ENGGUNAAN MEDIA 3 G COMMUNICATION SERVICES FOR PEOPLE WITH DISABILITIES ( 3 GPD ) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT PADA ANAK TUNARUNGU :Penelitian Eksperimen pada Anak Tunarungu di SLB “X” Kota Cimahi.

(1)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Variabel Penelitian ... 7

F. Hipotesis ... 8

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9


(2)

vi

BAB II PENGGUNAAN MEDIA 3G COMMUNICATION SERVICES FOR

PEOPLE WITH DISABILITIES (3GPD) UNTUK

MENINGKATAKAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT PADA ANAK TUNARUNGU

A. Dampak Ketunarunguan terhadap Kemampuan Menyusun Kalimat 12

B. Media Pembelajaran ... 14

C. Konsep Dasar Struktur Kalimat Bahasa Indonesia ... 34

D. Penelitian yang Relevan ... 37

E. Dampak Media 3GPD terhadap Kemampuan Menyusun Kalimat ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 43

B. Instrumen Penelitian ... 46

C. Subjek Penelitian ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Teknik dan Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

B. Analisis Data ... 59

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 63


(3)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 70

B. Rekomendasi .. ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1 • Kisi-Kisi Instrumen ... 75

• Instrumen Tes ... 76

• Penilaian Validitas Instrumen ... 78

Permohonan Kesediaan Expect Judgement ... 79

Pernyataan Expect Judgement ... 80

LAMPIRAN 2 • Perhitungan Validitas ... 93

• Perhitungan Reliabilitas ... 95

LAMPIRAN 3 • Jadwal Penelitian ...100

• Hasil Pretes Kelompok A ...101

• Hasil Postes Kelompok A ...111

• Hasil Pretes Kelompok B ...121

• Hasil Postes Kelompok B ...131

• Foto-foto Kegiatan Penelitian ...141

• Surat – Surat Penelitian ...142


(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan perkembangan tekhnologi informasi saat ini, belum semua tekhnologi dapat diakses dan menyentuh semua manusia, semua lapisan, semua pribadi, apalagi tekhnologi massa seperti tekhnologi komunikasi, semua orang mempunyai hak yang sama untuk itu. Namun untuk orang-orang yang mempunyai hambatan, terutama hambatan pendengaran atau tunarungu kurang dapat memanfaatkan tekhnologi tertentu.

Teknologi seharusnya bisa menyentuh semua manusia, semua lapisan, semua pribadi. Apalagi teknologi massa seperti teknologi komunikasi, karena setiap orang memiliki hak untuk itu. Namun untuk orang-orang yang mempunyai hambatan kadang kala “tidak sengaja” terisolasi dari teknologi itu. Hal ini memang teknologi yang dikembangkan hanya berbasis pada indera-indera tertentu, maupun memang segmen ini tidak disadari keberadaannya sehingga ketidakmampuan inderanya tidak dianggap mewakili representasi masyarakat. Sehingga akhirnya penyesuaian teknologi terjadi relatif lambat.

Kejadian ini juga terjadi bagi para penyandang tunarungu, baik tuli total maupun sebagian. Isolasi ini mulai dari ditemukannya teknologi yang mengandalkan suara, termasuk di dalamnya radio, tape, televisi, alat-alat musik dan juga telepon. Di televisi sendiri, siaran bantu seperti pemakaian


(5)

2 isyarat Indonesia oleh interpreter bagi tunarungu telah hilang dari peredaran sejak beberapa tahun yang lalu.

Di dunia teknologi komunikasi dua arah, yaitu telepon. Para tunarungu belum tersentuh sejak telepon ditemukan. Padahal teknologi yang dapat menghubungkan komunikasi dua orang atau lebih dalam jarak jauh, sangat diperlukan bagi manusia tidak terkecuali bagi para penyandang cacat. Dengan era serba cepat, tidak praktis lagi untuk mengirimkan surat untuk berkomunikasi dengan seseorang. Teknologi pager dan SMS telah membuka sedikit sekat komunikasi jarak jauh bagi mereka. Namun teknologi ini masih merupakan komunikasi yang tidak menunjukkan kedekatan para usernya, karena masih dihubungkan dengan deretan kata. Lain halnya jika kita menelepon dimana seseorang dapat berhubungan langsung dengan mendengar suara lawan bicaranya. Untuk tunarungu tentunya penggunaan Handphone sebatas digunakan sebagai kirim pesan lewat SMS, dimana dalam penggunaan kata yang tersusun dalam kalimat biasanya belum mampu dalam struktur bahasa Indonesia yang benar.

Di tengah-tengah pesimisme dan optimisme di masyarakat, teknologi 3G diharapkan dapat memberikan alternatif berkomunikasi bagi para penyandang tunarungu. Dengan hakikat 3G sebagai teknologi komunikasi mobile yang menawarkan akses data berkecepatan tinggi dan aplikasi multimedia interaktif, sistem ini akan menimbulkan revolusi di dunia komunikasi selular. Jika user normal menggunakannya untuk sekedar chatting, nonton mobile TV atau main game multiplayer, bagi penyandang tunarungu teknologi ini


(6)

3 merupakan jawaban kerinduan mereka untuk kontak langsung dengan seseorang yang dibatasi oleh jarak yang jauh. Sentuhan emosional bagi para penyandang tunarungu, sedikit banyak bisa memperingan beban psikologis mereka.

Teknologi video call yang diusung 3G, memungkinkan dua orang yang memiliki kemampuan bahasa isyarat untuk berkomunikasi tanpa harus melalui media suara. Kamera pada bagian muka gadget 3G, berfungsi untuk merekam visualisasi user. Kemudian visualisasi ini dikirim dengan kecepatan tinggi, sehingga tercipta perbincangan life time antara user-user yang terlibat. Perangkat jaringan sistem telepon 3G memiliki kapasitas 4 kali kapasitas seluler GSM standar Eropa dan kecepatan hingga 2 Megabit per detik atau 200 kali kecepatan sistem GSM. Walaupun ditingkat user mungkin kecepatan yang didapat tidak sampai 2 Megabit per detik, sistem 3G memungkinkan aliran data yang baik. Dengan kapasitas dan kecepatan yang baik, video call dengan menggunakan bahasa isyarat dapat lebih nyaman dilakukan, tanpa takut ada gerakan yang tidak sempat diartikan akibat video yang putus-putus.

Tingginya tarif, walaupun sistem 3G masih relatif lebih murah dibanding GSM, mungkin dapat menjadi salah satu halangan bagi para penyandang tunarungu untuk memanfaatkan teknologi ini. Menyadari bahwa teknologi 3G yang masih fresh di Indonesia dan tarif yang masih relatif tinggi, perlu adanya peran serta para pemegang lisensi dan operator untuk meyempurnakan pengembangan 3G di tanah air sehingga lebih dapat membumi dan tentu saja


(7)

4 dengan tarif yang terjangkau. Beberapa perubahan paket, misalnya pengiriman gambar tanpa suara, dapat menjadi salah satu solusi untuk menekan harga sehingga memperlebar kesempatan bagi para tunarungu untuk menikmati teknologi ini.

Dalam perkembangannya media 3 GPD yang dikembangkan oleh Team Research yang terdiri dari RISTI Telkom, Special Needs Education Study Program UPI, NICI Jepang dan BPPT Indonesia bahwa media 3 GPD diperuntukkan bagi anak tunarungu sebagai media berkomunikasi baik komunikasi secara verbal (berbicara) maupun non verbal (menulis). Terutama dalam pemahaman mengenai struktur kalimat Subyek-Predikat (S-P), Subyek-Predikat-Obyek (S-P-O), Subyek-Predikat-Keterangan (S-P-K) dan Subyek-Predikat-Obyek-Keterangan (S-P-O-K) dan penggunaan kata sambung.

Berdasarkan kajian di lapangan bahwa siswa tunarungu dalam mengikuti pembelajaran di sekolah mengalami hambatan dalam berkomunikasi, dan belajar bahasa Indonesia terutama dalam menyusun kalimat. Seringnya dalam menyusun kalimat yang tidak sesuai dengan struktur yang benar maka mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas.

Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak tunarungu dalam kemampuan menyusun kalimat sesuai dengan struktur bahasa indonesia yang benar, maka diperlukan media pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini peneliti mencoba menggunakan salah satu media pembelajaran yaitu ”3 G Communication Services For People With Disabilities (3GPD)”.


(8)

5 Berdasarkan teori dan kenyataan di lapangan maka peneliti bemaksud mengadakan penelitian tentang “Penggunaan Media Pembelajaran 3 G Communication Services For People With Disabilities (3GPD) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyusun Kalimat pada Anak Tunarungu”

Dengan menggunakan media pembelajara 3 G Communication Services For People With Disabilities (3GPD) diharapkan anak tunarungu dapat menyusun kalimat dengan struktur dan kaidah bahasa Indonesia yang benar

B. Identifikasi Masalah

Banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada anak tunarungu, dari banyaknya permasalahan yang ada, peneliti melakukan identifikasi masalah. Adapun indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemerolehan bahasa reseptif pada anak tunarungu yang tidak sempurna atau sepotong-sepotong akan mempengaruhi kemampuan dalam menyusun kalimat.

2. Seringnya guru dan orang-orang mendengar berkomunikasi dengan anak tunarungu dengan singkat, tidak berstruktur dan berpola, mengakibatkan anak tunarungu terbiasa menyusun kalimat tidak berstruktur dan berpola 3. Saat ini masih banyak metode pembelajaran yang sering digunakan

dalam mengajar anak tunarungu yang belum mampu meningkatkan kemampuan menyusun kalimat.


(9)

6 4. Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan dalam menyusun kalimat pada anak tunarungu, salah satunya adalah media 3 GPD.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan atau meluas pada hal-hal yang tidak perlu, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut :

1. Struktur dan pola kalimat tunggal anak tunarungu sebelum menggunakan media 3 GPD.

2. Struktur dan pola kalimat tunggal anak tunarungu setelah menggunakan media 3 GPD.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

“Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat antara yang menggunakan Media 3 GPD dengan yang tidak menggunakan media 3 GPD (manual)?”


(10)

7

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Media Pembelajaran 3 G Communication service for people with disabilities (3 GPD), sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat

Definisi konsep pada penelitian ini perlu dikemukakan penjelasan sebagai berikut :

1. Media 3 G Comunication Service For People With Disabilities (3 GPD)

Media 3 GPD dalam penelitian ini dijadikan variabel bebas. Menurut Sugiyono, 2008 : 39 Yang dimaksud dengan Variabel Bebas adalah “Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat”.

Yang dimaksud dengan Media 3 GPD adalah jenis media proyeksi, dimana penggunaan media ini melalui computer dalam bentuk kombinasi gambar, kata-kata dan video.

Penggunaan media 3 GPD untuk anak tunarungu difokuskan pada media pada pemahaman tentang bagaimana dalam mengoperasionalkan dalam struktur bahasa Indonesia terutama dalam menyusun kalimat dengan struktur yang benar.


(11)

8

2. Kemampuan Menyusun Kalimat

Kemampuan menyusun kalimat dalam penelitian ini dijadikan variabel terikat.

Menurut Sugiyono, 2008 : 39 yang dimaksud dengan Variabel Terikat adalah “Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”

Yang dimaksud dengan menyusun kalimat dalam penelitian ini adalah nilai kemampuan menyusun kalimat tunggal. Menurut Gorys Keraf, 1984 : 152 yang dimaksud kalimat tunggal adalah “kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola yang baru”.

Adapun kalimat tunggal tersebut dengan menggunakan pola yang terdiri dari Subyek-Predikat (S-P), Subyek-Predikat-Obyek (S-P-O), Subyek-Predikat-Keterangan (S-P-K) dan Subyek-Predikat-Obyek-Keterangan (S-P-O-K). dan penggunaan kata sambung.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji atau dibuktikan kebenarannya. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul.”


(12)

9 Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat antara yang menggunakan Media 3 GPD dengan yang tidak menggunakan media 3 GPD (manual)”

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan media 3GPD dalam meningkatkan kemampuan menyusun kalimat pada anak tunarungu kelas IV dan V SDLB di SLB YPD II Kota Cimahi.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat dengan menggunakan media 3 GPD.

2) Untuk mengetahui kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat dengan tidak menggunakan media 3 GPD (manual).

3) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat antara yang menggunakan media 3 GPD dengan yang tidak menggunakan media 3 GPD (manual).


(13)

10

2. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian ini ada kegunaannya, diantaranya yaitu:

a. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan mutu pendidikannya dalam mengembangkan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan berbasis komputer di Sekolah Luar Biasa.

b. Memberikan masukan pada pihak sekolah dan guru-guru SLB bagian tunarungu tentang peranan media 3 GPD sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia dalam mengajarkan kalimat yang berstruktur dan berpola. dan dapat dikembangkan di SLB lain.

c. Media 3 GPD diharapkan dapat membantu siswa tunarungu dalam belajar menyusun kalimat yang berstruktur dan berpola.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, menurut Arikunto (2002:3) bahwa metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau menyisihkan faktor-faktor lain.

Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Dengan menggunakan metode eksperimen dapat memperoleh gambaran mengenai efektifitas media pembelajaran 3 GPD terhadap kemampuan menyusun kalimat bagi anak tunarungu


(14)

11 Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah Desain Control

Group Pre Test – Post Test, yaitu adanya kelompok lain yang tidak diberi

perlakuan ikut mendapat pengamatan.

Rancangan Eksperimen

1. Mengadakan tes awal tentang kemampuan menyusun kalimat sebelum menggunakan media 3 GPD untuk kelompok A (Kelompok Eksperimen) yaitu anak kelas IV dan V SDLB di SLB YPD II Kota Cimahi, kemudian diberi latihan pembelajaran menyusun kalimat dengan menggunakan media 3 GPD dan diakhiri dengan tes akhir tentang menyusun kalimat.

2. Mengadakan tes awal tentang kemampuan menyusun kalimat untuk kelompok B (Kelompok Kontrol) yaitu anak kelas IV dan V SDLB di SLB YPD II Kota Cimahi, kemudian diberi latihan pembelajaran menyusun kalimat secara manual (tidak menggunakan media 3 GPD), dan dikahiri dengan tes akhir.

3. Membandingkan hasil tes awal dari kelompok A dan kelompok B, tentang kemampuan menyusun kalimat.

4. Membandingkan hasil dari tes akhir antara kelompok A dengan kelompok B tentang kemampuan menyusun kalimat antara yang menggunakan media 3 GPD dengan yang tidak (secara manual).


(15)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian. Penggunaan metode yang tepat dalam penelitian sangat menentukan keberhasilan penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Arikunto (2002:3) definisi metode eksperimen adalah sebagai berikut “Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau menyisihkan faktor-faktor lain.”

Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Dalam menggunakan metode eksperimen ini penulis bermaksud meneliti mengenai penggunaan media 3 G Communication Services for People with Disabilities ( 3 GPD ) terhadap kemampuan menyusun kalimat pada anak tunarungu di SLB II Kota Cimahi.

Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah Desain Control Group Pre Test – Post Test, yaitu adanya kelompok lain yang tidak diberi perlakuan ikut mendapat pengamatan.


(16)

43

A. Rancangan dan Prosedur Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Untuk kepentingan penelitian ini dilakukan pembagian kelompok yang terdiri dari kelompok A yaitu siswa kelas IV dan V satuan SDLB yang terdiri dari 5 orang siswa sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan kelompok B yaitu siswa kelas IV dan V satuan SDLB yang terdiri dari 5 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Kelompok A adalah kelompok eksperimen yaitu kelompok yang mendapatkan perlakuan (treatment) dalam belajar menyusun kalimat dengan menggunakan media 3 GPD, sedangkan kelompok B adalah kelompok kontrol yang dalam belajar menyusun kalimat tidak mendapatkan perlakuan (treatment) menggunakan media 3 GPD yaitu dengan manual.

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat tunggal pada kelompok A yaitu dilakukan tes awal tentang menyusun kalimat tunggal dengan pola Subjek – Predikat (S – P), Subjek – Predikat – Objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S – P – K) dan Subjek – Predikat – Objek – Keterangan (S – P – O – K) kemudian dilakukan pencatatan Skor yang diperolehnya. Kemudian kelompok A dilakukan latihan menyusun kalimat tunggal dengan struktur yang benar dengan menggunakan media 3 G Comunication Service For People With Disabilities (3 GPD), setelah selesai diadakan latihan kemudian diadakan tes akhir untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat


(17)

44 setelah mendapatkan perlakuan (treatment), dan dilakukan pencatatan skor perolehan tes akhir.

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat tunggal pada kelompok B yaitu dilakukan tes awal tentang menyusun kalimat tunggal dengan pola Subjek – Predikat (S – P), Subjek – Predikat – Objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S – P – K) dan Subjek – Predikat – Objek – Keterangan (S – P – O – K) kemudian dilakukan pencatatan Skor yang diperolehnya. Kemudian kelompok B dilakukan latihan menyusun kalimat tunggal dengan struktur yang benar tidak menggunakan media 3 G Comunication Service For People With Disabilities (3 GPD) tetapi dengan manual, setelah selesai diadakan latihan kemudian diadakan tes akhir untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat tunggal tidak mendapatkan perlakuan 3 GPD, dan dilakukan pencatatan skor perolehan tes akhir.

Setelah selesai diadakan tes akhir antara kelompok A dan B, maka skor perolehan kedua kelompok tersebut dibandingkan untuk mengetahui kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat tunggal dengan pola yang benar antara kelompok A yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan media 3 GPD dengan Kelompok B yang tidak menggunakan media 3 GPD (manual).


(18)

45 Adapun rancangan eksperimen dapat divisualisasikan sebagai berikut :

Bagan 3.1 : Rancangan Eksperimen

2. Prosedur Penelitian

a. Mengadakan tes awal tentang kemampuan menyusun kalimat sebelum menggunakan media 3 GPD untuk kelompok A yaitu anak kelas IV dan V SDLB di SLB YPD II Kota Cimahi, kemudian diberi latihan pembelajaran menyusun kalimat dengan menggunakan media 3 GPD dan diakhiri dengan tes akhir tentang menyusun kalimat.

b. Mengadakan tes awal tentang kemampuan menyusun kalimat untuk kelompok B yaitu anak kelas IV dan V SDLB di SLB YPD II Kota Cimahi, kemudian diberi latihan pembelajaran menyusun kalimat yang tidak menggunakan media 3 GPD (manual), dan dikahiri dengan tes akhir.

c. Membandingkan hasil dari tes akhir antara kelompok A dengan kelompok B tentang kemampuan menyusun kalimat antara yang menggunakan media 3 GPD dengan yang tidak menggunakan media 3 GPD (secara manual).

TES TWTL

MEDIT 3 GPD

TES TWTL

MTNU TL


(19)

46

B. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes. Menurut Arikunto (2002 : 194) mendifinisikan “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekal yang dimiliki oleh individu atau kelompok“. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi adalah tes yang digunakan untuk mengukur prestasi individu setelah mempelajari sesuatu hal.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Instrumen Pre test (Tes Awal) : yang meliputi soal-soal penelitian

tentang menyusun kalimat tunggal dengan pola Subjek – Predikat (S – P), Subjek – Predikat – Objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S – P – K) dan Subjek – Predikat – Objek – Keterangan (S – P – O – K) yang berjumlah 12 soal.

Pre test (Tes awal) ini dilakukan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat tunggal dengan pola yang benar untuk kelompok A maupun kelompok B sebelum mendapatkan perlakuan (treatment).

2. Instrumen Post test (Tes Akhir) : yang meliputi soal-soal penelitian tentang menyusun kalimat tunggal dengan pola Subjek – Predikat (S –


(20)

47 P), Subjek – Predikat – Objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S – P – K) dan Subjek – Predikat – Objek – Keterangan (S – P – O – K) yang berjumlah 12 soal.

Post test (Tes akhir) ini dilakukan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat tunggal dengan pola yang benar untuk kelompok A maupun kelompok B setelah mendapatkan perlakuan (treatment).

Instrumen ini disusun berpedoman pada kisi-kisi instrumen yang dapat dilihat pada lampiran A.

3. Uji Coba Intrumen a. Uji Validitas

Aspek yang akan dianalisa dalam menetapkan apakah butir soal pada setiap instrumen memiliki kesesuaian antara pengukuran dengan yang hendak diukur. Instrumen dikatakan valid atau validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek yang akan diukur. Uji validitas yang dimaksud adalah validitas isi dengan teknik penilaian para ahli (Judgement expert). Menurut Sugiono (2002) untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan pendapat dari ahli judgement expert. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli yang dimaksud adalah 1 orang Guru Bahasa Indonesia di Sekolah Luar Biasa dan 2 orang guru yang memiliki pengalaman mengajar pada anak tunarungu. Cara penilaian


(21)

48 ini dilakukan dengan jalan memberi tanda cek list pada tabel dengan petunjuk pengisian sebagai berikut :

1) Apabila butir pernyataan dinyatakan cocok diberi nilai +1 dengan tanda checklis (V) pada kolom yang dinyatakan cocok (c)

2) Apabila butir pernyataan dinyatakan ragu-ragu, diberi nilai 0 dengan tanda checklist (V) pada kolom ragu-ragu atau (r)

3) Apabila butir pernyataan dinyatakan tidak cocok diberi bobot nilai -1 dengan tanda checklist (V) pada kolom yang dinyatakan tidak cocok (tc)

Hasil penilaian selanjutnya kemudian dihitung dengan menggunakan persentase dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n : Nilai yang diperoleh dari hasil judgement tes kemampuan menyusun kalimat sesuai dengan pola yang ditentukan

N : Jumlah seluruh nilai ideal dari lembar judgement tes kemampuan menyusun kalimat sesuai dengan pola yang ditentukan


(22)

49

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apalagi datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (mis leading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata instrumennya. Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang dapat dipercaya. Apalagi pengertian ini sudah tertangkap maka akan tidak menjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji reliabilitas instrumen.

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. “Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap” (Arikunto, 2008 : 86).


(23)

50 Reliabilitas yang diukur adalah realitas stabilitas tes dengan menggunakan internal konsistensi, yaitu dilakukan dengan percobaan istrumen satu kali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan rumus Alpha. Penggunaan rumus Alpha dalam menganalisis data hasil uji coba instrumen ini, dikarenakan instrumen yang dibuat berupa tes uraian dan memiliki kriteria penilaian dengan bobot nilai yang berbeda.

Adapun rumus Alpha yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas ini adalah sebagai berikut :

(

)

      −       −

=

2

2 11 1 1 t i n n r σ σ (Arikunto, 2002:171) Keterangan : 11

r = reliabilitas yang dicari

2

i

σ = jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t

σ = jumlah varians total


(24)

51 Varians skor tiap-tiap item dan varians total dihitung dengan

menggunakan rumus :

( )

N N

x x

2 2

2

= σ

(Arikunto, 2002:171)

Keterangan :

2

σ = Varians yang dicari

2

x = Jumlah varians skor tiap item

( )

2

x = Jumlah varians total

N = Jumlah Testi

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SDLB -B yang berjumlah 10 orang terdiri dari 5 orang anak Sebagai kelompok eksperimen dan 5 orang anak sebagai kelompok kontrol.

Ciri-ciri subyek penelitian yang akan diambil adalah sebagai berikut: 1. Subyek penelitian ini adalah anak tunarungu yang duduk di kelas IV dan

V SDLB-B SLB YPD II Kota Cimahi, Anak tunarungu yang usianya antara 10 - 12 tahun, yang tingkat kecerdasannya tidak ada hambatan.


(25)

52 2. Subjek telah belajar Bahasa Indonesia dalam aspek menyusun kalimat

Untuk lebih jelasnya perincian sampel dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 : Subjek Penelitian Kelompok A

NO. NAMA L/P USIA DSP

1. MF L 10 sdg

2. SJ P 11 sdg

3. AL L 12 sdg

4. AD L 11 sdg

5. YL P 10 sdg

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Bentuk Instrumen

Menurut Arikunto (2002 : 207), “Pengumpulan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode interview, tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya.” Adapun bentuk instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Test .

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat sesuai dengan pola subjek-predikat (S-P), subjek-predikat-objek O), subjek-predikat-keterangan (S-P-K), subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K) serta penggunaan kata sambung dan penempatan awalan atau sisipan, sesuai dengan lembar instrumen tes yang telah disediakan.

NO. NAMA L/P USIA DSP

1. RY P 10 sdg

2. UT P 11 sdg

3. YN P 12 sdg

4. AS P 11 sdg


(26)

53 Tujuan dari pemberian tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat dengan pola yang ditentukan antara kelompok yang menggunakan media 3 GPD dengan kelompok yang tidak menggunakan media 3 GPD (manual).

2. Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian digunakan untuk menilai kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat sesuai dengan pola kalimat yang telah ditentukan. Dalam penilaian ini menggunakan rentang skor anatara 0 sampai dengan 5, artinya 0 adalah skor terendah dan 5 adalah skor tertinggi.

Adapun kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada tabel di bawah ini :


(27)

54

TABEL 3.3

KRITERIA PENILAIAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT ANAK TUNARUNGU

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR BOBOT SKOR TOTAL 1. Pola Kalimat Subjek – Predikat (S – P)

a. Struktur Kalimat b. Penggunaan Imbuhan c. Penggunaan kata sambung

2 1 1 1 - - 2 1 1

Jumlah 4

2. Pola Kalimat Subjek – Predikat - Objek (S – P - O)

a. Struktur Kalimat b. Penggunaan Imbuhan c. Penggunaan kata sambung

2 1 1 1 - - 2 1 1

Jumlah 4

3. Pola Kalimat Subjek – Predikat - Keterangan (S – P - K)

a. Struktur Kalimat b. Penggunaan Imbuhan c. Penggunaan kata sambung

2 1 1 1 - - 2 1 1

Jumlah 4

4. Pola Kalimat Subjek – Predikat – Objek - Keterangan (S – P – O - K)

a. Struktur Kalimat b. Penggunaan Imbuhan c. Penggunaan kata sambung

3 1 1 1 - - 3 1 1


(28)

55

E. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (1997:103) yang dimaksud proses analisis data adalah “proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan data, sehingga dapat ditemukan suatu tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan dalam data.”

Data yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data selanjutnya akan diolah dengan menggunakan statistik non parametrik, karena subjek dalam penelitian ini jumlahnya kurang dari 30 orang.

Uji statistik yang digunakan adalah Uji Mann Whitney atau U-Test. Dengan alasan bahwa penelitian ini adalah membandingkan dua variabel dan datanya menunjukkan skala ordinal.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan kedua sampel dan mencari jenjang pada tiap-tiap anggotanya, mulai dari nilai yang terkecil sampai nilai yang terbesar. 2. Menghitung jumlah jenjang masing-masing dari sampel pertama (n1) dan

sampel kedua (n2) dengan notasi R1 dan R2.

3. Menghitung nilai U dari sampel (n1) pengamatan dengan rumus sebagai

berikut :

− + + =


(29)

56 Atau dari sampel kedua dengan (n2) pengamatan, dengan rumus sebagai

berikut :

Dari kedua nilai U tersebut yang digunakan adalah nilai yang paling kecil.

4. Taraf nyata α = n1=5 (Kemampuan anak tunarungu dalam

menyusun kalimat yang menggunakan 3 GPD kelompok A), n2=5

(Kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang tidak menggunakana 3 GPD kelompok B).

Taraf nyata α = n1=5 (Kemampuan anak tunarungu dalam

menyusun kalimat yang menggunakan 3 GPD kelompok A), n2=5

(Kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang tidak menggunakana 3 GPD kelompok B).

5. Metode untuk menentukan signifikasi dari U untuk data baik n1 atau n2

masing-masing lebih kecil dari 8 digunakan tabel J.

6. Kriteria pengambilan keputusan bagi U tes adalah sebagai berikut : Jika mempunyai peluang sama atau lebih kecil dari α = maka Ho ditolak dan terima Hi.

Jadi tolak Ho jika ≤α = terima Hi jika >α =

− + + =


(30)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan analisis data serta pengujian hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa penggunaan media 3 G Communication Services for People with Disabilities (3 GPD) dapat meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang berstruktur dengan benar.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat dengan menggunakan media 3 GPD hasilnya lebih besar dibandingkan anak tunarungu yang tidak mendapatkan perlakuan media 3 GPD (manual).

3. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat antara yang menggunakan media 3 G Communication Services for People with Disabilities (3 GPD) dengan kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang tidak menggunakan media 3 GPD (manual).


(31)

71

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, sebagai kelanjutan dari penelitian ini, penulis merekomendasikan hasil dari penelitian ini kepada sekolah dan guru-guru, khususnya SLB YPD II Kota Cimahi serta peneliti selanjutnya. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Penggunaan media 3GPD dan media pembelajaran bahasa Indonesia lainnya bagi anak tunarungu perlu menjadi perhatian dan bahan pertimbangan sekolah untuk membantu meningkatkan keterampilan berbahasa, terutama dalam hal menyusun kalimat yang berstruktur dan berpola, sebagai prasyarat dalam keterampilan menulis. Sehingga penyampaian pesan pada anak tunarungu secara tertulis dapat dipahami orang mendengar dan juga proses komunikasi anak tunarungu dengan orang mendengar dapat berjalan dengan lancar, meskipun tidak mampu menyampaikan pesan secara verbal.

2. Bagi Guru

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan menyusun kalimat yang berstruktur dan berpola pada anak tunarungu mengalami peningkatan. Hal ini tentunya akan berimplikasi pada pendidikan anak tunarungu itu sendiri, terutama dalam pencapaian kurikulum dan juga akan membantu memperlancar proses komunikasi


(32)

72 anak tunarungu dengan orang-orang mendengar. Berdasarkan hal tersebut, seyogyanya hasil penelitian ini dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi guru-guru anak tunarungu, bahwa penggunaan media dalam pembelajaran anak tunarungu sangat penting. Salah satu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran anak tunarungu adalah media 3GPD.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya yang meneliti dengan menggunakan media 3GPD ini, diharapkan untuk lebih mengembangkan media ini, mulai dari penambahan video, kata-kata dan gambar, serta penyempurnaan sign language dan speech reading. Sehingga disamping meningkatkan kemampuan dalam menyusun kalimat berstruktur dan berpola juga dapat meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu.

C. Penutup

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang berarti bagi perkembangan pendidikan luar biasa, khususnya pendidikan anak tunarungu pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Dengan selesainya penulisan tesis ini semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah, taufik dan hidayah kepada kita semua.


(33)

73

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan pada Anak yang Mengalami Kehilangan Fungsi Penglihatan dan Pendengaran. [Online]. Tersedia:http//z-alimin.blogspot.com/2008/03/hambatan-belajar-dan-hambatan.html.

Alwi, H. et al. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indoesia. Jakarta: Depdikbud. Arifin, Z. Dan Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta : Grasindo.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Bambang, S. (2003). Pendidikan Tunarungu. Jakarta : Yayasan Pangudi Luhur,

Lustrum.

Budiono. Sari Kata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusantara.

Bunawan, L. Dan Yuwati, S.C. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.

Damaianti, S. V. dan Sitaresmi, N. (2006). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung : Pusat Literasi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI. Hallahan,P. D. dan Kaufman, M. J. (1991). Exceptional Children (Introduction to

Special Education), Fifth Edition. University of Virginia : Prentice-HallInternational, Inc.

Hasan, T. et al. (2007). 3GPD Communication Service for People with Disabilities (3GPDPD). Bandung : Telkom RDC.

Hernawo, T. (2008). Definisi Media. [Online]. Tersedia: http://blog.tp-unj.org/detil.php?id=1&act=open&p=0&no=3

Kasim. (2009). Pengaruh Media 3G Communication Services For People With Disabilities (3 GPD) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membuat Kalimat Pada Anak Tunarungu. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Keraf, G. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah.

Meleong, J.L. (1997). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.


(34)

74

Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. ... (2008). Pedoman Peulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Mustikasari, A. (2008). Mengenal Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/

Natawidjaja, R. (1988). Pengolahan Data Secara Statistik. Bandung: FPS IKIP Bandung.

Putrayasa, B. I. (2007). Kalimat Efektif. Bandung : Refika Aditama. Ramlan, M. (1986). Sintaksis. Yogyakarta : Karyono.

Soeparno. (2002). Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta : Tiara Wacana Somad, P. dan Herawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Proyek

Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Somad, P. dan Tarsidi, D. (2008). Dampak Ketunarunguan Terhadap

Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia:

http://permanarian16.blogspot.com/2008/03/dampak-ketunarunguan-terhadap.html

Somad, P. (2007). Interaksi-Komunikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sekolah Pasca Sarjana UPI. Sudjana, N. dan Rivai, A. (2007). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru

Algensido.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2004). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Tarigan, G. H. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, G. H. (1988). Pengajaaran Pemerolehan Bahasa. Bandung : Angkasa. Widiati, E. (2005). Interaksi Sosial Anak Tunarungu Dengan Teman Sebaya Pada

Jam Istirahat Sekolah Reguler. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

56 Atau dari sampel kedua dengan (n2) pengamatan, dengan rumus sebagai berikut :

Dari kedua nilai U tersebut yang digunakan adalah nilai yang paling kecil.

4. Taraf nyata α = n1=5 (Kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang menggunakan 3 GPD kelompok A), n2=5 (Kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang tidak menggunakana 3 GPD kelompok B).

Taraf nyata α = n1=5 (Kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang menggunakan 3 GPD kelompok A), n2=5 (Kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang tidak menggunakana 3 GPDkelompok B).

5. Metode untuk menentukan signifikasi dari U untuk data baik n1 atau n2 masing-masing lebih kecil dari 8 digunakan tabel J.

6. Kriteria pengambilan keputusan bagi U tes adalah sebagai berikut : Jika mempunyai peluang sama atau lebih kecil dari α = maka Ho ditolak dan terima Hi.

Jadi tolak Ho jika ≤α = terima Hi jika >α =

− + + =


(2)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan analisis data serta pengujian hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa penggunaan media 3 G Communication Services for People with Disabilities (3 GPD) dapat meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang berstruktur dengan benar.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat dengan menggunakan media 3 GPD hasilnya lebih besar dibandingkan anak tunarungu yang tidak mendapatkan perlakuan media 3 GPD (manual).

3. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat antara yang menggunakan media 3 G Communication Services for People with Disabilities (3 GPD) dengan kemampuan anak tunarungu dalam menyusun kalimat yang tidak menggunakan media 3 GPD (manual).


(3)

71

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, sebagai kelanjutan dari penelitian ini, penulis merekomendasikan hasil dari penelitian ini kepada sekolah dan guru-guru, khususnya SLB YPD II Kota Cimahi serta peneliti selanjutnya. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Penggunaan media 3GPD dan media pembelajaran bahasa Indonesia lainnya bagi anak tunarungu perlu menjadi perhatian dan bahan pertimbangan sekolah untuk membantu meningkatkan keterampilan berbahasa, terutama dalam hal menyusun kalimat yang berstruktur dan berpola, sebagai prasyarat dalam keterampilan menulis. Sehingga penyampaian pesan pada anak tunarungu secara tertulis dapat dipahami orang mendengar dan juga proses komunikasi anak tunarungu dengan orang mendengar dapat berjalan dengan lancar, meskipun tidak mampu menyampaikan pesan secara verbal.

2. Bagi Guru

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan menyusun kalimat yang berstruktur dan berpola pada anak tunarungu mengalami peningkatan. Hal ini tentunya akan berimplikasi pada pendidikan anak tunarungu itu sendiri, terutama dalam pencapaian kurikulum dan juga akan membantu memperlancar proses komunikasi


(4)

72 anak tunarungu dengan orang-orang mendengar. Berdasarkan hal tersebut, seyogyanya hasil penelitian ini dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi guru-guru anak tunarungu, bahwa penggunaan media dalam pembelajaran anak tunarungu sangat penting. Salah satu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran anak tunarungu adalah media 3GPD.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya yang meneliti dengan menggunakan media 3GPD ini, diharapkan untuk lebih mengembangkan media ini, mulai dari penambahan video, kata-kata dan gambar, serta penyempurnaan sign language dan speech reading. Sehingga disamping meningkatkan kemampuan dalam menyusun kalimat berstruktur dan berpola juga dapat meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu.

C. Penutup

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang berarti bagi perkembangan pendidikan luar biasa, khususnya pendidikan anak tunarungu pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Dengan selesainya penulisan tesis ini semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah, taufik dan hidayah kepada kita semua.


(5)

73

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan pada Anak yang Mengalami Kehilangan Fungsi Penglihatan dan Pendengaran. [Online]. Tersedia:http//z-alimin.blogspot.com/2008/03/hambatan-belajar-dan-hambatan.html.

Alwi, H. et al. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indoesia. Jakarta: Depdikbud. Arifin, Z. Dan Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta : Grasindo.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Bambang, S. (2003). Pendidikan Tunarungu. Jakarta : Yayasan Pangudi Luhur,

Lustrum.

Budiono. Sari Kata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusantara.

Bunawan, L. Dan Yuwati, S.C. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.

Damaianti, S. V. dan Sitaresmi, N. (2006). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung : Pusat Literasi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI. Hallahan,P. D. dan Kaufman, M. J. (1991). Exceptional Children (Introduction to

Special Education), Fifth Edition. University of Virginia : Prentice-HallInternational, Inc.

Hasan, T. et al. (2007). 3GPD Communication Service for People with Disabilities (3GPDPD). Bandung : Telkom RDC.

Hernawo, T. (2008). Definisi Media. [Online]. Tersedia: http://blog.tp-unj.org/detil.php?id=1&act=open&p=0&no=3

Kasim. (2009). Pengaruh Media 3G Communication Services For People With Disabilities (3 GPD) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membuat Kalimat Pada Anak Tunarungu. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Keraf, G. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah.

Meleong, J.L. (1997). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.


(6)

74

Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. ... (2008). Pedoman Peulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Mustikasari, A. (2008). Mengenal Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/

Natawidjaja, R. (1988). Pengolahan Data Secara Statistik. Bandung: FPS IKIP Bandung.

Putrayasa, B. I. (2007). Kalimat Efektif. Bandung : Refika Aditama. Ramlan, M. (1986). Sintaksis. Yogyakarta : Karyono.

Soeparno. (2002). Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta : Tiara Wacana Somad, P. dan Herawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Proyek

Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Somad, P. dan Tarsidi, D. (2008). Dampak Ketunarunguan Terhadap

Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia:

http://permanarian16.blogspot.com/2008/03/dampak-ketunarunguan-terhadap.html

Somad, P. (2007). Interaksi-Komunikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sekolah Pasca Sarjana UPI. Sudjana, N. dan Rivai, A. (2007). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru

Algensido.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2004). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Tarigan, G. H. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, G. H. (1988). Pengajaaran Pemerolehan Bahasa. Bandung : Angkasa. Widiati, E. (2005). Interaksi Sosial Anak Tunarungu Dengan Teman Sebaya Pada

Jam Istirahat Sekolah Reguler. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI: Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunarungu Kelas VI SLB-B Pri

0 0 48

PENGARUH MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB N A CITEUREUP KOTA CIMAHI : Metode eksperimen dengan teknik analisis Single Subject Research (SSR).

0 0 44

PENGEMBANGAN MEDIA KARTU GAMBAR ISYARAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR DI SLB KOTA CIMAHI.

0 4 41

PENGGUNAAN MEDIA CLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR PADA ANAK TUNARUNGU KELAS I DI SLB AZ-ZAKIYAH BANDUNG.

0 2 37

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGARANG REPRODUKSI PADA ANAK TUNARUNGU :Penelitian Eksperimen dengan Single Subject Research pada anak tunarungu kelas 2 SMPN di SLB YP3ATR 1 Cicendo.

0 0 30

PENERAPAN MEDIA I - CHAT (I CAN HEAR AND TALK) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN STRUKTUR KALIMAT PADA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS VI DI SLB - B/C YPASP WONOREJO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013.

1 2 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS X DI SLB NEGERI PURBALINGGA.

0 0 180

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU (Studi eksperimen pada anak tunarungu kelas 3 SDLB di SLB BC Al Barkah Garut) - repository UPI S PLB 1105643 Title

0 0 2

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU (Studi eksperimen pada anak tunarungu kelas 3 SDLB di SLB BC Al Barkah Garut) - repository UPI S MRL 1102762 Title

0 0 3

ANALISIS KEMAMPUAN ANAK DALAM MENYUSUN KALIMAT BERDASARKAN MEDIA GAMBAR

0 2 12