IMPLEMENTASI STANDAR PROSES UNTUK MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN :Studi Kasus pada SMP Negeri 19 Jakarta.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

LEMBAR HAK CIPTA………... ii

PERNYATAAN………... iii

LEMBAR PENGESAHAN……….. iv

KATA PENGANTAR……….. v

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT………... viii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Fokus Penelitian……… 11

C. Rumusan Masalah……… 11

D. Tujuan Penelitian……….. 13

E. Manfaat Penelitian……… 13

F. Penjelasan Istilah………... 14

BAB II. MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN MELALUI IMPLEMENTASI STANDAR PROSES A. Standar Pendidikan………... 19

B. Mutu Pendidikan………... 29

C. Teori Belajar dan Pembelajaran……… 44


(2)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian………... 68

B. Lokasi Penelitian………... 70

C. Jenis Data Penelitian………. 70

D. Sumber Data Penelitian………. 71

E. Teknik Mendapatkan Informan………. 71

F. Teknik Pengumpulan Data……… 72

G. Teknik Analisis Data………. 72

H. Keabsahan Data………. 74

I. Agenda Penelitian………. 75

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN REKOMENDASI A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Perencanaan Pembelajaran……….. 76

2. Pelaksanaan Pembelajaran……….. 85

3. Penilaian Pembelajaran………... 99

4. Pengawasan Pembelajaran……….. 104

5. Pemahaman terhadap Standar Proses……….. 110

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Standar Proses………. 111

B. Pembahasan/Analisis Hasil Penelitian……….. 115

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………... 134

B. Rekomendasi………. 140

DAFTAR PUSTAKA………... 141


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitivistik………... 46 4.1. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Kelas IX Semester 1……. 81 4.2. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Tahun 2011-2012……… 99 4.3. Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru……….. 110 4.4. Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru Bilingual……….. 110


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1. Hubungan Antara Standar Proses Dengan Standar Lainnya………… 15

1.2. Bussiness Core Penyelenggaraan Pendidikan……….. 18

2.1. Hirarki Konsep Mutu……… 34

2.2. Tinjauan Mikro Sistem Pendidikan..……… 38

2.3. Diagram Komponen Pokok Sistem Pendidikan………... 39

2.4. Dimensi Kualitas Pelayanan………. 42

3.1. Model Analisis Interaktif Miles-Huberman……….. 73

4.1. Salah Satu Kegiatan Workshop Penyusunan KTSP……….. 77

4.2. Silabus Mata Pelajaran Sains SMP Negeri 19 Jakarta……….. 80

4.3. Perpustakaan SMP Negeri 19 Jakarta………... 89

4.4. Pengelolaan Setting Kelas dan Kelompok……… 90

4.5. Internet Sebagai Sumber Belajar……….. 95

4.6. Slide Power Point Sebagai Sumber Belajar……….. 96

4.7. Salah Satu Bentuk Kegiatan Elaborasi………. 97

4.8. Salah Satu Bentuk Penilaian………. 103

4.9. Bentuk Penilaian Proses……… 104

4.10. Hasil Analisa SWOT………...……….. 105

4.11. Pertemuan Dengan Komite Sekolah………. 107

4.12. Pelatihan TOEFL dan ICT……… 112 4.13. Pola interaksi standar proses dengan penyelenggaraan pendidikan… 130


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kisi-kisi Instrumen…...……….. 143

2. Hasil Temuan dan Analisis………. 147

3. Hasil Studi Dokumen………...………... 168

4. Hasil Observasi Pembelajaran……… 171

5. Hasil Wawancara Kepala Sekolah……….. 180

6. Hasil Wawancara Guru………... 182

7. Hasil Wawancara Siswa………. 185

8. Hasil Observasi Lingkungan………... 188

9. Profil SMP Negeri 19 Jakarta………. 193

10. Analisa kebutuhan jam pelajaran……… 209

11. Cuplikan Yearly Program………...210

12. Cuplikan Syllabus………...211


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan dibangun dari unit satuan pendidikan dimana kelompok pendidik dan tenaga kependidikan profesional menunjukkan komitmen dan praktek-praktek yang terbaik (akuntabilitas profesional).

Paradigma penjaminan mutu telah bergeser dari praktek quality control ke quality assurance and development. Hasil-hasil kajian menunjukkan bahwa peningkatan mutu tidak selalu berkaitan dengan peningkatan anggaran pendidikan dan ketersediaan guru dalam jumlah dan kualifikasi. Peningkatan mutu terjadi dalam perwujudan budaya mutu yang menunjukkan perubahan cara berfikir dan budaya kerja yang mengutamakan mutu.

Perhatian pemerintah Indonesia terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional direfleksikan dalam berbagai kebijakan pembangunan pendidikan yang secara sistematik telah lama dilakukan sejak rencana pembangunan lima tahun pertama. Berbagai program inovasi pendidikan baik yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan proyek maupun rutin pada


(7)

kenyataannya belum menunjukkan hasil pencapaian mutu pendidikan yang mampu membangun daya saing bangsa.

Indikator-indikator kajian internasional maupun regional dalam banyak aspek selalu menunjukkan bahwa daya saing Indonesia menduduki peringkat yang belum memberikan kebanggaan sebagai bangsa. Dengan mempertimbangkan peranan strategis pendidikan dalam investasi sumber daya manusia, diyakini bahwa penyelenggaraan pendidikan yang bermutu akan mampu secara bertahap membangun martabat dan daya saing bangsa Indonesia. Satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu diperlukan untuk menghindari pelaksanaan program-program pendidikan yang parsial, tidak berkelanjutan, serta belum kuatnya tata kerja akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.

Penjaminan mutu pendidikan yang dimaksudkan meliputi penjaminan mutu jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, jenis pendidikan umum dan kejuruan, serta jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Karakteristik khusus yang dimiliki oleh masing-masing jalur, jenis dan jenjang tersebut memberikan implikasi terhadap variasi perlakuan peran dan tanggung jawab dalam penjaminan mutu. Pendidikan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola penjaminan mutu, sementara janjang pendidikan dasar dan menengah di bawah binaan Pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi. Selain itu, satuan pendidikan di luar binaan Kementerian Pendidikan Nasional seperti Kementerian Agama serta lainnya


(8)

memiliki aturan yang berbeda. Sebagaimana madrasah langsung di bawah binaan Kementerian Agama bukan di Pemerintah Kabupaten/ Kota/Provinsi.

Peralihan paradigma dari pengajaran menjadi pembelajaran menuntut terjadinya proses pembelajaran yang berlangsung secara terus menerus dan menyenangkan bagi siswa. Sekolah merupakan tempat pertama bagi siswa untuk belajar bersosialisasi di luar lingkungan keluarganya, sehingga sedapat mungkin sekolah mengupayakan terselenggaranya suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (UU No. 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tentang menyatakan bahwa sisdiknas adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk penerapannya, dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 (Permendiknas No. 63/2009) tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) menyatakan bahwa mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional.

Penjaminan mutu pendidikan, sesuai dengan yang tersurat pada Permendiknas No. 63/2009, merupakan kegiatan yang sistemik dan terpadu dalam meningkatkan taraf kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Kegiatan yang sistemik dan terpadu tersebut dilakukan oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, Pemerintah Daerah, Pemerintah, dan masyarakat. Pengkajian mutu


(9)

pendidikan, analisis dan pelaporan mutu, serta peningkatan mutu yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan merupakan komponen penjaminan mutu.

UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga memberikan amanat kepada seluruh pengelola satuan pendidikan, untuk memenuhi kriteria minimal dalam mengelola satuan pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (PP No. 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan mencakup standar isi, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pembiayaan, proses pendidikan, pengelolaan, penilaian, dan kompetensi lulusan.

Fungsi dan tujuan Standar Nasional Pendidikan adalah :

1. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu

2. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.


(10)

3. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Dalam pasal 19 ayat (1) dipaparkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 (Permendiknas No. 41/2007) tentang Standar Proses menyatakan bahwa Standar Proses adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.

Lampiran Permendiknas No. 41/2007 untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan bahwa standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Proses pembelajaran sebagai suatu sistem tidak dapat dipisahkan dengan standar isi sebagai muatan kurikulum yang terdapat dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dan disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar


(11)

yang terdapat dalam standar kompetensi lulusan.

Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam Standar Isi adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Isi ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (Permendiknas No. 22/2006), sedangkan Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 (Permendiknas No. 23/2006).

Kebijakan mengenai kurikulum, tertuang dalam PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6. Dalam kebijakan ini setiap satuan pendidikan wajib mengembangkan kurikulum sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi dengan berpegang pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Tiga dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Standar Proses merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.


(12)

Prinsip-prinsip dasar dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah: (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Dari kebijakan-kebijakan tersebut, terdapat hal penting untuk digaris bawahi, yaitu : (1) Standar Nasional Pendidikan merupakan suatu standar yang telah ditetapkan sebagai standar minimal yang harus dilaksanakan oleh seluruh satuan pendidikan pada berbagai jenjang di Indonesia, maka demikian pula halnya berlaku pada standar proses. (2) Proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan bertujuan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Proses tersebut harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

Implikasi kebijakan-kebijakan tersebut dalam pembelajaran adalah beralihnya pusat utama dalam proses pembelajaran dari guru ke siswa

(student centered). Tetapi, pada kenyataannya, masih ada sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pusat utama adalah guru


(13)

(teacher centered), dengan alasan untuk mencapai kompetensi lulusan dalam waktu yang terbatas. Hasil kajian Staf Ahli Mendiknas Bidang Mutu Pendidikan (2006:147) tentang Prakarsa Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Proses Pendidikan menunjukkan bahwa dari 32 guru di 16 sekolah menengah pertama terpilih, ternyata terdapat 13 guru yang pola interaksinya masih

teacher centered. Padahal, seharusnya pembelajaran diselenggarakan dengan berpusat pada siswa, dimana siswa akan dapat memahami pengetahuannya apabila ia aktif mengkonstruksikan pengetahuan yang ada pada dirinya lewat pengalamannya dengan lingkungan, sehingga kegiatan siswa dalam belajar lebih dominan. Siswa seharusnya memperoleh pelayanan dalam pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan memberi peluang sebesar-besarnya untuk mengalami secara langsung setiap apa saja yang dipelajari dengan mengaktifkan lebih banyak indera. Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa daripada mendengarkan guru menjelaskan dan menghafal.

Diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, demikian juga dengan diselenggarakannya sekolah berstandar internasional. Pengembangan sekolah bertaraf internasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. Dalam PP No. 19/2005 pasal 61 ayat (1) menyatakan bahwa pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk


(14)

dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional.

Mutu setiap sekolah bertaraf internasional dijamin dengan keberhasilan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu standar proses disertai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan yaitu : (1) proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah lainnya, (2) diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu di bidang pendidikan, (3) menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada semua mata pelajaran, (4) pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika dan inti kejuruan menggunakan Bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali mata pelajaran bahasa asing, harus menggunakan Bahasa Indonesia, dan (5) pembelajaran dengan Bahasa Inggris untuk mata pelajaran sains dan matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada kelas IV.

Salah satu esensi sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian.


(15)

SMP Negeri 19 Jakarta merupakan sekolah unggulan di Jakarta Selatan. Selain itu, SMP Negeri 19 juga merupakan salah satu sekolah koalisi regional

Southeast Asian Ministers of Education Organization on Quality and Equity in Education (SEAMEO-QEE). Sekolah koalisi di Indonesia yang mulai dipersiapkan tahun 2002-2003 terdiri atas sekolah koalisi regional dan sekolah koalisi nasional. Ada dua SD dan dua SMP di DKI Jakarta yang termasuk dalam sekolah koalisi regional, yaitu SDN 01 Menteng, SD 1 PB Sudirman, SMPN 19 Jakarta dan SMP Al-Azhar Jakarta. Sekolah koalisi adalah sekolah yang memiliki visi misi serta tujuan yang jelas, menjadi model bagi sekolah di sekitarnya, etos kerja yang baik, harapan guru yang tinggi, guru sebagai contoh teladan yang positif, memberi perlakuan yang sama pada siswa, membagi aktivitas guru dan staf, guru-guru mempunyai komitmen yang kuat, dan didukung oleh guru-guru dengan kepemimpinan yang kuat dari kepala sekolah.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah memberikan berbagai apresiasi sekaligus amanat pada SMPN 19 Jakarta yang dituangkan dalam beberapa SK tentang: 1) perluasan sasaran pelaksanaan terbatas Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK), 2) penetapan SMP piloting KBK, 3) pelaksanaan terbatas pembelajaran MIPA berbahasa Inggris, 4) SMP koalisi nasional dan regional (SEAMEO-QEE), 5) penetapan SMP Standar Nasional (SSN) dan 6) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).


(16)

Berbagai kepercayaan dan prestasi yang telah diraih oleh SMP Negeri 19 Jakarta menjadi suatu indikasi bahwa proses pembelajaran telah berjalan dengan baik. Hal tersebut membuat implementasi standar proses di SMP Negeri 19 Jakarta menjadi objek penelitian yang menarik.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran di sekolah ditinjau dari kajian teori belajar dan kebijakan standar proses pendidikan, dengan judul “Implementasi Standar Proses Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran (Studi Kasus pada SMP Negeri 19 Jakarta)”. Di dalam standar proses terdapat empat komponen inti yaitu: perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan. Komponen inti tersebut kemudian menjadi aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu:

1. Perencanaan pembelajaran 2. Pelaksanaan pembelajaran 3. Penilaian pembelajaran 4. Pengawasan pembelajaran

Untuk memperkaya hasil penelitian, maka akan diteliti pula dua fokus tambahan selain komponen inti standar proses, yaitu:

5. Pemahaman tentang standar proses


(17)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus permasalahan di atas dapat dirinci masalah-masalah khusus berikut:

1. Bagaimana kepala sekolah dan guru merencanakan pembelajaran? a. Bagaimana kepala sekolah dan guru menyusun kurikulum? b. Bagaimana guru menyusun silabus?

c. Bagaimana guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)?

2. Bagaimana kepala sekolah dan guru melaksanakan pembelajaran?

a. Bagaimana kebijakan kepala sekolah dalam memenuhi persyaratan pelaksanaan pembelajaran?

b. Bagaimana guru memenuhi persyaratan pelaksanaan pembelajaran? c. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran?

3. Bagaimana guru menilai pembelajaran?

a. Aspek apakah yang diukur oleh guru dalam pembelajaran? b. Bagaimana guru memanfaatkan hasil penilaian?

c. Hal apakah yang mendasari guru dalan munyusun penilaian? d. Bagaimana guru melaksanakan penilaian?

4. Bagaimana kepala sekolah mengawasi pembelajaran?

a. Bagaimana pengawasan proses pembelajaran dilaksanakan? b. Bagaimana proses pelaporan hasil pengawasan?


(18)

5. a. Bagaimana kepala sekolah memahami standar proses? b. Bagaimana guru memahami standar proses?

6. a. Apakah faktor yang mempengaruhi implementasi standar proses? b. Bagaimana solusi yang diambali dalam mengatasi faktor penghambat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana SMP Negeri 19 Jakarta mengimplementasikan Standar Proses untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan, memilah, menganalisis, menyimpulkan dan memverifikasi segala informasi yang berkaitan dengan:

1. Perencanaan pembelajaran 2. Pelaksanaan pembelajaran 3. Penilaian pembelajaran 4. Pengawasan pembelajaran

5. Pemahaman tentang standar proses

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi standar proses.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan kepada para perancang pembelajaran, pengelola satuan pendidikan, dan pengambil kebijakan tentang bagaimana merancang dan menyelenggarakan


(19)

proses pembelajaran yang sesuai dengan standar proses dan tepat secara kontekstual, sehingga meningkatkan mutu proses pembelajaran dan bermuara pada meningkatnya mutu pendidikan.

F. Penjelasan Istilah

Istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pengertian sebagai berikut :

1. Standar

Standar adalah suatu dokumen yang berisikan persyaratan tertentu yang disusun berdasarkan konsensus oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan disetujui oleh suatu lembaga yang telah diakui bersama. Dalam pendidikan di Indonesia, standar nasional pendidikan ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

2. Standar Proses

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.

Keterkaitan standar proses dengan standar lain yang terdapat dalam PP No. 19/2005 sebagai komponen-komponen yang menyusun sistem


(20)

pendidikan, digambarkan oleh Sanjaya (2006:10) dalam skema di bawah ini.

Gambar 1.1. Hubungan Antara Standar Proses Dengan Standar Lainnya

Dari gambar tersebut terlihat bahwa proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah harus sesuai dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan Standar Sarana dan Prasarana juga memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran, karena efektivitas dan kelancaran proses pembelajaran bergantung pada kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, juga keberadaan sarana dan prasarana pembelajaran. Pengukuran terhadap efektivitas proses pembelajaran dilakukan berdasarkan Standar Penilaian, dimana di dalamnya ditetapkan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian. Keberhasilan pencapaian standar pendidikan tersebut, tentu saja


(21)

sangat bergantung pada pengelolaan dan pembiayaan yang dilakukan di sekolah.

Proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan bertujuan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Pengawasan pembelajaran dilakukan di tiap tahap proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian. Dalam pengawasan terdapat beberapa kegiatan, yaitu pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut.

3. Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dan seluruh sumber daya yang ada, dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu.


(22)

4. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang disengaja, terarah dan bertujuan oleh guru agar siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan siswa dan meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan bertujuan untuk membentuk diri siswa secara positif tertentu dan mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis siswa.

5. Mutu Pembelajaran

Mutu pembelajaran adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai dengan standar proses dan memenuhi kebutuhan / harapan orang tua dan siswa. Mutu pembelajaran juga merupakan sumber dari mutu pendidikan. Karena dalam proses pembelajaran terdapat pelayanan terhadap pelanggan utama dalam pendidikan, yaitu siswa. Dalam hand out perkuliahan Sistem Penjaminan Mutu Sekolah Internal dan Eksternal, Satori (2011) mengilustrasikan pemikiran tersebut ke dalam model berikut:


(23)

Gambar 1.2. Bussines Core Penyelenggaraan Pendidikan

Model di atas menjelaskan bahwa semua komponen diarahkan untuk kepentingan pengembangan potensi siswa. Kebijakan dan regulasi (policy and regulation) adalah segala bentuk peraturan yang dikeluarkan oleh sekolah. Pengelolaan (management process) merupakan tindakan manajerial yang mencakup perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan. Sedangkan sumber daya (resources) terdiri dari sumber daya manusia, fasilitas dan biaya pendidikan. Pengembangan potensi siswa yang merupakan inti investasi pendidikan terjadi pada mutu pengalaman belajar (quality of learning experiences). Hal inilah yang menjadi esensi penjaminan mutu pendidikan di lingkungan sekolah. Hasil belajar (learning output) dan nilai tambah atau dampak hasil belajar (learning outcome) ditentukan oleh mutu pengalaman belajar siswa.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana SMP Negeri 19 Jakarta mengimplementasikan standar proses, dalam proses pembelajaran yang diselenggarakannya. “Proses” adalah suatu bentuk kegiatan yang sulit dideskripsikan dengan data-data kuantitatif, oleh karena itu peneliti memilih untuk menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk menjawab permasalahan penelitian yang ada.

Menurut Satori (2011:23) penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja. Menurut Bogdan dan Biklen (1990:3), penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) berlatar alami karena yang menjadi alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dan perisetnya, 2) bersifat deskriptif, 3) lebih memperhatikan proses daripada hasil/produk semata, 4) cenderung dianalisis secara induktif, 5) menjadikan pemberian makna pada data sebagai perhatian utama. Dengan kata lain, penelitian kualitatif mengutamakan perspektif informan. Creswell (1995:15) menyatakan penelitian kualitatif merupakan suatu proses yang didasarkan pada metodologi tertentu untuk mengungkap masalah sosial atau manusia. Mengingat bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu gejala nyata yang ada di lapangan tanpa adanya intervensi dari peneliti,


(25)

dan kemudian dilakukan analisis terhadap deskripsi tersebut, maka penelitian ini bersifat deskriptif-analitis.

Dalam penelitian ini digunakan data empiris, dimana obyek yang diselidiki merupakan gejala yang sedang terjadi dalam konteks kehidupan nyata, dimana peneliti tidak memanipulasi dan/atau mengendalikan keadaan dengan memanfaatkan banyak sumber bukti. Hal ini sesuai dengan definisi studi kasus yang dikemukakan oleh Yin (1987:23), yaitu studi kasus merupakan suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana: batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas, dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan. Dari tiga tipe studi kasus, yaitu eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif, maka tipe studi kasus penelitian ini adalah studi kasus deskriptif analitis.

Lingkup penelitian ini dibatasi pada satu satuan pendidikan yang terpilih dengan menggunakan studi kasus. Dipilihnya studi kasus deskriptif analitis dalam penelitian ini disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Gejala yang menunjukkan bahwa telah diselenggarakan pendekatan pembelajaran tertentu oleh satuan pendidikan.

2. Penelitian ini mengungkap berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan "apa", "mengapa" dan "bagaimana" standar proses diimplementasikan.

3. Terdapat beberapa persepsi tentang mutu proses pembelajaran dari berbagai sudut pandang.


(26)

Studi kasus mencari semua informasi dari sumber yang berbeda, yang paling sesuai dengan tujuan penelitian melalui analisis dokumen, wawancara dan observasi.

B. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 19 Jakarta. Latar pemilihan SMP Negeri 19 Jakarta adalah adanya berbagai kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat serta adanya sejumlah prestasi membanggakan yang diraih oleh SMP Negeri 19 Jakarta. Beberapa kepercayaan dan prestasi tersebut, menunjukkan bahwa SMP Negeri 19 Jakarta memiliki keunggulan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, sehingga membuat sekolah ini menjadi kasus yang menarik untuk diteliti.

C. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah bersifat skematik, narasi, dan uraian juga penjelasan data dari informan baik lisan maupun data dokumen yang tertulis, perilaku yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam pengumpulan hasil penelitian ini, dan berikutnya dideskripsikan sebagai berikut:

1. Rekaman audio dan video.

Peneliti merekam wawancara dari informan yang akan dikumpulkan sebagai data dan dideskripsikan dalam bentuk transkrip wawancara.


(27)

2. Catatan lapangan.

Peneliti mencatat seluruh peristiwa yang terjadi di lapangan, dan hal ini berkisar pada isi catatan lapangan, model dan bentuk catatan lapangan dan proses penulisan catatan lapangan.

3. Dokumentasi.

Data dikumpulkan dengan melalui berbagai sumber data yang tertulis, baik yang berhubungan dengan kondisi objektif dan pendukung data lainnya. 4. Foto.

Foto merupakan bukti yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata namun sangat mendukung kondisi objektif penelitian berlangsung.

D. Sumber Data Penelitian

1. Unsur manusia sebagai instrumen kunci yaitu peneliti yang terlibat langsung dalam observasi partisipasi, unsur informan terdiri atas kepala sekolah, guru dan siswa.

2. Unsur non manusia sebagai data pendukung penelitian

E. Teknik Mendapatkan Informan

1. Purposive sampling

Tipe purposive sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah site selection, dimana lokasi yang dipilih berfokus pada mikro proses yang kompleks, dan berdasarkan keberadaan kasus yang sesuai dengan penelitian.


(28)

2. Snowball sampling

Penelitian ini akan diawali dengan mewawancarai kepala sekolah sebagai infoman awal, yang kemudian akan diminta memilih satu informan yang memahami kasus secara luas dan mendalam (gatekeepers/knowledgeable informan), demikian seterusnya hingga data jenuh.

3. Triangulasi Informan

Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai informan dengan berbagai cara dan waktu.

F. Teknik Pengumpulan Data

Prinsip pengumpuan data menurut Yin (1987:89-97) ada tiga, yaitu : 1) menggunakan multi sumber atau data, 2) menciptakan data sumber studi kasus, dan 3) memelihara rangkaian bukti.

Pada studi kasus ini dilakukan pengumpulan data melalui multi sumber, yaitu studi dokumen, observasi dan wawancara. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan kebijakan penyelenggaraan pendidikan dan rancangan proses pembelajaran. Sedangkan observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran di dalam kelas dengan melihat pola interaksi yang terjadi. Untuk menguatkan hasil observasi tersebut, peneliti juga memperoleh data dari sumber data lain, yaitu melalui wawancara dengan guru, kepala sekolah, guru dan siswa.


(29)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Miles dan Huberman (1992:12) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, analisis data tidak memiliki patokan yang jelas dan tegas, oleh karena itu dapat terjadi munculnya pendapat pribadi yang tidak berdasarkan data. Analisis data kualitatif lebih merupakan kiat serta mengandalkan intuisi peneliti. Sehingga perlu dilakukan analisis data kualitatif melalui tiga jalur kegiatan secara serentak untuk mengatasi ketidaktegasan tersebut, dan dituangkan dalam model analisis interaktif. Berikut ini adalah bagan model analisis interaktif yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif Miles-Huberman

Komponen-komponen yang terdapat dalam model interaktif adalah reduksi data, penyajian data serta kesimpulan dan verifikasi (Miles Huberman 1992:16-20).


(30)

1. Reduksi data adalah proses pemilihan, penyederhanaan, transformasi data mentah yang diperoleh dari observasi dan wawancara serta penelusuran dokumen dari berbagai narasumber. Data yang banyak dan sangat bervariasi akan dipilih dan dikelompokkan ke dalam data yang lebih penting, yang bermakna, dan yang relevan dengan tujuan penelitian. 2. Penyajian data merupakan upaya menyajikan data untuk mendapatkan

gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, analisis data harus dilakukan sejak awal. Data yang diperoleh dari lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk grafis, tabel dan teks naratif, sehingga dapat memudahkan dalam penafsirannya. 3. Kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya untuk menemukan makna

terhadap data yang dikumpulkan, dengan mencari pola, hubungan, persamaan dari hal-hal yang sering timbul. Dalam proses ini dilakukan interpretasi data dengan melakukan sintesis terhadap data yang sudah dikumpulkan dengan berbagai metode, sambil terus melakukan verifikasi terhadap kesimpulan yang dibuat sementara, yang kemudian dapat dirumuskan kesimpulan akhir yang lebih tepat.

H. Keabsahan Data

Dalam penelitian dilakukan pengecekan keabsahan data melalui: 1. Kredibilitas, yaitu ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang


(31)

2. Transferabilitas, yaitu derajat akurasi yang menunjukkan bahwa hasil penelitian dapat diambil atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil, atau pada setting sosial yang berbeda dengan karakteristik yang hamper sama.

3. Defendabilitas, yaitu data penelitian menunjukkan adanya konsistensi dan stabilitas data atau temuan yang dapat direplikasi.

4. Konfirmabilitas, yaitu kepastian/kejelasan data yang diperoleh dapat dilacak kebenarannya dan sumber informannya (Satori, 2010:164-167)

I. Agenda Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Penyusunan dan persetujuan proposal 2 Pengurusan izin penelitian 3 Perumusan dan penyempurnaan kisi-kisi

dan instrumen penelitian

4 Studi pendahuluan

5 Pengumpulan data

6 Pengolahan dan analisis data

7 Penyusunan laporan

8 Penggandaan laporan 9 Seminar hasil penelitian


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Perencanaan Pembelajaran

Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan satu sama lain. Perangkat perencanaan pembelajaran yang dimiliki oleh SMP Negeri 19 Jakarta telah disusun sesuai dengan tuntutan kebijakan yang ada. Baik dari segi sistematika, maupun dari keterlibatan pihak-pihak di dalamnya. Perangkat perencanaan tersebut tidak hanya menekankan pada

academic orientation, yang berdasarkan pada standar kompetensi lulusan dan standar isi, akan tetapi di dalam prosesnya juga sangat memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan pribadi siswa, dan menyediakan pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya terhadap sesuatu hal atau materi. kebutuhan individu, dan minat siswa maupun guru harus difasilitasi dengan baik ketika guru sedang menyusun perencanaan pembelajaran. Hal ini sudah dilakukan oleh SMP Negeri 19 dengan mengemas pembelajaran ke dalam model pembelajaran yang bervariasi, ada teori, praktek, ada pola belajar secara individu dan berkelompok, semua itu dapat memfasilitasi karakteristik dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda.


(33)

Perencanaan memang memegang peranan penting dalam pembelajaran, dimana di dalamnya terdapat tahap-tahap penting untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif, yaitu pengorganisasian pembelajaran, penetapan tujuan pembelajaran dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran tiap tatap muka.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Persyaratan pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta sudah terpenuhi, baik dalam hal penetapan jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar, penetapan beban kerja minimal guru, pengadaan buku teks siswa, pemilihan bahan ajar hingga pengelolaan kelas.

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung juga sudah menginduk pada perencanaan yang telah disusun di awal tahun ajaran. Nuansa pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme begitu jelas teramati, dengan aktivitas pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas siswa. Interaksi guru-siswa tidak lagi bersifat formal, sehingga siswa lebih mudah/santai untuk berkomunikasi dengan guru di dalam kelas. Guru SMP Negeri 19 Jakarta telah memiliki karakteristik fasilitator yang baik dalam pembelajaran yaitu guru memiliki kepercayaan pada tujuan konstruktivisme. Guru juga tampak memiliki keinginan yang kuat agar siswa mampu menarik kesimpulan sendiri dan membangun opininya sendiri, menaruh penghargaan yang tinggi terhadap prinsip-prinsip konstruktivis termasuk belajar aktif, kongkrit, kegiatan


(34)

berkelompok dan refleksi, berkeinginan membantu siswa untuk memahami dengan menyediakan tahapan-tahapan pemahaman yang diperlukan.

3. Penilaian Pembelajaran

Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi telah mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Hal ini akan berpengaruh secara langsung terhadap bentuk-bentuk alat penilaian yang digunakan oleh guru. Variasi alat penilaian muncul, tidak lagi pada ranah kognitif, tapi juga pada ranah lainnya, seperti yang telah dibuktikan dalam dokumen-dokumen penilaian yang ada. Dengan demikian, meskipun ketercapaian standar kompetensi lulusan menjadi salah satu acuan dalam menilai siswa, tapi tidak lagi menjadi satu-satunya sumber penilaian, dan penilaian terhadap siswa dilakukan secara holistik.

Penilaian pembelajaran seharusnya tidak hanya digunakan untuk menilai ketercapaian siswa terhadap kompetensi di jenjang tertentu, tetapi juga digunakan sebagai cermin bagi guru dalam menilai proses pembelajaran yang telah diselenggarakannya. Meskipun guru mengatakan telah melakukan hal ini, tapi belum dapat ditemui dokumen atau data lain yang mendukung pernyataan ini.


(35)

4. Pengawasan Pembelajaran

Pengawasan pembelajaran berupa pemantauan, supervisi dan evaluasi telah dilakukan di SMP Negeri 19 Jakarta, dan kemudian diakhiri dengan pelaporan, dan tindak lanjut.

Pengawasan pembelajaran dalam standar proses adalah menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan pengawas. Keterbatasan pemahaman kepala sekolah terhadap mata pelajaran yang tidak diampunya juga kemudian menjadi kendala tersendiri ketika akan melakukan pengawasan terhadap pembelajaran. Sehingga dilakukan optimalisasi fungsi wadah guru mata pelajaran di sekolah, untuk mengadakan pengawasan yang dilakukan oleh koordinator tiap mata pelajaran sebagai perpanjangan tangan kepala sekolah.

Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah berdasarkan data yang diperoleh adalah sekali dalam tiap semester. Dalam dokumen program kurikulumnya, SMP Negeri 19 Jakarta memang menetapkan target pengawasan terlaksana minimal satu kali dalam tiap semester. Meskipun secara administratif pengawasan tersebut sudah memenuhi program yang dirancang, tetapi perlu ditelaah lebih jauh lagi tentang efektivitasnya dalam peningkatan mutu pembelajaran.

Selain kepala sekolah dan pengawas sekolah, SMP Negeri 19 Jakarta juga mendapat pengawasan langsung dari Direktorat Pembinaan SMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkaitan dengan status RSBI yang disandangnya.


(36)

Pelaporan hasil pengawasan merupakan bagian yang amat penting dari kegiatan pengawasan. Dari laporan yang disusun itulah, kemudian dapat disusun program tindak lanjut untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran.

5. Pemahaman terhadap Standar Proses

Kepala sekolah dan guru sudah memiliki pemahaman yang baik tentang standar proses sebagai salah satu standar dalam standar nasional pendidikan yang memiliki fungsi penting dalam proses pembelajaran. Guru memahami manfaat standar proses sebagai pedoman dalam membuat perencanaan program pembelajaran, baik program untuk periode tertentu maupun program pembelajaran harian, dan sebagai pedoman untuk mengimplementasikan program dalam kegiatan nyata di lapangan. Kepala sekolah juga telah memahami standar proses sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan program pembelajaran di sekolah. Pemahaman ini penting karena kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol apakah kegiatan pembelajaran berpijak pada standar proses atau tidak.

Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dalam implementasi standar proses di SMP Negeri 19 Jakarta, tetapi adanya upaya mengimplementasikan standar proses sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan menjadi satu bukti bahwa pemahaman terhadap standar proses memang sudah dimiliki.


(37)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Standar Proses

Faktor yang masih menjadi kendala dalam implementasi standar proses di SMP Negeri 19 Jakarta adalah kompetensi guru. Status SMP Negeri 19 Jakarta sebagai RSBI juga berdampak terhadap tingginya tuntutan terhadap kinerja guru. Solusi yang diambil dalam upaya meningkatkan kompetensi guru adalah dengan melakukan kegiatan pengembangan profesi guru di internal sekolah dan optimalisasi peran pengawasan pembelajaran melalui koordinasi berjenjang yang tersistem dan sistematis.

Sedangkan faktor yang paling mendukung adalah kebijakan, baik kebijakan internal sekolah maupun eksternal, dan komitmen kepala sekolah terhadap kebijakan-kebijakan tersebut. Begitu banyak kebijakan-kebijakan dari pihak eksternal, seperti pemerintah, pemerintah daerah dan komite sekolah yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta, khususnya yang terkait dengan status RSBI. Dukungan pengakuan, bentuk-bentuk pelatihan dan dana terus dialirkan untuk mempercepat eskalasi mutu pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta.

Komitmen kepala sekolah dalam meramu kebijakan-kebijakan eksternal tersebut menjadi kebijakan internal yang tepat juga menjadi faktor yang tak kalah pentingnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Karena dukungan dan bantuan yang mengalir akan menjadi tumpul jika tidak ditindaklanjuti dengan tepat.


(38)

B. Rekomendasi

1. Pemanfaatan penilaian untuk perbaikan proses pembelajaran hendaknya tidak hanya dilakukan, tapi juga didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan, dalam bentuk catatan sederhana. Hasil penilaian pembelajaran siswa adalah salah satu “cermin” yang baik bagi guru untuk menilai diri sendiri dengan jujur, kemudian memperbaiki yang salah dan meningkatkan yang sudah baik. Jika hal ini dilakukan, maka guru akan semakin mantap melakukan penjaminan mutu terhadap proses pembelajaran yang diselenggarakannya. Selain itu, dokumentasi ini juga akan bermanfaat ketika ada rekan sejawat yang mengalami kendala yang sama, sehingga hasil pendokumentasian akan menjadi sumber belajar bagi guru lain. Sekolah perlu memotivasi dan memfasilitasi guru untuk terus melakukan hal ini. Membiasakan menulis di kalangan guru dan berbagi pengalaman dengan sesama, walaupun dari masalah-masalah pembelajaran yang paling sederhana, akan menjadi pupuk yang baik dalam menumbuhkembangkan budaya meneliti di kalangan guru sebagai salah satu bentuk penjaminan mutu pendidikan.

2. Perlu dilakukan optimalisasi peran pengawas sekolah dalam pengawasan pembelajaran. Selain berbentuk pengawasan pembelajaran, idealnya pengawas juga melaksanakan pendampingan pembelajaran. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan pembelajaran oleh pengawas perlu dipertimbangkan, mengingat peran strategis pengawas sebagai


(39)

perpanjangan tangan pemerintah daerah yang sangat berkepentingan terhadap meningkatnya mutu pembelajaran di sekolah.

3. Adanya penunjukkan guru yang selalu sama untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal dapat disiasati oleh sekolah dengan menetapkan kewajiban diseminasi dan sharing file hasil pelatihan. Selain sebagai bentuk pertanggung jawaban guru yang mengikuti pelatihan, juga dapat memperluas manfaat yang diperoleh sekolah.

4. Akuntabilitas dan transparansi adalah jantung dari kegiatan penjaminan mutu, demikian pula dengan penjaminan mutu pembelajaran di sekolah. Penyusunan laporan pengawasan pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah juga merupakan salah satu sarana untuk mencapai akuntabilitas. Keberadaan infrastruktur ICT yang lengkap di sekolah, dapat dimaksimalkan fungsinya dengan cara menampilkan laporan-laporan hasil pengawasan pembelajaran di website sekolah, tentunya dengan format laporan yang disesuaikan. Hal ini adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah kepada masyarakat luas, karena bagaimanapun telah menggunakan anggaran dari APBN dan APBD dalam jumlah yang besar. Secara tidak langsung, hal tersebut memiliki makna bahwa masyarakat (bukan hanya komite sekolah) telah mendanai sekolah sedemikian rupa untuk mewujudkan pembelajaran yang bermutu di lingkungan masyarakat.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, Robert C., dan Biklen, Sari Knopp. (1990). Qualitative Research for Education, terjemahan Munandir, Jakarta: UNJ

Creswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design. California: Sage Publications, Inc.

Cruickshank, Donald R., Deborah Bainer, Kim K. Metcalf. (2006). The Act of Teaching New York: McGraw-Hill

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta

___________________________. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

___________________________. (2009) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Jakarta

Hill, Lynne. (2008) Ciri-ciri PAKEM. Tersedia: http://www.mbeproject.net/pakem.html [4 Februari 2012]

Mc. Neil, John D. (1977). Curriculum A Comprehensive Introduction. Boston: Little, Brown And Company

Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekom Kencana

Miles, Matthew B. and Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. terjemahan Tjetjep Rohendi Jakarta: UI Press.

Moore, Kenneth D. (2005). Effective Instructional Strategies. California: Sage Publications, Inc

Moran, James D. (2006). Creativity in Young Children. Tersedia : http://kidsource.com/kidsource/content2/creativity_in_kids.html [25 Februari 2012]

Reigeluth, Charles M. (1983). Instructional Design Theories and Models. London: Lawrence Erlbaum Associates


(41)

Rochaety, Eti, Rahayuningsih dan Gusti Yanti. (2008) Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumiaksara

Sadiman, Arief, dkk. (2010). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sallis, Edward. (2010). Total Quality Management in Education, terjemahan

Ahmad Ali Riyadi, Jogjakarta: Divapress

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Satori, Djam’an. (2011). Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan,

Hand out mata kuliah Sistem Penjaminan Mutu Sekolah Internal dan Eksternal. Bandung: UPI

Satori, Djam’an, dan Komariah, Aan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Silberman, Mel. (1996). Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject, Massachusets: A Simon and Schuster Company

Snelbecker, Glenn E. (1974) Learning Theory, Instructional Theory and Psychoeducational Design. New York: Mc. Graw Hill, Inc.

Staf Ahli Mendiknas Bidang Mutu Pendidikan. (2006). Prakarsa Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Proses Pendidikan, Jakarta, Depdiknas

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI Press

Usman, Husain. (201). Manajemen (teori, praktik dan riset pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara

Winch, Christopher (1996). Quality and Education. UK: Blackwell Publisher Yin, Robert K. (1987). Case Study Research Design and Methods. California:

Sage Publications, Inc, 1987

---. Constructivism Theory. Tersedia :

http://www.artteacherconnection.com/pages/constructionism.htm [4

Februari 2012]

---. Instructional Strategies Online. Tersedia: http://olc.spsd.sk.ca [4 Februari 2012]


(1)

Pelaporan hasil pengawasan merupakan bagian yang amat penting dari kegiatan pengawasan. Dari laporan yang disusun itulah, kemudian dapat disusun program tindak lanjut untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran.

5. Pemahaman terhadap Standar Proses

Kepala sekolah dan guru sudah memiliki pemahaman yang baik tentang standar proses sebagai salah satu standar dalam standar nasional pendidikan yang memiliki fungsi penting dalam proses pembelajaran. Guru memahami manfaat standar proses sebagai pedoman dalam membuat perencanaan program pembelajaran, baik program untuk periode tertentu maupun program pembelajaran harian, dan sebagai pedoman untuk mengimplementasikan program dalam kegiatan nyata di lapangan. Kepala sekolah juga telah memahami standar proses sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan program pembelajaran di sekolah. Pemahaman ini penting karena kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol apakah kegiatan pembelajaran berpijak pada standar proses atau tidak.

Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dalam implementasi standar proses di SMP Negeri 19 Jakarta, tetapi adanya upaya mengimplementasikan standar proses sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan menjadi satu bukti bahwa pemahaman terhadap standar proses memang sudah dimiliki.


(2)

138

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Standar Proses

Faktor yang masih menjadi kendala dalam implementasi standar proses di SMP Negeri 19 Jakarta adalah kompetensi guru. Status SMP Negeri 19 Jakarta sebagai RSBI juga berdampak terhadap tingginya tuntutan terhadap kinerja guru. Solusi yang diambil dalam upaya meningkatkan kompetensi guru adalah dengan melakukan kegiatan pengembangan profesi guru di internal sekolah dan optimalisasi peran pengawasan pembelajaran melalui koordinasi berjenjang yang tersistem dan sistematis.

Sedangkan faktor yang paling mendukung adalah kebijakan, baik kebijakan internal sekolah maupun eksternal, dan komitmen kepala sekolah terhadap kebijakan-kebijakan tersebut. Begitu banyak kebijakan-kebijakan dari pihak eksternal, seperti pemerintah, pemerintah daerah dan komite sekolah yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta, khususnya yang terkait dengan status RSBI. Dukungan pengakuan, bentuk-bentuk pelatihan dan dana terus dialirkan untuk mempercepat eskalasi mutu pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta.

Komitmen kepala sekolah dalam meramu kebijakan-kebijakan eksternal tersebut menjadi kebijakan internal yang tepat juga menjadi faktor yang tak kalah pentingnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Karena dukungan dan bantuan yang mengalir akan menjadi tumpul jika tidak ditindaklanjuti dengan tepat.


(3)

B. Rekomendasi

1. Pemanfaatan penilaian untuk perbaikan proses pembelajaran hendaknya tidak hanya dilakukan, tapi juga didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan, dalam bentuk catatan sederhana. Hasil penilaian pembelajaran siswa adalah salah satu “cermin” yang baik bagi guru untuk menilai diri sendiri dengan jujur, kemudian memperbaiki yang salah dan meningkatkan yang sudah baik. Jika hal ini dilakukan, maka guru akan semakin mantap melakukan penjaminan mutu terhadap proses pembelajaran yang diselenggarakannya. Selain itu, dokumentasi ini juga akan bermanfaat ketika ada rekan sejawat yang mengalami kendala yang sama, sehingga hasil pendokumentasian akan menjadi sumber belajar bagi guru lain. Sekolah perlu memotivasi dan memfasilitasi guru untuk terus melakukan hal ini. Membiasakan menulis di kalangan guru dan berbagi pengalaman dengan sesama, walaupun dari masalah-masalah pembelajaran yang paling sederhana, akan menjadi pupuk yang baik dalam menumbuhkembangkan budaya meneliti di kalangan guru sebagai salah satu bentuk penjaminan mutu pendidikan.

2. Perlu dilakukan optimalisasi peran pengawas sekolah dalam pengawasan pembelajaran. Selain berbentuk pengawasan pembelajaran, idealnya pengawas juga melaksanakan pendampingan pembelajaran. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan pembelajaran oleh pengawas perlu dipertimbangkan, mengingat peran strategis pengawas sebagai


(4)

140

perpanjangan tangan pemerintah daerah yang sangat berkepentingan terhadap meningkatnya mutu pembelajaran di sekolah.

3. Adanya penunjukkan guru yang selalu sama untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal dapat disiasati oleh sekolah dengan menetapkan kewajiban diseminasi dan sharing file hasil pelatihan. Selain sebagai bentuk pertanggung jawaban guru yang mengikuti pelatihan, juga dapat memperluas manfaat yang diperoleh sekolah.

4. Akuntabilitas dan transparansi adalah jantung dari kegiatan penjaminan mutu, demikian pula dengan penjaminan mutu pembelajaran di sekolah. Penyusunan laporan pengawasan pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah juga merupakan salah satu sarana untuk mencapai akuntabilitas. Keberadaan infrastruktur ICT yang lengkap di sekolah, dapat dimaksimalkan fungsinya dengan cara menampilkan laporan-laporan hasil pengawasan pembelajaran di website sekolah, tentunya dengan format laporan yang disesuaikan. Hal ini adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah kepada masyarakat luas, karena bagaimanapun telah menggunakan anggaran dari APBN dan APBD dalam jumlah yang besar. Secara tidak langsung, hal tersebut memiliki makna bahwa masyarakat (bukan hanya komite sekolah) telah mendanai sekolah sedemikian rupa untuk mewujudkan pembelajaran yang bermutu di lingkungan masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, Robert C., dan Biklen, Sari Knopp. (1990). Qualitative Research for Education, terjemahan Munandir, Jakarta: UNJ

Creswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design. California: Sage Publications, Inc.

Cruickshank, Donald R., Deborah Bainer, Kim K. Metcalf. (2006). The Act of

Teaching New York: McGraw-Hill

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta

___________________________. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

___________________________. (2009) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Jakarta

Hill, Lynne. (2008) Ciri-ciri PAKEM. Tersedia:

http://www.mbeproject.net/pakem.html [4 Februari 2012]

Mc. Neil, John D. (1977). Curriculum A Comprehensive Introduction. Boston: Little, Brown And Company

Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekom Kencana

Miles, Matthew B. and Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. terjemahan Tjetjep Rohendi Jakarta: UI Press.

Moore, Kenneth D. (2005). Effective Instructional Strategies. California: Sage Publications, Inc

Moran, James D. (2006). Creativity in Young Children. Tersedia : http://kidsource.com/kidsource/content2/creativity_in_kids.html [25 Februari 2012]

Reigeluth, Charles M. (1983). Instructional Design Theories and Models. London: Lawrence Erlbaum Associates


(6)

142

Rochaety, Eti, Rahayuningsih dan Gusti Yanti. (2008) Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumiaksara

Sadiman, Arief, dkk. (2010). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sallis, Edward. (2010). Total Quality Management in Education, terjemahan

Ahmad Ali Riyadi, Jogjakarta: Divapress

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Satori, Djam’an. (2011). Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan,

Hand out mata kuliah Sistem Penjaminan Mutu Sekolah Internal dan Eksternal. Bandung: UPI

Satori, Djam’an, dan Komariah, Aan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Silberman, Mel. (1996). Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject, Massachusets: A Simon and Schuster Company

Snelbecker, Glenn E. (1974) Learning Theory, Instructional Theory and Psychoeducational Design. New York: Mc. Graw Hill, Inc.

Staf Ahli Mendiknas Bidang Mutu Pendidikan. (2006). Prakarsa Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Proses Pendidikan, Jakarta, Depdiknas

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI Press

Usman, Husain. (201). Manajemen (teori, praktik dan riset pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara

Winch, Christopher (1996). Quality and Education. UK: Blackwell Publisher Yin, Robert K. (1987). Case Study Research Design and Methods. California:

Sage Publications, Inc, 1987

---. Constructivism Theory. Tersedia :

http://www.artteacherconnection.com/pages/constructionism.htm [4

Februari 2012]

---. Instructional Strategies Online. Tersedia: http://olc.spsd.sk.ca [4 Februari 2012]