PENGGUNAAN MEDIA CLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR PADA ANAK TUNARUNGU KELAS I DI SLB AZ-ZAKIYAH BANDUNG.

(1)

09/PKh-S1/FIP-UPI/Agustus/2013

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

PENGGUNAAN MEDIA CLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS I DI SLB AZ-ZAKIYAH BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

PUTRI PERMATASARI NIM. 0901921

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

PENGGUNAAN MEDIA CLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS I DI SLB AZ-ZAKIYAH BANDUNG

Oleh Putri Permatasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Putri Permatasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin penulis.


(3)

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

LEMBAR PENGESAHAN PUTRI PERMATASARI

0901921

PENGGUNAAN MEDIA CLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS I DI SLB AZ-ZAKIYAH BANDUNG Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd NIP. 19700417 199402 2 001

Pembimbing II

Dr. Iding Tarsidi, M.Pd NIP. 19660104 199301 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

i Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA CLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS I DI SLB AZ-ZAKIYAH BANDUNG OLEH : PUTRI PERMATASARI (0901921)

Prestasi akademik siswa-siswa tunarungu kemungkinan agak terlambat dibandingkan dengan teman-teman sebaya yang dapat mendengar lainnya. Siswa-siswa tunarungu menghadapi kesulitan untuk berhasil dengan baik ketika mengikuti sistem pendidikan yang media utamanya lebih menekankan pada bahasa lisan dan tulisan dalam transfer pengetahuan. Anak tunarungu yang berinisial RA di SLB Az-Zakiyah memiliki hambatan pada pendengarannya sehingga mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran, terutama pada Matematika yang bersifat abstrak sehingga perlu media yang mendukung proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media clay untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu kelas I. Metode penelitian yang digunakan adalah adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain penelitian A-B-A. Teknik pengumpulan data melalui tes lisan, tulisan, dan perbuatan. Hasil penelitian diperoleh data mean level pada fase baseline 1 (A-1) sebesar 59,03, fase intervensi (B) sebesar 71,39 dan pada fase baseline 2 (A-2) sebesar 82,9. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa melalui penggunaan media clay dapat meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu kelas I (RA), terbukti dari kenaikan mean level pada setiap sesi. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan pertimbangan bagi pendidik dalam memilih aktivitas pembelajaran pada anak tunarungu.

Kata Kunci: Anak Tunarungu, Penggunaan Media Clay, Kemampuan Mengenal Bangun Datar


(5)

v Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Ketunarunguan ... 8

1. Pengertian Ketunarunguan ... 8

2. Klasifikasi Ketunarunguan ... 9

3. Dampak Ketunarunguan ... 10

B. Penggunaan Clay sebagai Media Pembelajaran ... 11

1. Pengertian Media ... 11

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 13

3. Ciri Media Pembelajaran ... 14

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 15

5. Pengertian Clay ... 15

C. Pembelajaran Matematika ... 17

1. Pengertian Matematika ... 17

2. Pengertian Geometri ... 17

a. Geometri Bangun Datar ... 17


(6)

vi Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

D. Kaitan Penggunaan Media Clay dengan Peningkatan

Kemampuan Mengenal Bangun Datar pada Anak Tunarungu .... 20

E. Peneitian Sebelumnya yang Relevan ... 20

F. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian ... 23

1. Definisi Konsep Variabel ... 23

a. Media Clay ... 23

b. Kemampuan Mengenal Bangun Datar ... 24

2. Definisi Operasional Variabel ... 24

a. Variabel Bebas ... 24

b. Variabel Terikat/Target Behavior ... 25

B. Metode Penelitian ... 25

C. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 27

1. Subjek Penelitian ... 27

2. Lokasi Penelitian ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 27

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 32

1. Uji Validitas Instrumen ... 32

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Data Baseline-1 (A-1) ... 39

2. Data Intervensi (B) ... 41

3. Data Baseline-2 (A-2) ... 43

B. Analisis Data ... 45

1. Analisis dalam Kondisi ... 45

2. Analisis antar Kondisi ... 57

C. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68


(7)

vii Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

LAMPIRAN ... 72

A. Surat-surat Penelitian ... 73

B. Lembar Bimbingan Skripsi ... 81

C. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 82

D. Instrumen Penelitian ... 83

E. Expert Judgement ... 86

F. Perhitungan Validitas Expert Judgement ... 98

G. Perhitumgan Uji Reliabilitas ... 99

H. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 102

I. Hasil Penelitian ... 107

J. Dokumentasi ... 155


(8)

viii Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kurikulum Matematika SDLB-B Kelas I ... 18

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen ... 28

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Tes Lisan ... 29

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Tes Tulis ... 30

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Tes Perbuatan ... 31

Tabel 3.5 Daftar para Ahli untuk Expert-Judgement Instrumen ... 32

Tabel 4.1 Pencatatan Skor Perolehan RA pada Fase Baseline-1 (A-1) ... 39

Tabel 4.1 Pencatatan Skor Perolehan RA pada Fase Baseline-1 (A-1) ... 39

Tabel 4.2 Pencatatan Skor Perolehan RA pada Fase Intervensi (B) ... 41

Tabel 4.3 Pencatatan Skor Perolehan RA pada Fase Baseline-2 (A-2) ... 43

Tabel 4.4 Panjang Kondisi (Condition Length) ... 46

Tabel 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah (Estimate of Trend Direction) RA 48

Tabel 4.6 Jejak Data (Data Path) ... 55

Tabel 4.7 Level Stabilitas dan Rentang (Level Stability and Range) ... 55

Tabel 4.8 Perubahan level (Level Change) ... 56

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 56

Tabel 4.10 Jumlah Variabel yang Diubah (Number of Variabel Changed) .... 58

Tabel 4.11 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 58

Tabel 4.12 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 59

Tabel 4.13 Perubahan Level (Change in Level) ... 60


(9)

ix Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Analisis Visual antar Kondisi ... 63

DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 3.1 Tampilan Desain A-B-A ... 26

Grafik 4.1 Perolehan Data Baseline-1 (A-1) ... 40

Grafik 4.2 Perolehan Data Intervensi (B) ... 42

Grafik 4.3 Perolehan Data Baseline-2 (A-2) ... 44

Grafik 4.4 Perolehan Data Baseline-1 (A-1), Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ... 45

Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Mengenal Bangun Datar RA ... 47

Grafik 4.6 Trend Stabilitas Kondisi Baseline-1 (A-1) RA ... 50

Grafik 4.7 Trend Stabilitas Kondisi Intervensi (B) RA ... 52

Grafik 4.8 Trend Stabilitas Kondisi Baseline-2 (A-2) RA ... 54

Grafik 4.9 Data Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) dengan Intervensi (B) .... 61

Grafik 4.10 Data Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Baseline-2 (A-2) .. 62


(10)

x Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(11)

1

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Oleh sebab itu pendidikan seharusnya menjadi fokus banyak pihak dalam menggarapnya. Pendidikan bagi tiap warga negara yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 ialah bagi siapapun tanpa terkecuali. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa “warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak mendapat pendidikan khusus”.

Penyelenggara pendidikan khusus seperti yang disebutkan di atas adalah Sekolah Luar Biasa (SLB). SLB sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab untuk mengakomodasi setiap kebutuhan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus. Sudah banyak diketahui bahwa karakteristik anak yang menempuh pendidikan di SLB sangat beragam. Salah satunya adalah anak tunarungu.

Istilah tunarungu diambil dari kata “Tuna” dan “Rungu”. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak yang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Hallahan dan Kauffman (Permanarian, 1995:26) mengemukakan bahwa „Tunarungu merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).‟

Anak tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam mengolah informasi yang diperoleh melalui auditori karena kerusakan yang terjadi pada organ pendengarannya. Akibatnya anak tunarungu mengalami hambatan dalam berbahasa sehingga mereka kesulitan dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman abstrak seperti halnya pada pelajaran matematika. Matematika bagi


(12)

2

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang mungkin atau paling tidak disukai. Beberapa faktor yang menyebabkan matematika kurang disukai salah satunya adalah karena dalam matematika banyak terdapat simbol, notasi, istilah yang membingungkan yang bersifat abstrak sehingga anak mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, terlebih lagi untuk anak tunarungu yang memiliki hambatan dalam mendengar dan berbahasa. Keadaan seperti itulah yang menjadi penghalang anak tunarungu dalam mengolah informasi dalam kegiatan belajar.

Salah satu ruang lingkup dalam mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) meliputi aspek geometri dan pengukuran. Dalam aspek geometri terbagi menjadi 2 bagian yaitu bangun datar dan bangun ruang. Bangun datar merupakan konsep yang abstrak bagi siswa tunarungu. Hambatan dalam berbahasa, kognitif dan daya ingat yang dialami anak tunarungu mengakibatkan anak kesulitan dalam mengenal dan menghafal nama-nama bangun datar. Anak tunarungu mengolah berbagai informasi secara visual dan informasi yang bersifat konkret yang mampu mereka ingat sehingga harus menggunakan media pembelajaran yang konkret dalam proses pembelajarannya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan tentang proses pembelajaran terutama pada pelajaran Matematika kurang meningkatkan kreativitas siswa. Anak masih sulit menunjukkan mana yang dinamakan segitiga, segiempat, atau lingkaran. Terlebih lagi saat anak diminta untuk menyebutkan nama-namanya, anak sangat kesulitan yang disebabkan kondisi ketunarunguannya tersebut. Selain itu, kesulitan dalam mengenal bangun datar terlihat ketika anak diminta untuk menggambar bentuk bangun datar seperti segiempat, lingkaran, segitiga. Anak masih terlihat kebingungan untuk menggambarnya, padahal anak sudah diberikan contoh bentuk bangun datar tersebut namun anak tetap belum bisa menggambarnya sendiri. Akan tetapi, jika anak sudah diberi bantuan berupa garis putus-putus yang berbentuk bangun datar tersebut. Dengan garis-garis tersebut, anak baru dapat mengikutinya dengan cara menebalkannya. Setelah beberapa kali


(13)

3

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

pengetesan anak pun masih seperti demikian, jadi masih harus tetap menggunakan bantuan garis putus-putus.

Penggunaan media sebagai alat peraga tidak bisa sembarangan, tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan pembelajaran. Masih banyak pendidik yang menggunakan metode konvensional dan kurangnya pemanfaatan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehinga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Selain fungsi tersebut, media memiliki beberapa fungsi lain, yaitu dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. Lalu, media membangkitkan keinginan dan minat baru, serta dapat membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

Terdapat beberapa macam media yang dapat digunakan untuk menunjang berlangsungnya proses pembelajaran, terutama pada pelajaran matematika. Salah satu media yang dapat digunakan yaitu clay atau plastisin. Clay adalah bahan seperti lilin yang digunakan untuk membuat berbagai replika barang berdasarkan kreativitas atau imaginasi anak. Clay memang mudah dibuat dalam berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk-bentuk dasar hingga bentuk yang menghasilkan hasil karya menarik. Selain itu, yang terpenting adalah clay memberikan pengalaman langsung sesuai dengan prinsip pembelajaran anak tunarungu yang harus memberikan media konkret dalam setiap pembelajaran. Dalam hal ini, subjek akan lebih diarahkan kepada clay dalam membuat bentuk-bentuk datar. Bentuk-bentuk datar yang akan dibuat dintaranya yaitu segitiga, lingkaran, dan segiempat.


(14)

4

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berusaha mempersiapkan dari mulai waktu yang efektif dan efisien, materi dan metode pembelajaran semenarik mungkin, diantaranya dengan menggunakan media clay dan memotivasi siswa agar lebih antusias dalam pelajaran matematika, khususnya materi bangun datar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Karakteristik anak tunarungu yang mengoptimalkan kemampuan visual dan motoriknya dalam menerima dan mengolah informasi sehingga perlu adanya media pembelajaran secara visual serta secara kinestetik.

2. Pemilihan strategi pembelajaran dalam mengajarkan bentuk-bentuk bangun datar biasanya menggunakan strategi pembelajaran klasikal. Namun strategi tersebut kurang efektif karena membuat siswa kurang termotivasi dan kurang terlihat optimal sehingga anak terlihat bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Tersedianya prasarana clay di sekolah kurang dimanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan kemampuan mengenal bangun datar, namun lebih sering digunakan pada keterampilan vokasional.

4. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di sekolah dalam mengenal bangun datar pada umumnya menggunakan metode pembelajaran ceramah dan terkadang dalam pelaksanaannya sudah menggunakan metode demonstrasi, tetapi dalam pelaksanaan prakteknya tidak bervariasi sehingga anak kurang tertarik dalam pembelajaran tersebut.

5. Dalam kegiatan belajar mengajar gaya guru mengajar masih berpusat pada guru dan gaya guru dalam mengajar tidak variatif, dalam mengajar guru kurang aktif dan interaktif pada siswa sehingga anak kurang bersemangat dan kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran.

6. Media yang dapat digunakan untuk pembelajaran mengenal bangun datar cukup beragam. Media yang digunakan tentunya media yang dapat


(15)

5

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

menarik bagi anak tunarungu. Media yang dapat digunakan diantaranya adalah bisa dilakukan melalui permainan, kerajinan, keterampilan, gambar, ataupun video.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal bangun datar dalam mengenal bentuk geometri pada siswa tunarungu. Agar penelitian ini tidak terlalu meluas, maka peneliti membatasi masalah hanya pada penggunaan clay serta pada 3 macam bentuk bangun datar, yaitu lingkaran, segiempat dan segitiga.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penggunaan media clay dapat meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu kelas I di SLB Az-Zakiyah Bandung?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media clay dalam meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu kelas I.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui kemampuan mengenal bangun datar sebelum diberikan media clay.

2) Untuk mengetahui kemampuan mengenal bangun datar sesudah diberikan media clay.


(16)

6

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut serta acuan dalam meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu.

b. Manfaat Praktis

1)Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menentukan cara yang unik dan menarik dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

2)Bagi orang tua, dapat dijadikan panduan untuk mengajarkan dan membimbing anak tunarungu dalam pengenalan bangun datar.

3)Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pembelajaran bagi anak tunarungu.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi mengenai penggunaan media clay untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu kelas 1 SDLB ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian, serta kesimpulan dan saran.

Pada BAB I yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II yaitu kajian teori yang mencakup tentang konsep dasar ketunarunguan, penggunaan clay sebagai media pembelajaran, pembelajaran matematika, kaitan pengunaan media clay dengan peningkatan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu, lalu penelitian sebelumnya yang relevan, dan terakhir kerangka berpikir.

BAB III tentang metode penelitian yang terdiri dari variabel penelitian, metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, instrumen penelitian, proses


(17)

7

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data.

Pada BAB IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang isinya mencakup hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan.


(18)

23

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Penelitian yang berjudul Permainan Media Clay untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bangun Datar pada Anak Tunarungu Kelas 1 di SLB Az-Zakiyah Bandung, terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan target behavior. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media clay. Sedangkan target behavior pada penelitian ini adalah kemampuan mengenal bangun datar.

1. Definisi Konsep Variabel a. Media Clay

Sugiyono (2011:39) menyatakan “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibel terikat”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media clay. Media clay merupakan media pembelajaran yang memakai media dua dimensi yang dapat menarik minat anak dalam belajar karena media ini mudah dilakukan dan anak tidak akan merasa bosan mengerjakannya.

Clay memiliki struktur yang lembut dan lentur yang dapat dibentuk seperti apapun. Fleksibilitas clay itulah yang akan digunakan dalam membuat bentuk-bentuk bangun datar seperti segitiga, lingkaran, dan persegi.

b. Kemampuan Mengenal Bangun Datar

“Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain atau variabel bebas” (Sugiyono 2012:60). Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan mengenal bangun datar. Kemampuan mengenal bangun datar ini merupakan kemampuan akademik yang meliputi kemampuan menyebutkan, menggambar dan mengelompokkan. “Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 623).


(19)

24

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Syarif (2012) mengemukakan bahwa :

Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media clay. “Istilah clay yang sebenarnya berarti tanah liat yang bersifat lunak dan mudah dibentuk dengan tangan. Istilah clay juga digunakan untuk menyebut adonan yang menyerupai tanah liat” (Joyce, 2009:1).

Penggunaan media clay ini pada saat melakukan intervensi dalam penelitian yakni untuk memudahkan subjek dalam mengenal bentuk-bentuk bangun datar, diantaranya persegi, segitiga, lingkaran. Langkah-langkah penggunaan media clay dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1) Langkah 1 :

Subjek mengambil media clay dengan warna yang sesuai keinginan.

2) Langkah 2 :

Subjek diminta untuk meremas-remas clay tersebut hingga bahannya menyatu dan mudah untuk dibentuk.

3) Langkah 3 :

Peneliti dan subjek bersama-sama mengambil sedikit demi sedikit clay yang sudah diremas tadi dan mulai dibentuk menjadi beberapa bangun datar tersebut.

b. Variabel Terikat/Target Behavior

Variabel terikat/target behavior pada penelitian ini adalah kemampuan mengenal bangun datar. Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Lalu, bentuk bangun datar yang digunakan dibatasi hanya 3 macam bentuk yaitu lingkaran, segitiga, dan persegi. Ketiga


(20)

25

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

bentuk inilah merupakan bangun datar yang sering digunakan dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-harinya. Adapun beberapa aspek yang diukur sebagai berikut :

1) Tes lisan, yang mencakup menyebutkan dan menunjukkan bentuk bangun datar.

2) Tes tulisan, yang mencakup menebalkan dan menggambarkan bentuk bangun datar.

3) Tes perbuatan, yaitu mengelompokkan bentuk bangun datar

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Sugiyono (2008:6) mengemukakan bahwa “metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan tertentu)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen mengggunakan rancangan Single Subject Research (SSR) karena yang diteliti adalah subjek tunggal. Pada metode SSR ini yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan yang diberikan pada satu subjek.

Penelitian ini menggunakan desain A-B-A. Desain A-B-A terdapat tiga tahapan yaitu : Baseline-1 1), Intervensi (B), Baseline-2 2). Baseline-1 (A-1) merupakan kemampuan dasar, yaitu kemampuan awal anak tunarungu dalam mengenal bangun datar. Subjek diamati, sehingga dalam kondisi kemampuan awal subjek tersebut dapat diambil datanya dengan tidak ada rekayasa. Pengamatan dan pengambilan data tersebut dilakukan secara berulang untuk memastikan data yang sudah didapat berupa kemampuan dasar subjek mengenal bangun datar dan melihat kemampuan subjek dalam mengenal bangun datar.

B (perlakuan atau intervensi) yang diberikan berupa pemberian media clay, subjek diinstruksikan untuk membuat beberapa bentuk bangun datar dengan menggunakan clay. Bangun datar yang dibuat yaitu lingkaran, persegi, dan segitiga. Intervensi ditekankan pada media clay yang digunakan.


(21)

26

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Setelah intervensi, subjek diberikan evaluasi berupa tes. Tes ini mencakup beberapa aspek, yaitu menyebutkan, menunjukkan, menebalkan, menggambar, dan mengelompokkan.

Baseline-2 (A-2) yaitu pengamatan kembali terhadap kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu. Setelah pengukuran pada kondisi intervensi selesai, dilakukan pengukuran pada kondisi baseline kedua. Baseline kedua (A-2) ini dilakukan sebagai kontrol kondisi intervensi untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari variabel bebas. Hal ini juga dapat menjadi evaluasi sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan terhadap subjek.

Adapun grafik perkembangan yang digunakan dalam mengolah data yaitu gambar grafik desain A-B-A. Tampilan grafik yang akan nampak pada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

Grafik 3.1

Tampilan Desain A-B-A

4. Subjek dan Lokasi Penelitian a. Subjek Penelitian

Responden yang dijadikan subjek penelitian berjumlah satu orang berjenis kelamin laki-laki dan berinisial RA, dengan kriteria yaitu memiliki kesulitan dalam pembelajaran matematika khususnya pada mengenal bangun datar. Subjek masih sulit menunjukkan mana yang dinamakan segitiga, segiempat,

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 dst.

Sk o r K em a m pu a n M eng ena l B a ng un Da ta r

Sesi (hari)


(22)

27

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

atau lingkaran. Terlebih lagi saat RA diminta untuk menyebutkan nama-namanya, ia sangat kesulitan yang disebabkan kondisi ketunarunguannya tersebut. Selain itu, kesulitan dalam mengenal bangun datar terlihat ketika RA diminta untuk menggambar bentuk bangun datar seperti segiempat, lingkaran, segitiga. RA masih terlihat kebingungan untuk menggambarnya, padahal RA sudah diberikan contoh bentuk bangun datar tersebut namun RA tetap belum bisa menggambarnya sendiri. Akan tetapi, jika RA sudah diberi bantuan berupa garis putus-putus yang berbentuk bangun datar tersebut, RA baru dapat mengikutinya dengan cara menebalkannya. Setelah beberapa kali pengetesan, RA pun masih seperti demikian, jadi masih harus tetap menggunakan bantuan garis putus-putus.

b. Lokasi Penelititan

Penelitian ini berlokasi di SLB Az-Zakiyah Bandung, yang beralamat di Jalan Cijawura Hilir II No 15, Kelurahan Buah Batu Kecamatan Buah Batu Kota Bandung. Penelitian dilaksanakan di sekolah pada saat jam pelajaran dan di luar jam pelajaran.

5. Instrumen Penelitian

Alat ukur dalam penelitian biasa disebut dengan instrumen penelitian. Menurut Gulo (Widoyoko:2012), „instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran.‟ Pada prinsipnya meneliti dengan menggunakan metode eksperimen adalah dengan melakukan suatu pengukuran, oleh karena itu dibutuhkan sebuah alat ukur.

Mengukur nilai variabel yang akan diteliti, dibutuhkan suatu instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes, dengan teknik perbuatan untuk mengenal bangun datar dengan menggunakan clay. Bangun datar yang dibentuk adalah bangun datar persegi, segitiga, dan lingkaran.. Penggunaan instrumen ini bertujuan untuk melihat dan mengukur kemampuan mengenal geometri dalam mengenal bangun datar.


(23)

28

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Sebelum melangkah pada pembuatan tes, peneliti melakukan rancangan instrumen penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Membuat kisi-kisi instrumen

Pembuatan kisi-kisi ini mengacu kepada kemampuan yang telah dimiliki siswa. Penyusunan kisi-kisi ini untuk mengarahkan peneliti sebelum masuk kepada pembuatan instrumen. Kisi-kisi instrumen adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Instrumen

Kompetensi Dasar Indikator No Soal Aspek yang

dinilai Jenis Tes

1.1Mengenal segitiga, segi empat, dan lingkaran 1.2Mengelompokkan bangun datar menurut bentuknya

1. Menyebutkan 3

nama bangun datar 1-3

Menyebutkan, menunjukkan, membentuk, menggambar, dan mengelompokkan gambar berdasarkan 3 jenis bangun datar Lisan 2. Menunjukkan gambar bangun datar yang sama

4-6 Lisan

3. Menebalkan 3

bangun datar 7-9 Tulisan

4. Menggambar 3

bentuk bangun datar 10-12 Tulisan

5. Mengelompokkan gambar berdasarkan 3 jenis bangun datar


(24)

29

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

1) Penyusunan instrumen

Penyusunan instrumen tes mengacu kepada kisi-kisi instrumen yang telah dibuat sebelumnya dengan melihat kondisi siswa dilapangan. Instrumen yang diberikan peneliti kepada subjek penelitian sebagai berikut:

a) Menyebutkan nama bangun datar

Tes yang pertama mengucapkan 3 nama bangun datars sederhana yang ditunjukkan pada Lembar Kerja Siswa. Nama-nama bangun datar tersebut yaitu persegi, segitiga, dan lingkaran.

b) Menunjukkan bentuk bangun datar

Tes yang kedua ini yaitu menunjukkan bentuk bangun datar yang sama gabarnya seperti yang ada pada contoh (lembar LKS).

c) Menebalkan bentuk bangun datar

Pada tes ini, siswa diminta untuk menebalkan bentuk bangun datar. Soal pada bagian ini yaitu enebalkan ketiga bentuk bangun datar yang telah diberi garis putus-putus.

d) Menggambar bentuk bangun datar

Pada tes keempat ini yaitu menggambar bentuk bangun datar. Siswa diminta untuk menggambar ketiga bentuk bangun datar tersebut sesuai dengan namanya masing-masing.

e) Mengelompokkan bentuk bangun datar

Pada tes ini dan sekaligus tes yang terakhir yaitu berupa mengelompokkan. Siswa diperintahkan untuk mengelompokkan bentuk-bentuk bangun datar sesuai dengan nama dan bentuknya masing-masing.


(25)

30

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

2) Kriteria penilaian

Kriteria penilaian mengukur kemampuan mengenal bangun datar sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Tes Lisan

No Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah

soal

1 Menyebutkan nama bangun datar

apabila anak mampu menyebutkan dengan artikulasi yang benar, minimal 2 bangun datar

2

3 apabila anak tidak mampu menyebutkan

dengan artikulasi yang benar, hanya 1 bangun datar

1

apabila anak sama sekali tidak

menyebutkan (hanya diam) 0

2 Menunjukkan gambar

bangun datar yang sama apabila anak mampu menunjukkannya

dengan benar, minimal 2 bangun datar 2

3 apabila anak tidak mampu

menunjukkannya dengan benar, hanya 1 bangun datar

1

apabila anak sama sekali tidak

menunjukkan (hanya diam) 0

Jumlah soal = 6

Skor maksimal = 12

Penilaian dihitung dengan cara :

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Tes Tulis

No Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah

soal

1 Menebalkan dan menggambar 3 bangun datar

Apabila anak mampu menebalkan ketiga

bangun datar dengan benar tanpa bantuan 3

6 Apabila anak mampu menebalkan dengan

benar dengan bantuan, minimal 2 bangun datar

2 Apabila anak tidak mampu menebalkan

dengan benar atau hanya mengerjakan 1 bangun datar

1

x 100


(26)

31

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Jumlah soal = 6

Skor maksimal = 18

Penilaian dihitung dengan cara :

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Tes Perbuatan

No Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah

soal

1 Mengelompokkan gambar berdasarkan 3 jenis bangun datar

Anak mampu mengelompokkan hingga

tuntas ketiga bangun datar tanpa bantuan 3

3 Anak mampu mengelompokkan hingga

tuntas dengan bantuan, minimal 2 bangun datar

2 Anak tidak mampu mengelompokkan

hingga tuntas atau hanya mengerjakan 1 bangun datar

1

Jumlah soal = 6

Skor maksimal = 12

Penilaian dihitung dengan cara :

Setelah itu, semua aspek tersebut dihitung dengan cara :

∑ ∑ ∑

Keterangan :

Sa = skor akhir

∑ = jumlah skor tes lisan

∑ = jumlah skor tes tulisan

∑ = jumlah skor tes perbuatan 3) Penyusunan Rencana Program Pembelajaran

Penyusunan RPP disesuaikan dengan SKKD SDLB-B kelas I semester II dan kisi-kisi yaitu berdasarkan pada kemampuan awal subjek.

x 100


(27)

32

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

6. Proses Pengembangan Instrumen a. Uji Validitas Instrumen

Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak di ukur. Dengan kata lain “validitas adalah ukuran ketepatan dalam mengukur data, sehingga tidak terjadi penyimpangan ketika data tersebut terkumpul” (Widoyoko, 2012:141).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan validitas isi dengan teknik penilaian ahli (expert judgement). Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan instrumen yang telah disusun oleh peneliti.

Tabel 3.5

Daftar Para Ahli untuk Expert-Judgement Instrumen

No Nama Jabatan

1. Dr. H. Dudi Gunawan, M.Pd Dosen PLB

2. Drs. Endang Rusyani, M.Pd Dosen PLB

3. Mia Aprilia, S.Pd Guru Kelas Subjek

Hasil expert judgement dikatakan valid jika perolehan skornya diatas 50%. Adapun perhitungannya yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : P : Presentase F : Jumlah cocok N : Jumlah penilai ahli


(28)

33

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Valid = x 100% = 100%

2. Cukup valid = x 100% = 66,6% 3. Kurang valid = x 100% = 33,3% 4. Tidak valid = x 100% = 0%

Hasil dari judgement terhadap tiga orang tim ahli diperoleh hasil dengan presentase 93,32%, artinya ditinjau dari validitas instrumen ini layak digunakan. (perhitungan validitas expert-judgement dapat dilihat pada lampiran).

b. Uji Reliabilitas Instrumen

“Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto 2010: 221). Reliabilitas data sangat menentukan kualitas penelitian. Syarat penelitian terpercaya maka data tersebut harus reliabel. Untuk mengetahui apakah data tersebut telah relabel atau belum maka intrumen harus diujicobakan pada subjek yang memilliki karakteristik yang sama atau mendekati dengan subjek yang diteliti. Pengujian reliabilitas dalam penillitian ini menggunakan pengujian relabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja.

Uji coba soal dilaksanakan di SLB-B Sukapura dan diujikan pada 3 orang siswa yang memiliki kemampuan yang hampir sama dengan subjek. Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam tes tulis tentang kemampuan mengenal bangun datar yaitu dengan teknik Alfa Cronbach. “Pengujian reliabilitas dengan teknik Alfa Cronbach dilakukan untuk jenis data interval” (Sugiyono, 2008:359-365).


(29)

34

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Adapun rumus Alfa Cronbach adalah sebagai berikut:

Keterangan:

r = Reliabilitas instrumen k = Mean kuadrat antara subjek

= Mean kuadrat kesalahan

= Varian skor total

Rumus untuk varians total dan varians item:

Keterangan :

JK = Jumlah kuadrat seluruh skor item

JKs

= Jumlah kuadrat subjek

1) Hasil uji reliabilitas instrumen mengenal bangun datar pada tes lisan a) Menghitung jumlah varians total

=

-

= 83,67

– 81 = 2,67

b) Menghitung varians item


(30)

35

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

= 15

– 13,67

=

1,33

Setelah itu, hasil di atas dimasukkan ke dalam rumus alfa cronbach :

= 1,2 (1 – 0,5)

= 0,6 (Reliabilitas Cukup)

2) Hasil uji reliabilitas instrumen mengenal bangun datar pada tes tulisan a) Menghitung jumlah varians total

=

-

= 198,67 – 196 = 2,67

b) Menghitung varians item

= 34 – 32,89 = 1,11


(31)

36

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Setelah itu, hasil di atas dimasukkan ke dalam rumus alfa cronbach

(

)

= 1,2 (1 – 0,59)

= 0,7 (Reliabilitas Tinggi)

3) Hasil uji reliabilitas instrumen mengenal bangun datar pada tes perbuatan

a) Menghitung jumlah varians total

=

-

= 49,67 - 49 = 49

b) Menghitung varians item

= 17 – 16,56 = 0,44

Setelah itu, hasil di atas dimasukkan ke dalam rumus alfa cronbach

(

)

= 1,5 ( 1 – 0,66)


(32)

37

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Klasifikasi analisis reliabilitas dapat menggunakan interpretasi sebagai berikut :

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = Sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 = Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,599 = Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,399 = Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,199 = Sangat rendah

Hasil reliabilitas instrumen tes mengenal bangun datar pada tes lisan yaitu 0,6, instrumen tes mengenal bangun datar pada tes lisan adalah 0,7 dan instrumen tes mengenal bangun datar pada tes perbuatan yaitu 0,51 sehingga jika dirata-ratakan secara keseluruhan bahwa instrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi.

7. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes lisan, tulisan, dan perbuatan pada kondisi baseline (A-1), intervensi (B), dan baseline kedua (A-2) Data yang terkumpul akan menunjukkan ada tidaknya peningkatan pemahaman materi.

8. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul sebelum kesimpulan. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan.

“Penelitian Single Subject Research, grafik memegang peranan yang utama dalam proses analisis” (Sunanto, 2006: 30). Pembuatan grafik memiliki dua tujuan utama yaitu, (1) untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan (2) untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membatu dalam proses


(33)

38

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat. Proses analisis dengan visual grafik diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri bangun datar pada anak tunarungu.

Menurut Sunanto (2006:30) terdapat beberapa komponen penting dalam grafik antara lain sebagai berikut :

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal) 2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan

satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi dan durasi)

3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%)

5. Lebel Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperiman, misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam menganalisis data, yaitu: 1 Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-1 dari subjek pada

setiap sesinya.

2 Menghitung hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap sesinya.

3 Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya.

4 Membuat tabel perhitungan hasil fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya.

5 Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh pada fase baseline-1, fase intervensi dan fase baseline-2 pada subjek setiap sesinya.

6 Membandingkan hasil pada fase baseline-1, fase intervensi dan pada fase baseline-2 dari subjek.

7 Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat secara langsung perubahan yang terjadi antara ketiga fase tersebut.


(34)

68

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa secara keseluruhan penggunaan media clay untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu kelas I memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan target behavior yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kemampuan mengenal bangun datar subjek sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi berupa media clay.

Item soal yang awalnya belum dapat dilakukan oleh subjek, sudah dapat dilakukan oleh subjek setelah mendapat intervensi berupa penggunaan media clay walaupun dengan artikulasi yang belum jelas sempurna, bentuk bangun datar yang belum simetris dan belum rapi serta waktu yang lama dalam pengerjaannya.

Berdasarkan data keseluruhan yang telah diperoleh dari kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B), hingga baseline-2 (A-2) pada subjek penelitian RA menunjukkan hasil yang terus meningkat, maka variabel bebas pada penelitian ini yaitu media clay memiliki pengaruh positif terhadap target behavior yaitu kemampuan mengenal bangun datar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran yaitu kepada :

1. Pihak Sekolah dan Guru

Pihak sekolah sebaiknya menggunakan dan mengoptimalkan media yang tersedia di sekolah yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa tidak merasa jenuh dan mudah menerima materi pelajaran dengan baik. Media clay yang biasanya hanya digunakan untuk membuat macam-macam keterampilan pada kelas menengah, sebaiknya dioptimalkan pula pada kelas dasar agar pembelajaran lebih bervariatif.

Dilakukannya penelitian penggunaan media clay ini diharapkan siswa dan guru mampu mengembangkannya sebagai media pembelajaran pada


(35)

pelajaran-69

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

pelajaran yang lainnya sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan dan prestasi akademik anak pun akan meningkat, terutama pada siswa tunarungu yang selalu perlu menggunakan media visual untuk mendukung pembelajarannya.

2. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini hanya berlaku saat penelitian berlangsung, maka dari itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan media clay ini pada anak yang memiliki kondisi yang berbeda dan dengan jumlah yang lebih banyak sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan melengkapi kekurangan yang penulis lakukan.


(36)

70 Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ali, Fatahilla. (2012). Pengertian Geometri dan Rumus Geometri (Pengukuran) [Online]. Tersedia : http://fatahilla64.blogspot.com/2012/06/pengertian-geometri-dan-rumus-geometri.html [29 Juni 2013]

Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Hanafiah. (2010). Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas dan Model-Model Pembelajaran. Bandung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara

Handayani, Petra D. (2012). Clay dalam Bingkai. Surabaya: Tiara Aksa

Joyce. (2009). Yuk Utak Atik dengan Clay Tepung Makanan. Yogyakarta: Andi Offset

Kustandi, C dan Sutjipto, B. (2011) Media pembelajaran manual dan digital. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Melinda, Elly S. (2008). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Universitas Islam Nusantara

Mulyani, Novy (2011). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Bangun Datar Menggunakan Alat Peraga Kertas Warna di Sekolah Dasar. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan Murtiash, Neng Tita (2011). Meningkatkan hasil belajar siswa pada konsepbangun

datar dengan menggunakan alat peraga papan paku. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan


(37)

71

Putri Permatasari, 2013

Penggunaan Media Clay Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bengun Datar Pada Anak Tunarungu Kelas 1 Di SLB A-z Zakiyah Bandung

Nurjanah, Nina S. (2012). Penggunaan Media Origami Dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep Bangun Datar Bagi Siswa Tunagrahita Ringan Kelas V di SLB-BC Pambudi Dharma 2 Kota Cimahi. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Sanaky (2011). Media Pembelajaran Buku Pegangan Wajib Guru dan Dosen. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara

Somad, Permanarian dan Hernawati, Tati. (I995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud

Somantri, T. Sutjihati. (2006). Psikologi Luar Biasa. Bandung: Penerbit Refika Aditama

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet

Sunanto, J (2006) Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press. Syarif, Ahmad. (2012). Sifat-sifat Bangun Ruang [Online]. Tersedia :

http://web-matematik.blogspot.com/2012/09/sifat-sifat-bangun-ruang.html [29 Juni 2013]

Tim Pusat Bahasa. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga. Jakarta : Balai Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Widoyoko, P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar


(1)

Klasifikasi analisis reliabilitas dapat menggunakan interpretasi sebagai berikut :

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = Sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 = Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,599 = Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,399 = Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,199 = Sangat rendah

Hasil reliabilitas instrumen tes mengenal bangun datar pada tes lisan yaitu 0,6, instrumen tes mengenal bangun datar pada tes lisan adalah 0,7 dan instrumen tes mengenal bangun datar pada tes perbuatan yaitu 0,51 sehingga jika dirata-ratakan secara keseluruhan bahwa instrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi.

7. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes lisan, tulisan, dan perbuatan pada kondisi baseline (A-1), intervensi (B), dan

baseline kedua (A-2) Data yang terkumpul akan menunjukkan ada tidaknya peningkatan pemahaman materi.

8. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul sebelum kesimpulan. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan.

“Penelitian Single Subject Research, grafik memegang peranan yang utama dalam proses analisis” (Sunanto, 2006: 30). Pembuatan grafik memiliki dua tujuan utama yaitu, (1) untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan (2) untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membatu dalam proses


(2)

38

menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat. Proses analisis dengan visual grafik diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri bangun datar pada anak tunarungu.

Menurut Sunanto (2006:30) terdapat beberapa komponen penting dalam grafik antara lain sebagai berikut :

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal) 2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan

satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi dan durasi)

3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%)

5. Lebel Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperiman, misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam menganalisis data, yaitu: 1 Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-1 dari subjek pada

setiap sesinya.

2 Menghitung hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap sesinya.

3 Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya.

4 Membuat tabel perhitungan hasil fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya.

5 Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh pada fase baseline-1, fase intervensi dan fase baseline-2 pada subjek setiap sesinya.

6 Membandingkan hasil pada fase baseline-1, fase intervensi dan pada fase

baseline-2 dari subjek.

7 Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat secara langsung perubahan yang terjadi antara ketiga fase tersebut.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa secara keseluruhan penggunaan media clay untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar pada anak tunarungu kelas I memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan target behavior

yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kemampuan mengenal bangun datar subjek sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi berupa media clay.

Item soal yang awalnya belum dapat dilakukan oleh subjek, sudah dapat dilakukan oleh subjek setelah mendapat intervensi berupa penggunaan media clay

walaupun dengan artikulasi yang belum jelas sempurna, bentuk bangun datar yang belum simetris dan belum rapi serta waktu yang lama dalam pengerjaannya.

Berdasarkan data keseluruhan yang telah diperoleh dari kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B), hingga baseline-2 (A-2) pada subjek penelitian RA menunjukkan hasil yang terus meningkat, maka variabel bebas pada penelitian ini yaitu media clay memiliki pengaruh positif terhadap target behavior yaitu kemampuan mengenal bangun datar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran yaitu kepada :

1. Pihak Sekolah dan Guru

Pihak sekolah sebaiknya menggunakan dan mengoptimalkan media yang tersedia di sekolah yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa tidak merasa jenuh dan mudah menerima materi pelajaran dengan baik. Media clay yang biasanya hanya digunakan untuk membuat macam-macam keterampilan pada kelas menengah, sebaiknya dioptimalkan pula pada kelas dasar agar pembelajaran lebih bervariatif.

Dilakukannya penelitian penggunaan media clay ini diharapkan siswa dan guru mampu mengembangkannya sebagai media pembelajaran pada


(4)

pelajaran-69

pelajaran yang lainnya sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan dan prestasi akademik anak pun akan meningkat, terutama pada siswa tunarungu yang selalu perlu menggunakan media visual untuk mendukung pembelajarannya.

2. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini hanya berlaku saat penelitian berlangsung, maka dari itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan media clay ini pada anak yang memiliki kondisi yang berbeda dan dengan jumlah yang lebih banyak sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan melengkapi kekurangan yang penulis lakukan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta

Ali, Fatahilla. (2012). Pengertian Geometri dan Rumus Geometri (Pengukuran)

[Online]. Tersedia : http://fatahilla64.blogspot.com/2012/06/pengertian-geometri-dan-rumus-geometri.html [29 Juni 2013]

Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Hanafiah. (2010). Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas dan Model-Model Pembelajaran. Bandung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara

Handayani, Petra D. (2012). Clay dalam Bingkai. Surabaya: Tiara Aksa

Joyce. (2009). Yuk Utak Atik dengan Clay Tepung Makanan. Yogyakarta: Andi Offset

Kustandi, C dan Sutjipto, B. (2011) Media pembelajaran manual dan digital.

Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Melinda, Elly S. (2008). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Universitas Islam Nusantara

Mulyani, Novy (2011). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Bangun Datar Menggunakan Alat Peraga Kertas Warna di Sekolah Dasar. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan Murtiash, Neng Tita (2011). Meningkatkan hasil belajar siswa pada konsepbangun

datar dengan menggunakan alat peraga papan paku. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan


(6)

71

Nurjanah, Nina S. (2012). Penggunaan Media Origami Dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep Bangun Datar Bagi Siswa Tunagrahita Ringan Kelas V di SLB-BC Pambudi Dharma 2 Kota Cimahi. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Sanaky (2011). Media Pembelajaran Buku Pegangan Wajib Guru dan Dosen. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara

Somad, Permanarian dan Hernawati, Tati. (I995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud

Somantri, T. Sutjihati. (2006). Psikologi Luar Biasa. Bandung: Penerbit Refika Aditama

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet

Sunanto, J (2006) Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press. Syarif, Ahmad. (2012). Sifat-sifat Bangun Ruang [Online]. Tersedia :

http://web-matematik.blogspot.com/2012/09/sifat-sifat-bangun-ruang.html [29 Juni 2013]

Tim Pusat Bahasa. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga. Jakarta : Balai Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Widoyoko, P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar