fa transmedia edisi 1 2016

EDISI 01 I 2016

26

Pembangunan Fasilitas Pelabuhan
Nasional Memacu Pelayanan Melalui
Pembangunan Pelabuhan

42

Mengembangkan Sekolah
Perhubungan Untuk Mencetak
SDM Perhubungan Yang Andal

52

Peresmian Bandara Rembele
Membuka Akses Wisata Hingga
Mitigasi Bencana

Pembangunan Infrastruktur

Transportasi Nasional

MENJALIN
SINERGI
PUSAT DAN
DAERAH

EDITORIAL
EDISI 01 I 2016

26

Pembangunan Fasilitas Pelabuhan
Nasional Memacu Pelayanan Melalui
Pembangunan Pelabuhan

42

Mengembangkan Sekolah
Perhubungan Untuk Mencetak

SDM Perhubungan Yang Andal

52

Peresmian Bandara Rembele
Membuka Akses Wisata Hingga
Mitigasi Bencana

Pembangunan Infrastruktur
Transportasi Nasional

MENJALIN
SINERGI
PUSAT DAN
DAERAH

EDISI 01 I 2016

Cover :
Presiden RI bersama Menhub dan Gubernur

Aceh pada saat peresmian Bandara Rembele,
Bener Meriah, Aceh.
Foto : A. Herdin

Majalah Kementerian Perhubungan
No.STT. No. 349 SK/Ditjen PPG/STT 1976
ISSN : 0853179X
PEMBINA :
Menteri Perhubungan RI
PENASEHAT :
Staf Khusus Menteri Perhubungan
Bidang Keterbukaan Informasi Publik
dan Organisasi Sosial
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Direktur Jenderal Perkeretaapian
Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan

Kepala Badan Litbang Perhubungan
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek
PENANGGUNG JAWAB :
Hemi Pamuraharjo
PEMIMPIN REDAKSI :
Budi Rahardjo
REDAKTUR PELAKSANA :
Tinitah S. Amrantasi
Muhammad Pamungkas
REDAKSI :
Franky Houtman Simatupang, Gatut Aribowo S,
Romauli Fransiska, Revi Yohana, Daniel Pietersz,
Yosephin Parsaulian, Muhammad Mifdhal,
R. Achmad Herdin, Hari Supriyono,
Hariyadi Dwi Putera H.
TIM REDAKSI :
Andesrianta Rakhmad, Andung Bayumurti,
Prayogie, Syarifah Noor Hidayati
REDAKSI FOTO :
Nur Cholis, Okto Berbudi, Nur Fitrianto Alfian,

Chairudi Bharata Dharma, Abdullah Baraja,
Dyota Laksmi Tenerezza
ALAMAT REDAKSI :
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3504631, 3811308 Ext. 1122, 1419
Fax (021) 3504631, 3511809
E-MAIL :
transmedia@dephub.go.id
PENERBIT :
Kementerian Perhubungan RI

Pembaca Budiman
enteri Ignasius Jonan pernah menegaskan bahwa Kementerian
Perhubungan secara umum memiliki dua fungsi. Pertama,
regulasi, dan kedua, pembangunan. Peran regulator mencakup
kebijakan yang terkait dengan aspek keselamatan, keamanan
dan pelayanan. Sementara, fungsi pembangunan mengandung arti adanya tugas
kementerian yang bertanggungjawab atas ketersediaan infrastruktur transportasi
secara nasional.
Pada Trans Media Edisi Tahun 2015 lalu, aspek keselamatan, keamanan dan

pelayanan sudah menjadi tema utama pada setiap edisinya. Nah, memasuki 2016
ini, Trans Media hendak melanjutkannya dengan tema “pembangunan” sebagai
pokok pikiran. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi mencakup aspek
perencanaan, penganggaran, pengawasan dan implementasinya di lapangan.
Pemerintah bertekad, tidak hanya mempercepat tapi juga memperluas pemerataan
ekonomi hingga ke daerah-daerah terpencil, pinggiran dan pedalaman. Khususnya
untuk Kawasan Indonesia Timur. Ketersediaan infrastruktur yang baik memudahkan
distribusi logistik nasional dengan lancar. Hasil-hasil industri khususnya dari
kawasan Indonesia bagian barat bisa tersebar tanpa hambatan. Pembangunan tol
laut, bandara, terminal dan jalur rel kereta di Jawa dan Luar Jawa, menjadi prioritas
kebijakan pemerintahan sekarang.
Pada edisi pertama 2016 ini, Trans Media sengaja mengawali tulisan tentang
sinergi yang baik antara pusat dan daerah dalam menjalankan program-program
pembangunan. Untuk mempercepat pemerataan pembangunan nasional, peran
pemerintah daerah tak bisa diabaikan.
Pembangunan transportasi mesti melibatkan koordinasi antardaerah kabupaten/
kota dan provinsi serta dengan pemerintah pusat. Ini karena dalam transportasi,
arus perpindahan orang dan barang tidak hanya berlangsung di dalam satu wilayah
kabupaten/ kota saja. Namun, melintasi satu kota ke kota lain, kabupaten ke
kabupaten lain dan melintasi wilayah provinsi satu ke provinsi lainnya. Koordinasi

lintas wilayah menjadi keniscayaan dan disinilah peran kepala daerah begitu
menentukan.
Ketidakadanya sinergi antara pusat dan daerah bisa menghalangi tujuan
pembangunan. Semenjak pemberlakuan UU otonom daerah No.23/2004, sering
kali hubungan antara pusat dan daerah menghadapi tantangannya sendiri. Namun,
sejak Presiden Joko Widodo melantik kepala daerah di Istana Merdeka dan Menteri
Perhubungan mengundang para gubernur ke kantornya, maka ada upaya dari pusat
agar sinergi dan sinkronisasi kebijakan antar birokrasi di pemerintahan bisa berjalan
lancar.
Pemerintah pusat juga telah melakukan langkah proaktif dengan mendatangi
daerah-daerah secara terus menerus agar sinergitas yang baik terkait pembangunan
transportasi nasional bisa dilakukan. Semua berharap terjadinya sinergi ini akan
mempercepat pembangunan di seluruh wilayah nusantara. Koordinasi yang baik
di antara birokrasi pemerintahan di pusat dan daerah mesti dilakukan mengingat
fungsi pemerintahan di negara manapun adalah untuk melayani masyarakat. Jika
tujuan birokrasi baik di daerah maupun di pusat sama, maka tidak perlu lagi ada
perbedaan pandangan dalam menjalankan program pembangunan. (*)

2016


EDISI 01

TRANSMEDIA

3

DAFTAR ISI
TRANSMEDIA I EDISI 01 I 2016
3

6

EDITORIAL

INFOGRAFIS

8

MATA


10

TRANSUTAMA
Pembangunan
Infrastruktur Transportasi
Nasional Menjalin
Sinergi Pusat Dan Daerah

TRANSDARAT

TRANSLAUT

TRANSUDARA

TRANSPERKERETAAPIAN

22

26


Pembangunan Fasilitas
Pelabuhan Nasional
Memacu Pelayanan
Melalui Pembangunan
Pelabuhan

32

36

Menuju Traffic
Perkeretaapian Yang
Lebih Baik

30

Pembangunan
Pelabuhan Untuk
Meningkatkan Akses
Ke Berbagai Wilayah

Indonesia

38

Pembangunan Double
Track Kereta Nasional
Era Kebangkitan Dunia
Perkeretaapian

Pengalihan
Pengelolaan Terminal
Dan Jembatan Timbang
Agar Pengawasan
Lebih Efektif

KA Lodaya pagi dan kereta wisata Imperial di Tiber Kalimenur
Foto : Istimewa

4

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

Dukungan Daerah
Bagi Pengembangan
Bandara

SUMBER DAYA MANUSIA
42

Mengembangkan Sekolah Perhubungan Untuk Mencetak
SDM Perhubungan Yang Andal

KILAS BERITA
44

ATTN, Langkah
Awal Pengambilan
Keputusan

46

Lintasan
Penyeberangan Perintis
Amolengo Labuan

47

Membangun Terminal
Bis Harus Sesuai
Rencana Tata Ruang
Wilayah

48

Penyeberangan Kendal
- Kumai Hubungkan
Pulau Jawa- Kalimantan

49

15 Pelabuhan Di NTT
Rampung Dibangun

50

Penambahan Kapal
Untuk Mendukung Tol
Laut

51

Modernisasi Sistem
Navigasi Penerbangan:
Tingkatkan
Keselamatan
Dan Keamanan
Penerbangan

52

Peresmian Bandara
Rembele Membuka
Akses Wisata Hingga
Mitigasi Bencana

68

INTERNASIONAL
Kereta Gantung Ekstrim Di Dunia

72

TRANSWISATA
Kota Pink, Pesona Megah Jaipur Nan Ramah

PERSPEKTIF

SEHAT

70

76

Atasi Kulit Kaki Gelap
Dengan 5 Bahan Alami

77

Bahagia Dengan
Bersepeda

Butuh Pemimpin
Daerah Visioner

TRANSHIJAU

54

POTRET
Geliat Moda Kereta Api di Sumatera Utara

74

Ghost, Supercavitation
Cepat dan Hemat Emisi

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

5

INFOGRAFIS

RUTE ANGKUTAN BARANG
NATUNA
TAREMPA

T-6

TANJUNG
PRIOK
CIREBON

RT-1

TANJUNG
EMAS

TANJUNG
PERAK
LEMBAR

B

W

Pelabuhan Tobelo
Foto: Daniel Pietersz

6

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

INFOGRAFIS

DENGAN KAPAL TERJADWAL
LIRUNG
T-5

TAHUNA
MOROTAI
TOBELO
TERNATE

T-4

BABANG

NAMLEA

FAKFAK

SERUI

WASIOR

NABIRE
KAIMANA

MAKASSAR

BIMA

BIAK

MANOKWARI

T-1
WANCI

TIMIKA
DOBO

KALABAHI
LARANTUKA

LEWOLEBA

WAINGAPU

MOA

SAUMLAKI

T-2
MERAUKE

KUPANG
SABU
ROTE
T-3

6 rute angkutan barang tetap
dan berjadwal (Freight Liner)

Rute pengoperasian kapal ternak

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

7

MATA

1

1. Pelabuhan Galela
(Foto: Humas Ditjen
Hubla).
2. Stasiun Binjai (Foto:
Chairudi Bharata
Dharma).
3. Bandara (Foto:
Chairudi Bharata
Dharma).
4. Pelabuhan
Penyeberangan Toboli
(Foto: Daniel Pietersz).

8

2

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

MATA

3

4

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

9

TRANSUTAMA

Pembangunan
Infrastruktur
Transportasi
Nasional

MENJALIN D
SINERGI
PUSAT DAN
DAERAH

alam kerangka itulah,
gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat di
daerah, memegang
peranan penting
karena mereka yang akan melakukan
koordinasi dengan Pemerintah
Kabupaten/Pemerintah Kota terkait
kebijakan pembangunan di wilayahnya.
Gubernur harus mampu mengawal
kebijakan pusat agar tetap berada
dalam koridor yang benar.

Untuk mempercepat
pemerataan
pembangunan nasional,
peran pemerintah daerah
amat menentukan. Mereka
lah yang menjalankan
program-program
pembangunan pemerintah
pusat di daerah, dan yang
mewakili kebijakan pusat
di semua bidang termasuk
transportasi. Keterpaduan
antara pemerintah
pusat dan daerah
menjadi keharusan bagi
terselenggaranya proses
pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan
yang tepat sasaran.

1. KM Kalibodri
2. Kerata Api Majapahit
3. Terminal Kampung Rambutan
4. Bandara Ngurah Rai, Bali

10

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

Diketahui, penentu kebijakan
pembangunan di lapangan di era
otonomi saat ini adalah para bupati dan
walikota. Dibutuhkan koordinasi dalam
menyusun dan mengimplemetasikan
program pembangunan di daerah
otonomi dengan pemerintah pusat
maupun daerah lain. Tanpa terkecuali
pembangunan transportasi.
Hal ini mengingat arus perpindahan
orang dalam transportasi tidak semata
berlangsung hanya di dalam satu
wilayah kabupaten/ kota semata,
melainkan terjadi dari satu kota ke
kota lain, yang melintasi kabupaten,
melintasi kota-kota dan melintasi
wilayah provinsi. Koordinasi lintas
wilayah kabupaten/kota maupun
antarprovinsi menjadi keniscayaan
dan disinilah peran gubernur begitu
menentukan. Gubernur berperan
sebagai koordinator pembangunan
antarkabupaten/kota yang ada di
provinsinya dan dengan adanya
koordinasi yang baik dengan pusat
maka proses pembangunan di daerah
tidak saling bertabrakan, khususnya
terkait implementasi bidang regulasi.

1

2

3

4

Foto : Istimewa

TRANSUTAMA

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

11

TRANSUTAMA

5. Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya
6. Bandara Matahora Wakatobi

Ada banyak keuntungan dari pertemuan langsung
antara Menteri Perhubungan dengan para
Gubernur. Pemerintah pusat dapat menerima
masukan dari daerah mengenai program yang
saat ini dinilai belum dibutuhkan. Selain itu
koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah
juga bisa lebih baik khususnya koordinasi dalam
bidang regulasi.
Tantangan Sinkronisasi Pusat Dan
Daerah
Bentuk interaksi pemerintah pusat
dan daerah terkait koordinasi dalam
pelaksanaan pembangunan transportasi
nasional cukup beragam. Selain
ada yang sudah berjalan baik, dan
tentu saja ada sebagian yang masih
perlu perbaikan dalam sinkronisasi
kewenangan.
Bentuk ketidaksinkronan antarpusat
dan daerah ini biasanya berujung
pada lambatnya pembangunan. Sejak
pemberlakuan UU otonom daerah
No 32/2004, sering kali hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah
menghadapi tantangannya sendiri.
Sinyal positif muncul tatkala Presiden
Joko Widodo mengawali tradisi baru
dengan melantik kepala daerah

Foto : Cholis

5

12

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

di Istana Merdeka yang tujuannya
agar ada sinergi dan sinkronisasi
kebijakan yang baik antara pusat dan
daerah. Pemerintah pusat juga telah
melakukan langkah proaktif dengan
mendatangi daerah-daerah untuk
menjalin sinergitas yang baik terkait
pembangunan transportasi nasional.

ini menjadi syarat utama percepatan
pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah nusantara.

Konsistensi presiden melantik gubernur
baru di Istana Merdeka merupakan
langkah positif. Hal tersebut memberi
suntikan daya bagi gubernur untuk
lebih bersinergi dengan para bupati
dan walikota yang berada di wilayah
provinsi agar bisa lebih proaktif dalam
koordinasi.

Sinkronisasi kebijakan menjadi
penting mengingat berbagai kebijakan
pembangunan utama Kementerian
Perhubungan terkait langsung dengan
peran kepala daerah seperti upaya
pemerintah menciptakan konektivitas
antardaerah. Keberhasilan hubungan
pusat dan daerah juga bakal mengikis
ketimpangan antarwilayah yang saat ini
masih terjadi. Bagaimanapun wilayah
bagian timur Indonesia, masih jauh
tertinggal dibanding wilayah Indonesia
bagian barat.

Tentunya, harapan masyarakat untuk
terjadinya sinergi hubungan antara
pusat dan daerah serta kabupaten/
kota akan cepat terlaksana. Kondisi

Selama ini aktivitas perekonomian
cenderung terkonsentrasi secara
geografis di kawasan barat Indonesia.
Sinkronisasi kebijakan dari pemerintah

Foto : A. Herdin

TRANSUTAMA

6

Salah satu langkah Menteri
Perhubungan Ignasius Jonan dengan
mengundang para gubernur ke Kantor
Kementerian Perhubungan beberapa
waktu lalu adalah juga terkait hal itu.
Pertemuan langsung dengan kepala
daerah menunjukkan langkah proaktif
pemerintah pusat untuk mencari
solusi atas beragam persoalan terkait
pembangunan sarana dan prasarana
transportasi di masing-masing daerah.

terkait pembangunan sarana dan
prasarana transportasi di daerah
menurut Sekretaris Jenderal Kementerian
Perhubungan Sugihardjo, seharusnya
menjadi parameter kebijakan
transportasi di daerah. Para kepala
daerah menyatakan apresiasi atas
kebijakan Menteri Ignasius Jonan yang
menggalakkan pembangunan transportasi
di daerah-daerah. Beberapa gubernur
seperti dari Jawa TImur, Jawa Barat,
Maluku, Maluku Utara dan Sumatera
Selatan menyatakan pembangunan
transportasi telah membantu
pengembangan perekonomian lokal.

Ada banyak keuntungan dari pertemuan
langsung antara Menteri Perhubungan
dengan para Gubernur. Pemerintah
pusat dapat menerima masukan dari
daerah mengenai program yang saat
ini dinilai belum dibutuhkan. Selain itu,
koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah juga bisa lebih baik khususnya
koordinasi dalam bidang regulasi.
Kebijakan pemerintah pusat terkait
pembangunan sektor transportasi
kadang kala kurang dipahami secara
merata oleh pemerintah daerah.
Regulasi Kementerian Perhubungan

Catatan Penting Hasil Pertemuan
Berdasarkan pertemuan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kedepan
beberapa program tetap menjadi
perhatian seperti pengadaan Bus Rapid
Transit (BRT), pembangunan pelabuhan
penyeberangan di beberapa daerah
di Indonesia Timur, optimalisasi Unit
Pelayanan Publik (UPP) terutama yang
akan menjadi Badan Layanan Umum
(BLU) dengan menambah alat bongkar
muat, dan pengadaan kapal patroli
serta peralatan navigasi dan perbaikan
untuk meningkatkan keselamatan.

pusat membutuhkan dukungan dari
daerah untuk merealisasikannya.
Disinilah tantangannya.

Untuk subsektor udara, sepakat bahwa
penting untuk memperpanjang runway
menjadi minimal 2.400/45/pcn min
40 atau 1.600x23 pcn min 20, dengan
taxiway dan apron serta terminal yang
memadai. Minimal 1.500m – Mac
25.000m) sampai 2018 disamping
membangun 17 bandara baru. Menteri
Perhubungan mengharapkan agar
pemagaran airside dan pemasangan
Precision Approach Parth Indicator
(PAPI) untuk seluruh bandara Unit
Penyelenggara Bandar Udara (UPBU)
ditargetkan selesai di 2017 melalui
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Perubahan (APBNP) 2016 serta
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) 2017.
Selain itu, pemerintah konsisten untuk
melakukan pemasangan AFL untuk
UPBU yang memiliki movement di 2015
minimal 5x sehari, dan juga perlunya
pemasangan Instrument Landing System
(ILS) atau Droppler-VHF Omni Range
(DVOR) atau instrumen sejenis sesuai
kontur lahan di sekitar bandara wajib
dilakukan oleh Lembaga Penyelengara
Pelayanan Navigasi Penerbangan
Indonesia (LPPNPI) bagi bandara yang
minimal memiliki 10 movement per hari
di 2016 dan yang memiliki minimal 5
movement per hari.
Untuk bidang perkeretaapian, pentingnya
untuk meneruskan pembangunan
Trans Sumatera, Trans Sulawesi, Trans
Kalimantan dan Papua di 2016. Selain
itu penyelesaian program DDT (Double
Double Track) Cikarang –i MRI serta DTLS
secara bertahap sampai 2018.
Sinergi Kebijakan Pembangunan Sub
Sektor Perhubungan Darat
Salah satu bentuk keberhasilan
koordinasi antara pemerintah pusat
dengan daerah bisa dilihat dari
pembangunan transportasi sub sektor
darat. Proses pengalihan pengelolaan
terminal tipe A dan Unit Pelaksana
Penimbangan Kendaraan Bemotor
(UPPKB) atau jembatan timbang dari
pemerintah provinsi ke pemerintah
pusat menunjukkan itu. Kewenangan
Kementerian Perhubungan mengelola
dua fasilitas angkutan darat tersebut
diharap dapat meningkatkan pelayanan
transportasi dan pengawasan
keselamatan, keamanan dan pelayanan
angkutan penumpang dan barang yang
ada menjadi lebih baik.

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

13

Foto : Istimewa

TRANSUTAMA

6

Koordinasi yang baik
antara pemerintah
pusat dan daerah
akan menentukan
keberhasilan
pembangunan
transportasi secara
nasional.
6. Kereta Kertalaya
7. Bandara Minangkabau, Padang
8. Operasional Tol Laut

Begitupun dengan pembangunan
fasilitas penunjang transportasi
angkutan umum di daerah dan
kota-kota besar. Pembentukan Badan
Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ)
untuk mengelola sistem transportasi
wilayah Jabodetabek sebagai misal,
diharapkan akan mampu mengatasi
tantangan transportasi kota besar yang
melintasi kewenangan masing-masing
daerah.
Dalam hal ini, BPTJ memiliki peran
penting dalam menetapkan sistem
transportasi yang terintegrasi baik

14

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

lintas moda maupun lintas wilayah
se-Jabodetabek. Peran ini belum bisa
diserahkan kepada masing-masing
daerah karena pertimbangan arus
pergerakan orang dari dan keluar Jakarta
berasal dari daerah-daerah satelit
di Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang,
Karawang dan sekitarnya.
Begitupun dengan pengelolaan
transportasi di kota aglomerasi lainnya,
seperti di Gerbangkertasusila (Gersik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo
dan Pasuruan), kota aglomerasi Bandung
dan sekitarnya, Medan, Denpasar, dan
lainnya. Pembangunan sistem transportasi
di kota-kota besar tersebut membutuhkan
dukungan kebijakan pemerintah yang
bersinergi untuk mencapainya.
Salah satu contohnya, kebijakan
penetapan trayek angkutan umum
dan sarana penunjang lainnya seperti
jalur pedestrian untuk menopang
fasilitas terminal maupun stasiun yang
terintegrasi. Kewenangan pemerintah
daerah menetapkan trayek angkutan kota
ikut menentukan.
Untuk kota Jakarta, dukungan
pemerintah kota satelit seperti
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
tak bisa diabaikan. Peran mereka
ikut menentukan terutama untuk
pengadaan angkutan penghubung
dan infrastruktur penunjang lainnya
seperti jalur pedestrian. Pengaturan

sarana dan prasarana oleh pemerintah
kota membantu tercapainya target
penggabungan pelayanan dalam satu
jaringan sistem transportasi yang
terintegrasi dengan baik. Diharapkan
ada keterhubungan antara angkutan
mikrolet, angkutan kota, bis kota,
trem, Light Rail Transit (LRT), Mass
Rapid Transit (MRT) dan Kereta rel
Listrik (KRL) dan lahan parkir untuk
kendaraan pribadi di titik-titik simpul
pengintegrasian dengan angkutan
massal. Selama ini sarana dan
prasarana penunjang itu masih perlu
pengembangan.
Peran BPTJ yang dibentuk Presiden
untuk menangani sistem transportasi
di kawasan aglomerasi Jakarta dan
sekitarnya, akan memudahkan proses
koordinasi antarpemkot/pemkab bisa
berjalan baik pula.
Tantangan Pembangunan
Transportasi Laut Di Daerah
Koordinasi yang baik antara pemerintah
pusat dan daerah akan menentukan
keberhasilan pembangunan transportasi
secara nasional. Dukungan pemerintah
daerah terkait pengembangan
fasilitas pelabuhan akan menentukan
keberhasilan sistem transportasi
yang baik. Sejumlah pembangunan
dan pengembangan pelabuhan telah
disepakati antara pemerintah pusat dan
daerah.

TRANSUTAMA

Pada awal 2016 ini Kementerian
Perhubungan telah melaksanakan
penandatanganan kontrak 12 paket
kegiatan strategis Tahun Anggaran
2016. Dari 12 paket terebut sebanyak
4 kegiatan di sub sektor Perhubungan
Laut, 3 kegiatan di sub sektor
perhubungan udara, 2 kegiatan di sub
sektor perkeretaapian, dan 1 kegiatan
di pengembangan SDM.

7

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan
telah memberi lampu hijau bagi sektor
swasta untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan transportasi nasional.
Swasta bisa melakukan investasi di
sektor kepelabuhanan ini. Selama ini
peran sektor swasta dalam bidang usaha
kepelabuhanan masih tergolong kecil.
Pengelola pelabuhan nasional notabene
dilakukan oleh Badan Usaha Pelabuhan
(BUP) BUMN PT Pelindo dan Unit
Pelayanan Teknis (UPT) Kementerian
Perhubungan serta Pemerintah Daerah.

8

Foto : Istimewa

Pembangunan sejumlah sarana
dan prasarana perhubungan laut,
mempertimbangkan usulan dari
masing-masing daerah. Sinkronisasi
pusat dan daerah akan mempercepat
pembangunan dan pengembangan
transportasi di daerah.

Foto : Istimewa

Untuk laut, subsidi angkutan
perintis, subsidi angkutan ternak,
subsidi angkutan laut dalam rangka
penyelenggaraan tol laut, dan
repowering KN Merak di Kantor distrik
navigasi kelas I Bitung, Sulawesi Utara.

Pemerintah berjanji proses perizinan
bagi swasta untuk mengelola pelabuhan
yang ada di daerah-daerah akan
dipermudah. Ini untuk meningkatkan
peran mereka meningkatkan kualitas
dan kapasitas pelayanan pelabuhan yang
selama ini masih belum berkembang.
Menteri Perhubungan mengakui
kewenangan pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota
memang tak bisa diabaikan. Ini karena
pelabuhan-pelabuhan yang menyebar
dari Sabang sampai Merauke tersebut
berada di wilayah yuridiksi Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintah Kota. Dalam kerangka itulah,
pemerintah kini tengah menggalakkan
koordinasi dengan masing-masing
kepala daerah untuk mencari solusi
terbaik dalam bidang pengembangan
transportasi ini.

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

15

TRANSUTAMA

9. Stasiun Sarangan
10. Terminal Bungurasih, Surabaya

pengembangan sistem transportasi
umum berbasis rel di Kota Pahlawan
itu merupakan contoh ideal tentang
bagaimana menata transportasi kota
yang tepat.

Pemerintah akan mempertimbangan
usulan daerah terkait pengembangan
sistem transportasi perkeretaapian
ini. Salah satunya, usulan adanya
pembangunan stasiun kereta barang.
Seperti hasil pembangunan jalur ganda
yang melewati Bojonegoro yang
membawa pertumbuhan ekonomi
di daerah tersebut secara signifikan.
Kebutuhan fasilitas stasiun barang
mutlak diadakan mengingat investor
yang akan menanamkan modal
mereka di Kabupaten itu cukup tinggi.
Dengan adanya rel ganda ini kegiatan
perjalanan kereta api meningkat dari
sebelumnya. Kapasitas pengangkutan
pun meningkat pesat.

Manfaat pembangunan infrastruktur
bandara paling jelas ada di Luar
Jawa. Kondisi wilayah di Luar Jawa
yang berbukit-bukit dan bergununggunung, menyebabkan transportasi
udara sebagai satu-satunya angkutan
umum yang paling memungkinkan.
Khususnya di wilayah pedalaman
Papua yang hanya bisa dijangkau
oleh pesawat terbang. Pemerintah
telah melakukan registrasi terhadap
bandara-bandara perintis di Papua agar
Foto : Istimewa

Sinergi Pembangunan Sub Sektor
Perkeretapian
Untuk mewujudkan pembangunan jalur
kereta api di daerah, koordinasi dengan
pemerintah daerah mutlak dilakukan.
Jalur rel kereta api yang akan dibangun
membutuhkan lahan di daerah dan
beberapa stasiun yang akan dibangun
menyesuaikan RT/RW kota setempat.

Sinergi Pembangunan Sub Sektor
Perhubungan Udara
Sementara pengembangan bandara
yang dilakukan pemerintah, telah
menjadikan banyak bandara-bandara
kecil kini berubah. Perpanjangan
landasan pacu tentu akan memberi
banyak manfaat. Salah satunya, dengan
adanya perpanjangan landasan pacu,
maka pesawat yang bisa mendarat
ke daerah tersebut jauh lebih besar.
Jumlah penumpang yang diangkut pun
lebih banyak, sehingga biaya tiket akan
lebih murah. Ini bakal menghidupkan
sektor pariwisata setempat,-- karena
kunjungan turis meningkat—juga
menghidupkan perekonomian lokal.

Koordinasi yang baik juga berkaitan
dengan penerapaan sistem angkutan
massal perkotaan yang menggunakan
rel kereta sebagai basis transportasi
utamanya. Seperti pembangunan
sistem transportasi perkotaan di
Surabaya dengan mengutamakan
angkutan massal berbasis rel.
Program ini merupakan bentuk
nyata keberhasilan pemerintah,
baik pusat dan daerah (Pemerintah
Kota Surabaya) menjalin sinergi
yang baik. Dirjen Perkertaapian
Kementerian Perhubungan, Hermanto
Dwiatmoko mengungkapkan, konsep

16

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

9

pelayanan kepada masyarakat bisa
ditingkatkan. Selain aspek keselamatan,
pembangunan bandara dengan
memperpanjang landasan pacu juga
akan meningkatan kapasitas pesawat
angkut dengan jumlah penumpang
yang lebih banyak. Harga tiket pesawat
untuk masyarakat pun bisa terjangkau.
Dengan terjangkaunya harga tiket
yang bisa lebih murah, maka subsidi
angkutan perintis bisa dialihkan untuk
tujuan lainnya.
Keberhasilan pembangunan transportasi
di daerah akan memberi manfaat nyata
bagi masyarakat setempat. Koordinasi
yang baik antara pemerintah pusat
dan daerah juga bakal mempercepat
program pembangunan yang tengah
dan akan dilakukan. Dengan langkah
proaktif Kementerian Perhubungan
mendatangi Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah
Kota untuk mengkomunikasikan
hal ihwal kewenangan, usulan
pembangunan dan koordinasi terkait
kewenangan dan sebagainya, maka
diharapkan kegiatan pembangunan
transportasi secara nasional tak akan
menemui halangan.
Manfaat Pembangunan Transportasi
Bagi Masyarakat
Selama ini ada banyak pembangunan
sarana dan prasarana transportasi di
daerah yang membawa manfaat bagi

Foto : Daniel Pietersz

TRANSUTAMA

Sekretaris Jenderal
Kementerian Perhubungan
Sugihardjo

Jawa. Beberapa daerah yang dilintasi
jalur rel ganda tersebut menunjukkan
loncatan ekonomi akan terjadi apabila
ada upaya untuk membuat kota
memiliki pusat pertumbuhan ekonomi,
pemimpin daerah yang paham
transportasi, dan penambahan sarana,
seperti stasiun barang.

kewenangan pusat dalam
menentukan aspek keselamatan,
keamanan dan pelayanan
transportasi kepada masyarakat.
Kementerian Perhubungan juga
memiliki tugas pembangunan
fasilitas transportasi di seluruh
wilayah nasional.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan
membenarkan adanya keberhasilan
kota-kota di sepanjang rel ganda yang
memanfaatkan infrastruktur itu untuk
loncatan ekonomi terkait dengan dua
faktor. Pertama, peran pemimpin di
daerah dan keberadaan pusat-pusat
ekonomi. Pemimpin daerah yang sukses
karena dia, memahami transportasi.
Kota Pekalongan adalah salah satu
kota yang mengalami peningkatan
jumlah kereta antarkota yang melintas.
Dengan adanya peningkatan ini, maka
masyarakat mulai memiliki kesadaran
baru untuk lebih banyak memanfaatkan
transportasi kereta api sebagai
pilihan terbaik ketimbang kendaraan
mobil pribadi. Ada perubahan kultur
pemanfaatan kereta api sebagai
alternatif transportasi yang lebih
baik. Setidaknya muncul kultur yang
berkembang di masyarakat terkait
pemanfaatan moda transportasi kereta
api yang lebih aman dan nyaman.

Foto : Istimewa

10

masyarakat. Pembangunan jalur kereta
menunju bandara Kualanamu misalnya.
Masyarakat pengguna jasa transportasi
dimudahkan dengan keberadaan kereta
api bandara tersebut, dengan harga
murah dan pelayanan yang baik. Pun
dengan pembangunan terminal di
Tirtonadi Solo, Terminal Purabaya di
Surabaya, peningkatan kapasitas di
terminal-terminal lainnya. Masyarakat
dimudahkan dengan pelayanan yang
lebih baik dengan fasilitas toilet
yang bersih, tempat ibadah yang
bersih, suasana terminal yang tak lagi
semrawut dan sistem pembayaran

yang praktis yang mencegah praktisi
percaloan dan sebagainya.
Bagi masing-masing daerah terpencil,
keberadaan pelabuhan dan bandara
menjadi urat nadi perekonomian mereka.
Sebut saja keberadaan pelabuhanpelabuhan penghubung dan pelabuhan
perintis di wilayah luar Jawa. Masyarakat
menggunakan fasilitas pelabuhan yang
ada untuk kegiatan perdagangan dan
memasarkan produk lokal ke luar daerah.

Sementara bagi kota Bojonegoro
interaksi bertambah akibat kehadiran
rel ganda. Interaksi antarkota terjadi
sehingga saling memperkaya budaya/
informasi. Para pengusaha di kota itu
merasakan manfaatnya karena jumlah
pengunjung wisatawan meningkat
pesat sejak adanya jalur rel ganda ini.
Tersedianya jalur rel ganda mampu
menghemat waktu tempuh perjalanan
dua hingga tiga jam. Perjalanan kereta
api akan betambah hingga 475 perhari.
Selain itu, kapasitas tempat duduk
penumpang juga bertambah menjadi
181.992 perhari. Pemerintah akan
menambah 1.400 kereta barang untuk
mengimbangi kebutuhan angkutan
barang melalui jalur rel. Angkutan
kereta barang mampu menampung 30
persen muatan barang yang biasanya
diangkut truk. Tersedianya jalur ganda
misalnya mampu menghemat waktu
tempuh perjalanan dua hingga tiga
jam.(*)

Manfaat paling nyata terlihat dari
pembangunan jalur ganda di Pulau

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

17

TRANSUTAMA

Wawancara Sesjen
Kementerian
Perhubungan
Sugihardjo

Daerah
Dan Pusat
Sama-sama
Melayani
Masyarakat
Bentuk interaksi pemerintah
pusat dan daerah terkait
koordinasi dalam pelaksanaan
pembangunan transportasi
nasional cukup beragam. Selain
ada yang sudah berjalan baik,
dan tentu saja ada sebagian yang
masih perlu koordinasi lebih
baik. Ini karena ketidaksinkronan
antarpusat dan daerah bisa
menghambat pembangunan.
Sejak pemberlakuan UU No
23/2004 Tentang Pemerintahan
Daerah atau lebih dikenal dengan
UU Otonomi Daerah, sering kali
hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah menghadapi
tantangannya sendiri.

18

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

alam kerangka itulah,
Presiden Joko Widodo
mengawali tradisi baru
dengan melantik kepala
daerah di Istana Merdeka
yang tujuannya agar ada sinergi dan
sinkronisasi kebijakan yang baik di
antara semua aparatur birokrasinya.
Kementerian Perhubungan juga telah
melakukan langkah proaktif dengan
mendatangi daerah-daerah untuk
mendengar langsung usulan dan
aspirasi mereka agar sinergitas dalam
menjalankan pembangunan transportasi
nasional berjalan lancar.

D

Langkah Menteri Perhubungan Ignasius
Jonan mengundang para kepala daerah
beberapa waktu lalu juga mesti dilihat
dalam kerangka itu. Bahwa tanpa
adanya sinergi dan sinkronisasi yang baik
antara pemerintah pusat dan daerah,
mustahil pembangunan transportasi bisa
dilakukan. Tentunya, harapan masyarakat
untuk terjadinya sinergi tersebut cepat
terlaksana. Koordinasi yang baik menjadi
syarat utama percepatan pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah
nusantara.
Bagaimana langkah-langkah
Kementerian Perhubungan
menindaklanjuti harapan Presiden Jokowi
terkait pentingnya koordinasi yang
baik antara pusat dan daerah? Berikut
petikan wawancara Sekretaris Jenderal
Kementerian Perhubungan Sugihardjo
(SG) kepada Trans Media (TM) di

TRANSUTAMA

Ruang Kerjanya, Kantor Kementerian
Perhubungan, Jakarta, Selasa (19/4).

TM : Bagaimana model
pembangunan transportasi di
masing-masing daerah? Adakah
prioritas tertentu yang menjadi
Foto : Abdulah Baraja

TM : Apa saja langkah pemerintah
pusat menindaklanjuti harapan
presiden terkait perlunya koordinasi
yang baik antara pemerintah pusat
dan daerah?
SG : Sebelum menjawab itu, saya
ingin mengemukakan bahwa negara
kita adalah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Negara kesatuan
berarti tidak ada dikotomi antara
pemerintahan pusat dan daerah. Negara
kesatuan RI dibentuk dari berbagai

bisa disebut Ship follow The Trade.
Itu biasanya berlaku untuk daerahdaerah yang sudah maju. Transportasi
melayani kebutuhan perdagangan
(trade). Kedua, fungsi Trade Follow The
Ship. Fungsi ini biasanya pada daerahdaerah terluar, perbatasan, dan teriosilir
dimana perkembangan ekonomi belum
tumbuh. Untuk daerah seperti ini fungsi
transportasi adalah pendorong bagi
tumbuh dan berkembangnya sektorsektor yang lain. Jadi pada intinya The
Ship promote The Trade.

bidang, termasuk sektor transportasi.
Sebagai pembantu presiden, menteri
perhubungan memiliki tanggungjawab
yang sama untuk menerjemahkan visi
misi presiden. Kementerian Perhubungan
adalah bagian dari pemerintahan. Maka,
dalam pandangan itu, tidak ada misi
kementerian, tapi yang ada adalah visi
misi kabinet kerja presiden Joko Widodo
– Jusuf Kalla dengan nawa cita-nya.

gugusan pulau, pemerintahan mulai
kabupaten/kota, provinsi, dan negara.
Jadi, tidak ada dikotomi antara pusat dan
daerah itu. Ini yang harus kita pahami
dulu. Lalu tugas negara atau tugas
pemerintahan itu apa? Mau Pancasila,
kapitalis, atau sosialis, maka tugas
pemerintahan hanya dua. Pertama
adalah memenuhi kehidupan dasar
masyarakat atau memenuhi hajad
hidup orang banyak. Kedua, mendorong
potensi bangsa menjadi keunggulan.
Potensi ini yang akan menjadi salah satu
sumber kekuatan untuk meningkatkan
daya saing bangsa. Terjemahan dari
asumsi itu harus dijalankan untuk semua

sasaran dari kabinet kerja
pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla?
SG : Kalau kita lihat Nawacita yang
ketiga, maka disitu tersirat adanya
sasaran pembangunan transportasi
nasional. Yakni, membangun Indonesia
dari pinggiran, dalam hal ini daerah
terluar, perbatasan, dan terisolir. Nah,
Ini merupakan perwujudan dari melayani
kebutuhan masyarakat. Mereka yang
berada di area terpencil, terisolir
dan daerah tertinggal lainnya harus
terjamin kebutuhan transportasinya.
Jaminan transportasi ini tercermin dari
konektivitas, dan layanan keperintisan.
Nah, peran itulah yang kini menjadi
salah satu prioritas pembangunan
Kementerian Perhubungan di Tanah Air.
Di dalam sistem transportasi, kita
mengenal dua fungsi. Kalau laut itu

Bertolak dari basis pemahaman seperti
ini, maka peran pemerintah dalam
membangun sistem transportasi di
masing-masing daerah tentu juga
berbeda. Kalau peran di daerah maju
seperti di Jawa dan Jakarta, fungsi
transportasi lebih pada Ship Follow
The Trade. Peran pemerintah sebagai
fasilitator yang bertugas memberikan
jaminan untuk iklim usaha yang
kondusif. Dalam beberapa kesempatan
Presiden Jokowi mengungkapkan adanya
semangat deregulasi.
Aturan-aturan yang ada harus bisa
memudahkan pelayanan kepada
masyarakat dan yang bisa mendukung
iklim investasi. Dengan peran sebagai
fasilitator seperti itu maka sektor swasta
baik BUMN, investor swasta dan luar
negeri akan masuk ke dalam negeri
untuk ikut menanamkan modalnya bagi
pembangunan.
TM : Adakah contoh riil dari pilihan
kebijakan masing-masing model
pembangunan?
SG : Sebagai contoh, adanya pelayanan
taksi khusus seperti alphard dan mercy.
Adanya taksi bertarif mahal itu di
Bandara Soekarno Hatta menunjukkan
bahwa kebutuhan masyarakat pada
jenis angkutan seperti itu memang
juga ada. Transportasi itu ada karena
demand pasar menuntut itu. Pemerintah
bertindak sebagai fasilitator saja
dalam hal ini. Tapi bagi daerahdaerah pinggiran, peran swasta untuk
melakukan itu tentu tidak mau. Secara
umum kepentingan swasta mencari
profit dan secara kalkulasi hal itu
belum memungkinkan. Seperti di
daerah yang hanya ramai pada hari
tertentu saja (seperti hari pasar saja)
atau 2 kali seminggu maka swasta
tidak mau menyiapkan kapasitas
sarana transportasi yang hanya akan
merugikan bisnisnya.

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

19

TRANSUTAMA

Disinilah peran
pemerintah berlaku.
Pemerintah mesti
menyediakan
angkutan perintis
baik udara, laut
maupun darat.
Peran itu lebih untuk
melayani kebutuhan
dasar masyarakat
baik di daerah
pinggiran di timur
maupun di barat.
Disinilah peran pemerintah berlaku.
Pemerintah mesti menyediakan
angkutan perintis baik udara, laut
maupun darat. Peran itu lebih untuk
melayani kebutuhan dasar masyarakat
baik di daerah pinggiran di timur
maupun di barat.
TM : Bagaimana dengan
pembangunan infrastruktur yang
ada?
SG : Termasuk pembangunan
infrastukutur badnara, pelabuhan,
terminal dan sebagainya. Ini supaya ada
konektivitas antardaerah. Contohnya,
kebijakan pemerintah dengan
menggiatkan pembangunan bandara.
Yang utama dari pembangunan itu
adalah perpanjangan runway-nya, baru
kemudian pengembangan terminal.
Kalau runway lebih panjang, dan
daya dukung misalnya Pavement
Clasification Number (PCN)-nya kuat,
atau tingkat kekerasan landasannya
kuat, maka pesawat berbadan lebar
bisa masuk ke daerah itu. Semakin
besar sarana angkutan yang digunakan,
maka unit cost yang digunakan
masyarakat tentu lebih murah. Di dalam
sistem transportasi perhitungannya
seperti itu.
Contohnya, untuk perhitungan bisnis
bis ukuran besar, indeks penumpang
bisa 100 saja. Sementara, maka bis
ukuran sedang menjadi 175, dan
bis ukuran lebih indeks biaya yang
dikenakan kepada penumpang lebih

20

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

mahal lagi. Begitu pun dengan angkot
atau mikrolet yang bisa mencapai
angka 350.
TM : Itulah yang menyebabkan
angkutan udara di Papua menjadi
mahal?
SG : Begitulah...di Papua unit cost-nya
besar karena angkutan pesawat yang
digunakan tergolong kecil, yang hanya
mengangkut 6 – 12 orang saja. Oleh
karena itu, jika runway bisa diperbesar
maka pesawat besar bisa beroperasi.
Misalnya landasan diperpanjang 1600
meter dan lebar 30 meter, sehingga
ATR bisa masuk dengan kalkulasi
penumpang yang lebih banyak. Atau
perpanjangan landasan pacu sejauh
2400 meter dan lebar 45 meter hingga
pesawat jenis boeing bisa masuk.
Dengan masuknya pesawat berbadan
lebar dengan jumlah penumpang
ratusan orang sekali angkut, maka
biaya transportasi udara akan jauh lebih
murah.
TM : Beberapa peraturan daerah
terkait kebijakan di bidang
transportasi kadang kala
kontraproduktif dengan kebijakan
pusat? Menyikapi kondisi tersebut
langkah apa yang dilakukan
Kementerian Perhubungan?
SG : Kalau ada kebijakan daerah
yang tidak sinkron itu tidak hanya di
perhubungan saja. Itu ada sektor lain.
Presiden sendiri pernah menyatakan
sedikitnya ada 3000 peraturan daerah
(perda) yang tidak bisnis friendly atau
yang kontraproduktif. Itu memang
seharusnya dihapuskan. Untuk evaluasi
Perda itu ada di Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri). Menteri Dalam
Negeri (Mendagri) bisa membatalkan
perda-perda yang tidak sejalan dengan
ketentuan yang lebih tinggi. Perda yang

tidak mendorong iklim investasi bisa
dibatalkan.
TM : Apakah terobosan Menteri
Perhubungan dengan mengundang
langsung kepala daerah beberapa
waktu lalu terkait dengan upaya
sinkronisasi ini? Ataukah Jaring
usulan? Terkait proyek yang sesuai
dengan mereka?
SG : Nah itu memang terobosan
Menteri Perhubungan. Secara langsung
mengundang dan bertatap muka
dengan Gubernur sebagai langkah
positif membangun kepercayaan
diantara pelaku pelaksana program
pembangunan. Selain itu Menteri
ingin mendengar langsung apa saja
usulan dari daerah tentang programprogram pembangunan yang benarbenar dibutuhkan daerah. Melalui
forum seperti itu, pemerintah juga
bisa menjelaskan alasan kenapa
usulan yang tidak mencerminkan
kebutuhan daerah tidak bisa dipenuhi.
Secara formal proses perumusan
usulan pembangunan dilakukan
melalui musyawarah perencanaan
pembangunan (Musrenbang) daerah,
lalu Musrenbang nasional. Tujuan
Menteri Perhubungan mengundang
Gubernur selain koordinasi juga untuk
menjaring aspirasi dari masing-masing
pemerintah daerah. Proses menjaring
aspirasi memang harus bersifat
bottom up, meski nanti kebijakan
pembangunan bersifat top Down.
Karena kebijakan pemerintah terkait
pembangunan transportasi di daerah
harus ada skala prioritas.
Kalau masing-masing daerah tentu
mereka mengusulkan program yang
sesuai kepentingan mereka sendiri.

Foto : Istimewa

TRANSUTAMA

Tapi pemerintah tetap bedasar pada
kepentingan nasional. Seperti contoh,
setiap bupati maunya ada bandara
di daerahnya. Tapi kalau itu dipenuhi
semua, lalu bagaimana dengan
tatanan nasional? Kalau semua ada
bandara bagaimana dengan ruang
udara, efisiensi nasional, dan sejauh
mana manfaatnya bagi masyarakat
luas dan sebagainya. Maka dari itu,
harus ada master plan pembangunan
bandara, pelabuhan laut, terminal dan
lainnya secara jelas. Aspirasi tetap
memperhatikan dari bawah (bottom
up), tapi tetap mempertimbangkan
kepentingan nasional yang lebih besar.
TM : Apa saran dan rekomendasi
dari Kementerian Perhubungan
agar sinkronisasi tetap terjaga baik
khususnya menghadapi ego daerah
yang tinggi sejak pemberlakuan
otonomi daerah?
SG : Harus dikembalikan kepada
peran masing-masing. Artinya, kita
harus menjelaskan kepada masingmasing daerah tentang peran dan
fungsi birokrasi yang sebenarnya.
Bukankah fungsi birokrasi adalah
melayani masyarakat dan mendorong
potensi keunggulan daerah. Dengan
mengembalikan pemahaman yang
benar tentang fungsi dan peran
birokrasi seperti itu maka diharapkan
ada kesadaran yang sama antara
birokrasi di pusat dan daerah. Oleh
karena itu, kita kembalikan ke
pemahaman seperti itu. Kalau samasama berorientasi pada dua hal itu
maka sebenarnya tidak ada perbedaan
antara pusat dan daerah. Kepentingan
pemerintahan di pusat dan daerah
bisa sinkron. Karena antara daerah
dan pusat kan sama-sama melayani

masyarakat dan mendorong potensi
nasional. Jadi kalau terjadi tantangan
terkait kewenangan antara daerah dan
pusat maka kita kembalikan kepada dua
fungsi tersebut.
TM : Catatan apa yang bisa
diungkapkan dari keberhasilan
sinergi yang baik? Adakah contoh
pembangunan di daerah yang
berjalan lancar dan memberi
manfaat bagi masyarakat daerah?
SG : Ya, kalau dilihat dari pembangunan
bandara dan pelabuhan yang telah
dilakukan selama 2015 lalu ada cukup
banyak keberhasilannya. Pembangunan
seperti itu kan menjadi prioritas
pemerintah mengingat Indonesia adalah
negara kepulauan. Pilihan pembangunan
yang menggiatkan sektor kelautan
mencerminkan kepentingan negara
maritim. Pelabuhan sebagai tempat
transportasi laut menjadi penting dari
kondisi geografis nasional. Transportasi
laut diharapkan bisa menjadi backbone
(tulang punggung) angkutan barang.
Distribusi barang bisa lewat laut, dan
perpindahan orang bisa lewat udara.
Sementara pergerakan regional di
wilayah kepulauan, ditopang oleh
pembangunan transportasi darat dan
kereta api. Keberhasilan nyata bisa
dilihat di Wamena. Bandingkan dengan
bandara yang ada sebelumnya. Sekarang
sudah baik. Bandara-bandara yang sudah
diresmikan, juga menyatakan bahwa
masyarakat di sana (Papua-Red) sudah
bisa merasakan manfaatnya. Pelayanan
dan keselamatan juga meningkat.
TM : Sejauh mana tahapan
proses pelimpahan kewenangan
pengelolaan prasarana terminal
dan jembatan timbang ke

pemerintah pusat? Adakah kendala
terkait pengalihan pengelolaan
dari daerah ?
SG : Proses pelimpahan pengelolaan
terminal dan jembatan timbang
sedang berjalan. Langkah kementerian
perhubungan ini sebagai tindak lanjut
dari pengaturan UU No 23 tentang
Pemerintah Daerah. Disitu dijelaskan
bahwa terminal tipe A yang selama ini
diselenggarakan oleh pemerintahan
kabupaten kota itu dilakukan oleh
pemerintahan pusat. Begitupun dengan
jembatan timbang. Dalam UU No
23 itu tidak hanya mengatur sektor
transportasi saja.
Oleh karenanya, kewenangan undangundang tersebut penjurunya ada di
Kementerian Dalam Negeri. Pengalihan
kewenangan dilakukan supaya ada
efisiensi nasional. Untuk infrastruktur
jembatan timbang dan terminal tipe
A, sekarang tahapannya inventarisasi
Personel, Peralatan, Pembiayaan dan
Dokumen (P3D). Proses pengalihan
melibatkan tim dari Kementerian
Keuangan, Badan Kepegawaian
Negara (BKN), Kementerian PAN
dan lintas sektoral. Bagi pegawai
pelaksana terminal tipe A dan
Jembatan Timbang bisa dialihkan
menjadi pegawai negeri pemerintah
pusat. Proses pengalihan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) daerah menjadi
pegawai pusat tanpa harus diseleksi.
Tentu saja kalau yang bersangkutan
bersedia. Sementara pelaksanaan
pengelolaan prasarana bisa dilakukan
sharing dengan pemerintah daerah.
Hanya saja belum ada pembahasan
secara detail terkait hal itu. Namun,
harapannya jelas, agar pengelolaannya
lebih baik. Kata kuncinya adalah
setelah inventarisasi, yaitu pelaksanaan
tugas. Sasarannya agar terminal
bisa jadi lebih nyaman, lebih ada
terjamin keselamatannya, bersih,
terang dan sebagainya. Tidak mudah
memang mengubahnya. Tapi itulah
tantangannya. Menteri Perhubungan
Ignasius Jonan bisa membuktikannya
di perkeretaapian dan tentu bisa
melakukan hal sama di sektor lainnya.
Selain perbaikan infrastrukturnya, nanti
akan ada kontrol terhadap pengemudi,
kelayakan angkutan yang digunakan
dan lainnya. Semua akan mengacu
pada aspek keselamatan, keamanan
dan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat. (*)

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

21

TRANSDARAT

Pengalihan Pengelolaan Terminal
Dan Jembatan Timbang

AGAR
PENGAWASAN
LEBIH EFEKTIF
Implementasi UU
No.23/2014 terkait
pengalihan jembatan
timbang membawa
angin segar bagi
masyarakat.
Perkembangan
transportasi darat
khususnya pelayanan
prasarana transportasi
akan semakin
meningkat. Pola
pengawasan yang
dilakukan pemerintah
pusat terhadap
kegiatan pelayanan Unit
Pelaksana Penimbangan
Kendaraan Bermotor
(UPPKB) dan terminal
bisa lebih efektif.

22

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

1

Foto : Istimewa

TRANSDARAT

2

engamat Transportasi
Nasional dari Unika
Soegijopranoto Semarang,
Djoko Setijowarno menilai
sudah bukan rahasia lagi
jika keterbatasan infrastruktur yang ada
masih belum bisa mengoptimalkan
kemampuan pengawasan terhadap
angkutan barang dan penumpang.
Faktor inilah yang menjadi salah satu
sebab kerusakan infrastruktur jalan raya,
terhambatnya lalu lintas dan beragam
tantangan terkait aspek keselamatan
transportasi darat.

P

Foto : Istimewa

Terhitung mulai 2 Oktober 2016 nanti,
kedua fasilitas perhubungan tersebut
akan dialihkan kewenangannya ke
Pemerintah Pusat. Mandat UU No. 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah menyebutkan demikian. Dengan
pengalihan ini, maka pemerintah di
daerah tak lagi memiliki kewenangan
untuk mengelola jembatan timbang.
Dengan pengambilalihan oleh
pemerintah pusat maka pengelolaan
prasarana transportasi diharapkan

akan lebih baik. Selama ini ada dugaan
bahwa fungsi Jembatan Timbang dan
juga Terminal Tipe A sedikit bergeser
dari tujuan semula. Tujuan mulia dari
UPPKB atau Jembatan Timbang adalah
pengawasan terhadap berat muatan
angkutan truk, jenis muatan yang
diangkut dan asal tujuan pengangkutan.
Ketiga hal inilah yang seharusnya
menjadi parameter kegiatan
pemeriksaan di Jembatan Timbang. Tak
sedikit praktik di lapangan berbeda.
Proses pengawasan dilakukan hanya
untuk pemeriksaan berat muatan saja.
Padahal seharusnya aspek dimensi
angkutan, jenis muatan dan asal tujuan
pengangkutan juga dilakukan. Untuk
pemeriksaan muatan pun kadang kala
terjadi keteledoran karena keterbatasan
infrastruktur. Banyak muatan truk yang
berlebih diloloskan.
Dengan meloloskan muatan truk yang
melebihi muatan maka hal ini bisa
mengancam keselamatan lalulintas.
Infrastruktur jalan raya juga cepat

rusak. Semua hal ihwal yang berkaitan
dengan aspek keselamatan transportasi
di darat, bermula dari lemahnya sistem
pengawasan di Jembatan Timbang.
Hal tak jauh beda terjadi di dalam
pengelolaan Terminal Tipe A yang ada
di Kabupaten dan Kota.
Sinergi Pengelolaan Antara Pusat
Dan Daerah
Selain itu kerjasama yang sinergis
antara Kementerian Perhubungan
dan Pemerintah Daerah tetap akan
diteruskan. Menurut UU No. 23 Tahun
2014 mandat pengalihan pengelolaan
jembatan timbang dan terminal
dilakukan dengan persiapan Personel,
pendanaan, prasarana dan sarana, dan
dokumen (P3D).

1. Jembatan Timbang
2. Terminal Purabaya, Surabaya

2016

EDISI 01

TRANSMEDIA

23

TRANSDARAT

Capaian Kementerian Perhubugan
Tahun 2015 Sub Sektor Perhubungan Darat
Pencapaian 2015
Pembangunan BRT dan Pengadaan Bus

1.050 Bus

Pembangunan/Pengembangan Terminal Penumpang Tipe A

16 Terminal

Penerapan Teknologi ATCS di Seluruh Kota/Provinsi

15 Kota

Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan

44 Pelabuhan

Pembangunan Kapal Penyeberangan
Pemasangan
nambu sebanyak
16.368 Unit

12 Unit
Pagar Pengaman
Jalan (Guard Rail)
42.205 m

PENERAPAN
TEKNOLOGI ATCS DI
15 KOTA INDONESIA

Memperpendek Proses
dan Waktu Layanan

Pelayanan
Satu Atap

Dalam Rangka
Meningkatkan
Keselamatan &
Kemananan Transportasi

Marka Jalan
sepanjang
2.500.533 m

Alat Penerangan
Jalan 3.623 Unit

Membangun Sistem
Perizinan Online:Izin
Angkutan Jalan , Izin
PNBP, Izin Vehicle tipe
Approval (SRUT danSUT)

APLL (Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas)
301 Unit

Penyederhanaan
Perizinan (9 Jenis
Perizinan Telah
disderhanakan)
Mengurangi Persyaratan
dan Jenis Izin

Memperpanjang
Masa Laku

SUMATERA
44 Trayek
Kalimantan
26 Trayek

SULAWESI
38 Trayek
MALUKU & PAPUA
62 Trayek

JAWA
9 Trayek

Penerapan Subsidi
untuk 217 Trayek Perintis Angkutan Jalan

BALI & NTT
38 Trayek

Penerapan
Subsidi untuk
210 lintasan
angkutan
penyeberangan

Peningkatan Regulasi:
Telah ditetatpkan 22 Peraturan Menteri Perhubungan
bidang Transportasi Darat

Opsi pengalihan kewenangan dari
pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat merupakan amanah perundangan
agar penempatan prasarana transportasi
di daerah itu bisa berfungsi baik dan
benar. Sebagai misal, jembatan timbang
yang ada di jalan provinsi mesti
ditempatkan di jalan-jalan nasional.
Peraturan melarang ada jembatan
timbang yang ditempatkan di luar jalan
nasional. Belum lagi ketentuan terkait
fungsi UPPKB atau keberadaan jembatan
timbang itu sendiri.
Berdasarkan peraturan yang ada aspek
pemeriksaan di UPPKB tidak hanya
menyangkut pemeriksaan berat muatan
saja. Namun kegiatan pemeriksaan
mencakup aspek dimensi truk dan asal
tujuan angkutan. Sesuai dengan pasal
169 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan pemeriksaan
mencakup tata cara pemuatan, daya
angkut, dimensi kendaraan, dan kelas
jalan. Selain itu pada Pasal 170 UU yang
sama, petugas juga wajib memeriksa
jenis barang yang diangkut, berat
angkutan, dan asal/tujuan.

24

TRANSMEDIA

EDISI 01

2016

Berdasarkan peraturan yang ada aspek
pemeriksaan di UPPKB tidak hanya menyangkut
pemeriksaan berat muatan saja. Namun kegiatan
pemeriksaan mencakup aspek dimensi truk dan
asal tujuan angkutan. Sesuai dengan pasal 169 UU
No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan pemeriksaan mencakup tata cara pemuatan,
daya angkut, dimensi Kendaraan, dan kelas jalan.

Dengan demikian, fungsi UPPKB atau
jembatan timbang sebenarnya sangat
banyak, melibatkan aspek dokumentasi
data perdagangan, komoditas yang
diangkut dan lainnya. Ketentuan
keselamatan angkutan juga mencakup
beberapa hal yang semuanya wajib
dipenuhi oleh pengemudi atau pemilik
angkutan truk.
Penerapan manajemen pengelolaan
oleh pemerintah pusat bisa jadi akan
membuat pengelolaan UPPKB dan
Terminal Tipe A berjalan sesuai harapan.

Meski harus diakui bahwa pemerintah
daerah memiliki pengalaman panjang
dalam menata dan mengelola sistem
transportasi di wilayahnya. Termasuk
bagaimana mengelola jembatan
timbang dan Terminal Tipe A sebagai
aset-aset mereka.
Bagi