Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiksus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPH 21.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengetahuan tentang kualitas pelayanan fiskus, dan ketegasan sanksi perpajakan untuk meningkatkan penerimaan pajak PPh Pasal 21. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan fiskus, dan ketegasan sanki perpajakan sedangkan variabel dependen adalah meningkatkan penerimaan pajak PPh Pasal 21. Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuisioner. Kuisioner yang disebar sebanyak 91 buah kepada wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Soreang dan kuisioner yang diolah sebanyak 77 buah. Sampel penelitian diambil dengan metode convenience sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas pelayanan fiskus, dan ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh namun tidak signifikan untuk meningkatkan penerimaan pajak PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Soreang.

Kata kunci: Kualitas Pelayanan Fiskus, Ketegasan Sanksi Perpajakan, Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21.


(2)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of the quality of tax service, and strict of tax punishment to increase tax revenue Tax Article 21. Independent variables in this research is the quality of tax service, and strict of tax punishment while the dependent variable is increase tax revenue Tax Article 21. This research used primary data with distributing questionnaires. Questionnaires were distributed as man as 91 pieces to individual tax player in KPP Pratama Soreang, and questionnaires were processed as many as 77 pieces. Research sampling were taken by convenience sampling method. Statistical analysis using multiple linear regression. The result of this research showed that the quality of tax service, and strict of tax punishment are affect but not significant to increase tax revenue Tax Article 21 in KPP Pratama Soreang.

Keywords: The quality of tax service, strict of tax punishment, increase tax revenue Tax Article 21.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Definisi Pajak ... 7

2.1.2 Fungsi Pajak ... 12

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ... 13

2.1.4 Self Assessment System ... 16

2.1.4.1 Pengertian Self Assessment System ... 16

2.1.4.2 Pemahaman Pelaksanaan Self-Assessment ... 17

2.1.5 Subjek Pajak ... 18

2.1.6 Objek Pajak ... 22

2.1.7 Tarif Pajak ... 26

2.1.8 Pajak Penghasilan ... 27

2.1.9 Objek Pajak Penghasilan ... 29

2.1.10 Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 31

2.1.10.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 33

2.1.10.2 Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 35

2.1.10.3 Tidak Termasuk Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 36

2.1.10.4 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 37

2.1.10.5 Penghasilan yang Dikecualikan dari Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 40


(4)

2.1.12 Surat Pemberitahuan (SPT) ... 43

2.1.12.1 Definisi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 43

2.1.12.2 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 44

2.1.12.3 Prosedur Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 45

2.1.12.4 Pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) ... 46

2.1.12.5 Batas Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) . 49 2.1.12.6 Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 49

2.1.12.7 Pengecualian Sanksi Administrasi Berupa Denda Karena Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ... 50

2.1.12.8 Sanksi Adminstrasi dan Sanksi Pidana Sehubungan dengan Surat Pemberitahuan (SPT). 51 2.1.13 Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 52

2.1.14 Pajak Daerah ... 53

2.1.14.1 Pengertian Pajak Daerah ... 53

2.1.14.2 Jenis Pajak Daerah ... 54

2.1.15 Pengelompokan Pajak ... 55

2.1.16 Agresivitas Pajak ... 57

2.1.17 Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 58

2.1.18 Penerimaan Pajak ... 65

2.1.19 Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak ... 72

2.1.19.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 73

2.1.19.2 Inflasi ... 75

2.1.19.3 Investasi ... 76

2.1.20 Kualitas Pelayanan Fiskus ... 79

2.1.20.1 Kompetensi Account Representative ... 86

2.1.20.2 Karakteristik Kualitas Pelayanan ... 88

2.1.21 Ketegasan Sanksi Perpajakan ... 89

2.1.22 Sanksi Administrasi ... 89

2.1.22.1 Jenis Sanksi Administrasi ... 90

2.1.23 Sanksi Pidana ... 91

2.1.24 Indikator Sanksi Pajak ... 92

2.1.25 Sanksi Pajak Menurut Undang-Undang ... 92

2.2 Kerangka Pemikiran ... 104

2.3 Pengembangan Hipotesis ... 106

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 107

3.1.1 Sejarah Singkat ... 108

3.1.2 Visi Dan Misi ... 109


(5)

3.1.4 Struktur Organisasi ... 110

3.1.5 Kedudukan, Tugas, Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang ... 113

3.1.6 Tabel Wilayah Kerja ... 115

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 121

3.2.1 Populasi ... 121

3.2.2 Sampel ... 121

3.3 Metode Penelitian ... 122

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 123

3.5 Metode Penentuan Responden ... 127

3.5.1 Populasi Penelitian ... 127

3.5.2 Sampel Penelitian ... 127

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 128

3.6.1 Data Primer ... 128

3.6.2 Data Sekunder ... 129

3.7 Metode Analisis Data ... 129

3.7.1 Uji Statistik Deskriptif ... 129

3.7.2 Uji Kualitas Data ... 129

3.7.2.1 Uji Validitas Menggunakan Korelasi Bivariate Pearson ... 129

3.7.2.2 Uji Reliabilitas ... 131

3.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 133

3.7.3.1 Uji Multikolinearitas ... 133

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 134

3.7.3.3 Uji Normalitas ... 135

3.7.4 Uji Regresi Linier Berganda ... 137

3.7.4.1 Regresi Linier Berganda ... 137

3.7.4.2 Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 140

3.7.5 Uji Hipotesis ... 142

3.7.5.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 142

3.7.5.2 Uji Statistik F (Signifikansi Simultan) ... 144

3.8 Teknik Pengukuran Data ... 146

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Besarnya Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Soreang ... 148

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Data Responden ... 148

4.1.1.1 Jenis Kelamin ... 148

4.1.1.2 Usia Responden ... 150

4.1.1.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 151

4.1.1.4 Status Responden ... 152


(6)

4.1.2.1 Variabel Kualitas Pelayanan Fiskus (X1) ... 154

4.1.2.2 Variabel Ketegasan Sanksi Pajak (X2) ... 161

4.1.2.3 Variabel Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 (Y) ... 167

4.1.3 Uji Instrumen ... 174

4.1.3.1 Uji Validitas ... 174

4.1.3.2 Reliabilitas ... 177

4.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 178

4.1.4.1 Uji Normalitas ... 178

4.1.4.2 Uji Multikolinearitas ... 178

4.1.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 179

4.1.5 Uji Regresi Linier Berganda ... 181

4.1.6 Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 183

4.1.7 Pengujian Hipotesis Simultan (Uji – F) ... 184

4.2 Besarnya Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Soreang Secara Parsial ... 186

4.2.1 Pengujian Hipotesis Parsial (Uji – t) ... 186

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 189

5.2 Keterbatasan dan Saran ... 190

5.2.1 Keterbatasan ... 190

5.2.2 Saran ... 191

5.2.2.1 Untuk Peneliti Selanjutnya ... 191

5.2.2.2 Untuk KPP Pratama Soreang ... 191

DAFTAR PUSTAKA ... 193

LAMPIRAN ... 196


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar Struktur Organisasi ... 113

Gambar 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 149

Gambar 4.2 Persentase Responden Berdasarkan Usia ... 151

Gambar 4.3 Persentase Status Responden ... 153

Gambar Interval Pernyataan Kualitas Pelayanan Fiskus (X1) ... 155

Gambar Interval Pernyataan Ketegasan Sanksi Pajak (X2) ... 162

Gambar Interval Pernyataan Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 ... 168

Gambar 4.4 Pengujian Hipotesis X1 (Kualitas Pelayanan Fiskus) ... 187


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Wilayah Kerja ... 115

Tabel Operasional Variabel ... 126

Tabel Skala Likert ... 147

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 148

Tabel 4.2 Usia Responden ... 150

Tabel 4.3 Pendidikan Responden ... 151

Tabel 4.4 Status Responden ... 152

Tabel 4.5 Skor Jawaban Responden Terhadap Item-Item Pernyataan Pada Variabel Kualitas Pelayanan Fisku (X1) ... 154

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan “Fasilitas yang Modern dan Terawat Baik pada KPP Telah Memudahkan Jalur Pembayaran Wajib Pajak ... 156

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan “Fiskus Terampil dalam Menghitung Jumlah Pajak Terutang Sehingga Memberikan Kemudahan bagi Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya ... 157

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan “Fiskus Melakukan Tugasnya dengan Sopan dan Ramah dalam Membimbing Wajib Pajak ketika Melakukan Kewajiban Perpajakannya Sehingga Wajib Pajak Merasa Nyaman dalam Melakukan Kewajibannya ... 158

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan “Fiskus Memberikan Jawaban dengan Jelas dan Sabar Terhadap Setiap Pertanyaan Wajib Pajak Seputas Membayar Kewajibannya ... 159

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan “Pelayanan Administrasi Dilakukan dengan Cepat dan Tepat (Birokasi Lancar/ Tidak Berbelit-belit) ... 160

Tabel 4.11 Skor Jawaban Responden Terhadap Item-Item Pernyataan Variabel Ketegasan Sanksi Pajak (X2) ... 161

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Pengenaan Sanksi Harus dilaksanakan dengan Tegas kepada Semua Wajib Pajak yang Melakukan Pelanggaran Tanpa Toleransi ... 163

Tabel 4.13 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Penerapan Sanksi Pajak Harus Sesuai dengan Ketentuan dan Peraturan Undang-Undang Perpapajakan Sehingga Membantu Meningkatkan Kepercayaan Wajib Pajak ... 164

Tabel 4.14 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Pengenaan Sanksi yang Cukup Berat Dapat Mendidik Wajib Pajak Untuk Selalu Melaporkan SPTnya ... 165


(9)

Tabel 4.15 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Sanksi Pajak Sangat diperlukan Agar Tercipta Kedisiplinan Wajib

Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan ... 166

Tabel 4.16 Skor Jawaban Responden Terhadap Item-Item Pernyataan Variabel Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 (Y) ... 167

Tabel 4.17 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Adanya Perbaikan Kualitas Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak ... 169

Tabel 4.18 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Sistem Informasi Teknologi yang Semakin Sempurna ... 170

Tabel 4.19 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Meningkatkan Kegiatan Intensifikasi dan Esktensifikasi Pajak ... 171

Tabel 4.20 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Meningkatkan Kesadaran Masyarakat akan Kewajiban Perpajakannya Melalui Penyuluhan dan Sosialisasi ... 172

Tabel 4.21 Tanggapan Responden Tentang Item Pernyataan Penyempurnaan Sistem Administrasi Perpajakan ... 173

Tabel 4.22 Hasil Uji Kecukupan Sampel ... 174

Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan Fiskus (X1) ... 175

Tabel 4.24 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Ketegasan Sanksi Pajak (X2) ... 175

Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Meningkatkan Penerimaan Pajak PPH Pasal 21 (Y) ... 176

Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel dengan Kriteria KMO ≥ 0,50 ... 176

Tabel 4.27 Hasil Uji Reliabilitas Variabel ... 177

Tabel 4.28 Hasil Uji Normalitas ... 178

Tabel 4.29 Hasil Uji Multikolinearitas ... 179

Tabel 4.30 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 180

Tabel 4.31 Hasil Uji Scatterplot ... 180

Tabel 4.32 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 181

Tabel 4.33 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 183

Tabel 4.34 Hasil Uji Koefisien Beta x Zero – order ... 184

Tabel 4.35 Hasil Pengujian Hipotesis Simultan (Uji – F) ... 185


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Surat Keterangan Penelitian ... 196

Kuesioner ... 197

Hasil Kuesioner Variabel X1, X2, dan Y ... 202

Lampiran Jenis Kelamin Responden ... 206

Lampiran Umur Responden ... 206

Lampiran Tingkat Pendidikan Responden ... 207

Lampiran Status Responden ... 207

Lampiran Kecukupan Sampel ... 207

Lampiran Validitas dan Realibilitas ... 208

Lampiran Realibilitas X1 ... 208

Lampiran Realibilitas X2 ... 209

Lampiran Realibilitas Y ... 210

Lampiran Uji Normalitas ... 211

Lampiran Uji Multikolinearitas ... 211

Lampiran Uji Heteroskedastisitas ... 212

Lampiran Scatterplot ... 212

Lampiran Validitas X1 ... 213

Lampiran Validitas X2 ... 214

Lampiran Validitas Y ... 215

Lampiran Uji Regresi Linear Berganda ... 216

Lampiran Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 216

Lampiran Uji Koefisien Beta x Zero – Order ... 216


(11)

KUESIONER

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara/i Responden Di Tempat

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Universitas Kristen Maranatha Jurusan Akuntansi Jenjang S1 sedang mengerjakan Tugas Akhir mengenai “Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPH 21 pada KPP Pratama Soreang”. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuisoner ini secara lengkap. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.

Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i merupakan faktor kunci untuk mengetahui Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPH 21, sehingga saya mengharapkan agar Bapak/Ibu/Saudara/i membaca pertanyaan secara hati-hati dan menjawabnya dengan lengkap. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Bandung, Oktober 2016 Hormat saya,


(12)

A. Karakteristik Responden

Berilah tanda Checklist ( √ ) atau ( X ) Sesuai Dengan Jawaban Yang Anda Pilih

Nama* :

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Usia : <20 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun 41- 50 tahun >50 tahun

Tingkat Pendidikan : SMA/Sederajat D3 S1

S2 S3 Lainnya

Status : Belum Menikah Menikah

Pekerjaan :

B. Petunjuk Pengisian

Berilah tanda checklist ( √ ) atau ( X ) pada jawaban yang anda pilih di lembar jawaban yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan perasaan, pendapat dan keadaan Bapak/Ibu/Sdr/i yang sebenarnya.

Keterangan Jawaban Tingkat Penelitian

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Ragu-ragu (R)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5

4

3

2


(13)

X1. Kualitas Pelayanan Fiskus

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Fasilitas yang modern dan terawat baik pada KPP telah memudahkan jalur pembayaran Wajib Pajak.

2 Fiskus terampil dalam menghitung jumlah pajak terutang sehingga memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

3 Fiskus melakukan tugasnya dengan sopan dan ramah dalam membimbing Wajib Pajak ketika melakukan kewajiban perpajakannya sehingga wajib pajak merasa nyaman dalam melakukan kewajibannya.

4 Fiskus memberikan jawaban dengan jelas dan sabar terhadap setiap pertanyaan Wajib Pajak seputar membayar kewajibannya.

5 Pelayanan administrasi dilakukan dengan cepat dan tepat (birokrasi lancar/ tidak berbelit-belit).


(14)

X2. Ketegasan Sanksi Pajak

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Pengenaan sanksi harus dilaksanakan dengan tegas kepada semua wajib pajak yang

melakukan pelanggaran tanpa toleransi.

2 Penerapan Sanksi Pajak harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan undang-undang perpapajakan sehingga membantu meningkatkan kepercayaan wajib pajak.

3 Pengenaan sanksi yang cukup berat dapat mendidik wajib pajak untuk selalu melaporkan SPTnya.

4 Sanksi pajak sangat diperlukan agar tercipta kedisiplinan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.


(15)

Y. Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Adanya perbaikan kualitas pemeriksaan dan penyidikan pajak.

2 Sistem informasi teknologi yang semakin sempurna.

3 Meningkatkan kegiatan Intensifikasi dan Esktensifikasi pajak.

4 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakannya melalui penyuluhan dan sosialisasi.

5 Penyempurnaan sistem administrasi perpajakan.


(16)

HASIL KUESIONER VARIABEL X1, X2 DAN Y DARI 70

RESPONDEN DI KPP PRATAMA SOREANG KOTA BANDUNG

No

Res

X1 X2 Y

A1 A2 A3 A4 A5 M1 M2 M3 M4 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5

1 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

2 5.0 5.0 3.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

3 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0

4 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 3.0 5.0 5.0 5.0

5 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

6 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 5.0 3.0 3.0

7 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 3.0 4.0

8 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 3.0 5.0 2.0 4.0 5.0 3.0 5.0

9 5.0 5.0 5.0 3.0 3.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

10 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

11 3.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 2.0 4.0 3.0 5.0 5.0 4.0

12 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0

13 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 3.0 5.0 4.0 5.0

14 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 5.0 5.0 5.0 4.0

15 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0

16 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0

17 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 3.0 5.0 4.0


(17)

19 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 2.0 5.0 5.0 3.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0

20 4.0 4.0 4.0 1.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0

21 5.0 5.0 1.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0

22 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0

23 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0

24 2.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

25 5.0 5.0 5.0 5.0 1.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

26 5.0 5.0 5.0 5.0 3.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

27 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

28 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 3.0 2.0 5.0 4.0 5.0 4.0

29 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

30 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

31 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 3.0

32 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

34 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

35 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

36 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0

37 3.0 5.0 4.0 4.0 1.0 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0 5.0

38 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

39 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0

40 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

41 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0


(18)

43 5.0 3.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 1.0 5.0

44 4.0 4.0 5.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0

45 4.0 4.0 5.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

46 5.0 5.0 2.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0

47 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0

48 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 3.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

49 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 1.0 5.0 5.0 5.0 4.0

50 3.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

51 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

52 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 3.0 5.0 5.0 5.0

53 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 3.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

54 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 4.0 5.0 4.0 4.0

55 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0

56 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0

57 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0

58 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

59 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

60 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

61 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

62 1.0 5.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

63 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

64 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0


(19)

66 4.0 5.0 4.0 3.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

67 5.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 3.0 4.0 3.0 3.0 5.0 5.0 5.0 5.0

68 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

69 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

70 4.0 4.0 4.0 4.0 1.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

71 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0

72 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

73 5.0 3.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 5.0 4.0 5.0 5.0 5.0

74 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0

75 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 5.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0

76 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 4.0 4.0 4.0


(20)

JENIS KELAMIN RESPONDEN

SEX

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Male 43 55.8 55.8 55.8

Female 34 44.2 44.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

UMUR RESPONDEN

AGE

Frequency Percent Valid Percent

Cumulati ve Percent

Valid < 20 yo 7 9.1 9.1 9.1

20 - 30 yo 51 66.2 66.2 75.3

31 - 40 yo 11 14.3 14.3 89.6

41 - 50 yo 6 7.8 7.8 97.4

> 50 yo 2 2.6 2.6 100.0


(21)

TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN

EDUCATION

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Senior High

School 51 66.2 66.2 66.2

Associate’s

Degree 13 16.9 16.9 83.1

Bachelor’s degree 13 16.9 16.9 100.0

Total 77 100.0 100.0

STATUS RESPONDEN

STATUS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Single 30 39.0 39.0 39.0

Married 47 61.0 61.0 100.0

Total 77 100.0 100.0

KECUKUPAN SAMPEL

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .754 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square

190.485 df

55 Sig.


(22)

VALIDITAS dan REALIBILITAS

Rotated Component Matrixa

Component

1 2 3

A1 .466

A2 .553

A4 .739

A5 .721

M2 .665

M3 .662

M4 .762

Y2 .604

Y3 .745

Y4 .735

Y5 .656

X1 Kualitas Pelayanan Fiskus

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(23)

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

A1 13.1169 2.473 .394 .563

A2 13.0390 2.880 .376 .581

A4 13.0909 2.321 .572 .438

A5 13.1558 2.291 .329 .635

X2 Ketegasan Sanksi Pajak

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.634 3

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

M2 8.6883 .849 .568 .366

M3 8.7273 .964 .398 .597


(24)

Y Peningkatan Penerimaan Pajak PPH 21

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.653 4

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Y2 13.3506 1.915 .354 .637

Y3 13.1688 1.800 .536 .526

Y4 13.3117 1.612 .392 .629


(25)

HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 77

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.56698622

Most Extreme Differences Absolute .140

Positive .120

Negative -.140

Kolmogorov-Smirnov Z 1.232

Asymp. Sig. (2-tailed) .096

a.

Test Distribution is normal

MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 10.925 2.027 5.391 .000

AllOf_A .140 .103 .166 1.362 .177 .794 1.260

AllOf_M .332 .156 .259 2.128 .037 .794 1.260 a. Dependent Variable: AllOf_Y


(26)

HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -.292 .994 -.293 .770

AllOf_A .046 .051 .118 .920 .361

AllOf_M .063 .077 .106 .826 .412

a. Dependent Variable: ABS


(27)

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan Fiskus (X1) Correlations

A1 A2 A3 A4 A5 AllOf_A A1 Pearson

Correlation 1 .262

* .115 .447** .194 .685** Sig. (2-tailed) .021 .321 .000 .090 .000

N 77 77 77 77 77 77

A2 Pearson

Correlation .262

* 1 .152 .398** .202 .610** Sig. (2-tailed) .021 .186 .000 .078 .000

N 77 77 77 77 77 77

A3 Pearson

Correlation .115 .152 1 .303

** .137 .249* Sig. (2-tailed) .321 .186 .007 .234 .029

N 77 77 77 77 77 77

A4 Pearson Correlation

.447*

* .398

** .303** 1 .357** .777** Sig. (2-tailed) .000 .000 .007 .001 .000

N 77 77 77 77 77 77

A5 Pearson

Correlation .194 .202 .137 .357

** 1 .694**

Sig. (2-tailed) .090 .078 .234 .001 .000

N 77 77 77 77 77 77

AllOf_A Pearson Correlation

.685*

* .610

** .249* .777** .694** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .029 .000 .000

N 77 77 77 77 77 77

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(28)

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Ketegasan Sanksi Pajak (X2)

Correlations

M1 M2 M3 M4 AllOf_M

M1 Pearson Correlation

1 .432** .203 .416** .362**

Sig. (2-tailed) .000 .076 .000 .000

N 77 77 77 77 77

M2 Pearson Correlation

.432** 1 .463** .429** .815**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 77 77 77 77 77

M3 Pearson Correlation

.203 .463** 1 .225* .726**

Sig. (2-tailed) .076 .000 .049 .000

N 77 77 77 77 77

M4 Pearson Correlation

.416** .429** .225* 1 .745**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .049 .000

N 77 77 77 77 77

AllOf_M Pearson Correlation

.462** .815** .726** .745** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 77 77 77 77 77

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(29)

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Meningkatkan Penerimaan Pajak PPH Pasal 21 (Y)

Correlations

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 AllOf_Y

Y1 Pearson

Correlation 1 .155 .189 .199 .272

* .288*

Sig. (2-tailed) .177 .099 .083 .017 .011

N 77 77 77 77 77 77

Y2 Pearson

Correlation .155 1 .334

** .250* .243* .639**

Sig. (2-tailed) .177 .003 .028 .034 .000

N 77 77 77 77 77 77

Y3 Pearson

Correlation .189 .334

** 1 .320** .525** .740**

Sig. (2-tailed) .099 .003 .005 .000 .000

N 77 77 77 77 77 77

Y4 Pearson

Correlation .199 .250

* .320** 1 .326** .720**

Sig. (2-tailed) .083 .028 .005 .004 .000

N 77 77 77 77 77 77

Y5 Pearson

Correlation .272

* .243* .525** .326** 1 .721**

Sig. (2-tailed) .017 .034 .000 .004 .000

N 77 77 77 77 77 77

AllOf_ Y

Pearson

Correlation .288

* .639** .740** .720** .721** 1 Sig. (2-tailed) .011 .000 .000 .000 .000

N 77 77 77 77 77 77

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(30)

UJI REGRESI LINEAR BERGANDA Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.925 2.027 5.391 .000

AllOf_A .140 .103 .166 1.362 .177

AllOf_M .332 .156 .259 2.128 .037

a. Dependent Variable: AllOf_Y

UJI R

2

(KOEFISIEN DETERMINASI)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .365a .133 .110 1.58802

a. Predictors: (Constant), AllOf_M, AllOf_A

UJI KOEFISIEN BETA X ZERO-ORDER

Model

Standardized Coefficients

Beta Zero-order

1 (Constant)

AllOf_A .166 .283

AllOf_M .259 .334


(31)

HASIL PENGUJIAN SIMULTAN (UJI-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.696 2 .848 1.397 .254a

Residual 44.915 74 .607

Total 46.612 76

a. Predictors: (Constant), AllOf_M, AllOf_A b. Dependent Variable: ABS


(32)

B a b I P e n d a h u l u a n | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari iuran wajib rakyat, dimana ketentuan pungutannya diatur dalam undang-undang seperti yang dinyatakan dalam pasal 23A Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Amandemen III. Pasal 23A UUD 1945 menyatakan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Pajak digunakan oleh pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawab negara di berbagai sektor kehidupan untuk mencapai kesejahteraan umum. Bagi rakyat, pajak merupakan perwujudan pengabdian dan peran serta untuk ikut berkontribusi dalam peningkatan pembangunan nasional.

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang potensial untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak ini diupayakan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penerimaan pajak yang mengalami kenaikan diharapkan dapat membayar pembelanjaan negara demi tercapainya kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak berasal dari pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan pengenaan terhadap objek pajak (Adrianti :2012).

Untuk melaksanakan pembangunan, Indonesia memberlakukan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 kepada seluruh warga negaranya yang berada di dalam kriteria Pajak


(33)

B a b I P e n d a h u l u a n | 2

Penghasilan (PPh) pasal 21. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 merupakan salah satu pajak penyumbang terbesar dalam pendapatan pemerintah untuk melaksanakan pembangunannya (Jonathan, 2014).

Terdapat 2 (dua) subjek pajak orang pribadi yaitu subjek pajak orang pribadi dalam negeri dan luar negeri. Kejelasan status seseorang apakah termasuk subjek pajak dalam negeri atau luar negeri menjadi sangat penting karena terdapat perbedaan tarif pajak antara kedua subjek tersebut menurut Rahayu dan Suhayati (2010:186)

Menurut Haula dan Rasin (2005:288), sebelum menghitung berapa besarnya pajak penghasilan yang harus dihitung atas Penghasilan Kena Pajak, khusus untuk Wajib Pajak orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri, diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (personal exemption).

Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah Self Assesment System,

dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan sepenuhnya oleh wajib pajak, fiskus (pengumpul pajak) hanya melakukan pengawasan melalui prosedur pemeriksaan. Dalam pelaksanaan sistem tersebut, wajib pajak dituntut keaktifannya mulai dari saat mendaftarkan diri, mengisi SPT (Surat Pemberitahuan) dengan jujur, baik dan benar sampai dengan melunasi pajak terutang tepat pada waktunya. (Devano dan Siti Kurnia, 2006 : 109).

Atas kepercayaan yang diberikan kepada wajib pajak, maka diperlukan tindakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melakukan perpajakannya, tindakan tersebut adalah salah satunya dengan melalui pemberian sanksi kepada wajib pajak yang tidak patuh. Penerapan sanksi disini dimaksudkan untuk memberikan sanksi positif


(34)

B a b I P e n d a h u l u a n | 3

kepada Wajib Pajak yang telah lalai dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sehingga wajib pajak akan merasa jera dan mau belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya sehingga untuk pemenuhan kewajiban perpajakannya di masa pajak yang akan datang juga bisa lebih baik lagi. Dengan diberikannya sanksi terhadap Wajib Pajak yang lalai maka Wajib Pajak pun akan berfikir dua kali jika dia akan melakukan tindak kecurangan atau dengan sengaja lalai dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, sehingga Wajib Pajak pun akan lebih memilih patuh dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya daripada dia harus menanggung sanksi pajak yang diberikan. Sesungguhnya tidak diperlukan suata tindakan apapun, apabila dengan rasa takut dan acaman hukuman (sanksi dan pidana) saja wajib pajak sudah akan mematuhi kewajiban perpajakannya. (Mohammad Zain 2007:35).

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak (Jatmiko, 2006). Karanta et ak, 2000 (dalam suryadi, 2006) menekankan pada pentingnya kualitas aparat (SDM) perpajakan dalam perpajakan memberikan pelayanan kepada wajib pajak.

Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian, pengetahuan, dan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan. Selain itu fiskus juga harus memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik. (Iiyas dan Burton, 2010).

Pemerintah beberapa kali telah melakukan reformasi undang-undang perpajakan, terutama pajak penghasilan telah mengalami reformasi undang-undang dari tahun 1984,


(35)

B a b I P e n d a h u l u a n | 4

tahun 2000 dan yang terakhir tahun 2008. Pada tahun 2010 pemerintah juga kembali mereformasi UU Pajak Pertambahan Nilai. Selain itu pemerintah juga melakukan perubahan peraturan perpajakan di bawah undang-undang agar memudahkan wajib pajak dalam memahami ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

Menurut Nasucha dalam Satriyo (2011), reformasi perpajakan adalah perbuahan yang mendasar di segala aspek perpajakan. Reformasi perpajakan yang sekarang menjadi prioritas menyangkut modernisasi administrasi perpajakan yang menengah (tiga sampai enam tahun) dengan tujuan tercapainya :

1. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi

2. Kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi 3. Produktivitas aparat perpajakan yang tinggi

Adapun beberapa alasan lainnya mengapa pemerintah melaukan reformasi pajak yaitu :

1. Sebagai upaya menstabilkan perekonomian yang tidak menentu karena pengaruh perekonomian internasional maupun nasional.

2. Sebagai usaha mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula sebagai sektor primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat menjanjikan karena secara rasional pajak adalah penerimaan yang berkelanjutan tidak seperti migas.

3. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan (pinjaman luar negri) yang mensyaratkan struktur pajak yang ada harus disesuaikan dengan kondisi seharusnya.


(36)

B a b I P e n d a h u l u a n | 5

4. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Usaha untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak mempunyai banyak kendala, antara lain tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah, wajib pajak membayar pajak yang lebih rendah dari yang seharusnya, dan juga kendala dari wajib pajak dalam menyelenggarakan pembukuan dengan benar dan lengkap.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 dengan mengambil objek penelitian di Kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk menjamin konsistensi penelitian, maka perlu dibuat pertanyaan penelitian yang lebih terperinci yang akan dijawab oleh penelitian ini. Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Soreang secara Simultan?

2. Seberapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Soreang secara Parsial?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini adalah:


(37)

B a b I P e n d a h u l u a n | 6

1. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPH Pasal 21 pada KPP Pratama Soreang secara Simultan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Ketegasan Sanksi Pajak dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak PPH Pasal 21 pada KPP Pratama Soreang secara Parsial.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini kepada berbagai pihak antara lain: 1. Untuk penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan, dan pemahaman penulis dalam menganalisis suatu masalah lain yang mungkin timbul dikemudian hari.

2. Untuk Direktorat Jenderal Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bisa dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan kebijakan perpajakan bagi Direktorat Jenderal Pajak khususnya di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat.

3. Untuk Program Studi Akuntansi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang sejenis.


(38)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi Pajak

Di Indonesia pada saat ini pajak merupakan salah satu komponen terbesar dalam penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak penghasilan, baik dari Wajib Pajak pribadi maupun Wajib Pajak badan.

Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat balas jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Waluyo 2011:1).

Menurut P. J. A. Andriani pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.x


(39)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 8

Definisi Perancis dalam buku Leroy Beaulieu yang berjudul Traite de la secience des Finances 1906, pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.

Definisi Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (RAO-1919); pajak adalah bantuan secara insedental atau secara periodik (dengan tidak ada kontraperstasinya), yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (negara), untuk memperoleh pendapatan, dimana terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan) karena undang-undang telah menimbulkan utang pajak.

Pajak adalah konstribusi wajib dari seorang kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang terjadi untuk kepentingan bersama, tanpa merujuk pada manfaat khusus dianugerahkan. ( Prof R.A. Seligman dalam Essays in Taxation New York, 1925)

Menurut Mr. Dr. J. Feldmann dalam bukunya De overheidsmiddelen van Indonesia; pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraperstasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Menurut Prof. Dr. M. J.H. Smeets dalam bukunya De Economische betekenis der Belastingen 1951; pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat


(40)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 9

ditunjukan dalam hal individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Definisi Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul Pajak berdasarkan Asas Gotong Royong Universitas Padjadjaran bandung 1964; pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barnag dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Pengertian pajak menurut Edwin R. A. Seligman menyatakan tax is compulsary contribution from the person, to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred. Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditunjukkan secara khusus pada seseorang.

Pengertian pajak menurut Philip E. Taylor memberikan batasan pajak seperti di atas hanya menggantikan without reference dengan with little reference.

Sommerfeld, memberikan pengertian bahwa pajak adalah suatu pengalihan sumber-sumber yang wajib dilakukan dari sektor swasta kepada sektor pemerintah berdasarkan peraturan tanpa suatu imbalan kembali yang langsung dan seimbang, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya dalam menjalankan pemerintahan. (Muqodim, 1999 :1)


(41)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 10

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan "surplus"-nya digunakan untuk publik saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Secara umum, pajak merupakan sumbangan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang. (Soemitro, 2012: 11).

Menurut pendapat lain mengenai pengertian pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang secara langsung dapat ditunjuk (Yuswar dan Mulyadi, 2005:43).

Meskipun tidak terdapat keseragaman dalam memberikan definisi pajak, dari berbagai definisi pajak menurut pakar, menurut Waluyo (2008:3) terdapat persamaan yang merupakan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan (dengan kekuatan) undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.


(42)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 11

4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannyamasih terdapat surplus, surplus tersebut di pergunakan untuk membiayai public investment.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah (Mardiasmo, 2013)

1. Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang) yang digunakan untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat.

2. Berdasarkan undang-undang Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. Pajak adalah iuran wajib yang harus dibayarkan oleh rakyat kepada negara, dalam hal ini pajak merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan hukum antara negara/pemerintah dengan warganya/rakyatnya dimana negara mengambil kekayaan dari masyarakat dan dikembalikan ke masyarakat. Undang-Undang Pajak dibuat dengan tujuan sebagai aturan dasar pemungutan pajak, sehingga pemungutan pajak berdasarkan atas kekuatan undang-undang beserta aturan pelaksanaannya. Hal ini untuk menghindari adanya tindakan sewenang-wenang dalam memungut pajak dan supaya masyarakat juga tidak semaunya untuk membayar pajak.

3. Dapat dipaksakan Yang dimaksud dengan dapat dipaksakan adalah bila hutang pajak tidak dibayar, hutang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekuasaan, salah


(43)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 12

satunya dengan menggunakan media surat paksa, bila perlu ditindak atau dikenai sanksi apabila melakukan perlawanan.

4. Tiada mendapat kontra prestasi atau timbal balik yang langsung ditunjuk Tujuannya untuk membedakan antara pajak dan retribusi. Pembayar pajak tidak dapat menikmati secara langsung atas pajak yang di bayar.

Untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah Dalam negara terdapat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan pajak merupakan salah satu penyokong utama dalam penerimaan yang kemudian digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dari pemerintah, jadi atas pendapatan dari pajak tidak hanya dinikmati oleh pembayar pajak saja akan tetapi juga oleh rakyat pada umumnya.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang mempunyai dua fungsi (Mardiasmo 2011 : 1), yaitu :

1. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah, untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Sebagai contoh yaitu dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau melaksanakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi. Pemerintah bisa mengatur dan melaksanakan


(44)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 13

kebijakan di bidang social dan ekonomi. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

Sedangkan menurut Rahayu dan Suhayati (2010:3) juga terdapat dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi budgeter (anggaran)

Fungsi mengisi Kas negara/Anggaran negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan baik rutin maupun untuk pembangunan.

2. Fungsi regulerend (mengatur)

Berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem (Mardiasmo, 2011: 7), yaitu sebagai berikut :


(45)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 14

1. Official Assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Sedangkan Tjahjono dan Husein (2010), mengutarakan bahwa pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu :

1. Stelsel Nyata (riil stelsel)

Adalah pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui sehingga cenderung lebih realistis tapi pengenaan pajak tidak bisa pada saat langsung, jadi pengenaannya baru bisa dilakukan pada akhir periode.


(46)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 15

2. Stelsel Anggapan (fictive stelsel)

Adalah pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Pada sistem ini pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa menunggu akhir tahun jadi terkesan agak ringan sehingga sehingga lebih meringankan wajib pajak. Di lain sisi bila pajak dapat dibayarkan pada akhir tahun adanya kecendrungan bahwa pajak tidak dibayar berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. 3. Stelsel Campuran (accrual stelsel)

Adalah kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila dalam suatu tahun didapat bahwa pajak lebih besar dari anggapan maka wajib pajak harus menambah, bila pada kenyataannya yang dibayar terlampau besar maka wajib pajak bisa meminta pengembalian kelebihan.

Dari penjelasan diatas, di Indonesia pada umumnya menggunakan metode stelsel campuran dengan sistem self assessment, yaitu wajib pajak memeperhitungkan sendiri besarnya kewajiban perpajakan, dimana pada akhir tahun apabila terdapat kekurangan, wajib pajak harus membayar kekurangan tersebut dengan media yang dapat digunakan, sedangkan apabila pajak yang telah disetor wajib pajak melebihi dari yang seharusnya, maka wajib pajak dapat mengajukan pengembalian dengan sarana restitusi.


(47)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 16

2.1.4 Self Assessment System

2.1.4.1 Pengertian Self Assessment System

Self assessment system merupakan metode yang memberikan tanggung jawab yang besar kepada wajib pajak karena semua proses dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan sendiri oleh wajib pajak. Adapun pengertian self assessment system menurut Waluyo (2003 :18) dalam bukunya Perpajakan Indonesia adalah sebagai berikut:

Self Assessment System adalah pemungutan pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.”

Sedangkan menurut penjelasan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP) bahwa self asssessment adalah ciri dan corak sistem pemungutan pajak. Self assessment merupakan suatu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk :

1. Berinisiatif mendaftarkan dirinya untuk mendaptkan NPWP (nomor pokok wajib pajak);

2. Menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan, bahwa Self Assessment System

merupakan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab untuk wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besar pajak yang harus di bayar


(48)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 17

setiap tahun sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Tata cara pemungutan pajak dengan menggunakan self assessment system berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, dimana ciri-ciri self assessment system adalah adanya kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan merata, dan perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak.

Self assessment system menyebabkan wajib pajak mendapat beban berat karena semua aktivitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh wajib pajak sendiri. Wajib pajak harus melaporkan semua informasi yang relevan dalam SPT, menghitung dasar pengenaan pajak, menghitung jumlah pajak terutang, menyetorkan jumlah pajak terutang. Namun pada kenyataanya banyak wajib pajak yang melakukan tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga wajib akan mendapatkan hukuman ataupun sanksi perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.4.2 Pemahaman pelaksanaan Self-Assessment

Pelaksanaan self-assessment sudah diberlakukan sejak tahun 1984, pelaksanaan dari self-assessment system juga terus dilakukan sampai saat ini. Pelaksanaan yang dimaksud adalah sejauh mana wajib pajak berperan aktif, sadar, jujur, mau dan disiplin dalam membayar pajak. Menurut Suandy Erly (2011), keberhasilan suaru sistem self-assessment


(49)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 18

1. Kedisiplinan Wajib Pajak. 2. Kejujuran Wajib Pajak.

3. Kemauan Membayar Pajak dari Wajib Pajak. 4. Kesadaran Wajib Pajak.

Kedisiplinan wajib pajak yang dimaksud disini adalah wajib pajak yang dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan atau tunduk pada undang-undang yang berlaku. Sedangkan wajib pajak yang jujur adalah wajib pajak yang melaporkan semua hal yang berhubungan dengan pajak sesuai kenyataan dan menghitung dengan tarif pajak yang sesuai. Kemauan dan kesadaran untuk membayarkan pajak merupakan situasi dimana wajib pajak dengan rela hati memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.1.5 Subjek Pajak

Pengertian subjek pajak menurut Rahayu dan Suhayati (2010:185), Subjek pajak adalah orang atau badan yang ditujukan oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Pajak penghasilan merupakan pajak subjektif sehingga untuk dapat dikenakan PPh, yang pertama dilihat adalah kondisi subjeknya. Setelah itu baru dilihat apakah objek yang dimiliki merupakan objek pajak (yang dikenai pajak berdasarkan UU PPh).

Terdapat 2 (dua) subjek pajak orang pribadi yaitu subjek pajak orang pribadi dalam negeri dan luar negeri. Kejelasan status seseorang apakah termasuk subjek pajak dalam negeri atau luar negeri menjadi sangat penting karena terdapat perbedaan tarif pajak antara kedua subjek tersebut menurut Rahayu dan Suhayati (2010:186)


(50)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 19

Pajak penghasilan menurut Mardiasmo (2011 :135) dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi subjek pajak adalah :

1. a. Orang pribadi.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,

BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiuan persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.

3. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Subjek pajak dapat dibedakan menjadi :

1. Subyek Pajak dalam negri yang terdiri dari: a. Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu:

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.


(51)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 20

b. Subjek Pajak badan, yaitu:

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintahan yang memenuhi kriteria:

I. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; II. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

III. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Daerah; dan

IV. Pembukuaanya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara. c. Subjek Pajak Warisan, yaitu:

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Warisan dianggap sebagai subjek pajak dalam negeri dengan mengikuti status pewaris, dimana pemenuhan kewajiban pajaknya digantikan oleh warisan tersebut. Selanjutnya bila warisan telah dibagikan, maka kewajiban pajaknya berubah kepada ahli waris. Apabila warisan ditinggalkan oleh wajib pajak (WP) luar negeri maka warisan tersebut tidak dianggap sebagai subjek pajak.

2. Subjek Pajak luar negara yang terdiri dari:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indoensia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia dan;


(52)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 21

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Adapun yang tidak termasuk subjek pajak berdasarkan Pasal 3 ayat (1) UU PPh No.36 Tahun 2008, yaitu:

1. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di Indonesia serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. Contoh: Duta Besar, Konsultan.

2. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. Contoh: staf perwakilan UNESCO, UNICEF dan organisasi internasional lain yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan.


(53)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 22

Menurut Mardiasmo (2011:138) yang tidak termasuk subjek pajak adalah:

1. Kantor perwakilan negara asing.

2. Pejabat perwakilan dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

a. Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.

b. Negara yang bersangkutan memberikan perlakukan timbal balik. 3. Organisasi Internasional, dengan syarat:

a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya dari iuran para anggota.

4. Pejabat perwakilan organisasi Internasional, dengan syarat: a. Bukan warga negara Indonesia.

b. Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

2.1.6 Objek Pajak

Pengertian objek pajak menurut Waluyo (2007:66), Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak terutang. Yang menjadi objek pajak penghasilan adalah penghasilan yaitu suatu tambahan kemapuan ekonomis yang


(54)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 23

diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yg berasal dari Indonesa maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Syarat subjek dan syarat objek harus terpenuhi agar Wajib Pajak dapat dikenakan PPh. Subjek pajak akan menjadi Wajib Pajak jika ia memiliki penghasilan yang merupakan objek pajak. Berdasarkan UU PPh No.36 Tahun 2008, dari segi cara pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, penghasilan dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak.

Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak adalah penghasilan yang tidak dikenakan PPh. Adapun Penghasilan orang pribadi yang bukan objek pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (3) UU PPh No.36 Tahun 2008, yaitu:

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat yang dibentuk/disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah;

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri


(55)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 24

Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit);

d. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

e. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan terbatas yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, Firma.

2. Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak. a. Dikenakan PPh Final.

Objek pajak Yang Dikenakan PPh Final PPh yang bersifat final artinya PPh yang dipotong atau dibayar sendiri dari suatu penghasilan, pada akhir tahun tidak akan diperhitungkan sebagai pembayaran pajak dimuka (kredit pajak). Maka pada akhir tahun, penghasilan yang dipotong PPh final tersebut juga tidak lagi dihitung ulang pajak penghasilannya (tidak lagi diperhitungkan dalam SPT Tahunan). Adapun penghasilan yang dikenakan PPh final berdasarkan berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh No.36 Tahun 2008, yaitu:


(56)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 25

I. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

II. Penghasilan berupa hadiah undian;

III. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

IV. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

V. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

b. Tidak Dikenakan PPh Final.

Objek pajak Yang Tidak Dikenakan PPh Final PPh yang dipotong atau dibayar sendiri dari suatu penghasilan, pada akhir tahun akan diperhitungkan sebagai pembayaran pajak dimuka (kredit pajak) maka pada akhir tahun penghasilan yang dipotong PPh non final akan dihitung ulang pajak penghasilannya dalam SPT Tahunan. Adapun beberapa contoh penghasilan yang dikenakan PPh final berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU PPh No.36 Tahun 2008, yaitu:

I. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,


(57)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 26

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU PPh;

II. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; III. Laba usaha;

IV. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;

V. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

VI. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

VII. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

VIII. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; IX. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

X. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

2.1.7 Tarif Pajak

Menurut Suparmo (2010:7), tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang. Dengan kata lain, tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persentase. Tarif pajak terdiri dari :


(58)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 27

1. Tarif pajak proposional/ sebanding.

Adalah persentase pengenaan pajak yang tetap atas berapa pun dasar pengenaan pajaknya. Contohnya, PPN akan dikenakan tarif sebesarnya 10 % atas berapa pun penyerahan barang/jasa kena pajak, PPH Badan yang dikenakan tarif sebesar 28% atas berapapun penghasilan kena pajak.

2. Tarif pajak tetap.

Adalah jumlah nominal pajak yang tetap terhadap berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contohnya, tarif atas bea materai.

3. Tarif pajak degresif.

Adalah persentase pajak yang menurun seiring dengan peningkatan dasar pengenaan pajaknya.

4. Tarif pajak Progesif.

Adalah persentase pajak yang bertambah seiring dengan pengenaan pajaknya. Contohnya, Pajak Penghasilan (PPH) Wajib Pajak Orang Pribadi, setiap terjadi peningkatan pendapatan dalam level tertentu maka tarif yang dikenakan juga akan meningkat.

2.1.8 Pajak Penghasilan

Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-undang PPh disebut wajib pajak. Wajib dikenai pajak atas penghasilan


(59)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 28

yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Mardiasmo, 2010 :135)

Berdasarkan ketentuan pasal 1 UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subyektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Subjek pajak penghasilan diatur dalam pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) UU RI No 36 Tahun 2008 tersebut.

Menurut Erly (2022:75), Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subyektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun pajak adalah tahun takwim, namun Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

Definisi Pajak Penghasilan Soebakir (1999: 41) mengemukakan definisi pajak penghasilan sebagai suatu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Salah satu subjek pajak adalah badan, terdiri dari perseroan terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis,


(60)

B a b I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n , d a n

P e n g e m b a n g a n H i p o t e s i s | 29

lembaga dana pensiun dan bentuk badan usaha lainnya. Dengan demikian, pajak penghasilan badan yang dikenalkan terhadap salah satu bentuk usaha tersebut, atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.

2.1.9 Objek Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2011 :139), yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dalam bentuk apapun, termasuk :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; 3. Laba usaha;

4. Keuntungan karena pernjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. Keuntungan karena pengalihan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;


(1)

vii

3. Yth. Bapak Jerry, S.E., M.Si., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing yang tak pernah letih memberikan pencerahan dan masukan-masukan yang sangat berguna bagi penulis dalam setiap perbaikan penyusunan tugas akhir.

4. Yth. Ibu Verani Carolina, S.E., M.Ak., Ak., selaku Dosen Wali yang selalu sabar dalam memberikan arahan-arahan dan tips trik jitu menyelesaikan perjuangan panjang perkuliahan ini.

5. My Super Dad, Pdt. Mathius Dubu Gah yang tidak pernah lelah untuk memberikan

tenaganya dalam menyokong segala kebutuhan jasmani dan rohani penulis selama perkuliahan. I Love You, Dad...

6. My Super Mom, Pdm. Iing Suhaety yang selalu menemani dan memberikan motivasi kepada penulis di kala suka dan duka silih berganti datang dengan nasehat-nasehatnya yang sangat menguatkan. I Love You, Mom...

7. Yang tercinta dan tersayang Kakak Yusach Dhani Dubu, Adik Rachel Dubu Gah, dan Adik Ester Dubu Gah. Terima kasih atas segala dukungan, semangat dan doa yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Yang selalu dirindukan My Honey Boy Rizky Pratama Suwanda, terimakasih telah

menjadi salah satu kebahagiaan penulis dalam Summoner’s Rift dikala kejenuhan melanda.

9. Yang tak terdefinisikan Maria Fransisca, terimakasih telah menjadi suatu perbedaan yang selalu melengkapi penulis dan obat disaat rasa Down itu datang dengan menjadi sebuah alasan penulis untuk tersenyum 

10.Untuk sahabat rohani Arnold Anugrah Pananangan dan para penghuni Second Home Cindy Tania, Candy Tania, Albert Gunawan, Grace Abigail, Gabriella


(2)

viii

Hanna, Dessy Sutikno, terimakasih untuk segala kebersamaan yang telah dihabiskan dalam tahun-tahun perkuliahan ini.

11.Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Jurusan Akuntansi yang telah membekali ilmu pengetahuan yang sangat berharga dan membantu jalannya proses belajar mengajar bagi penulis untuk menuju puncak menggapai impian penulis.

12.Yang terhormat seluruh jemaat GBI Ciledug beserta para majelis-majelisnya. Terimakasih untuk dukungan doa syafaat yang tidak pernah lupa menyempilkan nama penulis sehingga tahun-tahun akademik penulis berjalan dengan luar biasa. 13.My Room Mate Devera Sugandi dan Otak kurang se-Ons, terimakasih untuk selalu

memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis sehingga dapat selesai dengan baik.

14.My Criminal Case TiaraBBoys, Rievan, Anggatama Tirto, Hernandio, Daniel Feryadi, Daniel E, Renaldi Handoko, Nathanael, besar terimakasih untuk semua kasus-kasus kriminal yang telah kita lakukan bersama.

15.Yang terhormat Bapak Bambang selaku perwakilan dari KPP Pratama Soreang yang telah membimbing penulis selama pengambilan data, terimakasih untuk waktu dan tenaganya.

16.Valentino dan Valencia yang selalu memberikan kepuasan lidah kepada penulis, dikala sedang lembur dalam penyelesaian tugas akhir ini.

17.Yang sangat disayangi, Metta Novianna, Livia Tejasentosa, Yocky Tanuwijaya, Stella Kristanti S, terimakasih telah menjadi sahabat kepompong yang telah merubah ulat menjadi kupu-kupu.


(3)

ix

18.Dan kepada pihak-pihak lain yang sudah turut membantu selama masa perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini yang mungkin terlewatkan oleh penulis, saya ucapkan terima kasih yang sangat besar sekali, Hatur Nuhun, Kamsamnida. Akhir kata, semoga Tuhan Yesus Kristus selalu melimpahkan kasih karunia serta berkat-Nya kepada semua pihak atas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberi nilai tambah serta wacana baru bagi semua pihak yang membacanya. Tuhan Yesus memberkati.

Bandung, Januari 2017


(4)

193 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Drs. (2003). Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Kawulamuda. Bohari. (2002). Pengantar Hukum Pajak. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia, Bandung.

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu, (2006). Perpajakan: Konsep, Teori, Isu. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Djatmiki, Yayat Hayati. (2008). Perilaku Organisasi. Alfabeta, Bandung.

Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS. Universitas Diponegoro Edisi IV, Jakarta.

Hamid, Abdul. (2007). Buku Panduan Penulisan Skripsi. FEIS, Jakarta.

Hasan, Iqbal. (2003). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara, Jakarta. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. (2002). Metode Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. Jogiyanto, H. M. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta.

Jonathan, Sarwono. (2005). SPSS : Teori dan Latihan Menggunakan SPSS Versi 12. Edisi II. PT. Danamartha Sejahtera Utama, Yogyakarta.

Kaplan, Robert M dan Saccuzo, Dennis P. (1993). Realibilitas dan Validitas. Edisi 3. Terjemahan: Handoko. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kartono, Kartini. (1983). Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal itu?. Rajawali, Jakarta.

Mardiasmo. (2009). Perpajakan Edisi Revisi 2009. CV Andi Offset, Yogyakarta.

Muljono, Djoko. (2010). Panduan Brevet Pajak: Pajak Penghasilan. Penerbit Andi, Yogyakarta.


(5)

194 Universitas Kristen Maranatha Rahayu, Siti Kurnia. Dan Devano Sony. (2006). Perpajakan, Konsep, Teori, dan Isu.

Prinadi Media Group, Jakarta.

Rahayu, Siti Kurnia. (2010). Perpajakan Indonesia-Konsep dan Aspek Formal. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Resmi, Siti. (2011). Perpajakan : Teori dan Kasus. Salemba Empat, Jakarta. Ridwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Cetakan Ketiga. Alfabeta, Bandung. Rusjdi, Muhammad. (2007). PPh Pajak Penghasilan. PT. Index, Yogyakarta.

Pandiangan, Liberti. (2008). Modenerisasi Dan Reformasi Pelayanan Pajak. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Salamun, A T. (1993). Pajak, Citra, dan Upaya Pembaruannya. Bina Rena Pariwara, Jakarta.

Sekaran, Uma. (2007). Research Methods For Business. Salemba Empat, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendy. (1991). Metode Penelitian Survei. LP3I, Jakarta. Soemitro, Rochmat, dan Dewi Kania Sugiharti. (2010). Asas dan Dasar Perpajakan.

Refika Aditama, Bandung.

Soeratno dan Arsyad Lincolin. (2003). Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi. UPP, AMP UKPN, Jakarta.

Suandy, Erly. (2003). Perencanaaan Pajak. Salemba Empat, Jakarta. Sudjana. (2001). Metode Statistik. Transito, Bandung.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung. Sukrisno, Agoes dan Estralita Trisnawati. (2009). Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat,


(6)

195 Universitas Kristen Maranatha Supriyanto. (2009). Metodologi Riset Bisnis. Indeks, Jakarta.

Undang-undang No. 28 Tahun 2007. Tentang Perubahan Ketentuan dan Tata Cara Umum Perpajakan.

Wahono, Sugeng. (2012). Teori dan Aplikasi Mengurus Pajak Itu Mudah. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Waluyo. (2008). Perpajakan Indonesia. Edisi 8. Salemba Empat, Jakarta.

Widodo, Widi, dkk. (2010). Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Wajib Pajak. Alfabeta, Bandung.

Widyaningsih, Aristanti. (2013). Hukum Pajak dan Perpajakan dengan Pendekatan Mind Map. Alfabeta, Bandung.

Zain, Mohammad. (2007). Manajemen Perpajakan. Salemba Empat, Jakarta.

Zain, Mohammad dan Suryo Hermana. (2010). Himpunan Undang-Undang Perpajakan. Indeks, Jakarta.

---(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan Keempat, Balai Pustaka. (http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/556/jbptunikompp-gdl-amritawidi-27761-1-unikom_a-i.pdf)