fa transmedia edi 7 low

EDITORIAL

EDISI 07 I 2016

22

Kapal Ternak KM. Camara Nusantara 1
Mewujudkan Konektivitas,
Menurunkan Harga

44

Dorong Pariwisata,
Sejumlah Pelabuhan
Dikembangkan

62

Revolusi Curitiba
Sebagai Kota Hijau di
Negara Berkembang


Mengawal
Kelancaran
Logistik
Tol Laut

EDISI 07 I 2016

Cover :
Kapal Tol Laut Pelabuhan Makassar
Foto : Gatut

Majalah Kementerian Perhubungan
No.STT. No. 349 SK/Ditjen PPG/STT 1976
ISSN : 0853179X
PEMBINA :
Menteri Perhubungan RI
PENASEHAT :
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan

Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Direktur Jenderal Perkeretaapian
Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan
Kepala Badan Litbang Perhubungan
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek
PENANGGUNG JAWAB :
Bambang S Ervan
PEMIMPIN REDAKSI :
Dwiyekti Windayani
REDAKTUR PELAKSANA :
Tinitah S. Amrantasi
Muhammad Pamungkas
REDAKSI :
Franky Houtman Simatupang, Gatut Aribowo S,
Romauli Fransiska, Revi Yohana, Daniel Pietersz,
Yosephin Parsaulian, Muhammad Mifdhal,
R. Achmad Herdin, Hari Supriyono,
Hariyadi Dwi Putera H, Christanto Agung

TIM REDAKSI :
Andesrianta Rakhmad, Andung Bayumurti,
Prayogie, Syarifah Noor Hidayati
REDAKSI FOTO :
Muhamad Nurcholis, Okto Berbudi, Nur Fitrianto
Alfian, Chairudi Bharata Dharma, Abdullah Baraja,
Dyota Laksmi Tenerezza
ALAMAT REDAKSI :
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3504631, 3811308 Ext. 1122, 1419
Fax (021) 3504631, 3511809

Terobosan Baru
Tol Laut
Pembaca budiman,

P

rogram tol laut sejak dioperasikan sejak akhir 2015 lalu, mampu memberi
kontribusi positif bagi masyarakat. Khususnya di daerah terpencil, terdalam

dan terluar, harga-harga kebutuhan utama menunjukkan penurunan.
Disparitas harga antara wilayah barat dan timur Indonesia juga bisa ditekan.
Harga semen di Pulau Sabu Nusa Tengagara Timur (NTT), ayam ras di Namlea
(Maluku) dan beberapa komoditas utama lainnya di Wanci Wakatobi Sulawesi
Tenggara , Natuna, dan Tahuna tidak jauh berbeda dengan di Pulau Jawa.
Pengembangan infrastruktur transportasi di sejumlah wilayah yang dilayani 6 trayek
Tol Laut di 31 pelabuhan singgah itu, mulai merasakan manfaatnya.
Keberhasilan program Tol Laut tak lepas dari peran pemerintah mengawal
pendistribusian barang-barang kebutuhan pokok hingga ke tangan konsumen
(masyarakat). Pemerintah terus mencari cara agar proses pendistribusian logistik,-setelah diturunkan dari kapal Tol Laut di pelabuhan,-- tidak hanya menguntungkan
beberapa pihak saja. Pendistribusian logistik di darat membutuhkan pengawalan
dan pemantauan secara terus menerus agar subsidi yang diberikan pemerintah,
tepat sasaran.
Pelaksanaan Program Tol Laut memasuki tahun kedua berjalan menunjukkan
sejumlah tantangan yang masih perlu penanganan. Pemerintah terus melakukan
strategi khusus dengan membentuk konsorsium yang melibatkan sejumlah
perusahaan BUMN di bidang logistik agar pendistribusian barang tidak mengalami
hambatan. Kementerian Perhubungan menginisasi pembentukan program Tol Laut
Logistik dengan memprioritaskan kerjasama beberapa BUMN yang terlibat dalam
satu konsorsium bersama untuk mendistribusikan dan menyediakan muatan balik

kapal tol laut.
Langkah ini dilakukan agar subsidi Tol Laut dengan memberi kemudahan angkutan
kapal barang yang murah, bisa dinikmati oleh masyarakat di daerah. Harapannya,
angkutan barang yang lancar dan murah akan menciptakan harga barang di
beberapa daerah khususnya Indonesia bagian timur, tidak jauh berbeda dengan di
Pulau Jawa.
Pemerintah juga berencana menambah trayek Tol Laut baru menjadi 11 rute dan
merevisi rute yang ada (rerouting). Program Tol Laut Logistik,-- dengan tujuan untuk
mendekatkan gudang ke masyarakat -- merupakan terobosan baru Kementerian
Perhubungan dalam upaya lebih mengoptimalkan penyelenggaraan Tol Laut yang
sudah berjalan baik hingga akhir 2016 ini. (*)

E-MAIL :
transmedia@dephub.go.id
PENERBIT :
Kementerian Perhubungan RI

2016

EDISI 07


TRANSMEDIA

3

DAFTAR ISI
TRANSMEDIA I EDISI 07 I 2016
3

EDITORIAL

6

INFOGRAFIS

8

MATA

10


TRANS UTAMA
Mengawal
Kelancaran Logistik
Tol Laut

TRANS DARAT

TRANS LAUT

TRANS UDARA

TRANS PERKERETAAPIAN

18

22

28


32

Penataan Terminal
Tipe A
Agar Kontrol
Keselamatan Bisa
Ditingkatkan

Rehat sejenak memandang lautan.
Foto : Gatut

4

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

Kapal Ternak

KM. Camara Nusantara 1
Mewujudkan
Konektivitas,
Menurunkan Harga

Memperkuat
Konektivitas Udara di
Papua

Wujudkan Layanan
Kereta Luar Jawa

SUMBER DAYA MANUSIA

TRANSPORTASI HIJAU

PERSPEKTIF

36


62

66

Mewujudkan SDM Andal Melalui STCW

Revolusi Curitiba
Sebagai Kota Hijau di
Negara Berkembang

KILAS BERITA
38

Kemenhub Dorong
Peningkatan
Keselamatan Melalui
Penelitian

39


Bandara AA Bere Tallo
Perkuat Konektivitas

40

Bangun Pelabuhan
Memajukan
Komoditas Daerah

42

Kemenhub Sapu
Bersih Praktik Pungli

Revitalisasi
Pelayaran Rakyat
untuk Mendukung
Implementasi Tol Laut

43 Gandeng BPPT
Kemenhub Dorong
Teknologi Transportasi
44

Dorong Pariwisata,
Sejumlah Pelabuhan
Dikembangkan

46

Kembangkan
Pendidikan Vokasi
SDM Laut

64

INTERNASIONAL
Storseisundet, Jembatan Ilusi

68

TRANS WISATA
Pantai Nihiwatu, Kepingan Surga di Sumba

54

POTRET
Keindahan di Ujung Selatan Sulawesi

TEKNOLOGI

SENGGANG

70

72

Coradia iLint, Kereta
Bertenaga Hydro
Pertama di Dunia

Water Sport!

SEJARAH

SEHAT

74

76

Pelabuhan Tertua di
Dunia

2016

Atasi Mabuk Laut

EDISI 07

TRANSMEDIA

5

INFOGRAFIS

JENIS MUATAN TOL LAUT
Sesuai Perpres No. 71/2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang Penting

GAS

SUGAR

Barang kebutuhan
Pokok Hasil Pertanian :
1. Beras
2. Kedelai Bahan Baku Tahu
dan Tempe
3. Cabe
4. Bawang Merah

Barang kebutuhan
pokok hasil Industri :
1. Gula
2. Minyak Goreng
3. Tepung Terigu

Barang Kebutuhan
Pokok Hasil Peternakan
dan Perikanan :
1. Daging Sapi
2. Daging Ayam Ras
3. Telur Ayam Ras
4. Ikan Segar meliputi
Bandeng, Kembung,
Tongkol, Tuna, Cakalang

Barang penting
1. Benih yaitu benih padi,
jagung dan kedelai
2. Pupuk
3. Gas Elpiji 3 Kg
4. Triplek
5. Semen
6. Besi Baja Konstruksi
7. Baja Ringan

JENIS MUATAN BALIK DARI DAERAH YANG
DILALUI TRAYEK TOL LAUT
1. Trayek Tol Laut pada awalnya hanya ditujukan untuk mengurangi disparitas harga melalui ketersediaan barang di
daerah terpencil, terluar dan perbatasan.
2. Dalam perkembangannya terdapat muatan balik, muatan antar pelabuhan yang diangkut oleh Kapal Tol Laut
yang pada umumnya merupakan produk unggulan dan potensial daerah .
NATUNA
- Rumput laut kering
- Jengkol
WANCI
- Rumput laut

FAKFAK
- Ikan cakalang,
tenggiri, kakap,
- Biji pala, bunga
pala, buah pala
KAIMANA
- Ikan beku

WAINGAPU
- Daging sapi

SABU
- Garam
- Rumput laut

Sumber : Data Kementerian Perdagangan

6

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

DOBO
- Ikan beku
LEWOLEBA
- Ikan beku
- Kelapa gelondongan
- Rumput laut
- Kemiri
- Asam
- Kopra

SAUMLAKI
- Kayu jati
- Ikan beku

INFOGRAFIS

PETA JARINGAN TRAYEK TOL LAUT TA.2016
Pelaksanaan TOL LAUT saat ini melayani 6 Trayek
dengan 31 Pelabuhan Singgah.

TRAYEK T-1

TRAYEK T-2

TRAYEK T-3

TANJUNG PERAK - WANCI
(WAKATOBI) - NAMLEA - FAKFAK
- KAIMANA - TIMIKA PP

TANJUNG PERAK - KALABAHI
- MOA - SAUMLAKI
- DOBO - MERAUKE PP

TANJUNG PERAK - LARANTUKA
- LEWOLEBA - ROTE
- SABU - WAINGAPU PP

TRAYEK T-4

TRAYEK T-5

TRAYEK T-6

MAKASSAR - MANOKWARI
- WASIOR - NABIRE
- SERUI - BIAK PP

MAKASSAR - TAHUNA - LIRUNG
- MOROTAI - TOBELO
- TERNATE - BABANG PP

PONTIANAK - TAREMPA - NATUNA PP

Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. AL.108/4/16/DJPL-2016, Tanggal 28 September 2016

PROGRAM TOL LAUT
DALAM KONSTELASI PERAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
PROGRAM/KEGIATAN TA. 2015-2016
ANGKUTAN LAUT
1. Penyelenggaraan 6 trayek tol laut
(angkutan tetap dan teratur)
melalui pola subsidi
2. Penyelenggaraan 96 rute
angkutan laut perintis
3. Penyelenggaraan 1 rute angkutan
kapal ternak
4. Penyelenggaraan 26 rute kapal
PT. Pelni melalui pola PSO
5. Pembangunan Kapal Perintis
termasuk kapal ternak dan kapal
semi kontainer sebanyak 103
unit

KEPELABUHANAN
1. Pembangunan/lanjutan/
penyelesaian/rehabilitasi
398 pelabuhan non komersial

KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PELAYARAN
1. Pembangunan 324 unit Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran
(Menara Suar, Rambu Suar dan
Pelampung Suar)
2. Pembangunan 44 unit
Telekomunikasi Pelayaran (SROP,
GMDSS & VTS)
3. Pembangunan 20 unit kapal
Kenavigasian
4. Pembangunan 53 Unit kapal
patroli KPLP

Sumber : Bahan Paparan Capaian Program Poros Maritim Dunia

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

7

MATA

1

2

8

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

MATA

3

4

1. Penumpang Kapal
Penyeberangan
Foto. Gatut)
2. Kereta Api Logistik
di Pelabuhan
Tanjung Priok
(Foto. Zaki Humas
PT KAI)
3. Terminal Bandara
I Gusti Ngurah Rai
Bali (Foto. Cholis)
4. “Menyapa” Ternak
di atas Kapal
Ternak (Foto. Gatut)

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

9

TRANS UTAMA

Mengawal
Kelancaran
Logistik
Tol Laut
Sejak dioperasikan 2015 hingga 2016 ini,
penyelenggaraan program Tol Laut telah membuahkan
hasil nyata. Selain konektivitas semakin meningkat,
harga-harga komoditas utama di beberapa daerah
menunjukkan penurunan. Beberapa daerah yang
dilayani 6 trayek Tol Laut di 31 pelabuhan singgah itu,
mulai merasakan manfaatnya.

I

plementasi program Tol Laut
yang dilakukan terbukti mampu
menurunkan disparitas harga
antara wilayah barat dan timur
Indonesia. Setiap pembangunan
infrastruktur transportasi diharapkan
bisa memberi manfaat nyata kepada
masyarakat.
Hasil evaluasi Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan November 2016
menyebutkan harga sejumlah
komoditas di daerah mengalami
penurunan karena program Tol Laut ini.

Foto : Gatut

Secara umum load factor (muatan) Tol
Laut juga mengalami peningkatan dari
voyage ke voyage. Realisasi muatan
rata-rata 60% bahkan untuk kapal rute
T3 mencapai 80%.

10

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

Menteri Perhubungan (Menhub)
Budi Karya Sumadi mengungkapkan
keberhasilan program Tol Laut
tak lepas dari peran pemerintah
mengawal pendistribusian barangbarang kebutuhan pokok hingga ke
tangan konsumen (masyarakat).
Pemerintah terus mencari cara agar
proses pendistribusian logistik,-setelah diturunkan dari kapal Tol
Laut di pelabuhan,-- tidak hanya
menguntungkan beberapa pihak saja
tapi juga masyarakat daerah secara
keseluruhan. Pendistribusian logistik di
darat membutuhkan pengawalan dan
pemantauan secara terus menerus agar
subsidi yang diberikan pemerintah tepat
sasaran.

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan menilai
penyelenggaraan Tol Laut mampu
meningkatkan konektivitas dan
menekan disparitas harga antarwilayah
Nusantara. Akan tetapi, ada beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian.
Pemerintah menemukan beberapa
dermaga pelabuhan yang belum
dilengkapi dengan peralatan yang
memadai sehingga proses bongkar
muat barang belum optimal. Selain
itu ada indikasi terjadinya monopoli
perdagangan di daerah oleh beberapa
pelaku usaha saja. Kondisi ini
mengakibatkan sasaran pemberian
subsidi Tol Laut untuk menekan harga
barang di daerah, belum terpenuhi.
Kebijakan pemerintah untuk menekan
harga komoditas utama di daerah
terpencil, pelosok dan terluar masih
perlu peningkatan.
Pemerintah kini terus berupaya
mengambil langkah-langkah strategis
agar subsidi Tol Laut yang diberikan,
bisa dinikmati oleh masyarakat melalui
pelayanan angkutan kapal laut yang
murah dan harga-harga barang di
daerah tidak jauh berbeda dengan di
Pulau Jawa.
Terobosan Baru Tol Laut Logistik
Selain menambah rute baru Tol Laut
dan merevisi rute yang ada (rerouting),
Kementerian Perhubungan menerapkan
sistem pendistribusian logistik melalui
program Tol Laut Logistik.

TRANS UTAMA

Program Tol Laut Logistik didukung
dengan pembentukan konsorsium
perusahaan BUMN yang menyiapkan
penyediaan barang dan jaringan
pemasaran di daerah yang disinggahi
kapal tol laut.
Menhub Budi Karya menjelaskan,
pembentukan Tol Laut logistik
merupakan jawaban atas implementasi
kebijakan Tol Laut di lapangan yang
menghadapi banyak tantangan.
Pelaksanaan Tol Laut Logistik telah
dimulai melayani rute Tanjung Priok Natuna pada Akhir Oktober 2016 lalu.
Konsorsium ini merupakan gabungan
sejumlah perusahaan BUMN bidang
logistik. Konsorsium ini bertugas
menyediakan muatan balik kapal
Tol Laut dari daerah yang disinggahi.
Konsorsium juga bertanggungjawab
pada pemasaran logistik setelah
diturunkan dari kapal Tol Laut di
pelabuhan. Program Tol Laut Logistik
dengan dukungan konsorsium
merupakan terobosan baru
pemerintah dalam mengoptimalkan
penyelenggaraan Tol Laut pada tahun
kedua 2016.
Tol Laut Logistik merupakan program
yang digagas Kemenhub dengan skema
kerja sama sinergi BUMN dengan
menggunakan metode mendekatkan
gudang ke masyarakat. Konsorsium
yang merupakan gabungan perusahaan
BUMN itu menyediakan sarana dan
prasarana transportasi untuk mengirim

barang kebutuhan pokok sampai ke
gudang yang ada di Natuna. Distributor
di Natuna dapat menjual barang
kebutuhan pokok kepada masyarakat
dengan batas harga maksimal 10% dari
harga di Jakarta. Sementara, PT Perinus
akan menyediakan muatan balik bagi
kapal yang kembali ke Jakarta.
Model Tol Laut Logistik diyakini
dapat menjadi solusi untuk menekan
disparitas harga-harga di daerah atau
pulau terluar, terdalam, dan terdepan
seperti di Pulau Natuna. “Ini merupakan
terobosan besar, Tol Laut Logistik akan
menekan disparitas harga sehingga
masyarakat Natuna bisa mendapatkan
kebutuhan pokok dengan harga
terjangkau,” ujar Menhub Budi Karya
Sumadi di Jakarta.
Indikator keberhasilan dari model Tol
Laut Logistik ini, secara jangka pendek
diharapkan dapat menurunkan waktu
bongkar muat yang sebelumnya bisa
mencapai 10 hari, menurunkan harga
barang, dan menjamin ketersediaan
stok bahan kebutuhan pokok.
Proyek Tol Laut Logistik ke Natuna juga
mampu meningkatkan kecepatan waktu
pengiriman barang dari 21 hari menjadi
15 hari. Setiap 15 hari ada 300 – 500
ton lebih muatan yang disuplai ke
Natuna. Dengan menyuplai logistik 300
– 500 ton secara terjadwal dan rutin,
harga di daerah Natuna akan stabil
dan diharapkan tercipta keseimbangan
ekonomi, efisiensi dan memberi
dampak positif bagi masyarakat.
Langkah pemerintah memangkas
distribusi logistik menjadi 15 hari
dilakukan dengan menyediakan
kepastian angkutan kapal mengirim
muatan meski kondisi gelombang laut

besar. Selama ini layanan distribusi
logistik ke Natuna dilakukan dengan
kapal ukuran kecil. Setiap gelombang
besar datang, tidak ada kapal yang
berani berlayar untuk mengirim
muatan. Dengan pengoperasian kapal
Tol Laut KM Caraka Jaya III-4 dengan
bobot 3000 DWT, maka gangguan alam
seperti gelombang besar tidak menjadi
halangan.
Langkah Mantapkan Program Tol
Laut
Model tol laut logistik akan
dikembangkan di beberapa daerah
dengan model konsorsium yang
mensinergikan BUMN transportasi
sesuai dengan karakteristik
daerah tersebut.
Untuk memantapkan keberhasilan
program Tol Laut yang dicanangkan
Pemerintah, Kementerian Perhubungan
akan melakukan 4 (empat) strategi.
Menteri Perhubungan Budi Karya
Sumadi mengingatkan strategi pertama
memberikan stimulus ekonomi kepada
para pelaku-pelaku agrikultur di wilayah
timur, agar ada suatu produk dari
wilayah tersebut yang dapat mengisi
muatan balik kapal-kapal dari wilayah
timur ke wilayah barat.
“Hal itu perlu dilakukan agar ada
daya dobrak dari wilayah timur untuk
menghasilkan barang produktif yang
bisa dibawa kembali oleh kapal-kapal
ke wilayah barat,” ujarnya.
Strategi kedua, merevitalisasi
pelabuhan-pelabuhan dengan
melibatkan peran BUMN dan Swasta.
“Kami banyak mengelola pelabuhan
tapi masih kurang sinergi. Untuk itu
kami ajak swasta dan BUMN untuk
turut serta mengembangkan dan
merevitalisasi agar lebih sinergi,
sehingga lebih bisa memberikan
nilai tambah bagi daerah tersebut,”
ungkapnya.

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

11

Foto : Gatut

TRANS UTAMA

1

Strategi ketiga, melibatkan semua
pelaku industri perkapalan, agar
perusahaan pelayaran yang bekerja di
sistem yang ada lebih produktif dan
dapat memberikan nilai tambah bagi
masyarakat. Sedangkan keempat,
memberikan ruang yang lebih besar
bagi galangan kapal untuk ikut serta
membangun kapal.
“Kami sedang perjuangkan yaitu agar
proses pembelian kapal tidak lagi
dilakukan Kemenhub, tapi oleh swasta.
Untuk itu, kami meminta ijin kepada
Kemenkeu agar bisa berikan kontrak
jangka panjang antara 5 sampai 10
tahun kepada perusahaan pelayaran,
agar bisa hidup. Jadi, Swasta beli kapal
ke galangan, kami (Kemenhub) tinggal
memberikan subsidi ke masing-masing
pihak dan mengontrol apakah uang
subdisidi itu manfaatnya sampai ke
masyarakat,” tuturnya.

1. Kapal Tol Laut
2. Kegiatan bongkar muat di pelabuhan

12

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

Salah satu
langkah dalam
merevitalisasi
pelabuhan yang
dapat dilakukan
adalah dengan terus
memperbaiki kinerja
kepelabuhanan. Proses
bongkar muat di
pelabuhan membantu
memperlancar
distribusi logistik
ke daerah-daerah.
Beberapa pelabuhan
di daerah yang
menjadi titik distribusi
logistik lewat laut,
memiliki tingkat
produktivitas
yang masih
perlu
peningkatan.

Mengintegrasikan Jaringan logistik
Melalui “Rumah Kita”
Langkah menginisiasi Program Tol Laut
Logistik di Natuna akan diterapkan
di daerah lain yang dilintasi Tol Laut.
Melalui pembentukan konsorsium
beberapa BUMN yang diberi nama
“Rumah Kita”, upaya Pemerintah
dalam mewujudkan integrasi dalam hal
pendistribusian logistik diharapkan bisa
lebih cepat.
Menurut Menhub, penerapan sistem
pemasaran logistik melalui “Rumah
Kita” merupakan langkah lanjutan dari
keberhasilan Tol Laut Logistik di Natuna.
“Rumah Kita” merupakan gabungan dari
Sejumlah BUMN seperti PT Pelabuhan
Indonesia (Pelindo), PT MTI (Multi
Terminal Indonesia, PT Pelni dengan
anak perusahaan PT Pelni Logistik dan
PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI),
PT Perikanan Nusantara (Perinus) dan
BUMN logsitik lain yang tergabung
dalam satu badan tunggal.
Selain memasarkan barang Tol laut,
Konsorsium “Rumah Kita” bertugas
mencari dan mengumpulkan komoditas
unggulan dari daerah untuk dijadikan
muatan balik angkutan kapal Tol Laut.

TRANS UTAMA

Para pelaku usaha perdagangan di
daerah ikut menentukan kebijakan di
bidang logistik ini.
Rencananya, pemerintah melibatkan
perusahaan logistik BUMN, seperti
Bulog ikut menunjang program Tol Laut
secara lebih aktif. Khusus untuk daerah
Papua, dukungan angkutan udara
diharapkan menunjang pendistribusian
barang ke daerah pedalaman seperti
di pedalaman Papua, yang secara
geografis sulit dijangkau. “Semua pihak
yang terlibat dalam logistik termasuk

Pemerintah terus melanjutkan
pemberian subsidi angkutan udara
perintis untuk membantu pengiriman
muatan ke daerah pelosok. Pelayanan
yang baik mampu mengurangi tingginya
biaya transportasi dan sejumlah daerah
telah mengalami penurunan harga
barang-barang kebutuhan pokok. Melalui
kebijakan baru pelayanan sistem logistik
nasional dengan jaringan transportasi
yang terintegrasi, maka konektivitas di
seluruh Wilayah Papua bisa terwujud
dan disparitas harga menunjukkan angka
penurunan.

Perbaikan Manajemen
Kepelabuhanan
Salah satu langkah pemerintah
menunjang kegiatan tol laut adalah
pembangunan pelabuhan. Pemerintah
terus merevitalisasi pelabuhan dan
memperbaiki kinerja pelayanan
kepelabuhanan. Proses bongkar
muat di pelabuhan membantu
memperlancar distribusi logistik ke
semua daerah. Beberapa pelabuhan
di daerah yang menjadi titik distribusi
logistik lewat laut, memiliki tingkat
produktivitas yang masih perlu
peningkatan.

2

Kementerian perhubungan telah
meminta semua operator pelabuhan
termasuk PT Pelindo I, II, III dan IV untuk
mempercepat proses dwelling time
pelabuhan yang mereka kelola. Semua
pihak telah sepakat untuk menurunkan
waktu tunggu dwelling time di semua
pelabuhan besar di tanah air.

Foto : Gatut

Banyak hal yang menyebabkan
proses kepelabuhanan berjalan
lama. Kemenhub telah melakukan
deregulasi terkait hal itu dan meminta
kementerian lain yang telibat dalam
proses kepelabuhanan melakukan hal
serupa. Deregulasi masing-masing
kementerian dan lembaga diharapkan
bisa mempercepat bongkar muat kapal
sehingga kapal laut tidak lagi banyak
yang bersandar di sejumlah pelabuhan.

maskapai penerbangan, akan membuat
proses distribusi logistik menjadi lebih
efektif dan efisien,” tutur Budi.
Kedepan tentunya diperlukan
insentif khusus bagi maskapai yang
berkomitmen membantu memperlancar
distribusi barang pangan dan kebutuhan
primer ke daerah terpencil, terdalam
dan terluar. Selama ini pengiriman
barang logistik ke Papua hanya terbatas
di kawasan pantai atau pelabuhan.
Sedangkan distribusi ke kawasan
pegunungan dan daerah pedalaman
masih perlu dukungan agar biaya
transportasi terjangkau. Kementerian
Perhubungan telah menetapkan
pelabuhan dan bandara di Timika dan
di Jayapura sebagai titik konektivitas
antara dua moda angkutan logistik,
yakni laut dan udara.

Program Tol laut di Papua memang
memerlukan perhatian khusus
mengingat secara geografis moda
angkutan utama masyarakat masih
mengandalkan angkutan udara. Selama
ini penerapan program integrasi Tol
Laut dan Udara berhasil menjembatani
kesenjangan pelayanan sistem
transportasi penumpang dan barang
yang lebih baik dari sebelumnya.
Masyarakat Papua bisa mendapatkan
pelayanan angkutan Tol Laut
yang mudah dan murah dengan
ditunjang oleh pelayanan angkutan
udara perintis yang disubsidi oleh
pemerintah. Pemberian subsidi telah
mengurangi beban biaya transportasi
udaya yang mahal khususnya
untuk menjangkaui daerah-daerah
pedalaman Papua.

Menteri Perhubungan Budi Karya
mengharapkan adanya percepatan
proses pemeriksaan oleh masingmasing instansi yang berwenang
di pelabuhan. Proses clearance
sebagai misal, tidak perlu dilakukan
berulangulang, kecuali ada indikasi
barang itu berbahaya. Namun, jika
barang yang akan diperiksa jauh dari
indikasi berbahaya maka tak perlu lagi
diperiksa ulang. “Kalau sistem bisa
diperbaiki dan proses bongkar bisa
cepat, maka dwelling time tak lagi jadi
beban. Penerapan sistem yang berhasil
bisa dikloning untuk pelabuhan yang
lain,” tuturnya.
Kementerian Perhubungan telah
menargetkan ketentuan dwelling time
untuk Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
hanya 2,5 hari saja. Di pelabuhan lain
luar Jakarta, seperti di Surabaya, Medan,
dan Makassar, Menhub menargetkan
dwelling time 3,5 hari.

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

13

Foto : Abdullah

TRANS UTAMA

3

Tidak hanya kloning sistem, pemerintah
terus mengupayakan peningkatan
kapasitas dermaga, perluasan lapangan
petikemas, penambahan peralatan
pelabuhan dan ketentuan operasional
pelabuhan 24 jam perhari. “Peningkatan
kualitas SDM di sektor ini juga perlu
penanganan,” tandas Budi.
Peningkatan pelayanan distribusi
logistik juga dilakukan dengan
pembangunan sejumlah pelabuhan
baru di sejumlah daerah agar akses
transportasi bagi masyarakat daerah
semakin meningkat. Kemampuan
kapal-kapal besar dengan muatan
besar juga bisa masuk pelabuhan
tersebut sehingga ongkos transportasi
bisa diturunkan. Pengembangan

3-4. Kegiatan bongkar muat di pelabuhan.

14

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

sistem jaringan antar pelabuhan
sebagai hub dan feeder di sejumlah
daerah diharapkan bisa mewujudkan
konektivitas antar daerah dalam satu
jaringan transportasi yang terpadu.
Keterpaduan sistem transportasi yang
baik dengan dukungan infrastruktur
yang memadai mampu menunjang
kebijakan pemerintah mewujudkan
Indonesia dalam satu konektivitas
antarwilayah yang terpadu.
Outcome Tol Laut Secara
Keseluruhan
Penyelenggaraan program Tol Laut
selama ini mampu berperan sebagai
trigger pembangunan ekonomi lokal
dan nasional. Peran ini menekankan
pada konsep Tol Laut untuk
memperkuat jalur pelayaran yang
dititikberatkan pada Indonesia bagian
timur. Tol Laut telah mengkoneksikan
jalur pelayaran dari barat ke timur
Indonesia, dan mempermudah akses

niaga dari negara-negara Pasifik bagian
selatan ke negara Asia bagian Timur.
Program Tol Laut yang menjadi
prioritas Kementerian Perhubungan
juga berjalan sesuai harapan dengan
jadwal yang tetap dan teratur melalui
penyelenggaraan pelayanan angkutan
laut bersubsidi. Pemerintah juga telah
membangun sejumlah pelabuhan
sebagai bagian dari kebijakan bidang
transportasi melalui pembangunan
infrastruktur transportasi
Pola jaringan angkutan Tol Laut
menghubungkan simpul pelabuhan
utama (hub) dan pelabuhan-pelabuhan
pengumpannya (feeder) di seluruh
perairan nusantara menunjukkan
indikasi kemanfaatan nyata dengan
adanya perkembangan perekonomian
di sejumlah daerah dan secara mandiri
menggerakkan sektor strategis
ekonomi domestik.

4

Foto : Gatut

TRANS UTAMA

Diharapkan
pola jaringan
angkutan Tol
Laut menghubungkan
simpul pelabuhan
utama (hub) dan
pelabuhan-pelabuhan
pengumpannya
(feeder) di
seluruh perairan
nusantara mampu
menunjang kegiatan
perekonomian daerah
dan secara mandiri
menggerakkan sektor
strategis
ekonomi
domestik.

PETA HARGA KOMODITAS TURUN KARENA TOL LAUT
TAHUNA
- Beras : -5%
- Terigu : -6%
- Semen : -5%

WANCI
- Beras
- Tepung Terigu
- Gula
- Semen
- Triplek
- Baja Ringan

: -11%
: -3%
: -9%
: -3%
: -11%
: -11%

SABU
- Beras
- Tepung Terigu
- Minyak Goreng 1 Lt
- Semen

: -12%
: -7,7%
: -10%
: -13,8 %

Sumber : Pelaksanaan Program Tol Laut Sesuai Perpres 106/2015 (Kemenko Maritim, 13 September 2016

Implementasi Program Tol Laut sesuai
Perpres Nomor 71 Tahun 2015 terbukti
telah menjamin ketersediaan barang
dan mulai mengurangi disparitas harga
secara signifikan.
Beberapa barang kebutuhan pokok
yang diangkut dengan kapal Tol Laut
mampu membantu ketersediaan

barang yang dibutuhkan oleh
masyarakat daerah tujuan. Ketersediaan
barang yang cukup menciptakan
keseimbangan harga antardaerah.
Beberapa harga komoditas yang telah
mengalami penurunan harga terjadi
di Wanci Sulawesi Tenggara, Tahuna
Sulawesi Utara, Namlea (Maluku), dan
Sabu (NTT).

NAMLEA
- Triplek 16 Mm
- Beras
- Bawang Merah
- Gula
- Minyak Goreng
- Tepung Terigu
- Daging Ayam Ras
- Triplek
- Semen

: -10,5%
: -22%
: -20%
: -28%
: -15%
: -29%
: -49%
: -17%
: -2%

Hingga saat ini pelaksanaan 6 trayek Tol
Laut melayani 31 Pelabuhan Singgah
menunjukkan adanya penurunan harga
yang signifikan.
Subsidi pemerintah untuk program Tol Laut
mencapai Rp 218 miliar (TA 2016) untuk 6
(enam) trayek dengan menggunakan 3 unit
kapal milik PT Pelni dan 3 unit kapal sewa.

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

15

5

Dalam pelaksanaannya angkutan tol
laut tidak hanya mendistribusikan
angkutan barang secara terjadwal
dan teratur saja, tetapi juga berhasil
mengangkut muatan balik dengan
komoditas unggulan masing-masing
daerah.
Sebagai contoh, produk unggulan
dari Pulau Natuna adalah rumput laut
kering, dan jengkol, dan dari Wanci ada
rumput laut, dan daging sapi. Beberapa
komoditas muatan balik Tol Laut juga
mengangkut daging sapi dari Waingapu,
NTT, garam dan rumput laut (Sabu),
ikan cakalang, tenggiri, kakap, biji pala,
bunga dan buah pala (Fakfak), serta
kayu jati dan ikan beku dari Saumlaki.
Sedangkan dari Lewoleba ada muatan
ikan beku, kelapa gelondongan, rumput
laut, kemiri, asam, dan kopra. Muatan
dari Kaimana dan Dobo umumnya
juga komoditas ikan beku. Dalam
rangka mengoptimalkan pengangkutan
dengan kapal tol laut, pemerintah
merencanakan penambahan 5 trayek
tambahan pada Tahun Anggaran (TA)
2017.

16

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

Foto : Gatut

Foto : Gatut

TRANS UTAMA

6

Rencana penambahan 5 trayek Tol Laut
pada 2017 (T-7,T-8, T-9,T-10 dan T-11)
mencakup 3 trayek baru dan 2 trayek
crossing. Berikut rencana trayek Tol Laut
TA 2017. (lihat tabel)

satu rute angkutan kapal ternak.
Kebijakan tersebut didukung dengan
pembangunan kapal perintis termasuk
kapal ternak dan kapal semi kontainer
sebanyak 70 unit.

Kebijakan penambahan trayek Tol Laut
menurut Menteri Perhubungan Budi
Karya Sumadi sebagai langkah lanjutan
dari upaya peningkatan pelayanan
distribusi barang.

Selain pengembangan sarana angkutan,
Kementerian Perhubungan terus
melanjutkan pembangunan pelabuhan
di sejumlah daerah.

Pemerintah juga menyelenggarakan
107 angkutan laut perintis, dan

Pembangunan dilakukan di 215
pelabuhan non komersial. Tak
ketinggalan, pengembangan fasilitas

TRANS UTAMA

Tabel Rencana Trayek Tol Laut TA 2017
(3 Trayek Baru dan 2 Trayek Crossing)
No

Pangkalan
Distribusi

Kode
Trayek

Jaringan Trayek

Jumlah Jarak
(MIL)

1

Tg. Perak

T-1

Tanjung Perak - 700 - Wanci - 290 - Namlea - 326 - Fak Fak - 182
-Kaimana - 215 - Timika - 215 - Kaimana - 182 - Fak Fak - 326 Namlea - 290 – Wanci - 700 - Tanjung Perak

3426

2

Tg. Perak

T-2

Tanjung Perak - 731 - Kalabahi - 232 - Moa - 224 - Saumlaki - 240
- Dobo - 510 - Merauke - 510 - Dobo - 240 - Saumlaki - 224 Moa - 232 - Kalabahi - 731 - Tanjung Perak

3874

2090

3

Tg. Perak

T-3

Tanjung Perak – 581 – Maumere - 81 - Larantuka - 32 - Lewoleba
- 152 - Rote - 80 - Sabu - 119 - Waingapu - 119 - Sabu - 80 - Rote
- 152 - Lewoleba - 32 - Larantuka – 81 – Maumere - 581Tanjung Perak

4

Tg. Perak

T-4

Tanjung Perak – 622 – Bau Bau – 893 - Manokwari -120- Wasior
-110- Nabire -100- Serui -120- Biak -120- Serui -100- Nabire -110Wasior -120- Manokwari – 893 - Bau Bau – 622 - Tanjung Perak

3930

5

Makassar

T-5

Makassar - 780 - Tahuna - 100 - Lirung - 152 - Morotai - 27 Tobelo - 150 - Tidore - 149 - Babang - 149 - Tidore - 150 - Tobelo
- 27 - Morotai - 152 - Lirung - 100 - Tahuna - 780 – Makassar

2716

6

Tg. Priok

T-6

Tanjung Priok – 570 - Tarempa - 130 - Natuna - 264 - Pontianak 427 – Tanjung Priok

1391

7

Tg. Priok

T-7

Tanjung Priok – 286 – Enggano – 340 – Mentawai – 174 – Pulau
Nias – 113 – Sinabang – 113 – Pulau Nias – 174 – Mentawai – 340 –
Enggano – 286 – Tanjung Priok

1826

8

Tg. Perak

T-8

Tanjung Perak – 433 – Belang Belang – 207 – Sangatta – 325 –
Nunukan – 325 – Sangatta – 207 – Belang Belang – 433 – Tanjung
Perak

1930

9

Tg. Perak

T-9

Tanjung Perak – 896 – Kisar – 308 – Namrole – 299 – Gebe – 93 –
Maba – 93 – Gebe – 299 – Namrole – 308 – Kisar – 896 – Tanjung
Perak

3192

10

Tg. Perak

T-10
(Crossing
T-1)

Tanjung Perak - 700 - Wanci - 290 - Namlea - 326 - Fak Fak - 182
-Kaimana - 215 - Timika - 215 - Kaimana - 182 - Fak Fak - 326 Namlea - 290 – Wanci - 700 - Tanjung Perak

3426

11

Tg. Perak

T-11
(Crossing
T-2)

Tanjung Perak - 731 - Kalabahi - 232 - Moa - 224 - Saumlaki - 240
- Dobo - 510 - Merauke - 510 - Dobo - 240 - Saumlaki - 224 Moa - 232 - Kalabahi - 731 - Tanjung Perak

3874

Sumber : Bahan Paparan Evaluasi Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang di Laut (Tol Laut) TA 2016

keselamatan dan keamanan pelayaran
tetap dilakukan dengan pembangunan
69 unit Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (Menara Suar, Rambu Suar
dan Pelampung Suar), Pembangunan 8
unit Telekomunikasi Pelayaran (SROP,
GMDSS & VTS), pembangunan 15 unit
kapal kenavigasian, dan pembangunan
71 Unit kapal patroli KPLP.

ini untuk mendukung ketersediaan
kebutuhan pokok dan membantu
pendistribusian ternak lokal khususnya
dari NTT yang dilakukan secara
profesional dengan kapasitas ruang
muat yang besar serta kepastian jadwal
kedatangan dan keberangkatan kapal
yang melayani 8 pelabuhan dengan
sistem port to port.

Penyelenggaraan program angkutan
kapal ternak pada Tahun 2015 – 2016
dilakukan menggunakan kapal khusus
KM Camara Nusantara I. Kebijakan

Program Tol Laut yang berhasil
menurunkan harga di beberapa
daerah merupakan wujud keseriusan
pemerintah menyediakan layanan

transportasi yang terjadwal dan teratur
agar angkutan barang dari Kawasan
Indonesia Bagian Barat ke Daerah
Indonesia Bagian Timur dan sebaliknya.
Ketersediaan angkutan barang yang
lancar mempercepat terciptanya
kesamaan harga di semua daerah di
Tanah Air (*)

5. Pasar tradisional
6. Kapal Patroli KPLP

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

17

TRANS DARAT

Penataan Terminal Tipe A

Agar Kontrol
Keselamatan
Bisa Ditingkatkan
Pemerintah Pusat akan segera melakukan penataan Terminal
Tipe A yang mencapai 93 terminal atau sekitar 64% dari
total 143 Terminal Tipe A yang ada secara keseluruhan.
Kondisi ini diharapkan dapat memudahkan Kementerian
Perhubungan dalam mengembangkan Terminal Tipe A,
dengan menerapkan Peraturan Menteri Perhubungan No
26/2015 Tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Selain itu pengembangan bisa dilakukan
dengan menerapkan PM 40/2015 tentang Standar Pelayanan
Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan.

D
Foto : Gatut

engan adanya penataan
sekaligus pengelolaan
terminal yang dilakukan
oleh Pemerintah Pusat,
diharapkan dapat menjadi lebih
baik karena koordinasi menjadi
terpusat. Selama ini Kementerian
Perhubungan menghadapi tantangan

1

18

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

dalam melakukan penataan terminal
supaya memenuhi standar pelayanan
minimum. Sebelumnya, Peraturan
Menteri (PM) Perhubungan belum
dapat sepenuhnya diimplementasikan
mengingat masing-masing daerah
juga memiliki kewenangan terhadap
pengelolaan terminal yang berada di

wilayahnya. Oleh karena itu, aturan dan
ketetapan dari Pemerintah Pusat belum
sepenuhnya bersifat mengikat.
Setelah Terminal Tipe A dikelola
Pemerintah Pusat, maka proses
penataan terminal akan dititikberatkan
pada proses yang lebih menekankan
fungsi kontrol baik terhadap aspek
keselamatan, keamanan maupun
kenyamanan.
Menteri Perhubungan (Menhub)
Budi Karya Sumadi mengatakan
proses penataan Terminal Tipe A oleh
Pemerintah Pusat dijalankan untuk
memenuhi aturan perundangan yang
berlaku. Mandat UU Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan pengelolaan Terminal
Tipe A bisa dijalankan dengan sistem
desentralisasi, dekonsentrasi maupun
tugas pembantuan. Meski Terminal
Tipe A telah menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat, UU ini masih
memberi ruang untuk pengelolaan
terminal oleh daerah. “Setelah
diperbaiki dan ditata oleh Pemerintah
Pusat, pengelolaan Terminal Tipe A ini
bisa dilakukan lagi oleh Pemerintah
Daerah,” ujar Menhub.

TRANS DARAT

Saat ini Kementerian Perhubungan
tengah mempersiapkan langkahlangkah lanjutan agar pengembangan
terminal sesuai kebijakan bisa
terpenuhi. Salah satunya, perlunya
perubahan mendasar terkait fungsi
kontrol keselamatan lalu lintas jalan
yang bisa dilakukan di terminal.
Selain menerapkan ketentuan
untuk keselamatan, Kementerian
Perhubungan juga tengah
mengembangkan sistem pelayanan
terminal berdasarkan sistem zona
sebagaimana stasiun maupun bandara.
Perbaikan terminal minimal bisa
mencontoh stasiun dan bandara,
dengan pelayanan fasilitas yang
nyaman, dan dengan sistem ticketing
yang baik. Dengan sistem ticketing
yang baik, maka penumpang bisa
mengetahui secara pasti jadwal
kedatangan maupun keberangkatan bus
secara cepat dan tepat.
Pembagian zona di terminal
dilakukan dengan memisahkan zona
publik, zona tengah untuk orang
perjalanan dan zona steril untuk
pemberangkatan. Semua terminal ke
depan akan dibangun dengan standar
tersebut.
Menurut Direktur Prasarana Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan Yuyun E
Wahyuningrum, pengembangan sistem
zonasi akan memudahkan proses
pengawasan yang dilakukan petugas
terhadap bus-bus yang melewati
terminal. Dari pengawasan tersebut,
diharapkan tingkat keselamatan
perjalanan menggunakan moda
angkutan bus akan meningkat.
Meski demikian, Pemerintah
Daerah tetap memiliki peran dalam
menentukan keberhasilan penataan
sistem transportasi di daerah melalui
terminal. “Jadi, jika nanti sudah
diperbaiki oleh Pemerintah Pusat,
maka pengelolaan Terminal Tipe A
bisa dikembalikan lagi ke Pemerintah
Daerah melalui sistem dekonsentrasi
ataupun tugas pembantuan,” ujar
Yuyun.
Pengalihan terminal juga akan
meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat melalui perbaikan fasilitas
terminal. Sesuai PM 40/2015 tentang
Standar Pelayanan Penyelenggaraan

Terminal Penumpang Angkutan Jalan,
lingkup pembangunan mencakup
rehabilitasi restroom (toilet),
penyediaan papan petunjuk (signage),
pengaturan pencahayaan (lighting),
estetika utilitas, fasilitas penyandang
cacat (diffable), boom gate, dan pagar
sterilisasi.

Pengembangan
sistem
zonasi akan
memudahkan proses
pengawasan yang
dilakukan petugas
terhadap bus-bus yang
melewati terminal.
Dari pengawasan
tersebut, diharapkan
tingkat keselamatan
perjalanan
menggunakan moda
angkutan
bus akan
meningkat.

Dalam waktu dekat lima terminal
yang jadi percontohan Kementerian
Perhubungan akan segera diselesaikan.
Diantara terminal itu, Terminal Cilacap,
Purabaya Surabaya dan Arjosari
Malang. Selain itu juga terdapat
terminal Tirtonadi Solo dan Klaten di
Jawa Tengah yang terintegrasi dengan
stasiun. Fasilitas pelayanan di terminalterminal tersebut, juga tak jauh berbeda
dengan pelayanan yang ada di stasiunstasiun kereta api.
Road Map Penataan
Pembuatan Road Map penataan
Terminal Tipe A, diawali dengan
penyusunan Rencana Induk Jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Rapat
kerja teknis Kementerian Perhubungan
dengan Dinas Perhubungan Kabupaten
dan Kota telah dilakukan untuk inputing
Personil, Pendanaan, Prasarana dan
Dokumen (P3D) dan data Terminal Tipe
A Seluruh Indonesia sudah dilakukan

terlebih dahulu. Penyerahan data
pegawai terminal juga dilakukan
dengan melibatkan Kementerian PAN
RB (Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi).
Peran Pemkab dan Pemkot dalam
pengawasan sistem transportasi di
daerah mereka akan tetap dilakukan
sejalan dengan proses pengembangan
terminal oleh Pemerintah Pusat.
Dukungan Pemerintah Daerah
menentukan keberhasilan proses
penataan agar perubahan sistem
manajemen yang lebih baik bisa
dicapai. Dukungan daerah juga penting
dalam menyeragamkan aturan
terkait standar pengelolaan terminal
secara nasional. Peran Pemerintah
Daerah ikut menentukan kelancaran
sistem transportasi pendukung
seperti penetapan trayek, dukungan
infrastruktur jalan, dan penyiapan
sarana transportasi lokal.
Penataan ini membuka peluang
terjadinya peningkatan integritas,
kapasitas dan kapabilitas SDM, sesuai
dengan kebutuhan pengguna jasa
transportasi dan beragam aturan
pemenuhan standar keselamatan,
keamanan maupun pelayanan yang
lebih baik. Ini karena transportasi
berperan penting dalam mewujudkan
kelancaran mobilitas penduduk lintas
daerah kabupaten dan lintas provinsi
yang membutuhkan koordinasi yang
baik antardaerah maupun antarprovinsi
dengan Pemerintah Pusat.
Target ini pula yang menjadikan alasan
Pemerintah Daerah kooperatif terhadap
proses penataan terminal yang akan
berpengaruh positif terhadap perbaikan
sistem transportasi di daerah.
Kendati kebijakan tersebut berpotensi
memangkas pendapatan daerah yang
berasal dari retribusi di terminal, tetapi
sejumlah daerah tidak keberatan
adanya penataan oleh Pemerintah
Pusat. Salah satu pemda yang
menyatakan sejalan dengan kebijakan
Pemerintah Pusat untuk penataan
terminal adalah Pemerintah Kota
Tangerang Selatan.

1. Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP)

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

19

TRANS DARAT

Menurut Kepala Bidang Angkutan
Umum Dinas Perhubungan, Komunikasi,
dan Informasi (Dishubkominfo)
Tangerang Selatan Wijaya Kusuma
mengatakan bahwa jikalau perbaikan
oleh Pemerintah Pusat bertujuan untuk
perubahan yang lebih baik, maka hal itu
akan menguntungkan daerah sendiri.
“Sebagian besar Pemerintah Daerah
tidak akan menolaknya,” ujarnya.
Pemkot Tangsel pun, menurutnya,
sudah mempersiapkan proses penataan
Terminal Pondok Cabe ke Pemerintah
Pusat.
Bagi daerah persoalan menata
infrastruktur terminal memang
membutuhkan koordinasi yang baik.

aksesibilitas, trayek serta sistem
penataan transportasi di daerah yang
bersangkutan.

tepat maka pengelolaan terminal tidak
menutup kemungkinan akan di kelola
oleh daerah.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan
dan Kominfo Pemkot Surakarta,
Herman mengungkapkan Pemerintah
Daerah memiliki pengalaman panjang
dalam menata dan mengelola sistem
transportasi di wilayahnya. Termasuk
bagaimana mengelola Jembatan
Timbang dan Terminal Tipe A sebagai
aset-aset mereka.

Tantangan Penataan
Dalam kerangka pengelolaan, sebagian
besar daerah menyatakan tidak
keberatan Pemerintah Pusat menata
Terminal Tipe A, karena selain memang
mengikuti aturan undang-undang,
mereka juga berharap penataan oleh
Pemerintah Pusat bisa lebih cepat dan
tepat.

Kesalahan dalam menata sistem
transportasi akan mengubah tatanan
yang baik menjadi buruk. Meski mandat
UU tak bisa mereka tolak, tetapi

Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
akan segera melakukan penataan
Terminal Tipe A dan Jembatan Timbang.
Kementerian Perhubungan akan terus

dibutuhkan kerja sama yang baik agar
proses penataan dan pengelolaan
Jembatan Timbang dan Terminal Tipe A
berjalan sesuai harapan.

melaksanakan perintah Undangundang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah tersebut secara
bertahap.

Oleh karena itu, keterlibatan
Pemerintah Daerah dalam menunjang
pelayanan di terminal yang akan ditata
Pemerintah Pusat tetap akan dilakukan.
Menteri Perhubungan Budi Karya
Sumadi sendiri pernah mengatakan jika
penataan terminal oleh Pemerintah
Pusat sudah berjalan pada koridor yang

Bagi daerah Jakarta, pengelolaan
Terminal ada pengecualian. Selain
itu, pengelolaan terminal di Jakarta
memiliki aturan tersendiri. Apalagi
bagi ibukota, pengelolaan terminal
mesti dikaitkan dengan Rencana
Induk Transportasi Jabodetabek
(RITJ) yang tengah dirampungkan

Foto : Gatut

2

Lalu lintas jalan meniscayakan mobilitas
angkutan umum lintas daerah, kota,
kabupaten, hingga provinsi. Dengan
demikian. untuk menetapkan aturan
keselamatan, maka koordinasi lintas
daerah bersama Pemerintah Pusat
merupakan kebijakan yang tepat.
Kendati begitu, Pemerintah Pusat
juga mesti perhatian pada faktor

2-3. Terminal bus Tirtonadi Solo

20

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

TRANS DARAT

Foto : Gatut

3

oleh Badan Pengelola Transportasi
Jabodetabek (BPTJ).Nantinya, semua
terminal di kawasan Jabodetabek akan
dikoordinasikan oleh BPTJ sehingga
diharapkan ada integrasi kewenangan
dan pelayanan untuk mengatasi
kepadatan dan kemacetan.
Respons pengusaha
Ikatan Pengusaha Otobus Muda
Indonesia menyambut baik langkah
pemerintah yang akan melakukan
penataan Terminal Tipe A yang ada di
daerah-daerah. Ketua Ikatan Pengusaha
Otobus Muda Indonesia (IPOMI)
Kurnia Lesani Adnan menuturkan,
dengan dilakukan penataan Terminal
Tipe A yang ada di daerah-daerah
Indonesia, akan membuat terminalterminal tersebut lebih baik lagi. “Tidak
ada tumpang tindih aturan karena
petugasnya mengerti undangundang atau peraturan,” kata Kurnia.
Dengan berada di bawah pengelolaan
Pemerintah Pusat, disiplin kendaraan
akan menjadi lebih baik dan
pengawasan berdasarkan regulasi akan
lebih baik lagi.
Dengan semakin baiknya pengawasan,
dia menuturkan, akan membuat banyak
perusahaan otobus yang kena sanksi
oleh para petugas karena masalah
trayek yang tidak sesuai. Pelanggaran
trayek oleh perusahaan-perusahaan
otobus, menurutnya, saat ini banyak
dilakukan oleh para pengusaha.
Menurutnya, regulasi harus disesuaikan
karena faktor keterisian penumpang

berpindah-pindah. Dia mengungkapkan
yang terpenting adalah titik-titik
yang dilayani diatur. Dengan begitu,
dia menuturkan, pengusaha bisa
menjalankan armadanya dengan baik
dan tidak melanggar. “Melanggar
sudah jadi rahasia umum dan
lumrah dilakukan PO untuk melayani
penumpang dan bertahan hidup,”
tambahnya. Pengelolaan terminal oleh
Pemerintah Pusat diharapkan dapat
menjadikan jauh lebih efektif dan
efisien.
Persiapan Regulasi dan SDM
Beragam persiapan telah dilakukan
Kementerian Perhubungan dalam
rangka mempercepat rencana penataan
dan pengelolaan prasarana oleh
Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat
harus mempersiapkan proses penataan
itu agar berjalan baik sesuai harapan.
Pemerintah Pusat harus menyiapkan
personel yang akan mengelola terminal
dan juga aset-asetnya. Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri juga sudah
menyebutkan ketentuan batas waktu
pada Oktober 2016 untuk penyerahan
akhir Personel, Pendanaan, Prasarana
dan Dokumen (P3D). Oleh karena itu,
mulai Januari 2017 semua prasarana
sudah dikendalikan Pemerintah Pusat.
Penataan pengelolaan terminal
ke pusat juga untuk peningkatan
pelayanan kepada masyarakat.
Terkait keselamatan dan pelayanan,
pengelolaan Terminal Tipe A akan
dilakukan revitalisasi dan dibuat zonasi.

Penataan
pengelolaan
terminal ke
pusat juga untuk
peningkatan
pelayanan kepada
masyarakat. Terkait
keselamatan
dan pelayanan,
pengelolaan Terminal
Tipe A akan dilakukan
revitalisasi
dan dibuat
zonasi.
Dengan konsep pengembangan zonasi
secara teknis bus yang masuk terminal
nantinya diarahkan masuk holding
area, di cek standar keselamatannya
dan kalau tidak sesuai ketentuan
keselamatan tidak lolos, maka harus
balik ke tempat asal. Bus-bus yang
bermasalah di holding area tidak
boleh masuk ke pelayanan terminal.
Perusahaan bus juga harus punya dipo
masing-masing. Untuk keperluan itu
pemerintah perlu sosialisasi kepada
pemilik angkutan bus. Sementara di
jembatan timbang, untuk mengontrol
angkutan barang oleh truk agar
menerapkan aturan keselamatan.
Pembangunan terminal sudah
semestinya lebih baik seperti
halnya pelayanan di stasiun. Dasar
hukum untuk pengelolaan terminal
tertuang dalam Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM. 31 Tahun
1995 tentang Terminal Transportasi
Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor
79 Tahun 2013 tentang Jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Tentu saja, payung hukum pengelolaan
oleh Pemerintah Pusat bersandar pada
Undang-undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah; serta UU
No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan. (*)

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

21

1

Foto : Abdullah

TRANS LAUT

22

TRANSMEDIA

EDISI 07

2016

TRANS LAUT

Kapal Ternak KM. Camara Nusantara 1

Mewujudkan Konektivitas,
Menurunkan Harga
Program Kapal Ternak dari pemerintah, perlu implementasi kebijakan lanjutan agar
berjalan secara optimal. Keberadaan kapal ternak berhasil memangkas biaya dan
mempercepat pengiriman sapi dari daerah penghasil pasokan ke kota-kota besar
di Indonesia, khususnya Jabodetabek dengan tingkat konsumsi daging tertinggi.
Pemerintah terus menggiatkan koordinasi dan sinergi baik antar kementerian
maupun Pemda agar mencapai target sesuai harapan.

H

arapan keberadaan
kapal ternak selain
untuk memperlancar
pemenuhan kebutuhan
konsumsi daging juga
untuk membantu masyarakat khususnya
peternak dalam mendistribusikan
ternak mereka ke kota-kota besar di
Tanah Air. Keberadaan sarana angkutan
khusus ternak ini dapat berjalan efektif
jika muatan sapi yang diangkut sesuai
dengan kebutuhan.
Peran Kementerian Pertanian dan
Kementerian Perdagangan dalam
menyediakan stok sapi yang cukup di
daerah produsen sapi, ikut menentukan
keberhasilan program kapal ternak ini.
Di sisi lain Kementerian Perhubungan
terus meningkatkan sinergi dan
koordinasi dengan instansi lain dalam
pendistribusian ternak.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
A Tonny Budiono mengingatkan
Kementerian Perhubungan telah
menyiapkan sarana angkutan ternak
dengan pengadaan KM Camara
Nusantara I untuk membantu
pendistribusian sapi dan kerbau di
dalam negeri.
Pengadaan kapal ini adalah untuk
mengurangi impor sapi dan daging
sapi sekaligus meningkatkan distribusi
sapi dan kerbau agar lebih baik
dari sebelumnya. Hal tersebut juga
dilatarbelakangi oleh angkutan
laut ternak sapi antarpulau yang
sebelumnya masih perlu ditingkatkan.

KM Camara Nusantara I lanjutnya,
berkapasitas 500 sapi. Di dalam kapal
dengan panjang 68 meter dan lebar 14
meter tersebut, 500 sapi akan dibagi
ke dalam 4 dek. Dengan kecepatan 12
knot, dan type 750 DWT, 500 sapi di
atas kapal akan mendapatkan sejumlah
fasilitas khusus sepanjang perjalanan,
seperti dokter hewan, ruang isolasi,
tempat minum otomatis, hingga
layanan petugas yang memantau
kondisi sapi selama perjalanan.
Beragam fasilitas tersebut, tentu
menunjang kenyamanan ternak hingga
tiba ke tempat tujuan.
Pemerintah juga terus berupaya
memudahkan transportasi ternak dari
wilayah timur Indonesia yang diprediksi
akan meningkatkan pendistribusian
ternak lokal. Melalui pelayanan yang
diberikan, diharapkan para peternak
lokal bisa memiliki alternatif yang lebih
baik bagi pemasaran komoditas sapi
yang mereka budidayakan.
Oleh karena itu, Kementerian
Perhubungan berharap peran sektor
lain bagi pengembangan budi daya
ternak sapi di daerah-daerah tersebut
dapat dilakukan agar stok sapi yang
akan diangkut cukup melimpah.
Saat ini produksi ternak lokal masih
mengandalkan peternakan tradisional
yang meskipun jumlahnya cukup untuk
didistribusikan secara rutin ke kota-kota
besar, namun berpotensi menipis jika
tidak ada upaya pembudidayaan secara
besar-besaran.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Timur sendiri mengakui stok sapi di NTT
cukup memenuhi kebutuhan kuota yang
diperlukan daerah lain dalam rentang
waktu lima tahun. Namun, jika tidak
ada upaya pengembangan peternakan
sapi secara memadai, bisa jadi stok sapi
di daerah mereka akan habis. “Oleh
karena itu, Pemprov NTT menetapkan
kuota pengiriman komoditas sapi
melalui kapal ternak ini,” ujar Kepala
Dinas Peternakan Pemprov NTT di
Kupang, belum lama ini.
Oleh karena itu, hal utama yang
diprioritaskan pemerintah daerah
adalah peningkatan swasembada
ternak terlebih dahulu dengan dibarengi
peningkatan moda transportasi yang
lebih banyak. Jika swasembada tercapai
maka impor bisa dikurangi.
Pemerintah akan melakukan evaluasi
terkait data stok sapi di NTT terutama
progres jumlah sapi yang bisa diangkut.
Data terkait pasokan sapi yang ada
selama ini perlu dilakukan update
secara terus menerus. Hal ini penting
dilakukan karena data semua sapi yang
tercatat di pemerintah daerah maupun
Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten,
harus mencerminkan kondisi riil di
lapangan.

1. KM. Camara Nusantara 1

2016

EDISI 07

TRANSMEDIA

23

TRANS LAUT

Sementara stok sapi yang siap diangkut
dari NTT masih cukup banyak. Dari
kuota 65 ribu sapi yang ditetapkan
Pemerintah Provinsi NTT pada 2016 ini,
sudah 53 ribu sapi yang terdistribusikan
ke luar NTT baik dengan menggunakan
kapal ternak maupun dengan kapal
kargo. Jumlah sapi yang diangkut kapal
kargo lebih besar. Rata-rata satu kapal
kargo bisa mengangkut 1.000 ekor sapi.