EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi.

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………
DAFTAR TABEL……………………………………………………
DAFTAR GAMBAR............................................................................
ABSTRAK............................................................................................

ii
iii
v
ix
x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 8
D. Batasan Masalah ......................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 12
G. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 12

H. Variabel Penelitian ...................................................................... 15
BAB II KAJIAN TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran .......................................................... 18
1. Konsep Belajar .......................................................................... 18
2. Teori Belajar ............................................................................. 19
3. Konsep Pembelajaran ................................................................ 25
B. Model Pembelajaran Direct Instruction .................................... 27
1. Konsep Model Pembelajaran Direct Instuction ........................ 29
2. Dukungan Teoritis dan Empiris Model Pembelajaran
Direct Instruction ...................................................................... 33
3. Langkah -Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran
Direct Instruction ...................................................................... 36
4. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran DI .............. 39
C. Pembelajaran Akuntansi ............................................................ 44
1. Konsep Akuntansi ..................................................................... 44
2. Pembelajaran Akuntansi di SMA/MA ...................................... 48

D. Hasil Belajar ................................................................................ 54
1. Ranah Kognitif .......................................................................... 55
2. Ranah Afektif ............................................................................ 59

3. Alat Ukur Hasil Belajar ............................................................. 61
E. Penelitian yang Relevan .............................................................. 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ........................................................................ 65
B. Desain Penelitian ......................................................................... 66
C. Definisi Operasional .................................................................... 68
D. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 72
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 73
F. Uji Coba Instrumen .................................................................... 76
G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 79
H. Prosedur dan Langkah Penelitian ............................................. 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 82
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................... 82
2 Analisis Deskriptif ...................................................................... 84
3. Analisis Inferensial...................................................................... 140
B. Pembahasan ................................................................................. 158
BAB V SIMPULAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 166
B. Saran ............................................................................................. 167

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menuntut sumber daya manusia
yang handal dan mampu berkompetensi secara global. Manusia yang mampu
berkompetensi di sini adalah manusia yang mempunyai keterampilan yang tinggi,
pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif. Sumber daya yang handal tidak bisa
dipisahkan dari dunia pendidikan yang merupakan aspek penting dalam
pembangunan bangsa. Salam (1997:46) mengemukakan bahwa stimulasi dan
penyertaan pendidikan pada masyarakat yang sedang membangun ternyata
memberikan hasil yang memuaskan dalam mengatasi persoalan-persoalan dan
hajat hidup orang banyak, baik di bidang perbaikan sistem politik, sosial ekonomi
maupun sosial budaya.
Seorang tokoh pendidikan Jepang dalam Chan (2006 : 41). mengatakan

bahwa pembaharuan menyeluruh yang terjadi di Jepang karena adanya pengaruh
investasi pendidikan”. Sejalan dengan itu seorang tokoh di Jerman juga
menyatakan bahwa pembaruan adalah berkat investasi sistem pendidikan. Tokoh
ini kemudian menyimpulkan bahwa pendidikan berperan sebagai berikut: “for all
whose who want to make the world as it is today a better place, and to prepare for
the future, education is capital, universal subject” ( Chan 2006 : 41).
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun
2003 menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat

2

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan juga bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif,

mandiri

dan


menjadi

warga

negara

yang

demokratis

serta

bertanggungjawab. Tujuan pendidikan di atas mengindikasikan bahwa secara
umum sasaran pelaksanaan pendidikan adalah terciptanya sumberdaya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing. Semua tujuan tersebut akan bermuara kepada
proses pembelajaran sebagai ujung tombak penyelenggaraan pendidikan.
Guru sebagai seorang pendidik, harus mengetahui bahwa profesionalisme
seorang guru yang utama bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu
pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran

yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Daya tarik suatu pelajaran ditentukan
oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri dan kedua oleh cara
mengajar guru (Yamin 2007 : 134). Oleh karena itu tugas professional seorang
guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi
menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi
bermakna bagi siswa
Proses pembelajaran merupakan sebuah sistem dan melibatkan beberapa
komponen, dimana komponen tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi.
Sanjaya (2006: 58) menjelaskan komponen-komponen pembelajaran tersebut,
yaitu; tujuan, materi pelajaran, metoda atau strategi pembelajaran, serta media
dan evaluasi. Usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dapat dimulai

3

dari menganalisis setiap komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran
tersebut.
Strategi atau metode adalah salah satu komponen yang mempunyai fungsi
yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh
komponen ini, karena bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa
dapat diimplementasikan melalui strategi yang tepat maka komponen-komponen

tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan (Sanjaya,
2006: 60). Oleh karena itu setiap guru perlu memahami secara tepat, baik itu
model, metode dan strategi pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan proses
pembelajaran
Tokoh pendidikan Arends berpendapat bahwa tidak ada satupun model
pembelajaran yang lebih baik dibanding model pembelajaran lainnya, namun
beliau menekankan bahwa model yang tepat sangat tergantung pada karakteristik
siswa, materi ataupun tujuan yang ingin dicapai oleh guru. Model pembelajaran
tersebut bisa berbentuk teaching models pendekatan yang berpusat pada guru
ataupun

students

models

pendekatan

yang

berpusat


pada

siswa,

(Arends,2008:259-260). Menerapkan model pembelajaran yang tepat bisa
dicobakan oleh guru sebagai usaha agar siswa menjadi tertarik dan berminat untuk
mengikuti proses pembelajaran sehingga nantinya kompetensi yang diharapkan
dari siswa bisa dicapai. Guru yang profesional seharusnya senantiasa mencari
model-model baru, ataupun memodifikasi model yang telah ada dalam usaha
memecahkan masalah pembelajaran.

4

Istilah direct instruction, telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk
merujuk pada suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru
mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Penjelasan ini
dilanjutkan dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan
melakukan praktik terstrukur, praktik di bawah bimbingan guru dan praktik
mandiri, oleh karena itu inti dari model ini adalah aktivitas praktik, karena tiga

tahap dalam model ini berkaitan erat dengan praktik dalam situasi bantuan yang
berbeda-beda (Joyce,2009:426).
Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apa pun, tetapi
paling tepat untuk mata pelajaran yang berorientasi kinerja, namun juga cocok
untuk komponen-komponen keterampilan dalam mata pelajaran yang berorientasi
informasi. Secara singkat dapat dikatakan model ini dirancang untuk
meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan prosedural) dan
pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara langkah-demi langkah
(Arends,2008:295-301). Sejalan dengan pendapat di atas Joyce juga menjelaskan
bahwa model ini dirancang agar terjadi peningkatan penguasaan terhadap materi
akademik dan keterampilan serta meningkatkan dan memelihara motivasi siswa
karena pembelajaran dengan model ini dilakukan melalui aktivitas mengandalkan
diri sendiri (siswa) dan penguasaan ingatan terhadap materi-materi yang telah
dipelajari.
Mata pelajaran Ekonomi di mana didalamnya terdapat materi Akuntansi
merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa SMA/MA yang mengambil
jurusan IPS. Materi Akuntansi mulai diberikan kepada siswa sejak kelas XI dan

5


dilanjutkan di kelas XII. Ekonomi Akuntansi adalah salah satu pelajaran yang
sarat dengan pengetahuan prosedural, di mana dalam pelajaran ini siswa dituntut
untuk memiliki kompetensi untuk bisa menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa
maupun dagang, yang dimulai dari pencatatan transaksi di jurnal, pemindahan
transaksi dari jurnal ke buku besar, pengikhtisaran dalam bentuk neraca saldo,
membuat jurnal penyesuaian,menyusun worksheet, membuat laporan keuangan,
dan terakhir membuat jurnal penutup dan jurnal balik. Konsekuensi dari materi
seperti ini adalah bila seorang siswa tidak memahami langkah-langkah dasar
maka seorang siswa akan kesulitan untuk memahami langkah selanjutnya yang
lebih kompleks, kondisi ini tentu berimplikasi kepada kegagalan dalam
pembelajaran
Permen no 22 tahun 2006 tentang standar isi menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran Ekonomi Akuntansi adalah :
1.

2.
3.

4.


Peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami sejumlah konsep
ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan
kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu,
rumah tangga, masyarakat, dan negara,
Peserta didik menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep
ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi,
Peserta didik memiliki kemampuan untuk membentuk sikap bijak,
rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan
keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang
bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara,
Peserta didik memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang
bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam
masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun
internasional.

Tujuan pembelajaran Ekonomi Akuntansi di atas

seyogianya harus mampu

dicapai oleh siswa, namun ternyata dari kondisi lapangan, berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan, masih banyak siswa yang belum mencapai

6

ketuntasan belajar minimal yakni 75,

rata-rata dari siswa baru mencapai

ketuntasan 45- 65. Selain masih rendahnya ketuntasan belajar, rasa ingin tahu dan
minat siswa juga terlihat masih kurang, hal ini terlihat dari sedikitnya pertanyaanpertanyaan yang mereka ajukan kepada guru, yang bertanya hanya murid itu ke itu
saja, keinginan dan daya juang mereka untuk bisa memecahkan soal-soal yang
diberikan tidak terlihat, pada saat mereka tidak mengerti siswa kurang berinisiatif
untuk bertanya pada guru pada teman yang lebih pintar ataupun mencari referensi
lain. Pada saat praktek akuntansi (pengerjaan soal-soal transaksi akuntansi) juga
terlihat banyak siswa belum terampil dalam mencatat transaksi keuangan ke
dalam berbagai jurnal dan form akuntansi. bila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut
tentu akan menimbulkan dampak yang lebih negatif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Markus Maas (2004) tentang faktorfaktor kesulitan belajar Akuntansi siswa IPS, terungkap bahwa ketidak tepatan
metode pembelajaran yang digunakan guru, merupakan salah satu faktor
penyebab kesulitan belajar Akuntansi. (Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / h.III /
Desember 2004). Sejalan dengan itu dari hasil wawancara dan pengamatan
diketahui bahwa pembelajaran Ekonomi Akuntansi umumnya dilakukan dengan
cara pemberian ceramah yang kemudian dilanjutkan dengan pengisian LKS.
Permasalahan yang terungkap dari kondisi ini adalah kurangnya bimbingan dari
guru, di mana siswa telah diharuskan mengerjakan LKS padahal sebelumnya
mereka belum paham benar konsep-konsep dasar Akuntansi serta tata cara
pengerjaannya, hal ini karena tidak adanya pelaksanaan praktik terstruktur dan
praktik bimbingan namun langsung pemberian praktik mandiri dalam bentuk

7

pengerjaan LKS. Kondisi ini semakin tidak baik karena kebiasaan guru yang
kurang memberikan umpan balik kepada siswa, tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa rata-rata hanya ditanda tangani tanpa adanya koreksi-koreksi dan
catatan-catatan dari guru, hal ini berimplikasi siswa tidak mengerti salahnya
dimana, dan bagaimana yang seharusnya.
Beranjak dari permasalahan di atas, maka upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran Ekonomi Akuntansi merupakan suatu kebutuhan yang urgen untuk
dilaksanakan. Salah satu model pembelajaran yang dipandang bisa untuk
menjembatani permasalahan tersebut adalah

model pembelajaran

direct

instruction, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa model
pembelajaran direct instruction, merupakan suatu model pembelajaran yang
bertujuan dan cocok untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan faktual, (dalam
hal ini siswa memiliki kemampuan untuk memahami konsep-konsep dasar
Akuntansi) selain itu model pembelajaran direct instruction juga cocok untuk
meningkatkan pengetahuan prosedural, (dalam hal ini siswa memiliki kemampuan
dalam penyusunan tahap-tahap siklus Akuntansi). Kelebihan yang dimiliki oleh
model pembelajaran direct instruction

juga diperkuat oleh penelitian yang

dilakukan oleh Rubina Kousar pada tahun 2010 yang berjudul “The Effect Of
Direct Instruction Model On Intermediate Class Achievement”, dari hasil
penelitian diketahui bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model
direct instruction, baik dari segi prestasi dan sikap secara konsisten lebih baik
dibanding siswa yang pembelajarannya secara tradisional (Journal of College

8

Teaching and Learning; Feb 2010 tersedia online di http://proquest.umi.com
/ pqdweb)
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran direct instruction dalam pembelajaran Ekonomi Akuntansi, dan
nantinya melihat efektivitas model pembelajaran direct instruction terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi. Model pembelajaran direct
instruction yang diterapkan berdasarkan langkah-langkah yang telah dikemukakan
oleh (Joyce,2009:423) yang terdiri dari lima langkah yaitu penjelasan guru
mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Penjelasan ini
dilanjutkan dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan
melakukan praktik terstrukur, praktik di bawah bimbingan guru dan praktik
mandiri, dan pada saat siswa melaksanakan praktek, umpan balik sesegera
mungkin diberikan oleh guru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan utama yang
akan di teliti adalah: Apakah model pembelajaran direct instruction efektif
terhadap pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi,
baik dari segi kognitif (prestasi akademik) maupun afektif (sikap)?

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk mengoperasionalkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan
penelitian dijabarkan sebagai berikut :

9

1. Apakah hasil belajar ranah kognitif level mengingat pada mata pelajaran
Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct
instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran biasa (resitasi)?
2. Apakah hasil belajar ranah kognitif level memahami pada mata pelajaran
Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct
instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran biasa (resitasi)?
3. Apakah hasil belajar ranah kognitif level menerapkan pada mata pelajaran
Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct
instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran biasa (resitasi)?
4. Apakah hasil belajar ranah kognitif level menganalisis pada mata pelajaran
Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct
instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran biasa (resitasi)?
5. Apakah hasil belajar ranah afektif level receiving pada mata pelajaran
Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct
instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran biasa (resitasi)?
6. Apakah hasil belajar siswa

ranah afektif level responding pada mata

pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran

10

direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran biasa (resitasi)?
7. Apakah hasil belajar siswa ranah afektif level valuing pada mata pelajaran
Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct
instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran biasa (resitasi)?

D. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian masalah yang diteliti dibatasi pada :
1. Penerapan model pembelajaran Direct Instruction

hanya dilaksanakan

pada kelas XI jurusan IPS di SMA.
2. Materi Ekonomi Akuntansi yang dipilih pada penelitian ini adalah pada
standar kompetensi (SK) memahami penyusunan siklus akuntansi
perusahaan jasa.
3. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif dibatasi pada mengingat,
memahami, mnerapkan dan menganalisis, disesuaikan dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh
Depdiknas.
4. Hasil belajar siswa pada ranah afektif dibatasi pada perhatian siswa pada
saat guru menjelaskan (receiving), siswa bersemangat dalam mengerjakan
soal-soal yang diberikan (responding) dan siswa memperlihatkan
komitmen untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan(valuing)

11

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian di atas maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar
siswa ranah kognitif level mengingat, pada mata pelajaran Ekonomi
Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction
dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
2. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar
siswa ranah kognitif level memahami, pada mata pelajaran Ekonomi
Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction
dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
3. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar
siswa ranah kognitif level menerapkan, pada mata pelajaran Ekonomi
Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction
dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
4. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar
siswa ranah kognitif level menganalisis, pada mata pelajaran Ekonomi
Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction
dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
5. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar
siswa ranah afektif level receiving, pada mata pelajaran Ekonomi
Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction
dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).

12

6. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar
siswa ranah afektif level responding, pada mata pelajaran Ekonomi
Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction
dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
7. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar
siswa ranah afektif level valuing, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi
yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding
model pembelajaran biasa (resitasi).

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang
pembelajaran Ekonomi Akuntansi
2. Bagi rekan-rekan guru sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran Ekonomi Akuntansi di level SMA/MA.
3. Bagi para pengembang kurikulum, sebagai salah satu masukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan model
pembelajaran direct instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa
SMA/MA dalam mata pelajaran Ekonomi Akuntansi
4. Bagi rekan peneliti selanjutnya, sebagai masukan awal untuk penelitianpenelitian berikutnya dalam bidang pembelajaran Akuntansi.

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang peneliti ajukan pada penelitian ini adalah :

13

1.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level mengingat
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level mengingat pada
mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
2.
Ho :Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level memahami
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level memahami
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
3.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level penerapan
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

dengan

yang

14

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level pemahaman
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
4.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level analisis
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level analisis pada
mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
5.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level receiving
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level receiving pada
mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

dengan

yang

15

6.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level responding
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level responding pada
mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
7.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level valuing
pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran

direct

instruction

dibandingkan

dengan

yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level valuing pada mata
pelajaran

Ekonomi

pembelajaran

direct

Akuntansi

yang

menggunakan

instruction

dibandingkan

dengan

model
yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

H. Variabel Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki variabel
bebas (X) yaitu model pembelajaran yang dibagi atas model pembelajaran direct
instruction, dan model pembelajaran biasa (resitasi) sedangkan variabel terikat

16

(Y) yaitu hasil belajar. Variabel hasil belajar dipecah menjadi 1) hasil belajar
ranah kognitif level mengingat, 2) hasil belajar ranah kognitif level memahami, 3)
hasil belajar ranah kognitif level menerapkan , 4) hasil belajar ranah kognitif
level menganalisis, 5) hasil belajar ranah afektif level receiving, 6) hasil belajar
ranah afektif level responding, dan 7) hasil belajar ranah afektif level valuing.
Secara ringkas, disain penelitian digambarkan sebagai berikut :

Variabel Bebas (X)

Variabel Terikat (Y)

1. hasil belajar ranah kognitif level
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka mengingat,
penelitian ini memiliki variabel bebas
2. hasil belajar ranah kognitif level
Model Pembelajaran Direct
memahami,
(X) Instruction
yaitu model pembelajaran yang dibagi
atas model pembelajaran direct
3. hasil belajar ranah kognitif level
,
instruction,
dan model pembelajaran
biasamenerapkan
(resitasi) sedangkan
variabel terikat
Model Pembelajaran
Biasa
4.
hasil
belajar
ranah
kognitif level
(Resitasi
menganalisis,
(Y) yaitu hasil belajar. Variabel hasil belajar
dipecah menjadi 1) hasil belajar
5. hasil belajar ranah afektif level
receiving,
ranah kognitif level mengingat, 2) hasil belajar
ranah kognitif level memahami, 3)
6. hasil belajar ranah afektif level
responding,
dan ranah kognitif g.
hasil belajar ranah kognitif level menerapkan
, 4) hasil belajar
7. hasil belajar ranah afektif level
valuing

Gambar 1.1
Disain Penelitian
Dari disain penelitian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa penelitian ini
akan melihat pada kelas yang menggunakan model pembelajaran direct
instruction, apakah, 1) hasil belajar ranah kognitif level mengingat, 2) hasil
belajar ranah kognitif level memahami, 3) hasil belajar ranah kognitif

level

menerapkan, 4) hasil belajar ranah kognitif level menganalisis, 5) hasil belajar

17

ranah afektif level receiving, 6) hasil belajar ranah afektif level responding, dan
7) hasil belajar ranah afektif level valuing

terdapat perbedaan dengan kelas

yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

65

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A . Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model
pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa
(resitasi). Mcmillan dan Schumacher, (1997: 440) menjelaskan bahwa
penelitian yang ingin membandingkan pengaruh satu kondisi pada satu
kelompok dengan pengaruh dari kondisi berbeda pada kelompok kedua,
digolongkan kepada penelitian eksperimen. Lebih lanjut Mc Millan dan
Schumacher menjelaskan bahwa riset eksperimental memiliki beberapa
karakteristik yaitu: 1) adanya penempatan subjek secara acak, 2) adanya
perbandingan dua kelompok atau lebih ataupun seperangkat kondisi, 3)
manipulasi langsung minimal pada satu variabel independent, 4) adanya alat
ukur dari masing-masing variabel dependen 5) adanya manfaat statistik
inferensial 6) adanya kontrol maksimum dari variabel asing.

Dalam

penelitian ini, siswa dibedakan atas dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Kedua kelas ini diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas
eksperimen digunakan model pembelajaran direct instruction, sedangkan
kelas kontrol digunakan pembelajaran biasa (resitasi). Furqon dan Emilia
(2010 :14-20) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen memiliki beberapa
jenis; 1) pre experimental designs, desain eksperimen yang ini merupakan

66

desain yang paling lemah dalam mengontrol peubah-ubah yang potensial
menjadi hipotesis rival, 2) true experimental designs, desain eksperimen yang
ini

merupakan

yang

paling

bagus,

namun

mensyaratkan

adanya

pengelompokkan subjek secara acak ke dalam kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol (random assignment). Kondisi ini berarti peserta didik
harus diacak ke kelompok ekspermen atau kelompok kontrol, tidak
menggunakan kelas yang sudah ada. 3) Quasi eksperimental designs,
memiliki karakteristik yang sama dengan true experiment namun pada quasiexperiment tidak adanya random assignment (Heppner, Wamfold dalam
(Furqon dan Emilia, 2010 :20

Desain eksperimental merupakan desain yang terkuat karena mampu
mengontrol hampir semua invaliditas internal (Mcmillan dan Schumacher,
(1997: 467) , namun dalam konteks sosial dan pendidikan, pengacakan subjek
ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (random assignment)
sulit dilakukan, sukar atau sangat mahal maka peneliti menggunakan
kelompok atau kelas yang telah terbentuk sebagai kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pada penelitian ini tidak melakukan Random Assignment,
namun langsung menggunakan kelas yang sedang berlangsung sebagai
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, oleh karena itu penelitian ini
tergolong kepada eksperimen kuasi (Furqon dan Emilia, 2010:20). Adanya
istilah quasi eksperimental karena tidak adanya true experiment, dan desain
quasi ekperimen lebih kuat dibanding pre-experimental (Mcmillan dan
Schumacher, (1997: 467)

67

B. Desain Penelitian

Disain eksperimen kuasi

yang digunakan dalam penelitian ini

berbentuk Pretest-posttest control design Siswa diberi pretes terlebih dahulu,
yang memungkinkan peneliti melakukan berbagai analisis yang diperlukan
untuk membuat inferensi tentang peubah bebas terhadap peubah terikat.
Tabel 3.1
Desain Eksperimen
Group

Pre-test

Perlakuan

Post-tes

Eksperimen

O1

X

O3

Kontrol

O2

O4

Sumber : Furqon Emilia (2010 : 18)

Keterangan:
O1 : Pretes pada kelas eksperimen yang dilakukan sebanyak 4 kali
O2

:

Pretes pada kelas kontrol yang dilakukan sebanyak 4 kali

O3 : Postes pada kelas eksperimen yang dilakukan sebanyak 4 kali
O4 : Postes pada kelas kontrol yang dilakukan sebanyak 4 kali
X : Perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran direct Instruction
yang dilakukan dalam 4 kali pertemuan

Kekuatan dari desain penelitian pretest-posttest control design,
terletak pada adanya pretes yang memungkinkan peneliti melakukan berbagai
analisis yang diperlukan untuk membuat inferensi tentang pengaruh peubah
bebas terhadap peubah terikat (furqon dan Emilia, 2010 :19)

68

Sejalan dengan desain eksperimen di atas, maka langkah penelitian
yang akan dilakukan,dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Langkah pertama yang dilakukan adalah memilih dan menetukan kelas
mana yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen, dan kelas mana
yang akan dijadikan sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen akan
menggunakan model pembelajaran direct instruction, dan kelas kontrol
akan menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
2. Langkah kedua memberikan pretes untuk kedua kelas, yaitu untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol, yang bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan dan kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan, pretes
diberikan setiap akan memulai pembelajaran, dalam penelitian ini pretes
diberikan sebanyak 4 kali
3. Langkah ketiga, memberikan perlakuan selama empat kali kepada
kelompok eksperimen, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
direct instruction, sedangkan untuk kelompok kontrol menggunakan
model pembelajaran biasa (resitasi)
4. Langkah terakhir, memberikan postes untuk kedua kelompok, yaitu untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan tujuan untuk melihat
sejauh mana pencapaian hasil belajar (kognitif) Akuntansi siswa, setelah
diberikan perlakuan, postes diberikan sebanyak 4 kali, setiap selesai
pembelajaran, selain itu juga digunakan instrumen skala untuk mengetahui
pencapaian hasil belajar ranah afektif.

69

C. Definisi Operasional

Berdasarkan variabel penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya
pada BAB I, maka variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu model
pembelajaran direct instruction, dan

hasil belajar ranah kognitif level

mengingat, hasil belajar ranah kognitif level memahami, hasil belajar ranah
kognitif level menerapkan, hasil belajar ranah kognitif level menganalisis,
hasil belajar ranah afektif level receiving, hasil belajar ranah afektif level
responding, dan hasil belajar ranah afektif level valuing. Agar ada kesamaan
konsep dan persepsi serta pegangan

dalam penyusunan instrumen

pengumpulan data, maka variabel tersebut perlu didefinisikan secara
operasional.
1. Model Pembelajaran Direct Instruction
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam
merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Model pembelajaran direct instruction adalah model yang dirancang untuk
meningkatkan

penguasaan

berbagai

keterampilan

(pengetahuan

prosedural) dan pengetahuan faktual yang diterapkan berdasarkan langkahlangkah yang telah dikemukakan oleh (Joyce,2009:423) yang terdiri dari
lima langkah yaitu penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan
baru terhadap siswa. Penjelasan ini dilanjutkan dengan meminta siswa

70

menguji pemahaman mereka dengan melakukan praktik terstrukur, praktik
di bawah bimbingan guru dan praktik mandiri, dan pada saat siswa
melaksanakan praktek, umpan balik sesegera mungkin diberikan oleh guru
yang terdiri orientasi dan presentasi dari guru,yang kemudian dilanjutkan
dengan praktik terstruktur, praktik dibawah bimbingan, dan praktik
mandiri oleh siswa.
2. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level mengingat adalah sesuatu yang
diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga terlihat
peningkatan pengetahuan,. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar
akuntansi ranah kognitif level mengingat adalah a) kemampuan siswa
untuk mengidentifikasi kembali materi yang telah disampaikan guru, b)
kemampuan siswa mengulang kembali materi akuntansi yang telah
disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah tes
penguasaan materi yang bersifat obyektif
3. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level meemahami adalah sesuatu
yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga
terlihat peningkatan pemahaman akuntansi. Indikator yang digunakan
untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level memahami adalah a)
kemampuan

siswa

untuk

menginterpretasikan

materi

yang

telah

disampaikan guru. b) kemampuan siswa untuk menyimpulkan materimateri yang telah di sampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk
menilai adalah tes penguasaan materi yang bersifat obyektif

71

4. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menerapkan adalah sesuatu
yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga
terlihat peningkatan kemampuan penerapan akuntansi. Indikator yang
digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menerapkan
adalah a) kemampuan siswa untuk menyusun materi-materi yang telah di
sampaikan guru, b) kemampuan siswa untuk mengimplementasikan materi
yang telah disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai
adalah tes penguasaan materi yang bersifat uraian
5. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menganalisis adalah sesuatu
yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga
terlihat peningkatan kemampuan analisis akuntansi. Indikator yang
digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level analisis adalah
: a) kemampuan siswa untuk

mengklasifikasikan materi yang telah

disampaikan guru, b) kemampuan siswa untuk mengaitkan materi yang
telah disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah
tes penguasaan materi bersifat uraian
6. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level receiving adalah gambaran sikap
siswa selama pembelajaran akuntansi, yang diukur dengan instrumen skala
Thurstone. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah
afektif level receiving adalah : a) sikap siswa dalam mengikuti pelajaran,
b) sikap siswa dalam mematuhi pembelajaran,
7. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level responding adalah gambaran
sikap siswa selama pembelajaran akuntansi, yang diukur dengan instrumen

72

skala Thurstone. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi
ranah afektif level responding adalah : a) sikap siswa dalam menanggapi
pembelajaran, b) Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
8. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level valuing adalah gambaran sikap
siswa selama pembelajaran akuntansi, yang diukur dengan instrumen skala
Thurstone. Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar afektif
level valuing adalah ; a) sikap siswa dalam memprakarsai pembelajaran, b)
komitmen siswa dalam pembelajaran. c) sikap siswa dalam meyakini
pembelajaran
9. Efektivitas adalah perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas
yang menggunakan model pembelajaan direct instruction dengan kelas
yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi). Signifikansi
diketahui dari perhitungan skor melalui uji statistik dengan menggunakan
SPSS uji t.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian pendidikan yang bersifat kuantitatif, ditujukan untuk
memperoleh kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam ruang lingkup
wilayah yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah
yang sempit. Kelompok besar dan wlayah yang menjadi ruang lingkup
penelitian

disebut populasi Sukmadinata, (2009:250). Sejalan dengan itu

menurut Margono (2003: 118) menjelaskan bahwa “Populasi adalah seluruh
data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang

73

kita tentukan” dan Arikunto (2008: 130) menjelaskan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah seluruh siswa kelas X SMA N

di Bukittinggi, yang berjumlah 5

sekolah dan populasi targetnya adalah jurusan IPS yang total keseluruhan
berjumlah 15 lokal

Sampel

dalam suatu penelitian harus representative dalam arti

mewakili populasi, baik dalam karakteristik maupun jumlahnya, karena pada
sampel lah kita melakukan penelitian dan menarik kesimpulan (Sukmadinata,
2009 : 250), untuk itu akan dilakukan penarikan sampel secara simple random
untuk mendapatkan satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen, pengambilan
sampel secara acak sederhana dilakukan, karena populasi relatif homogen,
dalam arti kata kualitas masing-masing sekolah tidak jauh berbeda, kedua
sekolah mendapat nilai akreditasi A (Dinas Pendidikan Bukittinggi, 2010), dari
hasil penarikan sampel, di dapat kelas yang menjadi sampel penelitian adalah
seluruh siswa kelas XIS1 SMAN 3 Bukittinggi menjadi kelas eksperimen, dan
seluruh siswa kelas XIS1 SMAN 5 Bukittinggi menjadi kelas kontrol.

D. Instrumen Penelitian
Suatu instrumen harus bisa mengungkap apa yang akan diteliti,
sehingga hasil yang diharapkan, akan memberikan data yang sebenarnya.
Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989 :97)”
Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimanana adanya”.

74

penelitian ini digunakan dua instrumen yaitu: Tes penguasaan materi untuk
mengukur hasil belajar ranah kognitif dan instrumen skala Thurstone untuk
mengukur hasil belajar ranah afektif
1. Tes Penguasaan materi
Kisi-kisi instrumen dan instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat
dilihat pada lampiran 1. Tes penguasaan materi sering

juga disebut

sebagaii tes prestasi belajar, dimana tes ini mengukur hasil belajar yang
dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Sukmadinata, 2009:223).
Langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam penyusunan instrumen

penguasaan materi adalah :
a. Menentukan konsep dan subkonsep pokok bahasan berdasarkan
panduanan Standar Kompetensi, kompetensi dasar serta indikator mata
pelajaran Ekonomi Akuntansi di SMA.
b. Membuat kisi-kisi soal instrumen penelitian (lihat lampiran 1)
c. Membuat soal tes berdasarkan kisi-kisi membuat kunci jawaban dan
penskoran.
d. Meminta pertimbangan (expert judgment). Soal tes yang telah dibuat
kepada dua orang dosen pembimbing dan satu guru bidang studi
terhadap kualitas instrumen penelitian.
e. Melakukan revisi terhadap soal-soal yang dianggap tidak valid dengan
mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.
f. Melakukan uji coba instrumen
g. Menggunakan instrumen tes yang dianggap valid dalam penelitian.

75

Pemberian tes penguasaan materi dilakukan dua kali yaitu 1) saat
perlakukan belum di berikan (pretes) yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada kedua kelas baik eksperimen atau kontrol
tentang materi Akuntansi.

Setelah materi penyusunan siklus akuntansi

perusahaan jasa diberikan, maka peneliti memberikan soal kembali 2)
(postes)

yang berkaitan dengan topik tersebut kepada siswa. Tujuan

pemberian soal ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan
kognitf siswa tentang materi yang baru saja diajarkan/ setelah diberi
perlakuan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Instrumen penelitian dalam bentuk tes penguasaan materi

yang

digunakan pada siswa SMA jurusan IPS, akan dilakukan pengolahan
sebagai berikut :
a. Menghitung nilai hasil belajar siswa, dengan langkah-langkah sebagai
berikut : 1) mengoreksi hasil jawaban siswa dengan kunci jawaban yang
sudah ada, 2) memberikan skor hasil tes siswa, dimana nilai akhir
diperoleh dengan menjumlahkan setiap item soal yang dijawab benar
oleh siswa
b. Membandingkan nilai pretes dan nilai postes antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.

2. Instrumen Penilaian Afektif
Dalam panduan pengembangan perangkat penilaian afektif, yang
dikeluarkan oleh Depdiknas, dijelaskan bahwa salah satu instrumen yang
popular digunakan untuk mengukur ranah afektif adalah skala. Skala yang

76

sering digunakan dalam instrumen penilaian afektif adalah skala Thurstone,
Skala Likert dan Skala Beda Semantik. Dalam penelitian ini akan digunakan
skala Thurstone yang memiliki skor tertinggi tiap butir 7 dan skor terendah 1
untuk pernyataan positif, dan

skor tertinggi tiap butir adalah 1 dan skor

terendah adalah 7 untuk pernyataan negatif
Kisi-kisi instrumen dan instrumen yang digunakan dalam penelitian
dapat dilihat pada lampiran 1. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
penyusunan instrumen skala hasil belajar ranah afektif adalah :
a. Menyusun aspek ranah afektif beradasarkan panduan kurikulum KTSP dan
taksonomi Bloom.
b. Menentukan kriteria tiap level afektif tersebut.
c. Membuat skala ranah afektif tiap level
d. Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing.
Skor yang diperoleh akan dianalisis untuk tingkat peserta didik dan
tingkat kelas, yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor.
Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui hasil belajar ranah afektif
masing-masing peserta didik , dan kemudian akan dibandingkan hasil belajar
siswa kelas eksperimen dengan hasil belajar afektif.

E. Uji Coba Instrumen

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, untuk mendapatkan
instrument yang layak dan cocok untuk mengukur hasil belajar siswa, maka
peneliti melakukan

77

1.

Meminta pertimbangan (expert judgment) dari para ahli yang
berkompeten terhadap tes yang dibuat. Dalam hal ini instrumen
dikonsultasikan kepada dua orang dosen pembimbing dan juga
didiskusikan dengan guru yang ada di sekolah

2.

Melakukan uji coba instrumen pada sekolompok siswa untuk mengetahui
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Uji coba
dilaksanakan pada kelas XII S2 SMA 3 Bukittinggi yang berjumlah 35
orang. Hasil dari uji coba diolah dengan menggunakan software
ANATES versi 4.1.
a) Reliabilitas instrumen, suatu instrumen dikatakan reliable bila
suatu instrumen dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang
berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. (Nasution,
2008, 77). Berdasarkan hasil olahan ANATES dari instrumen yang
diuji cobakan diketahui bahwa tingkat reliabilitasnya 0.72 untuk
soal pilihan ganda dan 0.94 untuk soal uraian (lihat lampiran 2) bila
dikonversikan dengan kategori reliabilitas maka bisa dikatakan soal
pilihan ganda memiliki reliabilitas yang tinggi (baik), dan soal
uraian memiliki reliabilitas yang sangat tinggi (sangat baik :
Tabel.3.2
Kategori Reliabilitas Butir soal
Batasan
0,80< r11 ≤ 1,00
0,60< r11 ≤ 0,80
0,40< r11 ≤ 0,60
0,20< r11 ≤ 0,40
≤ 0,20

Kategori
sangat tinggi (sangat baik)
tinggi (baik)
cukup(sedang)
rendah (kurang)
sangat rendah (sangat kurang)

78

b) Daya Pembeda, daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi
dengan

siswa

yang

berkemampuan

rendah.

Angka

yang

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks diskriminasi
dari hasil pengolahan ANATES diketahui bahwa soal pilihan ganda
memiliki indeks diskriminasi yang bervariasi mulai dari 22.22 66.671, dan soal uraian memiliki indeks diskriminasi mulai dari
27.78 -72.22 (lihat lampiran 2) bila dikonversikan dengan indeks
diskriminasi maka bisa dikatakan soal memiliki daya pembeda
yang cukup dan baik, dan beberapa ada yang baik sekali :
Tabel.3.3
Kategori Daya Pembeda
Batasan

Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20

jelek

0,20 < D ≤ 0,40

cukup

0,40 < D ≤ 0,70

baik

0,70 < D ≤ 1,00

baik sekali

a) Tingkat kesukaran, tingkat kesukaran adalah bilangan yang
menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks
kesukaran Angka yang menunjukkan tingkat kesukaran sering
disebut indeks

kesukaran. Besarnya indeks kesukaran berkisar

antara 0,00 sampai 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, indeks 1,0 menunjukkan
bahwa soal tersebut terlalu mudah dari hasil pengolahan ANATES

79

diketahui bahwa soal pilihan ganda memiliki indeks kesukaran
yang bervariasi mulai dari 31.43% - 65.71 %, sedangkan soal
uraian memiliki indeks kesukaran yang bervariasi mulai dari 33.3350.00 (lihat lampiran 2) bila dikonversikan dengan indeks
kesukaran maka bisa dikatakan soal memiliki tingkat kesukaran
sedang:
Tabel.3.4.
Kategori tingkat Kesukaran
Batasan

Kategori

0,00 ≤ P < 0,30

soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70

soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00

soal mudah

F. Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan dan analisis data secara garis besar dilakukan dengan
menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik dengan bantuan SPSS.
Data primer dari hasil tes siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
metode direct instruction dianalisa dengan cara membandingkan skor pretes
dan postes. Sebelum dilakukan uji hiptesis dilakukan uji prasyarat analisis
yaitu normalitas dan homogenitas, berikutnya untuk menguji hipotesis
digunakan uji t, uji t dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu
keadaan nilai rata-rata pretes siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada
kelas kontrol, keadaan nilai rata-rata tes akhir siswa pada kelas eksperimen
dengan kelas kontrol pada setiap level aspek kognitif. Untuk menguji

80

perbedaan hasil belajar ranah afektif juga dilakukan dengan menggunakan uji
t.
G. Prosedur dan Langkah-Langkah Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah penelitian di bagi atas 3 tahapan besar
yaitu:
1. Persiapan, pada tahapan ini dilakukan observasi dan wawancara dengan
guru bidang studi akuntansi dan siswa untuk memastikan permasalahan
pembelajaran akuntansi, melakukan studi pustaka mengenai kajian teori
dan merumuskan hipotesis setelah itu membuat prosedur pelaksanaan
eksperimen

dengan menentukan populasi dan sampel, kemudian

menyusun instrumen.
2. Melakukan penelitian pada tahap ini melakukan pembelajaran dengan
model pembelajaran direct instruction pada kelas eksperimen dan model
pembelajaran biasa resitasi pada kelas kontrol, setiap akan memulai
pembelajaran diadakan pretes dan kemudian dilakukan

postes (ranah

kognitif), untuk itu pada penelitian ini akan ada 4 kali pretes, 4 kali
perlakuan, dan 4 kali postes. Untuk mendapatkan data hasil belajar ranah
aektif, maka peneliti menyebarkan instrumen skala sikap. Kegiatan terakhir
pada tahap ini adalah

mengolah dan menganalisis data baik secara

deskriptif ataupun inferensial dan terakhir membuat kesimpulan dan saran.
3. Melaporkan hasil penelitian, hasil penelitian akan dilaporkan dalam
bentuk tesis yang terdiri atas lima bab. Gambaran langkah dan prosedur
penelitian dijelaskan pada Gambar 3.1:

81

Gambar 3.1
Langkah dan Prosedur Peneli

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar IPA kelas III MI Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta Utara: kuasi eksperimen pada kelas III Madrasah Ibtidaiyah Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta

0 5 126

Pengaruh Pembelajaran Direct Instruction dengan Suplemen Rumah Belajar (Situs E-Learning Kemdikbud) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Saraf Manusia

0 21 0

Pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction terhadap hasil belajar fisika siswa: kuasi eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat, Tangerang Selatan

1 66 189

Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).

4 60 151

Pengaruh pembelajaran direct instruction dengan suplemen rumah belajar (situs elearning kemdikbud) terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem saraf manusia (kuasi eksperimen di MA Negeri 11 Jakarta)

1 23 0

pengaruh penggunaan media pembelajaran tiga dimensi terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi pada materi vulkanologi (Kuasi Eksperimen di SMAN 1 Tarumajaya)

4 23 167

PENGARUH MODEL EXPLICIT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMA NEGERI JATINANGOR.

0 4 49

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA STELLARIUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI :Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Geografi di MA Insan Mandiri Bandung.

2 5 42

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA :Penelitian Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi di SMA N Kota Bukittinggi Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 49

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STUDENT ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA/WARGA BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA :Studi Kuasi Eksperimen pada Warga Belajar Paket B,UPTD SKB Kabupaten Serang.

0 1 29