Analisis Iklim Mikro Kandang Domba Garut Sistem Tertutup Milik Fakultas Peternakan IPB

ISSN No. 0216-3365

Vol.25, No.1, April 2011

Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia
(PERTETA) yang didirikan 10 Agustus 1968 di Bogor, berkiprah dalam pengembangan ilmu keteknikan
untuk pertanian tropika dan lingkungan hayati. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun. Penulis makalah
tidak dibatasi pada anggota PERTETA tetapi terbuka bagi masyarakat umum. Lingkup makalah, antara
lain: teknik sumberdaya lahan dan air, alat dan mesin budidaya, lingkungan dan bangunan, energi alternatif
dan elektriikasi, ergonomika dan elektronika, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, manajemen
dan sistem informasi. Makalah dikelompokkan dalam invited paper yang menyajikan isu aktual nasional
dan internasional, review perkembangan penelitian, atau penerpan ilmu dan teknologi, technical paper
hasil penelitian, penerapan, atau diseminasi, serta research methodology berkaitan pengembangan
modul, metode, prosedur, program aplikasi, dan lain sebagainya. Pengiriman makalah harus mengikuti
panduan penulisan yang tertera pada halaman akhir atau menghubungi redaksi via telpon, faksimili atau
e-mail. Makalah dapat dikirimkan langsung atau via pos dengan menyertakan hard- dan soft-softcopy, atau
e-mail. Penulis tidak dikenai biaya penerbitan, akan tetapi untuk memperoleh satu eksemplar dan 10 reprints dikenai biaya sebesar Rp 100.000. Harga langganan Rp 90.000 per volume (2 nomor), harga satuan
Rp 50.000 per nomor. Pemesanan dapat dilakukan melalui e-mail, pos atau langsung ke sekretariat.
Formulir pemesanan terdapat pada halaman akhir.
Penanggungjawab:
Ketua Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia

Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
Dewan Redaksi:
Ketua
: Wawan Hermawan
Anggota
: Asep Sapei
Kudang B. Seminar
Daniel Saputra
Bambang Purwantana
Y. Aris Purwanto
Redaksi Pelaksana:
Ketua
: Rokhani Hasbullah
Sekretaris : Satyanto K. Saptomo
Bendahara : Emmy Darmawati
Anggota
: Usman Ahmad
I Wayan Astika
M. Faiz Syuaib
Ahmad Mulyawatullah

Diana Nursolehat
Penerbit:
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) bekerjasama dengan
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB Bogor
Alamat:
Jurnal Keteknikan Pertanian, Departemen Teknik Teknik Mesin dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. Telp. 0251-8624691, Fax 0251-8623026,
E-mail: jtep@ipb.ac.id atau jurnaltep@yahoo.com. Website: ipb.ac.id/~jtep.
Rekening:
BRI, KCP-IPB, No.0595-01-003461-50-9 a/n: Jurnal Keteknikan Pertanian
Percetakan:
PT. Binakerta Adiputra, Jakarta

Ucapan Terima Kasih
Redaksi Jurnal Keteknikan Pertanian mengucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari yang telah
menelaah (mereview) naskah pada penerbitan Vol. 25 No. 1 April 2011. Ucapan terima kasih disampaikan
kepada: Prof. Dr.Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc (Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB), Prof.Dr.Ir. Tamrin, M.Si (Fakultas Pertanian, Universitas Lampung), Dr.Ir. Dedy Tooy,PhD
(Universitas Sam Ratulangi), Dr.Ir. Nursigit Bintoro, M.Sc (Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian UGM), Dr. Kamadibrata, (Institut Teknologi Bandung), Dr. Hermantoro, MS (INSTIPER Yogyakarta),
Dr.Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr (Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian
IPB), Dr.Ir. Sutrisno,M.Agr (Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB),
Dr.Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si (Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB), Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan,
DEA (Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB), Dr. Satyanto K.
Saptomo, STP (Departemen Teknik sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB).

Technical Paper

Analisis Iklim Mikro Kandang Domba Garut Sistem Tertutup Milik
Fakultas Peternakan IPB
Indoor Climate Analysis In IPB’s Garut Sheep Cage
Meiske Widyarti1 dan Yoffa Oktavia2

Abstract
Microclimate condition of cage affecting the growth of livestocks. Livestocks will be able to develop
and grow optimally in a good cage condition. Cages indoor or microclimate should be comfort and it for
livestock growth and functioned as a protector from environment inluences. A good microclimate condition
is inluenced by air temperature, moisture content, velocity of air low, and intensity of light. This study aims
to analyze the distribution of temperature, humidity, wind speed and patterns inside the Garut sheep’s cage.

Datas are collected on Faculty of Animal Husbandry IPB’s Garut sheep fattening cages. Datas including
temperature, relative humidity, wind speed, and solar radiation were taken three days from 07:00 pm until
15:00 pm and analyzed using microsof exel program. The study results showed that the highest indoor
cage temperature is 33.33OC at 12.00 pm., with relative humidity 73,33% and wind speed 0,38 m/sec. This
condition is not optimal enough for Garut sheeps’s growth.
Keywords: animal cage, Garut sheep, micro climate.
Abstrak
Kondisi kandang mempengaruhi pertumbuhan ternak. Ternak akan mampu berkembang dan tumbuh
secara optimal dalam kondisi kandang yang baik. Kandang yang baik harus sesuai bagi pertumbuhan
ternak antara lain kenyamanan, naungan serta perlindungan dari pengaruh lingkungan. Kondisi kandang
yang baik sangat dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran suhu, kelembaban, kecepatan angin dan pola
aliran udara di dalam kandang. Pengambilan data dilakukan di kandang penggemukan domba Fakultas
Peternakan IPB. Data yang diambil meliputi suhu, RH, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Pengukuran
dilakukan mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Setelah itu, data hasil pengukuran dianalisis
dan dibandingkan dengan standard .
Hasil penelitian menunjukkan suhu tertinggi di dalam kandang adalah 33,33 0C pada pukul 12.00 WIB.
Dengan kelembaban relatif 73,33 % dan kecepatan angin 0,38 m/detik. Kondisi ini belum optimal bagi
pertumbuhan domba Garut.
Kata kunci : Domba Garut, iklim mikro, kandang penggemukan.

Diterima: 14 September 2010; Disetujui: 15 Pebruari 2011

Pendahuluan
Latar Belakang
Kebutuhan daging domba di Indonesia cukup
tinggi. Pada tahun 2007 sekitar 56,900 ton, dan
hanya 2.75% terpenuhi dari produksi daging
nasional (Ditjen Peternakan, 2008). Pertumbuhan
populasi domba di Indonesia relatif kecil sedangkan
permintaan terus meningkat seiring kenaikan
jumlah penduduk dan perbaikan kesejahteraan
masyarakat. Kebutuhan daging domba tiap tahun
meningkat pada saat ibadah kurban dimana
1
2

dibutuhkan sekitar 5.6 juta ekor tiap tahunnya. Setiap
restoran dan kaki lima membutuhkan 2-3 ekor tiap
harinya, sedangkan pertumbuhan populasi domba
belum sebanding dengan permintaan yang terus

meningkat ( UGM, 2008). Pada tahun 2008 sekitar
579 ton daging domba muda diimpor dari Australia
untuk memenuhi kebutuhan daging di Indonesia
(Meat&livestock Australia, 2009).
Domba Garut atau domba Priangan merupakan
domba lokal Indonesia yang banyak diternakkan
di Jawa Barat. Populasi domba Garut tahun 2009
di Indonesia mencapai sekitar 4.8 juta ekor yang

Dosen pada Departmen Teknik Sipil dan Lingkungan , email: mwidyarti@yahoo.com
Mahasisiwa pada Departmen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

37

Vol. 25, No. 1, April 2011

Gambar 1. Kandang penggemukan domba Garut

Gambar 2. Ketinggian titik pengukuran suhu,
kelembaban dan kecepatan angin


tersebar di berbagai daerah. Pada umumnya
teknologi dan pemeliharaan ternak masih sederhana
atau masih bersifat tradisional. Apabila dibandingkan
dengan kondisi peternakan luar negeri yang sudah
sangat maju, maka teknik beternak di Indonesia
masih perlu ditingkatkan. Dalam beternak domba,
masalah perkandangan menjadi salah satu faktor
penting untuk diperhatikan, selain bibit. Ternak akan
mampu berkembang dan tumbuh secara normal
dalam kondisi lingkungan yang baik.
Kualitas kandang sangat ditentukan oleh iklim
lingkungan mikro seperti suhu udara, kelembaban,
kecepatan angin, dan intensitas cahaya.
Iklim lingkungan mikro sangat mempengaruhi
pertumbuhan
domba
misalnya
temperatur
lingkungan yang tinggi dapat mengurangi nafsu

makan domba sehingga mempengaruhi berat badan
domba. Untuk mendapatkan kualitas kandang yang
baik diperlukan analisis terhadap lingkungan mikro
agar sesuai dengan kebutuhan domba Garut.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah:
menganalisis kondisi kesesuaian suhu, kelembaban
dan aliran udara dalam kandang domba Garut
sistem tertutup bagi pertumbuhan domba.

Bahan dan Metode
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan selama 6 hari
terhitung mulai dari tanggal 6 April 2010 sampai
dengan 11 April 2010. Tempat pelaksanaan
penelitian adalah di kandang penggemukan domba
Garut Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium
Lingkungan dan Bangunan IPB.

Gambar 3. Denah titik pengukuran suhu dan
kelembaban udara di dalam kandang


Bahan dan Alat
Pengambilan
data
kondisi
lingkungan
menggunakan alat antara lain; wheather station,
anemometer, termometer, anemometer, bola gabus,
psychometric chart, luxmeter dan kandang domba (
Gambar 1).

Metode Penelitian

Gambar 4. Denah titik pengukuran kecepatan
angin di dalam kandang

38

Inventarisasi Data
Pengambilan data dilakukan di kandang

penggemukan domba Garut milik Fakultas
Peternakan IPB. Pengukuran dilakukan selama
minimum 3 kali dengan kondisi hari seragam yang
diukur tiap satu jam sekali dari jam 07.00 – 17.00
WIB. Data yang diambil antara lain :
Kelembaban dan suhu lingkungan dan suhu
kandang domba dengan menggunakan weather
station, psychometric chart, termometer bola basah
dan bola kering (Gambar 2). Untuk suhu di dalam
bangunan diambil pada beberapa titik pengukuran
dalam kandang (Gambar 3).

Kecepatan angin di lingkungan dan di dalam
kandang diukur tiap satu jam sekali dengan
menggunakan bandul, wheather station dan
anemometer. Pengukuran kecepatan angin di dalam
kandang diambil sebanyak 4 titik pengukuran yaitu
di dekat bukaan dan di tengah kandang (Gambar
4). Selanjutnya dilakukan pengolahan data yang
telah diperoleh dari tahap sebelumnya.

Analisis dan dibuat dengan program komputer
Microsoft excel untuk mengetahui perbandingan
suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan
intensitas cahaya di dalam dan diluar kandang serta
dibandingkan dengan kondisi yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan domba.

Hasil dan Pembahasan
Tata Letak Kandang Penggemukan Domba
Garut
Kandang penggemukan domba ini terletak di
laboratorium lapang milik Fakultas Peternakan
IPB dengan topograi yang tidak rata. Kandang
dibangun menyesuaikan bentuk lahan dan
lingkungan setempat. Di sekeliling kandang juga
terdapat bangunan lain dan vegetasi tumbuhan
yang subur. Jarak antara kandang penggemukan
dengan bangunan di sebelahnya sekitar 6 meter,
sedangkan dengan bangunan di depannya 7.5
meter. Kisaran jarak antara bangunan ini cukup
dekat sehingga dapat mempengaruhi iklim mikro di

sekitar kandang. Pagi hari menjelang siang cahaya
matahari kurang maksimal masuk ke kandang
karena terhalangi oleh bangunan di depan dan di
sampingnya. Tetapi menjelang sore hari cahaya
matahari lebih maksimal karena sebelah kiri
kandang tidak ada bangunan lain.
Tipe Kandang Penggemukan Domba Garut
Tipe kandang penggemukan domba yang ada
di Fakultas Peternakan IPB berbentuk panggung
sistem tertutup dengan model atap modiied standard
peak. Kandang penggemukan ini mempunyai
panjang 15 meter, lebar 8.7 meter, dan tinggi sekitar
6 meter. Kandang dibangun dengan ketinggian 1.5
m di atas tanah, dengan begitu kotoran ternak akan
jatuh ke bawah kandang. Kandang dengan sistem
tertutup ini diharapkan dapat memaksimalkan
penggemukan domba di dalamnya dan melindungi
domba dari lingkungan yang ekstrim.
Tipe kandang yang dipergunakan berdasarkan
susunan domba adalah head to tail. Head to tail
yaitu susunan domba terhadap domba lainnya
searah sehingga kepala bertemu ekor (Gambar 5).
Penerapan tipe kandang seperti ini tergantung dari
desain tata letak dalam kandang yang diinginkan
oleh pihak pengelola peternakan. Di dalam kandang
terdapat 45 sekat dengan 45 ekor ternak.
Konstruksi Kandang Penggemukan Domba
Garut

Gambar 7. Atap kandang penggemukan domba

Gambar 5. Denah kandang penggemukan domba

Gambar 6. Tampak dinding kandang

Gambar 8 Tempat makan dan minum domba

39

Vol. 25, No. 1, April 2011

Kandang harus kuat agar dan menggunakan
bahan yang tahan kotoran hewan. Bagian-bagian
yang harus diperhatikan pada konstruksi kandang
diantaranya :
1. Pondasi; berfungsi sebagai penyangga beban
bangunan
diatasnya.
Pondasi
kandang
penggemukan dibuat lebih tinggi daripada tanah
dengan tujuan agar tiang pondasi tidak mudah
rusak.
2. Dinding kandang; dinding kandang dibuat
terbuka sebagian agar terdapat aliran udara
pada siang hari dan terlindung pada malam
hari. Bagian dinding yang tertutup terbuat dari
bata. Bagian dinding yang terbuka merupakan
ventilasi alamiah yang ditutupi dengan screen
agar kotoran dan pengaruh angin kencang
dapat dihindari. Ventilasi kandang penggemukan
domba terdapat pada atap dan dinding. Ventilasi
dinding berukuran (1x1.5) m sebanyak 12 sekat
bagian sisi kiri dan 12 sekat sisi kanan (Gambar
6).
3. Lantai; lantai dibuat bercelah dan terbuat dari
papan yang bercelah 1-2 cm, dengan tebal
kira-kira 1.5 cm. Lantai dengan celah dapat
menjaga kebersihan kandang karena kotoran
ternak langsung terbuang ke kolong atau tempat
penampungan kotoran ternak.
4. Atap; atap yang digunakan pada kandang
penggemukan domba ini menggunakan asbes.
Bahan atap juga mempengaruhi suhu udara
di dalam kandang. Atap berbentuk modiied

standard peak dengan bukaan yang cukup besar.
Model modiied standard peak diharapkan dapat
memaksimalkan pertukaran udara di dalam
kandang. Bukaan pada atap dapat menjadi inlet
dan outlet tergantung arah angin (Gambar 7).
5. Fasilitas makan dan minum; tempat makan ternak
merupakan salah satu komponen penting dalam
kandang yang harus disediakan. Tempat makan
ternak harus disesuaikan dengan ukuran dan
sifat ternak. Tempat makan ternak dan minum
digabung dalam satu tempat. Tempat pakan
dan tempat minum dibuat dari kayu berbentuk
trapesium yang dengan ukuran 70 cm x 50 cm
dan berada 30 cm dari lantai.
Di dalam kotak trapesium ini disekat menjadi
dua bagian, satu bagian untuk makanan dan
sebelahnya untuk wadah minuman (Gambar 8).
Teknik Penggemukan Domba Garut
Domba bakalan yang digemukkan adalah domba
lokal jantan yang sudah berumur diatas 4 bulan.
Sistim pemeliharaan domba tidak digembalakan,
setiap hari domba berada di dalam kandang dan
tidak digembalakan di padang rumput. Pemberian
pakan dan minum dilakukan di dalam kandang tiga
kali dalam sehari. Pakan yang diberikan ditimbang
sesuai kebutuhan optimal domba dan ditambah
konsentrat. Dalam menjaga kesehatan domba dan
kandang, pekerja kandang membersihkan secara
rutin agar kotoran tidak menumpuk sehingga
kesehatan domba lebih terjaga. Selain itu kondisi
tubuh domba diperiksa secara rutin.

Kondisi Iklim Mikro di Kandang Penggemukan
Domba Garut

Gambar 9. Graik perbedaan suhu di dalam dan di
luar kandang

Gambar 10. Irradiasi matahari di lingkungan
kandang penggemukan

40

Suhu udara
Pada setiap titik pengukuran di dalam kandang
tidak terdapat perbedaan suhu yang nyata. Bagian
depan, belakang, samping kiri dan kanan kandang
mempunyai suhu hampir seragam walaupun pada
sisi kanan dalam bangunan dipasang 3 kipas angin.
Kipas angin terletak sejajar dengan titik 1,2, dan
3 dan di pasang di dinding dalam keadaan selalu
menyala Suhu di titik 1, 2 dan 5 lebih tinggi dari titik
yang lain (Gambar 9). Titik ini berada dekat dengan
hewan sehingga panas hewan mempengaruhi suhu
walaupun titik ini berada ± 30 cm dari kipas angin.
Mulai pukul 10.00 WIB suhu bola kering
meningkat mencapai ±36OC dan pukul 14.00
sampai 17.00 suhu bola kering menurun yaitu ±
29OC. Fluktuasi suhu bola kering ini dipengaruhi
oleh irradiasi matahari sehingga konstribusi kalor
berbeda-beda setiap jamnya (Gambar 10). Suhu
bola kering berbanding lurus terhadap pergerakan
matahari. Jika dibandingkan dengan suhu yang
sesuai bagi domba Garut 24OC-28OC (Rahayu,
2010), maka kisaran suhu di lokasi penelitian masih
tinggi yaitu tertinggi 36OC. Suhu yang tinggi dapat

diturunkan sekitar 3-5OC dengan sistem ventilasi
yang baik. Semakin besar luas bukaan ventilasi
maka akan semakin besar laju ventilasi dan dapat
menurunkan suhu di dalam suatu bangunan.
Syarat awal ventilasi alamiah dapat dibangun
yaitu tersedianya udara luar yang sehat dengan
suhu maksimal 28OC dan tidak ada halangan dari
bangunan-bangunan sekitar (Prasasto, 2008). Di
lokasi penelitian suhu lingkungan awal sudah tinggi
sehingga memerlukan pertimbangan lebih cermat
dalam perancangan bangunan kandang walaupun
seperti telah diketahui bahwa domba akan dapat
beradaptasi dengan lingkungannya.
Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif merupakan rasio antara
jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah
uap maksimum yang dikandung pada suhu udara
dan tekanan tertentu. Kelembaban di dapat dari
psychrometic chart dengan menggunakan data
suhu bola basah dan bola kering. Kelembaban
di setiap titik pengukuran tidak jauh berbeda
dengan selisih perbedaan yang kecil. Kelembaban
lingkungan luar kandang dari pagi sampai sore
berkisar antara 75%-87.67%, sedangkan bagian
dalam berkisar antara 71%-89%. Kelembaban yang
dibutuhkan oleh domba untuk tumbuh adalah 60%80% (Sodiq, 2008), berarti kelembaban di dalam
kandang sudah mendekati standard kelembaban
bagi domba.(Gambar 11). Jika dilihat dari graik,
nilai kelembaban terkecil pada saat tengah hari
adalah pada titik 4 sebesar 71 %.
Kecepatan Angin
Pertukaran
udara
di
dalam
kandang
penggemukan terjadi secara alami dan semibuatan Pertukaran udara secara semi buatan di
dalam kandang penggemukan domba Garut terjadi
melalui kipas angin. Kipas angin terdapat di bagian
sisi sebelah kanan kandang. Pertukaran udara di
dalam kandang juga terjadi secara alami karena
efek angin. Angin bergerak dari selatan menuju
utara pada pagi hari sampai menjelang siang,
maka sisi selatan berfungsi sebagai inlet ventilator.
Kecepatan angin di luar kandang penggemukan
berkisar 0.11-1.17 m/s. Menurut Papadakis (1996)
untuk kecepatan angin kurang dari 1.8 m/s, efek
angin meskipun kecil tidak dapat diabaikan. Kandang
penggemukan domba ini mempunyai bukaan di
bagian dinding dan atap sehingga efek angin akan
lebih lancar. Pada saat angin bertiup bukaan pada
kandang penggemukan yang berhadapan dengan
angin berperan sebagai inlet dan bukaan ventilasi
dinding yang tidak berhadapan dengan angin
dan atap menjadi outlet. Keadaan angin di dalam
kandang pada umumnya tergantung dari luas
bukaan dinding. Ventilasi alamiah pada kandang
penggemukan domba terdapat pada bukaan atap
dan dinding dengan ukuran ventilasi dinding (1.5
x 1) m sebanyak 12 buah sisi samping kiri dan 12

buah sisi samping kanan. Terdapat juga ventilasi
tambahan di dinding berbentuk kotak-kotak kecil
yang disusun sebanyak 5 kotak ke bawah. Ukuran
kotak ini sekitar (10 x 10) cm, dan terdapat 9 baris
sepanjang sisi dinding kiri maupun kanan.
Kecepatan angin di dalam kandang terbesar
terjadi antara jam 10.00- jam 15.00. dengan nilai
antara 0.38 – 0.4 m/dt. Kecepatan angin terendah
terjadi pada jam 07.00 dan 08.00 dan setelah jam
15.00 sebesar 0.00 – 0.04 m/dt. Kecuali pada titik
1 dan 2 yang aliran anginnya selalu besar. Hal ini
disebabkan oleh kipas angin yang menyala. di dalam
kandang penggemukan domba Garut terjadi melalui
kipas angin (Gambar 12). Kipas angin terdapat
di bagian sisi sebelah kanan kandang, sehingga
menyebabkan bagian sisi kandang sebelah kanan
mempunyai kecepatan angin yang lebih besar dari
sisi sebelah kiri yaitu selisih mencapai 0.2 m/detik
pada sore hari.

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengukuran suhu udara di

2.

dalam kandang pukul 08.00, 12.00, dan 15.00
adalah 26.78OC, 32.92OC, 30.44OC dengan
suhu lingkungan 27OC, 35.50OC, 30.83OC.
Rata-rata kelembaban relatif di dalam kandang
pukul 08.00, 12.00, dan 15.00 adalah 84.83%,
74%, dan 83.61%. 15.00 adalah 85.15%,
70.26%, dan 80.04%

Gambar 11 Graik perbedaan kelembaban udara
pada kandang domba

Gambar 12 Graik perbedaan kecepatan angin di
dalam dan luar kandang

41

Vol. 25, No. 1, April 2011

3. Kecepatan angin di dalam kandang terbesar

4.

terjadi antara jam 10.00 - jam 15.00 dengan
nilai antara 0.38 – 0.4 m/dt. Kecepatan angin
terendah terjadi pada jam 07.00 dan 08.00 dan
setelah jam 15.00 sebesar 0.00 – 0.04 m/dt.
Kisaran RH ini cukup tinggi jika dibandingkan
dengan standard RH bagi domba Garut yaitu
60%-80%. Kisaran suhu dalam kandang
maksimum 36OC masih terlalu tinggi apabila
dibandingkan dengan suhu yang sesuai bagi
domba Garut 24OC -28OC. Pergerakan angin
maksimum di dalam kandang 0,4 m/detik dan
lebih cepat dan merata apabila kipas angin
menyala nilai ini sudah memadai.

Daftar Pustaka
Alpen. 2009. Pengaruh Suhu Tinggi pada Domba.
Pemanasan Global 108-230. http://www.
alpensteel.com [3 Mei 2010]
Anonim. 2009. Penggemukan Domba. http://
saulandsinaga.com [29 Januari 2010]
Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing.
Yogyakarta: Kanisius.
Eka. 2006. Analisa Kandang Domba Garut di Ternak
Sehat Pasir Buncir. [Skripsi]. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gilang G.N. et all. 2009. Analyze of Microclimate
Changes in Garut Sheep Barn with Passive

42

Control Method ( Case study in UPTD-BPPTD
Margawati, Region of Garut). Jurnal Teknotan
Vol1:2-8. http://iklim-mikro-kandang.com [1
Februari 2010]
Gunawan, Noor R.R. 2006. Pendugaan Nilai
Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih
Domba Garut Tipe Laga. Dept Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan
IPB. 29 (1): 7-8 .
Heriyadi. 2008. Domba dan Kambing di Indonesia,
Potensi, Masalah, dan Solusi. Majalah Trobos :
101 [Februari 2008 tahun VIII].
Lennart P, James H. W. 1986. Farm Structures in
Tropical Climate. FAO: Rome.
Nurwiyanti. 2006. Tingkah Laku Makan pada Domba
Garut yang Mendapat Penambahan Ampas Tahu
Dengan Aras yang Berbeda. [Thesis]. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Parakkasi, A.1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak
Ruminansia. UI press, Jakarta.
Purbowati, Ending. 2009. Usaha Penggemukan
Domba. Bogor: Penebar Swadaya.
Satwiko. 2008. Fisika Bangunan . Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.
Sodiq, Akhmad. 2008. Sukses Menggemukkan
Domba. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Sumantri, C. et all. 2007. Performances and
Phylogenic Relationships Among Local Sheep
in Indonesia by Morphological Analysis. JITV Vol
12(1): 42-54

PEDOMAN PENULISAN
Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan
media publikasi untuk tulisan asli yang belum
pernah diterbitkan di dalam jurnal ilmiah nasional
maupun internasional, dan berkaitan dengan teknik
pertanian(agricultural engineering) secara luas.
1. Pedoman Umum
Naskah termasuk Abstract diketik menggunakan
program Microsoft Word huruf Times New Roman
12 point (font 12), ukuran kertas A4 (21x29.5cm).
Pias 3 cm, spasi 1.5, maksimum 15 halaman
termasuk tabel dan gambar s erta diberi nomor
halaman pada sudut bawah sebelah kanan. Tabel
dan gambar diletakkan pada akhir naskah atau pada
lembar dan ile terpisah. Pengiriman naskah bisa
melalui pos berupa CD berisi ile softcopy ataupun
melalui e-mail. Bila dikirim melalui pos, ditujukan ke
alamat:
Redaksi Jurnal Keteknikan Pertanian
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Kampus IPB Dramaga, Bogor 16690.
E-mail: jtep@ipb.ac.id atau
jurnaltep@yahoo.com

Contoh Penulisan Judul:

Pemodelan Sistem Filtrasi
Terkendali pada Sistem
Resirkulasi Pembenihan Ikan
Modeling Controlled Filtration System in Fish
Hatchery Recirculation System
Alin Najwan, Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Institut Pertanian Bogor, Email:
najwan@yahoo.com
Ikhlasul Amal, Departemen Budidaya Perairan,
Institut Pertanian Bogor.
4. Abstract dan Kata Kunci
Abstract menggambarkan esensi isi keseluruhan
tulisan dan di dalamnya tidak terdapat kutipan
pustaka. Abstract ditulis dalam bahasa Inggris dan
dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata. Kata
kunci ditulis setelah Abstarct maksimum 5 kata,
masing-masing dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Kata kunci yang ditulis pertama merupakan kata
kunci yang terpenting.
5. Naskah Utama

2. Susunan Naskah
Naskah disusun dalam urutan Judul, Penulis dan
alamat instansinya, Abstract, Pendahuluan, Bahan
dan Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan,
Ucapan Terima Kasih, Daftar Pustaka, Tabel dan
Gambar. Naskah undangan tidak harus mempunyai
susunan seperti tersebut di atas.
3. Judul
Judul memberikan subyek penelitian dengan
ringkas dan dicetak tebal (bold) dengan huruf kapital
pada setiap awal kata, kecuali untuk kata depan
dan kata sambung. Untuk naskah dalam Bahasa
Indonesia harus disertai judul dalam Bahasa Inggris
yang dicetak miring (italic). Judul dalam Bahasa
Indonesia tidak lebih dari 14 kata dan dalam
Bahasa Inggris tidak lebih dari 10 kata. Nama
lengkap, nama lembaga ailiasi serta alamat para
penulis, ditulis secara berurutan di bawah Judul.
Tambahkan alamat email pada nama penulis untuk
korespondensi.

Penulisan sub judul utama (Pendahuluan, Bahan
dan Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan
dan Ucapan Terima Kasih) menggunakan huruf
kapital pada setiap awal kata, tanpa nomor, dicetak
tebal dan posisi di tengah.
Pendahuluan menjelaskan alasan mengapa
penelitian dilakukan, perumusan dan pemecahan
masalah, status ilmiah (state of the art) penelitianpenelitian terdahulu serta tujuan dan hasil penelitian
yang diharapkan.
Bahan dan Metode menjelaskan bagaimana
penelitian dilakukan atau cara-cara untuk mencapai
tujuan penelitian.
Hasil dan Pembahasan mencantumkan data
yang diperoleh, analisis data, temuan-temuan yang
spesiik serta perbandingannya dengan penelitianpenelitian terdahulu secara berurutan sesuai
dengan urutan dalam tujuan. Hindari penyajian
tabel dan gambar dari data yang sama.
Sub-sub judul ditulis dengan huruf kapital pada
setiap awal kata, tanpa nomor, dicetak tebal dan
posisi di sebelah kiri.
Kata/kalimat dalam bahasa asing ditulis miring.
Nama organisma harus diikuti dengan nama
ilmiahnya secara lengkap pada pengungkapan

pertama. Singkatan pertama kali ditulis di dalam
kurung setelah kata-kata yang disingkatnya.
Penulisan angka mengggunakan US System
seperti: 1,000,000 menyatakan satu juta dan 2.5
menyatakan dua lima per sepuluh. Sistem satuan
yang digunakan adalah SI Unit: cgs (centimeter, gram,
second/detik). Simbol/notasi ditulis menggunakan
huruf miring dan disertai keterangannya pada
pengungkapan pertama. Persamaan diberi nomor
urut yang dituliskan di belakang persamaan dan di
dalam tanda kurung.
6. Tabel dan Gambar
Tabel ditulis dalam halaman terpisah setelah
halaman terakhir dari naskah. Di dalam naskah
cantumkan nomor dan judul tabel pada paragraf
dimana tabel tersebut akan ditempatkan.
Contoh pada naskah:
…...Sifat isik bahan pada masing-masing kadar air
ditunjukkan pada Tabel 1.
[Tabel 1. Berat jenis lada berdasarkan kadar air]

Contoh pada halaman tabel:
Tabel 1. Berat jenis lada berdasarkan kadar air

7. Daftar Pustaka
Daftar pustaka mencantumkan pustaka-pustaka
bermutu (primer, mutakhir dan relevan) yang dirujuk
saja. Pustaka diketik berdasarkan urutan alfabet
dari nama akhir (nama keluarga) penulis pertama
dan tahun. Apabila terdapat beberapa pustaka
yang ditulis yang sama, tambahkan huruf ‘a’,’b’ dan
seterusnya di belakang tahun. Pustaka dari internet
hanya boleh dilakukan bila berasal dari lembaga
yang resmi.
Berikut beberapa contoh penulisan pustaka :
Jurnal :
Suhardiyanto,
H.,
M.M.
Fuad
dan
Y.
Widiningrum.2007. Analisis pindah panas
pada pendinginan dalam tanah untuk sistem
hidroponik. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol.21
(4):355-362.
Prosiding :
Fukuda, T.,Y. Nakano, Kuroda, S. Takeuchi,
B.I.Setiawan, A. Sapei and F. Nurrochmad.2001.
Water manajemen and water quality of paddyarea
in Cidanau watershed at West Java. Proceedings
of the 1st Seminar: Toward Harmonization
between Development and Environmental
Conservation in Biological Production, Tokyo,
February 21-23, 2001. p 201-205.
Buku :
Morga, R.P.C.1996. Soil Erosion and Conservation.
2ndEd. Longman. Harlow

Gambar dibuat hitam putih (B/W) atau greyscale
dalam lembaran terpisah pada halaman terakhir
setelah halaman tabel. Apabila ukurannya besar,
gambar dapat disimpan dalam ile terpisah yang
lain(*.jpg, *.gif,*.wmf atau *.emf). Di dalam naskah
cantumkan nomor dan nama gambar pada paragraf
dimana gambar tersebut akan diletakkan.

Bab dalam buku :
Howell, T.A., F.K. Alijiburi, H.M. Gitlin, I. Pai Wu,
A.W.Warrick dan P.A.C. Raats. 1980. Design
and operation of trickle (drip) irrigation, in
Jensen, M.E.(Ed.). Design and Operation of
Farm Irrigation System. ASAE. Michigan. p 663717.

Contoh pada naskah:
Skripsi/Tesisi/Disertasi :
…..(paragraf sebelumnya)
[Gambar 1. Perubahan suhu dengan waktu
proses pengendalian]
…..(paragraf sesudahnya)

Arifanto, T. 2002. Teknik perbaikan ilter isik dan ilter
kimia pada sistem resirkulasi pembenihan ikan
patin. (Skripsi). Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

FORMULIR PEMESANAN JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN1
Kepada Yth.
Sekertariat Jurnal Keteknikan Pertanian,
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
Tel: 0251-8624691 ; Fax: 0251-8623026
Email: jtep@ipb.ac.id & jurnaltep@yahoo.com; Website: http://web.ipb.ac.id/~jtep/
Bersama ini, saya
Nama
Alamat
Telp.
HP
Email
1. Memesan Jurnal Keteknikan Pertanian: (Harga Rp 50.000,- per eksemplar, belum termasuk ongkos
kemas dan kirim)
Vol/No/Tahun
Jumlah
2. Memesan re-prints Jurnal Keteknikan Pertanian: (Harga Per set (10 eksemplar) Rp 100.000,- belum
termasuk ongkos kemas dan kirim)
Judul
Penulis
Vol/No/Tahun
Jumlah
3. Berlangganan Jurnal Keteknikan Pertanian: (Harga Rp 90.000,- belum termasuk ongkos kemas dan
kirim)
Mulai Tahun
Sampai Tahun
Jumlah
Pembayaran kami lakukan melalui wesel pos ke alamat redaksi/transfer, ke Rekening No.0595-0100346150-9, BRI KPC IPB, a/n Jurnal Keteknikan Pertanian2. Bersama ini disampaikan bukti pembayarannya3.

Pemesan,

[

1
2
3

]

Formulir pemesanan ini dapat di-download di http://web.ipb.ac.id/`jtep/
Coret yang salah satu
Pengiriman hanya dilakukan setelah Seketariat menerima bukti pembayaran