EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA :Penelitian Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi di SMA N Kota Bukittinggi Tahun Ajaran 2010/2011.
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……… ii
DAFTAR ISI……… iii
DAFTAR TABEL……… v
DAFTAR GAMBAR... ix
ABSTRAK... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Pertanyaan Penelitian ... 8
D. Batasan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
G. Hipotesis Penelitian ... 12
H. Variabel Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN TEORI A. Belajar dan Pembelajaran ... 18
1. Konsep Belajar ... 18
2. Teori Belajar ... 19
3. Konsep Pembelajaran ... 25
B. Model Pembelajaran Direct Instruction ... 27
1. Konsep Model Pembelajaran Direct Instuction ... 29
2. Dukungan Teoritis dan Empiris Model Pembelajaran Direct Instruction ... 33
3. Langkah -Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Direct Instruction ... 36
4. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran DI ... 39
C. Pembelajaran Akuntansi ... 44
1. Konsep Akuntansi ... 44
(2)
ii
D. Hasil Belajar ... 54
1. Ranah Kognitif ... 55
2. Ranah Afektif ... 59
3. Alat Ukur Hasil Belajar ... 61
E. Penelitian yang Relevan ... 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 65
B. Desain Penelitian ... 66
C. Definisi Operasional ... 68
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 72
E. Instrumen Penelitian ... 73
F. Uji Coba Instrumen ... 76
G. Pengolahan dan Analisis Data ... 79
H. Prosedur dan Langkah Penelitian ... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 82
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 82
2 Analisis Deskriptif ... 84
3. Analisis Inferensial ... 140
B. Pembahasan ... 158
BAB V SIMPULAN SARAN A. Simpulan ... 166
B. Saran ... 167 DAFTAR PUSTAKA
(3)
iii
DAFTAR TABEL
NO JUDUL TABEL HAL
2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 49
2.2 6 Kategori Dimensi Proses Kognitif 57
3.1 Desain Eksperimen 67
3.2 Kategori Reliabilitas Butir Soal 77
3.3 Kategori Daya Pembeda 78
3.4 Kategori Tingkat Kesukaran 79
4.1a1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Mengingat
84
4.1a2 Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Mengingat
85 4.1b1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Kontrol Ranah Kognitif level Mengingat
87 4.1b2 Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Kontrol Ranah
Kognitif level Mengingat
87 4.1c1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Mengingat
89
4.1c2 Nilai Postes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Mengingat
89 4.1d1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Kontrol Ranah Kognitif level Mengingat
91 4.1d2 Nilai Postes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Kontrol
Ranah Kognitif level Mengingat
92 4.2a1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Memahami
(4)
iv
4.2a2 Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Memahami
95 4.2b1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Kontrol Ranah Kognitif level Memahami
97 4.2b2 Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Kontrol Ranah
Kognitif level Memahami
98 4.2c1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Memahami
99
4.2c2 Nilai Postes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Memahami
100 4.2d1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Kontrol Ranah Kognitif level Memahami
102 4.2d2 Nilai Postes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Kontrol Ranah
Kognitif level Memahami
102 4.3a1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Menerapkan
105
4.3a2 Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Menerapkan
106 4.3b1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Kontrol Ranah Kognitif level Menerapkan
107 4.3b2 Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Kontrol Ranah
Kognitif level Menerapkan
108 4.3c1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Menerapkan
110
4.3c2 Nilai Postes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Menerapkan
110 4.3d1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Kontrol Ranah Kognitif level Menerapkan
112 4.3d2 Nilai Postes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Kontrol Ranah
Kognitif level Menerapkan
(5)
v
4.4a1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Menganalisis
116
4.4a2 Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Analisis
116 4.4b1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Kontrol Ranah Kognitif level Menganalisis
118 4.4b2 Nilai Pretes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Kontrol Ranah
Kognitif level Analisis
118 4.4c1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Menganalisis
120
4.4c2 Nilai Postes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Eksperimen Ranah Kognitif level Analisis
121 4.4d1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postes Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas Kontrol Ranah Kognitif level Menganalisis
123 4.4d2 Nilai Postes Mata Pelajaran Akuntansi Kelas Kontrol Ranah
Kognitif level Analisis
123 4.5a1 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Nilai Kelas Eksperimen
Ranah Afektif Level Receiving
126 4.5a2 Skor Hasil Belajar Akuntansi Ranah Afektif Level
Receiving Pada Kelas Eksperimen
126 4.5b1 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Nilai Kelas Kontrol Ranah
Afektif Level Receiving
128 4.5b2 Skor Hasil Belajar Akuntansi Ranah Afektif Level Receiving
Pada Kelas Kontrol
129 4.6a1 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Nilai Kelas Eksperimen
Ranah Afektif Level Responding
131 4.6a2 Skor Hasil Belajar Akuntansi Ranah Afektif Level
Responding Pada Kelas Eksperimen
131 4.6b1 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Nilai Kelas Kontrol Ranah
Afektif Level Responding
(6)
vi
4.6b2 Skor Hasil Belajar Akuntansi Ranah Afektif Level Responding Pada Kelas Kontrol
134 4.7a1 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Nilai Kelas Eksperimen
Ranah Afektif Level Valuing
136 4.7a2 Skor Hasil Belajar Akuntansi Ranah Afektif Level Valuing
Pada Kelas Eksperimen
136 4.7b1 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Nilai Kelas Kontrol Ranah
Afektif Level Valuing
138 4.7b2 Skor Hasil Belajar Akuntansi Ranah Afektif Level Valuing
Pada Kelas Kontrol
139
4.8
Uji Hipotesis Perbedaan hasil belajar Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Ranah Kognitif Level Mengingat
141 4.9 Uji Hipotesis Perbedaan hasil belajar Kelas kontrol dan
Kelas ksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Ranah Kognitif Level Memahami
144
4.10 Uji Hipotesis Perbedaan hasil belajar Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Ranah Kognitif Level Menerapkan
147
4.11 Uji Hipotesis Perbedaan hasil belajar Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Ranah Kognitif Level Analisis
150
4.12 Uji Hipotesis Perbedaan hasil belajar Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Ranah Afektif Level Receiving
153
4.13 Uji Hipotesis Perbedaan hasil belajar Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Ranah Afektif Level Responding
155
4.14 Uji Hipotesis Perbedaan hasil belajar Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Ranah Afektif Level Valuing
(7)
vii
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL GAMBAR HAL
1.1 Disain Penelitian 15
2.1 Dua Hasil Belajar Siswa dalam Direct Instruction 29
2.2 Siklus Akuntansi 50
3.1 Langkah dan Prosedur Penelitian 81
4.1a Sebaran data Pretes kelas Eksperimen Ranah Kognitif Level
Mengingat 86
4.1b Sebaran Data Pretes Kelas Kontrol Ranah Kognitif Level
Mengingat 88
4.1c Sebaran Data Postes Kelas Eksperimen Ranah Kognitif
Level Mengingat 90
4.1d Sebaran Data Postes Kelas Kontrol Ranah Kognitif Level
Mengingat 93
4.2a Sebaran Data Pretes Kelas Eksperimen Ranah Kognitif
Level Memahami 96
4.2b Sebaran Data Pretes Kelas Kontrol Ranah Kognitif Level
Memahami 99
4.2c Sebaran Data Postes Kelas Eksperimen Ranah Kognitif
Level Memahami 101
4.2d Sebaran Data Postes Kelas Kontrol Ranah Kognitif Level
Memahami 103
4.3a Sebaran Data Pretes Kelas Eksperimen Ranah Kognitif
Level Menerapkan 107
4.3b Sebaran Data Pretes Kelas Kontrol Ranah Kognitif Level
Menerapkan 109
4.3c Sebaran Data Postes Kelas Eksperimen Ranah Kognitif
(8)
viii
4.3d Sebaran Data Postes Kelas Kontrol Ranah Kognitif Level
Menerapkan 114
4.4a Sebaran Data Pretes Kelas Eksperimen Ranah Kognitif
Level Menganalisis 117
4.4b Sebaran Data Pretes Kelas Kontrol Ranah Kognitif Level
Menganalisis 119
4.4c Sebaran Data Postes Kelas Eksperimen Ranah Kognitif
Level Menganalisis 122
4.4d Sebaran Data Postes Kelas Kontrol Ranah Kognitif Level
Menganalisis 124
4.5a Sebaran Data Skor Kelas Eksperimen Ranah Afektif Level
Receiving 127
4.5b Sebaran Data Skor Kelas Kontrol Ranah Afektif Level
Receiving 130
4.6a Sebaran Data Skor Kelas Eksperimen Ranah Afektif Level
Responding 132
4.6b Sebaran Data Skor Kelas Kontrol Ranah Afektif Level
Responding 135
4.7a Sebaran Data Skor Kelas Eksperimen Ranah Afektif Level
Valuing 137
4.7b Sebaran Data Skor Kelas Kontrol Ranah Afektif Level
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global. Manusia yang mampu berkompetensi di sini adalah manusia yang mempunyai keterampilan yang tinggi, pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif. Sumber daya yang handal tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan yang merupakan aspek penting dalam pembangunan bangsa. Salam (1997:46) mengemukakan bahwa stimulasi dan penyertaan pendidikan pada masyarakat yang sedang membangun ternyata memberikan hasil yang memuaskan dalam mengatasi persoalan-persoalan dan hajat hidup orang banyak, baik di bidang perbaikan sistem politik, sosial ekonomi maupun sosial budaya.
Seorang tokoh pendidikan Jepang dalam Chan (2006 : 41). mengatakan bahwa pembaharuan menyeluruh yang terjadi di Jepang karena adanya pengaruh investasi pendidikan”. Sejalan dengan itu seorang tokoh di Jerman juga menyatakan bahwa pembaruan adalah berkat investasi sistem pendidikan. Tokoh ini kemudian menyimpulkan bahwa pendidikan berperan sebagai berikut: “for all whose who want to make the world as it is today a better place, and to prepare for the future, education is capital, universal subject” ( Chan 2006 : 41).
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat
(10)
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan pendidikan di atas mengindikasikan bahwa secara umum sasaran pelaksanaan pendidikan adalah terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Semua tujuan tersebut akan bermuara kepada proses pembelajaran sebagai ujung tombak penyelenggaraan pendidikan.
Guru sebagai seorang pendidik, harus mengetahui bahwa profesionalisme seorang guru yang utama bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Daya tarik suatu pelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri dan kedua oleh cara mengajar guru (Yamin 2007 : 134). Oleh karena itu tugas professional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna bagi siswa
Proses pembelajaran merupakan sebuah sistem dan melibatkan beberapa komponen, dimana komponen tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi. Sanjaya (2006: 58) menjelaskan komponen-komponen pembelajaran tersebut, yaitu; tujuan, materi pelajaran, metoda atau strategi pembelajaran, serta media dan evaluasi. Usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dapat dimulai
(11)
dari menganalisis setiap komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut.
Strategi atau metode adalah salah satu komponen yang mempunyai fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini, karena bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi yang tepat maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan (Sanjaya, 2006: 60). Oleh karena itu setiap guru perlu memahami secara tepat, baik itu model, metode dan strategi pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan proses pembelajaran
Tokoh pendidikan Arends berpendapat bahwa tidak ada satupun model pembelajaran yang lebih baik dibanding model pembelajaran lainnya, namun beliau menekankan bahwa model yang tepat sangat tergantung pada karakteristik siswa, materi ataupun tujuan yang ingin dicapai oleh guru. Model pembelajaran tersebut bisa berbentuk teaching models pendekatan yang berpusat pada guru ataupun students models pendekatan yang berpusat pada siswa, (Arends,2008:259-260). Menerapkan model pembelajaran yang tepat bisa dicobakan oleh guru sebagai usaha agar siswa menjadi tertarik dan berminat untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga nantinya kompetensi yang diharapkan dari siswa bisa dicapai. Guru yang profesional seharusnya senantiasa mencari model-model baru, ataupun memodifikasi model yang telah ada dalam usaha memecahkan masalah pembelajaran.
(12)
Istilah direct instruction, telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk merujuk pada suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Penjelasan ini dilanjutkan dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan melakukan praktik terstrukur, praktik di bawah bimbingan guru dan praktik mandiri, oleh karena itu inti dari model ini adalah aktivitas praktik, karena tiga tahap dalam model ini berkaitan erat dengan praktik dalam situasi bantuan yang berbeda-beda (Joyce,2009:426).
Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apa pun, tetapi paling tepat untuk mata pelajaran yang berorientasi kinerja, namun juga cocok untuk komponen-komponen keterampilan dalam mata pelajaran yang berorientasi informasi. Secara singkat dapat dikatakan model ini dirancang untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan prosedural) dan pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara langkah-demi langkah (Arends,2008:295-301). Sejalan dengan pendapat di atas Joyce juga menjelaskan bahwa model ini dirancang agar terjadi peningkatan penguasaan terhadap materi akademik dan keterampilan serta meningkatkan dan memelihara motivasi siswa karena pembelajaran dengan model ini dilakukan melalui aktivitas mengandalkan diri sendiri (siswa) dan penguasaan ingatan terhadap materi-materi yang telah dipelajari.
Mata pelajaran Ekonomi di mana didalamnya terdapat materi Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa SMA/MA yang mengambil jurusan IPS. Materi Akuntansi mulai diberikan kepada siswa sejak kelas XI dan
(13)
dilanjutkan di kelas XII. Ekonomi Akuntansi adalah salah satu pelajaran yang sarat dengan pengetahuan prosedural, di mana dalam pelajaran ini siswa dituntut untuk memiliki kompetensi untuk bisa menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa maupun dagang, yang dimulai dari pencatatan transaksi di jurnal, pemindahan transaksi dari jurnal ke buku besar, pengikhtisaran dalam bentuk neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian,menyusun worksheet, membuat laporan keuangan, dan terakhir membuat jurnal penutup dan jurnal balik. Konsekuensi dari materi seperti ini adalah bila seorang siswa tidak memahami langkah-langkah dasar maka seorang siswa akan kesulitan untuk memahami langkah selanjutnya yang lebih kompleks, kondisi ini tentu berimplikasi kepada kegagalan dalam pembelajaran
Permen no 22 tahun 2006 tentang standar isi menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran Ekonomi Akuntansi adalah :
1. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara,
2. Peserta didik menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi,
3. Peserta didik memiliki kemampuan untuk membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara, 4. Peserta didik memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang
bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Tujuan pembelajaran Ekonomi Akuntansi di atas seyogianya harus mampu dicapai oleh siswa, namun ternyata dari kondisi lapangan, berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, masih banyak siswa yang belum mencapai
(14)
ketuntasan belajar minimal yakni 75, rata-rata dari siswa baru mencapai ketuntasan 45- 65. Selain masih rendahnya ketuntasan belajar, rasa ingin tahu dan minat siswa juga terlihat masih kurang, hal ini terlihat dari sedikitnya pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan kepada guru, yang bertanya hanya murid itu ke itu saja, keinginan dan daya juang mereka untuk bisa memecahkan soal-soal yang diberikan tidak terlihat, pada saat mereka tidak mengerti siswa kurang berinisiatif untuk bertanya pada guru pada teman yang lebih pintar ataupun mencari referensi lain. Pada saat praktek akuntansi (pengerjaan soal-soal transaksi akuntansi) juga terlihat banyak siswa belum terampil dalam mencatat transaksi keuangan ke dalam berbagai jurnal dan form akuntansi. bila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut tentu akan menimbulkan dampak yang lebih negatif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Markus Maas (2004) tentang faktor-faktor kesulitan belajar Akuntansi siswa IPS, terungkap bahwa ketidak tepatan metode pembelajaran yang digunakan guru, merupakan salah satu faktor penyebab kesulitan belajar Akuntansi. (Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / h.III / Desember 2004). Sejalan dengan itu dari hasil wawancara dan pengamatan diketahui bahwa pembelajaran Ekonomi Akuntansi umumnya dilakukan dengan cara pemberian ceramah yang kemudian dilanjutkan dengan pengisian LKS. Permasalahan yang terungkap dari kondisi ini adalah kurangnya bimbingan dari guru, di mana siswa telah diharuskan mengerjakan LKS padahal sebelumnya mereka belum paham benar konsep-konsep dasar Akuntansi serta tata cara pengerjaannya, hal ini karena tidak adanya pelaksanaan praktik terstruktur dan praktik bimbingan namun langsung pemberian praktik mandiri dalam bentuk
(15)
pengerjaan LKS. Kondisi ini semakin tidak baik karena kebiasaan guru yang kurang memberikan umpan balik kepada siswa, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa rata-rata hanya ditanda tangani tanpa adanya koreksi-koreksi dan catatan-catatan dari guru, hal ini berimplikasi siswa tidak mengerti salahnya dimana, dan bagaimana yang seharusnya.
Beranjak dari permasalahan di atas, maka upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Ekonomi Akuntansi merupakan suatu kebutuhan yang urgen untuk dilaksanakan. Salah satu model pembelajaran yang dipandang bisa untuk menjembatani permasalahan tersebut adalah model pembelajaran direct instruction, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran direct instruction, merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan dan cocok untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan faktual, (dalam hal ini siswa memiliki kemampuan untuk memahami konsep-konsep dasar Akuntansi) selain itu model pembelajaran direct instruction juga cocok untuk meningkatkan pengetahuan prosedural, (dalam hal ini siswa memiliki kemampuan dalam penyusunan tahap-tahap siklus Akuntansi). Kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran direct instruction juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Rubina Kousar pada tahun 2010 yang berjudul “The Effect Of Direct Instruction Model On Intermediate Class Achievement”, dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model direct instruction, baik dari segi prestasi dan sikap secara konsisten lebih baik dibanding siswa yang pembelajarannya secara tradisional (Journal of College
(16)
Teaching and Learning; Feb 2010 tersedia online di http://proquest.umi.com / pqdweb)
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran direct instruction dalam pembelajaran Ekonomi Akuntansi, dan nantinya melihat efektivitas model pembelajaran direct instruction terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi. Model pembelajaran direct instruction yang diterapkan berdasarkan langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh (Joyce,2009:423) yang terdiri dari lima langkah yaitu penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Penjelasan ini dilanjutkan dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan melakukan praktik terstrukur, praktik di bawah bimbingan guru dan praktik mandiri, dan pada saat siswa melaksanakan praktek, umpan balik sesegera mungkin diberikan oleh guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan utama yang akan di teliti adalah: Apakah model pembelajaran direct instruction efektif terhadap pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi, baik dari segi kognitif (prestasi akademik) maupun afektif (sikap)?
C. Pertanyaan Penelitian
Untuk mengoperasionalkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian dijabarkan sebagai berikut :
(17)
1. Apakah hasil belajar ranah kognitif level mengingat pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa (resitasi)?
2. Apakah hasil belajar ranah kognitif level memahami pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa (resitasi)?
3. Apakah hasil belajar ranah kognitif level menerapkan pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa (resitasi)?
4. Apakah hasil belajar ranah kognitif level menganalisis pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa (resitasi)?
5. Apakah hasil belajar ranah afektif level receiving pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa (resitasi)?
6. Apakah hasil belajar siswa ranah afektif level responding pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran
(18)
direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa (resitasi)?
7. Apakah hasil belajar siswa ranah afektif level valuing pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa (resitasi)?
D. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian masalah yang diteliti dibatasi pada :
1. Penerapan model pembelajaran Direct Instruction hanya dilaksanakan pada kelas XI jurusan IPS di SMA.
2. Materi Ekonomi Akuntansi yang dipilih pada penelitian ini adalah pada standar kompetensi (SK) memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa.
3. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif dibatasi pada mengingat, memahami, mnerapkan dan menganalisis, disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh Depdiknas.
4. Hasil belajar siswa pada ranah afektif dibatasi pada perhatian siswa pada saat guru menjelaskan (receiving), siswa bersemangat dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan (responding) dan siswa memperlihatkan komitmen untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan(valuing)
(19)
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif level mengingat, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
2. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif level memahami, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
3. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif level menerapkan, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
4. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif level menganalisis, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
5. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar siswa ranah afektif level receiving, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
(20)
6. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar siswa ranah afektif level responding, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
7. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar siswa ranah afektif level valuing, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang pembelajaran Ekonomi Akuntansi
2. Bagi rekan-rekan guru sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran Ekonomi Akuntansi di level SMA/MA.
3. Bagi para pengembang kurikulum, sebagai salah satu masukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran direct instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA/MA dalam mata pelajaran Ekonomi Akuntansi
4. Bagi rekan peneliti selanjutnya, sebagai masukan awal untuk penelitian-penelitian berikutnya dalam bidang pembelajaran Akuntansi.
G. Hipotesis Penelitian
(21)
1.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level mengingat pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level mengingat pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
2.
Ho :Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level memahami pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level memahami pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
3.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level penerapan pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
(22)
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level pemahaman pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
4.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level analisis pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level analisis pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
5.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level receiving pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level receiving pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
(23)
6.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level responding pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level responding pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
7.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level valuing pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level valuing pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
H. Variabel Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki variabel bebas (X) yaitu model pembelajaran yang dibagi atas model pembelajaran direct instruction, dan model pembelajaran biasa (resitasi) sedangkan variabel terikat
(24)
(Y) yaitu hasil belajar. Variabel hasil belajar dipecah menjadi 1) hasil belajar ranah kognitif level mengingat, 2) hasil belajar ranah kognitif level memahami, 3) hasil belajar ranah kognitif level menerapkan , 4) hasil belajar ranah kognitif level menganalisis, 5) hasil belajar ranah afektif level receiving, 6) hasil belajar ranah afektif level responding, dan 7) hasil belajar ranah afektif level valuing.
Secara ringkas, disain penelitian digambarkan sebagai berikut :
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki variabel bebas (X) yaitu model pembelajaran yang dibagi atas model pembelajaran direct
instruction, dan model pembelajaran biasa (resitasi) sedangkan variabel terikat
(Y) yaitu hasil belajar. Variabel hasil belajar dipecah menjadi 1) hasil belajar ranah kognitif level mengingat, 2) hasil belajar ranah kognitif level memahami, 3) hasil belajar ranah kognitif level menerapkan , 4) hasil belajar ranah kognitif g.
Gambar 1.1 Disain Penelitian
Dari disain penelitian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa penelitian ini akan melihat pada kelas yang menggunakan model pembelajaran direct
instruction, apakah, 1) hasil belajar ranah kognitif level mengingat, 2) hasil
belajar ranah kognitif level memahami, 3) hasil belajar ranah kognitif level menerapkan, 4) hasil belajar ranah kognitif level menganalisis, 5) hasil belajar
Variabel Bebas (X)
Model Pembelajaran Direct
Instruction
Model Pembelajaran Biasa (Resitasi
Variabel Terikat (Y)
1. hasil belajar ranah kognitif level mengingat,
2. hasil belajar ranah kognitif level memahami,
3. hasil belajar ranah kognitif level menerapkan ,
4. hasil belajar ranah kognitif level menganalisis,
5. hasil belajar ranah afektif level
receiving,
6. hasil belajar ranah afektif level
responding, dan
7. hasil belajar ranah afektif level
(25)
ranah afektif level receiving, 6) hasil belajar ranah afektif level responding, dan 7) hasil belajar ranah afektif level valuing terdapat perbedaan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
(26)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A . Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa (resitasi). Mcmillan dan Schumacher, (1997: 440) menjelaskan bahwa penelitian yang ingin membandingkan pengaruh satu kondisi pada satu kelompok dengan pengaruh dari kondisi berbeda pada kelompok kedua, digolongkan kepada penelitian eksperimen. Lebih lanjut Mc Millan dan Schumacher menjelaskan bahwa riset eksperimental memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1) adanya penempatan subjek secara acak, 2) adanya perbandingan dua kelompok atau lebih ataupun seperangkat kondisi, 3) manipulasi langsung minimal pada satu variabel independent, 4) adanya alat ukur dari masing-masing variabel dependen 5) adanya manfaat statistik inferensial 6) adanya kontrol maksimum dari variabel asing. Dalam penelitian ini, siswa dibedakan atas dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kedua kelas ini diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran direct instruction, sedangkan kelas kontrol digunakan pembelajaran biasa (resitasi). Furqon dan Emilia (2010 :14-20) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen memiliki beberapa jenis; 1) pre experimental designs, desain eksperimen yang ini merupakan
(27)
desain yang paling lemah dalam mengontrol peubah-ubah yang potensial menjadi hipotesis rival, 2) true experimental designs, desain eksperimen yang ini merupakan yang paling bagus, namun mensyaratkan adanya pengelompokkan subjek secara acak ke dalam kelompok eksperimen atau kelompok kontrol (random assignment). Kondisi ini berarti peserta didik harus diacak ke kelompok ekspermen atau kelompok kontrol, tidak menggunakan kelas yang sudah ada. 3) Quasi eksperimental designs, memiliki karakteristik yang sama dengan true experiment namun pada quasi-experiment tidak adanya random assignment (Heppner, Wamfold dalam (Furqon dan Emilia, 2010 :20
Desain eksperimental merupakan desain yang terkuat karena mampu mengontrol hampir semua invaliditas internal (Mcmillan dan Schumacher, (1997: 467) , namun dalam konteks sosial dan pendidikan, pengacakan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (random assignment) sulit dilakukan, sukar atau sangat mahal maka peneliti menggunakan kelompok atau kelas yang telah terbentuk sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini tidak melakukan Random Assignment, namun langsung menggunakan kelas yang sedang berlangsung sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, oleh karena itu penelitian ini tergolong kepada eksperimen kuasi (Furqon dan Emilia, 2010:20). Adanya istilah quasi eksperimental karena tidak adanya true experiment, dan desain quasi ekperimen lebih kuat dibanding pre-experimental (Mcmillan dan Schumacher, (1997: 467)
(28)
B. Desain Penelitian
Disain eksperimen kuasi yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Pretest-posttest control design Siswa diberi pretes terlebih dahulu, yang memungkinkan peneliti melakukan berbagai analisis yang diperlukan
untuk membuat inferensi tentang peubah bebas terhadap peubah terikat. Tabel 3.1
Desain Eksperimen
Group Pre-test Perlakuan Post-tes
Eksperimen O1 X O3
Kontrol O2 O4
Sumber : Furqon Emilia (2010 : 18) Keterangan:
O1 : Pretes pada kelas eksperimen yang dilakukan sebanyak 4 kali
O2 : Pretes pada kelas kontrol yang dilakukan sebanyak 4 kali
O3 : Postes pada kelas eksperimen yang dilakukan sebanyak 4 kali
O4 : Postes pada kelas kontrol yang dilakukan sebanyak 4 kali
X : Perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran direct Instruction yang dilakukan dalam 4 kali pertemuan
Kekuatan dari desain penelitian pretest-posttest control design, terletak pada adanya pretes yang memungkinkan peneliti melakukan berbagai analisis yang diperlukan untuk membuat inferensi tentang pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat (furqon dan Emilia, 2010 :19)
(29)
Sejalan dengan desain eksperimen di atas, maka langkah penelitian yang akan dilakukan,dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Langkah pertama yang dilakukan adalah memilih dan menetukan kelas mana yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen, dan kelas mana yang akan dijadikan sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen akan menggunakan model pembelajaran direct instruction, dan kelas kontrol akan menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).
2. Langkah kedua memberikan pretes untuk kedua kelas, yaitu untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan, pretes diberikan setiap akan memulai pembelajaran, dalam penelitian ini pretes diberikan sebanyak 4 kali
3. Langkah ketiga, memberikan perlakuan selama empat kali kepada kelompok eksperimen, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction, sedangkan untuk kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi)
4. Langkah terakhir, memberikan postes untuk kedua kelompok, yaitu untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana pencapaian hasil belajar (kognitif) Akuntansi siswa, setelah diberikan perlakuan, postes diberikan sebanyak 4 kali, setiap selesai pembelajaran, selain itu juga digunakan instrumen skala untuk mengetahui pencapaian hasil belajar ranah afektif.
(30)
C. Definisi Operasional
Berdasarkan variabel penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya pada BAB I, maka variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran direct instruction, dan hasil belajar ranah kognitif level mengingat, hasil belajar ranah kognitif level memahami, hasil belajar ranah kognitif level menerapkan, hasil belajar ranah kognitif level menganalisis, hasil belajar ranah afektif level receiving, hasil belajar ranah afektif level responding, dan hasil belajar ranah afektif level valuing. Agar ada kesamaan konsep dan persepsi serta pegangan dalam penyusunan instrumen pengumpulan data, maka variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional.
1. Model Pembelajaran Direct Instruction
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Model pembelajaran direct instruction adalah model yang dirancang untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan prosedural) dan pengetahuan faktual yang diterapkan berdasarkan langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh (Joyce,2009:423) yang terdiri dari lima langkah yaitu penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Penjelasan ini dilanjutkan dengan meminta siswa
(31)
menguji pemahaman mereka dengan melakukan praktik terstrukur, praktik di bawah bimbingan guru dan praktik mandiri, dan pada saat siswa melaksanakan praktek, umpan balik sesegera mungkin diberikan oleh guru yang terdiri orientasi dan presentasi dari guru,yang kemudian dilanjutkan dengan praktik terstruktur, praktik dibawah bimbingan, dan praktik mandiri oleh siswa.
2. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level mengingat adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga terlihat peningkatan pengetahuan,. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level mengingat adalah a) kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kembali materi yang telah disampaikan guru, b) kemampuan siswa mengulang kembali materi akuntansi yang telah disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah tes penguasaan materi yang bersifat obyektif
3. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level meemahami adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga terlihat peningkatan pemahaman akuntansi. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level memahami adalah a) kemampuan siswa untuk menginterpretasikan materi yang telah disampaikan guru. b) kemampuan siswa untuk menyimpulkan materi-materi yang telah di sampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah tes penguasaan materi yang bersifat obyektif
(32)
4. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menerapkan adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga terlihat peningkatan kemampuan penerapan akuntansi. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menerapkan adalah a) kemampuan siswa untuk menyusun materi-materi yang telah di sampaikan guru, b) kemampuan siswa untuk mengimplementasikan materi yang telah disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah tes penguasaan materi yang bersifat uraian
5. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menganalisis adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga terlihat peningkatan kemampuan analisis akuntansi. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level analisis adalah : a) kemampuan siswa untuk mengklasifikasikan materi yang telah disampaikan guru, b) kemampuan siswa untuk mengaitkan materi yang telah disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah tes penguasaan materi bersifat uraian
6. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level receiving adalah gambaran sikap siswa selama pembelajaran akuntansi, yang diukur dengan instrumen skala Thurstone. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah
afektif level receiving adalah : a) sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, b) sikap siswa dalam mematuhi pembelajaran,
7. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level responding adalah gambaran sikap siswa selama pembelajaran akuntansi, yang diukur dengan instrumen
(33)
skala Thurstone. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah afektif level responding adalah : a) sikap siswa dalam menanggapi pembelajaran, b) Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
8. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level valuing adalah gambaran sikap siswa selama pembelajaran akuntansi, yang diukur dengan instrumen skala Thurstone. Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar afektif level valuing adalah ; a) sikap siswa dalam memprakarsai pembelajaran, b) komitmen siswa dalam pembelajaran. c) sikap siswa dalam meyakini pembelajaran
9. Efektivitas adalah perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas yang menggunakan model pembelajaan direct instruction dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi). Signifikansi diketahui dari perhitungan skor melalui uji statistik dengan menggunakan SPSS uji t.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian pendidikan yang bersifat kuantitatif, ditujukan untuk memperoleh kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam ruang lingkup wilayah yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah yang sempit. Kelompok besar dan wlayah yang menjadi ruang lingkup penelitian disebut populasi Sukmadinata, (2009:250). Sejalan dengan itu menurut Margono (2003: 118) menjelaskan bahwa “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang
(34)
kita tentukan” dan Arikunto (2008: 130) menjelaskan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA N di Bukittinggi, yang berjumlah 5 sekolah dan populasi targetnya adalah jurusan IPS yang total keseluruhan berjumlah 15 lokal
Sampel dalam suatu penelitian harus representative dalam arti mewakili populasi, baik dalam karakteristik maupun jumlahnya, karena pada sampel lah kita melakukan penelitian dan menarik kesimpulan (Sukmadinata, 2009 : 250), untuk itu akan dilakukan penarikan sampel secara simple random untuk mendapatkan satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen, pengambilan sampel secara acak sederhana dilakukan, karena populasi relatif homogen, dalam arti kata kualitas masing-masing sekolah tidak jauh berbeda, kedua sekolah mendapat nilai akreditasi A (Dinas Pendidikan Bukittinggi, 2010), dari hasil penarikan sampel, di dapat kelas yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas XIS1 SMAN 3 Bukittinggi menjadi kelas eksperimen, dan seluruh siswa kelas XIS1 SMAN 5 Bukittinggi menjadi kelas kontrol.
D. Instrumen Penelitian
Suatu instrumen harus bisa mengungkap apa yang akan diteliti, sehingga hasil yang diharapkan, akan memberikan data yang sebenarnya. Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989 :97)” Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimanana adanya”.
(35)
penelitian ini digunakan dua instrumen yaitu: Tes penguasaan materi untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan instrumen skala Thurstone untuk mengukur hasil belajar ranah afektif
1. Tes Penguasaan materi
Kisi-kisi instrumen dan instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Tes penguasaan materi sering juga disebut sebagaii tes prestasi belajar, dimana tes ini mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Sukmadinata, 2009:223). Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penyusunan instrumen penguasaan materi adalah :
a. Menentukan konsep dan subkonsep pokok bahasan berdasarkan panduanan Standar Kompetensi, kompetensi dasar serta indikator mata pelajaran Ekonomi Akuntansi di SMA.
b. Membuat kisi-kisi soal instrumen penelitian (lihat lampiran 1)
c. Membuat soal tes berdasarkan kisi-kisi membuat kunci jawaban dan penskoran.
d. Meminta pertimbangan (expert judgment). Soal tes yang telah dibuat kepada dua orang dosen pembimbing dan satu guru bidang studi terhadap kualitas instrumen penelitian.
e. Melakukan revisi terhadap soal-soal yang dianggap tidak valid dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.
f. Melakukan uji coba instrumen
(36)
Pemberian tes penguasaan materi dilakukan dua kali yaitu 1) saat perlakukan belum di berikan (pretes) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua kelas baik eksperimen atau kontrol tentang materi Akuntansi. Setelah materi penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa diberikan, maka peneliti memberikan soal kembali 2) (postes) yang berkaitan dengan topik tersebut kepada siswa. Tujuan pemberian soal ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan kognitf siswa tentang materi yang baru saja diajarkan/ setelah diberi perlakuan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Instrumen penelitian dalam bentuk tes penguasaan materi yang digunakan pada siswa SMA jurusan IPS, akan dilakukan pengolahan sebagai berikut :
a. Menghitung nilai hasil belajar siswa, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) mengoreksi hasil jawaban siswa dengan kunci jawaban yang sudah ada, 2) memberikan skor hasil tes siswa, dimana nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan setiap item soal yang dijawab benar oleh siswa
b. Membandingkan nilai pretes dan nilai postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Instrumen Penilaian Afektif
Dalam panduan pengembangan perangkat penilaian afektif, yang dikeluarkan oleh Depdiknas, dijelaskan bahwa salah satu instrumen yang popular digunakan untuk mengukur ranah afektif adalah skala. Skala yang
(37)
sering digunakan dalam instrumen penilaian afektif adalah skala Thurstone, Skala Likert dan Skala Beda Semantik. Dalam penelitian ini akan digunakan skala Thurstone yang memiliki skor tertinggi tiap butir 7 dan skor terendah 1 untuk pernyataan positif, dan skor tertinggi tiap butir adalah 1 dan skor terendah adalah 7 untuk pernyataan negatif
Kisi-kisi instrumen dan instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen skala hasil belajar ranah afektif adalah :
a. Menyusun aspek ranah afektif beradasarkan panduan kurikulum KTSP dan taksonomi Bloom.
b. Menentukan kriteria tiap level afektif tersebut. c. Membuat skala ranah afektif tiap level
d. Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing.
Skor yang diperoleh akan dianalisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat kelas, yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui hasil belajar ranah afektif masing-masing peserta didik , dan kemudian akan dibandingkan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan hasil belajar afektif.
E. Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, untuk mendapatkan instrument yang layak dan cocok untuk mengukur hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan
(38)
1. Meminta pertimbangan (expert judgment) dari para ahli yang berkompeten terhadap tes yang dibuat. Dalam hal ini instrumen dikonsultasikan kepada dua orang dosen pembimbing dan juga didiskusikan dengan guru yang ada di sekolah
2. Melakukan uji coba instrumen pada sekolompok siswa untuk mengetahui reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Uji coba dilaksanakan pada kelas XII S2 SMA 3 Bukittinggi yang berjumlah 35 orang. Hasil dari uji coba diolah dengan menggunakan software ANATES versi 4.1.
a) Reliabilitas instrumen, suatu instrumen dikatakan reliable bila suatu instrumen dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. (Nasution, 2008, 77). Berdasarkan hasil olahan ANATES dari instrumen yang diuji cobakan diketahui bahwa tingkat reliabilitasnya 0.72 untuk soal pilihan ganda dan 0.94 untuk soal uraian (lihat lampiran 2) bila dikonversikan dengan kategori reliabilitas maka bisa dikatakan soal pilihan ganda memiliki reliabilitas yang tinggi (baik), dan soal uraian memiliki reliabilitas yang sangat tinggi (sangat baik :
Tabel.3.2
Kategori Reliabilitas Butir soal
Batasan Kategori
0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r 11 ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)
(39)
b) Daya Pembeda, daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks diskriminasi dari hasil pengolahan ANATES diketahui bahwa soal pilihan ganda memiliki indeks diskriminasi yang bervariasi mulai dari 22.22 - 66.671, dan soal uraian memiliki indeks diskriminasi mulai dari 27.78 -72.22 (lihat lampiran 2) bila dikonversikan dengan indeks diskriminasi maka bisa dikatakan soal memiliki daya pembeda yang cukup dan baik, dan beberapa ada yang baik sekali :
Tabel.3.3
Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,20 jelek 0,20 < D ≤ 0,40 cukup 0,40 < D ≤ 0,70 baik 0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali
a) Tingkat kesukaran, tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran Angka yang menunjukkan tingkat kesukaran sering disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah dari hasil pengolahan ANATES
(40)
diketahui bahwa soal pilihan ganda memiliki indeks kesukaran yang bervariasi mulai dari 31.43% - 65.71 %, sedangkan soal uraian memiliki indeks kesukaran yang bervariasi mulai dari 33.33-50.00 (lihat lampiran 2) bila dikonversikan dengan indeks kesukaran maka bisa dikatakan soal memiliki tingkat kesukaran sedang:
Tabel.3.4.
Kategori tingkat Kesukaran
Batasan Kategori
0,00 ≤ P < 0,30 soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang 0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah
F. Pengolahan dan Analisis data
Pengolahan dan analisis data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik dengan bantuan SPSS. Data primer dari hasil tes siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode direct instruction dianalisa dengan cara membandingkan skor pretes dan postes. Sebelum dilakukan uji hiptesis dilakukan uji prasyarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas, berikutnya untuk menguji hipotesis digunakan uji t, uji t dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretes siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol, keadaan nilai rata-rata tes akhir siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada setiap level aspek kognitif. Untuk menguji
(41)
perbedaan hasil belajar ranah afektif juga dilakukan dengan menggunakan uji t.
G. Prosedur dan Langkah-Langkah Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah penelitian di bagi atas 3 tahapan besar yaitu:
1. Persiapan, pada tahapan ini dilakukan observasi dan wawancara dengan guru bidang studi akuntansi dan siswa untuk memastikan permasalahan pembelajaran akuntansi, melakukan studi pustaka mengenai kajian teori dan merumuskan hipotesis setelah itu membuat prosedur pelaksanaan eksperimen dengan menentukan populasi dan sampel, kemudian menyusun instrumen.
2. Melakukan penelitian pada tahap ini melakukan pembelajaran dengan
model pembelajaran direct instruction pada kelas eksperimen dan model pembelajaran biasa resitasi pada kelas kontrol, setiap akan memulai pembelajaran diadakan pretes dan kemudian dilakukan postes (ranah kognitif), untuk itu pada penelitian ini akan ada 4 kali pretes, 4 kali perlakuan, dan 4 kali postes. Untuk mendapatkan data hasil belajar ranah aektif, maka peneliti menyebarkan instrumen skala sikap. Kegiatan terakhir pada tahap ini adalah mengolah dan menganalisis data baik secara deskriptif ataupun inferensial dan terakhir membuat kesimpulan dan saran.
3. Melaporkan hasil penelitian, hasil penelitian akan dilaporkan dalam
bentuk tesis yang terdiri atas lima bab. Gambaran langkah dan prosedur penelitian dijelaskan pada Gambar 3.1:
(42)
Gambar 3.1
Langkah dan Prosedur Penelitian
Menentukan Permasalahan
Menentukan Populasi
Menentukan Sampel
Menyusun Instrumen
Menganalisis Soal Instrumen Membuat Hipotesis
Menguji Hipotesis
Menarik Kesimpulan Memberikan Perlakuan
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
(43)
SIMPULAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Siswa yang menggunakan model pembelajaran direct Instruction
dalam mata pelajaran akuntansi memperoleh hasil belajar ranah kognitif yang lebih tinggi dibanding siswa yang menggunakan model biasa (resitasi), baik pada level mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4) hal ini terlihat dari hasil pengujian statistik SPSS dengan menggunakan uji t (independent sample t test).
Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diperkuat oleh pendapat dan teori para ahli serta penelitian sebelumnya maka dapat dikatakan model direct instruction tepat dan cocok untuk digunakan dalam proses pembelajaran akuntansi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif level mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4).
2. Siswa yang menggunakan model pembelajaran direct Instruction dalam mata pelajaran akuntansi memperoleh hasil belajar ranah afektif yang lebih tinggi dibanding siswa yang menggunakan model biasa (resitasi)), baik pada level receiving (A1), responding (A2) dan valuing
(44)
menggunakan uji t (independent sample t test).
Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diperkuat oleh pendapat dan teori para ahli serta penelitian sebelumnya maka dapat dikatakan model direct instruction tepat dan cocok untuk digunakan dalam proses pembelajaran akuntansi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif level receiving (A1), responding (A2) dan valuing (A3).
B. SARAN
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif. Berkenaan dengan hal tersebut, beberapa rekomondasi diajukan kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain:
1. Guru Mata Pelajaran Akuntansi
Guru hendaknya senantiasa mencari model-model baru, ataupun memodifikasi model yang telah ada dalam usaha memecahkan masalah pembelajaran. Ekonomi Akuntansi sebagai salah satu mata pelajaran memerlukan kemampuan konsep dan prosedural yang baik, maka model direct instruction yang menekankan kepada pengembangan konsep dan
keterampilan bias dijadikan salah satu alternatif, namun yang harus diperhatikan guru dalam penerapan model ini harus didahului oleh diagnosis yang efektif mengenai pengetahuan atau skill siswa untuk
(45)
memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan skill untuk menapaki proses pembelajaran.
2. Kepala Sekolah
Model pembelajaran direct instruction dapat dijadikan sebagai salah model pembelajaran yang diterapkan dalam upaya meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Ekonomi Akuntansi, serta dapat dijadikan sebagai masukan untuk mata pelajaran lain yang relevan dan memiliki karakteristik yang sama dengan Ekonomi Akuntansi
3. LPTK
Sebagai lembaga yang berperan aktif dalam mencetak tenaga-tenaga kepedidikan yang berkualitas, maka patut kiranya memperkenalkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang dapat di adopsi dan di manfaatkan oleh para calon guru atau guru dalam melaksanakan tugasnya.
4. Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian ini dalam penerapan model pembelajaran direct instruction, disarankan untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap model ini pada topik-topik akuntansi yang berbeda serta pada ranah kognitif level mengevaluasi (C5) serta menciptakan (C6) serta aspek afektif level organization (A4) dan characterization by value (A5).
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin. Krathwohl, David. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching
and Assessing. Addison Wesley Longman. Inc
Arends, Richard.2008. Learning To Teach. New York :Mc Graw Hill Companies ---.1997. Classroom Instructional Management New York :Mc
Graw Hill Companies
Arikunto. Suharsimi.2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Admin. April 2007. Direct Instruction. Tersedia (online) di http://directinstruction .org/(online) diakses 23 November 2010
Brady, Laurie (1985). Models and Method of Teaching. Australia : Prentice-Hall of Australia Pty Ltd.
Chan, Sam M. & Tuti T, Sam. 2006. Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan di
Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Costa, Carol dan Addison Wesley.2005. Accounting. Alpha Books
Creswell, W John. 1994. Research Design Qualitative &Quantitative Approach. Sage Publications
Depdiknas. 2003. Peraturan Pemerintah N0 23 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Standar kompetensi
Mata Pelajaran. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional N0 23 Tahun 2006
Tentang Standar Kompetensi Untuk Satuan Pendidikan .Jakarta :
Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta Furqon. Dan Emilia, Emi. 2010. Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Beberapa
(47)
Joyce, Bruce. Weil, Marsha, Calhoun, Emily. 2009. Models of Teaching. USA. Pearson Education
Hamalik, Oemar. (2004). Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar
berdasarkan CBSA. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Halil, hermanto.2010. Model Pembelajaran Langsung. tersedia (online) di idiaprenduan.com/wp-content/uploads/.../model-pambelajaran-langsung.rtf Haryati, Mimin. 2007. Model & Teknik Penilaian Pada tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press
Hergenhahn, Mathew Olson.2009. Theories of Learning. USA. Pearson Education
Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang
Margono. 2004. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.
Markus, Maas. (2004) Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa IPS. Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / h.III / Desember 2004. Tersedia (online) di http://www. bpkpenabur. or.id/ (Oktober 2010)
Mcmillan, James dan Schumacher, Sally. 1997. Research in Education. New York San Fransisco : Addison Wesley Longman.
Mudassir. 2006. Cara Belajar Efektif Dan Beberapa Faktor Kesulitan Belajar
Akuntansi. Tersedia (online) di http://file.upi.edu/Direktori/ (Oktober 2010)
Muzayyin, Maq. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Direct Instruction
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Smpn Majalengka. Bandung : SPS UPI thesis tidak diterbitkan.
Nasution. 2008. Metode Research. Bumi Aksara : Jakarta.
Niswonger, Rollin, 2009. Accounting Principles. South-Western Publishing Co ,U.S
Purwanto, Ngalim. 1987. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya
Rasjid, Zakaria. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk
(48)
Pada Mata Pelajaran Akuntansi. Bandung : SPS UPI thesis tidak
diterbitkan
Rosenshine dan Berliner, Gage. Direct Instruction Tersedia (online) di
http://www.worksheetlibrary.com/teaching tips/directinstruction.html. (22 November 2010).
Rubina Kousar (2010) The Effect Of Direct Instruction Model On Intermediate
Class Achievement.Journal of College Teaching and Learning; Feb 2010
Tersedia (online) di http://proquest.umi.com/pqdweb (November 2010) Sadeli, lili. 2009. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta : Bumi Aksara
S, Alam. 2007. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Esis.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta . Salam, Burhanudin. 1997. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta. .
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
__________. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Prenada Media Group Sardiman, A.M .(2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Soemarso. 2000. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, Nana dan Ibrahim (1989). Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Sudrajat. Ahmad.2011. Model Pembelajaran Langsung. Tersedia (online) di
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/ Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda karya
_______________________. 2004. Penelitian Dalam Pendidikan, Kurikulum
dan Pembelajaran. Bandung : Program PascaSarjana Universitas
Pendidikan Indonesia :
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. rev. ed. Jakarta : Raja Grafindo Persada
(49)
Tjahjono.A. (2003. Akuntansi Pengantar (Pendekatan Terpadu). Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Jakarta : Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar
Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif). Bumi Aksara : Jakarta
Villa. 2010. Model Pembelajaran Langsung, tersedia (online) di http://www.vilila.com/2010/04/model-pembelajaran-langsung-direct-atau.html.
Warren, S Carl. 2008. Accounting. 23 edition South-Western/Cengage Learning; . Work Sheet library. 2010. Direct Instruction (DI). Tersedia (online) di
http://www.worksheetlibrary.com/teaching tips/directinstruction.
html. (22 November 2010)
Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisme Guru& Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.
Artikel Anonim (2010) What is Direct Instruction?. Tersedia (online) di http://www.teach-nology.co/teachers/methods/models/ November 2010 Artikel Anonim. April 2007. Direct Instruction. Tersedia (online) di
http://directinstruction.org/(online) diakses 23 November 2010
Artikel Anonim.Karakteristik Model Pembelajaran Direct Instruction. Tersedia (online) di http://ekagurunesama.blogspot.com/2010/07/karakteristik-model-pembelajaran.html (November 2010)
(1)
(A3) hal ini terlihat dari hasil pengujian statistik SPSS dengan menggunakan uji t (independent sample t test).
Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diperkuat oleh pendapat dan teori para ahli serta penelitian sebelumnya maka dapat dikatakan model direct instruction tepat dan cocok untuk digunakan dalam proses pembelajaran akuntansi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif level receiving (A1), responding (A2) dan valuing (A3).
B. SARAN
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif. Berkenaan dengan hal tersebut, beberapa rekomondasi diajukan kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain:
1. Guru Mata Pelajaran Akuntansi
Guru hendaknya senantiasa mencari model-model baru, ataupun memodifikasi model yang telah ada dalam usaha memecahkan masalah pembelajaran. Ekonomi Akuntansi sebagai salah satu mata pelajaran memerlukan kemampuan konsep dan prosedural yang baik, maka model direct instruction yang menekankan kepada pengembangan konsep dan keterampilan bias dijadikan salah satu alternatif, namun yang harus diperhatikan guru dalam penerapan model ini harus didahului oleh diagnosis yang efektif mengenai pengetahuan atau skill siswa untuk
(2)
memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan skill untuk menapaki proses pembelajaran.
2. Kepala Sekolah
Model pembelajaran direct instruction dapat dijadikan sebagai salah model pembelajaran yang diterapkan dalam upaya meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Ekonomi Akuntansi, serta dapat dijadikan sebagai masukan untuk mata pelajaran lain yang relevan dan memiliki karakteristik yang sama dengan Ekonomi Akuntansi
3. LPTK
Sebagai lembaga yang berperan aktif dalam mencetak tenaga-tenaga kepedidikan yang berkualitas, maka patut kiranya memperkenalkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang dapat di adopsi dan di manfaatkan oleh para calon guru atau guru dalam melaksanakan tugasnya.
4. Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian ini dalam penerapan model pembelajaran direct instruction, disarankan untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap model ini pada topik-topik akuntansi yang berbeda serta pada ranah kognitif level mengevaluasi (C5) serta menciptakan (C6) serta aspek afektif level organization (A4) dan characterization by value (A5).
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin. Krathwohl, David. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. Addison Wesley Longman. Inc
Arends, Richard.2008. Learning To Teach. New York :Mc Graw Hill Companies ---.1997. Classroom Instructional Management New York :Mc
Graw Hill Companies
Arikunto. Suharsimi.2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Admin. April 2007. Direct Instruction. Tersedia (online) di http://directinstruction .org/(online) diakses 23 November 2010
Brady, Laurie (1985). Models and Method of Teaching. Australia : Prentice-Hall of Australia Pty Ltd.
Chan, Sam M. & Tuti T, Sam. 2006. Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Costa, Carol dan Addison Wesley.2005. Accounting. Alpha Books
Creswell, W John. 1994. Research Design Qualitative &Quantitative Approach. Sage Publications
Depdiknas. 2003. Peraturan Pemerintah N0 23 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Standar kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional N0 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Untuk Satuan Pendidikan .Jakarta : Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta Furqon. Dan Emilia, Emi. 2010. Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Beberapa
(4)
Joyce, Bruce. Weil, Marsha, Calhoun, Emily. 2009. Models of Teaching. USA. Pearson Education
Hamalik, Oemar. (2004). Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar berdasarkan CBSA. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Halil, hermanto.2010. Model Pembelajaran Langsung. tersedia (online) di idiaprenduan.com/wp-content/uploads/.../model-pambelajaran-langsung.rtf Haryati, Mimin. 2007. Model & Teknik Penilaian Pada tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press
Hergenhahn, Mathew Olson.2009. Theories of Learning. USA. Pearson Education
Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang
Margono. 2004. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.
Markus, Maas. (2004) Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa IPS. Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / h.III / Desember 2004. Tersedia (online) di http://www. bpkpenabur. or.id/ (Oktober 2010)
Mcmillan, James dan Schumacher, Sally. 1997. Research in Education. New York San Fransisco : Addison Wesley Longman.
Mudassir. 2006. Cara Belajar Efektif Dan Beberapa Faktor Kesulitan Belajar Akuntansi. Tersedia (online) di http://file.upi.edu/Direktori/ (Oktober 2010)
Muzayyin, Maq. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Direct Instruction Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Smpn Majalengka. Bandung : SPS UPI thesis tidak diterbitkan.
Nasution. 2008. Metode Research. Bumi Aksara : Jakarta.
Niswonger, Rollin, 2009. Accounting Principles. South-Western Publishing Co ,U.S
Purwanto, Ngalim. 1987. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya
Rasjid, Zakaria. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menganalisis Transaksi Keuangan
(5)
Pada Mata Pelajaran Akuntansi. Bandung : SPS UPI thesis tidak diterbitkan
Rosenshine dan Berliner, Gage. Direct Instruction Tersedia (online) di http://www.worksheetlibrary.com/teaching tips/directinstruction.html. (22 November 2010).
Rubina Kousar (2010) The Effect Of Direct Instruction Model On Intermediate Class Achievement.Journal of College Teaching and Learning; Feb 2010 Tersedia (online) di http://proquest.umi.com/pqdweb (November 2010) Sadeli, lili. 2009. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta : Bumi Aksara
S, Alam. 2007. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Esis.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta . Salam, Burhanudin. 1997. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta. .
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
__________. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Prenada Media Group Sardiman, A.M .(2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Soemarso. 2000. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, Nana dan Ibrahim (1989). Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Sudrajat. Ahmad.2011. Model Pembelajaran Langsung. Tersedia (online) di
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/ Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda karya
_______________________. 2004. Penelitian Dalam Pendidikan, Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Program PascaSarjana Universitas Pendidikan Indonesia :
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. rev. ed. Jakarta : Raja Grafindo Persada
(6)
Tjahjono.A. (2003. Akuntansi Pengantar (Pendekatan Terpadu). Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Jakarta : Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif). Bumi Aksara : Jakarta
Villa. 2010. Model Pembelajaran Langsung, tersedia (online) di http://www.vilila.com/2010/04/model-pembelajaran-langsung-direct-atau.html.
Warren, S Carl. 2008. Accounting. 23 edition South-Western/Cengage Learning; . Work Sheet library. 2010. Direct Instruction (DI). Tersedia (online) di
http://www.worksheetlibrary.com/teaching tips/directinstruction.
html. (22 November 2010)
Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisme Guru& Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.
Artikel Anonim (2010) What is Direct Instruction?. Tersedia (online) di http://www.teach-nology.co/teachers/methods/models/ November 2010 Artikel Anonim. April 2007. Direct Instruction. Tersedia (online) di
http://directinstruction.org/(online) diakses 23 November 2010
Artikel Anonim.Karakteristik Model Pembelajaran Direct Instruction. Tersedia (online) di http://ekagurunesama.blogspot.com/2010/07/karakteristik-model-pembelajaran.html (November 2010)