Pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar IPA kelas III MI Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta Utara: kuasi eksperimen pada kelas III Madrasah Ibtidaiyah Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta

(1)

(Kuasi Eksperimen Pada Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Nur-Attaqwa Kelapa Gading Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SITI MAESAROH NIM.809018300081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

“Wahai orang

-orang yang melakukan perjalanan.

Perjalanan ini hanya bisa dilalui dan tercapai

tujuannya dengan keseriusan yang tinggi dan

perjalanan di waktu malam. Andai ada seseorang

yang tidak bisa besungguh-sungguh di jalan ini, lalu

ia tidur di waktu malam, kapankah ia akan

mencapai tujuannya?”

(Ibnu Zayyim)

Lakukan semua kebajikan yang kau bisa

Dengan segala sarana yang kau bisa

Dalam segala cara yang kau bisa

Disegala waktu yang kau bisa

Kepada segala orang yang kau bisa

Selama yang kau bisa

(John Wesley)


(6)

Attaqwa Kelapa Gading Jakarta Utara. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan metode diskusi terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III MI Nur- Attaqwa Kelapa Gading Jakarta Utara. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen.

Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta Utara tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 36 siswa. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil Pretest dan Posttest selama kegiatan pembelajaran IPA berlangsung.

Dari hasil penelitian yang diambil dari dari kelas Kontrol dan Eksperimen diperoleh hasil rata-rata Kelas Kontrol 52,80 sedangkan rata-rata kelas Eksperimen dengan menggunakan metode Diskusi sebesar 65,65, dengan menggunakan uji statistik thitung sebesar 0,32 dan ttabel sebesar 0,17 sehingga Ho diterima maka metode diskusi berpengaruh

Siti Maesaroh (PGMI Dual Mode System)


(7)

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya berupa kekuatan dan keteguhan hati dalam mengungkapkan rahasia Ilmu Pengetahuan yang mampu merubah zaman kegelapan menjadi zaman keemasan. Karena rahmat, nikmat, dan karunia itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW, pada keluarganya, para sahabatnya, serta pelanjut risalahnya yang telah berjuang semata-mata untuk mensyi’arkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam kepada kita.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan PGMI, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan sendiri tanpa adanya bantuan yang berupa kritik dan saran serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fauzan, M.A., selaku Ka. Prodi PGMI.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang berharga kepada penulis sampai skripsi ini selesai.


(8)

5. Bapak Drs. H. Amir Mahmud, M.PdI., selaku Kepala Madrasah Nur-Attaqwa Kelapa Gading Jakarta, yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

6. Bpk. Agus Triyanto, S.Pd., selaku Guru bidang study IPA di MI. Nur-Attaqwa, serta Ibu Zaenab dan bpk. Samsul Rizal yang bersedia meminjamkan koleksi bukunya dan telah membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

7. Dewan Guru dan Staff Tata Usaha, serta Siswa dan Siswi MI. Nur-Attaqwa Kelapa Gading Jakarta, yang telah membantu penulis selama penelitian.

8. Teristimewa untuk ayahanda almarhum H. Arsyad dan Ibunda Hj. Naisah tercinta, yang telah membimbing penulis dan mengasuh penulis sejak kecil, serta yang tidak henti-hentinya mendo’akan dan melimpahkan kasih sayangnya, memberikan dukungan moril maupun materil. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis memberikan yang terbaik untuk kalian.

9. Teman-teman kuliahku, yang telah memberikan motivasi dan kebersamaan untuk menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

10.Kakak-kakakku tercinta Ahmad Harun dan Lukman Hakim, serta adik-adikku tersayang Harom Zen dan Nurhasanudin, S.PdI yang senantiasa memberikan dukungan dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11.Anakku tersyang Nayla Ramadina yang selalu memberikan energi dan motivasi serta selalu sabar dan ikhlas menunggu penulis di rumah setelah selesai menunaikan tugas. Do’aku selalu menyertaimu.


(9)

Akhir kata penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang bermanfaat dan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memperluas cakrawala Ilmu Pengetahuan bagi kita terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi Wabarakaatuh

Jakarta, September 2014


(10)

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

MOTTO

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Pembatasan Masalah... 10

D. Perumusan Masalah... 10

E. Tujuan Penelitian... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Metode... 2. Pengertian Pembelajaran (Active Learning)... 3. Pengertian Metode Diskusi ... 4. Hakikat Hasil Belajar ... 5. Hakikat Belajar ... 6. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 11 15 16 21 25 28 B. Hasil Penelitian yang Relevan...………. 34

C. Kerangka Berfikir... 35


(11)

B. Metode Penelitian... C. Populasi dan Sampel...………...

D. Teknik Pengumpulan Data………

E. Uji Instrumen Penelitian...……… F. Tekhnik Analisis Data……….………...……… G. Hipotesis Statistik...….. ……….

37 38 38 39 42 43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ...

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas ...………..

2. Uji Homogenitas ......……….…

3. Pengujian Hipotesis...

C. Pembahasan Hasil Penelitian...

44

50 50 51

53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran ...

57 57

DAFTAR PUSTAKA……….. 59


(12)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest 46

Tabel 4.3 Konversi Skor 47

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest 48

Tabel 4.5 Konversi Skor 49

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Posttest dan Pretest Belajar IPA Siswa 49

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas 50


(13)

MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU DAN PERHITUNGAN KEMIRINGAN PRETEST

Lampiran 2 PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI, MEDIAN , MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU DAN PERHITUNGAN KEMIRINGAN POSTTEST

72

Lampiran 3 PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS 74

Lampiran 4 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS PRETEST 75

Lampiran 5 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST 77

Lampiran 6 PERHITUNGAN PENGUJIAN HIPOTESIS 79

Lampiran 7 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN VALIDASI TES

BENTUK PILIHAN GANDA

82

Lampiran 8 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UJI

RELIABILITAS TES BENTUK PILIHAN GANDA

85

Lampiran 9 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN INDEKS

KESUKARAN TES BENTUK PILIHAN GANDA

88

Lampiran 10 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN DAYA

PEMBEDA TES BENTUK PILIHAN GANDA

90

Lampiran 11 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP METODE DISKUSI)

92

Lampiran 12 LEMBAR KERJA SISWA (MENGGUNAKAN METODE DISKUSI)

95

Lampiran 13 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (MENGGUNAKAN METODE CERAMAH)

92

Lampiran 14 LEMBAR KERJA SISWA (MENGGUNAKAN METODE CERAMAH)

96

UJI REFERENSI

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN SURAT KETERANGAN DARI SEKOLAH RIWAYAT PENULIS


(14)

A. Latar BelakangMasalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan Nasional. Oleh karena itu pendidikan perlu ditata dan dikelola seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta kemajuan masyarakat. Salah satu upaya yang sangat strategis dalam menata pembangunan pendidikan adalah dengan melengkapi sarana dan prasarana yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, salah satunya dengan disediakannya sarana media yang bisa menunjang jalannya pendidikan di lingkungan sekolah-sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi.

Dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan, tidak tergantung kepada satu komponen saja misalnya guru, melainkan banyak komponen sebagai sebuah sistem dalam proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain program kegiatan, murid, sarana dan prasarana, dana, lingkungan masyarakat, dan kepemimpinan kepala sekolah. Namun semua komponen tersebut tidak berguna bagi tercapainya hasil belajar peserta didik jika tidak didukung oleh keberadaan guru yang professional. Salah satu faktor terpenting di dalam peningkatan kuantitas dan kualitas pengajaran adalah guru. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan


(15)

rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.

Pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang banyak melibatkan aktifitas guru dan siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan perlu dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana yang memadai yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu menggunakan berbagai alat atau media dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kompponen-komponen yang terdapat dalam kurikulum adalah tujuan, materi pembelajaran, alat atau media yang digunakan, metode dan evaluasi.Komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.Jadi dengan demikian jelaslah bahwa antara tujuan pembelajaran dengan media pembelajaran memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.

Penggunaan model pembelajaran dan pengembangannya dapat dikatakan berhasil, harus dilihat dari sudut input, proses, hingga output pembelajaran. Pada sisi input, pembelajaran harus memiliki konsep yang jelas, materi yang jelas, pembelajar yang jelas dan perencanaan pembelajaran yang disiapkan secara terencana dengan sesuai dengan kebutuhan kurikulum dan silabus. Pembelajaran harus dapat memberikan kontribusi kepada siswa dan dapat dikembangkan bagi proses pendewasaan, pengayaan keterampilan, dan penguatan ilmu pengetahuan.

Peningkatan mutu atau kualitas pendidikan, tentunya berkaitan erat dengan siswa, guru, sistem pendidikan, metode yang dilakukan, orang tua,


(16)

dan lingkungan.Lembaga Pendidikan (sekolah) merupakan wadah para siswa untuk menggali ilmu pengetahuan, salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa adalah motivasi belajar yang ada pada diri siswa. Adanya motivasi belajar yang kuat membuat siswa belajar dengan tekun yang pada akhirnya terwujud dalam hasil belajar siswa tersebut. Bagi seorang siswa, pendidikan sangatlah penting untuk masa depannya. Namun demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerti tentang pelajaran yang mereka hadapi, atau ada pula yang memang acuh tak acuh selama proses belajar berlangsung. Hal ini merupakan ujian terpenting bagi seorang guru. Oleh karena itulah hasil belajar hendaknya ditanamkan pada diri siswa agar dengan demikian ia dengan senang hati akan mengikuti materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Perlu ditanamkan pada diri siswa bahwa dengan belajarlah akan mendapatkan pengetahuan yang baik, siswa akan mempunyai bekal menjalani kehidupannya dikemudian hari. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar pada diri siswa dapat timbul dari dirinya sendiri, lingkungan sekolah maupun dari lingkungan keluarga. Dari lingkungan sekolah misalnya indikator dalam belajar, guru disamping mengajar juga hendaknya menanamkan motivasi belajar kepada siswa yang diajarkannya.Banyak siswa dalam pembelajaran yang kurang tertarik, tidak termotivasi belajar, minat belajar rendah, malas dan sebagainya, hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa menurun.

Oleh karena itulah sekolah hendaknya mengkondisikan lingkungannya sedemikian rupa dengan demikian siswa akan termotivasi untuk belajar dan hasil belajar memuaskan. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua sisi, yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru. Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang siswa dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam menyerap pelajaran oleh setiap siswa.


(17)

Salah satu kendala dalam proses pembelajaran di sekolah adalah adanya perbedaan daya serap individual diantara anak yang satu dengan anak yang lainnya walaupun dalam lingkungan dengan umur yang sama dan kelas yang sama, yang pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar kurang memuaskan. Saat ini masih banyak dijumpai seorang guru dengan gaya mengajar yang konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi seorang siswa itu sendiri. Artinya seorang guru masih mendominasi dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Hal ini menjadikan banyak siswa yang pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi dan terkadang mengharuskan guru untuk mengulang materi pembelajaran sebelumnya.

Dengan demikian guru memiliki peranan penting dalam mentransformasikan isi kurikulum yang diantaranya adalah materi pelajaran. Guru dituntut memiliki keterampilan dan kemampuan tersendiri agar materi pelajaran dapat sampai kepada siswa, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Inti pelaksanaan pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran menentukan kesuksesan guru dan sekolah dalam melaksanakan pendidikan. Sebaliknya ketidak berhasilan guru dan sekolah ditunjukkan oleh buruknya kegiatan pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah merupakan faktor yang berasal dari diri individu yang bersangkutan, antara lain jasmani (fisik) dan rohani (psikis). Sedang faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang bersangkutan atau sering disebut sebagai faktor lingkungan. Sedangkan secara khusus faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah: Siswa kurang motivasi dalam belajar, media pembelajaran yang kurang lengkap, penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat , siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, kepedulian orang tua terhadap anak di rumah kurang, kurangnya melaksanakan percobaan dan demonstrasi, sarana dan prasarana yang kurang mendukung serta metode


(18)

pembelajaran yang kurang tepat. Dari permasalahan yang ada penggunaan metode pembelajaran merupakan prioritas yang utama yang harus diperbaiki. Karena penerapan metode yang tepat akan berdampak pada hasil belajar pada siswa. Dalam hal ini metode yang diterapkan adalah metode diskusi.

Oleh sebab itu, seorang guru yang berhasil akan selalu mempertahankan hal itu. Guru yang terbiasa mengajar hanya bersifat pasif dengan keadaan, akan sulit menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis. Akibatnya, akan sangat jauh dari keberhasilan, bahkan berimplikasi pada kegagalan pencapaian tujuan-tujuan institusi dan pendidikan. Cara-cara pembelajaran semacam ini sudah saatnya ditinggalkan oleh para guru yang memiliki profesi dan tanggung jawab untuk mencerdaskan siswa.

Demikian pula metode dan model pembelajaran yang lebih terkesan guru menguasai siswa, dimana siswa diarahkan, didikte dengan paksa. Tidak satupun metode dan model pembelajaran yang diklaim dan dikatakan yang terbaik, semuanya terpulang pada pribadi guru atau orang yang menjalankannya yaitu guru yang secara langsung berhadapan dengan pembelajaran. Mata pelajaran IPA di sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah menekankan pada cara mencari tahu tentang alam dan bukan hanya pengetahuan yang berupa fakta, konsep dan prinsip.

Dalam pembelajaran IPA siswa diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dengan demikian peran guru seharusnya hanya sebagai pendamping dan pembimbing yang mengarahkan siswanya untuk memahami sesuai denga nalar dan kemampuan per siswa sebelum memutuskan untuk membuat kesimpulan bersama.

Dengan cara belajar siswa aktif tentunya tidak mengartikan akan mengurangi peran guru secara keseluruhan, walaupun bagaimana guru ada idola di sekolah yang akan dijadikan siswa sebagai panutan dalam belajar dan menuju pemahaman proses pendewasaan. Anak kelas rendah di MI. adalah “anak yang berada pada rentangan usia dini.masa usia ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang penting bagi kehidupan


(19)

seseorang.Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal”.1 Madrasah Ibtidaiyah Nur Attaqwa sebagai salah satu instansi pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar tentunya memiliki tujuan pendidikan dan mempunyai target atau hasil terbaik dari proses pembelajarannya.

Penulis sebagai salah satu tenaga pendidik khususnya di kelas III turut serta dalam membangun, membantu,dan menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar yang terbaik untuk mencapai hasil yang terbaik pula. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang di ajarkan dalam kegiatan belajar mengajar. Penulis memandang perlunya suatu proses perbaikan dalam hal ini mengingat hasil belajar yang di dapat saat ini sepertinya bisa lebih baik lagi.

Daya kemampuan (intake) siswa dan siswi kelas III secara umum cukup baik dalam menerima pelajaran, dengan bekal ini diharapkan hasil yang terbaik dalam pelajaran IPA dapat tercapai. Penulis berusaha mempertinggi atau mengoptimalkan proses belajar melalui Metode Diskusi.

Dari asas belajar terbukti bahwa belajar perorangan ditunjang teori yang menyatakan bahwa belajar haruslah dicapai secara perorangan untuk seseorang dan berjalan baik bila siswa bekerja menurut kecepatan sendiri, selalu aktif dalam menjalankan tugas tertentu, dan mengalami keberhasilan. Hal ini berarti bahwa untuk setiap tujuan instruksional diperlukan himpunan pengalaman belajar terpisah untuk setiap siswa. Beberapa penelitian menyangkut pengajaran berdasarkan computer menuju kearah ini. Mengenal bahwa “partisipasi aktif merupakan kunci unsur belajar, kebanyakan guru dapat merancang pengalaman siswa mulai dari metode sederhana, sampai kepada memberikan metode yang memberikan siswa kebebasan dan

1

Masitoh,Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia , 2009 ), hal.17.


(20)

tanggung jawab untuk memilih pengalaman dan bahan yang sesuai gaya belajarnya sendiri”.2

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, Motorik dan gaya hidupnya. Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai.

Dalam kegiatan belajar mengajar banyak metode yang bisa dipakai oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada anak didiknya. Dari sekian banyak metode tidak ada metode yang paling baik, begitu sebaliknya juga tidak ada metode yang paling buruk. Metode yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran dinamakan dengan metode pengajaran.

Masing-masing metode pengajaran selalu mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Kekurangan maupun Kelebihan itu sendiri disamping menjadi karakter khusus dari metode itu sendiri, juga kekurangan maupun kelebihan metode pengajaran. Itu sangat ditentukan oleh faktor lain, yaitu audience atau objek yang dikenai metode itu, bisa pula jenis mata pelajaran yang diajarkan. Mengingat karakter maupun jenis informasi yang dimiliki oleh setiap mata mata pelajaran itu tidak sama, maka tidak ada satu metode yang baik untuk semua mata pelajaran, demikian pula tidak ada satu metode yang buruk untuk semua mata pelajaran.

2

Mukhtar, Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang Berhasil, (Jakarta:SasamaMitra Suksesa, 2002), hal.13


(21)

Karena itu bisa jadi metode pengajaran tertentu sangat baik untuk mata pelajaran itu pula, demikian seterusnya. Selanjutnya yang menjadi persoalan adalah belum adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa untuk metode tertentu sangat baik untuk mata pelajaran tertentu, demikian sebaliknya jangan menggunakan metode itu, karena sangat tidak tepat untuk mata pelajaran itu. Jika ada yang berpendapat bahwa metode tertentu baik untuk mata pelajaran tertentu pula, namun ternyata tidak bias dipraktekkan untuk disegala tempat, juga disegala tingkatan. Dengan demikian untuk memilih metode mana yang paling tepat dalam rangka meningkatkan hasil belajar untuk mata pelajaran yang tertentu, dalam hal ini khususnya mata pelajaran IPA diperlukan langkah-langkah yang tepat.

Memilih metode guna meningkatkan prestasi belajar khususnya mata pelajaran IPA digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. pertama, mendasarkan pada pendapat orang lain ( ahli ) mengenai metode mana yang tepat.

2. kedua, menerapkan metode tersebut kemudian membandingkan penggunaan metode-metode itu sehingga didapatkan pilihan yang tepat mengenai metode yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar.

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama, dan mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Banyak metode-metode pembelajaran yang bisa diterapkan kepada peserta didik, namun penulis melihat bahwa IPA adalah suatu disiplin ilmu yang memerlukan proses aktif dalam pelaksanaannya, oleh karenanya metode diskusi menurut penulis lebih cocok dan baik mengingat keaktifan siswa lebih baik. Dalam teori-teori instruksional yang mengkaji bagaimana mengarahkan dan membantu siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang harus


(22)

dicapainya, kegiatan belajar siswa harus dioptimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Teori instruksional tersebut didasarkan atas teori belajar yang mengkaji hakikat perubahan tingkah laku dalam pengertian mengapa tingkah laku manusia itu berubah. Baik teori belajar aliran

behavioristik maupun aliran kognitif sama-sama berpendapat bahwa proses belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.

Dengan demikian perlu dipilihkan model pembelajaran sesuai dengan materi ajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penguasaan konsep belajar dapat membantu siswa untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Metode diskusi dipilih dengan pertimbangan metode ini akan membangkitkan semangat siswa dan hasil belajar siswa dengan cara siswa belajar dengan temannya yang merupakan tutor sebaya. Disamping itu siswa akan terbiasa berfikir kritis, kreatif dan mampu berpendapat sehingga dapat meningkatkan pemahamannya. Dengan meningkatnya pemahaman maka hasil belajarnya juga meningkat. Penerapan metode ini tentunya tidak akan berdiri sendiri, namun tetap didukung dengan metode yang lain, hanya saja prioritas tetap pada metode diskusi. Sebaliknya pembelajaran tanpa menggunakan metode pembelajaran yang tepat berdampak pada pemahaman siswa kesulitan memahami konsep yang dipelajari. Akibatnya hasil belajar siswa mengecewakan. Oleh karena itu dalam pembelajaran ini menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan memperhatikan hal di atas, maka penerapan metode diskusi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Berangkat dari hal tersebut penulis akan mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas III MI. Nur -Attaqwa Kelapa Gading Jakarta Utara”. B. Identifikasi Masalah

1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

2. Siswa tidak berani mengungkapkan pendapatnya. 3. Hasil belajar kurang memuaskan.


(23)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka penulis membatasi masalah-masalah yang diteliti sekitar hasil belajar siswa dalam

pembeljaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas III MI Nur Attaqwa

Kelapa Gading Jakarta Utara.

D. Rumusan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini terarah dan mencapai sasaran yang hendak dituju sebagaimana judul di atas, maka dirumuskan beberapa pokok permasalahan:

1) Bagaimana hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa yang

menggunakan metode diskusi?

2) Bagaimana hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa yang

menggunakan model pembelajaran Ekspositori?

3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa

yang menggunakan metode diskusi dengan yang menggunakan model

pembelajaran ekspositori? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu penelitian dapat lebih terarah dan ada batasan- batasannya tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

b) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

diskusidengan model pembelajaran ekspositori.

2.Manfaat Penelitian

a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa b. Dapat menumbuhkan aktifitas belajar siswa c. Meningkatkan professional guru

d. Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan MI. Nur Attaqwa e. Memperbaiki/meningkatkan proses pembelajaran.


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Metode

Asal usul kata “metode” mengandung pengertian “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan”. Pengertian metode dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. metaberarti “melalui” dan hodos berarti ”jalan” atau cara”.1Dalam kamus ilmiah populer “metode”

adalah cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu; cara kerja. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data, yang diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu tersebut.

Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistemasisasikannya suatu pemikiran dengan pengertian yang terakhir ini, metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan. Dengan metode serupa itu, ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang.2

Untuk mendekatkan pengertian metode kearah yang lebih jelas akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli sebagai berikut:3

1) Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

2) Abd. Al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran

1

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2005, hlm.143

2

Ibid, h. 143

3

A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, Cet Pertama, h.235


(25)

Dari beberapa pendapat diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa metode adalah:

1) Suatu yang dipakai untuk mencapai tujuan.

2) Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.

3) Suatu ilmu dalam merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur

Fungsi metode secara umum dapat dikemukan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut sedangkan dalan konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, atau menguji,dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekan ini segara dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengunaan metode mengajar, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya;

a. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran(curiosity).

b.Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.

c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.

d.Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptic).

e. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukanpenemuan (berinkuiri) terhadap sesuatu topik permasalahan. f. Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak. g. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara

mandiri (independent study).

h.Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerjasama (cooperative learning).


(26)

i. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.4

Dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.

Dalam Al-Quran telah di sebutkan melalui ayat tentang pentingnya suatu metode dalam pembelajaran, karena bagaimanapun meteri yang disampaikan akan terasa menyenangkan jika seorang guru/pendidik dapat memilih metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan, sebagaimana dalam surat An-Nahl ayat 125 tentang metode pendidikan 5

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

a. Azas-azas Penggunaan Metode

Para ahli berpendapat tentang penggunaan metode yaitu sebagai berikut:6

1. Hasan Langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok yaitu:

4

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hlm. 149

5Terjemah Al Qur’an, (Bandung: CV Penerbit J

-Art, 2005) h, 282

6

A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, Cet Pertama, h.237


(27)

a) Sifat sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan.

b) Berkenaan dengan mtode-metode yang betul-betul berlaku yang disebut dalam Al Qur’an atau disimpulkan dari padanya.

c) Membicarakan tentang pergerakan dan disiplin dalam istilah Al Qur’an.

2. Ahmad Tafsir, berpendapat bahwa guru dapat memilih metode yang paling tepat ia gunakan. Dalam pemilihan tersebut banyak yang harus dipertimbangkan, antara lain:

a) Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan dan perbedaan individu lainnya.

b) Tujuan yang hendak dicapai. c) Situasi yang mencakup hal umum d) Alat-alat yang tersedia

e) Kemampuan pengajar

b. Macam-macam Metode Pembelajaran

Banyak sekali macam-macam metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran, adapun metode-metode itu antara lain:

1) Teknik diskusi 2) Kerja kelompok 3) Penemuan/discovery

4) Sumbang saran/brain storming 5) Inquiry

6) Demonstrasi 7) Drill

8) Tanya jawab/dialog 9) Ceramah


(28)

2. Pengertian Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Pembelajaran aktif adalah sesuatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti berarti mereka mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar akif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.

Sedangkan pengertian dari active Learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan potensi yang dimiliki anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran

active Learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Active Learning mengacu kepada tekhnik intruksional interaktif yang mengharuskan siswa melakukan pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Siswa dalam melakukan pembelajaran aktif biasa menggunakan sumber daya di luar pengajar seperti perpustakaaan, situs web, wawancara, atau fokus grouf untuk memperoleh informasi mereka dapat menunjukan kemampuannya menganalisis, sintesis, dan mengevaluasi melalui proyek, presentasi, eksperimen, simulasi, internship, praktikum, proyek studi independen, pengajaran kepada sejawat, permainan peran atau dokumen tertulis.

Active Learning juga suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaflikasikan apa yang telah mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam dunia nyata. Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya


(29)

mental akan tetapi melibatkan fisik juga. Dengan cara ini siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan .

Keuntungan lain menggunakan strategi Active Learning bahwasanya setiap realita siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, ada siswa yang lebih senang membaca, ada yang senang berdiskusi, dan ada juga yang senang praktek langsung. Inilah yang disebut dengan gaya belajar atau Learning Style. Untuk membantu siswa dengan maksimal dalam belajar, maka kesenangan dalam belajar itu sebisa mungkin diperhatikan. Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang beragam yang mengandalakan indera belajar yang banyak. Seperti kutipan satu pertanyaan, “mengapa belajar aktif?” alasannya karena belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum.

3. Pengertian Metode Diskusi a. Pengertian Metode Diskusi

Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 652) adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dsb.; cara kerja yang bersistim untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 238) diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai sesuatu masalah. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah cara yang teratur yang bersifat umum dalam rangka bertukar pikiran mengenai sesuatu masalah yang sedang dihadapi.

Diskusi adalah salah satu metode pembelajaran agar siswa dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan keterampilan.7 Tujuan diskusi adalah untuk mengeksplorasi pendapat atau pandangan yang berbeda dan untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan. Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran memungkinkan adanya keterlibatan siswa dalam proses

7


(30)

intersksi yang lebih luas. Metode diskusi juga digunakan dalam rangka pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang didalamnya melibatkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan, tugas atau permasalahan. Sering pula metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan CBSA atau ketrampilan proses. Kegiatan diskusi ini dapat dilaksanakan dalam kelompok kecil (3-7 peserta) kelompok sedang (8-12) peserta kelompok besar (13-40) peserta. Ataupun diskusi kelas. Diskusi kelompok kecil lebih efektif daripada diskusi kelompok besar atau diskusi kelas. Kegiatan diskusi dipimpin oleh seorang ketua atau moderator untuk mengatur pembicaraan cara mencapai target.

Kelancaran kegiatan diskusi sangat ditentukan oleh moderator yaitu orang yang mengatur jalannya pembicaraan supaya semua siswa sebagai anggota aktif berpendapat secara maksimal dan seluruh pembicaraan mengarah kepada pendapat/kesimpulan bersama. Tugas utama guru dalam kegiatan ini sebagai pembimbing, fasilitator, atau motivator supaya interaksi dan aktivitas siswa dalam diskusi menjadi efektif. Aktivitas siswa harus dibimbing, dan diterapkan cara berfkir yang sistematik dengan menggunakan logika berfikir yang ilmiah.

b. Prosedur Metode Diskusi

Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi yang dilaksanakan secara efektif akan berdampak banyak kepada pengalaman siswa. Hal-hal yang harus dipersiapkan anatara lain :

1) Guru menyampaikan tujuan yang diharapkan.

2) Membentuk kelompok dan menentukan jumlah siswa tiap kelompok. 3) Menentukan tugas yang harus dilaksanakan tiap kelompok.

4) Melaksanakan diskusi kelompok.

5) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 6) Memberikan tanggapan terhadap kelompok lain. 7) Menyimpulkan hasil diskusi


(31)

c. Teknik Pelaksanaan Diskusi

Dilihat dari tekhnik pelaksanaannya, diskusi dapat digolongkan kedalam dua macam, yaitu:8

1) Debat, didalam debat ada dua kelompok yang mempertahankan pendapatnya masing-masing yang bertentangan. Peneoton (Audience)

dijadikan sebagai kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam keputusan akhir.

2) Diskusi, diskusi pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik pertemuan pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari pelaksanaanya diskusi dapat digolongkan kedalam:

a) Whole group

Suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan tidak lebih dari 15 (lima belas) orang peserta.

b) Buzz group

Suatu diskusi yang terdiri dari satu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok yang lebih kecil.

c) Panel

d) Suatu diskusi yang sering digunakan yang dari satu kelompok kecil 3-6 orang peserta dengan susunan semi melingkar yang dihadapkan pada satu kelompok besar peserta lain.

e) Caologium

Metode diskusi yang dijalankan oleh beberapa orang tetapi tidak dalam bentuk pidato.

f) Informal Debate

Diskusi yang dilaksanakan dengan membagi kelompok menjadi 2 (dua) team yang sama kuat dan jumlahnya seimbang.

g) Fish Bowl

Diskusi yang terdiri dari seorang moderator dan satu atau tiga orang nara sumber, duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan kursi menghadap kelompok.

8


(32)

d. Kebaikan dan Kelemahan Metode Diskusi

Adapun kebaikan dan kelemahan metode diskusi adalah sebagai berikut : 1. Kebaikan

 Mendidik siswa untuk belajar bertukar pikiran.

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memperoleh penjelasan dari berbagai sudut pandangan atau sumber.

 Merangsang siswa untuk mengemukakan pendapat atau menentang pendapat teman.

 Mendidik siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem secara bersama-sama.

2. Kelemahan

 Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi.  Diskusi membutuhkan waktu yang sama.

 Tidak semua siswa berani mengemukakan pendapatnya.

 Diskusi akan didominasi oleh siswa yang berani dan biasa bicara. Selanjutnya untuk menutupi segala kekurangan yang terdapat dalam metode pengajaran diskusi ini, maka seorang guru harus pandai-pandai menutupi kekurangan tadi dengan misalnya memberikan variasi-variasi pada waktu pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Variasi pada pada penerapan metode diskusi dapat diselingi dengan metode tanya jawab dan metode yang lainnya, yang bertujuan untuk melihat efektifitas metode pengajaran yang diterapkan.

e. Penyebab Kegagalan Diskusi

Denis S. Couran mengidentifikasi sebab-sebab yang dapat menggagalkan diskusi adalah:9

1) Adanya anggota kelompok yang tidak patuh pada apa yang ditentukan (seringkali karena ketidak sengajaan)

2) Adanya anggota yang mengikuti kelompok dengan tujuan berbeda.

9


(33)

3) Kadang-kadang kelompok yang mempunyai dukungan mayoritas untuk suatu pendirian tertentu menolak diadakannya penilaian yang jujur sebelum dimulai diskusi.

4) Beberapa anggota mungkin cenderung ingin memainkan peran yang menyeleweng dari pokok diskusi untuk kepentingan sendiri. Mereka cenderung tidak setuju terhadap apa saja yang dibahas.

5) Beberapa anggota mungkin kurang senang berpartisipasi dalam diskusi, sehingga dengan demikian kelompok mungkin tidak mendapat informasi berguna dari mereka.

6) Ada yang bersitegang memikirkan sikapnya sendiri sehingga hanya mengemukakan generalisasi yang tidak didukung oleh fakta, dan tidak merasa bertanggung jawab untuk memberikan fakta untuk mendukung pendapatnya.

7) Ada anggota yang mencoba meyakinkan bahwa yang mengetahui lebih banyak dari yang lainnya.

8) Kadang-kadang konflik pribadi timbul karena pemilihan atau penggunaan kata-kata yang kurang bijaksana.

9) Adakalanya beberapa anggota tidak keberatan menyetujui konsensus yang semua hanya demi mempersingkat waktu.

f. Petunjuk Praktis Pelaksanaan Diskusi

Diskusi yang dimaksud adalah pesertanya lebih banyak dari diskusi kelompok atau diskusi kelas. Dengan demikian diharapkan siswa tidak hanya dapat melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas di tempt terbatas yaitu ruangan kelas saja, melinkan juga dapat melaksanakan diskusi yang lebih banyak. Dalam upaya mempersiapkan diskusi adalah:

1) Akomodasi, diantaranya: tempat, perlengkapan, tata ruang, lembar kertas kerja.

2) Administrasi 3) Peserta


(34)

4. Hakikat Hasil Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa hasil belajar adalah: “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru”.10

Sedangkan Hadari Nawawi berpendapat bahwa hasil belajar adalah : “ Tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor, yang diperoleh dan hasil hasil test mengenai sejumlah materi pelajaran tersebut”.11

Hasil belajar dapat juga disepadankan dengan prestasi belajar siswa.

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Winkle yang dikutip Purwanto “Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.12

Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran (goal directed). Dalam konteks demikian maka menurut Purwanto “Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are beingattained). Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya”.13

Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswamemiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalamkegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran.

Definisi hasil belajar menurut Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Haris bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan yang

10

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. Ke2

(Jakarta : Balai Pustaka), Hal. 578.

11

Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia di Kalangan Murid Terhadap Prestasi Belajar di SD, (Jakarta: Th II, No.1/198 1) ,Hal. 100

12

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, Hal. 45.

13


(35)

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. 14

Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Agus Suprijono mengatakan yang dimaksud dengan “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi dan keterampilan”.15

Dengan mengetahui hasil belajar atau prestasi belajar siswa, seorang guru dapt mengetahui tingkat atau kedudukan anak tersebut di dalam kelas, apakah ia tergolong anak pandai, sedang, ataukah kurang. Biasanya hasil belajar anak dinyatakan dalam angka, huruf ataupun kalimat-kalimat dan terdapat pada periode tertentu.

Belajar merupakan sebuah aktifitas yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Sumadi Suryabrata, Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang digolongkan menjadi 2 , yaitu :

1) Faktor non sosial, adalah faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar dan prestasi belajar. Fasilitas dan situasi yang tersedia ketika belajar, akan member motivasi pada anak untuk lebih giat dalam belajar. Kelompok faktor ini boleh dikatakan tak terbilang jumlahnya, seperti : keadaan udara, cuaca, waktu, suhu udara dan alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat tulis, buku, alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut sebagai alat pelajaran.

2) Faktor sosial, adalah faktor , hal-hal yang termasuk dalam faktor sosial adalah: keadaan rumah, perhatian dan kasih sayang guru atau orang tua, rasa aman, dan lainya.

14

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), Cet.1, Hal. 14.

15

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet.1, hal.5.


(36)

b. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yang juga digolongkan menjadi 2, yaitu :

1) Faktor-faktor fisiologis, yaitu keadaan fisik yang sehag, tegar, dan kuat akan dapat menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Misalnya seorang anak yang terganggu indra penglihatannya, maka ketika belajar mungkin anak tersebut tidak sanggup untuk mengikuti materi demi materi yang disampaikan oleh guru.

2) Faktor psikologis, adalah sifat-sifat umum aktivitas manusia ataupun anak, yang meliputi : perhatian, pengamatan, tanggapan dan variasinya, fantasi,perasaan, motif-motif dan ingatan.16

Dengan memperhatikan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar, bahwa dalam proses belajar dapat terjadi perubahan pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain.

Perubahan itu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan kata lain hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar di dapatkan oleh guru setelah melakukan serangkaian evaluasi terhadap apa yang telah disampaikan kepada siswa sebelumnya. Muhibbin Syah mengungkapkan “Evaluasi berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif “.17

Tujuan evaluasi adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan siswa itu.

16

Sumadi Suryabrata, Pendidikan Psykologis Cet. Ke.18 (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), Hal. 233-135

17

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Remaja Rosda Karya 1999 ), Hal.176


(37)

b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat, sedang atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya.

c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti bahwa dengan evaluasi, guru akan mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan adanya tingkat usaha yang efesien, sedangkan hasil yang buruk adalah cermin usaha yang tidak efesien.

d. Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.

e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM). Dengan demikian, apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru seyogyanya mengganti metode tersebut atau mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi.18

Untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui evaluasi belajar, maka diperlukan suatu system penilaian yang tersusun dengan benar.System penilaian ini mencakup pengumpulan sejumlah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar.

Prinsip-prinsip dan strategi penilaian kelas yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus :

a. Mengembangkan matrik kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah.

18


(38)

b. Mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.19 Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai melalui tes tertulis (Papper pencil test), sedangkan tujuan dan pengalaman belajar yang lain (seperti bercakap dan praktikum IPA) akan sangat efektif dinilai dengan tes praktek (Performance assessment), demikian juga metode obeservasi sangat efektif digunakan untuk menilai aktivitas pembelajaran siswa dalam kelompok dan skala sikap (rating scale )sangat cocok untuk menilai aspek afektif, minat dan motivasi anak didik.20

5. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar

Beberapa ahli berpendapat tentang pengertian belajar. Menurut Gagne (1984), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan Hamalik (1995) berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.21 Lebih lanjut Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psycology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.”22

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah dikatakan belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh berdasarkan pengalaman yang dialaminya.

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perlaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan.

19

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 ), hal. 186

20

Ibid, hal. 194

21

Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI 2009),cet. 1, h.3

22

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Remaja dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosdakarya, 1995), h.88


(39)

Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:23

1) Perubahan Intensional yaitu, perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.

2) Perubahan positif dan aktif yaitu, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya.

3) Perubahan Efektif dan Fungsional yaitu, perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Selain itu perbahan bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.

b. Bentuk-bentuk Belajar

Bentuk-bentuk belajar mempunyai kaitan dengan proses untuk memperoleh hasil belajar. Oleh sebab mengajar merupakan serangkaian upaya untuk memberi kemudahan bagi siswa agar terjadi proses belajar, maka bentuk-bentuk belajar pun mempunyai kaitan dengan proses guru/pendidikan. Proses guru/pendidikan dapat dipandang sebagai penciptaan lingkungan yang member rangsangan bagi terjadinya proses belajar.

Rangsangan yang disajikan dalam proses guru/pendidikan disesuaikan dengan bentuk-bentuk belajar tertentu, yang dapat digolongkan ke dalam empat macam, yaitu:24

1) Belajar verbal

Bentuk belajar verbal merupakan bentuk belajar sederhana, dan dapat menjadi dasar bagi bentuk-bentuk belajar yang lain. Bentuk belajar ini menekankan pada kemampuan menyatakan ide dengan kata-kata,

23

Ibid, h.115

24


(40)

seperti dalam guru/pendidikan bahasa atau kemampuan mengingat suatu konsep atau prinsip tertentu dan menyatakan kembali dengan kata-kata. 2) Belajar konsep dan prinsip

Konsep adalah hasil penyimpulan tentang sesuatu hal berdasarkan atas adanya ciri-ciri yang sama pada hal tersebut. Konsep adakalanya berkaitan dengan sesuatu obyek, sesuatu peristiwa atau berkaitan dengan manusia. Adapun prinsip adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih.

3) Belajar pemecahan masalah

Bentuk belajar kemampuan pemecahan masalah banyak menunjang kreativitas seseorang, yakni kemampuan menciptakan ide baru, baik yang bersifat asli ciptaannya sendiri maupun suatu perubahan dari berbagai ide yang telah ada sebelumnya.

4) Belajar keterampilan

Keterampilan merupakan suatu kegiatan tertentu merupakan suatu bentuk pengalaman belajar yang sepatutnya dicapai melalui proses belajar disekolah.

Dari uraian bentuk-bentuk belajar diatas bahwasannya untuk mencapai tujuan dari masing-masing bentuk belajar itu tidak terlepas dari peran dan fungsi seorang guru/pendidik.

c. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas balajar sebagaimana dikatakan oleh Wingo bahwa belajar didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:25

1) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan

25


(41)

konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep.

2) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman, atau dalam istilah pendidikan “learning by doing” yaitu belajar dengan jalan melakukan suatu kegiatan.

3) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan, yaitu dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan dimiliki oleh setiap siswa.

d. Tipe-tipe Belajar

Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupakan prinsip umum baik dalam mengajar maupun belajar. Adapun tipe-tipe belajar tersebut antara lain:26

1) Belajar isyarat (Signal Learning)

2) Belajar stimulus-respon (stimulus respon learning)

3) Belajar rangkaian (Chaining)

4) Asosiasi verbal (Verbal association)

5) Belajar diskriminasi (Discrimination learning)

6) Belajar konsep (Concept learning)

7) Belajar aturan (Rule learning)

8) Belajar pemecahan masalah (Problem solving learning) 6. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, terjemahan dari kata-kata dalam bahasa Inggris “natural science” atau secara singkat sering disebut “science” saja. Natural artinya alamiah atau berhubungan dengan alam; science artinya ilmu pengetahuan. Secara umum IPA didefinisikan sebagai suatu sistem dalam mempelajari alam melalui pengumpulan data dengan cara observasi dan percobaan yang terkendali. Setelah data dikumpulkan baru dapat dikemukakan teori yang lebih jauh untuk menjelaskan apa yang telah diteliti. Akan tetapi IPA juga sering digambarkan hanya sekedar kumpulan hukum dan katalog dari fakta-fakta yang tidak

26


(42)

berhubungan. Gambaran yang sempit tersebut akhirnya akan mempengaruhi cara menyikapi IPA sebagai hal yang rumit dan membosankan.

Bagaimana Hakikat IPA sebenarnya? IPA bukan sekedar kumpulan hukum dan fakta-fakta, seperti para ahli berkata bahwa IPA ”It is a creation of human mind, with its freely invented ideas and concepts” Hal ini

mengandung maksud bahwa IPA adalah : “ Hasil kreasi dari pemikiran manusia, yang dengan kebebasan berfikirnya menemukan ide-ide dan konsep-konsep. Definisi tersebut diatas menghapus sebagian besar pandangan sempit tentang Ilmu Pengetahuan Alam.

Paolo dan Martin yang dikutip oleh Iskandar, mendefinisikan IPA untuk anak-anak terdiri dari kegiatan:

1) Mengamati apa yang terjadi;

2) Mencoba memahami apa yang diamati;

3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi; dan

4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Secara lebih luas, Negel menyatakan bahwa IPA dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu:

1) IPA sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kesejahteraan umat manusia;

2) IPA sebagai suatu pengetahuan yang sistematik dan tangguh dalam artian hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa; dan

3) IPA sebagai suatu metode untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian atau hukum-hukum ataupun teori-teori dari objek yang diamati.27

Dari beberapa pengertian IPA diatas dapat dideskripsikan bahwa IPA bukan sekedar kumpulan hukum dan fakta semata, namun lebih dari itu, IPA adalah suatu objek atau bidang studi yang membahas kenyataan, fakta-fakta, dan teori-teori untuk menggambarkan tentang kerja dari alam dan merupakan

27


(43)

kreasi dari pemikiran manusia dalam mengemukakan ide-idenya ataupun konsep-konsep secara bebas. Seluruh pemikiran ini sangat bermanfaat bagi kehidupan anak. Dengan belajar sains, anak belajar pula untuk memecahkan masalah kehidupan.

Dengan kata lain IPA dapat dipandang dari beberapa dimensi. Pertama, dimensi IPA sebagai produk yaitu sebagai kumpulan pengetahuan tentang IPA yang telah teruji kebenarannya dan telah ditemukan oleh ahli IPA terdahulu. Kedua, IPA sebagai proses yaitu cara memperolehnya, yang tidak lain adalah metode ilmiah. Oleh karena itu mengajarkan IPA pada siswa SD/MI tidak cukup hanya dengan mentransfer apa yang ada di buku paket, akan tetapi lebih jauh dari itu anak harus diajak ke alam IPA yang lebih konkret. Anak diajak untuk melakukan pengamatan dan observasi seolah mereka menjadi”ilmuwan cilik” mereka melakukan pengamatan dan penemuan sendiri.28

Apabila IPA diajarkan dengan benar dimana anak bukan hanya duduk, dengar, catat dan hapal (DDCH) akan tetapi mereka melakukan pengamatan dan percobaan, maka akan berkembang sikap ilmiah.

Menurut Wyne Harlen dalam Darmodjo setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA di sekolah dasar. Sikap tersebut tentunya sikap terhadap alam sekitar. Sikap tersebut antara lain:

a. Sikap ingin tahu, sikap ingin tahu adalah sikap yang ingin selalu mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamatinya. Anak mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan jalan bertanya. Bertanya pada gurunya, temannya atau bertanya pada dirinya sendiri.

b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap ingin tahu anak dapat dipupuk dengan cara mengajaknya melakukan pengamatan langsung pada objek-objek yang ada di sekitar mereka. Yang mereka peroleh akan dapat memberikan sesuatu yang baru baginya tentang objek yang diamatinya itu.

28

Endang Wahyudiana, Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru, “Ilmu Pengetahuan Alam”, (Jakarta: UNJ, 2011), Hal. 181


(44)

c. Sikap kerjasama, sikap ini dapat dipupuk pada anak dalam bentuk kerja kelompok, pengumpulan data maupun diskusi untuk menarik kesimpulan hasil observasi.

d. Sikap tidak putus asa. Dalam upaya menggali pengetahuan, anak kadang menemukan kegagalan. Akan tetapi kegagalan tersebut tidak akan lantas membuat mereka tidak putus asa. Mereka akan terdorong untuk mengulangi percobaan atau observasi yang gagal tersebut hingga berhasil pada tujuan yang diharapkan.

e. Sikap tidak berpurba sangka, ada kalanya dengan hanya berpikir rasional kadang terjadi kesalahan dalam mencari kebenaran. Seperti orang telah berabad-abad mempercayai kebenaran bahwa matahari beredar mengelilingi bumi. Oleh karena itu mencari kebenaran dalam IPA selain melalui berpikir yang rasional juga selalu menjunjung objektivitas. Objektifitas inilah menjadikan anak dalam menetapkan kebenaran tidak lagi purbasangka.

f. Sikap mawas diri, anak yang mempelajari IPA sangat menjunjung tinggi kebenaran. Kebenaran bukan hanya pada luar dirinya akan tetapi juga akan ditujukan terhadap dirinya sendiri. Merka akan menjunjung tinggi kebenaran dan akan berani melakukan koreksi pada dirinya sendiri. Oleh karena itu mereka akan hati-hati untuk melakukan kesalahan.

g. Sikap bertanggung jawab, sikap ini dapat dikembangkan anak melalui pembuatan laporan hasil penelitian, hasil pengamatan, atau hasil kerjanya kepada teman sejawat, guru atau orang lain sejujur-jujurnya. Dengan demikian anak akan belajar berani mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya.

h. Sikap berpikir bebas, Mencatat atau merekam hasil pengamatan secara objektif sesuai dengan apa adanya atau membuat laporan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan merupakan hal yang paling penting dalam pembelajaran IPA untuk mengembangkan sikap berpikir bebas. Jadi mereka tahu sesuatu bukan hanya karena mereka diberitahu dan tunduk


(45)

kepada guru akan tetapi mereka dapat temukan hal itu secara mandiri dari berbagai sumber.

i. Sikap disiplin diri, kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol atau mengatur dirinya menuju kepada tingkah laku yang dikehendaki dan yang dapat diterima oleh masyarakat. Dalam pembelajaran IPA sikap ini dapat dikembangkan melalui percobaan/eksperimen. Dalam eksperimen diperlukan adanya disiplin dalam melaksanakan prosedur yang sistematis. Yang jika tidak dilakukan sesuai prosedur maka percobaan akan gagal tidak mencapai kesimpulan yang diharapkan.29

Jika memperhatikan hakikat IPA di atas maka IPA dapat dilihat dari beberapa dimensi yakni produk, proses dan pengembang sikap. Pembelajaran IPA di SD/MI harus mencakup ketiga dimensi tadi. Oleh karena itu pembelajaran IPA pada anak SD/MI tidak cukup hanya dengan mentransfer apa yang ada di buku paket, akan tetapi lebih jauh dari itu anak harus diajak ke alam IPA yang lebih konkret. Anak diajak untuk melakukan pengamatan dan observasi seolah mereka menjadi ”ilmuwan cilik” mereka melakukan pengamatan dan penemuan sendiri. Melalui pembelajaran IPA seperti itu pengetahuan anak akan bertambah begitu pula sikap dan keterampilan proses pun berkembang.

Sejalan dengan karakteristik bidang studi IPA maka pendekatan keterampilan proses dapat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran IPA di SD/MI . Pendekatan ini disebut pendekatan keterampilan proses karena memiliki ciri-ciri khusus berkenaan dengan proses pengolahan informasi yaitu 1) ilmu pengetahuan tidak dipandang sebagai produk semata, tetapi terutama sebagai proses. 2) anak dilatih untuk terampil dalam memperoleh dan memproses informasi dalam pikirannya sesuai dengan langkah-langkah

29

Hendro Darmodjo, JRE Kaligis. Pendidikan IPA II, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan ,1992), Hal. 7


(46)

metode ilmiah, misalnya terampil dalam mengobservasi, mengklasifikasi, anak juga dilatih membuat hipotesis dan mengujinya melalui eksperimen. Jadi pembelajaran dengan pendekatan proses mengutamakan aktivitas siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber (misalnya dari observasi, eksperimen, dan sebagainya). Guru tidak dominan melainkan bertindak sebagai organisator dan fasilitator. Dalam pendekatan keterampilan proses anak dipandang sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembelajaran. Tekanannya pada pengembangan intelektual dan emosional sehingga menjadi manusia yang utuh. Selanjutnya bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses membekali anak keterampilan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sehingga tidak mustahil kelak akan lahir hukum ucok, teori buyung, postulat ujang dan sebagainya. Mereka bukan hanya sebagai pengkonsumsi tapi juga penemu-penemu pengetahuan.

Begitu juga dengan pengembangan sikap. Anak yang belajar IPA dengan benar akan mengembangkan sikap ilmiah mereka. Melalui pembelajaran IPA dengan pendekatan keterampilan proses akan berkembang sikap ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, tidak purba sangka akan tetapi meyakini kebenaran selalu objektif berdasarkan bukti. karena anak melakukan kegiatan pembelajaran

Media pembelajaran adalah perlengkapan yang digunakan untuk memperjelas pesan danmemungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dengan pesan jika dikelompokkan, media terdiri dari media yang harus didesain atau dibuat terlebih dahulu (by Design) dan ada yang tinggal pakai (by Utilization).

Pada pembelajaran IPA media yang harus didesain terlebih dahulu bisa berupa alat-alat seperti torso, gambar, alat-alat percobaan dan sebagainya. Bahkan dengan kemajuan teknologi, saat ini telah banyak diterapkan pembelajaran berbantuan komputer (Computer Assisted Instruction/CAI). Sedangkan yang tinggal pakai seperti kebun, tanah lapang, tanaman, sungai, dan benda lainnya yang tersedia di lingkungan yang dapat langsung digunakan tanpa harus membuatnya terlebih dahulu.


(47)

Tidak ada media yang terbaik. Termasuk pada pembelajaran IPA. Yang mungkin adalah pemilihan media yang tepat sehingga dengan media tersebut pencapaian tujuan pembelajaran akan lebih efektif. Pada prinsipnya pemilihan media dapat dilakukan dengan mengingat 3K, yaitu:

(1) ketepatan dengan tujuan pembelajaran, (2) kesesuaian dengan sasaran, dan

(3) kemudahan dalam pengadaannya.

Karakteristik pembelajaran IPA adalah pembelajaran tidak lepas dari observasi dan pengamatan. Sedangkan objek pengamatan dan eksperimennya tidak lain adalah benda dan kejadian yang ada di sekitar kehidupan siswa. Sesuai dengan karakteristik IPA dan berpatokan pada prinsip pemilihan media pembelajaran di atas maka pada pembelajaran IPA guru harus sedapat mungkin menjadikan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran.

Sebenarnya pemilihan media pembelajaran IPA tidaklah terlalu sulit. Lingkungan menyediakan sarana dan sumber belajar yang lengkap dan tidak pernah habis. Yang terpenting adalah kemauan guru melakukan hal tersebut dengan penuh loyalitas dan tanggung jawab.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian, yang dilakukan oleh TH. Kunang Gayatri dengan judul “Penggunaan Metode Diskusi Untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN Sambi 4 Tahun 2009/2010”.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa klas 4 SDN Sambi 4 Tahun Pelajaran 2009/2010. Melalui metode diskusi akan membangkitkan semangat belajar siswa. Proses pembelajaran akan lebih kreatif karena semua siswa dapat mengutarakan pendapatnya, siswa akan lebih aktif dan tidak merasa bosan.Sehingga dengan menggunakan metode diskusi proses pembelajaran akan lebih menyenangkan, aktif, kreatif dan tidak membosankan sehingga dengan menggunakan metode diskusi hasil belajar siswa dapat meningkat


(1)

f

21 II t 6 Purwanto, Evaluasi HasilB e I aj ar, (Yogyakarta: Pustaka Pelaiar.2009). Cet. l. HaL45

2 5

4-22

il

t 7

Asep Jihad dan Abdul Haris, Ev aluas i P e mb e I aj ar an, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), Cet.l, Hal. 14.

2 5

af

z 5 II t 8

Agus Suprij ono, Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hal.5.

26

a A

II l 9

Sumadi Suryabrata, Pendidikan Psykologis, Cet, Ke 18 (Jakarta: Rajawali Pers, 1991),

Hal.233-23s

27

ll \-

A

q

z ) II

20

Pendidikan, (Jakarta : RemajaMuhibbin Syah, Psikologi

Rosda Karya. 1999 ). Hal.140

27

r

z6

il

21

Pendidikan, Muhibbin Syah, (.Iakarta Ps ikologi: Remaja

Rosda Karva. 1999 )" Hal.l77

2 8

n"'

4')

27

II

22

Abdul Majid, Perencanaan P emb e I aj ar an Men ge mb angkan Standar Kompetens i Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 ). hal. 186

2 8

r\

ll I

,--q7)

2 8

II

Abdul Majid, Perencanaan P e mb e I aj ar an Menge mb angkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 ). hal.194

29

A -/"

{1

29

il 24

Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi P e m b e I aj ar an, (J akarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depas RI2009),cet. l, h.3

29

3 0 il 2 5

Muhibbin Syah, Psikologi P endidikan Remaj a dengan p e n d e kat an b ar u, (B andung: Rosdakarya. 1995), h.88

29

J I I 26

Muhibbin Syah, P sikologi P endidikan Remaj a dengan p e n de kat an b ar u, (B andtlngl' Rosdakarya, 1 995), h. I I ll

29

er

II 2 7

Sumiati dan Asra, Metode P e mb e I aj ar an, (Bandung : CV Wacana Prima,2009), h 54

3 0

ar-a ar-a

J J I 2 8

Sumiati dan Asra, Metode P e mb e I aj ar an, (Bandung : CV Wacana Prima,2009), h 41


(2)

h-1 A

J + II 29

Sumiati dan Asra, Metode P emb e I aj ar an, (Bandung: CV Wacana Prima,2009). h 52

) z

K

3 5 II 3 0

Abuddin Nata, Filsafat P endi di kan Is I am, (Jakarla: Gaya Media Pratama, 2005), Cet Pertama.h. 101 .

) z

6,,'

3 6 II 31

A. Heris Hermawan, Filsafat P endidikan Is I am, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet Pertama. h. 84

3 1 l l

A. Heris Flermawan, Filsafat P endidi kan Is I am, Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, Cet Pertama, h . 7 8 .

3 3

a,-3 8 I I J J

A. Heris Hermawan, Filsafat P endidikan Islam, Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, Cet Pertama, h . 8 2

3 3

o

1_

3 9 II 3 4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Remaj a dengan p end e kat an b aru, (B andung"

Rosdakarya, 1995), h. 10

3 4

0f

4 0 II 3 5

Abd Rozak dkk, Kompilasi Undang-undang dan P eraturan B i dan g P endidi kan, (Jakarta, FITK Press UIN,20 I 0), cet ke- I , h . 6 .

3 4

'ot

/r)

-4 l I I 3 6

Abuddin Nata, Filsafat

P e n d i d i kan I s I am,(J akarta, G ay a Media Pratama,20O5), cet pertama h.101 .

J 4

4,-42

II ) I

A. Heris Hermawan, Filsafat P endidikan Is lam, (J akarta, Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet Peftama. h. 84

a i

J +

A--o\

A 1

+_) II 3 8

Muhibbin Syah, Psikologi P endidikan Remaj a dengan p e nd e kat an b aru, (B andtng: Rosdakarya, 1995), h, l1

3 5

44 U 3 9

Muhibbin Sy ah, P sikologi P endidikan Remaj a den gan p e n d e kat an b ar u, (B andung:

Rosdakarya, 1995), h. l2

3 6

k-)'

4 5 II 40 A. Heris Hermawan, FilsaJat


(3)

fr)---ft'

Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet Pertama. h. 84

46 II 4 l

A. Heris Hermawan, Filsafat P endidi kan Is I am, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet Fertama, h. 98

3 7

4 1 I I / 1 a

Abd Rozak dkk, Kompilasi Undan g- undan g d an P e r atur an B i d ang P endidi kan, (Jakarta, FITK Press UIN,20l0), cet ke-1, h . 6

3 7

A'

4 8 II A '

+ )

Karso, Dasar-dasar P endidi kan MIP A( Jakarta: Universitas Terbuka, I 993), \7a1.23

3 8

4-49 I I 44

Endang Wahyudiana, Modul Pendidikan dan P elatihan Frofesi Guru, "llmu

Fengetahuan Alam", (Jakarta: { - f N J , 2 0 l l ) , H a l . 1 8 1

3 9

5 0 II 4 5

Hendro Darmodjo, JRE Kaligis, Pendidikan IPA II, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga

Kependidik an,1992), Hal. 7

4 1

5 l III

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode P enelitian P endidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), hal" 207 .

46

0-r--5 2 III 2

Sugiyono. Me tode P ene lit i an P endidikan (P endekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D|. (Bandung: Alfabeta, 2009). hal. 74-75

46

()

--U)

5 3 III a-)

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk

Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula, (Bandung: ALFA BETA, 2009). hal. 54

4 1

5 4 III A

Riduwan, tselajar Mudah Penelitian Untuk

Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula, (Bandung: ALFA tsETA, 2009). hal. 56

4 7

5 5 III 5 Riduwan, Belajar Mudah

Penelitian Untuk


(4)

Karyawan Dan Peneliti Pemula, (Bandung: ALFA BETA, 2009). hal. 58

t!\ .

Ul

5 6 III 6

Suharsinni Arikunto, Pros edur P enelitian Suatu P endekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal.203

4 8

5 7 III 7

Suharsimi Arikunto, Prosedur P enelitian Suatu P endekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal. 204

4 8

&.'

5 8 III 8

Anas Sudjiono, Pengantar Ev aluas i P end idi kan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persad a,2010), h . 2 5 8

4 8

A-5 9 III 9

Anas Sudijono, P engantar S t at is t ik P e ndidi kan (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,

2 0 1 0 ) . h . 2 5 8

49

6

A

60 I I I

t 0

dasar Evaluasi, (Jakarta: BumiSuharsimi Arikunto,

Dasar-Aksara, 20 l2), h. 222-223

5 0

n-U1

6 1 III l 1 dasar Evaluasi, (Jakarta: BumiSuharsimi Arikunto, Dasar-Aksara. 20 l2\, h. 222-223

'50

A.-a1

62

III

t2

dasar Evaluasi, Suharsimi Arikunto, (Jakarta: Dasar-Bumi Aksara, 20 1,2), h. 227 -228

5 0

6;

63 IIl l 3 Riduwan. Dasar-dasarSt atis tika (Bandung: Alfabeta, 2 0 1 0 ) . h . 1 9 0

5 l

0i

64 III

t 4

(Bandung:Tarsito,2005), Sudjana, Matoda Statistikacet. III,

h249

5 l

6-65 III l 5 (Bandung:Tarsito,2005), Sudjana, Matoda Statistikacet. III, h239

52

K

Jakarta, Juli2014

i Irwandi. M.Si.

E


(5)

7

Nomor

: Un.01/F.1/KM.O1

.31.2#..12012

Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Pennohonan lzin Penelitian

Tembusan: 1. Dekan FITK

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta,

30 April 2012

Kepada

Yth.

Kepala

Ml. NUR,ATTAQWA

di

Tempat

Assal

amu'

al aiku

m wr.wb.

Dengan

hormat

kami sampaikan

bahwa,

Nama

: SlTl MAESAROH

N I M

: 8 0 9 0 1 8 3 0 0 0 0 8 1

Jurusan

: PGMI

(Dual

Mode System)

Semester

:Vlll (Delapan)

Judul Skripsi : Pengaruh

Metode

Diskusi

Terhadap

Hasil Belajar

IPA Kelas lll Ml.

Nur-Attaqwa

Kelapa

Gading

Jakarta

Utara

adalah benar mahasiswa/i

Fakultas

llmu Tarbiyah

dan Keguruan

UIN Jakarta

yang

sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di

instansi/sekolah/mad

rasah yan

g Saudara

pim

pi n.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut

melaksanakan

penelitian

dimaksud.

Atas perhatian

dan kerja sama Saudara,

kami ucapkan

terima kasih.

Wassal

amu'

al aikum wr.wb.

PGMI Dual Mode System

KEMENTERIAN

AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

JL lr. H. Juatfu No 95 Cipt t/F,t 1 541 2 lrrdone.qa

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 Tgl. Terbit : 1 Maret 20.10 No. Revisi: : 01

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN

IZIN PENELITIAN

MA


(6)

YAYASAN

pENDIDIKAN

ISIAM

NUR

- ATTAQIIA

MADRASAH IBTIDAIYAH

KELAPA GADING JAKARTA UTARA

AKTE NOTARIS : NO. 21 SOETOMO RAMELAN, SH.

JL. RAYA

PEGANGSAAN

DUA

KM :4 RAWA

INDAH

KELAPA

GADING

JAKARTA

UTARA

14250

TE1P.44836430

Nomor :012/B/NAT/Vlll/2}12 L a m p i r a n :

-H a l : P E M B E R I A N I Z I N P E N E L I T I A N K e p a d a Y t h ,

D e k a n B i d . A k a d e m i k

U I N S y a r i f H i d a y a t u l l a h J a k a r t a D i

-J A K A R T A

N a m a N I M S e m e s t e r J u d u l S k r i p s i

D e n g a n H o r m a t ,

B e r d a s a r k a n S u r a t P e r m o h o n a n l z i n P e n e l i t i a n B a p a k , N o m o r : U n . 0 1 / F / K M . 0 1 . 3 / 7 6 3 1 2 0 1 2 t a n g g a l 3 0 A p r i l 2 0 1 4 , m a k a d e n g a n i n i P i m p i n a n M a d r a s a h l b t i d a i y a h N u r - A t t a q w a J a k a r t a t e l a h m e n e r i m a d a n m e m b e r i k a n i z i n k e p a d a M a h a s i s w a t e r s e b u t d i b a w a h i n i :

SITI MAESAROH 8090183000081 V l l l ( d e l a p a n )

P E N G A R U H M E T O D E D I S K U S I T E R H A D A P H A S I L BELAJAR IPA KELAS III MI. NUR-ATTAQWA KELAPA GADING JAKARTA UTARA

D e m i k i a n s u r a t in i d i b u a t , k e p a d a y a n g b e r k e p e n t i n g a n m o h o n m a a f d a n m a k l u m .

J a k a r t a ; 5 M e i 2 0 L 2 Ml. Nur-Attaqwa

M

I{ADRASAH IBIIDAIYAI{ N U R . A T I A Q W A T ERAX RED ITASI