu adalah sejauh mana siswa SD menguasai (mengetahui) sejumlah konsep-konsep IPA yang terdapat dalam buku ajar. Tidak jadi soal dengan cara apa siswa memperoleh pengetahuan dan penguasaan konsep-konsep tersebut dengan bersandar pada alasan inilah para guru di SD pada umumnya "cenderung enggan" menyelenggarakan pembelajaran IPA yang lebih menuntut siswa terlibat dalam berbagai kegiatan praktikum dan jenis kegiatan inkuiri lainnya sekurang-kurangnya melalui metode demonstrasi, karena hal demikian dipandang kurang efektif untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dalam IPA.

Jika mencermati karakteristik soal-soal ujian (Tes Formatif dan Tes Sumatif (EHB dan EBTA/ UASBN) khususnya untuk Mata Pelajaran IPA SD


(12)

4 yang hanya mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif belaka maka nilai IPA siswa pada raport dan STTB hingga akhir tahun 2009 pada umumnya belum menjadi indikator yang representatif dan sahih bagi hasil belajar yang komprehensif (meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif); serta tidak begitu relevan dengan karakteristik pendidikan IPA. Namun demikian, tidaklah serta merta aspek kognitif siswa pada pembelajaran IPA di SD menjadi tidak penting karena penguasaan konsep-konsep IPA pun berperan memberikan kemampuan dasar akademis bagi siswa untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hanya saja persoalannya menjadi tidak benar apabila demi mencapai nilai EHB dan EBTA/UASBN yang tinggi belaka, kemudian pembelajaran IPA direduksi menjadi sekedar pemindahan/penuangan pengetahuan IPA dari benak guru ke otak anak dan dengan sadar mengabaikan tuntutan ideal kurikulum dan hakikat pendidikan kompetensi IPA sebagai proses, produk, dan sikap (nilai).

Kondisi pembelajaran IPA di SD selama ini telah mendorong para pakar melakukan studi reflektif dan evaluatif terhadap isi (content), pelaksanaan, dan hasil keluaran dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah (khususnya IPA) hingga periode Kurikulum Tahun 1994 memberikan temuan sejumlah kelemahan yang berujung dengan kesimpulan perlunya penyempurnaan kurikulum sesuai dengan tuntutan masyarakat yang cenderung berubah, perkembangan ilmu dan teknologi, kebutuhan daerah dalam konteks kesatuan bangsa, dan upaya membangun bangsa agar menjadi negara maju, mandiri, berwibawa dan kompetitif dalam percaturan pasar bebas dan global Internasional. Keadaan demikian mendesak untuk dipenuhi karena bagaimana pun operasionalisasi kurikulum


(13)

5 harus berhadapan dengan berbagai kendala, tuntutan dan kondisi objektif di lapangan (Dahar, 1992:32).

Sehubungan dengan temuan itu upaya pengembangan kurikulum mutakhir (Kurikulum tahun 2004 dan disempurnakan menjadi kurikulum 2006) yang beralih dari kurikulum berbasis isi atau materi (content-based curriculum) ke kurikulum berbasis kemampuan (competency-based curriculum) dimana terdapat keseimbangan peningkatan kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural merupakan langkah maju Kementrian Pendidikan Nasional dalam mengantisipasi kecenderungan pembelajaran IPA selama ini.

Pendidikan dikembangkan agar mampu memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin maju. Kemajuan itulah yang senantiasa menimbulkan perubahan dan perkembangan dalam masyarakat saat ini. Selanjutnya mengharuskan dunia pendidikan mampu mengantisipasi dan mencegah efek negative yang ditimbulkannya atau dengan istilah lain adalah tertanamnya konsep Saling Temas yang berbasis nilai (karakter) (Ana Pujiani : 2005:4).

Tantangan terhadap masalah rendahnya mutu proses pembelajaran yang terjadi semuanya dipulangkan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah terutama yang berhadapan langsung dengan peserta didik, yaitu guru. Walaupun guru bukan satu-satunya sebagai faktor penyebab, tetapi karena guru adalah orang yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar maka yang menjadi fokus permasalahan adalah bagaimana kemampuan mengajar guru dalam menciptakan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi berkualitas.


(14)

6 Selanjutnya berdasarkan data awal yang ada menunjukkan bahwa, “Hasil belajar IPA atau tingkat daya serap siswa dari hasil penilaian harian maupun pada penilaian berkala pada mata pelajaran IPA Semester I dan Ulangan Blok I Semester II tahun pelajaran 2009/2010 pada SDN Benda, SDN Rawabokor dan SDN Rawa Kompeni Kota Tangerang belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Daya serap hasil belajar IPA pada setiap tingkatan berkisar antara 50 persen sampai 62 persen”. (UPTD Dikdas Kec.Benda Kota Tangerang : 2007) .

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas belajar, tetapi yang utama adalah guru. Hal ini memberikan asumsi bahwa guru harus mampu membuat program belajar mengajar yang baik, melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, menilai dan melakukan kegiatan pengayaan dan remedial terhadap materi kurikulum yang digariskan. Konsekuensi dari mengajar tidak selamanya menggembirakan tetapi juga dapat mengecewakan

Meningkatkan hasil belajar IPA bukanlah hal yang mudah, jika proses pembelajaran yang terjadi tidak diarahkan pada upaya membangkitkan pengalaman belajar siswa itu sendiri. Belum ditemukannya satu Model Pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar dan pengembangan karakter siswa secara optimal. Pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pendengar dan penerima tanpa mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa hampir dipastikan tidak memberikan hasil yang menggembirakan. Pembelajaran seperti itu membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak kreatif


(15)

7 Walaupun isu tentang pemecahan masalah dan penanaman konsep pendidikan karakter telah muncul dalam pencaturan pendidikan di Sekolah Dasar lebih dari satu dekade yang silam, di Indonesia kompetensi ini baru dicantumkan dalam kurikulum sekolah berbasis kompetensi yang belakangan ini sedang dilaksanakan dalam bentuk harapan yang terintegrasi pada mata pelajaran lain di Sekolah khususnya di Sekolah Dasar , sementara keberhasilan dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) belum maksimal sampai ada beberapa daerah misalnya Kota Tangerang memisahkan Konsep ini dalam bentuk mata pelajaran Mulok Wajib itupun masih menjadi kendala guru di lapangan dalam mengimplementasikannya misalnya bentuk KTSP, bentuk Silabusnya bahkan bentuk RPP-nya, Pendidikan Budi Pekerti atau Pendidikan Karakter dalam Tujuan Pendidikan Nasional diantaranya mendapat misi untuk membangun kompetensi siswa dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah dalam melakukan pemecahan masalah social dan mengkomunikasikan gagasan secara arip dan bijaksana yang mencerminkan budaya luhur bangsa ini.

Kualitas proses pembelajaran yang baik biasanya akan menghasilkan mutu lulusan yang baik pula. Di sini peran pendidikan sangat penting dalam memperbaiki kondisi manusia; dan pembelajaran berkualitas turut membantu menyelesaikan persoalan pendidikan tersebut.Sebagaimana pendapat Bruce Joyce dalam Bukunya Model-model of Teaching :

Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan akademik dalam mendidik diri mereka sendiri. Guru yang sukses bukan sekadar penyaji materi pelajaran yang kharismatik dan persuasif. Lebih jauh, guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan mengajari mereka bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara


(16)

8 produktif. Contohnya, walaupun kita perlu belajar untuk berceramah dengan jelas dan mahir, para siswa harus tetap belajar dari ceramah tersebut; pendidik yang sukses akan senantiasa mengajari siswa bagaimana menyerap dan menguasai informasi yang berasal dari penjelasannya. Sedangkan para pembelajar efektif mampu menggambarkan informasi, gagasan, dan kebijaksanaan dari guru-guru mereka dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran secara efektif. Dengan demikian, peran utama dalam mengajar adalah mencetak para pembelajar yang handal

(powerful learners).( Bruce Joyce :2009 : 7)

Pendidikan IPA (disebut juga dengan sains) merupakan wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan sains diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat.

Pendidikan sains khususnya di Sekolah Dasar memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi dengan tetap berpotensi untuk mengembangkan karakter siswa secara optimal. Hal ini dapat kita lihat pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Mata Pelajaran IPA Kelas VI Sekolah Dasar yang terdapat dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 pada mata pelajaran IPA SD antara lain :

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang


(17)

9 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat;

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam;

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana;

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.(Kurikulum IPA VI SD.Depdiknas 2007:13)

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific


(18)

10 serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. (Kurikulum IPA VI SD.Depdiknas 2007:16)

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.(Kurikulum IPA VI SD.Depdiknas 2007:16)

Kurikulum IPA secara Eksplisit dan Implisit menyiratkan muatan karakter dan nilai-nilai Budi Pekerti yang harus dikembangkan, seperti yang tertuang bahwa dalam tujuan pelajaran IPA, untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup ,di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Potensi yang terkandung dalam SKL tersebut akan dapat terwujud jika pendidikan IPA mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta adaptif terhadap


(19)

11 perubahan dan perkembangan zaman serta memiliki karakter bangsa yang kuat dan berbudi luhur sehingga terjadi keselarasan kemampuan Iptek dengan Imtaq-nya.

Secara khusus ilmu Budi Pekerti atau Pendidikan Karakter ditekankan pada peningkatan pengetahuan siswa, yang meliputi sikap dan keterampilan anak yang dapat didemonstrasikan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas yang nantinya sebagai hasil dari belajar .Selain itu juga sebagai sarana ekspresi dan pengembangan kemampuan memahami gejala yang ada, serta pembentukan pribadi siswa yang harmonis dalam logika, dan etikanya dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan adversitas (AQ), dan kecerdasan kreativitas (CQ).

Berdasarkan pengalaman di lapangan terdapat beberapa problem pendidikan Karakter dan Budi Pekerti di sekolah, antara lain: 1) pendidikan Karakter dan Budi Pekerti masih belum dianggap penting oleh sebagian masyarakat maupun sekolah itu sendiri, Karakter dan Budi Pekerti masih dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap; 2) Guru-guru dalam mengajar Karakter dan Budi Pekerti terbawa arus oleh persepsi yang salah terhadap hasil pendidikan , sehingga menganggap bahwa siswa yang berhasil adalah siswa yang serba tahu. Pada hal tujuan utama mata pelajaran ini sebenarnya adalah pembentukan sikap mental siswa. Dengan sendirinya model pembelajaran yang diterapkan sekarang ini jelas menjadi tidak sesuai dengan tujuan mata pelajaran


(20)

12 Karakter dan Budi Pekerti yang sebenarnya tersebut. 3) lingkup kompetensi yang harus dicapai cukup banyak yang meliputi: Materi Karakter dan Model Psikomotorik Budi Pekerti, sementara alokasi waktu sangat terbatas yaitu 2 jam per minggu bahkan hanya diintegrasikan pada pelajaran bagi guru yang mampu melakukannya; 4) terbatasnya kemampuan guru untuk menyampaikan bidang Karakter dan Budi Pekerti tersebut. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya yang bukan berlatar belakang pendidikan sehingga terjadi miskonsepsi tentang pendidikan Karakter dan Budi Pekerti; 5) selama ini pendidikan Karakter dan Budi Pekerti masih belum banyak diperhatikan, baik dalam aspek proses belajar mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk penilaiannya. Kondisi ini berdampak guru-guru tidak memiliki rujukan dalam pembelajaran Karakter dan Budi Pekerti; 6) Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu memberdayakan potensi lingkungan budaya dan potensi sekolah untuk mendukung pembelajaran Karakter dan Budi Pekerti. Padahal setiap daerah memiliki potensi budaya dan adat istiadat yang sangat kaya ragam sebagai media pembelajaran. Berangkat dari berbagai kondisi di atas, mendesak dilakukan Implementasi model pembelajaran karakter dan budi pekerti yang berbasis kompetensi pada mata pelajaran IPA sebagai acuan bagi guru di sekolah dasar di Kota Tangerang.

Untuk menjembatani kesenjangan itu, dalam proses belajar-mengajar guru hendaknya mampu merencanakan suatu implementasi model pembelajaran yang dapat menghubungkan antara materi IPA dengan kehidupan sehari-hari serta lingkungan dimana siswa tinggal. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar


(21)

13 merasakan manfaat dan kebermaknaan pelajaran IPA sehingga siswa akan tertarik untuk mempelajari IPA dan memiliki karakter dan budi pekerti luhur sebagai ilmuan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM). Model pembelajaran sains teknologi masyarakat dilaksanakan oleh guru melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat dan diintegrasikan nilai-nilai karakter didalamnya.

Landasan filosofi yang langsung terkait dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat adalah konstruktivisme dan pragmatisme. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Sedangkan Pragmatisme berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh hendaknya dimanfaatkan untuk mengerti permasalahan yang ada di masyarakat. Selanjutnya melakukan suatu tindakan untuk kebaikan, peningkatan dan kemajuan masyarakat.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dipandang sebagai solusi cerdas untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian unggul, berakhlak mulia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Indonesian secara menyeluruh. Namun, hakekat pendidikan budaya dan karakter masih menyisakan tanda tanya


(22)

14 yang begitu dalam, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pendidikan budaya dan karakter itu? Mengapa pentingnya pendidikan budaya dan karakter, dan bagaimana mengimplementasikan dalam konteks pendidikan dan bagaimana mengintegrasikannya dalam mata pelajaran di Sekolah Dasar khususnya pada mata pelajaran IPA di Kelas VI?

Berhasilnya suatu proses pendidikan, bergantung pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Kemampuan guru yang berhubungan dengan pemahaman guru akan hakekat belajar akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang berlangsung. Guru yang memiliki pemahaman hakekat belajar sebagai proses mengakumulasi pengetahuan maka proses pembelajaran yang terjadi hanyalah sekedar pemberian sejumlah informasi yang harus dihapal siswa. Sebaliknya, apabila pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh perilaku secara keseluruhan, proses pembelajaran yang terjadi mencerminkan suatu kesatuan yang mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh anak secara keseluruhan dan terpadu

Dari berbagai masalah dalam Model Pendidikan Karakter dan proses pembelajarannya terutama pelajaran umum di Sekolah Dasar dibutuhkan sebuah implementasi model pengembangan yang mudah dipahami oleh guru baik bentuk Kurikulum, Silabus maupun RPP-nya seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas dan berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk menemukan efektivitas implementasi model pembelajaran IPA Berbasis Karakter dalam penelitian yang berjudul


(23)

15 “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER (Studi pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar di Kota Tangerang)”

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Minat Belajar, Prilaku dan Prestasi Belajar Siswa dengan menggunakan model pembelajaran IPA Berbasis Karakter di kelas VI Sekolah Dasar”?.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat diidentifikasi beberapa pertanyaan penelitian berikut ini :

a. Bagaimanakah Efektifitas dampak model pembelajaran nilai-nilai karakter terintegrasi pada IPA terhadap minat belajar siswa?.

b. Bagaimanakah Efektifitas dampak model pembelajaran nilai-nilai karakter terintegrasi pada IPA terhadap prilaku (karakter) siswa?.

c. Bagaimanakah Efektifitas dampak model pembelajaran nilai-nilai karakter terintegrasi pada IPA terhadap prestasi belajar siswa?.


(24)

16 Berbasis Karakter dan model pembelajaran Konvensional pada pembelajaran IPA pokok bahasan “Pemanfatan Energi Listrik” siswa Kelas VI

3. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka penulis merasa perlu untuk mempersempit ruang lingkup penelitian ini.

a. Penelitian ini difokuskan untuk membandingkan efektivitas Model Pembelajaran IPA Berbasis Karakter dalam meningkatkan kemampuan prestasi Belajar IPA dan kemampuan aplikasi nilai-nilai karakternya. b. Efektivitas ini dilihat dari ada tidaknya perbedaan peningkatan prilaku,

kemampuan prestasi Belajar IPA dan kemampuan aplikasi nilai-nilai karakternya pada siswa yang mengikuti model pembelajaran tersebut. c. Subyek penelitian dimaksud adalah siswa kelas VI SD.Negeri

Kecamatan Benda Kota Tangerang tahun pelajaran 2010-2011

d. Mata Pelajaran IPA dimaksud adalah mata pelajaran IPA Kelas VI semester I dengan Kompetensi Dasar Pemanfaatan Energi Listrik

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis gambaran Efektifitas dampak model pembelajaran nilai-nilai karakter terintegrasi pada IPA terhadap minat belajar siswa.


(25)

17 b. Untuk menganalisis gambaran Efektifitas dampak model pembelajaran nilai-nilai karakter terintegrasi pada IPA terhadap prilaku (karakter) siswa

c. Untuk menganalisis gambaran Efektifitas dampak model pembelajaran nilai-nilai karakter terintegrasi pada IPA terhadap prestasi belajar siswa

d. Untuk menganalisis gambaran perbedaan prestasi belajar model pembelajaran IPA Berbasis Karakter dan model pembelajaran Konvensional pada pembelajaran IPA pokok bahasan “Pemanfatan Energi Listrik” siswa Kelas VI

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini diantaranya adalah: 1. Manfaat Teoretis

a. Mengembangkan konsep ilmu pengetahuan dan metode pembelajaran yang terkait dalam rangka pengembangan inovasi pendidikan

b. Pengembangan konsep model pembelajaran, pembelajaran Berbasis karakter, dan pembelajaran aktif.

2. Manfaat Praktis

a. Khusus untuk para guru, penelitian mengenai implementasi model pembelajaran IPA Berbasis Karakter ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan kualitas belajar


(26)

18 mengajar dalam hal penyajian materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran, serta memberikan motivasi dalam mengembangkan kreativitas mereka untuk menyusun dan merancang model pembelajaran, khususnya mengintegrasikan nilai-nilai karakter.

b. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menggali potensi dan kemampuan yang dimiliki siswa dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan alam dalam mendukung proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah, penelitian ini sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penambahan khasanah penerapan model pembelajaran di sekolah

d. Khusus bagi peneliti, diharapkan mampu mengembangkan dan menerapkan konsep dan prinsip pengembangan model pembelajaran terintegrasi nilai-nilai karakter, lebih jauh lagi memberikan masukan dalam peningkatan kualitas khususnya yang berhubungan dengan penerapan model dan pengembangan model pembelajaran dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah tafsir terhadap maksud judul di atas, maka penulis perlu memberi penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan yaitu :


(27)

19 1. Model pembelajaran

Sebuah rencana atau pola yang mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran baik aspek kognitif, apektif maupun psikomotor.

2. Model Pembelajaran IPA berbasis karakter

Model pembelajaran sains teknologi masyarakat dilaksanakan oleh guru melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat serta nilai-nilai karakter atau budi pekerti yang harus dikembangkan oleh siswa

3. Minat

Minat adalah keinginan siswa untuk mengetahui sesuatu hal yang belum pernah mereka kenal. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat.

4. Prilaku

Nilai-nilai karakter yang didalamnya mencakup ; disiplin, ketaatan, kebersihan, kerapihan, kemandirian, percaya diri, kesopanan, tata karma, kejujuran, tanggung jawab, kerajinan, kerjasama kelompok, usaha kerja keras, ketekunan, kepemimpinan dan kepedulian social


(28)

20 5. Hasil Belajar IPA

Hasil Belajar IPA siswa SD yang dimaksudkan adalah segala perubahan kemampuan yang terjadi pada siswa SD berkenaan dengan mata pelajaran IPA sebagai hasil dari mengikuti proses pembelajaran IPA di SD. Pencapaian hasil belajar IPA siswa SD mencakup perubahan kemampuan dalam hal penguasaan konsep, proses dan sikap IPA. Hal ini sesuai dengan esensi dari IPA itu sendiri maupun taksonomi tujuan pendidikan IPA di SD pada umumnya.


(29)

95 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Suatu penelitian akan berhasil dengan baik dan dapat dipertanggungiawabkan jika proses penelitiannya menggunakan metode yang tepat dengan sitematika tertentu. untuk itu perlu suatu metode yang menjadi acuan dalam proses penelitian ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Winarno Surakhmad (1990: l2l) :

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan. kewajarannya dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan. Metode yang digunakan dalam pengertian ini adalah kuasi eksperimen.

Tujuan penelitian yang menggunakan metode kuasi eksperimen adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi peneliti yang dapat diperoleh melalui eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Kuasi eksperimen memiliki ciri utama dengan tidak dilakukamya penugasan random (random assigment), melainkan melakukan pengelompokan subjek penelitian berdasarkan kelompok yang telah terbentuk sebelumnya,


(30)

96 sebagaimana dikemukakan oleh Mohammad Ali (1993:140):

Kuasi eksperimen hampir sama dengan eksperimen sebenarnya

perbedaannya terletak pada penggunaan subjek yaitu kuasi ekperimen tidak dilakukan penugasan random, uraian dengan menggunakan kelompok yang sudah ada. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Desain

Kontrol-Eksperimen, adapun langkah langkah yang ditempuh dalam penelitian ini

adalah:

a. Menentukan sampel baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

b. Mengadakan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa baik pada kelompok kontrol maupun eksperimen.

c. Memberikan perlakuan baik terhadap kelompok control (pembelajaran secara konvensional) maupun kelompok eksperimen (menggunakan model pembelajaran IPA Berbasis Karakter)

d. Memberikan posttes I pada kelompok eksperimen dan control menggunakan intrument

e. Memberikan perlakuan II baik terhadap kelompok control (pembelajaran secara konvensional) maupun kelompok eksperimen (menggunakan model pembelajaran IPA Berbasis Karakter)

f. Memberikan posttes II pada kelompok eksperimen dan control menggunakan intrument

g. Memberikan perlakuan III baik terhadap kelompok control (pembelajaran secara konvensional) maupun kelompok eksperimen


(31)

97 (menggunakan model pembelajaran IPA Berbasis Karakter).

h. Memberikan posttes III pada kelompok eksperimen dan control menggunakan intrument

2. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data adalah wawancara, angket, dokumentasi

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. (Ridwan, 2005). Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.

Ada berapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara yaitu : (a) Pewawancara (b) Responden (c) Pedoman wawancara dan (d) Situasi wawancara.

Pewawancara adalah petugas pengumpul informasi yang diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua informasi yang dibutuhkan dengan benar.

Responden adalah pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap dalam pelaksanaan wawancara diperlukan kesediaan dari responden untuk menjawab pertanyaan dan keselarasan


(32)

98 antara responden dan pewawancara.

Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik.

Situasi wawancara ini berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai dan respondenpun enggan untuk menjawab pertanyaan. Yang menjadi sumber wawancara dalam penelitian ini adalah guru kelas VI di SDN Benda, SDN Rawa Bokor dan SDN Rawa Kompeni Kecamatan Benda Kota Tangerang.

b. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. (Ridwan, 2005 : 71) Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan, disamping itu responden mengetahui informasi tertentu yang diminta.

Metode angket yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tidak langsung atau tertutup yaitu responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Adapun data yang diambil melalui metode angket adalah tentang data penerapan metode yang diterapkan dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Benda, SDN Rawa


(33)

99 Bokor dan SDN Rawa Kompeni Kecamatan Benda Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2010/2011. Angket disebarkan kepada siswa di SDN Benda, SDN Rawa Bokor dan SDN Rawa Kompeni Kecamatan Benda Kota Tangerang dan dinilai langsung oleh guru wali kelas VI di SDN Benda, SDN Rawa Bokor dan SDN Rawa Kompeni Kecamatan Benda Kota Tangerang tahun pelajaran 2010/2011.

c. Dokumentasi.

Dokumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk kerperluan pengujian suatu peristiwa, “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu” (Sugiyono, 2006:329).

Dengan demikian yang dimaksud degan dokumentasi adalah catatan tertulis atau catatan peristiwa yang lalu yang disusun untuk memberikan keterangan yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengetahui keadaan awal siswa kelas VI di SDN Benda, SDN Rawa Bokor dan SDN Rawa Kompeni Kecamatan Benda Kota Tangerang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka yang dijadikan sumber data adalah dokumen (arsip nilai raport) yang sudah dinilai oleh guru IPA siswa kelas VI di SDN Benda, SDN Rawa Bokor dan SDN Rawa Kompeni Kecamatan Benda Kota Tangerang Tahun pelajaran 2010/2011).


(34)

100 B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Hasil Implementasi Model Pembelajaran IPA berbasis Karakter pada KTSP 2006 ini diproyeksikan untuk menjadi alternatif bagi pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dengan demikian agar hasil yang diperoleh representatif sehingga dapat digunakan di sekolah manapun, mengingat kesediaan sarana prasasarana yang sangat terbatas pada sekolah di Kota Tangerang, maka lokasi penelitian berdasarkan ketersediaan sarana prasarana dan dukungan dari guru serta kepala sekolah tempat penelitian tersebut.

Dengan memperhatikan karakteristik, homogenitas dan heterogenitas Sekolah Dasar di Kota Tangerang, termasuk memperhatikan keterbatasan yang ada, maka penelitian ini difokuskan pada 3 Sekolah Dasar dengan kategori yang berbeda diantaranya : SD Negeri Benda Kec.Benda Kota Tangerang dengan kategori Baik, SD Negeri Rawa Bokor Kec.Benda Kota Tangerang dengan kategori Sedang, dan SD Negeri Rawa Kompeni Kec.Benda Kota Tangerang dengan kategori Kurang

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011 yaitu pada bulan Maret 2011. Penelitian dilakukan selama 2 minggu atau lima kali pertemuan.


(35)

101 3. Kegiatan Implementasi Model Pembelajaran IPA Berbasis Karakter

Langkah-langkah RPP Pembelajaran Karakter di mulai dari kegiatan sebagai berikut :

a. Mengkaji Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar (SKKD) IPA Sekolah Dasar

b. Menyusun Pemetaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

c. Melakukan Analisis Materi Pembelajaran d. Menetapkan Waktu Penyelenggaraan KBM

Bagan 3.1

Langkah-langkah RPP Pembelajaran Karakter A. PENDAHULUAN

Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru: 1. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran;

2. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

3. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan

4. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Contoh alternatif :

a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan:

disiplin)

b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang

ditanamkan: santun, peduli)

c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang

ditanamkan: religius)

d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)

e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:

religius, peduli)

f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu


(36)

102 g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh

nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli)

5. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter

6. Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD

B. KEGIATAN INTI

Sesuai permen 41 tahun 2007 Pembelajatan melalui 3 tahapan yakni :

1. Eksplorasi/Pengetahuan (knowing) (peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa)

a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)

b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh

nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)

c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)

d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)

e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang

ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)

2. Elaborasi (Fase Aplikasi Konsep/Pelaksanaan (acting)/Kebiasaan (habit)) (peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam.)

a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna

(contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)

b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang

ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)


(37)

103 c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut

(contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)

d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung

jawab)

e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang

ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)

f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan Eksplorasi/Pengetahuan (knowing) yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok

(contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab,

percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil

kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang

ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,

kerjasama)

h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan

(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling

menghargai, mandiri, kerjasama)

i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)

3. Konfirmasi (Fase Pemantapan Konsep/Kebiasaan (habit)) (peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa)

a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis) b. Memberikan konfirmasi (Fase Pemantapan

Konsep/Kebiasaan (habit)) terhadap hasil Eksplorasi/Pengetahuan (knowing) dan elaborasi (Fase Aplikasi Konsep/Pelaksanaan (acting)/Kebiasaan (habit)) peserta didik melalui berbagai sumber (contoh

nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)

c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan

(contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan

kekurangan)


(38)

104 memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:

1) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun); 2) membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang

ditanamkan: peduli);

3) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil Eksplorasi/Pengetahuan (knowing)

(contoh nilai yang ditanamkan: kritis);

4) memberi informasi untuk

ber-Eksplorasi/Pengetahuan (knowing) lebih jauh (contoh

nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan

5) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai

yang ditanamkan: peduli, percaya diri).

C. PENUTUP

Dalam kegiatan penutup, guru:

1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);

2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh

nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan

kekurangan);

3. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);

4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan

5. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

D. KEGIATAN PENILAIAN

1. Azas-azas yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah sbb :

a. Tahap Pengetahuan (Knowing) 1) Azas-azas Didaktik

Didaktik adalah Ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai oleh siswa. Azas-azas


(39)

105 didaktik yang utama untuk dihayati dan diterapkan oleh guru dalam mengelola proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :

2) Azas Apersepsi

Herbart (1841) menyatakan bahwa apersepsi adalah kegiatan untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru dengan bantuan pengetahuan-pengetahuan yang ada.Selanjutnya Herbert berpendapat bahwa yang telah diketahui digunakan utuk memahami sesuatu yang belum diketahui.Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu, karena itu pelajaran harus dibangun di atas pengetahuan yang telah ada.

3) Azas Peragaan

Para penganut Psikologi Kognitif mengajarkan bahwa untuk mengajarkan konsep yang abstrak harus dimulai dari sesuatu yang kongkrit, lalu semi konkrit, kemudian abstrak.

4) Azas Motivasi

Ada dua macam motivasi yang dapat timbul pada diri siswa, yaitu motivasi yang tumbuh dari kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang di dorong oleh cita-cita ( motivasi intrinsik ) dan yang tumbuh karena pengaruh dari luar ( motivasi ekstrinsik ). Tugas guru adalah sebagai motivator, yaitu mendorong murid untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu demi sukses tujuan belajar.Cara yang dapat dilakukan antara lain : 1) Melalui penjelasan tentang manfaat materi yang

akan dipelajari

2) Menghubungkan dengan pengalaman yang lalu 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil

yang baik (sense of succes)

4) Menggunakan berbagai metode pembelajaran ( diskusi, kerja kelompok, eksperimen, membaca, demonstrasi, proyek, permainan, kuis dll.).

b. Tahap Pelaksanaan (Acting) 1) Azas Belajar Aktif

Yaitu belajar dengan melibatkan keaktifan mental (Intelektual Emosional) walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan phisik.Kadar keaktifan siswa dalam belajar berada pada rentang teacher centered dan student centered, derajatnya tidak sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam suatu proses belajar mengajar di kelas.

2) Azas Kerjasama


(40)

106 sosial. Untuk itu dalam proses pendidikan siswa perlu diberi kesempatan untuk berlatih belajar, bagaimana hidup dalam kelompok.

b) Tugas guru adalah memfasilitasi agar kegiatan kelompok dapat berlangsung secara produktif dan dinamis. Dalam prosesnya diharapkan keterlibatan setiap siswa didalam tugas-tugas klasikal atau kelompoknya.

3) Azas Mandiri

a) Perkembangan anak menuju dewasa memerlukan perlakuan yang berbeda seiring perkembangan usia dan kematangannya. Salah satu sifat yang perlu dihayati dan dimiliki oleh siswa adalah tanggungjawab pribadi pada kebutuhan dan persiapan kematangan dirinya.

b) Guru harus membiasakan siswa untuk berjuang keras memecahkan masalah, dan berusaha membatasi meminta bantuan kepada orang lain, sebelum segala upayanya mencapai jalan buntu. 4) Azas Penyesuaian dengan Individu Siswa

a) Setiap insan di muka bumi diberi kemampuan berbeda, masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya, termasuk dalam hal kecepatan belajar, bakat dan minat.

b) Idealnya setiap siswa diberi perlakuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. Namun mengingat keterbatasan yang ada seorang guru dapat menggunakan cara-cara yang bersifat penugasan untuk memenuhi perbedaan individu tersebut. c. Tahap Kebiasaan (Habit)

1) Azas Korelasi

a) Pada intinya adalah mengaitkan pokok bahasan yang diajarkan dengan pokok bahasan lain, atau dengan pelajaran lain, atau dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

b) Begitu banyak manfaat Sains (IPA) dalam kehidupan sehari-hari dan dalam perkembangan IPTEK perlu ditekankan untuk dipahami siswa, sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar Sains (IPA).

2) Azas Evaluasi yang Teratur

a) Kegiatan mengevaluasi keberhasilan belajar mengajar merupakan bagian integral dari tugas guru, karena itu perlu dilakukan secara teratur dan


(41)

107 berkesinambungan selama dan setelah proses belajar mengajar berlangsung.

b) Evaluasi yang dilaksanakan menganut prinsip-prinsip menyeluruh (kognitif, afektif dan psikomotorik)

c) berkesinambungan, orientasi pada tujuan, obyektif, terbuka (dikoreksi dan dilaporkan), bermakna (introspeksi) dan mendidik bagi semua pihak.

2. Penilaian Hasil Pembelajaran a. Bidang Pengembangan

1) Information Verbal ( Kemampuan Kognitif )

Anak secara berkelompok menyelesaikan permainan Kata Tersembunyi dan Menyusun Kamus Listrik aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas, melakukan percobaan pengembangan listrik dan melaporkan hasilnya.

2) Cognitive Strategis ( Strategi Kognitif )

a) Anak melakukan kegiatan merancang alat sederhana berupa teknologi Tepat Guna

b) Membuat kreasi seni dan ketrampilan menggunakan konsep listrik juga menyelesaikan permainan Broken Circle.

3) Attitudes ( Kemampuan Sikap-sikap )

Penilaian ini berhubungan dengan penilaian sikap diantaranya penilaian kerjasama kelompok, ketertiban dan kebersihan dalam menggunakan alat-alat percobaan (KIT IPA) sikap untuk saling menghargai hasil karya sendiri dan orang lain.

4) Intelectual Skills ( Ketrampilan Intelektual )

Penilaian tentang konsep bekerja ilmiah yang baik dan penilaian kemampuan Religios Education bagaimana anak mampu menghubungkan konsep IPA kedalam Al-Qur’an.

5) Motor Skills ( Ketrampilan Psikomotorik )

a) Anak dinilai dalam dalam membuat Ketrampilan Kreasi Seni,

b) Membuat alat Deteksi Banjir, membuat Alat Pemotong Busa dan

c) Membuat alat Pemanas Listrik serta merakit Instalasi Listrik Rumah Tangga secara sederhana.


(42)

108 b. Mengkaji Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar

(SKKD) IPA Sekolah Dasar Bagan 3.2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) IPA Sekolah Dasar I. PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya

B. FUNGSI

Menguasai konsep dan manfaat IPA dalam kehidupan sehari-haii serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs)

C. TUJUAN

1. memperoieh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat,

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuatkeputusan,

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam,

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan,

7. Memperoieh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

D. RUANG LINGKUP

Secara umum ruang lingkup bahan kajian IPA di SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas

3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda-benda Iam»it lainnya.


(43)

109 3. Menyusun Pemetaan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) Bagan 3.3

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI (SK) DAN KOMPETENSI DASAR (KD)

A. Mata Pelajaran : IPA

B. Kelas/Program : VI / Semester 2 (dua) Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar KKM

Indikator Pencapaian Kompetensi Alokasi Waktu 8. Memahami pentingnya penghematan energi 8.1 Mengidentifikasi

kegunaan energi

listrik dan

berpartisipasi dalam penghematannya

dalam kehidupan

sehari-hari

o Menunjukkan alat- alat rumah tangga yang

menggunakan energi listrik. o Mengidentifikasi kegunaan

energi listrik dalam rumah tangga.

o Mempraktikkan cara-cara menghemat energi di rumah atau di sekolah.

o Memberikan alasan-alasan pentingnya menghemat energi, karena sumber energi di bumi jumlahnya terbatas.

2 jp x 35 menit

8.2 Membuat suatu

karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik / alarm / model lampu lalu lintas / kapal terbang / mobil-mobilan / model penerangan rumah)

o Menentukan karya yang akan dibuat.

o Merancang suatu karya/alat yang menggunakan energi listrik, misalnya alarm, bel listrik, model lampu lalu lintas, kapal terbang, mobil-mobilan.

o Mengidentifikasi alat dan bahan yang sesuai rancangan.

o Mengidentifikasi hubungan antara benda/bahan yang digunakan dengan kinerja karyanya.

o Menguji hasil rancangan. o Menyempurnakan karya

yang dibuat untuk menghasilkan karya yang sesuai tujuan.

2 jp x 35 menit


(44)

110 d. Melakukan Analisis Materi Pembelajaran

Bagan 3.4

Analisis MateriPembelajaran

KELAS / SEM STANDAR KOMPETE NSI KOMPETENSI DASAR NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA KEWIRAUSA HAAN/ EKONOMI KREATIF GAGASAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR

VI/ 1 Memahami

cara perkembang biakan makhluk hidup Mengidentifika si cara perkembang biakan tumbuhan dan hewan

• Kerja keras • Kreatif • Mandiri • Rasa ingin

tahu

• Percaya diri • Berorientasi tugas dan hasil • Berani mengambil resiko Siswa memiliki pengalaman belajar dalam: • Mencari informasi tentang cara-cara perkembanganbi akan tumbuhan • Mengamati bagian bunga yang berfungsi sebagai alat perkembangbiak an • Mengamati bagian-bagian biji • Melakukan percobaan menanam biji dan mengamati proses perkembangan biji menjadi tanaman • Membuat laporan

hasil percobaan • Praktik

mencangkok/ menyambung/ stek / menempel tumbuhan • Mengenali cara-cara perkembang anbiakan tumbuhan • Mengidentifi kasi bagian-bagian bunga dan biji sebagai alat perkembang biakan tumbuhan • Menjelaskan peran penyerbukan • Mendeskripsi kan proses perkembang an biji menjadi tanaman dari hasil percobaan • Mempraktek kan cara membiakkan tumbuhan secara vegetatif, misalnya stek, cangkok atau menyambun g.

VI/ 2 Membuat suatu

karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik/alarm/mo del lampu lalu lintas/ kapal terbang/mobil-mobilan/model penerangan rumah)

• Kerja keras • Kreatif • Mandiri • Rasa ingin

tahu

• Percaya diri • Berorientasi tugas dan hasil • Berani mengambil resiko • Menghargai prestasi Siswa memiliki pengalaman belajar dalam: • Merancang sesuatu karya/alat yang menggunakan energi listrik, misalnya model mainan kapal terbang. • Menentukan alat

dan bahan yang digunakan sesuai • Merancang sesuatu karya/alat yang menggunaka n energi listri • Membuat model berdasarkan rancangan • Ujicoba model • Menyempurn


(45)

111

rancangan. • Membuat suatu

model yang memanfaatkan energi listrik yang diubah menjadi energi gerak untuk baling-baling. • Merangkai

baterai dalam hubungan seri. • Mengujicoba

model yang dibuat

• Menyempurnaka n model

berdasarkan hasil ujicoba

• Membuat laporan

akan model • Membuat

laporan

e. Menetapkan Waktu Penyelenggaraan KBM

Dengan mencermati Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas VI SD/MI semester 2 dan waktu dilaksanakannya penelitian ini, maka terdapat satu standar kompetensi, yaitu “Energi dan Perubahannya” SK.8 Memahami pentingnya penghematan energi ",dengan Dua kompetensi dasar, yaitu : (1) 8.1. Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari (2) 8.2. Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik/alarm/model lampu lalu lintas/kapal terbang/mobil-mobilan/model penerangan rumah)


(46)

112 Bagan 3.5

Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Jam Pelajaran

Waktu Penyelenggaraan Maret April 1 2 3 4 1 2 3 4 8.Energi dan

Perubahannya Memahami pentingnya penghematan energi

8.1. Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari

2 jp x 35 menit

8.2. Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik (bel

listrik/alarm/model lampu lalu lintas/kapal

terbang/mobil-mobilan/model penerangan rumah)

2 jp x 35 menit

Keterangan: Pelaksanaan KBM Evaluasi/Penilaian


(47)

113 C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data yang digunakan. Menurut Sugiyono (1992:51): Populasi adalah sejumlah individu atau subjek yang terdapat dalam kelompok tertentu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dijadikan sumber data, dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Mengingat luasnya populasi maka populasi dalam penelitian ini dibatasi untuk membantu memperrnudah penarikan sampel.

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989:71):

"...pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan populasi sasaran (target population) dan populasi terjangkau (accessible population)". Mengacu pada pendapat-pendapat di atas maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar di Kota Tangerang sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VI SDN Benda , SDN Rawa Bokor dan SDN Rawa Kompeni Kota Tangerang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah "...sebagian dari populasi terjangkau yarg memiliki sifat yang sama dengan populasi" (Sudjana, l99l: 7l). pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenamya melalui teknik pengambilan sample atau teknik sampling tertentu, dan


(1)

168 DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak (2004), Proses Pendidikan dan Pembelajaran pada Anak Usia Dini (PAUD) Modul Pembelajaran PGTK/PAUD.UPI Bandung 2004 file.upi.edu

Anssyar, Mohammad, (1989). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Arifin, Zainal. (1988). Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: Remadja Karya

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

………(2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara. Artikel Pendidikan online tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses

tanggal 26-Oct-11

Ary Ginanjar Agustian, (2007).Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Arga: Jakarta

Banawi. Anasufi (2009) “Keefektifan Model Pembelajaran IPA Berbasis Karakter dalam Meningkatkan Budi Pekerti Siswa Sekolah Dasar” Tesis di Universitas Negeri Yogyakarta,

Bell, Frederick H. (1981). Theaching and Learning Mathematics (In Secondary School. Iowa: WM.C.Brown Company.

Cuban, L. (1991). Curriculum Stability and Change. Dalam Handbook of Research on Curriculum. New York : Macmillan Publishing Co.

Darsono, Max (2009). How to do character education. (http://www.goodcharacter.com/Article_4.html) (Diunduh 10 Desember 2010)

David Elkind & Freddy Sweet (2004). How to do character education. (http://www.goodcharacter.com/Article_4.html) (Diunduh 20 November 2010)

Dedi Kuswandi (2009) Makalah Sekolah Efektif ”Indikator Sekolah Efektif ber-MBS” Jakarta

Departemen Agama RI.(1996). Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). “Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006”. ………(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas ………(2008).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: UPI.

Direktorat Pembinaan SMP (2010). Panduan Pendidikan Karakter. (Depdiknas: Jakarta).


(2)

169 Djohar, As’ari, (2008)“ Perspektif Pendidikan Menengah Kejuruan dalam Menyiapkan Tenaga Kerja yang SiapMendukung Proses Pembangunan di Berbagai Bidang”. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan-Universitas Pendidikan Indonesia. file.upi.edu

…………(2008)“ Pendidikan Teknologi dan Kejuruan” (Makalah Disampaikan pada seminar terbatas Tim Penyusun Konsep Batang Tubuh Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia) file.upi.edu

Fullan & Stiegerbauer.(1985). The New Meaning of Educational Change. Boston: Houghton Mifflin Company.

Hamalik, Oemar. (2000). “Model-model Pengembangan Kurikulum“. Bandung: PPS-UPI (Diktat).

Hasan, Said Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan P2LPTK.

...(2008) Evaluasi Kurikulum Diterbitkan Atas Kerjasama Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Dengan PT Remaja Rosda Karya.Bandung

...(2006).Manejemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ibrahim, (1988), Inovasi Pendidikan, Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Janice Stoodley, Direktur National Schools of Character Washington, melalui email tanggal 4 Desember 2009. Artikel diakses pada tangga 4 Desember 2007 dari www.cep.org

Johnson, Elaine B. (2008). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Johson Lau Anne. (2008). Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Jakarta: PT Indeks.

Joyce, Bruce (2009) “Model-model of teaching”Allyn Bacon

Kasbolah, Kasihani. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud.

Kamarga, Hansiswany, (2009) “Diklat Pendidikan Nasional, Mempercepat Pembangunan Nasional dengan Pendidikan Bermutu”,Makalah disampaikan atas permintaan panitia dalam Diva Pendidikan, pada tanggal 9 Mei 2009.

...(2010) ”Materi Perkuliahan Evaluasi Kurikulum” pada S.2.Prodi Pengembangan Kurikulum.dokumen tidak diterbitkan khusus SPs.UPI Bandung


(3)

170 Khoiri dalam http://www indopos.co.id/index.php?act=detail&id =325101

(Diunduh 29 November 2010)

Kirschenbaum Howard. (1995). 100 ways to enhance values and morality in schools dan youth settings. (Massachusetts: Allys & Bacon)

Lie, Anita. (2008) Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Mulyasa E, (2008), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Jakarta:PT Rosda Karya,

Musfiroh, Tazkirotun (2008) Pendidikan Karakter (Tesis) Universitas Negeri Surabaya.Tidak diterbitkan

Mochtar Buchori, 2007. Character building dan pendidikan kita. (http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0607/26/opini/2836169.htm) (Diunduh 27 November 2010)

Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Morgan, Clifford Thomas. (1979). Introduction to Psychology. McGraw-Hill. Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran yang diterbitkan oleh BSNP; Program Kerja Sekolah;

Panduan Penyusunan KTSP (Badan Standar Nasional Pendidikan).

Panduan pendidikan karakter

http://katresna72.wordpress.com/2010/11/04/panduan-pend-karakter-di-smp/ (Diunduh 28 November 2010)

Pendidikan Karakter 3 M, artikel diunduh pada tanggal 20 November 2007 dari www.krisnamurti.net .www.charactercounts.com dan www.ihf_org.com Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Bagian A butir 1.d dan Bagian B butir 3;

…………No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi;

…………No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan;

…………No. 24 Tahun 2006 dan No. 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan;

…………No.20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian; …………No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 5, 6, 7, 8, 10, 13, 14, 16, 17, 18, Bab


(4)

171 IV , Bab V Pasal 25, Pasal 26, Bab VIII Pasal 49 ayat (1), Pasal 51, 52, Bab X Pasal 63 ayat (1), Pasal 64, 65, 66 72;

Poedjiadi, A. (2007). Pendidikan Sains dan Sains terpadu, Dalam AH, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S,.Sudjana. D.. dan Rasjidin. W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.Bandung

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Kemendiknas Grand design Pendidikan Karakter Renstra 2010-2014

Rahman, D. A. (2004). 350 Mutiara Hikmah dan Syair Arab. Bandung: Media Qalbu.

Rachman, M. (1999). Manajemen Kelas. Jakarta: Depdikbud.

Rachmat, Cece dan Suherdi, D. (1998). Evaluasi Pengajaran.Departemen Pendidikan dan kebudayaan

Rusman (2008), Manajemen kurikulum, Penerbit Mulia Mandiri Press, Bandung, UPI.

………(2010). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung Mulia Mandiri Press

Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovations. New York : The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.

Ryan Kevin and Bohlin Karen. (1999). Building character in schools.(San Fransisco: John Willey & Sons)

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sadulloh, Uyoh.(1994) Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek.

Sagala, Syaeful. (2006). Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.

Jakarta: Depdikbud.

Sandra Santosa. Evaluasi Kurikulum dan Implementasinya Di Program Studi Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang Dengan Model CIPP. (Tesis) Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

……….(2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

………..(2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group


(5)

172 Smaldino, Lowther dan Russel ( 2008 ). Instructional Technology and Media For

Learning : Pearson Education,inc ll right reserved

Soedijarto, Kurikulum, Sistem Evaluasi, dan Tenaga Pendidikan sebagai Unsur Strategis dalam Penyelenggaraan Sistem Pengajaran Nasional (Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004).

Sofa dalam http://Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar MTK.HTM, 17 Januari 2008

Sudijono, Anas. (2000). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudrajat(2008)http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=85&fname=fis105_17 .htm http://masmint.blogspot.com/2008/03/hakikat-ipa.html

Sudrajat, Akhmad. (2008). Sumber Belajar untuk Mengefektifkan Pembelajaran Siswa. [online]. Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/. [Tanggal diakses: 14 Januari 2009]

…………(2008). Media Pembelajaran. [online]. Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/. [Tanggal diakses: 14 Januari 2009]

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, Erman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukmadinata, .(2009) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Supriyadi. Edy (2009). Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP (Makalah sebagai bahan diskusi pengembangan panduan pendidikan karakter Direktorat Pembinaan SMP Depdiknas).

Surapranata, Sumarna. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya

Susan G Magliaro ( 2008 ). Instructional Design A Systematic Approach For Reflective Practice. Virginia Tech : West Virginia University.

Sutikno M Sobri Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa. dalam http://www bruderfic.or.id/h-129/html/(Diunduh 28 November 2008)


(6)

173 Suyanto, (2009). Urgensi Pendidikan karakter.(file:///D:/ARTIKEL/urgensi.html)

(Diunduh 28 November 2010)

Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendektan Baru cet. Ke 9 (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya.

Teuku Ramli Zakaria.(2001) Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti. (http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026).(Diunduh 27 November 2010)

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 36, 37 ayat (1), dan Pasal 38 ayat (1) dan (2);

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Usman, Moh. Uzer. (1992). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wardani, I.A.G.K, dkk (2004). Penelitian Tindakan kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.